Lap 1 Ekosistem
-
Upload
hilwa-walida -
Category
Documents
-
view
633 -
download
6
Transcript of Lap 1 Ekosistem
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TUMBUHAN
‘EKOSISTEM’
OLEH :
KELOMPOK 1
Hilwa Walida (3415081951)
Fitriyani (3415081985)
Sintia Sundari (3415081991)
Dian Violeta Ikhsana (3415083246)
Rosid Marwanto (3415083259)
PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb.
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah,
kepada Rasulullah SAW, manusia terbaik sepanjang zaman.
Laporan praktikum dengan judul ‘Ekosistem’ ini akhirnya dapat penulis
selesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Ekologi Tumbuhan.
Kami berharap, laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat menjadi
acuan serta pedoman untuk penelitian yang akan diadakan selanjutnya. Penulis
menyadari bahwa laporan praktikum ini masih memerlukan banyak perubahan dan
membutuhkan saran dan kritik guna kemajuan di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum, wr.wb
Jakarta, Maret 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
2. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
BAB III METODOLOGI
1. Alat dan Bahan ...................................................................................... 11
2. Lokasi .................................................................................................... 11
3. Cara Kerja ............................................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan ................................................................................. 13
2. Pembahasan ......................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik yang tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal
balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dengan
anorganisme, dan matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Pada ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama
dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Setiap tingkatan kumpulan organisme
mulai dari populasi, komunitas dan biosfer akan berlandaskan pada konsep
ekosistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem
ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan
fisik, yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut.
Ruang lingkup ekosistem adalah adanya sistem terbuka dan sistem tertutup, faktor
biotik dan abiotik, rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida makanan, aliran
energi dan siklus materi. Dengan praktikum Ekologi Tumbuhan ini, mahasiswa dapat
mengamati lingkungan di sekitar bukan hanya sekedar mencatat data, namun dapat
dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan konsep ekosistem.
Melihat banyaknya ruang lingkup yang ikut berperan dalam pembentukan suatu
ekosistem, maka perlu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh ruang lingkup tersebut dalam membentuk suatu ekosistem lingkungan,
khususnya lingkungan kampus FMIPA UNJ.
2
2. Tujuan
Mengamati lingkungan sekitar kampus FMIPA UNJ dan menganalisis
lingkungan berdasarkan konsep ekosistem.
Mengetahui dan menganalisis ruang lingkup ekosistem yang dapat
mempengaruhi terbentuknya suatu ekosistem lingkungan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan tidak hanya tergantung pada
makhluk hidup lainnya saja, tapi makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan juga
tergantung pada zat tak hidup (abiotik). Kumpulan komunitas-komunitas lengkap
dengan lingkungan fisiknya sebagai tempat hidupnya membentuk suatu ekosistem.
Ilmu pengetahuan tentang ekosistem disebut ekologi. Seluruh ekosistem dalam dunia
membentuk biosfer.
Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya.
Di dalam suatu ekosistem terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan
mempengaruhi antar semua komponen. Komponen dari suatu ekosistem terdiri dari
komponen abiotik yaitu zat-zat tak hidup dan komponen biotik yaitu berbagai macam
mahluk hidup baik yang monoseluler maupun yang poliseluler.
1. Komponen Biotik
Manusia,hewan dan tumbuhan termasuk komponen biotik yang terdapat dalam
suatu ekosistem. Komponen biotik dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
produsen,konsumen dan dekomposer.
a. Produsen
Semua produsen dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga
disebut organisme autotrof. Sebagai produsen,tumbuhan hijau menghasilkan
makanan (karbohidrat) melalui proses fotosintesis. Makanan dimanfaatkan
oleh tumbuhan itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian,
produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain,yaitu
konsumen.
b. Konsumen
Semua konsumen tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam
tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat-zat organik
yang telah dibentuk oleh produsen atau dari konsumen lain yang menjadi
mangsanya.
