Landasan Teologi Teknologi Pendidikan Sebuah Paradigma Baru

32
Dosen Prof.Dr.Diana Nomida Musnir,M.Pd Dr.Khaerudin, M.Pd. Jamridafrizal Rinawaty Sri Rahayu S. Thomas Sutana PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2015 LANDASAN TEOLOGI TEKNOLOGI PENDIDIKAN:Sebuah Paradigma Baru

description

Para pemikir dan praktisi bidang teknologi pendidikan terus berupaya memperbaiki definisi dan cakupan teknologi pendidikan, hal itu terlihat dari defenisi terakhir teknologi pendidikan yang memasukan praktek etis dalam defenisi terbarunya. Namun sebagai seorang muslim penulis merasa perlu memberikan sebuah warna baru dalam praktek teknologi pendidikan yaitu dengan memasukkan dimensi teologi islam. Dalam tulisan ini pembahasan tentang defenisi, kawasan teknologi pendidikan, dan diakhiri dengan dimensi teologi islam dalam teknologi pendidikan

Transcript of Landasan Teologi Teknologi Pendidikan Sebuah Paradigma Baru

  • DosenProf.Dr.Diana Nomida Musnir,M.PdDr.Khaerudin, M.Pd.

    JamridafrizalRinawatySri Rahayu S.Thomas Sutana

    PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    2015

    LANDASAN TEOLOGI TEKNOLOGIPENDIDIKAN:Sebuah Paradigma Baru

  • OLEH:

    JAMRIDAFRIZAL

    RINAWATY

    SRI RAHAYU SURTININGTYAS

    THOMAS SUTANA

    PROGRAM S3 TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITASNEGERI JAKARTA1/1/2015

    LANDASAN TEOLOGI TEKNOLOGIPENDIDIKAN:Sebuah Paradigma BaruPerpektif Islam,Khatolik dan Kritest Protestan

  • 2Islam Sebagai Landasan Teologi Teknologi PendidikanSebuah Paradigma Baru

    Bismillahirrahmaanirrahim

    Abstrak

    Para pemikir dan praktisi bidang teknologi pendidikan terus berupaya

    memperbaiki definisi dan cakupan teknologi pendidikan, hal itu terlihat dari defenisi

    terakhir teknologi pendidikan yang memasukan praktek etis dalam defenisi

    terbarunya. Namun sebagai seorang muslim penulis merasa perlu memberikan

    sebuah warna baru dalam praktek teknologi pendidikan yaitu dengan memasukkan

    dimensi teologi islam. Dalam tulisan ini pembahasan tentang defenisi, kawasan

    teknologi pendidikan, dan diakhiri dengan dimensi teologi islam dalam teknologi

    pendidikan

    PendahuluanTeknologi pendidikan adalah cabang pengetahuan yang membahasa

    bagaimana orang menciptakan, menggunakan dan mengelola sumber dan

    lingkungan yang tepat guna dengan kebutuhan pembelajaran. Untuk

    mendapatkan gambaran yang utuh maka penulis perlu mencantumkan defenisi

    yang sering acuan bagi dosen dan mahasiswa jurusan teknologi pendidikan yaitu

    defenisi tahun 1994

    Definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT 1994 yaitu Teknologi

    Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,

    pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar. Definisi ini

    menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu

    kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan

    pengelolaan, dan kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar.

    Seorang teknolog pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam

    salah satu kawasan tersebut. Aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari

    lima kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga

    keutuhan definisi (teknologi pembelajaran) kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan

    teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber

    pembelajaran.

  • 31. Kawasan Desain

    Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk

    menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi

    pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori

    pembelajaran berprogram (programmed instructions). Selanjutnya, pada tahun 1969

    dari pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain

    turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan

    pembelajaran dan terprogram, seperti Learning Resource and Development

    Center pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam

    kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku Direktur dari

    Learning Resource and Development Center tersebut menulis dan berbicara

    tentang desain pembelajaran sebagai inti dari Teknologi Pendidikan. Tujuan desain

    adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program

    dan kurikulum; dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul. Kawasan

    desain meliputi studi mengenai :

    a) desain sistem pembelajaran,

    b) desain pesan,

    c) strategi pembelajaran, dan

    d) karateristik peserta didik

    3. Kawasan Pemanfaatan

    Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk

    belajar. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk

    belajar mereka yang terlibat dalam pemafaatan mempunyai tanggung jawab untuk

    mencocokan peserta didik dengan bahan dan aktivitas yang specifik, menyiapkan

    peserta didik agar dapat berintekrasi dengan bahan aktivitas yang dipilih,

    memberikan bimbingan selama kegiatan, membekan penilaian atas hasil yang

    dicapai peserta didik serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang

    berkelanjutan.

    4. Kawasan Pengelolaan

    Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui :

    perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan

    pengelolaan bermula dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan

  • 4media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan

    ahli media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan

    cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber

    teknologikal dalam kurikulum.

    Islam Sebagai Landasan Teologi Teknologi Pendidikan Sebuah: Paradigma BaruAdakah dimensi teologi dalam Teknologi Pendidikan? untuk bisa menjawab

    pertanyaan sederhana tersebut kita harus terlebih dahulu menalaah defenisi teologi

    dan Teknologi pendidikan.

    Teologis secara harfiah berasal dari bahasa Yunani berarti ilmu ketuhanan.

    Dalam konteks makalah ini penulis menggaris bawahi bagaimana praktek teknologi

    pendidikan sesuai dengan nilai teologi islam, yaitu nilai yang berazaskan pada ajaran

    islam dengan tujuan akhirnya adalah Tuhan Yang Satu (Allahu Ahad).

    Tujuan pemberian dimensi teologi islam ini adalah untuk memberikan

    paradigma baru dalam praktek Teknologi Pendidikan karena selama ini praktek TP

    tidak memiliki dasar teologi. Pemberian dimensi adalah ditujukan untuk para

    pendidikan muslim, atau semua muslim yang terlibat dalam praktek TP

    Untuk dapat memberikan dimensi teologi islam dalam praktek teknologi

    pendidikan maka perlu terlebih dahulu kita pahami defenisi terakhir dari Teknologi

    Pendidikan yaitu Educational technology is the study and ethical practice of

    facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing

    appropriate technological processes and resources (AECT ,2008)

    Dengan memperhatikan defenisi ini, informasi yang bersal dari AECT sertabuku Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: the definition andDomains Of the filed. kita sama sekali tidak menemukan adanya dimensi teologis,mungkinkah karena hal ini disebabkan oleh paradigma keilmuan dimana ilmuteknologi pendidikan ini berasal dan berkembang.(Amerika Serikat) yang bersifatbersifat sekuler(memisahkan agama dan ilmu). Jawaban sementara yang dapatpenulis sampaikan adalah ya. Untuk menguji kebenaran pendapat ini sebaiknyaada kajian yang mendalam, namun dalam penulis tidak akan membahas masalhtersebut dalam makalah ini.

