Lapkas Dr.rina Yusfa
-
Upload
yusfaindah -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of Lapkas Dr.rina Yusfa
LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)
DEPARTEMEN SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT / INSTANSI PENDIDIKAN JEJARING
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDARLAMPUNG
OLEH :
Sabrina Silvi Ainun Nissa, S.Ked
Yusfa Indah Nuraini, S.Ked
PERSEPTOR :
dr. Rina Kriswiastiny, Sp.PD
FK UNIMAL – RUMAH SAKIT PERTAMINA
BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG 2015
1
BAB I
LAPORAN KASUS
SMF PENYAKIT DALAM
PENYAKIT DALAM KELAS III
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI PASIEN
No Resume Medik : 05-35-63
Nama lengkap : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 31 thn
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dusun Marga Jaya Talang Jaya Merbau Mataram
Lampung Selatan
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesa
Tanggal : 17 Oktober 2015
Jam : 19.29 WIB
2
Keluhan utama : Sesak yang semakin memberat sejak 2 minggu SMRS
Keluhan tambahan : Nyeri dada saat bernafas dan batuk, badan terasa lemas,
letih, lesu, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
demam yang hilang timbul, penciuman yang tidak sesuai.
Riwayat perjalanan penyakit:
7 tahun sebelum masuk rumah sakit, Os mengaku pernah di rawat di
rumah sakit dengan keluhan demam menggigil. Demam disertai nyeri kepala,
mual dan muntah. Dokter yang memeriksa Os menyatakan bahwa Os terkena
penyakitu Thypus. Os hanya diberi obat minum yang Os habiskan sampai Os
merasa lebih baik.
Satu tahun yang lalu, saat Os bekerja di daerah Cikarang, Os mengalami
penurunan kondisi kesehatan dimana os sering mengeluhkan sesak nafas disertai
sakit dada sebelah kanan yang terasa seperti tertusuk-tusuk. Os pun mengalami
penurunan berat badan yang signifikan yaitu 8 kg dalam jangka waktu satu bulan
tanpa penurunan asupan makanan. Os pun mengaku sering merasa lemas dan
mudah terserang penyakit seperti batuk, pilek atau demam. Os memeriksakan
kondisinya ke dokter di daerah tempatnya bekerja. Dokter yang menangani Os
hanya memberi obat yang Os lupa namanya sampai Os merasa lebih baik.
Keluhan yang Os rasakan terus berulang sehingga dari pemeriksaan klinis, fisik
dan rontgen yang dilakukan, dokter yang merawat Os saat itu memberi tahu Os
bahwa terdapat flek dan cairan di paru-paru Os yang harus dikeluarkan, namun Os
memutuskan untuk pulang ke Lampung dan meneruskan pengobatan ke dr. N di
RS. U. Dr yang menangani Os di RS. U menyatakan hal yang sama yaitu terdapat
flek di paru-paru kanan Os, namun dr. N menyatakan cairan di paru-paru Os tidak
harus dikeluarkan dan Os cukup diberi obat saja. Os diberikan terapi berupa 6
macam obat yang harus di konsumsi selama 6 bulan, salah satu obat yang diingat
Os adalah Etambutol, dan Os diminta untuk rutin kontrol selama satu bulan sekali
namun Os tidak menuntaskan obatnya dan tidak pernah kontrol lagi ke dr. N
3
karena merasa kondisinya sudah membaik dan berat badannya sudah kembali
normal. Sejak saat itu, Os hanya mengeluhkan batuk yang dirasakan jarang dan
biasanya Os berobat ke puskesmas sampai keadaannya membaik lagi.
3 bulan SMRS, os mengaku terdapat bercak putih di langit-langit
mulutnya dan lidahnya terdapat bintik-bintik berwarna ungu. Di keluarga Os tidak
ada yang mengalami keluhan seperti ini. Os pun belum pernah mengalami
keluhan ini sebelumnya. Karena khawatir dengan keadaannya Os mencari tahu
tentang keluhannya di internet dan mendapat informasi cara untuk mengobati
keluhan pada langit-langit dan lidahnya adalah dengan menggosok gigi lebih dari
dua kali sehari. Dengan informasi yang Os dapatkan dari internet, Os menggosok
giginya lebih dari 2 kali agar keluhan di mulutnya hilang. 2 hari kemudian
keluhan bercak-bercak putih dan bintik-bintik ungu di lidah Os menghilang,
keluhan demam muncul kadang-kadang.
