LAp. Krismin Albert 1
-
Upload
albert-gerhard-erren-sihotang -
Category
Documents
-
view
177 -
download
6
Transcript of LAp. Krismin Albert 1
BAB I
KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis
lainnya.
Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap
untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi dikembangkan menjadi
ilmu pengetahuan tersendiri.
Kristalografi juga bisa disebut suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari system-sistem
kristal. Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi
tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard, 2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan
susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan Kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu.
- Sifat geometri, memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan lumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.
- Perkembangan dan pertumbuhan serta kenampakan luar mempelajari tentang bentuk-
bentuk dasar yaitu suatu bidang pada dituasi permukaan serta kombinasi antara satu bentuk
kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi.
- Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal serta menghitung
parameter dan parameter rasio.
- Sifat fisis kristal, mempelajari struktur (susunan atom-atomnya) berdasarkan bidang-bidang
kristalnya, sehingga akan terbagi menjadi 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi
tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan
susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut
1
1
antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.
Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-
sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus
kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai
parameter.
Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air serta menuruti hukum-
hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan
dan bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air, mengandung pengertian:
- Tidak termasuk didalamnya cair dan gas.
- Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-proses fisika.
Menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti - hukum geometri,
mengandung pengertian :
- Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
- Macam bentuk dari bidang kristal tetap
- Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana terjadi penurunan suatu
energi potensial dari sistem ion atau molekul yang akan dihasilkan dengan penyusunan ulang elektron pada
tingkat yang lebih rendah. Kristalografi dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi, kimia, fisika yang
mempelajari bentuk luar kristal serta cara penggambarannya.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat – sifat
mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung kepada
komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom
penyusun kristal / mineral.
Komposisi kimia kerak bumi
a. Kerak ,
b. Mantel, dan
c. Isi bumi.
Ketebalan kerak bumi di bawah kerak benua sekitar 36 km dan di bawah kerak samudra
berkisar antara 10 sampai 13 km. Batas antara kerak dengan mantel dikenal dengan Mohorovicic
discontinuity. Kimia kristal Sejak penemuan sinar X, penyelidikan kristalografi sinar X telah
mengembangkan pengertian kita tentang hubungan antara kimia dan struktur. Tujuannya adalah:
2
1) Untuk mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu jenis
kristal.
2) Dalam bidang geokimia tujuan mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi struktur
kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan
Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh dua macam ikatan yaitu
ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
a. Isomorfisme
Isomorfisme adalah suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta keamanan dari pada
kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.
b. Polimorfisme
Polimorfisme adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih satu macam kristal.
perbedaan dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi polimerfic sebagai morfic, trimorfic
dan seharusnya. Polimorfisme menunjukan bahwa struktur kristal tidak hanya ditentukan oleh
unsur kimia saja akan tetapi dapat disebabkan juga oleh unsur dari susunan atom yang
dibangun kristal.
1. Enantriotrop yaitu suatu proses timbal balik.
2. Monotropisme yaitu merupakan suatu proses yang tidak timbal balik
Contoh : Markasit menjadi pyrite.
c. Pseudomorfisme
Mineral dapat mengalami perubahan mineral lain tanpa merubah ikatan kimianya proses ini
dikenal sebagai proses pseudomorfisme.
Pseudomorfisme ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Tidak terjadi perubahan unsur kimianya, akan tetapi terjadi perubahan sistem dari pada
kristalografinya.
2. Unsur lama diganti unsur baru.
Pseudomorfisme disebabkan mineral lama tidak stabil dalam lingkungan yang baru.
1. Geometri Kristalografi dan Klas Simetris
Kristal juga memiliki daya ikat yang terdapat di dalamnya. Daya yang mengikat atom (atau ion,
atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat
berkaitan dengansifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan
konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.
3
Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan
koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4
macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.
Untuk dapat mengelompokan Kristal ke dalam tujuh sistem serta 32 kelas, maka dipanjang perlu untuk
mengrtahui cara-cara penentuan dari sistem dan kelas kristal adalah :
1. Langkah-langkah dalam penentuan sistem kristal adalah :
- Ambil sampel kristal yang akan dideskripsikan.
- Perkirakan letak sumbu-sumbu simetri utama dengan mengingat bahwa sumbu vertikal c adalah
sumbu yang terpendek atau terpanjang, kecuali sistem kubik.
- Tentukan konstanta Kristalografi, meliputi : besar sudut antara sumbu dan Axial Rationya.
- Kelompok kristal tersebut kedalam sistemnya berdasarkan konstanta Kristalografinya.
2. Langkah dalam penentuan kelas kristal adalah :
- Ambil sampel kristal yang akan di diskripsikan
- Tentukan sistem kristalnya.
