TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

23
PEMUDA = BAKHUR Tinjauan Teologis PENDAHULUAN Salah seorang guru S3 saya sering kali berkata : If it is not theological, it is not deep enough. Bila belum teologis, belum cukup mendalam. Saya terkesan oleh ungkapan itu, karena seringnya diucapkan dan karena pentingnya ucapan itu. Bukan saja tinjauan teologis atas setiap hal itu sendiri penting, tetapi juga bahwa berjenis-jenis tinjauan lain yang ada itu harus ada hubungannya satu terhadap yang lain, dan teologi adalah dasar yang merangkum makna dari semua hal dan tinjauan itu. Dasar ini menopang dengan kritis setiap dan semua hal. Di pihak lain, tinjauan teologis memerlukan tinjauan-tinjauan lain untuk menjadi konkrit. Tinjauan-tinjauan psikologis, sosiologis, politis, ekonomi, hukum, dan sebagainya, semuanya perlu, tetapi belum cukup mendasar. Sebagaimana filosofi meninjau sesuatu secara mendasar menukik ke hakikat – dan karena itu dapat merangkum serta mendasari setiap dan semua tinjauan yang lain – demikian juga teologi. Bedanya, teologi meninjau hakikat sesuatu di hadapan Tuhan, sedang filosofi menggunakan apa saja sebagai dasar atau titik tolak untuk berpikir secara sistematis dan mendalam tentang sesuatu dan tentang segala sesuatu. Berpikir filosofis belum tentu berpikir teologis, tetapi berpikir teologis harus berpikir filosofis juga. Jadi, apa konsep dan makna teologis pemuda agar kita dapat menyelami hakikat kepemudaan sedalam-dalamnya seperti yang dikehendakiNya dan bisa menjadi dasar dan perangkai serta perspektif bagi semua sudut tinjauan yang lain, psikologis, sosiologis, historis, dan sebagainya, tentang pemuda. Dari hubungan-hubungan itulah pengertian (understanding) dan makna

Transcript of TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

Page 1: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

PEMUDA = BAKHURTinjauan Teologis

PENDAHULUAN

Salah seorang guru S3 saya sering kali berkata : If it is not theological, it is not deep enough. Bila belum teologis, belum cukup mendalam. Saya terkesan oleh ungkapan itu, karena seringnya diucapkan dan karena pentingnya ucapan itu. Bukan saja tinjauan teologis atas setiap hal itu sendiri penting, tetapi juga bahwa berjenis-jenis tinjauan lain yang ada itu harus ada hubungannya satu terhadap yang lain, dan teologi adalah dasar yang merangkum makna dari semua hal dan tinjauan itu. Dasar ini menopang dengan kritis setiap dan semua hal. Di pihak lain, tinjauan teologis memerlukan tinjauan-tinjauan lain untuk menjadi konkrit. Tinjauan-tinjauan psikologis, sosiologis, politis, ekonomi, hukum, dan sebagainya, semuanya perlu, tetapi belum cukup mendasar. Sebagaimana filosofi meninjau sesuatu secara mendasar menukik ke hakikat – dan karena itu dapat merangkum serta mendasari setiap dan semua tinjauan yang lain – demikian juga teologi. Bedanya, teologi meninjau hakikat sesuatu di hadapan Tuhan, sedang filosofi menggunakan apa saja sebagai dasar atau titik tolak untuk berpikir secara sistematis dan mendalam tentang sesuatu dan tentang segala sesuatu. Berpikir filosofis belum tentu berpikir teologis, tetapi berpikir teologis harus berpikir filosofis juga.

Jadi, apa konsep dan makna teologis pemuda agar kita dapat menyelami hakikat kepemudaan sedalam-dalamnya seperti yang dikehendakiNya dan bisa menjadi dasar dan perangkai serta perspektif bagi semua sudut tinjauan yang lain, psikologis, sosiologis, historis, dan sebagainya, tentang pemuda. Dari hubungan-hubungan itulah pengertian (understanding) dan makna pemuda dan kepemudaan dapat ditangkap sepenuhnya (grasped) dan disimpulkan.

AMSAL 20:29aHiasan orang muda ialah kekuatannya (Amsal 20:29a).

Demikianlah Firman Tuhan tentang pemuda. Ayat ini akan kita pakai sebagai rujukan teologis untuk mendiskusikan pemahaman konsep pemuda dan kepemudaan secara teologis. Dalam bahasa aslinya, yaitu Ibrani:

mjk myrwjb trapt (Tif-eret bakhurim kokham)1

1 Seharusnya huruf Ibrani m (mem), padanan Latinnya m, di akhir kata (dalam ayat ini kata ke-2 dan ke-3) berbentuk lain, yaitu seperti kotak. Tapi komputer atau program (atau pemakainya) tidak bisa melakukan hal itu. Jadi huruf m di akahir kata ke-2 dan ke-3 di atas ini terpaksa salah tulis.