2 bulan SMRS, Os mengaku sering mengalami demam yang hilang timbul,
dan sesak nafas disertai batuk yang hilang timbul dan timbul hanya ketika Os
demam atau sesak nafas. Saat batuk os mengaku merasa seperti ada yang
mengganjal tenggorokannya namun tidak dapat dikeluarkan. Os pun mengaku
mengalami keringat pada malam hari yang sering membasahi bajunya. Sesak dan
batuk yang dialami Os terasa semakin memberat. Saat itu, Os pun mengeluhkan
mengalami gangguan penciuman, dimana bau-bau an yang seharusnya tercium
harum namun menurut Os justru jadi tercium bau busuk yang amat sangat. Dan
hal ini mempengaruhi pola makan Os dimana Os hanya dapat mengkonsumsi
sayur bening atau bahkan nasi dan air garam saja, os juga merasa sesak jika
beraktifitas terlalu berat dan demam kadang-kadang muncul, keringat malam hari
sering muncul.
Os menyangkal riwayat merokok, penggunaan jarum suntik, minum
minuman beralkohol ataupun pemakaian tatto. Os pernah bekerja di daerah
industri selama 10 tahun, diantaranya Os pernah bekerja di daerah Tangerang
sebagai pegawai pabrik percetakkan, di daerah Bekasi sebagai SPB (Sales
4
Promotion Boy) dan di daerah Cikarang sebagai pegawai marketing suatu
perusahaan. Os mengaku saat remaja merupakan sosok yang pendiam. Os
mengaku tidak pernah melakukan hubungan seksual, os mengaku saat ia di jakarta
pernah diajak teman-teman kerjanya untuk periksa gigi gratis yang dilaksanakan
oleh kampus trisakti, disana os dilakukan cabut gigi gerahamnya yang bolong.
2 minggu sebelum masuk rumah sakit, os mengaku mengeluhkan keluhan
sesak nafas disertai batuk nya semakin memberat dan Os pun sering mengalami
demam yang bersifat hilang timbul. Batuk dan sesak nafas yang dirasakan Os
timbul ketika Os beraktivitas. Sesak dirasakan hilang timbul, sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca dingin dan debu. Batuk berdahak warna kuning, dan tidak
berdarah. Sesak nafas dirasa semakin parah sampai membuat Os berkeringat dan
sulit melakukan kegiatan sehari-hari. Bahkan, Os mengaku untuk berjalan ke
kamar mandi rumahnya yang hanya berjarak 4 meter dari kamarnya saja Os
merasa kelelahan dan sesaknya kambuh. Sampai 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, sesak dan batuk semakin memberat sampai Os kesulitan beraktivitas
sehingga membuat Os tidak tahan dan mendatangi poliklinik Penyakit Dalam RS
PBA dan dokter yang memeriksa Os memintanya untuk rawat inap agar
keluhannya dapat dirawat.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Cacar Malaria Batu ginjal/saluran kemih
Cacar air Disentri hernia
Difteri Hepatitis Penyakit prostat
Batuk rejan Tifus abdomen Wasir
Campak Dispepsia Diabetes
Influenza Sifilis Alergi
Tonsilitis Gonore Tumor
Kholera Hipertensi Penyakit pembuluh darah
Demam rematik akut Ulkus ventrikulus Dispensia
5
Pneumonia Ulkus duodeni Gastroenteritis
Pleuritis Gastritis anemia
√ Tuberkulosis Batu empedu
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Hubungan DiagnosaKeadaan
KesehatanPenyebab Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
Adakah kerabat yang menderita
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi √
Asma √
Tuberkulosis √
Artritis √
Rematisme √
Hipertensi √
Jantung √
Ginjal √
Lambung √
6
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
- Bisul √ Rambut √ Keringat malam
- Kuku - Kuning/ikterus - Sianosis
- lainya
Kepala
- Trauma √ Sakit kepala
