LAP FAAL A4
-
Upload
jason-carter -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of LAP FAAL A4
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
1/16
1
SISTEM GASROINTESTINAL
KERUTAN USUS DI LUAR BADAN
TUJUAN :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Memasang peralatan perfusi usus dan pencatat gerakan usus.
2. Memasang sediaan usus dalam tabung perfusi dan menghubungkannya dengan pencatat
sehingga kerutannya dapat dicatat pada kimograf.
3. Menjelaskan pengaruh berbagai faktor dibawah ini pada frekuensi dan amplitude kerutan
serta tonus sediaan usus dalam tabung perfusi:
a. Epinefrin
b. Asetilkolin
c. Ion kaliumd. Pilokarpin
e.
Ion barium
Alat sediaan dan bahan kimia yang diperlukan:
1. Kaki tiga + kawat kasa + pembakar busen dengan pipa karet + statip
2. Gelas beker pireks 600 cc + tabung perfusi usus dengan klemnya.
3. Pipa kaca bengkok untuk perfusi usus + balon rangkap + thermometer kimia
4. Pencatat gerakan usus + sinyal maknit + kawat listrik + kimograf rangkap
5. Sepotong usus halus dengan panjang 5 cm (ini akan dibagikan oleh asisten
yang bertugas)
6. Larutan :
Locke biasa dan locke bersuhu 35c
Epinefrin 1:10.000 Locke tanpa kalsium CaCl21%
Asetilkolin 1:1.000.000
Pilokarpin 0,5%
BaCl21%
7. Es + Baskom
Tata kerja
1.
Susunlah alat menurut gambar2. Hangatkan air dalam gelas beker pireks sehingga larutan Locke didalam tabung perfusi
mencapai suhu 35c
3. Mintalah sepotong usus halus kelinci kepada asisten yang bertugas
4. Pasang sediaan usus sebagai berikut:
a.Ikatkan dengan benang salah satu ujung sediaan usu pada ujung pipa gelas bengkok
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
2/16
2
b.Ikatkan ujung yang lain pada pencatat usus. (Usahakan dalam hal ini sehingga sediaan
usus tidak terlampau tegang)
5. Alirkan udara kedalam larutan Locke dalam tabung perfusi dengan memompa balon dan
mengatur klem sehingga gelembung udara tidak terlalu menggoyangkan sediaan usus
yang telah dipasang itu.
6.
Selama percobaan, perhatikan suhu larutan Locke dalam tabung perfusi yang harus
dipertahankan pada suhu35c kecuali bila ada indikasi-indikasi lain.
PV.1.1 Apa tujuan mengalirkan udara kedalam cairan perfusi?
Jawab :
Gelembung udara tidak terlalu menggoyangkan sediaan usus yang telah dipasang.
VARIABEL KONTROL
I. Pengaruh Epinefrin
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control pada tromol yang berputar lambat, tetapi setiap
kerutan masih tercatat terpisah
2. Catat waktunya dengan interval 5detik
3. Tanpa menghentikan tromol, teteskan 5 tetes larutan epinefrin 1; 10.000 ke dalam cairan
perfusi
4. Lanjutkan pencatatan, sampai pengaruh epinefrin terlihat jelas
PV.1.2 Apa pengaruh epinefrin dalam percobaan ini?
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
3/16
3
Jawab :
5. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh epinefrin
sebagai berikut:
a.
Pindahkan pembakar Bunsen, kaki tiga + kawat kasa dan gelas beker pireksdari
tabung perfusi
b. Tempatkan sebuah Waskom bawah tabung perfusi.
c. Bukalah sumbat tabung perfusi sehingga cairan perfusi keluar sampai habis
d. Tutup kembali tabng perfusi dan isilah dengan larutan locke yang baru
(tidak harus yang bersuhu35c) dan besarkan aliran udara seingga usus
bergoyang-goyang.
e. buka lagi sumbat untuk men geluarkan larutan locke nya
f. ulangi hal diatas 2 kali lagi, sehingga dapat dianggap sediaan usus telah bebas dari
pengaruh epinefrin.g. Sesudah selesai hal-hal diatas, tutup kembali tabung perfusi, dan isilah
denganlarutan locke baru yang bersuhu 35c (disediakan) serta atur kembali
aliranudaranya.
h. Pasang kembali gelas beker piraks, kaki tiga + kawat kasa dan pembakar Bunsen.