- Tentukan unsur-unsur simetrinya, yang meliputi sumbu-sumbu simetri berikut nilai sumbunya dan
bidang simetrinya serta pusat simetrinya.
- Tentukan kelas kristalnya berdasarkan pada ciri-ciri pemilikan simetri di atas, dengan cara
menyusun :
- Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua
bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain.
Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua
sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu
bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang
berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri
yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai
bidang simetri diagonal.
- Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalu pusat kristal, dimana apabila kristal
tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros putarannya, maka
pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan kenampakan - kenampakan
seperti semula. . Kristal mempunyai 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi.
Tetapi dalam penggambarannya dibuat dimensi sehingga digunakan proyeksi
orthogonal. Sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas adalah sumbu a. Sumbu
4
horizontal pada bidang kertas adalah sumbu b. Sumbu yang vertikal pada bidang kertas
adalah sumbu c.
Ada beberapa jenis sumbu kristal, yaitu :
1. Sumbu utama, yaitu sumbu yang mempengaruhi dalam penentuan sistem kristal terdiri
dari sumbu a, b, dan sumbu c.
2. Sumbu miring adalah sumbu yang mempengaruhi dari penentuan sistem kristal yang
terdiri dari dua macam :
- Sumbu diagonal yaitu sumbu yang menghubungkan/menyatukan sudutsudut kristal
yang biasanya terletak antara sumbu a, sumbu b dan sumbu c.
- Sumbu oblique yaitu sumbu selain dari sumbu diagonal.
3. Sudut antara sumbu utama hal ini merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan
sistem dari kristal dimana sudut tersebut antara lain :
- ¿ sudut antara sumbu b dan sumbu c
- β sudut antara sumbu a dan sumbu c
- γ sudut antara sumbu a dan sumbu b
5
Gambar 1.1 Sumbu simetri pada kristal
Gambar 1.2 Sudut antara sumbu utama
4. Sumbu rotasi merupakan sumbu simetri apabila diputar akan menyatakan kenampakan
yang sama dan sisi depan kristal, tetap tidak didapatkan kenampakan kombinasi interversi
pembalikannya pada belakang sisi kristal tersebut.
5. Sumbu rotasi inversi merupakan sumbu simetri dan dapat menunjukan kenampakan
kombinasi antara kenampakan ulang pada sisi depan kristal dengan kenampakan
inversi/pembalikanya pada sisi yang lain. Jumlah kenampakan antara kenampakan ulang
dengan kenampakan inversinya adalah nilai dari sumbu tersebut.
6. Sumbu Sekrup merupakan sumbu simetri sebagai dan bentuk kombinasi antara pemutaran
dengan suatu pergeseran dimana selama pemutaran selain akan menunjukan kenampakan
ulang disertai juga dengan pergeseran/translasi.
7. Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakkan (kondigurasi) satu sam lain pada
kedua belah pihak/ kedua ujung sumbu sama. Dinotasikan dengan huruf L (linear)
atau g (gyre) dituliskan pada kanan atas atau kanan bawah. Misal L4 = L4 = g4 = g4.
8. Sumbu simetri gyre polair berlaku bila kenampakkan satu sama lain pada kedua
belah pihak berbeda/ tidak sama. Jika pada salah satu sisinya berupa sudut maka
pada sisi lainnya berupa bidang. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre).
Misal L2 = g2.
9. Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran dimana sumbu
tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke arah suatu bidang cermin putar
yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Dinotasikan dengan huruf “S” (spilegel
Axepy). Misal S2.
6
10.Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai
poros putarannya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik pusat
simetri pada sumbu tersebut. Misal L4i, L6
i dan sebagainya.
- Simbol kristalografi menunjukkan bagian – bagian yang terdapat pada kristalografi.
Simbol Kristalografi
Parameter bidang hkl :
Oh = 1 bagian
Ok = 3 bagian
Ol = 6 bagian
Parameter rasio bidang hkl :
O : ok : ol = 1 : 3 : 6
Gambar 1.3 Contoh gambar simbol kristalografi
- Simbol Weiss dan Simbol Miller
Simbol weiss dipakai dalam penggambaran kristal kedalam bentuk proyeksi
orthogonal dan stereografis. Simbol miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol
bentuk suatu kristal. Persamaannya :
Simbol Weiss =
Bagian yang terpotongSatuan ukur
Simbol Miller =
Satuan ukurBagian yang terpotong
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis bayangan tiap-
tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada
permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan
tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari
7
pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.
2. Bentuk – Bentuk Krsital
Kristal memiliki bentukan yang terjadi pada bidangnya, sehingga menimbulkan bentuk-bentuk
yang khas dan berbeda antarkristal pada saat pembentukannya. Dan bentuk kristal itu sendiri terdiri
dari 3, yaitu :
a. Bentuk Tunggal
Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar. Bidang-bidang kristal dengan bentuk dan ukuran yang
sama. Sering disebut sebagai bentuk dasar.