4
Berdasarkan jenis makanannya,konsumen dikelompokkan sebagai
berikut:
Pemakan tumbuhan (herbivora), misalnya kambing, kerbau, kelinci dan
sapi.
Pemakan daging (karnivora), misalnya harimau, burung elang, dan
serigala.
Pemakan tumbuhan dan daging (omnivora), misalnya ayam, itik, dan
orang hutan.
c. Pengurai (dekomposer)
Kelompok ini berperan penting dalam ekosistem. Jika kelompok ini tidak
ada, kita akan melihat sampah yang menggunung dan makhluk hidup yang
mati tetap utuh selamanya. Dekomposer berperan sebagai pengurai yang
menguraikan zat-zat organik (dari bangkai) menjadi zat-zat organik
penyusunnya.
2. Komponen Abiotik
Bagian dari komponen abiotik adalah:
a. Tanah
Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,
kematangan, dan kemampuan menahan air.
b. Air
Hal-hal penting pada air yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup
adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus air, penguapan, dan
kedalaman air.
c. Udara
Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas. Gas itu
berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen (O2), karbon
dioksida (CO2), dan nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi
kehidupan makhluk hidup.
5
d. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di
bumi ini. Namun demikian, penyebaran cahaya di bumi belum merata. Oleh
karena itu, organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.
e. Suhu atau temperatur
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk kegiatan
metabolisme dan perkembangbiakannya (Udhi Coekhy, 2009).
Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi bila komponen-komponennya
dalam jumlah yang berimbang. Komponen-komponen ekosistem mencakup faktor
abiotik, produsen, konsumen, detritivora, dan dekomposer (pengurai). Di antara
komponen-komponen ekosistem terjadi interaksi, saling membutuhkan dan saling
memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya (Prawiro, 2003).
Gambar 1. Interaksi antara faktor biotik dan abiotik
6
Hubungan Faktor Biotik dengan Biotik
Kehidupan suatu organisme tidak bisa sendiri-sendiri, tetapi bergantung
kepada organisme lainnya, baik untuk kepentingan sumber-sumber penghidupannya
atau makanan, perkembangbiakan, maupun sebagai habitat (tempat tinggal). Untuk
mendapatkan sumber-sumber penghidupan tersebut, terjadilah interaksi antara
organism yang satu dengan organisme lainnya melalui apa yang disebut "Rantai
Makanan" dan "Jaring-Jaring Makanan" di alam, sehingga makhluk hidup bisa
mempertahankan kehidupan dan penghidupannya di bumi. Contohnya:
Tumbuhan kacang Ulat Burung Elang
Adapun Jaring-Jaring Makanan, yaitu perluasan dari rantai makanan, yang
setiap mata rantainya bisa bercabang-cabang dan berhubungan satu sama lain
hingga membentuk seperti bangun jaring yang memperlihatkan proses makan di
antara organisme di alam.
Gambar 2. Piramida makanan
Faktor abiotik merupakan penyokong kehidupan makhluk hidup, dimulai dari
tumbuhan sebagai produsen, kemudian hewan dan manusia sebagai konsumen,
maupun organisme lainnya yang berfungsi sebagai detritivora dan dekomposer/
7
pengurai. Tumbuh-tumbuhan sebagai produsen tampaknya merupakan jenis
makanan yang pertama ada untuk jenis organisme lainnya, termasuk oleh manusia.
Hubungan faktor biotik dengan abiotik terjadi karena pada dasarnya setiap organisme
tidak bisa hidup sendiri, tetapi bergantung kepada lainnya. Adanya ketergantungan
antar organisme ini disebabkan oleh kebutuhan hidup, seperti mendapatkan
makanan, perkembangbiakannya, tempat tinggal (habitat), dsb (Prawiro, 2003).
Siklus Biogeokimia
Siklus Biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau
senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke
komponen abiotik. Siklus tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga
melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik. Fungsi siklus biogeokimia
adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang
sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun abiotik,
sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga (Basukriadi, 2005).