HASIL :
Variabel kontrol 10 kerutan : 52 detik, Suhu: 39 C Setelah diberi epinefrin: tidak ada gelombang, Suhu: 39 C
Ket:
Epineprin yang mempunyai efek rangsang simpatis ini menurunkan frekuensi kerutan usus dan
memperkecil amplitude dan tonus
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
4/16
4
II. Pengaruh Asetilkolin
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control
2. Tanpa menghentikan tromol, teteskan 2 tetes larutan aetilkolin terlihat jelas.
3. Lanjutkan dengan pencatatan sampai pengaruh asetilkolin terlihat jelas.
4. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruhasetilkolin
seperti pada ad I.
PV 1.3. Apakah pengaruh asetilkolin pada sediaan usus?
Jawab :
Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter yang digunakan oleh saraf. Asetilkolin atau
yang disebut juga sebagai Ach, adalah neurotransmitter yang digunakan oleh seratpraganglion simpatis dan parasimpatis. Ach juga digunakan sebagai neurotransmitter
serat pascaganglion parasimpatis. Serat ini mengeluarkan asetilkolin. Serat ini, bersama
dengan semua serat preganglion otonom, disebut juga sebagai serat kolinergik.
Serat otonom pascaganglion ini tidak berakhir di satu benjolan terminal saja (synaptic
knob). Namun, cabang-cabang terminal serat otonom memiliki banyak pembengkakanatau benjolan, yang disebut sebagai varicosities, yang secara bersamaan megeluarkan
neurotransmitter ke suatu daerah luas di organ yang disarafi dan bukan hanya untuk ke
satu sel saja. Pelepasan neurotransmitter yang difus ini, disertai kenyataan bahwa setiapperubahan aktivitas listrik yang terjadi menyebar ke seluruh massa otot polos atau otot
jantung (pada usus halus, yang berlaku adalah otot polos) melalui taut celah, meyebabkan
aktivitas otonom biasanya mempengaruhi organ keseluruhan bukan sel-sel tertentu.
(Sherwood, 2012)
Ach juga berperan dalam persisteman parasimpatis, yaitu sebagai neurotransmitter
pascaganglion. Sistem parasimpatis sangat berperan dalam sistem pencernaan. Sistem ini
mendominasi pada keadaan tenang dan santai. Pada keadaan tanpa ancaman, tubuh
berkonsentrasi melaksanakan aktivitas normalnya, misalnya pencernaan. Sistemparasimpatis merupakan tipe rest and digest, yaitu istirahat dan cerna sekaligus
memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh sistem simpatis. Sebagai
contoh, efek stimulasi parasimpatis pada sistem pencernaan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan motilitias organ pencernaan
2. Relaksasi sfingter (untuk memungkinkan gerakan maju isi saluran cerna)3. Stimulasi sekresi pencernaan
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
5/16
5
4. Stimulasi sekresi pankreas eksokrin (untuk pencernaan)
5. Pengeluaran banyak liur encer kaya enzim
HASIL:
Variabel kontrol 10 kerutan : 52 detik, Suhu: 39 C
Setelah diberi asetilkolin: gelombang yang dihasilkan pendek dan lebar, 10 kerutan
pertama selama 31 detik, Suhu 43C
Ket:
Asetilkolin yang mempunyai efek rangsang parasimpatis ini meningkatkan kontraksi usus
halus dan meningkatkan efektivitas GI
III.Pengaruh Ion Kalsium
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control.
2. Hentikan tromol dan gantilah larutan locke dalam tabung perfusi dengan larutanlocke
tanpa Ca yang bersuhu 35c(disediakan).
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
6/16
6
3. Jalankan kembali tromol dan catatlah terus sampai pengaruh kekurangan ion Caterlihat
jelas.
4. Tanpa menghentikan tromol, teteskan 1 CaCl21% kedalam cairan perfusi. Beri tanda saat
penetesan.
5. Lanjutkan dengan pencatatan, sampai terjadi pemulihan. Bila pemulihan tidak sempurna,
ganti cairan dalam tabung perfusi dengan cairan locke baru yang 35c
PV.1.4. Apa pengaruh kekurang anion ca terhadap kerutan usus?
Jawab :
Ion Ca sangat diperlukan dalam mekanisme kontraksi otot polos. Jika ion Ca tidak
ditemukan dalam suatu otot polos, maka otomatis, kontraksi otot tidak terjadi. Hal
tersebut dikarenakan Ca merupakan pengaktivasi miosin kinase yang diperlukan untukproses kontraktil. Berikut adalah proses yang terjadi pada mekanisme kontraksi otot polos
:
1.