Contoh:- 4 bidang kristal → Tetrahedron (111)
- 6 bidang kristal → Hexahedron (100)
- 8 bidang kristal → Oktahedron (111)
- 12 bidang kristal → Tetrahedron (110)
b. Bentuk Kombinasi
Bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk tunggal yang tidak
sama, sehingga pada bentuk tersebut didapatkan dup atau lebih simbol bidang yang dipakai
sebagai simbol bentuk. Bentuk ini hanya terjadi pada sistem kristal yang sama.
Contoh : - Kombinasi Hexahedron (100) + Octahedron (111)
- Kombinasi Rhomben Dodecahedron (110) + Tetrakishexahedron (210)
c. Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau kombinasi dari bentuk
yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur simetri persekutuan yang sama. Tetapi apabila
kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut kedudukannya tidak beraturan maka kumpulan bentuk kristal
tersebut disebut kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Aggregate)
Contoh : - Tetrakishexahedron (210)
- Triakisoktahedron (211)
8
9
Gambar 1.4 7 Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Salib Sumbu
Kristalografi.
SISTEM KRISTALOGRAFI
1.1 Sistem Regular (Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)
Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem kubus/kubik
Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu
sama panjangnya.
10
Gambar 1.5 Sistem Regular
- Menurut Herman Mauguin, klasifikasi kristal pada sistem regular ada 3 bagian, yaitu :
Bagian Pertama : Menerangkan nilai sb a (SB a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan :
Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf, menunjukkan adanya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
11
Ketentuan:
Sumbu a = b = c
Sudut α = β = γ 90o
Karena sumbu a= sumbu b = sumbu c
Disebut juga sumbu a
Cara Menggambar :
a+ ^b- = 30o
a : b : c : = 1 : 3 : 3
4m, 4 , 4 ,
2m, 2
Bagian kedua : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang bernilai
3 itu, juga berniilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian kedua
selalu ditulis : 3 atau 3
Bagian Ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediate / diagonal bernilai
2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap
sumbu diagonal tersebut.
Bagian ketiga dinotasikan dengan atau tidak ada.
Contoh : - Klas Hexoctahedral
- Klas Pentagonal Icositetrahedral
- Klas Hextetrahedral
- Klas Dyakisdodecahedral
- Klas Tetratohedris 2 3 → 2 3
- Menurut Schoennflies, klasifikasi kristal pada sistem regular ada 2 bagian, yaitu :
Bagian Pertama : Menerangkan nilai sumbu c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c bernilai
4 atau bernilai 2. Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf Q
(octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c
bernilai 4 adalah bentuk krtstal Octahedron. Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan
dengan huruf T (Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk
sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedron.
Bagian kedua : Menerangkan kandungan bidang simeterinya, apabila kristal tersebut
Kalau mempunyai :
Bidang simeteri horizontal (h)
Bidang simeteri vertikal (v) │→ dinotasikan h
Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
Bidang simetri horizontal ( h ) │ → dinotasikan h
Bidang simetri vertikal ( v )
Kalau mempunyai :
Bidang simeteri vertikal (v) │→ dinotasikan v
Bidang simeteri diagonal (d)
12
2m, 2 , m
4m
32m
→ 4m
32m
4 3 2 → 4 3 24 3m → 4 3 m
2m
3 → 2m
3−
Kalau mempunyai :
Bidang simeteri diagonal(d) │→ dinotasikan d
Contoh : Klas Hexoctahedral (OH)
Klas Pentagonal Icostetrahedral (O)
Klas Hextetrahedral (Td)
Klas Dyakisdodecahedral (Td)
Klas Tetrahedral Pentagonal Dodecahedral (T)
1.2 Sistem Tetragonal (Quadratic)
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing
saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
- Menurut Herman Mauguin, Klasifikasi Kristal pada sistem tetragonal ada 3 bagian, yaitu:
Bagian Pertama : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini dinotasikan dengan : , 4, 4 m
Bagian kedua : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : , 2, m atau tidak ada
Bagian ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : 2. 2, m atau tidak ada
Contoh :
-Klas ditetragonal bipyramidal
-Klas Tetragonal trapezohedral 4 2 2 → 4 2 2
-Klas Ditetragonal pyramidal 4 m m → 4 m m
-Klas Tetragonal scalenohedral
-Klas Tetragonal bipyramidal .