- Sinkop - Nyeri sinus
Mata
- Nyeri - Perdarahan
- Sekret - Gangguan penglihatan
- Ikterus Ketajaman penglihatan
Telinga
- Nyeri - Tinitus
- Sekret - Gangguan pendengaran
- Kehilangan pendengaran
Hidung
- Trauma - Gejala penyumbatan
- Nyeri √ Gangguan penciuman
- Sekret - Pilek
- Epistaksis
7
Mulut
√ Bibir (kering) -Lidah(kotor
- Gusi - Gangguan pengecapan
- Selaput - Stomatitis
Leher
- Benjolan kanan - Nyeri leher
Dada (Jantung/Paru)
√ Nyeri dada √ Sesak nafas
- Berdebar - Batuk darah
- Ortopnoe √ Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
- Rasa kembung - Perut membesar
- Mual - Wasir
- Muntah - Mencret
- Muntah darah - Tinja berdarah
- Sukar menelan - Tinja berwarna dempul
- Nyeri perut - Tinja berwarna ter
- Konstipasi - Benjolan
Saluran kemih/ Alamat kelamin
- Disuria - Kencing nanah
- Stranguri - Kolik
- Poliuri - Oliguria
8
- Polaksuria - Anuria
- Hematuria - Retensi urin
- Kencing batu - Kencing menetes
- Ngompol - Penyakit prostat
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Dektra et Sinistra
- Oedem - Deformitas - Nyeri sendi
- Nyeri Sendi - Sianosis - Ptekie
Ekstremitas Inferior Dektra et Sinistra
- Oedem - Deformitas - Nyeri sendi
- Nyeri Sendi - Sianosis - Ptekie
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (kg) : 37kg
Tinggi badan (cm) : 158cm
IMT : 14,8%
Keadaan gizi : kurang
9
RIWAYAT MAKANAN
Frekuensi/ hari : 2x/ hari
Jumlah/ hari : satu porsi
Variasi/ hari : bervariasi
Nafsu makan : menurun
PENDIDIKAN TERAKHIR
( ) SD ( √ ) SMA ( ) Sekolah Kejuruan ( ) Akademi
( ) Kursus ( ) Tidak Sekolah
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum ( 17/10/2015)
Keadaan umum : Sakit Ringan
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 100x/menit regular isi cukup, kuat.
Suhu : 38,3⁰C
Pernapasan : 30x/menit
Sianosis : tidak sianosis
Cara berjalan : membungkuk
Mobilitas (aktif/pasif) : aktif
STATUS GENERALIS
KULIT
Warna : sawo matang tampak pucat
10
Efloresensi : terdapat plak hiperpigmentasi yang menyebar di
ekstremitas bawah
Jaringan parut : tidak ada pigmentasi : ada
Pertumbuhan rambut : normal pembuluh darah : normal
Suhu raba : 37,4⁰C lembab/kering : lembab
Keringat : berkeringat turgor : normal
KEPALA
Ekspresi wajah : normal simetris muka : simetris
Rambut : tipis dan mudah rontok
MATA
Eksolftalmus : tidak ada enoftalmus : tidak ada
Kelopak : cekung gerakan mata : normal
Konjungtiva : anemis
Sklera : normal
Lap.penglihatan : ketajaman penglihatan dalam batas normal
MULUT
Bibir : kering tonsil : normal
Langit-langit : normal bau nasfas : tidak bau
trismus : normal
Faring : tidak hiperemis
Lidah : normal
11
LEHER
Tekanan vena jugularis : (5 -2) mmH20
Kelenjar tiroid : normal, tidak ada pembesaran
Pembesaran KGB : tidak ada
DADA
Bentuk : normal
Buah dada : normal
Sela iga : normal
PARU
Inspeks : Bentuk dada normal
Palpasi : Tidak ada nyeri dan steam fremitus normal
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler dan terdapat rongki basah halus yang hilang timbul di apek hingga paru bagian tengah
JANTUNG
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung atas di ICS III linea Parastrenal kiri
Batas jantung Kiri bawah di ICS VI midclavikula sinistra
Batas jantung kanan di ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : 75 x/menit regular isi cukup, kuat. S1 S2 normal dan tidak
ada gallop dan murmur
12
ABDOMEN
Inspeksi : simetris, rata.