Siklus-siklus biogeokimia antara lain siklus air, siklus oksigen, siklus nitrogen,
siklus karbon, dan siklus fosfor.
1. Siklus Nitrogen (N2)
Jumlah gas nitrogen (N2) di atmosfer mencapai 80% bentuk nitrogen di udara
dapat berbentuk amonia (NH3), molekul nitrogen (N2), dinitrit oksida (N2O),
nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), asam nitrit (HNO2), asam nitrat
(HNO3), basa amino (R3-N) dan lain-lain. Nitrogen juga dapat bereaksi dengan
hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir (elektrisasi). Tumbuhan
menerima nitrogen dalam tanah dalam bentuk amonia (NO3), ion nitrit (NO2-), dan
ion nitrat (NO3-). beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada
akar legum dan akar tumbuhan lain misalnya Marsiella crenata. Selain itu,
terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung,
yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat
anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat
nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh
dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi
8
oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan
nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan,
nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang
dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam
ekosistem (Basukriadi, 2005).
Gambar 3. Siklus Nitrogen
2. Siklus Karbon dan Oksigen
Siklus karbon merupakan siklus biogeokimia terbesar. karena banyak di
gunakan, 45% karbon digunakan untuk pertumbuhan, 45% untuk respirasi dan
10% untuk DOC. Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler
bertanggung jawab atas perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya
CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas
Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui
respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui fotosintesis.Akan
tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi
CO2 ke atmosfir (Basukriadi, 2005).
Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer
juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2
terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik
lainnya. Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber-sumber
9
CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik,
pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan
oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya
akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan
tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam
tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga
menambah kadar CO2 di udara.
Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak
langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang
akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga
yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof
lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan
menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah
CO2 di air (Basukriadi, 2005).
Gambar 4. Siklus Karbon dan Oksigen
3. Siklus Fosfor
Di alam fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (ada
tumbuhan dan hewan) dan anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari
hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi
fosfat anorganik, begitu juga dengan batu dan fosil yang terkikis akan menjadi
fosfat anorganik, yang kemudian fosfat anorganik itu akan terlarut di air tanah atau
10
air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen dasar laut. lalu akan di serap lagi
oleh komponen organik (hewan dan tumbuhan) (Basukriadi, 2005).
Gambar 5. Siklus Fosfor
11
BAB III
METODOLOGI
1. Alat dan Bahan
Lembar pengamatan dan alat tulis
Kamera
Tali rafia
Meteran
2. Lokasi
Kebun P2KS samping laboratorium FMIPA UNJ.
La
bo
rato
riu
m F
MIP
A U
NJ
Rumah Kawat
Gre
en
Ho
use
Lokasi
Pengamatan
5 x 5 m
12
3. Cara Kerja
Menentukan lokasi pengamatan
dengan luas 5 x 5 m.
Mengamati lokasi pengamatan
berdasarkan konsep ekosistem.
Mencatat hasil pengamatan dan
mendokumentasikannya.
Membahas dan menganalisis
hasil pengamatan
Membuat kesimpulan
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
No Karakteristik Deskripsi
1 Sistem Sistem terbuka
2 Faktor Biotik
Hewan: Lalat, Gonocephalus sp., semut, nyamuk,
kutu daun, kaki seribu, kupu-kupu, Yucca.
Tumbuhan: Adenium, Agave attenuata, Agave
angustifolia, Rhoeo discolor, Careus, Zephyrantes
candida, Annona muricata, rerumputan, Canna
indica, bluntas, Fabaceae, Aloe vera, Killinga.
3 Faktor Abiotik Cahaya matahari, batu, udara, tanah, air, tempat
sampah, bambu, pipa paralon, ember.