-Klas Tetragonal pramidal
13
4m
2m
4m,
2m,
2m
→ 4m,
2m,
2m
4 2 m→ 4 2 m4 → 4 − −4 → 4 − −
-Klas Tetragonal bisphenoidal
Ketentuan :
Sumbu a = b ≠ c
Sudut α = β = γ 90o
Karena Sumbu a = Sumbu b disebut juga Sumbu a
Sumbu c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu
a atau b. Sumbu c lebih panjang dari Sumbu a dan b
disebut bentuk Columnar (panjang), sumbu c lebih pendek
dari sumbu a dan sumbu b disebut bentuk Stout (gemuk).
Cara menggambar:
a+^b- = 30˚
a : b : c = 1 : 3 : 3
Gambar 1.6 Tetra Gonal
14
4 → 4 − −
Gambar 1.7 Tetragonal (Kiri) dan Modifikasi Tetragonal (Kanan)
- Menurut Scoennflish, klasifikasi kristal pada sistem tetragonal ada 3 bagian, yaitu :
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral(sumbu a,b,d) atau sumbu intermediate.
Ada 2 kemungkinan :
- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.
- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata cyklich.
Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c dituliskan di sebelah kanan agak
ke bawah dari notasi D atau C.
Bagian ketiga : menerangkan kandungan bilangan simetrinya.
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) │→dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
- bidang simetri diagonal (d)
15
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) │→dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri vertikal (v) │→dinotasikan v
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri diagonal (d) │→dinotasikan d
Contoh : - Klas ditetragonal pyramidal (C 4V)
- Klas ditetragonal bipyramidal (D 4h)
- Klas tetragonal scalenohedral (D 2d)
- Klas tetragonal trapezohedral (D 4)
- Klas tetragonal bipyramidal (C4H)
1.3 Sistem Triklin (Anorthic = Asymetric = Clinorhombohidral)
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian
juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Ketentuan :
Sumbu a ≠ b ≠ c
Sudut α = y = 90o , β ≠ 90o
Semua a, b , c saling berpotongan dan membuat
miring tidak sama besar
Sumbu a disebut Sumbu Brachy
Sumbu b disebut Sumbu Marco
Sumbu c disebut Sumbu Basal / Vertikal Gambar 1.8
Penggambaran Triklin
Cara menggambar:
a+^ b- = 45o
b+ ̂c- = 80o
- Menurut Herman Mauguin, klasifikasi kristal pada sistem triklin adalah sebagai berikut.
16
Sistem ini hanya mempunyai 2 simetri, yaitu :
- Mempunyai titik simetri ...................... klas pinacoidal → 1
- Tidak mempunyai unsur simetri ........... klas asymmetric → 1
- Menurut Scoennflish, klasifikasi kristal pada sistem triklin ada 3 bagian, yaitu :
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral (sumbu a,b,d) atau sumbu intermediate.
Ada 2 kemungkinan :
- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.
- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata cyklich.
Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c dituliskan di sebelah kanan agak ke
bawah dari notasi D atau C.
Bagian ketiga : menerangkan kandungan bilangan simetrinya.
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) │→dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) │→dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri vertikal (v) │→dinotasikan v
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri diagonal (d) │→dinotasikan d
Contoh : - Klas ditetragonal pyramidal (C4V)
- Klas ditetragonal bipyramidal (D 4h)
- Klas tetragonal scalenohedral (D 2d)
- Klas tetragonal trapezohedral (D 4)
- Klas tetragonal bipyramidal (C4H)
17
Gambar 1.9 Modifikasi Triklin
1.4 Sistem Monoklin (Monosymetric = Clonorhombic)
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus
terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c
yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.
Ketentuan :
Sumbu a≠ b ≠ c
Sudut α= y = 90o β ≠ 90 o
Sumbu a disebut sumbu Clino
Sumbu b disebut sumbu Ortho
Sumbu c disebut sumbu Basal/vertikal
Cara Menggambar :
a +^b- = 45o
a : b : c = sembarang
Sumbu c adalah sumbu terpanjang Gambar 1.10 Penggambaran Monoklin
Sumbu a adalah sumbu terpendek
18
Gambar 1.11 Monoklin
Gambar 1.12 Modifikasi Monoklin
- Menurut Herman Mauguin, klasifikasi mineral pada sistem monoklin adalah sebagai berikut.
19
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu b tersebut.
Contoh :
- Klas prismatic .......................................................
- Klas Sphenoidal ……............................................... 2
- Klas domatik .................................................. m
- Menurut Scoennflish, klasifikasi mineral pada sistem monoklin ada 3 bagian, yaitu :
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral(sumbu a,b,d) atau sumbu intermediate.
Ada 2 kemungkinan :
- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.
- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata cyklich.
Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c dituliskan di sebelah kanan agak
ke bawah dari notasi D atau C.
Bagian ketiga : menerangkan kandungan bilangan simetrinya.