Pada saat sebuah hormon berikatan pada reseptor di membran maka akanmengaktifkan sebuah molekul G protein akibat terjadinya mekanisme depolarisasimembran plasma.
2. Akibat depolarisasi membran plasma akan membuka kanal Ca di permukaan
membran plasma dan memicu proses difusi Ca melalui kanal Ca yang kemudian akan
berkombinasi dengan calmodulin.3. Calmodulin dengan Ca yang telah membentuk ikatan kemudian melekat pada miosin
kinase dan mengaktivasi protein kinase ini (miosin adalah salah satu protein yang
juga berperan penting dalam mekanisme kontraksi otot polos).
4. Aktivasi miosin kinase menempelkan fosfat dari ATP pada kepala miosin untukmengaktifkan proses kontraktil.
5.
Kemudian terjadilah sebuah siklus cross-bridge formation, pergerakan, danpelepasan ikatan protein kontraktil yang terlibat. Siklus ini yang menyebabkan ototdapat berkontraksi secara terus-menerus (disesuaikan dengan siklus relaksasi juga).
HASIL:
Variabel kontrol 10 kerutan : 52 detik, Suhu: 39 C
Setelah diberi Ion Kalsium: 10 kerutan pertama selama 39 detik, Suhu 40C
IV.Pengaruh Pilokarpin
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control.
2. Tanpa menghentikan tromol, teteskan 2 tetes larutan pilokarpin 0,5% kedalam
cairan perfusi
3. Lanjutkan dengan pencatatan, sehingga pengaruh pilokarpin terlihat jelas
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
7/16
7
PV.1.5. Apa pengaruh pilokarpin terhadap kerutan usus?
Jawab :
Pilokarpin memiliki efek yang sama dengan asetilkolin. Pilokarpin termasuk dalam obat
parasimpatometik yang langsung bekerja pada reseptor kolinergik tipe muskarinik.
Perbedaanya adalah pilokarpin dapat menimbulkan efek yang luas parasimpatis yangkhas, dan tidak mudah tidak begitu cepat dirusak oleh kolinesterase yang terdapat dalamdarah dan cairan tubuh. Sedangkan, asetilkolin tidak mempunyai efek yang sama persis di
selurruh tubuh karena sebelum mencapai organ efektor, telah dirusak terlebih dahulu oleh
kolinesterase. (Guyton, 2011)
4. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh pilokarpin
seperti pada ad. I.4
HASIL :
Variabel kontrol 10 kerutan : 52 detik, Suhu: 39 C
Setelah diberi Pilokarpin: 10kerutan pertama selama 47 detik, Suhu 42C
Ket:
Pilokaprin meningkatkan frekuensi dan amplitudo kerutan usus karena pilokaprin merupakan
neurotransmitter yang dihasilkan pada pasca ganglion saraf parasimpatis yang berpengaruh
terhadap peningkatan motilitas usus.
V. Pengaruh Suhu
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control pada suhu 35c
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
8/16
8
2. Hentikan tromol dan turunkan suhu cairan perfusi sebanyak 5c dengan jalan
memindahkan pembakar Bunsen dan mengganti air hangat didalam Gekas pireks dengan
air biasa.
3. Segera setelah sampai suhu 30c, jalankan tromol kembali dan catatlah 10 kerutanusus.
4. Hentikan tromol lagi dan ulangi percobaan ini dengan setiap kali menurunkan suhucairan
perfusi sebanyak 5c, sampai tercatat 20c dengan jalan memasukkan potongan_
potongan es kedalam gelas beker pireks. Sangen demikian didapat pencatatan keaktifan
berturut-turut pada suhu 35, 30, 25 dan 20c
5. Hentikan tromol perfusi dan naikkan suhu cairan perfusi sampai 35c dengan jalan
mengganti air es dalam gelas beker pireks dengan air biasa kemudian memanasakan air
itu.
6. Segera setelah suhu mencapai 35c, jalankan tromol kembali dan catatlah 10 kerutanusus.
PV.1.6 Apa pengaruh suhu pada keaktifan suhu?