4 Rantai Makanan
Yucca kutu daun semut (detritivor)
Canna bekicot semut
Annona semut Gonocephalus
5 Jaring-Jaring Makanan
Yucca kutu daun semut (detritivor)
Canna bekicot
Annona Gonocephalus
6 Piramida Makanan
Konsumen II
Konsumen I
Produsen
7 Aliran Energi Matahari produsen konsumen detritivor
8 Daur Materi
Daur CO2:
CO2 tumbuhan O2 hewan/ manusia
14
9 Ekosistem Masa Lalu Ekosistem kebun P2KS
10 Ekosistem Masa Kini Ekosistem kebun P2KS
11 Ekosistem Masa Datang Ekosistem kebun P2KS
Keterangan:
Produsen : Rerumputan, Adenium, Agave attenuata, Agave angustifolia,
Rhoeo discolor, Careus, Zephyrantes candida, Annona muricata, Canna indica,
bluntas, Fabaceae, Aloe vera, Killinga.
Konsumen I : Kutu daun, bekicot, kupu-kupu, nyamuk.
Konsumen II : Gonocephalus sp.
2. Pembahasan
Menurut UUPPLH No.32 tahun 2009, ekosistem adalah tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas
lingkungan hidup. Menurut Irwan (2010), di dalam ekosotem tidak hanya mencakup
serangkaian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk
materi yang melakukan siklus dalam sistem itu, serta energi yang menjadi sumber
kekuatan.
Pada pengamatan yang telah dilakukan pada plot berukuran 5x5 cm di kebun
P2KS pada tanggal 17 Maret 2001 diperoleh data-data mengenai sistem serta faktor-
faktor biotik dan abiotik yang ada pada plot tersebut. Data-data dapat dilihat di tabel
hasil pengamatan. Dilihat dari segi sistem, ekosistem di plot ini adalah sistem terbuka.
Sistem terbuka adalah system dalam ekositem energi dan materi yang terkandung di
dalamnya dapat keluar atau mauk ke perbatasan system, artinya ada intervensi dari
pihak di luar sistem. Ekosistem ini dikatakan terbuka karena selain mendapatkan
nutrien dari alam (produsen), nutrien didapatkan pula dari bantuan manusia. Hal ini
karena plot yang berada di kebun P2KS ini merupakan tempat yang sengaja dirawat
oleh mahasiswa, sehingga kondisi dan kebutuhannya diperhatikan oleh mahasiswa.
Bantuan yang diberikan dapat berupa pupuk, air atau obat anti hama. Ekosistem ini
juga sebagian telah diatur oleh manusia. Hal ini dapat dilihat dari tata letak dan jenis-
jenis tumbuhan yang tumbuh seragam dalam hal habitus, namun tidak demikian
halnya dengan tumbuhan rumput yang ada di tempat tersebut. Tumbuhan ini bebas
15
tumbuh dan terdiri dari beberapa jenis walaupun pertumbuhan tingginya dihambat
dengan pemotongan yang berkelanjutan.
Gambar 6. Bagan ekosistem sistem terbuka
Komponen biotik yang ditemukan sangatlah beragam. Faktor biotik yang
mendominasi atau paling banyak ditemukan adalah tumbuhan. Tumbuhan berperan
sebagai produsen. Tumbuhan atau produsen di suatu ekosistem jumlahnya haruslah
lebih banyak dari konsumen di atasnya karena tumbuhan merupakan penghasil
makanan dan merupakan makhluk hidup yang dapat mengubah energi dari cahaya
matahari menjadi bentuk energi yang dapat digunakan oleh makhluk hidup.
Tumbuhan mendapatkan energi dari sinar matahari. Sinar matahari diambil oleh
tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis, dalam hal ini energi cahaya diubah menjadi
energi kimia. Energi diteruskan dari satu organisme ke organism lainnya (Irwan,
2010).
Konsumen yang ada dalam ekosistem yang diamati terdiri dari serangga, reptil
dan mollusca. Beberapa dari anggota konsumen juga dapat digolongkan sebagai
pengurai atau detritivor. Konsumen yang ditemukan, setelah dianalisis ternyata hanya
sampai konsumen II. Hal ini karena hewan yang ditemukan sedikit dan serangga yang
paling banyak ditemukan. Konsumen akan memperoleh energi dari produsen. Suatu
saat produsen dan konsumen akan mati, lalu diuraikan oleh detritivor. Penguraian ini
akan menambah unsur-unsur hara dalam tanah yang akan digunakan oleh tumbuhan
dalam proses pembuatan makanan.