Palpasi : Tidak ditemukan kelainan
Auskultasi : Bisisng usus dan peristaltic usus normal
Perkusi : Timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
17/10/2015
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hemoglobin 10,1Lk: 14-18 gr%
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 5100 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 71 50-70 %
Limposit 20 20-40 %
Monosit 8 2-8 %
Eritrosit 4.0Lk: 4.6- 6.2 ul
Wn: 4.2- 5,4 ul
Hematokrit 30%Lk: 40-54 %
Wn: 38-47 %
Trombosit 186.000 159-400 ul
13
MCV 72 80-96
MCH 25 27-31 pg
MCHC 35 32-36 g/dl
Ureum 33 10-40 mg/dl
Creatinin 1,3Lk 0,9-1,5 mg/dl
Pr 0,7-1,3 mg/dl
Anti-HIV +
14
HASIL RONTGEN
Kualitas foto baik
Trakea terletak di tengah
Sudut costo phrenicus tajam
Tampak pelebaran sela iga
Tidak tampak cardiomegali ctr <50%
Pinggang jantung terlihat
Terdapat peningkatan corakan bronkovaskular di basal paru
15
DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS
DASAR DIAGNOSIS
TB Paru gagal terapi, HIV-AIDS Stadium III
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
1. Bronkhitis2. Pneumonia3. Tumor paru4. Penyakit imunodefisiensi primer
Rencana Pengobatan :
1. Infuse RL gtt XX tpm2. Cephalosforin 2x125mg3. Paracetamol 3x14. Cotrimoxazole 2x25. Ambroxol syr 3 x CI6. Neurodex 3 x 1
Pemeriksaan Penunjang
1. BTA I, II, III / Pemeriksaan Tuberkulin (Mantoux) 2. PAP-TB3. Pemeriksaan hitung CD4+4. Pemeriksaan jumlah virus HIV dengan RNA-PCR
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia et malamQuo ad functionam : dubia et malamQuo ad sanationam : dubia et malam
16
PERKEMBANGAN SELAMA RAWAT INAP
Follow up 2 18 Oktober 2015 jam 07.00 WIB
S Batuk berkurang, sesak berkurang dan tidak ada demam, Os sulit tidur.
O Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis Tekanan darah : 110/90 mmHg Nadi : 70x/menit Suhu : 36,2°C Pernapasan : 24 x/menit normal
Kepala:
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher: JVP (5-2 mm H2O), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
Inspeks : Bentuk dada normal (simetris)Palpasi : Tidak ada nyeri dan steam fremitus melemah di Lapang paru dextraPerkusi : sonor di kedua lapang paruAuskultasi : ditemukan ronki basah di lapang paru dextra dan
vesikuler di lapang paru sinistra
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung atas di ICS III linea Parastrenal kiri
Batas jantung Kiri bawah di ICS VI midclavikula sinistra
Batas jantung kanan di ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : 75 x/menit regular isi cukup, kuat. S1 S2 normal dan tidak
ada gallop dan murmur
17
A TB paru gagal terapi + HIV/AIDS stadium III
P 1. Diet hati III2. Infuse RL gtt XX tpm3. Cephalosforin 2x125mg4. Paracetamol 3x15. Cotrimoxazole 2 x 26. Ambroxol syr 3 x CI7. Neurodex 3 x 1
Follow up 3, 19 Oktober 2015 (06.00 wib)
S Batuk dan sesak sudah semakin berkurang, os sudah dapat tidur.
O Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis Tekanan darah : 110/60 mmHg Nadi : 74x/menit Suhu : 36,5°C Pernapasan : 18 x/menit normal
Kepala:
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher: JVP (5-2 mm H2O), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
Inspeks : Bentuk dada normal (simetris)Palpasi : Tidak ada nyeri dan steam fremitus melemah di Lapang paru dextraPerkusi : sonor di kedua lapang paruAuskultasi : ditemukan ronki basah di lapang paru dextra dan
vesikuler di lapang paru sinistra
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung atas di ICS III linea Parastrenal kiri
18
Batas jantung Kiri bawah di ICS VI midclavikula sinistra
Batas jantung kanan di ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : 70 x/menit regular isi cukup, kuat. S1 S2 normal dan tidak
ada gallop dan murmur
A TB paru gagal terapi + HIV/AIDS stadium III
P 1. Diet hati III2. Infuse RL gtt XX tpm3. Cephalosforin 2x125mg4. Paracetamol 3x15. Cotrimoxazole 2 x 26. Ambroxol syr 3 x CI7. Neurodex 3 x 1
Follow up 4, 20 Oktober 2015 (17.00 wib)
S Batuk dan sesak sudah semakin berkurang, os sudah dapat tidur dan merasa lebih baik.
O Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 68x/menit Suhu : 36,4°C Pernapasan : 19 x/menit normal
Kepala:
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher: JVP (5-2 mm H2O), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
Inspeks : Bentuk dada normal (simetris)Palpasi : Tidak ada nyeri dan steam fremitus melemah di Lapang paru dextraPerkusi : sonor di kedua lapang paruAuskultasi : ditemukan ronki basah di lapang paru dextra dan
vesikuler di lapang paru sinistra
19
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung atas di ICS III linea Parastrenal kiri
Batas jantung Kiri bawah di ICS VI midclavikula sinistra
Batas jantung kanan di ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : 70 x/menit regular isi cukup, kuat. S1 S2 normal dan tidak
ada gallop dan murmur
A TB paru gagal terapi + HIV/AIDS stadium III
P Rujuk ke RSAM
20
PEMBAHASAN
I. HIV/AIDS
a. Definisi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahhap akhir dari infeksi virus HIV.
b. Epidemiologi
Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heterseksual, jarum suntik menlalui penggunaan narkotika, transfusi komponen darah, dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu resiko tinggi terhadap HIV?AIDS misalnya penggunaan narkotika, pekerja seks komersil dan pelanggannya, serta narapidana.
Namun, infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan masyarakat, baik kelompok masyarakat resiko tinggi maupun masyarakat umum. Jika pada awalnya, sebagian besar odha berasal dari kelompok homoseksual maka kini telah terjadi pergeseran dimana persentase penularan secara heteroseksual dan pengguna narkotika semakin meningkat.
Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV yang semakin nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar odha yang merupakan pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Anggapan bahwa pengguuna narkotka hany berasal dari keluarga brokn home dan kaya juga tampaknya semakin luntur.
c. Patogenesis
Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV akrena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4 berfungsi mengoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.
21
Kejadian infeksi HIV primer dapat dipelajari pada model infeksi akut Simian Immunodeficiency Virus (SIV). SIV dapat menginfeksi limfosit CD4+ dan monosit pada mukosa vagina. Virus dibawa oleh antigen-presenting cells ke kelenjar getah bening regional. Pada model ini,virus dideteksi pada kelenjar getah bening makaka dalam 5 hari setelah inokulasi. Sel individual di kelenjar getah bening yang mengekspresikan SIV dapat dideteksi dengan hibridisasi in situ dalam 7 sampai 14 hari setelah inokulasi. Viremia SIV dideteksi 7 sampai 21 hari setelah infeksi. Puncak jumlah sel yang mengekspresikan SIV di kelenjar getah bening berhubungan dengan puncak antigenemia p26 SIV. Jumlah sel yang mengekspresikan virus di jaringan limfoid kemudian menurun secara cepat dan dihubungkan sementara dengan pembentukan respon imun spesifik.koinsiden dengan menghilangnya viremia adalah peningkatan sel limfosit CD8. Walaupun demikian tidak dapat dikatana bahwa respons sel limfosit CD8+ menyebabkan kontrol optimal terhadap replikasi HIV. Replikasi HIV berada pada keadaan ‘steady-state’ beberapa bulan setelah infeksi. Kondisi ini bertahan relatif stabil dalam beberapa tahun namun lamanya sangat bervariasi. Faktor yang memppengaruhi tingkat replikasi HIV tersebut, dengan demikian juga perjalanan kekebalan tubuh penjamu, adalah heterogenitas kapasitas replikatif virus dan heterogenitas intrinsik penjamu.
Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberpa minggu setelah infeksi, namun secara umum dapat dideteksi pertama kali setela replikasi virus telah menurun sampai ke level ‘steady-state’. Walaupun antibodi ini umumnya memiliki aktifitas netralisasi yang kuat melawan infeksi vrius, namun ternyata tidak dapat mematikan virus. Virus dapat menghindar dari netralisasi oleh antibodi dengan melakukan adaptasi pada amplop=nya, termasuk kemampuannya mengubah situs glikosilasi-nya, akibatnya konfigurasi 3 dimensinya berubah sehingga netralisasi yang diperantarai antibodi tidak dapat terjadi.
d. Patofisiologi
Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap IADS pada 3 tahun pertama, 50% berkembng menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit
22
yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubh yang juga bertahap.
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihhatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelanjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomtik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula yang perjaanannya lambat (non-progressor).
Seiring dengan makin memuruknya kekebalan tubuh, odha mulai menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenajr getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes, dll.
e. Stadium HIVStadium HIV menurut WHO adalah:
Stadium 1: asimptomatik, limfadenopati generalisata Stadium 2:
o Berat badan turun <10%
o Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik, prurigo,
infeksi jamurkuku, ulkus oral rekuren, cheilitis angularis)o Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
o Infeksi sluran nafas atas rekuren
Stadium 3o Berat badan turun >10%
o Diare yang tidak diketahui penyebab, > 1 bulan
o Demam berkepanjangan (intermitten atau konstan), >1
bulano Kandidiasis oral
o Oral hairy leukoplakia
o Tuberkulosis paru
o Infeksi bakteri berat (pneumonia, piomiositis)
Stadium 4o HIV wasting syndrome
o Penumonia pneumositis carinii
o Toksoplasma serebral
23
o Kriptosporidiosis dengan diare > 1 bulan
o Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa atau kelenjar
getah bening (misalnya retinitis CMV)o Infeksi herpes simpleks, mukokutan (>1 ulan) atau
visceral.o Progressive multifocal leucoencepalophaty
o Mikosis endemic diseminarta
o Kandidiasis esophagus, trakea, dan bronkus
o Mikobakteriosis atipik, diseminata atau paru
o Septicemia salmonella non-tiposa
o Tuberculosis ekstrapulmnal
o Limfoma
o Sarcoma Kaposi
o Ensefalopati HIV
f. Tes HIV
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang terinfeksi vrius HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru terlihat setelah bertahun-tahun lamanya.
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboatrium untuk memeastikan diagnosis infeksi HIV. Secara garis besar dapat diabgi menjadi pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk emndeteksi keberadaan virus HIV. Deteksi adanya virus HIV dalam tubuh daat dilakukan dengan isolasi dan baikan virus, deteksi antigen, dan deteksi materi genetik dalam darah pasien.
Pemeriksaan yang lebih mudah adalah pemeriksaan pemeriksaan teradap antibodi HIV. Sebagai penyaring biasanya digunakan teknik ELISA (Enzym-linked immunosorbent assay), aglutinasi atau dot-blotimmunobinding assay. Metode yang biasanya digunakan di Indonesa adalah metode ELISA.
g. Kriteria Diagnosis
Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfekssi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodei atau pemeriksaan untuk emndeteksi adanya virus dalam tubuh.
24
Diagnsis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3.
h. Penatalaksanaan
HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti-HIV (obat anti-retroviral disingkat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal dan produktif. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse trasncriptase inhibtior, non-nucleotid reverse transriptase inhibitor. Dan inhibtior protease. Tidak semua ARV yang ada telah tersedia di Indonesia.
II.a. Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru, disebabkan Mycobacterium tuberculosis berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TB dibagi dalam:
1. TB paru BTA positif: sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen BTA positif
2. TB paru BTA negatif, dari 3 spesimen sputum BTA negatif, foto toraks positif.
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang ditujunjukkan oleh foto toraks, TB paru dibagi dalam:
1. TB paru dengan kelainan paru luas2. TB paru dengan kelainan paru sedikit
Berdasarkan organ selai paru yang terserang, TB paru dibagi dalam:
1. TB ekstra paru ringan: TB kelenjar limfe, TB tulangnon-vertebra, TB sendi, TB adrenal
2. TB ekstra paru berat: meningitis, TB milir, TB diseminata, perikarditis, pleuritis, peritonitis, TB vertebra, TB usus, TB genitourinariu
Berdasarkan riwayat pengobatannya, TB paru dibagi dala:
1. Kasus baru2. Kambuh (relaps)3. Drop-out / default
25
4. Gagal terapi5. Kronis
b. DiagnosisKeluhan (tergantung derajat berat, organ terlibat, dan komplikasi):- Batuk-batuk ≥3 minggu- Betuk berdarah- Sesak nafas- Nyeri dada- Malaise- Lemah- Berat badan turun- Nafsu makan urun- Keringat malaam- Demam
Gejala yang ditemukan (tergantung derajat berat, organ terlibat, dan komplikasi):
- Keadaan umum lemah- Kakeksia- Takipnea- Febris- Paru: tanda-tanda konsolidasi (redup, fremitus mengeras/,elemah,
suara nafas bronkial/melemah, ronkhi basah/kering)
Laboratorium: LED meningkat
Mikrobiologis:
- BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS- Kultur Mycobacterium tuberculosis positif (diagnosis pasti)
Radiologis
Foto toraks PA ± lateral (hasil bervariasi): infiltrat, pembesaran KGB hilus/KGB paratrakeal, milier, atelektasis, efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas,destroyed lung.
Imuno-serologis:- Uji kulit dengan tuberkulin (mantoux) positif > 15 mm pada orang
Indonesia yang imunokompeten.- Tes PAP, ICT-TB: positif- PCR-TB dari sputum (hanya menunjang klinis).
26
27
c. Pemeriksaan Penunjang- Laboratorium: LED- Mikrobiologis: BTA sputum, kultus resistensi sputum terhadap M.
Tuberculosis.- Pada kategori 1 dan 3: sputum BTA diulangi pada akhir bulan
ke2,4 dan 6.- Pada kategori 2: sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2, 5,
dan 8- Kultur BTA sputum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir
terapi.- Radiologis: foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir
terapi.- Selama terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan- Imuno-serologis:
- Uji kulit dengan tuebrkulin (mantoux)- Tes PAP, ICT-TB PCR-TB dari sputum.
III. Pembahasan Kasus
Keluhan-keluhan yang dirasakan Os, mengarah pada kecurigaan adanya penyakit HIV/AIDS. Dimana telah terjadi infeksi oportunistik pada tubuh Os. Pada penderita HIV, kekebalan tubuh penderitanya mengalami penurunan sehingga mudah terjangkit penyakit seperti meningitis, ensefalitis, tuberkulosis paru, pneumonia, kandidiasis, dan bahkan keganasan.1 Sel target HIV adalah limfosit CD4+ dimana limfosit CD4+ ini memiliki peran penting dalam sistem imunitas, diantaranya berfungsi untuk mengaktifkan sistem imunitas seluler dan sistem imunitas humoral.2
Infeksi HIV menyebabkan menurunnya jumlah CD4+, sehingga terjadi abnormalitas fungsi sistem imunitas seluler dan sistem imunitas humoral. Sistem imunitas seluler berfungsi untuk mengatasi organisme intraseluler seperti parasit, jamur dan bakteri intraseluler.3 Pada jumlah CD4+ yang menurun, dapat menyebabkan menurunnya fungsi makrofag untuk melakukan fagositosis dan kemotaksis serta kemampuan menghancurkan organisme intraseluler seperti Kandida albikans sehingga dapat menyebabkan terjadinya kandidiasis. Dari hasil anamnesa, Tn.S mengaku pernah mengalami keluhan berupa bercak-bercak di langit-langit mulutnya yang merupakan salah satu gejala dari kandidiasis.4
Selain menganggu fungsi dari makrofag, menurunnya jumlah CD4+ dapat menyebabkan gangguan fungsi lain seperti menurunnya fungsi sel Tc sehingga kemampuan sel Tc untuk menghancurkan sel yang
28
terinfeksi virus menurun, terutama pada infeksi stadium lanjut. Fungsi dari sel NK (Natural Killer) juga terganggu dimana kemampuan sel NK untuk menghancurkan sel yang terinfeksi dan menghancurkan secara langsung antigen menjadi menurun.5 Produksi antibodi juga mengalami gangguan sehingga penderita HIV mudah sekali terinfeksi, salah satunyta infeksi dari Mycobacterium tuberculosa.6