    Untuk dapat memberikan dimensi teologis lebih mendalam maka penulismencoba memberikan dimensi teologi islam pada studi dan praktek etis, kawasandan fungsi dari Teknologi Pendidikan

  • 5Dimensi teologis islam pada Studi dan praktek etis Teknologi PendidikanApakah itu studi dan praktek etis dalam Teknologi Pendidikan? Untuk dapat

    memahami hal tersebut kita mesti mengacu kepada kode etik yang dibuat oleh komite

    etik AECT. Bila penulis perhatikan satu persatu kode etik yang dibuat oleh komite etik

    AECT yang terdiri dari 30 point, semuanya mengarah pada studi dan prinsip etis yang

    berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang mungkin berbeda satu negara dengan

    negara lain, satu daerah dengan daerah lain dalam negara.

    Jelaslah penjelasan tentang kode etik ini tidak memiliki dimensi Teologis. dalam

    konteks teologi islam sebagai agama rahmatan lil alamin ( rahmat sekalian alam),

    Allah mestilah menjadi alasan bagi setiap orang untuk beraktivitas.

    Dalam tulisan ini penulis mengusulkan sebuah dimensi baru dari kajian dan

    praktek etis, yaitu sebuah kajian dan praktek didasarkan pada nilai-nilai yang islami,

    hal ini dimaksudkan agar adannya sandaran vertikel terhadap praktek etis sendiri.Sebab sebuah praktek yang etis yang tidak didasarkan pada tauhid kepada Allah maka

    tidak dapat nilai kebaikan di sisi Allah atau balasan dari Allah swt di akhirat kelak.

    Sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah:

    Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscayaKami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengansempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yangtidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yangtelah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah merekakerjakan? (QS Hud 15-16)

    Demi masa. Sesungguhnya manusia benar benar berada dalam kerugian.Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan salingmenasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supayamenetapi kesabaran... (QS. Al-Ashr: 1-3)

    Artinya: Ibnu Masud RA berkata: Saya mendengar Rasulullah SAWbersabda, Barang siapa yang mempelajari satu bab dari ilmu dengan tujuan

    untuk menyampaikan kepada umat manusia, maka ia diberi pahala seperti tujuh

    puluh sodikin. (H.R. Abu Daud

    Dari dua ayat dan satu hadis nabi tersebut dapat kita pahami bahwa praktek etis

    yang hanya bersadarkan kepada iman kepada Allah maka saja yang dinilai memiliki

    nilai kebaikan disisi Allah, demikain bula halnya dengan kajian yang memiliki nilai

    ibadah (berpahala)

  • 6Dimensi teologis islam pada kawasan Teknologi PendidikanApa sajakah yang tercakup dalam kawasan Teknologi Pendidikan? Ada tiga

    kawasan penting yang terkandung dalam Defenisi Teknologi Pendidikan terakhir

    yaitu creating, using and managing

    Kata creating, using and managing merupakan kata-kata yang mengandung

    aktivitas. dalam ajaran islam setiap aktivitas itu dapat dianggap ibadah jika kita

    lakukan karena Allah sebagaimana yang dikatakan Allah dalam Sesungguhnya

    shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.."(QS. Al Anam : 162)

    Ibadah dalam islam tidak semata berupa ibadah mahdah tapi juga ghairu mahdah.Ibadah mahdhah, pada dasarnya, kita dilarang untuk melakukannya, kecuali jikaterdapat dalil yang menunjukkan bahwa hal tersebut dituntunkan. Sehingga, siapa

    saja yang mengajak kita untuk melakukan suatu ibadah maka kita menuntutnya untuk

    membawakan bukti nyata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkannya

    hal ini dapat kita pahami dari hadit berikutDari Aisyah, Rasulullah shallallahu alaihi

    wa sallam bersabda, Siapa saja yang melakukan amal ibadah yang tidak kami

    ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal ibadah yang tertolak. (HR. Muslim,)

    ibadah Ghairu Mahdhah adalah: seluruh perilaku seorang hamba yangdiorientasikan untuk meraih ridha Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku

    dari Rasulullah s.a.w.Dalam hadis Jarir ibn `Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah

    s.a.w. saw. bersabda:

    Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fl Islm sunnatan

    hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang

    melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan

    barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fl Islm sunnatan

    sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang

    melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka. (Lihat

    antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5 imam antara

    lain, Nasai, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).

    Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah Ghairu Mahdhah atau umum ialah: segala

    amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar,

    dzikir, dakwah, tolong-menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah

    ini, ada 4:

  • 7a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. SelamaAllah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.

    Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.

    b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah s.a.w.,Karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yangmenyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bidah, maka bidahnya

    disebut bidah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bidah dhalalah.

    c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jikamenurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh

    dilaksanakan.

    d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke

    dalam ranah ibadah ghairu Mahdhah.

    Dengan demikian bahwa praktek creating, using dan managing adalah

    bernilai ghairu mahdah, karena ini memang tidak ada dalil yang melarang, karena

    dianggap perbuatan baik,rasional dan memiliki azas manfaat.

    Adapun dalam operasionalnya praktek creating, using and managing dalam

    teologi islam harus berdasarkan niat karena Allah. Karena sesuatu ibadah ditentukan

    oleh niatanya, sebagaimanan dapat dipahami dari firman Allah dan hadis Nabi

    Muhammad SAW.

    Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun

    perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Allah berikankepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan

    kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

    kerjakan. (QS:An-Nahl:97)

    Dari Umar bin Khothob berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda :

    Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan

    sesungguhnya setiap orang itu tergantung terhadap apa yang dia niatkan,(HR.

    Bukhori 1, Muslim )

  • 8Dari Jabir RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT

    tidak akan menerima amal seseorang kecuali dengan niat yang tulus dan

    semata-mata mencari keridhoan-Nya. (H.R. Nasai)

    Setelah dimulai dengan niat ibadah karena Allah, maka langkah berikutnya

    ialah membaca basmalah, sebagaimana yang dapat kita pahami dari firman Allah dan

    hadis,di bawah ini :

    Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah

    menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang

    paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia

    mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui (Surat Al-aalq ayat 1-5).

    Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

    Nabi SAW berkata Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillah

    (dalam riwayat lain : dengan mengingat Allah) maka amalan tersebut terputus (kurang)

    keberkahannya ( Hadits)

    Dimensi Teologi Islam Pada Fungsi Teknologi Pendidikan

    Tujuan utama dari Teknologi Pendidikan adalah memudahkan belajar dan

    meningkatkan kinerja. Fungsi meningkatkan kinerja dapat dilihat dari defenisipendidikan islam

    Dalam literatur pendidikan Islam, setidaknya ada tiga istilah, yang sering

    digunakan untuk menyebut pendidikan, yaitu: tarbiyah, talm , dan tadbPertama, istilah tarbiyah berakar dari tiga kata, yaitu pertama dari kata rabba-

    yarbu ( ) yang berarti bertambah dan tumbuh; kedua, kata rabiya-yarba (

    ) yang berarti tumbuh dan berkembang; dan ketiga, kata rabba-yarubbu ( )

    yang berarti memperbaiki, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.

    Kata al-Rabb ( ) juga berasal dari kata Tarbiyah yang berarti mengantarkansesuatu kepada kesempurnaan secara bertahap atau membuat sesuatumenjadi sempurna secara berangsur-angsur.

    Kedua, kata al-Talm. Secara lughawi berasal dari kata kerja allama() yang berarti mengajar. Jadi istilah ini dapat diartikan sebagai pengajaran,

    seperti dalam bahasa Arab sering digunakan istilah al-tarbiyah wa al-talm ( ) berarti Pendidikan dan Pengajaran.

  • 9Ketiga, kata tadb, sebagai bentuk mashdar dari kata addaba ( ) yangberarti memberi adab dan mendidik. Dalam kamus bahasa Arab, al-Mujam al-Washth, sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Rahman Abdullah, istilah tadb yangbiasanya diartikan sebagai pelatihan dan pembiasaan mempunyai kata makna

    dasar: 1) Tadb berasal dari kata dasar aduba yadubu yang berarti melatih,mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun; 2) Berasal dari

    kata dasar adaba yadibu yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yangberarti berbuat dan berperilaku sopan; 3) Kata addaba sebagai bentuk kata kerja

    tadb mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki,mendisiplin, dan memberi tindakan.

    Dalam ajaran islam begitu banyak perkataan nabi yang dapat dijadikan dalil

    untuk menganalisis dengan fungsi ini, misalnya

    Pertama, Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: Barang siapa yangmelepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya

    satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusanorang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapayang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di

    akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka

    menolong saudaranya. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arbain An Nawawi

    hadits ke 36).

    Kedua, Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa disuatu hari yang sangat panas seorang wanita pelacur melihat seekor anjing, anjing

    tersebut mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan,

    maka kemudian wanita tersebut mencopot sepatunya dan memberi minum anjing

    tersebut. Allah pun kemudian mengampuni dosa-dosa pelacur itu. ( HR Muslim )

    Memudahkan orang dalam belajar dan dalam meningkatkan kinerja juga dapat

    dikaitkan dengan metode pendidikan islam sebagaimana diungkapkan oleh Samsul

    Nizar dan al-Rasyidin mengatakan bahwa metode dalam pendidikan dalam Islam

    memiliki delapan karakteristiknya, yaitu:

    1) Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari

    pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap

    didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.

    2) Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat

  • 10

    dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karmah sebagai tujuan tertinggi dari

    pendidikan Islam.

    3) Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa

    membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi

    yang melingkupi proses pendidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik,

    pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.

    4) Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk

    menyeimbangkan antara teori dan praktek.

    5) Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta

    didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas- batas kesopanan dan

    al-akhlak al-karmah.

    6) Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai- nilai

    keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta

    mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai

    tujuan pengajarannya.

    7) Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan

    kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif.

    8) Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses

    pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efesien.

    Perlu diingat bahwa prinsip memudahkan dalam islam tidaklah dimaksudkan

    untuk berbuat dosa tapi dalam rangka membantu orang lain untuk mencapai

    tujuannya, penulis berpendapat prinsip ini sesuai dengan firman Allah sbb Dan

    tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

    tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan... (Q.S. al-Maidah/5: 2)

    Ketiga, Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau: Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah

    perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab :

    Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak

    bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang

    paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau

    menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak

    mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang

    sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang

  • 11

    sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beritikaf di masjidku ini selama

    satu bulan ( Hadits riwayat Thabrani ).

    Keempat, Setiap gerakan pertolongan merupakan nilai pahala Siapayang menolong saudaranya yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuhkebaikan bagi setiap langkah yang dilakukannya (HR. Thabrani ).

    Kelima, Pertolongan Allah kepada seseorang juga tergantung denganpertolongan yang dilakukannya antar manusia. Sesungguhnya Allah akan menolong

    seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang yang lain. (Hadits muslim,

    abu daud dan tirmidzi)

    Keenam, Lebih hebat lagi, membantu orang yang susah lebih baik daripadaibadah umrah, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut ini:

    Siapa yang berjalan menolong orang yang susah maka Allah akan

    menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu malaikat yang selalu

    mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam rahmat Allah selama dia

    menolong orang tersebut dan jika telah selesai melakukan

    pertolongan tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan

    umrah dan sesiapa yang mengunjungi orang yang sakit maka Allah akan

    melindunginya dengan tujuh puluh lima ribu malaikat dan tidaklah dia

    mengangkat kakinya melainkan akan dituliskan Allah baginya satu kebaikan,

    dan tidaklah dia meletakkan tapak kakinya untuk berjalan melainkan Allah

    angkatkan daripadanya, Allah akan ampunkan baginya satu kesalahan dan

    tinggikan kedudukannya satu derajat sampai dia duduk disamping orang sakit,

    dan dia akan tetap mendapat rahmat sampai dia kembali ke rumahnya (HR

    Thabrani ).

    Ketujuh,Siapa yang berjalan untuk membantu saudaranya sesamamuslim maka Allah akan menuliskan baginya suatu kebaikan dari tiap langkah

    kakinya sampai dia pulang dari menolong orang tersebut. Jika dia telah selesai

    dari menolong saudaranya tersebut, maka dia telah keluar dari segala dosa-

    dosanya bagaikan dia dilahirkan oleh ibunya, dan jika dia ditimpa kecelakaan

    (akibat menolong orang tersebut) maka dia akan dimasukkan ke dalam surga

    tanpa hisab (HR. Abu Yala ).

  • 12

    Kedelapan, Sesiapa yang bersikap ramah kepada orang laindan meringankan beban hidupnya baik sedikit maupun banyak maka kewajiban bagi

    Allah untuk memberikan kepadanya pelayanan dengan pelayanan surga (HR

    Thabrani ).