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) │→dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) │→dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri vertikal (v) │→dinotasikan v
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri diagonal (d) │→dinotasikan d
Contoh : - Klas ditetragonal pyramidal (C 4V)
- Klas ditetragonal bipyramidal (D 4h)
20
2m
- Klas tetragonal scalenohedral (D 2d)
- Klas tetragonal trapezohedral (D 4)
- Klas tetragonal bipyramidal (C4H)
BAB II
MINERALOGI FISIK
21
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik
dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan
kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
- Menurut L. G. Berry dan B. Mason (1959) Mineral adalah suatu benda padat homogen yang
terdapat didalam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
- Menurut D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks (1972) Mineral adalah suatu bahan padat yang
secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam
yang anorganik.
- Menurut A.W.R. Potter dan H. Robinson (1977) Mineral adalah suatu zat atau bahan yang
homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai
sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Namun, dari ketiga definisi para ahli tersebut, mereka masih memberikan suatu anomaly
(pengecualian) beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak termasuk di dalam
suatu definisi mineral.
Sehingga akibat dari hal tersebut dapat dibuat suatu defenisi baru atau defenisi komplikasi.
Yang mana definisi baru ini tidak menghilangkan atau mengabaikan suatu ketentuan umum bahwa
mineral mempunyai sifat sebagai bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsur
tunggal atau senyawa.
Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke 19, setelah
dikemukakannya "hukum komposisi tetap" oleh Proust pada tahun 1799, teori atom Dalton pada tahun
1805, dan pengembangan metode analisis kimia kuantitatif yang akurat. Karena ilmu kimia mineral
didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan analisis
kimia mineral harus diketaui dengan baik. Analisis kimia kuantitatif bertujuan untuk mengidenti_kasi
unsur-unsur yang menyusun suatu substansi dan menentukan jumlah relatif masing-masing unsur
tersebut. Analisis harus lengkap .seluruh unsur-unsur yang ada pada mineral harus ditentukan dan
harus tepat.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena beberapa sifat-
sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/ kristal tidak hanya tergantung kepada
komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom
penyusun kristal/mineral. Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin
22
adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia
dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien
ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.
Komposisi kimia sebagian besar mineral yang diketahui, menunjukkan suatu kisaran tertentu
mengenai penyusun dasarnya. Dalam analisis kimia, jumlah kandungan unsur dalam suatu senyawa
dinyatakan dengan persen berat dan dalam analisis yang lengkap jumlah total persentase
penyusunnya harus 100. Namun dalam prakteknya, akibat keterbatasan ketepatan, jumlah 100
merupakan suatu kebetulan; umumnya kisaran 99,5 sampai 100,5 sudah dianggap sebagai analisis
yang baik.
Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral
1. Hukum komposisi tetap (The Law of Constant Composition) oleh Proust (1799):
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap"
2. Teori atom Dalton (1805)
“ Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk seperti bola yang
disebut atom.”
a) Atom dari unsur yang sama bersifat sama, sedangkan dari unsur yang berbeda bersifat
berbeda pula.
b) Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.
- Teknik analisis mineral secara kimia
Analisis kimia mineral (dan batuan) diperoleh dari beberapa macam teknik analisis. Sebelum
tahun 1947 analisis kuantitatif mineral diperoleh dengan teknik analisis "basah", yang mana mineral
dilarutkan dalam larutan tertentu. Penentuan unsur-unsur dalam larutan biasanya dipakai satu atau
lebih teknikteknik berikut: (1) ukur warna (colorimetry), (2) analisis volumetri (titrimetri) dan (3) analisis
gravimetri.
Defenisi dari mineral komplikasi adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan
kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya
anorganik, homogen, dapat berupa padat, cair dan gas.
23
Gambar 2.1 Contoh Mineral
Batasan-batasan dari definisi mineral adalah sebagai berikut.
- suatu bahan alam menerangkan bahwa harus terjadi secara alamiah serta tanpa campur
tangan tenaga manusia atau di laboratorium disebut dengan mineral. Walaupun pembuatan
suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai suatu bentuk kristal yang sangat
sesuai bahkan sangat sulit dibedakan dengan kristal dialam, tetapi pembuatan zat tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai mineral.
- mineral mempunyai sifat fisik yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan kristal, gores,
belahan dan lain-lain.
- mineral mempunyai sifat kimia yaitu reaksi terhadap api oksidasi, api reduksi, pelentingan,
pengarangan dan lain-lain.
- mineral merupakan unsur tunggal, misalnya diamond (C).
- mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya barit (BaSO4).
- mineral dapat berupa senyawa kimia komplek.
- umumnya anorganik menerangkan bahwa mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan
tetapi ada beberapa mineral yang merupakan hasil kehidupan atau disebut juga mineral
organik.
- homogen batasan pengertian bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa
lain yang lebih sederhana oleh proses fisika.
