Teologi Islam

21
PENETAPAN PRINSIP AL-ISTIQOMAH DALAM PELAYANAN FARMASI YANG BAIK Makalah Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Teologi Islam Dosen Pengampu: H. Nur Cholid, M.Ag, M.Pd Disusun Oleh: Adi Saputro 145020013 Anif Farizi 145020014 Dwitya Alina Paramitha 145020015 Irma Mayasari 145020016 Nailil Istifadah Zuhriya 145020017 Ragilia Rahayu Parmasari 145020018 PROGAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

description

Al Amanah wal wafa bil ahdi

Transcript of Teologi Islam

PENETAPAN PRINSIP AL-ISTIQOMAH DALAM PELAYANAN FARMASI YANG BAIK

Makalah Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Teologi Islam

Dosen Pengampu: H. Nur Cholid, M.Ag, M.Pd

Disusun Oleh:Adi Saputro145020013Anif Farizi145020014Dwitya Alina Paramitha145020015Irma Mayasari145020016Nailil Istifadah Zuhriya145020017Ragilia Rahayu Parmasari145020018

PROGAM STUDI PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS WAHID HASYIMSEMARANG2014

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar belakang Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kebutuhan kesehatan merupakan unsur yang harus terpenuhi karena merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara.Pelayanan kefarmasian menurut keputusan menteri kesehatan nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, telah mengalami pergeseran orientasi. Pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi (drug oriented) menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented).Saat ini pelaksanaan pelayanan kefarmasian masih banyak yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 meliputi: pekerjaan kefarmasiaan dalam pengadaan sediaan farmasi, pekerjaan kefarmasiaan dalam produksi sediaan farmasi, pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dan, pekerjaan kefarmasiaan dalam pelayanan sediaan farmasi.Kendala yang dihadapi dalam pelayanan kefarmasian di apotek adalah kompetensi tenaga farmasi. Sesuai dengan draft penerapan kode etik apoteker bahwa setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. Kompetensi yang dimaksud adalah ketrampilan dan attitude yang berdasarkan pada ilmu farmakologi klinik dan tata niaga obat, hukum dan etik.Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya memuat banyak hal dalam kehidupan ini, mulai dari urusan yang kecil hingga dalam pengaturan suatu negara termasuk di dalamnya adalah mengenai ilmu pengobatan dan kefarmasian. Menurut Al Biruni, farmasi merupakan suatu seni untuk mengenali jenis, bentuk dan sifat-sifat fisika dari suatu bahan, serta seni mengetahui bagaimana mengolahnya untuk dijadikan sebagai obat sesuai dengan resep dokter. Farmasi islam diharapkan dapat mengedepankan kemampuan untuk menggali dan menjaga lingkungan, kemampuan untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi farmasi secara optimal, serta memiliki kepekaan terhadap berbagai proses perubahan yang terjadi di dalamnya (Kurniawan, 2012).2. Rumusan MasalahAdapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:1. Apa dan bagaimana pengertian istiqomah?2. Bagaimana melaksanakan tugas sebagai farmasis (apoteker) secara istiqomah dalam hal pelayanan kesehatan?3. Tujuan Penulisan Makalah 1. Untuk memahami apa dan bagaimana melaksanakan istiqomah.2. Agar mampu melaksanakan pelayanan farmasi secara istiqomah.

BAB IIPENDAHULUAN1. Makna Istiqomah Istiqomah adalah sebuah komitmen dalam menjalankan satu program untuk menuju satu tujuan. Istiqomah itu mengandung: 1) konsisten, sehingga secara terus menerus apa yang dianggap baik itu dijalankan, 2) tahan uji kepada godaan-godaan yang mungkin menjadi penghambat, menjadi halangan kita sampai pada tujuan yang cita-citakan.Menurut Tafsir Aisar, yang dimaksud istiqomah ialah mereka yang betul - betul yakin dengan kebenaran islam, dengan tidak akan menukarnya dengan kepercayaan lain, serta tetap konsisten menjalankan ibadah dan menjauhi kemungkaran, maka malaikat akan turun kepadanya dua kali. Pertama, ketika hendak menghembuskan nafas terakhir. Kedua, ketika bangkit dari kubur menuju akhirat. Malaikat itu berkata, kami akan temani kamu, higga berakhir ke surga, seperti yang telah dijanjikan Allah. Dalil istiqomah adalah terdapat dalam surat Fushilat.

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushilat: 30).Diperkuat oleh hadis, seorang sahabat bertanya: "ya Rasul tolong ajarkan sesuatu kepadaku yang paling penting dalam Islam, dan saya tidak akan bertanya lagi, kepada siapapun. Nabi menjawab "katakanlah aku telah beriman kepada Allah, kemudian istiqomah (konsisten menjalankan perintah,dan menjauhi larangan) (HR.Tirmidzi).Di dalam Al-Quran maupun Sunnah telah ditegaskan cara-cara yang dapat ditempuh oleh seorang hamba untuk bisa meraih istiqomah. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:1. Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benarAllah Taala berfirman: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki (QS. Ibrahim: 27).2. Membaca al-Quran dengan menghayati dan merenungkannya Allah berfirman yang artinya:

Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Quran itu dari Robb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (QS. An Nahl:102)3. Berkumpul dan bergaul di lingkungan orang-orang saleh.Hal ini sangat membantu seseorang untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah taala. Teman-teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik serta mengingatkan kita dari kekeliruan. Bahkan dalam Al-Quran disebutkan :