Pada kasus Tn. S ini dari hasil anamnesa ditemukan gejala demam subfebril yang hilang timbul, betuk yang kering, sesak nafas saat berjalan, nyeri dada, dan keringat saat malam hari. Keluhan-keluhan tersebut merupakan gejala khas pada penderita TB paru. Pada penderita TB Paru demam biasanya menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak terbebas dari serangan demam influenza, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.6
Gejala batuk pada pasien TB banyak ditemukan. Namum pada Os batuk yang dirasakan tidak begitu sering dan batuk yang dialami yaitu batuk yang tidak berdahak. Betuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum), keadaan ini yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.7
Sesak yang dialami pada Os merupakan sesak yang terjadi ketika Os berjalan atau berkativitas berat yang mereda ketika duduk atau jongkok. Pada penyakit ringan TB (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak akan ditemukan pada penyakit yang lanjut, yang infiltratnya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.2
Nyeri dada merupakan gejala yang agak jarang ditemukan pada penderita TB, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.1 Pada Os nyeri dada yang dirasakan masih jarang, dan jenis nyeri yang dirasakan ketika batuk atau sesak muncul saja. Nyeri dada hanya dirasakan di dada sebelah kanan atas.
29
Pada TB paru terdapat gejala malaise, karena merupakan penyakit radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.1 Pada Os gejala malaise hampir semua ditemukan.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan, keadaan umum pasien terlihat sakit ringan, konjungtiva mata anemis, kulit yang pucat dan badan yang kurus. Pada pemeriksaan Head to toe tidak banyak ditemukan kelainan, namun pada pemeriksaan auskultasi thorax terdengar suara ronkhi basah minimal yang hilang timbul di bagian paru kanan. Ronkhi basah yang terdengar menunjukan adanya infiltrat didalamnya. Namun infiltrat tidak begitu luas sehingga ronkhi yang terdengar masih minimal.
• Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atua segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobrokial). Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah meliputi jaringa ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas. Lesi ini dikenal sebagai tubekuloma.7
pada Os Tampak perbercakan lunak di lapang bawah paru kanan, yang menunjukan adanya lesi tuberkulosis yang minimal dikarenakan Os pernah dilakukan terapi oral selama ±4 bulan.
Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculosae dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. WHO tahun 1991 memeberikan kriteria pasien tuberkulosis paru. Pasien dengan sputum BTA positif : 1. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2x pemeriksaan, atau 2. Satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif, atau 3. Satu sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif. Pada pasien denga BTA negatif : 1. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2x pemeriksaan terapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif, atau 2. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positif.1 Pada Os pemeriksaan Sputum tidak dapat dilakukan dikarenakan os sangat susah untuk mengeluarkan dahak, tetapi dari riwayat pengobatan
30
sebelumnya os didiagnosa TB dari sputum dengan hasil positif dan dilakukan terapi oral 6 bulan yang hasilnya cukup baik sampai keluhan-keluhan os membaik, namun terapi os tidak tuntas, os tidak meneruskan pengobatan sampai dokter yang merawat menyatakan sembuh, sehingga gejala-gejala TB timbul kembali.
KESIMPULAN
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan Os
didiagnosa TB Paru gagal terapi ec HIV-Aids.
31
DAFTAR PUSTAKA1. Sudoyo, Aru. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I, Edisi V. Interna Publishing. Jakarta, 2009.2. Sudoyo, Aru. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III, Edisi V. Interna Publishing. Jakarta, 2009.3. Aditama, TY. Prevalence of Tuberculosis in Indonesia, Singapore,
Brunei Darussalam, and the Philiphines. Tubercle 1991.4. Batoeah HD, Beberapa Pedoman Pemberantasan Tuberkulosis di
Indonesia. Majalah Kedoketeran Indonesia. 1969.5. Depkes Republik Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Jakarta; Depkes Republik Indonesia. 19956. World Health Organization. 1993. Treatment of Tuberculosis;
Guidelines for National Programmes. WHO, 1993. Geneva.7. Depkes Republik Indonesia. Survei Kesehatan Nasional. Jakarta;
Depkes Republik Indonesia. Indonesia, 2001.
32