Jawab :
Gerakan usus dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu normal tubuh membuat usus dapat
melakukan gerak peristaltiknya secara normal. Saat usus diberikan perlakuan dingin,
maka yang terjadi adalah gerakan usus semakin melambat. Hal tersebut dapat dilihat dari
amplitudonya yang semakin mengecil. Kemudian, usus diberikan perlakuan panas yangmenyebabkan gerakan usus semakin cepat. Akan tetapi, bukan berarti dengan suhu yang
semakin panas (di atas normal) usus dapat bergerak lebih cepat lagi. Hal ini dikarenakan
oleh faktor enzim. Enzim hanya dapat bekerja dalam keadaan suhu tubuh
normal.(Hernawati, 2010)
VI.Pengaruh Ion Barium
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control
2. Tanpa menghentikan tromol, teteskan I tetes BaCl21% kedalam cairan perfusi. Bila
1tetes tidak memberikan hasil setelah 5-10kerutan, lanjutkan penambahan BaCl2 tetes
demi tetes yang diberikan setiap sesudah 5-10 kerutan yang tidak jelas.
PV.1.7. Apa pengaruh yang diharapkan terjadi pada penambahan larutan BaCl 2?
Jawab :
Ion barium mempunyai efek yang sangat kuat terhadap gerakan usus. Kerja obat ini
analog dengan pilokarpin dan asetilkolin, karena meningkatkan gerakan usus. (Guyton,
2011)
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
9/16
9
HASIL:
Variabel kontrol 10 kerutan : 52 detik, Suhu: 39 C
Setelah diberi : 10 kerutan pertama selama
Ket :
BaCl2 ini menaikan amplitude dan frekuensi kerutan usus ,karena barium ini meningkatkan
potensial aksi tanpa stimulant.
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
10/16
10
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Pengaruh Epinefrin dan Asetilkolin Terhadap Otot Usus
Kontrol Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal-Sistem Saraf Enterik traktus
gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut sistem saraf enter ik .Sistem ini
seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus dan memanjang sampai ke anus
Jumlah neuron pada sistem enterik ini sekitar 100 juta, hampir sama dengan jumlah pada
keseluruhan medula spinalis; Sistem saraf enterik yang sangat berkembang ini bersifat penting,
terutama dalam mengatur fungsi pergerakan dan gastrointestinal.
Sistem saraf enterik terutama terdiri atas dua pleksus:
1.
Pleksus Bagian Luar , Yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular yangdisebut pleksus mienterikus atau pleksus Auerbach. berfungsi mengatur pergerakan
gastrointestinal
2. Pleksus Bagian Dalam, Disebut pleksus submukosa atau pleksus Meissner yang
terletak di dalam submukosa. Berfungsi mengatur sekresi gastrointestinal serta aliran
darah local.
ada serabut-serabut simpatis dan parasimpatis ekstrinsik yang berhubungan dengan kedua
pleksus tersebut. Pada ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epitel gastrointestinal atau
dinding usus dan mengirimkan serabut-serabut afferents ke kedua pleksus sistem enterik,lalu ke
ganglia prevertebra dari sistem saraf simpatis, setelah itu ke medula spinalis, dan yang terakhir
ke dalam saraf vagus menuju ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini dapat mengadakan refleks-refleks lokal di dalam dinding usus itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan ke usus
baik dari ganglia prevertebra maupun dari daerah basal otak.
Jenisjenis Neurotransmiter yang di sekresi oleh NeuroNeuro Enterik
Dalam upaya untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem saraf enterik gastrointestinal, para
peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan selusin atau lebih zat-zat neurontransmiter
yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari berbagai tipe neuron enterik.
Contohnya :asetilkolin Dan norepinefrin. Yang lain adalah Adenosin trifosfat, serotonin,
dopamine, kolisistokinin, substansi P , polipeptida intestinal vasoaktif , somatostatin, leu-
enkefalin, metenkefalin, dan bombesin Fungsi-fungsi khusus dari banyak neurontransmiter ini
tidak terlalu dikenal untuk dibahas disini, selain pembahasan hal berikut:
Asetilkolin paling sering merangsang aktivitas gastrointestinal. Norepinefrin,
Hampir selalu menghambat aktivitas gastrointestinal. Hal ini juga terjadi pada epinefrin, Yang
mencapai traktus gastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah disekresikan oleh medula
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
11/16
11
adrenal ke dalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan tadi adalah kombinasi dari
bahan-bahan eksitator dan inhibitor.