    Kesembilan, Amar Makruf dan mencegah kemungkaran yang kamu lakukanadalah shalat. Menolong orang yang susah juga merupakan shalat. Perbuatanmenyingkirkan sampah dari jalan juga shalat dan setiap langkah yang engkau

    lakukan menuju tempat shalat juga merupakan shalat (HR. Ibnu Khuzaimah

    )

    Penutup

    Pada akhirnya penulis bermohon kepada Allah agar tulisan yang singkat ini

    dapat menjadi pembuka wawasan yang membacanya, sehingga Allah menjadikan

    sebagai ilmu yang bermanfat, harapan ini penuliskan sandarkan pada fhadis nabi

    Apabila anak Adam (manusia) mati maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal;

    bersedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang selalu mendoakan

    kedua orang tuanya. (HR. Muslim)

    Allah berfirman dalam surat zalzalah sbb:

    Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan

    melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah

    pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula (zalzalh-7-8)

    Harapan lain yang penulis mohonkan kepada Allah yaitu agar tulisan ini

    menjadi sebuah petunjuk awal bagi praktisi pendidikan muslim untuk lebih mendalami

    dimensi teologi islam dengan kaiatannya dengan Teknologi Pendidikan.

    Sebagaimana yang dijanjikan Allah melalui perkataan Rasul-Nya Dari Abi Hurairah

    RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: siapa yang memberi petunjuk ke jalan

    yang baik (dengan ilmunya) maka ia akan mendapat pahala seperti yang di dapatkan

    oleh orang yang mengikutinya tanpa kurang sedikit pun. (H.R. Muslim)

  • 13

    Alhamdulillairrabi alamin

    Banten, 15 mei 2015

    Hamba Allah

    Jamridafrizal

    Renungan orang Teknologi Pendidikan

    Ya Allah, I spent my time for creating,using and managing for ficilitating learning andimproving the performing, but i will get nothing, except I do in the name of You andonly for You

    Referensi1. Al-quran al karim:Jakarta: depag RI,2000

    2. Kitab sahih muslim-bukhari

    3. Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh

    Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teaching,

    2005)

    4. Abdul Fattah Jalal, Min al-Ushl al-Tarbawiyah f al-Islm, Terj. Azas-Azas

    Pendidikan, Penj. Hery Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, 1988)

    5. Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: the definition and

  • 14

    Domains Of The Field. Washington, DC: Association for Educational

    Communications and Technology.

    6. Prawiradilaga, Dewi S. 2007. Konsep Teknologi Pendidikan Dari Masa

    ke Masa. No.20

    LANDASAN TEOLOGI PENDIDIKAN KATHOLIK

    Pendahuluan :

    Sekolah-sekolah Katholik di Indonesia telah mempunyai perjalanan sejarah

    yang panjang sebelum kemerdekaan Indonesia. Mereka didirikan oleh para biarawan-

    biarawati ( dari Eropa ) untuk memenuhi layanan pendidikan anak-anak Eropa,

    khususnya anak-anak bangsa Belanda. Dan, dalam perjalanan waktu sekolah-

    sekolah katholik menjadi pilihan masyarakat dalam layanan pendidikan karena dikenal

    kualitas pendidikannya dan hidup disiplin. Maka, sekolah-sekolah Katholik menjadi

  • 15

    terkenal di kota-kota besar di Indonesia, sebagai contoh : Santa Ursula dan Kanisius

    di Jakarta, Regina Pacis di Bogor, Regina Pacis di Cirebon, Santa Angela dan Santo

    Aloysius di Bandung, Kolese Loyola dan Sedes di Semarang, Stella duce dan Kolese

    de Britto di Yogyakarta. Albertus di Malang dan St. Louis di Surabaya.

    Bertebarannya sekolah-sekolah katholik di Indonesia merupakan bentuk nyata

    dari pentingnya sebuah pendidikan. Menurut gereja katholik, pendidikan adalah karya

    kerasulan gereja yang hidup dan tinggal bersama dunia. Menurut kodratnya,

    pendidikan tidak dapat dilepaskan dari agama1. Melalui pendidikan, gereja

    menjalankan tugas karya keselamatan Allah. Dalam pasal 8, dikatakan bahwa untuk

    melaksanakan tugas penyelamatan, Gereja menggunakan sarana-sarana yang

    diberikan Jesus Kristus kepadanya. Gereja mendirikan sekolah-sekolah karena

    Gereja memandang sekolah sebagai sarana istimewa untuk memajukan

    pembentukan manusia seutuhnya2.Anak-anak muda akan semakin berkembang

    potensi dirinya dan semakin mengenal Allah melalui proses pendidikan. Dengan

    demikian, pendidikan tidak hanya dimaknai secara sempit sebagai proses transfer

    pengetahuan kepada anak-anak muda, tetapi pendidikan merupakan sarana untuk

    semakin mengenal dan memahami misteri Allah. Hal itu semakin tampak dalm pasal

    59 yang berbunyi sebagai berikut : para siswa harus diajak untuk merefleksikan fakta

    bahwa pergulatan manusia berada dalam sejarah Ilahi penebus semesta3 dan

    semakin mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dalam

    GAMBARAN CITRA ALLAH:

    Dalam kisah penciptaan manusia pertama, Adam dan Hawa, manusia disebut

    sebagai citra Allah. Kitab Kejadian 1 : 27 berbunyi, maka, Allah menciptakan manusia

    itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia ; laki-laki dan

    perempuan. Sebagai gambar dan citra Allah, manusia mempunyai kemampuan-

    kemampuan untuk berbuat kebaikan sebagaimana yang dimiliki oleh Allah. Manusia

    adalah makhluk ciptaan yang diberikan rahmat oleh Allah. Manusia merasakan

    1 Rm. Mangunwijaya, Gereja dan Pendidikan dalam Situasi Kini yang Serba Kompleks dalam Gereja IndonesiaPasca Vatican : Refleksi dan Tantangan, Kanisius, Yogyakarta,19972 Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, Jakarta, 20083 Komisi Pendidikan KWI, Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katholik, Jakarta, 2008

  • 16

    kedamaian dan kebahagiaan yang sejati. Suasana damai dilukiskan dengan indah

    dalam kitab suci, misalkan : seorang anak bermain dengan seekor singa.

    Gambar dan citra Allah itu menjadi rusak karena dosa nabi Hawa. Dan sejak

    itu, manusia itu keluar dari taman Eden dan mereka mengalami pergulatan antara

    kebaikan dan kejahatan. Meskipun sudah jatuh dalam dosa, manusia tetap memiliki

    kemampuan untuk berbuat kebaikan. Namun, usaha- usaha yang dilakukan manusia

    sendiri untuk bersatu kembali kepada Allah tidak mudah dilaksanakan. Karena belas

    kasih Allah yang besar kepada umat manusia, diutuslah para nabi untuk menyadarkan

    kembali umat manusia atas dosa-dosanya. Akhirnya, Tuhan Jesus, puteraNya yang

    tunggal diutus datang ke dunia. Apa yang dilakukan oleh Allah ini disebut sebagai

    rencana karya keselamatan Allah. Dan karya keselamatan ini diteruskan dan

    diperjuangkan oleh Gereja sebagai wakil Tuhan Jesus di dunia.

