Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

14
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN KHEMORESEPTOR Nama : Natalina NIM : J1C108027 Kelompok: 6 (enam) Asisten : Julista Hertia Putri PROGRAM STUDI BIOLOGI

description

laporan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi khemoreseptor udang galah.

Transcript of Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

Page 1: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

KHEMORESEPTOR

Nama : Natalina

NIM : J1C108027

Kelompok: 6 (enam)

Asisten : Julista Hertia Putri

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2010

Page 2: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup mempunyai alat indera untuk mengetahui keadaan luar.

Alat indera ini mempunyai sel-sel saraf untuk menangkap rangsangan dari luar

yang disebut reseftor (atau dalam bahasa Indonesia = reseptor). Reseptor dapat

dikelompokkan menurut jenis rangsangan yang diterimanya, yaitu khemoreseftor

rangsangan berupa kimia, mekanoreseftor rangsangan berupa mekanik atau fisik,

fotoreseftor rangsangan berupa cahaya, dan lain-lainnya. Sumber rangsang dapat

berupa panas, cahaya dan perubahan mekanis dan kimia yang terjadi dalam

lingkungan internal dan eksternal. Saraf juga berfungsi untuk mengorganisir dan

mengatur, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian terbesar fungsi

tubuh, terutama kegiatan motoris, visceral, endoktrin dan mental (Mahardiono,

1982).

Udang adalah hewan dengan ukuran tubuh besar, panjangnya 15 – 25 cm,

bahkan ada yang sampai 90 cm. Habitatnya di perairan pantai yang dipengaruhi

oleh pasang surutnya air laut. Ciri khas dari udang ini memiliki pasangan kaki

kedua pada udang ini sangat panjang (Mahardiono dkk, 1982).

Tubuh udang galah terdiri atas kepala dan dada yang bersatu

(cephalothorax). Ciri khas dari udang ini adalah rostrum (tonjolan carapace yang

bergerigi). Bagian dada terdapat 5 pasang kaki jalan (periopoda) dan pada bagian

badan terdapat lima ruas yang masing-masing dilengkapi dengan sepasang kaki

renang (pleiopoda). Bagian ekor (uropoda) merupakan ruas terakhir dari ruas

badan yang kaki renangnya terdiri dari bagian luar (exopoda) dan bagian dalam

(endopoda) dan bagian ujungnya meruncing disebut telson (Hadie, 1993).

Umumnya undang dijumpai di danau-danau, rawa rawa, billabong,

bendungan, saluran irigasi, dan juga disungai-sungai.  Mereka termasuk tahan

banting. Pada musim kering mereka akan bertahan hidup dengan cara membuat

lubang di dalam tanah.  Bahkan mereka mampu membuat lubang hingga

kedalaman 5 meter.  Paa saat musim penghujan mereka kemudian keluar untuk

mencari makan, dan berpindah (Brotowidjoyo, 1979)

Page 3: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk untuk mengetahui fungsi khemoreseptor

Udang galah.

Page 4: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Reseptor indra adalah indra saraf yang mengakui sebuah stimulus di

lingkungan internal atau eksternal dari sebuah organisme. Sebagai tanggapan

terhadap rangsangan yang memulai reseptor sensorik transduksi indra dengan

menciptakan aksi pada sel yang sama atau dalam satu berdekatan. Susunan saraf

Crustacea adalah tangga tali (Irnaningtyas, 2006).

Macam-macam reseptor berdasarkan penggolongannya adalah :

A. Berdasarkan stimulus yang memadai

Sebuah reseptor sensorik yang cukup stimulus adalah modalitas

stimulus bagi yang memiliki yang memadai transduksi indra aparat.

Stimulus yang memadai dapat digunakan untuk mengklasifikasikan

reseptor sensorik:

1. Ampullae dari Lorenzini menanggapi medan listrik , salinitas, dan

temperatur, tetapi fungsi utamanya sebagai electroreceptors

2. Baroreceptors menanggapi tekanan dalam pembuluh darah

3. Kemoreseptor menanggapi rangsangan kimia

4. Hydroreceptors menanggapi perubahan kelembaban

5. Mechanoreceptors merespon stres mekanik atau mekanik strain

6. Nociceptors menanggapi kerusakan jaringan tubuh yang menyebabkan

persepsi nyeri

7. Osmoreseptor menanggapi osmolaritas cairan (seperti di hipotalamus)

8. Fotoreseptor menanggapi cahaya

9. Proprioceptors memberikan rasa posisi

10. Thermoreceptors terhadap perubahan temperatur, baik panas, dingin

atau keduanya

11. elektromagnetik reseptor menanggapi gelombang elektromagnetik

B. Berdasarkan letak dan lokasi:

1. Reseptor Cornu adalah reseptor sensoris ditemukan dalam dermis atau

epidermis.