- berupa zat padat : quartz (SiO2)
- berupa zat cair : air raksa (HgS)
24
Gambar 2.2 Barit (BaSO4)
Gambar 2.3 Diamond (C)
Gambar 2.4 Quartz (SiO2)
Mineral :
- warna
- perawakan kristal
- kilap
- kekerasan
25
- gores
- belahan
- pecahan
- daya tahan terhadap pukulan
- berat jenis
- rasa dan bau
- kemagnetan
- derajat ketransparanan
- nama mineral dan rumus kimia
2.1 Warna (colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan
mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting
untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-
elemen pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama
pada mineral disebut dengan nama idochromatic. Misal : sulfur warna kuning.
Gambar 2.5 Contoh Warna Pada Mineral
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama
allochromatic. Misal : abu-abu
Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/ pengotoran, warna berubah-ubah
menjadi : merah muda.
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut
dengan nama chromophroses. Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophroses
dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
26
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. komposisi kimia
misal : chlorite – hijau ………cholor (greak)
b. struktur kristal dan ikatan atom
misal : intan – tak berwarna – hexagonal
c. pengotoran dari mineral
misal : mineral silica tak berwarna
Gambar 2.6 Contoh allochromatic pada mineral
Gambar 2.7 Kuarsa Tak Berwarna
27
Gambar 2.8 Kuarsa Merah Muda (Akibat Campuran/Pengotor)
2.2. Perawakan kristal (crystal habit)
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan
mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya tidak
berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam
sistem kristalografi.
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan kristal
dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).
Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
a. Elongated habits (meniang/ berserabut)
yang termasuk elongated habits adalah :
meniang (columnar) ialah bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : tourmaline
menyerat (fibrous) ialah bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh : asbestos
menjarum (acicular) ialah bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : natrolite
menjaring (reticulate) ialah bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai
jaring.
Contoh : rutile
membenang (filiform) ialah bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Contoh : silver
28
merabut (capillary) ialah bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh : cuprite
mondok (stout, stubby, equant) ialah bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada
kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu lainnya.
Contoh : zircon
membintang (stellated) ialah bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Contoh : pirofilit
menjari (radiated) ialah bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh : markasit
b. Flattened habits (lembaran tipis)
yang termasuk flattened habits adalah :
membilah (bladed) ialah bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu,
dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : kyanite
memapan (tabular) ialah bentuk kristal pipih yang menyerupai bentuk papan, dimana
lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contoh : barite
membata (blocky) ialah bentuk kristal tebal yang menyerupai bentuk bata, dengan
perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama.
Contoh : microline
mendaun (foliated) ialah bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang
mudah dikupas/ dipisahkan.
Contoh : mica
memencar (divergent) ialah bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk lapisan
terbuka.
Contoh : gypsum
membulu (plumose) ialah bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contoh : mica
c. Rounded habits (membutir)
yang termasuk rounded habits adalah :
mendada (mamillary) ialah bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like).
Contoh : opal
membulat (colloform) ialah bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
29
Contoh : glauconite
membulat jari (colloform radial) ialah bentuk kristal membulat dengan struktur dalam
memencar menyerupai bentuk jari.
Contoh : pyrolorphyte
membutir (granular)
Contoh : olivine
memisolit (pisolitic) ialah kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh : opal (variasi hyalite)
stalakit (stalactitic) ialah bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.
Contoh : goethite
mengginjal (reniform) ialah bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.
Contoh : hematite
II.3. Kilap (luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang
erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap
tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin
besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat ditentukan dari
kilapnya contohnya batubara.
Macam-macam kilap :
a. kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengan
3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.
b. kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai indeks bias antara
2, 6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)
c. kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai warna terang dan
dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari gores dari mineral ini biasanya tak
berwarna atau berwarna muda.
yang termasuk kilap bukan logam :
kilap kaca (Vitreous luster) ialah kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.
Contoh : quartz, halite yang segar
kilap intan (adamantile luster) ialah kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh
intan atau permata.
Contoh : diamond
30
kilap lemak (greasy luster) ialah kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak
atau kena lemak, akibat proses oksidasi.
Contoh : nepheline yang sudah teralterasi
kilap lilin (waxy luster) ialah kilap seperti lilin yang khas.
Contoh : serpentine
kilap sutera (silky luster) ialah kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang
parallel atau berserabut (parallel fibrous structure).
Contoh : asbestos
kilap mutiara (pearly luster) ialah kilap yang ditimbulkan oleh mineral transporant yang
berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara.
Contoh : talc
kilap tanah (earthy luster)
kilap buram (dull luster) ialah kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar
yang masuk tidak dipantulkan kembali.