    Oleh karena itu, pendidikan di sekolah-sekolah katholik tidak dapat

    memisahkan diri dari Kristus sebagai jalan, kebenaran dan harapan. Kristus adalah

    dasar dari seluruh usaha pendidikan dalam sekolah katholik. WahyuNya memberikan

    arti baru kepada hidup dan membantu manusia mengarahkan pikiran, tingkah laku

    dan kemauannya menurut Injil4. Sekolah katholik akan berupaya membantu peserta

    didik untuk semakin tumbuh dalam iman dan untuk semakin mengenal Tuhan Jesus.

    Sebagai contoh di atas, visi misi SMP Pangudi Luhur Jakarta Selatan

    merupakan komunitas iman dengan semangat cinta kasih mendampingi kaum muda

    untuk berkembang menjadi seorang pribadi yag berkualitas, beriman, berwatak dan

    berbudi pekerti luhur. Proses pendidikan yang dijalankan oleh SMP Pangudi luhur

    diikat dan dijalin dalam komunitas iman. Iman akan Tuhan menjadi dasar pelayanan

    kepada peserta didik dan menjadi dasar terhadap interaksi satu sama lain. Komunitas

    iman yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari disemangati oleh cinta kasih.

    Maka, pendidikan di sekolah katholik mengintegrasikan kehidupan iman dan

    kehidupan pribadi peserta didik. Integrasi ini diharapkan dapat membentuk peserta

    didik menjadi orang Katholik seutuhnya. Sekolah menyadari bahwa usaha integrasi

    iman dan hidup merupakan proses tobat sepanjang hidup sampai peserta didik

    4 Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, KWI, Jakarta, 2008

  • 17

    menjadi apa yang dikehendaki oleh Tuhan atas dirinya5. Bersama keluarga dan

    sekolah, peserta didik mengembangkan kehidupan imannya dan mengembangkan

    potensi / talentanya yang dianugerahkan oleh Tuhan. Kehidupan iman akan membuat

    peserta didik memiliki suara hati yang jernih dan mampu menanggapi panggilan

    Tuhan ;apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup mereka. Pengembangan

    potensi diri menjadi dasar apa ayng disumbangkan peserta didik kepada masyarakat.

    Dengan demikian, akan terbentuk pola hidup orang Katholik yang benar-benar

    membawa peserta didik melibatkan diri dalam pengabdian kepada Tuhan di dalam

    sesama manusia dan dalam membuat dunia menjadi tempat hidup yang lebih baik.

    Pola dan proses pendidikan di sekolah katholik sampai sekarang ini merupakan

    tradisi turun-temurun. Dan hal itu dijalankan di semua sekolah katholik di seluruh

    dunia. Pendidikan sekolah Katholik mencerminkan dan melayani pandangan bahwa

    setiap orang Katholik, karena pembaptisan, terpanggil untuk menuju hidup kudus

    karena relasi yang baik dengan Tuhan, diri sendiri dan sesama. Hidup menuju

    kekudusan menyiratkan kehidupan iman mendalam yang mempunyai relasi dengan

    Tuhan dalam konteks komunitas iman dan kesadaran akan keberadaan Tuhan di

    tengah-tengah dunia. Maka, peserta didik diharapkan nantinya dapat menghayati dan

    mempraktekkan spiritualitas iman, yaitu : iman tanpa perbuatan adalah sia-sia.

    Dalam konteks ke-Indonesia-an, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia dapat

    dimaknai bahwa kehidupan orang Katholik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

    bermasyarakat. Uskup pribumi yang pertama, Mgr. Soegiyopranoto, SJ mengatakan

    bahwa 100 % orang Katholik dan 100 % orang Indonesia. Meski beragama katholik,

    orang katholik tetap tumbuh dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Pendidikan di

    sekolah Katholik tidak menghilangkan akar kebudayaan, justru sebaliknya pendidikan

    katholik memperkuat dan melestarikan kebudayaan setempat.Iman yang tidak

    menjadi kebudayaan adalah iman yang tidak diterima sepenuhnya, tidak menyatu

    seluruhnya, tidak dihayati dengan setia6

    PRINSIP PENDIDIKAN KATHOLIK DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN:

    5 Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, KWI, Jakarta, 2008, pasal456 Komisi Pendidikan, Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katholik, KWI, Jakartaa, 2008 , pasal 53.

  • 18

    Apa yang telah digariskan oleh gereja dalam beberapa dokumen gereja tentang

    pendidikan tidak bertentangan dengan konsep teknologi pendidikan. Beberapa prinsip

    pendidikan katholik tersebut adalah sebagai berikut, yaitu7 :

    1. Sekolah katholik hendaknya menjadi rumah bagi para peserta didik. Mereka

    merasa senang dan nyaman tinggal dan belajar di sekolah ( pasal 27 ).

    2. Lingkungan sekolah yang menyenangkan, pertama adalah fasilitas fisik yang

    memadai, misalkan : ruang kelas, olah raga, rekreasi. Setiap sekolah katholik

    bisa berbeda-beda dalam banguna fisik. Tetapi peserta didiknya dibuat merasa

    kerasan, lingkungannya sederhana tapi iklimnya kaya secara manusiawi dan

    rohani ( pasal 28 )

    3. Peserta didik hendaknya bertanggungjawab atas rumah sekolah mereka dan

    lingkungannya dengan memelihara, menjaga sekolah sebersih dan serasi

    mungkin ( pasal 29 )

    4. Tanggungjawab pertama untuk menciptakan iklim khusus sekolah Katholik

    adalah guru, baik perorangan maupun kelompok. Dimensi religius iklim sekolah

    diwujudkan dalam hubungan antar pribadi yang akrab dan serasi dan dalam

    kesediaan melayani ( pasal 26 )

    5. Deklarasi Pendidikan katholik ( Gravissimum Educationis ) memberikan cara

    pandang baru tentang sekolah katholik : transisi dari sekolah sebagai lembaga

    ke sekolah sebagai komunitas. ( pasal 31 )

    6. Setiap orang yang terlibat dalam sekolah adalah bagian komunitas sekolah (

    pasal 32 )

    7. Sikap dan perilaku para guru hendaknya menjadi sikap dan perilaku orang yang

    menyiapkan lahan menambah kehidupan rohani dan memanjatkan doa untuk

    para peserta didik yang dipercayakan kepada mereka.( pasal 71 )

    8. Para guru mendoakan masing-masing para peserta didik agar rahmat yang

    hadir di lingkungan sekolah dapat merasuki dan menerangi seluruh pribadi para

    peserta didik dan membantu mereka menjawab secara teliti segala yang

    diminta dari diri mereka untuk menghayati hidup Kristiani. Para peserta didik

    belajar mendoakan para gurunya agar anugerah-anugerah pendidikan yang

    mereka peroleh makin efektif. ( pasal 111 )

    7 Ibid.

  • 19

    PENUTUP:Gereja sangat menaruh perhatian terhadap pendidikan karena melalui

    pendidikan Gereja dapat melanjutkan karya keselamatan Allah. Pendidikan menjadi

    salah satu karya kerasulan gereja yang secara terus menerus mendampingi dan

    membimbing peserta didik. Diharapkan melalui pendidikan di sekolah Katholik,

    peserta didik dapat menanggapi panggilan Allah untuk mengabdikan hidupnya bagi

    Tuhan dan sesama.