Page 5: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

2. spindle otot berisi mechanoreceptors yang mendeteksi regangan pada

otot.

C. Berdasarkan morfologi

Reseptor somatik sensorik di dekat permukaan kulit biasanya dapat

dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan morfologi:

1. ujung saraf Gratis ciri nociceptors dan thermoreceptors dan disebut

demikian karena cabang terminal neuron adalah unmyelinated dan

tersebar di seluruh dermis dan epidermis .

2. reseptor encapsulated terdiri dari sisa jenis reseptor kulit. Enkapsulasi

ada untuk berfungsi khusus (Kimball, 1983).

Sistem saraf dan susunan saraf pada udang mirip dengan cacing, yaitu:

susunan saraf tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu

antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet)

yang bertangkai (Irnaningtyas, 2004). Pusat susunan sarafnya berupa otak yang

dihubungkan dengan urat saraf ventral kembar dan bercabang-cabang ke seluruh

ruas-ruas tubuh. Otak terjadi dari suatu massa sel-sel saraf atau ganglion, sehingga

disebut juga ganglion otak atau selebral ganglion. Otak terletak di bagian atas

kepala, di belakang tangkai mata, dari sini benang-benang saraf kemudian menuju

ke antena, antenula, dan mata (Mahardiono dkk, 1982).

Page 6: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 16 April 2010 jam 15.45 – 18.00

wita di Laboratorium Biologi I, Laboratorium Dasar MIPA Universitas Lambung

Mangkurat.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu stopwatch, gunting kecil.

Bahan yang digunakan yaitu udang galah, pelet.

3.3 Prosedur Kerja

1. Sediakan udang sebanyak tiga ekor dan dimasukkan ke dalam akuarium

2. Dilakukan ablasi (pemotongan) antenulla pada : udang satu tidak diberi

perlakuan, udang dua dipotong 1 antenulanya, udang tiga dipotong kedua

antenulanya.

3. Dihitung waktu udang mendekati pelet, memakan pelet, dan pengamatan

dilakukan selama 30 menit.

Page 7: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tidak ada hasil

4.2 Pembahasan

Pada praktikum dengan judul “Khemoreseptor” ini dilakukan untuk

mengetahui fungsi dari antenulla pada udang sebagai penerima rangsang kimia

atau yang disebut khemoreseptor, terutama untuk mendeteksi pakan. Menurut

Wiese (2004), khemoreseptor pada udang yang berupa antenulla yang terdiri atas

reseptor gustatory, sehingga ion-ion yang ada di udara maupun molekul molekul

yang tidak larut serta keberadaan pakan dapat terdeteksi, Menurut Eckert dan

Randal (1978), antenula juga berfungsi untuk mengenali lawan jenis, menghindari

dari serangan atau gangguan yang diakibatkan oleh organisme lain (predator) dan

mempertahankan daerah teritorialnya..

Berdasarkan percobaan yang dilakukan Hunti (2007), antenulla pada

udang galah merupakan organ chemoreseptor yang sangat penting untuk

mendeteksi kondisi lingkungan dan juga mendeteksi pakan yang berada di sekitar

lingkungan udang. Umumnya antenna pada udang berjumlah sepasang, ukurannya

lebih panjang daripada antenulla. Antenulla berjumlah 2 pasang dan ukurannya

lebih pendek daripada antenna (Marhardiono, 1982).

Pada percobaan kali ini dilakukan perlakuan berbeda pada 3 udang galah.

Pada perlakuan pertama tidak dilakukan ablasi, Pada perlakuan kedua dilakukan

ablasi satu antenulla pada udang galah dan Pada perlakuan ketiga dilakukan ablasi

dua antenulla pada udang galah.

Gerakan-gerakan pada udang menurut pengamatan Hunti Gene, Lisa E.

Park, and Michael Labarbera (2007) adalah antara lain :

1. Flicking yaitu gerakan pelecutan ke depan, gerakan ini terjadi jika ada

pakan di depan udang. Respon dilakukan untuk menangkap ion-ion.

2. Withdraw yaitu gerakan pelecutan antenula ke belakang. Gerakan ini

terjadi jika pakan di belakang udang dan untuk menghindari musuh.

Page 8: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

3. Wipping yaitu gerakan pembersihan antenula. Pembersihan antenula

biasanya terjadi bila ada rangsangan mekanik dari aestheric.

