LAP Prak Farmako Morfin

7
Morfin Kimia morfin dan opioid terkait Struktur morfin dapat dilihat pada gambar diatas, banyak turunan semisintetik dibuat dengan modifikasi morfin atau tebain.kodein adalah metilmorfin, substitusi metil pada gugus hidroksilfenol. Tebain berbeda dengan mordin hanya dalam hal kedua gugus hidroksilnya termetilasi dan pada cincinnya terdapat dua ikatan rangkap. Diasetilmorfin atau heroin, dibuat dari morfin asetilasi pada posisi 3 dan 6. Apomorfin yang juga dibuat dari morfin, merupakan suatu agonis dopaminergik dan emetik yang kuat. Hidromorfon, oksimorfon, hifrokodon dan oksikodon juga dibuat melalui meodifikasi molekul morfin. A. Absorpsi Secara umum opioid mudah diabsorpsi pada saluran cerna, absorpsi melalui mukosa rektum memadai, dan beberapa obat (seperti morfin, hidromorfon) tersedia dalam bentuk supositoria. Opioid yang lebih lipofilik juga mudah di absorpsi melalui mukosa nasal atau bukal. Opioid mudah diabsorpsi setelah penyuntikan intamuskular atau subkutan dan dapat berpenetrasi cukup baik ke korda spinalis setelah pemberian epidural atau intratekal. Morfin dalam jumlah kecil yang diberkan secara epidural atau intratekal ke saluran spinal dapat memberikan analgesia yang kuat yang dapat betrahan 1 sampai 24 jam. Akan tetapi, karena sifat hidrofilik morfin, ada penyebaran rostral obat pada cairan spinal, dan efek samping, terutama depresi pernapasan. Jika morfin diberikan secara intravena, maka kerjanya cepat. Akan tetapi senyawa yang lebih larut dalam lemak bekerja lebih cepat dari morfin setelah pemberian subkutan karena perbedaan laju absorpsi dan masuknya ke SSP.

Transcript of LAP Prak Farmako Morfin

Page 1: LAP Prak Farmako Morfin

MorfinKimia morfin dan opioid terkait

Struktur morfin dapat dilihat pada gambar diatas, banyak turunan semisintetik dibuat dengan modifikasi morfin atau tebain.kodein adalah metilmorfin, substitusi metil pada gugus hidroksilfenol. Tebain berbeda dengan mordin hanya dalam hal kedua gugus hidroksilnya termetilasi dan pada cincinnya terdapat dua ikatan rangkap. Diasetilmorfin atau heroin, dibuat dari morfin asetilasi pada posisi 3 dan 6. Apomorfin yang juga dibuat dari morfin, merupakan suatu agonis dopaminergik dan emetik yang kuat. Hidromorfon, oksimorfon, hifrokodon dan oksikodon juga dibuat melalui meodifikasi molekul morfin.

A. AbsorpsiSecara umum opioid mudah diabsorpsi pada saluran cerna, absorpsi melalui mukosa

rektum memadai, dan beberapa obat (seperti morfin, hidromorfon) tersedia dalam bentuk supositoria. Opioid yang lebih lipofilik juga mudah di absorpsi melalui mukosa nasal atau bukal. Opioid mudah diabsorpsi setelah penyuntikan intamuskular atau subkutan dan dapat berpenetrasi cukup baik ke korda spinalis setelah pemberian epidural atau intratekal. Morfin dalam jumlah kecil yang diberkan secara epidural atau intratekal ke saluran spinal dapat memberikan analgesia yang kuat yang dapat betrahan 1 sampai 24 jam. Akan tetapi, karena sifat hidrofilik morfin, ada penyebaran rostral obat pada cairan spinal, dan efek samping, terutama depresi pernapasan. Jika morfin diberikan secara intravena, maka kerjanya cepat. Akan tetapi senyawa yang lebih larut dalam lemak bekerja lebih cepat dari morfin setelah pemberian subkutan karena perbedaan laju absorpsi dan masuknya ke SSP.

B. Distribusi dan nasib Bila morfin dalam kondisi terapeutik terdapat dalam plasma, sekitar sepertiganya terikat

protein. Morfin sendiri tidak menetap dalam jaringan, dan 24 jam setelah dosis terakhir konsentrasi dalam jaringan rendah.

Jalur metabolisme morfin utama adalah konjugasi dengan asam glukoronat. Dua metabolit utama yang terbentuk adalah morfin-6-glukuronid dan morfin-3-glukuronid. Sejumlah kecil morfin-3,6-diglukuronid juga dapat terbentuk. Walau 3- dan 6- glukuronid sangat polar, keduanya dapat melintasi sawar darah otak untuk memberikan efek klinis yang bermakna. Dengan pemberian dosis oral kronis, kadar morfin-6-glukuronid dalam darah biasanya melampaui kadar morfin. Pada dewasa muda, waktu paruh morfin sekitar 2 jam, waktu paruh morfin-6-glukuronid agak lebih lama

C. Ekresi

Page 2: LAP Prak Farmako Morfin

Sangat sedikit morfin yang diekresikan dalam bentuk tidak berubah. Obat tersebut dieliminasi melalui filtrasi glomerulus, terutama sebagai morfin-3-glukuronid; 90% ekresi total terjadi pada hari pertama. Terjadi sirkulasi enterohepatik morfin dan glukuronidanya, yang menyebabkan adanya sejumlah kecil morfin dalam feses dan dalam urin selama beberapa hari (Goodman & Gilman. 2001).