    DAFTAR PUSTAKA

    Grace, Gerald R & Joseph OKeefe, International Handbook of Catholic Education,Dordrecht, Springer, 2007

    Komisi Pendidikan, Sekolah Katholik, KWI,Jakarta, 2008Komisi Pendidikan KWI, Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katholik, KWI,

    Jakarta, 2008

    Mangunwijaya, Gereja dan Pendidikan dalam Situasi Kini yang Serba Kompleksdalam Gereja Indonesia Pasca Vatican : Refleksi dan Tantangan, Kanisius,Yogyakarta,1997

    McLaughlin, Terence, Joseph OKeefe & Bernadette OKeefe, The ContemporaryCatholic School : Context, Identity and Diversity, London, PalmerPress,1996

  • 20

    LANDASAN TEOLOGI PENDIDIKAN KRISTEN

    DALAM KAITANNYA DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

    Sebuah pendidikan dikatakan Kristen jika ia memiliki dasar Alkitab dan dasar

    teologis. Mengutip pandangan Robert W. Pazmino (1988) dalam Sidjabat (1994)

    menurutnya pendidikan Kristen merupakan:

    Usaha bersahaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi

    untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan-

    keterampilan dan tingkah laku yang bersesuaian/konsisten dengan iman

    Kristen; mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-

    pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus, sehingga peserta

    didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan oleh

    Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus.

  • 21

    DASAR TEOLOGIS

    Pemikiran teologia yang baik dan jelas sangat perlu dalam rangka

    mengarahkan tugas pendidikan Kristen itu sendiri.Sebab refleksi teologis menjadi

    semacam keyakinan yang selanjutnya memberi warna terhadap kehadiran dan kerja.

    Pokok-pokok pikiran teologis berikut dikemukakan sebagai unsur penting

    dalam kegiatan pendidikan Kristen.

    1. Pengenalan akan Allah sangat sentral dalam pemahaman iman Kristen.

    Sebagaimana diajarkan oleh Alkitab pengenalan akan Allah merupakan

    panggilan dan tujuan hidup manusia. Pengenalan yang dimaksud di sini

    bukanlah sekedar mengerahui, melainkan memiliki relasi dan komunikasi

    yang indah, akrab, harmonis, sangat pribadi (subjektif).

    Jadi pendidikan bukanlah sekedar kegiatan yang membawa manusia

    memiliki pengetahuan yang banyak namun terpisah dari Allah.Pendidikan

    harus berusaha membawa pendidik dan peserta didiknya belajar, yakni

    belajar semakin mengenal Allah dalam berbagai aspek hidupnya.

    2. Pandangan mengenai kedudukan dan fungsi Alkitab

    Apakah Alkitab dalam tugas pendidikan sebagai tujuan akhir? Sebagai

    bahan? Sebagai alat? Sebagai subject matter? Keputusan tentang

    pandangan ini sangat menentukan bagi keseluruhan proses pendidikan itu

    sendiri.

    Jika Alkitab sebagai tujuan akhir, maka pendidikan akan diarahkan untuk

    penguasaan isinya. Keberhasilan kegiatan diukur dari segi seberapa jauh

    peserta didik menguasai isi alkitab. Jika Alkitab sebagai bahan atau subject

    matter, kegiatan pendidikan sangat mengutamakan Alkitab itu sendiri dalam

    perumusan kurikulum.Bahan sajian disampaikan dengan harapan berbicara

    kepada pendegarnya, serta membawa perubahan hidup (life

    transformation).Jika Alkitab sebagai alat, bahan pengajaran Alkitab

    dijadikan sebagai kiasan dalam upaya menyampaikan nilai-nilai moral, etis

    dan spiritual.Dalam pandangan ini, otoritas Alkitab menjadi sangat kabur.

  • 22

    3. Pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Allah Transenden yang juga

    Immanent untuk memberikan jalan satu-satunya pengampunan akan dosa,

    terang dan hidup bagi manusia.

    Pemahaman seorang pendidik tentang Kristus akan mempengaruhi

    konsepnya mengenai sifat dan fungsi pendidikan Kristen.

    Keberpusatan kepada Yesus Kristus Tuhan merupakan kemutlakan dalam

    pendidikan Kristen. Bagaimana seorang Pendidik mengarahkan,

    mencontohkan dan membawa peserta didik kepada sikap yang penuh

    hormat dan penyembahan kepada Yesus Kristus adalah inti dari seluruh

    kegiatan pendidikan.

    4. Roh Kudus dan peranan-Nya

    Pendidikan Kristen terpanggil untuk memberikan pemahaman yang benar

    mengenai pribadi Roh Kudus.Kegiatan belajar harus mendorong peserta

    didik menyadari pertolongan dan penyertaan-Nya. Bahwa Ia adalah

    sumber kreativitas yang menganugerahi manusia dengan kreativitas dan

    inovasi.

    5. Manusia, kedudukan dan panggilannya

    Alkitab mengajarkan bahwa manusia merupakan ciptaan tertinggi, memiliki

    harkat sebagai mandataris Pencipta-Nya.Hanya manusia yang memiliki

    aspek lahiriah dan spiritual.Dalam dimensi lahiriahnya manusia sangat

    terbatas dalam kekuatan, dalam ruang dan waktu. Dimensi spiritualnya

    memungkinkan manusia berelasi kepada Khaliknya, dan spiritualnya

    memiliki kebutuhan yang hanya bisa dipuaskan dan dipenuhi oleh Pencipta-

    Nya,

    Panggilan Allah kepada manusia adalah untuk berserah diri kepada-Nya

    secara aktif, dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan. Sejajar

    dengan panggilan itu, manusia diberi tanggung-jawab untuk mengasihi

    sesamanya sama seperti dirinya sendiri.

    6. Kedewasaan

  • 23

    Manusia sebagai pelaku pendidikan adalah insan yang berkembang di

    sepanjang hidupnya.Banyak segi dari manusia termasuk fisik, intelek,

    rohani, emosi, kehendak dan sikap mengalami perubahan sejalan dengan

    perkembangan waktu. Kedewasaan merupakan proses pergumulan dan

    tercapainya kemenangan di dalam menghadapi berbagai tantangan.