Contoh : kaoline
Dalam membedakan jenis-jenis kilap bukan logam akan sulit sekali. Perbedaan inilah yang
sangat penting dalam diskripsi mineral, karena dapat menentukan jenis suatu mineral
tertentu.
II.4. Kekerasan (hardness)
Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan
(straching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan
mineral yang rata pada mineral standart dari skala mohs yang sudah diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan relatif mineral dari mohs :
talc Mg3Si4O10(OH)2
gypsum CaSO2 2H2O
calcite CaCO3
fluorite CaF2
apatite Ca5(PO4)3F
orthoclase K(AlSi3O8)
31
quartz SiO2
topaz Al2SiO4(FOH)2
corundum Al2O3
diamond C
Misal suatu mineral digores dengan calsite (H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores,
tetapi dapat tergores dengan fluorite (H = 4), maka mineral tersebut mempunyai kekerasan
antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat
sederhana yang terdapat disekitar kita.
Misal :
kuku jari manusia H = 2,5
kawat tembaga H = 3
pecahan kaca H = 5,5
pisau baja H = 6
kikir baja H = 6,5
lempeng baja H = 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka
mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
II.5. Gores (streak)
Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan stabil dan penting untuk
membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keeping
porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat dicari dengan cara
menumbuk sampai halus menjadi tepung.
Mineral yang warnanya terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : quartz - putih/ tak berwarna
Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada
warna mineralnya sendiri.
Contoh : luecite - warna abu-abu dan gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metalik kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih gelap
daripada warna mineralnya sendiri.
32
Contoh : pyrite - warna kuning dan gores hitam
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Contoh : cinnabar - warna dan gores merah
II.6. Belahan (cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastis dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan selalu sejajar
dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur
dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasikan kristal menjadi bagian-bagian kecil, yang setiap
bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari kualitas permukaan bidang
belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
sempurna (perfect) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain bidang belahannya.
Contoh : calcite
baik (good) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang belahannya.
Contoh : feldspar
jelas (distinct) ialah apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral
tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : staurolite
tidak jelas (indistinct) ialah apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi
kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Contoh : beryl
tidak sempurna (imperfect) ialah apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh : apatite
II.7. Pecahan (fracture)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
choncoidal ialah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
Contoh : quartz
hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi.
33
Contoh : copper
even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung
pecahan masih mendekati bidang dasar.
Contoh : muscovite
uneven ialah pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahannya kasar
dan tidak teratur.
Contoh : calcite
splintery ialah pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh : kaoline
II.8. Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkakan,
penghancuran dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
Brittle ialah apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. Contohnya calcite, hematite.
Sectile ialah apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.
Contohnya gypsum
Malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Contohnya gold, copper.
Ductile ialah apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka
mineral akan kembali seperti semula. Contohnya olivine, silver.
Flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah. Contohnya
olivine, silver.
II.9 Berat Jenis (Specific gravity)
Berat jenis (BD) marupakan tingkat kepadatan atau kerapatan suatu mineral. Untuk
mengetahui mineral yang belum diketahui Bdnya dipakai alat yang disebut cairan berat:
Pertama : Bromoform (ChBr)
Kedua : Joodmethylin (Ch2 J2)
Ketiga : Cclerici yaitu larutan Thallium malonat formiat
Mineral dengan BD < 2,68 merupakan mineral ringan. Contohnya:
kwarsa: 2,57
albit: 2,62
oligoklas: 2,64
34
Mineral dengan BD > 2,68 merupakan mineral berat. Contohnya:
Labradorit: 2,70
Anortit: 2,76
Augit hornblende: 3,20
Maskotit: 2,90
Biotite: 3,00
Korondum: 3,20
Turmalin
Mineral dengan BD 3,3 – 4 merupakan mineral amat berat. Contohnya:
Olefin
Starolit
granat / garnet
Mineral dengan BD > 4 dan kekerasan = 7. Contohnya:
Zirkon
II.10 Kemagnetan
Kemagnetan merupakan sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Hal ini dapat diketahui
dengan cara mendekatkan mineral ke magnet. Sifat yang terjadi berupa mineral tertarik oleh
magnet atau mineral tidak tertarik oleh magnet.