Bagaimana mungkin kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus (QS. Ali Imran:101). Manusia muslim yang beristiqomah dan berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran islam dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampak yang positif. Adapun dampak positif dari istiqomah sebagai berikut:a. Keberanian (Syajaah)Muslim yang selalu istiqomah dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak akan gentar menghadapi segala rintangan dakwah. Ia tidak akan pernah menjadi seorang pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan. Selain itu juga berbeda dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq (munafik) yang senantiasa menimbulkan kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan dakwah.b. Ithminan (ketenangan)Keimanan seorang muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat (teguh pendirian) dan istiqomah dalam medan perjuangan. Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian.c. Tafaul (optimis)Keistiqomahan yang dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia terhindar dari sikap pesimis dalam menjalani dan mengarungi kehidupan. Ia senantiasa tidak pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah.2. Pekerjaan KefarmasianPekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan (PP 51, 2009).Menurut Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah untuk: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian.2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan-undangan dan3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga kefarmasian.Tugas, peran, dan tanggung jawab apoteker menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian adalah sebagai berikut :1. Tugas a. Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional). b. Membuat dan memperbaharui SOP (Standard Operational Procedure) baik di industri farmasi.c. Harus memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik yang ditetapkan oleh menteri saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan farmasi. d. Apoteker wajib menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.2. Perana. Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagan pemastian mutu (Quality Assurance), produksi, dan pengawasan mutu (Quality Control). b. Sebagai penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu di apotek, di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS), puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. c. Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.3. Tanggung Jawab a. Melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan sediaan farmasi yang tidak tepat dan tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. b. Menjaga rahasia kefarmasian di industri farmasi dan di apotek yang menyangkut proses produksi, distribusi dan pelayanan dari sediaan farmasi termasuk rahasia pasien.c. Harus memenuhi ketentuan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) yang ditetapkan oleh menteri dalam melakukan pekerjaan kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi, termasuk di dalamnya melakukan pencatatan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi dan pengawasan mutu sediaan farmasi pada fasilitas produksi sediaan farmasi.d. Tenaga kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi sediaan farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu. 3. Peranan Istiqomah bagi Apoteker dalam Melaksanakan Pelayanan FarmasiDalam Islam, satu hal yang penting adalahistiqomah. Kata ini berasal dari kataqomaayang berarti berdiri dan memiliki beberapa pengertian:Pertama, istiqomahbermakna berkesinambungannya sebuah pekerjaan. Ketika seseorang melaksanakan sebuah amalan secara periodik dan terus-menerus sesuai dengan periode tertentu, maka orang tersebut berarti telah melaksanakan amalan dengan istiqomah. Maknakedua,dariistiqomahadalah sikap untuk konsisten dengan bentuk awal dari pekerjaan atau amalan. Ketika seseorang menekuni suatu bidang pekerjaan atau tanpa memperdulikan hambatan dan tantangan, maka ia disebut dengan istiqomah. Sebagai lawan dari makna ini adalah sikap untuk berganti-ganti pekerjaan atau amalan. Hampir sama dengan lawan pengertian pertama di atas, hanya saja pada makna kedua ini, seseorang tetap melakukan pekerjaan atau amalan, namun dengan bentuk yang berbeda.Rasulullah SAW mengajarkan sikap istiqomah ini. Bahkan beliau menyebutnya sebagai sikap keberagaman yangpaling disukai Allah SWT. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:Demi Allah, Allah tidak akan bosan menerima amal kalian hingga kalian bosan. Adapun amal yang paling disukai-Nya adalah apa-apa yang dilakukan terus-menerus oleh pelakunya(HR. Muttafaq Alaih).Dalam menjaga istiqomah ini pula, maka Rasulullah SAW menganjurkan bagi mereka yang karena suatu hal tidak rutin melakukan amalanya untuk menyusulkan amalan tersebut.Apoteker dalam menjalankan pekerjaannya membutuhkan sifat konsistensi (istiqomah) dan harus melakukan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan standar prosedur operasional. Standar prosedur operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian apoteker harus menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Sedangkan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5 tahun 1997).Dampak penyalahgunaan narkoba bila digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Sehingga diperlukan adanya sifat-sifat istiqomah untuk mencegah penyalahgunaan profesi apoteker dalam memperjualbelikan narkotika, psikotropika, bahan adiktif dan obat keras (BNN, 2010).

BAB IIIKESIMPULAN

Dari penjelasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :Islam mengajarkan agar manusia senantiasa menanamkan prinsip istiqomah. Istiqomah merupakan sikap dalam agama yang paling disukai Allah SWT, karena dengan memiliki sikap istiqomah dapat memberikan dampak positif yaitu hati merasa tenang, optimis dan berani dalam menjalankan hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama. Seorang apoteker harus istiqomah dengan tujuan agar tidak dapat menyalahgunakan sebagai profesinya. Seorang apoteker tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama dan sesuai undang-undang apoteker yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, http://mtalhur.files.wordpress.com/istiqomah.pdf.

BNN, 2010, Survey Nasional Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta.

Daris, A., 2008, Himpunan Peraturan Dan perundang-Undangan Kefarmasian, PT. ISFI, Jakarta.

Kurniawan, 2012, Etika Farmasi Dalam Islam Sebagai Landasan Aksiologi, Program Studi Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.