Asetilkolin (Ach) merupakan neurontransmiter yang dikeluarkan oleh semua serat praganglion
otonom, serat pasca ganglion parasimpatis, dan neuron motorik. Epinefrin hormon primer yang
dikeluarkan oleh medula adrenal
Tempat Produksi AsetilKolin dan Norepinefrin
Asetilkolin Norepineprin
Semua ujung (terminal) praganglion sistem
saraf otonom
Sebagian besar ujung pascaganglion simpatis
Semua ujung pascaganglion parasimpatis Medulla adrenal
Ujung pascaganglion simpatis dikelenjanr
keringat dan sebagian pembuluh darah di otot
rangka
Susunan saraf pusat
Ujung neuron aferen yang mempersarafi otot
rangka (neuronmotorik)
Susunan saraf pusat
Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal
Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmitter terakhir
yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari
SSP ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu rantai yang terdiri dari dua
neuron. Badan sel neuron yang pertama di rantai tersebut terletak di SSP.Aksonnya,seratpreganglion, Bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang ada di dalam suatu ganglion di
dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua,serat pascaganglion, Mempersarafi organ
efektor.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi- sistem simpatis dan parasimpatis. Serat-serat
saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat
preganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
12/16
12
neuron pascaganglion didalam ganglion yang ada dirantai ganglion simpatis yang terletak
dikedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion
itu berakhirdi organ efektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa
membentuk sinaps dan kemudian berakhir diganglion kolateral simpatis yang terletak disekitar
separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion
menjalani jarak sisanya.
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan Sacral SSP. Serat-
serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatiskarena serat-
serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak didalam atau dekat
dengan organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ
yang bersangkutan itu sendiri.
Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang
sama, yaitu asetilkolin (Ach), tetapi ujung-ujung pasca ganglion kedua system ini mengeluarkan
neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-
serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itubersama dengan semua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik. Sebaliknya sebagian
besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergik,karena mengeluarkan noradrenalin,
lebih umum dikel sebagai norepinefrin. Baik asetilkolinmaupun norepinefrin juga berfungsi
sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnya.
Persarafan Plantaiimpatis
Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi kranial dan divisi sakral. Kecuali untuk
beberapa serabut parasimpatis ke regio mulut dan faring dari saluran pencernaan,serabut
saraf parasimpatis kranial hampir seluruhnya di dalam saraf vagus. serabut-serabut ini memberi
inervasi yang yang luas pada esofagus, lambung, pankreas, dan sedikit usussampai separuh
bagian pertama usus besar.Parasimpatis sakral bersal dari segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat dari medula
spinalis serta berjalan melalui saraf panggul ke seluruh bagian distal usus besar dan sepanjang
anus. Arean sigmoid, rektum, dan anus diperkirakan mendapat persarafan
parasimpatis yang lebih baik dari nagian usus yang lain. Fungsi serabut ini terutama untuk
menjalankan reflak defekasi.
Neuron-neuron postganglionik dari sistem parasimpatis gastrointestinal terletak terutama
di pleksus mienterikus dan pleksus submukosa. Perangsangan saraf parasimpatis ini
menimbulakan peningkatan umum dari aktivitas seluruh sistem saraf enterik. Hal ini kemudian
akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi gastrointestinal.
Persarafan simpatis
Serabut-serabut simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal bersal dari medulla
spinalis antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar serabut preganglionik yang mempersarafi
usus, sesudah meninggalkan medula, memasuki rantai simpatis yang terlatak di sisi lateral
Kolumna spinalis, dan banyak dari serabut ini kemudian berjalan melalui rantaike ganglia yang
terletak jauh seperti ganglion seliaka dan berbagai ganglion mesenterica. Kabanyakan badan
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
13/16
13
neuron simpatik postganglionik berada di ganglia ini, dan serabut-Serabut postganglionik
lalu menyebar melalui saraf simpatis postganglionik ke semua bagian usus.Sistem simpatis pada
dasarnya menginervasi seluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya meluas dekat dengan rongga
mulut dan anus, sebagaimana yang terjadi pada sistem parasimpatis.Ujung-
ujung saraf simpatis sebagian besar menyekresikan norepinefrin dan juga epinefrin dalam jumlah
sedikit.
Pada umumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh
sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara:
(1) pada tingkat yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi norepinefrin untuk menghambat
otot polos traktus intestinal (kecualiotot mukosa yang tereksitasi oleh norepinefrin)
(2) pada tingkat yang besar melalui pengaruh inhibisi dari norepinefrin pada neuron-neuron
padaseluruh sistem saraf enterik.
Perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menginhibisi peregerakan motor usus
begitu hebat sehingga dapat benar-benar menghentikan gerakan makanan melalui traktusgastrointestinal
Efek Sistem Saraf Otonom Pada GIT
Organ Jenis
ReseptorsimpatisEfek
Stimulasisimpatis
Efek
Stimulasiparasimpatis
Saluran Pencernaan , 2 (Organ) motilitas (gerakan) motilitas
Pengaruh Ion Kalsium Terhadap Kontraksi Otot Usus (Otot Polos Visceral)
Dasar Molekuler Kontraksi
Kalsium berperan penting dalam kontraksi otot polos, seperti halnya yang terjadi pada
otot rangka. Namun, karena secara umum retikulum sarkoplasma otot polos visceralkurangberkembang, peningkatan konsentrasi kalsium yang disebabkan oleh influks kalsiumdari CES
melalui kanal kalsium bergerbang voltase dan bergerbang ligan. Disamping itu,miosin otot polos
harus terfosforilasi untuk dapat mengaktifkan miosin ATPase. Fosforilasidan defosforilasi
miosin juga terjadi pada otot rangka, tetapi fosforilasi tidak diperlukanuntuk pengaktifkan
ATPase. Pada otot polos, kalsium berikatan pada kalmodulin dankompleks yang terbentuk akan
mengaktifkan miosin kinase rantai ringan yang tergantung padakalmodulin (Calmodulin-
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
14/16
14
dependent myosin light chain kinase). Enzim ini mengkatalis fosforilasi rantai ringan miosin
pada serin diposisi 19. Fosforilasi ini akan mengaktifkanATP miosin mengalami defosforilasi
olehmiosin fosfatase rantai ringan dalam
selNamun,defosforilasi miosin kinase rantai ringan tidak selalu menyebabkan relaksasi otot polo
s. Berbagai mekanisme berperan. Salah satunya adalah mekanisme latch bridge, yang
menyebabkan jembatan silang miosin tetap terikat ke aktin beberapa lama setelah menurunnya
konsentrasi kalsium sitoplasma. Hal ini menimbulkan kontraksi yang menetap dengan
penggunaan energi yang sedikit, yang sangat penting pada otot polos pembuluh darah. Relaksasi
otot kemungkinan terjadi
ketika kompleks kalsium-kalmodulin akhirnya terurai atau ketika mekanisme lain bekerja.
Jawaban dari Pertanyaan:
1. Apa tujuan aliran udara ke dalam cairan perfusi?
Agar gelembung udara tidak terlalu menggoyangkan sediaan usus yang telahterpasang .
2. Pengaruh epinefrin
Epinefrin menyebabkan penurunan kerutan usus.
3.
Pengaruh asetilkolin
Asetilkolin menyebabkan peningkatan kerutan usus
4. Pengaruh Ion Kalsium
Ion kalsium menyebabkan penurunan kerutan usus.
5. Pengaruh Pilokarpin
Pilokarpin menyebabkan peningkatan kerutan usus yang disertai penurunan intreval
kerutan usus (interval menjadilebih panjang atau lama dibandingkan kontrol).
6. Pengaruh Suhu
Besarnya suhu dibandingkan lurus dengan kerutan usus. Oleh karena itu, semakin
Rendahsuhu, semakin 'tidak aktif' kerutan usus.
7.
Pengaruh Ion Barium
Ion barium menyebabkan peningkatan interval kerutan usus (Interval menjadi lebih
pendek atau cepat dibandingkan control).
Kesimpulan Kerjasaraf simpatis pada saluran cerna adalah menghambat kerja otot
polos serta menghambat pergerakan makanan.Saraf parasimpatis adalah untuk
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
15/16
15
peningkatan umum dari seluruh aktivitas system saraf enteric dan meningkatkan pula
kegiatan otot polossaluran cerna
Kesimpulan
1. Epinefrin menurunkan motilitas usus.
2. Asetilkolin meningkatkan motilitas usus.
3. Ion kalsium meningkatkan motilitas usus.
4. Pilokarpin menurunkan motilitas usus.
5. Suhu dingin menurunkan motilitas usus.
6. Ion barium meningkatkan motilitas usus.
-
8/11/2019 LAP FAAL A4
16/16
16
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, L. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Guyton, AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Dorland, N. 2002 . Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : EGC.