D. Indikasi

- terhadap nyeriMorfin sering digunakan untuk nyeri yang menyertai : 1) infark miokard; 2) neoplasma; 3) kolik renal atau kolik empedu; 4) oklusio akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner; 5) perikarditis akut, pleuritis, dan pneumotoraks spontan; dan 6) nyeri akibat trauma misalnya luka bakar.

- terhadap batukpada batuk tidak produktif dan hanya iritatif, tetapi dewasa ini sudah ditinggalkan pemakainannya.

- edema paru akutMorfin IV dapat dengan jelas mengurangi/ menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri.

- efek antidiareberdasarkan efek langsung ke otot polos usus.

E. Efek samping

- idiosinkrasi dan alergimorfin dapat menyebabkan mual dan muntah terutama wanita berdasarkan idiosinkrasi. Bentuk diosinkrasi lain ialah timbulnya eksitasi dengan tremor, dan jarang-jarang delirium; lebih jarang lagi konvulsi dan insomnia. Berdasarkan reaksi alergik dapat timbul gejalanseperti urtikaria, eksantem, dermatitis kontak, pruritus, dan bersin.

- intoksikasi akutBiasanya terjadi akibat percobaan bunuh diri atau takar lajak. Pasien akan tidur, sopor atau koma jika intoksikasi cukup berat. Frekunsi napas lambat 2-4 kali/menit, dan pernapasan mungkin berupa Cheyne Stokes. Pasien sianotik, kulit muka merah tidak merata dan agak kebiruan. Tekanan darah mula-mula baik akan menurun sampai terjadi syok bila napas memburuk, dan ini dapat diperbaiki dengan memberikan oksigen. Pupil sangat kecil (pin point pupils),kemudian midriasis jika telah teradi anoksia. Pembentukan urin sangat berkurang karena terjadi penglepasan ADH dan turunnya tekanan darah. Suhu badan rendah, kulit terasa dingin, tonus otot rangka rendah, mandibula dalam keadaan relaksasi dan lidah dapat menyumbat jalan napas.

F. Toleransi , Adiksi, dan Abuse

Pada dasarnya adiksi morfin menyangkut fenma berikut: (1) habituasi, yaitu perubahan psikik emosional sehingga pasien ketagihan akan morfin; (2) ketergantungan fisik, yaitu kebutuhan akan morfin karena faal dan biokimia tubuh tidak berfungsi lagi tanpa morfin; dan (3) adanya toleransi.

Page 3: LAP Prak Farmako Morfin

Toleransi ini timbul terhadap efek depresi, tetapi tidak timbul efek eksitasi, miosis, dan efek pada usus. Toleransi silang dapat timbul antara morfin, dihidromorfin, metopon, kodein, dan heroin. Toleransi timbul setelah 2-3 minggu. Kemungkinan timbulnya toleransi lebih besar bla digunakan dosis besar secara teratur.

Jika pecandu menghentikan pengggunaan morfin secara tiba-tiba timbullah gejala putus obat atau gejala absstinensi. Menjelang saaat dibutuhkannya morfin, pecandu tersebut merasa sakit, gelisah, irritable; kemudian tertidur nyenyak. Sewaktu bangun ia mengeluh seperti akan mati dan lebih gelisah lagi. Pada fase ini timbul gejala tremor, iritabilitas, lakrimasi, berkeringat, menguap, bersin, mual, midriasis, demam, da napas cepat. Gejala ini makin hebat disertai timbulnya muntah, kolik, dan diare. Frekuensi denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Pasien merasa panas dingin disertai hiperhidrosis. Akibatnya timbul dehidrasi, ketosis, asidosis, dan berat bada pasien menurun. Kadang-kadang timbul kolaps kardiovaskular yang bias berakhir dengan kematian.

G. Interaksi Obat

Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu, dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.

Beberapa derivate fenotiazin meningkatkan efek sedasi, tetapi dalam saat yang sama bersifat antianalgetik dan meningkatkan jumlah opioid yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

H. Sediaan dan Posologi

Sediaan yang mengandung campuran alkaloid dalam bentuk kasar beraneka ragam dan masih dipakai. Misalnya pulvus opii mengandung 10% morfin dan kurang 0,5% kodein.