4. Rotation yaitu gerakan memutar antenula. Gerakan ini sering terjadi

jika ada pakan di atas udang. Selain itu, gerakan ini berfungsi untuk

mengacaukan ion-ion dalam pakan sehingga pakan dapat dengan

mudah dan cepat berdifusi ke dalam sel-sel chemoreseptor.

Keistimewaan yang dimiliki udang adalah pola makan yang khas. Ada tida

tahap respon tingkah laku pakan terhadap pakan bagi udang yaitu orientasi,

mencari dan mendeteksi pakan. Mekanisme pakan hingga pada stimulus dimulai

dari pakan yang dimasukkan ke dalam akuarium yang kemudian berfusi ke dalam

air dalam bentuk ion-ion. Kemudian ion-ion tersebut akan diterima oleh

chemoreseptor yang terdapat pada antenula. Impuls dari antenula akan ditransfer

menuju otak melalui neuron afferent. Impuls itu diproses oleh otak menjadi

tanggapan dan diteruskan ke organ reseptor melalui neiron afferent. Organ

reseptor kemudian melakukan gerakan sesuai informasi yang diterima otak dan

terjadilah gerakan udang mendekati pakan yang disediakan dalam akuarium

tersebut (Yuwono, 2001)

Hasil pengamatan terhadap udang galah yang dilakukan oleh Wiese (2004)

pada 15 menit pertama, udang yang paling cepat melakukan flicking, wiping,

withdraw adalah udang yang tidak mengalami ablasi. Gerakan yang paling sering

dilakukan oleh udang normal adalah withdraw dan wipping, gerakan mendekati

pakan dilakukan baik oleh udang normal karena masih adanya antenula.

Udang dengan ablasi antenula total tidak melakukan flicking, wipping,

withdraw, dan rotation. Hal ini disebabkan karena chemoreseptor pada antenula

telah dipotong, sehingga tidak mampu mendeteksi pakan yang ada di sekitarnya

(Wiese, 2004).

Kesimpulannya adalah udang yang lebih cepat merespon pakan adalah

udang yang tidak dilakukan ablasi pada antenullanya, sedangkan yang aling

lambat merespon pakan adalah udang yang dilakukan ablasi pada dua

antenullanya. Udang yang diperlakukan dengan ablasi satu antenulla tetap

merespon pakannya, namun kurang cepat dari udang yang tidak diablasi

antenullanya.

Page 9: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Antenulla merupakan organ chemoreseptor pada udang galah yang

sangat penting dalam mendeteksi kondisi lingkungan dan juga

mendeteksi pakan pada lingkungan.

2. Udang melakukan gerakan flicking, wipping, withdraw, dan mendekati

pakan.

3. Udang yang tidak diberi perlakuan ablasi antenulla akan berespon

dengan cepat terhadap pakan.

4. Udang yang diablasi dengan satu antenulla merespon pakan lebih

lambat dari pada udang yang pertama.

5. Udang yang dilakukan ablasi pada kedua antenullanya sama sekali

tidak merespon pakannya.

5.2 Saran

Sebaiknya bahan untuk praktikum jangan bahan yang sulit dicari atau

mudah mati, karena sebelum bahan digunakan untuk percobaan, bahan tersebut

sudah tidak dapat digunakan lagi.

Page 10: Lap Fiswan 5-Khemoreseptor

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, H. D. 1979. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Eckert, R. dan D. Ramdal. 1978. Animal Physiology. W.H. Freman St. Fransisco.

Hadie, W dan Lies, E.H. 1993. Pembenihan Udang Galah Usaha Industri Rumah Tangga. Kanisius. Yogyakarta.

Hunti, Gene; Lisa E. Park, and Michael Labarbera. 2007. A Novel Crustacean Swimming Stroke: Coordinated Four-Paddled Locomotion in the Cypridoidean Ostracode Cypridopsis vidua (Mu¨ ller).http://jeb.biologists.org/cgi/reprint/9/4/67.pdfDiakses pada 18 April 2010

Irnaningtyas. 2006. Fisiologi Hewan Invertebrata 2. Fakultas Biologi UNSOED. Purwokerto.

Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Mahardiono, A. Pratingyo, 7& Iskandar. 1982. Anatomi Udang. Intermasa. Jakarta.

Wiese, Konrad and Mufti P. Patria. 2004. Swimming in formation in Krill (Euphausiacea), a hypothesis: dynamics of the flow field, properties of antennular sensor systems and a sensory–motor link.http://plankt.oxfordjournals.orgDiakses pada 18 April 2010

Yuwono, E dan P. Sukardi. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV. Agung Solo, Jakarta.