16
Gambar 7. Piramida makanan
Faktor abiotik yang terdapat dalam ekosistem ini benar-benar digunakan oleh
komponen biotik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Materi dan energi berasal dari
lingkungan abiotik dan kembali lagi ke lingkungan abiotik. Dalam hal ini komunitas
dalam hal lingkungan abiotiknya merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem
(Irwan, 2010). Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk hidupnya
semua komunitas bergantung kepada lingkungan abiotik. Organism produsen
memerlukan energi, cahaya, oksigen, air dan garam-garam yang semuanya diambil
dari lingkungan abiotik (Irwan, 2010).
Aliran energi dan zat-zat kimia merupakan suatu proses intergrasi fungsional,
yang keduanya merupakan suatu pasangan karena energi disimpan dalam ikatan
kimia. Aliran ini terjadi di antara tingkat trofik serta di antara komponen-komponen
biotik dan abiotik menggabungkan ekosistem ke dalam suatu unit fungsional. Ketika
energi dilepaskan melalui proses pernapasan, maka senyawa-senyawa yang terlibat
mengalami degradasi,dan unsur-unsur kimianya dilepaskan ke habitat, yang dapat
digunakan kembali. Aliran kimia ini disebut juga siklus mineral atau siklus biogeokimia.
Salah satu siklus biogeokimia yang terjadi pada ekosistem yang diamati adalah
siklus CO2. Gas CO2 pada plot yang diamati berasal dari hasil pernapasan berbagai
hewan yang hidup pada plot tersebut seperti semut, lalat, nyamuk, dll, sehingga kadar
CO2 pada udara semakin meningkat, selanjutnya CO2 yang berada di udara diserap
oleh tumbuhan sebagai bahan baku untuk fotosintesis. Oleh karena itu kadar CO2
diudara kembali menurun. Selain menurunkan kadar CO2 dalam udara, fotosintesis
juga menghasilkan karbohidrat dan O2. Gas O2 hasil fotosintesis selanjutnya
digunakan kembali oleh berbagai mahkluk hidup baik tumbuhan maupun hewan untuk
berfotosintesis, dan fotosintesis tersebut akan menghasilkan CO2, sehingga kadar
CO2 dalam udara meningkat kembali, dan siklus CO2 kembali berulang.
17
Perkembangan ekosistem pada plot yang diamati tidak ada perubahan yang
signifikan, baik faktor biotik maupun abiotik. Perubahan yang terjadi hanya jumlah
(kuantitas) dan kualitas dari komponen-komponennya. Plot yang diamati pada masa
lalu merupakan kebun P2KS, dan saat pengamatan plot tersebut juga masih berupa
kebun P2KS, serta beberapa tahun kemudian plot tersebut tetap digunakan sebagai
kebun P2KS.
18
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ekosistem pada plot penelitian merupakan sistem terbuka, ekosistem tersebut
berasal dari ekosistem kebun yang sampai sekarang masih tetap dipertahankan
sesuai dengan ekosistem masa lalunya.
Terdapat beberapa faktor biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi dalam
ekosistem kebun P2KS, yaitu tumbuhan dengan jumlah yang sangat
mendominasi, serangga, reptil, mollusca, cahaya matahari, udara (oksigen dan
karbon dioksida), dan air.
i
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Ekosistem sebagai Lingkungan Hidup Manusia. Bandung: ITB.
Basukriadi, Adi. 2005. Populasi, Ekosistem, Biosfer. Jakarta: FMIPA UI.
Coekhy, Udhi. 2009. Ekosistem. Jakarta: Unpublished Article.
Irwan, Zoer’aini Djamal. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Prawiro, T Y Nootohadi. 2003. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Depdikbud.