Sifat kemagnetan dibagi menjadi 3 (tiga), antara lain:
1. Ferromagnetik
Mineral ferromagnetik ialah mineral yang dapat ditarik oleh magnet dengan kuat. Contoh
mineral Ferromagnetik:
Magnetite
Maghemite
Pyrrhotite
2. Paramagnetik
Mineral paramagnetic ialah mineral yang dapat ditarik oleh magnet, tetapi tertarik dengan
lemah. Contoh mineral paramagnetic:
35
Siderite
Chromite
Columbite
Franklinite
Ilmenite
Tantalite, dll
3. Diamagnetik
Mineral diamagnetik adalah mineral yang tidak dapat ditarik sedikitpun oleh magnet (tidak
terpengaruh oleh gaya tarik magnet). Hal ini terjadi karena dalam mineral ini tidak terdapat
unsur besi (Fe). Contoh mineral diamagnetic:
Pirolusit
Kuarsa
Serpentin, dll
II.11 Derajat Ketransparanan
Derajat transparansi mineral dibedakan menjadi:
a. Transparant, jika suatu mineral ditempelkan menutupi suatu benda maka benda tersebut
masih tetap terikat.
b. Translucent, jika mineral ditempelkan menutupi suatu benda maka benda tersebut masih
kelihatan samar-samar.
c. Opaque, jika mineral ditempelkan pada suatu benda, maka benda tersebut tidak akan
kelihatan sama sekali.
Contoh : gypsum
malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : gold
ductile ialah apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan
maka mineral akan kembali seperti semula.
Contoh : silver
flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
Contoh : olivine
36
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah penulis kemukakan dalam penulisan sebagai berikut :
1. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
2. Mineralogi adalah salah satu cabang imu geologi yang mempelajari tentang
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan antara lain
mempelajari sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaannya.
3. Sifat-sifat fisik yang diselidiki dalam mineralogi fisik adalah:
warna (colour), disebabkan oleh cahaya yang mengenai mineral atau akibat
pengotoran. Warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral
tersebut.
perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang
yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang
tersebut.
37
kilap (luster), Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan
sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi)
dan pembiasan (refraksi).
kekerasan (hardness)
penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat sederhana
yang terdapat disekitar kita.
Misal :
kuku jari manusia H = 2,5
kawat tembaga H = 3
pecahan kaca H = 5,5
pisau baja H = 6
kikir baja H = 6,5
lempeng baja H = 7
gores (streak), merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut
ditumbuk sampai halus.
belahan (cleavage), Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang
permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari
struktur dalam dari kristal.
Berdasarkan dari kualitas permukaan bidang belahannya, belahan dapat
dibagi menjadi :
sempurna (perfect)
baik (good)
jelas (distinct)
tidak jelas (indistinct)
tidak sempurna (imperfect)
38
pecahan (fracture), Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang
melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan
pecah.
choncoidal
hacly
even
uneven
splintery
daya tahan terhadap pukulan (tenacity), Tenacity adalah suatu daya tahan
mineral terhadap pemecahan, pembengkakan, penghancuran dan
pemotongan.
Macam-macam tenacity :
Brittle
Sectile
Malleable
Ductile
Flexible
berat jenis (specific gravity), Berat jenis (BD) marupakan tingkat kepadatan
atau kerapatan suatu mineral.
Mineral dengan BD < 2,68 merupakan mineral ringan.
Mineral dengan BD > 2,68 merupakan mineral berat.
Mineral dengan BD 3,3 – 4 merupakan mineral amat berat.
Mineral dengan BD > 4 dan kekerasan = 7.
kemagnetan, sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Sifat kemagnetan dibagi
menjadi 3 (tiga), antara lain:
Ferromagnetik
39
paramagnetik
Diamagnetik
derajat ketransparanan, Derajat transparansi mineral dibedakan menjadi:
Transparant
Translucent
Opaque
III.2. Saran
Saya sebagai penulis, ingin menyampaikan bahwa :
Diharapkan para pengajar dapat memberikan penjelasan yang lebih mudah dan
dapat dimengerti dan bahan-bahan praktikum supaya lebih banyak, waktu dan
tempat praktikum supaya lebih disesuaikan lagi, sehingga dapat menjalani
kegiatan praktikum dengan baik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen, 2012. Praktikum Kristalografi Mineralogi, Fakultas Teknik Jurusan Pertambangan
Universitas Palangkaraya. Palangkaraya
_.2008.Geologi Kita. http://geologikita.blogspot.com/2008/11/kemagnetan-kristal.html. 04 Juni
2012
_.Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_mineral. 04 Juni 2012
41
Jolyon Ralph and Ida Chau.1993-2012. http://www.mindat.org/glossary/idiochromatic_mineral. 04 Juni
2012
R. Abiyoga Pratama, 2007. Laporan Akhir Praktikum Kristalografi Mineralogi, Fakultas Teknik
Jurusan Pertambangan Universitas Palangkaraya. Palangkaraya
_._.http://dave.ucsc.edu/myrtreia/photos/allochromatic.html. 04 Juni 2012
Steven Dutch, Natural and Applied Sciences. University of Wisconsin - Green Bay. 30 September
1998. Why Minerals Are Colored.http://www.uwgb.edu/dutchs/acstalks/acs-colr.htm. 04 Juni 2012
42