    Pendidikan Kristen hadir untuk membimbing dan memberi perlengkapan

    bagi individu dan kelompok guna mencapai kedewasaannya.

    PELAKSANA TUGAS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

    Dalam perspektif Perjanjian Baru, gereja memiliki kedudukan yang hakiki

    dalam tugas pendidikan.Yesus telah memberikan mandat agar gereja melaksanakan

    tugas menjadikan semua bangsa murid-Nya. Hal ini dapat dipahami bahwa jika

    seseorang menjadi pengikut Yesus, mereka akan berjalan dalam kebenaran, yakni

    kebenaran yang memberi kebebasan dan pengenalan yang benar akan Sang Khalik.

    Guna meningkatkan kualitas iman orang percaya melalui pelayanan

    peneguhan dan pengajaran, Allah sendiri menganugerahkan guru atau pengajar

    kepada gereja (Efesus 4:11-13) selain para rasul, penginjil dan nabi.Semua karunia

    itu diberikan bagi kepentingan pembangunan tubuh Kristus. Jadi sasaran akhir dari

    pembinaan jemaat adalah pertumbuhan menuju kedewasaan iman di dalam Yesus

    Kristus

    Kedewasaan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut proses perubahan

    hidup (life transformation). Kedua, kedewasaan itu meliputi aspek kognitif atau

    pengenalan, pengertian, pemahaman akan Yesus Kristus, dalam artian secara

    pribadi. Iman yang bertumbuh kea rah kedewasaan akan semakin memahami berapa

    besar kasih Allah bagi manusia yang telah dinyatakan melalui Yesus Kristus.

    Ketiga, kedewasaan itu harus terefleksi di dalam komunikasi dan hubungan

    antar sesama dalam jemaat, demi terwujudnya pemeliharaan kesatuan Roh (4:1-

    4).Perubahan hidup dalam Kristus itu harus tampak dalam pola-pola bertutur, dengan

    perkataaan yang jujur dan membangun.Hal itu juga harus nyata dalam hidp keluarga,

    relasi suami-istri, orangtua dan anak, pemimpin dengan orang yang dipimpin.

  • 24

    Akhirnya, kedewasaan itu harus pula tertuang dalam kegiatan ibadah, doa dan dalam

    ketahanan melawan musuh-musuh rohani.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keseluruhan dasar atau fondasi dari

    pelayanan gereja adalah terletak pada pembinaan atau pendidikan warga jemaat,

    guna mendorong mereka bertumbuh menuju kedewasaan dalam Yesus Kristus.

    KAITAN TEOLOGI PENDIDIKAN KRISTEN DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

    Merujuk kepada lima kawasan teknologi pendidikan sebagaimana yang

    ditunjukkan dalam gambar di bawah ini, maka teori dan praktek pendidikan Kristen

    tersebut jika dioperasikan ke dalam lima kawasan tersebut maka beberapa usulan

    yang dapat diajukan adalah:

    1. Kawasan Desain

  • 25

    Sebagaimana desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar, dan bertujuan

    untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan

    kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.

    Kawasan desain mempunyai empat cakupan, yaitu :

    Desain Sistem Pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang terorganisasi yang

    meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan,

    penaplikasian, dan penilaian pembelajaran.

    Desain Pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan

    (Grawbowski, 1991 : 206). Karakteristik lain dari desain pesan adalah bahwa

    desain harus bersifat spesifik baik terhadap mediannya maupun tugas

    belajarnya.

    Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan

    peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pembelajaran.

    Karakteristik Pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar

    yang berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya.

    KECENDERUNGAN DAN PERMASALAHANBerpusat pada penggunaan desain system pembelajaran yang tradisional, aplikasi

    teori belajar dalam desain, dan pengaruh teknologi baru pada proses penyusunan

    desain. Satu masalah yang sangat penting ialah perlunya ada teori yang

    menghubungkan klasifikasi belajar dengan pemilihan media. Setiap langkah dalam

    proses desain system pembelajaran dari analisis tugas sampai pada penilaian, kecuali

    pemilihan media mempunyai dasar landasan teori klasifikasi belajar dan prosedur

    untuk melaksanakannya.

    2. Kawasan Pengembangan

    Kawasan pengembangan berakhir pada produksi media. Melalui proses bertahun-

    tahun perubahan dalam kemampuan media ini kemudian berakibat perubahan dalam

    kawasan. televisi sebagai media yang baru juga digunakan untuk kepentingan

    pendidikan dan muncul peradaban baru televisi.

    Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk

    fisik.

    Kawasan pengembangan dapat digolongkan menjadi empat kategori :

  • 26

    a. Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan,

    seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses

    pencetakan ekanis atau fotografis.

    Karakteristik teknologi cetak/visual yaitu :

    Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang.

    Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya

    menerima).

    Keduanya berbentuk visual yang statis.

    Pengembangannya sangat tergantung pada prinsip-prinsip linguistic dan

    presepsi visual.

    Keduanya berpusat pada pebelajar.

    Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.

    b. Teknologi Audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan

    dengan menggunakan audio dan visual.

    Karakteristik teknologi audiovisual yaitu :

    Bersifat linier

    Menamiplkan visual yang dinamis

    Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh

    desainer/pengembang

    Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan

    abstrak.

    Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif

    Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas pebelajar.

    c. Teknologi Berbasis Komputer merupakan cara-cara memproduksi dan

    menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada

    microprosesor.

    Karakteristik teknologi berbasis komputer yaitu :

    Digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier.

    Dapat disunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, maupun menurut cara

    yang dirancang oleh desainer/pengembang.

  • 27

    Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan

    menggunakan kata, symbol maupun grafis.

    Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan

    Belajar dapat perbusat pada pebelajar dengan tingkat interaktivitas yang

    tinggi.

    d. Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan

    bahan dengan memadukan beberapa media yang dikendalikan oleh computer.

    Karakteristik teknologi terpadu yaitu :

    Dapat digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier ;

    Dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, disamping menurut cara

    seperti yang dirancang oleh pengembangnya ;

    Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistic dalam konteks

    pengalaman Pabelajar, relevan dengan kondisi Pebelajar, dan dibawah

    kendali Pebelajar ;

    Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktif diterapkan dalam pengembangan

    dan pemanfaatan bahan pembelajaran ;

    Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif

    sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan ;

    Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pebelajar yang tinggi ;

    Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan tamsil dari banyak sumber

    media.