Sediaan yang mengandung alkaloid murni dapat digunakan untuk pemberian oral maupun parenteral. Yang biasa digunakan adalah garam HCl, garam sulfat, atau fosfat alkaloid morfin, dengan kadar 10 mg/mL. Pemberian 10mg/70kgBB morfin subkutan dapat menimbulkan analgesia pada pasien dengan nyeri yang bersifat sedang hingga berat, misalnya nyeri pascabedah. Efektivitas morfin per oral hanya 1/6-1/5 kali efektivitas morfin subkutan.

I. Efek-efek System Organ dari Morfin

1. AnalgesiaMorfin menyebabkan analgesia (menghilang nyeri tanpa hilangnya kesadaran).

Opioid menghilangkan nyeri dengan meningkatkan ambang rasa nyeri pada tingkat medula spinalis, dan lebih penting lagi, mengubah persepsi otak terhadap nyeri.penderita yang diobati dengan morfin tetap waspada terhadap adanya rasa nyeri, tetapi sensasinya menyenangkan. Efek analgesik maksimum dan potensi ketagihan dari obat-obat agonis.

2. Euforia

Page 4: LAP Prak Farmako Morfin

Morfin menghasilkan rasa puas dan rasa sehat yang kuat. Euforia mungkin disebabkan oleh stimulasi tegmentum ventral.

3. PernafasanMorfin menyebabkan defresi pernafasan dengan pengurangan sensitivitas neuron

pusat pernafasan terhadap karbondioksida. Ini terjadi dengan dosis biasa morfin dan diperkuat dengan jiak dosis ditingkatkan sampai akhirnya pernapasan berhenti. Depresi pernafasan merupakan penyebab kematian yang paling sering pada keadaan takar lajak opiod.

4. Penekanan refleks batukMorfin dan kodein mempunyai efek antitusif. Umumnya, penekanan batuk tidak

berhubungan erat analgesik dan defresi pernafasan obat-obat opiod. Reseptor yang terlibat dalam kerja antitusif yang tampaknya berbeda dan yang terlibat pada analgesia.

5. Miosis“Pinpoint” ciri khas penggunaan morfin adalah akibat dari rangsangan reseptor µ

dan resptor k. Morfin mengeksitasi nukleus Edinger-Westphal nervus okulomotorius yang menyebabkan peningkatan stimulasi paarasimpatetik pada mata. Ada sedikit toleransi terhadap efek ini, dan semuanya menambah timbulnya”pinpoint” pupil.ini penting untuk menegakkan diagnosis karena kebanyakan penyebab koma dan depresi pernafasan mengahasilkan dilatasi pupil.

6. EmesisMorfin merangsang secara langsung zona pencetus kemoreseptor pada daerah

postrema yang menimbulkan muntah.Walaupun begitu ,emesis tidak menimbulkan sensasi yang tidak menyenangkan.

7. Saluran cerna Morfin menghilangkan diare dan disentri. Morfin menurunkan motilitas otot dan

meningkatkan tonus. Juga meningkatkan tekanan pada sakuran bilier. Morfin juga meningkatkan tonus spingter anus. Morfin juga menyebabkan konstipasi, dengan sedikit perkembangan toleransi.

8. KardiovaskulerMorfin tidak mempunyai efek utama terhadap tekanan darah ataupun denyut

jantung kecuali pada dosis besar dapat terjadi hipotensi dan bradikardi. Karena defresi pernafasan dan retensi karbondioksida, pembuluh darah serebral berdilatasi dan meningkatkan tekanan cairan CSF. Karena itu morfin merupakan kontraindikasi pada individu dengan jejas otak berat.

9. Pelepasan histaminMorfin melepaskan histamin dari sel mast, menyebabkan urtikaria, berkeringat

dan vasodilatasi.karena dapat menyebabkan penderita asma sebaiknya jangan diberikan obat ini.

10. Kerja hormonalMorfin menghambat pelepasan hormon pelepasan gonadotropin dan hormon

pelepasan kortikotropin dan menurunkan konsentrasi hormon luteinisasi, hormon yang menstimulasi folikel, hormon yang adrenokortikotropik dan B-endorfin.kadar testosteron dan kortisol menurun. Morfin meningkatkan pelepasan prolaktin dan hormon pertumbuhan dengan mengurangi penghambatan dopaminergik.morfin juga meningkatkan retensi urin.

Page 5: LAP Prak Farmako Morfin

11. Kulit

Dalam dosis terapi morfin menyebabkan pelebaran pembuluh darah kulit sehingga kulit tampak merah terutama panas di muka, leher, dan dada bagian atas. Proritus kadang-kadang dapat terjadi mungkin akibat penglepasan histamine atau pengaruh langsung morfinpada saraf.

12. Metabolisme

Morfin menyebabkan suhu badan turun akibat aktivitas otot yang menurun, fasodilatasiferifer dan penghambatan mekanismen neural di SSP. Kecepatan metabolisme dikurangi oleh morfin. Setelah pemberian morfin folume urin berkurang disebabkan merendahnya laju filtrasi glomerulus.