    Kecenderungan dan Permasalahan

    Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan teknologi audiovisual

    mencakup peningkatan perhatian terhadap desain teks, kerumitan visual serta

    penggunaan isyarat warna (Berry 1992).Kecenderungan dan permasalahan dalam

    teknologi komputer dan teknologi terpadu dari kawasan pengembangan terletak pada

    tantangan mendesain teknologi interaktif, penerapan kontruktivisme dan teori belajar

    sosial, sistem pakar dan otomisasi peralatan pengembangan, serta aplikasi untuk

    belajar jarak jauh.

    3. Kawasan Pemanfaatan

  • 28

    Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.

    Pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua diantara

    kawasan-kawasan yang lain, karena pengunaan bahan audiovisual secara teratur

    mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran

    yang sistematis. Pada tahun 1923 dana pendidikan visual dalam system persekolahan

    kota mencakup projector, stereopticons, persewaan film dan lentera film bingkai

    (lantern slides). Setelah Perang Dunia II, gerakan pembelajaran audiovisual

    mengorganisasikan dan mempromosikan penggunaan bahan-bahan audiovisual.

    Selama bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan

    ahli media yang membantu guru. Model dan teori dalam kawasan pemanfaatan

    cenderung terpusat pada perspektif pengguna. Akan tetapi dengan diperkenalkannya

    konsep difusi inovasi pada akhir tahun 1960 yang mengacu pada proses komunikasi

    dan melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi suatu gagasan

    perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.

    Secara historis kawasan mempunyai kebijakan dan aturan sendiri.Akan tetapi

    kawasan pemanfatanlah yang paling terkena oleh kebijakan-kebijakan dan aturan-

    aturan.Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan, deseminasi,

    difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis.Hal tersebut dihambat oleh

    kebijakan dan peraturan.

    Keempat kategori dalam kawasan pemanfaatan ialah :

    Pemanfaatan Media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber belajar.

    Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana

    dengan tujuan diadopsi.

    Imlementasi dan Pelembagaan ialah penggunaan bahan dan strategi

    pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan).

    Sedangkan pelembagaan yaitu penggunaan yang rutin dan pelestarian dari

    inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.

    Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (atau

    wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan

    Teknologi Pembelajaran.

    Kecenderungan dan Permasalahan, pada umumnya berkisar pada kebijakan dan

    peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi, implementasi dan pelembagaan.

    Masalah lain yang berhubungan dengan kawasan ini ialah bagaimana gerakan

    restruktursasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber pembelajaran.

  • 29

    4. Kawasan Pengelolaan

    Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang Teknologi

    Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknologi pembelajaran.Seorang

    teknolog pembelajaran mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan projek

    pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah.Tujuan yang

    sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat bervariasi, namun

    keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative tetap sama apapun kasusnya.

    Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program media

    dan pelayanan media.Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang

    ini teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi.Teori pengelolaan projek

    digunakan khususnya dalam proyek desain pembelajaran, karena semakin diperlukan

    dalam praktek pengelolaan.

    Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,

    pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervise. Pengelolaan biasanya

    merupakan hasil dari penerapan dari suatu system nilai. Secara singkat ada empat

    kategori dalam kawasan pengelolaan, yaitu :

    Pengelolaan Proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian

    proyek desain, dan pengembangan.

    Pengelolaan Sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan

    pengendalian system pendukung dan pelayanan sumber.

    Pengelolaan Sistem Penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan,

    pengendalian cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran

    diornganisasikan Hal tersebut merupakan gabungan medium dan cara

    penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pemelajaran kepada

    pebelajar (Elligton dan Harris, 1986:47).

    Pengelolaan Informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian

    cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi

    dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.

    Kecenderungan dan Permasalahan

    Kecenderungan terhadap peningkatan dan pengelolaan kualitas dari dunia industri

    nampaknya akan menyebar ke dunia pendidikan. Jika demikian hal tersebut akan

    membawa dampak pada kawasan pengelolaan. Mengurangi hal ini akan menjadi

  • 30

    tantangan bagi para pengelola untuk menggunakan sumber-sumber yang ada

    sekarang secara lebih baik.

    5. Kawasan Penilaian

    Penilaian dalam pengertian paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari.Dalam

    kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan

    kepada system penilaian tertentu.Pengembangan program pendidikan formal, banyak

    diantaranya yang didanai oleh pemerintah federal, menuntut perlunya program

    penilaian yang bersifat formal pula.

    Dengan perhatian yang lebih terarah pada penilaian formal menjadi jelas bahwa

    penilaian harus membandingkan hasil dengan tujuan. Jadi lingkup penilaian

    mencakup penelusuran kebutuhan(need assessment). Kawasan penilaian tumbuh

    bersamaan dengan berkembangnya bidang penelitian dan metodologi.Keduanya

    sering berjalan seiring atau bersamaan.Tujuan dari kawasan penilaian sendiri yaitu

    membantu pengambilan keputusan yang tepat bukannya untuk menguji hipotesa.

    Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program penilaian

    projek dan penilaian produk.

    Dalam kawasan penilaian terdapat empat subkawasan,yaitu :

    Analisis Masalah

    Mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan

    menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan.

    Pengukuran Acuan-Patokan (PAP) meliputi teknik-teknik untuk menentukan

    kemampuan pebelajar untuk menguasai materi yang telah ditentukan

    sebelumnya.

    Penilaian Formatif dan Sumatif.Penilaian formatif berkaitan dengan

    pengumpulan informasi tetntang kecukupan dan penggunaan informasi ini

    sebagai dasar pengembangan selanjutnya.Sedangkan penilaian sumatif

    berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk

    pengambilan keputusan dalam pemanfaatan.

    Kecenderungan dan Permasalahan

    Penilaian kebutuhan dan jenis Front-end analysis yang lain semula berorientasi

    terutama pada perilaku dengan menitikberatkan pada data kinerja dan penjabaran

    materi/isi jadi bagian-bagian yang lebih kecil. Akan tetapi penekanan pada pengaruh

  • 31

    konteks belajar yang sekarang memberi orientasi kognitif kadang-kadang orientasi

    kontruktivis pada proses penilaian kebutuhan.

    Bidang-bidang lain yang penting untuk diperhatikan ialah pengukuran untuk tujuan

    kognitif tingkatan tinggi, tujuan avektif dan tujuan psikomotor. Penelitian tentang

    pengukuran acuan-patokan yang berasaskan komputer akan merangsang kawasan

    ini.

    Tessmer (1993) mengusulkan suatu model penilaian formatif yang mengakomodasi

    suatu pendekatan Kebutuhan yang berlapis.Pendekatan ini memperhatikan sumber

    dan hambatan setiap projek dan berusaha menghindari perencanaan lapisan-lapisan

    penilaian formatif yang berlajur-lajur dengan tidak dapat diselesaikan dalam sebuah

    projek.

    cover.pdfLandasan Teologi teknologi pendidikan sebuah paradigma baru.pdf