Page 2: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

Dalam Amsal 20:29a ini, tiga istilah Ibrani yang dipakai, masing-masing mempunyai arti lebih luas, lebih kaya, dan lebih mendalam dari pada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Ditambah lagi ketika ketiganya dihubungkan satu terhadap yang lain untuk mengungkap makna pemuda dan kepemudaan, kita memperoleh wawasan tentang pemuda yang sangat kaya dan mendalam. Dan akan menjadi nyata nanti bahwa pilihan terjemahan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tidak salah, walaupun kurang tepat. Kedalaman gagasan pemuda – dan karena itu juga keluasannya – sangat kurang tertampil oleh terjemahan LAI itu. Marilah kita menjelajahi dan menyelami kekayaan konsep teologis mengenai pemuda yang terkandung dalam ayat ini. Nanti akan menjadi jelas bahwa upaya menyelami makna itu sendiri merupakan bagian esensial dari proses menjadi pemuda.

Kita mulai dengan istilah di tengah kalimat yang diterjemahkan dengan orang muda: bakhur.

BAKHUR

Dalam ayat ini istilah Ibrani yang diterjemahkan dengan orang muda ialah bakhurim, bentuk jamak dari bakhur. Bakhur berasal dari kata kerja bakhar. Bakhar punya dua arti. Pertama, membuktikan; mengeksaminasi (to prove; to examine). Kedua, memilih (to choose, to elect, to select). Jadi bakhar berarti memilih berdasarkan pemeriksaan dan pembuktian. Memilih secara cerdas, matang, dan sungguh-sungguh, tidak sembarangan, tidak asal-asalan. Dan orang yang mem-bakhar disebut bakhur. Dan bakhur ini mempunyai dua arti: orang muda (a youth) dan pilihan akan kekuatan dan keaktifan (choice for vigour2 and activity). Mari kita renungkan arti kepemudaan ini.

Pertama, seseorang menjadi pemuda karena memilih – dan memilih dengan melakukan eksaminasi dan pembuktian, memilih dengan cerdas, matang, dan sungguh-sungguh, tidak asal-asalan, tidak sembarangan, tidak seenaknya, tidak otomatis – dan pilihannya adalah kekuatan dan keaktifan. Jadi ada dua segi: subjek yang bertindak memilih dan objek pilihan; cara memilih dan jenis pilihan. Dari sudut subjek atau pelaku, pemuda itu adalah pemilih yang bertindak memilih secara sungguh2. Dari sudut objek, pemuda itu adalah

2 Vigour = active strength of body and mind; intensity of action or effect. Kata sifatnya vigorous bersinonim dengan energetic. Bedanya, vigorous itu tidak memperlihatkan tanda-tnda kehabisan energi atau berkurangnya energi. Dan energetic lebih menekankan kapasitas untuk kegiatan yang intens. Sedang strenuous – sebuah sinonim lain – menekankan preference for coping with the challenging. Pemuda itu bukan saja tidak takut pada tantangan berat tapi malah memilih tantangan yang berat, karena dengan perjuangan menghadapi tantangan berat itu, pemuda akan tetap menjadi pemuda, bahkan semakin pemuda.

Page 3: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

pilihan atas kekuatan dan keaktifan. Menjadi pemuda itu bukan kebetulan, bukan otomatis, bukan nasib. Memang secara biologis dan khronologis ketika seseorang pada garis perkembangan psikologis dan fisiologis mencapai usia tertentu (umumnya 18 tahun) ia dengan sendirinya termasuk dalam kategori pemuda dan ketika mencapai usia tertentu (35) ia bukan pemuda lagi.3 Namun kualitas, isi, dan substansi kepemudaan jauh lebih luas dan mendalam dari pada usia (khronologis) belaka. Kualitas dan substansi kepemudaan ditentukan oleh pilihan sadar atas kekuatan dan keaktifan. Orang berusia 25 tahun yang loyo bukanlah bakhur, bukanlah pemuda. Kepemudaan ditentukan oleh jenis pilihannya – pilihan atas kekuatan dan keaktifan. Ini pertama.

Kedua, pemuda adalah pemilihan itu sendiri dan pilihan itu sendiri. Camkan ini: tidak saja orang muda memilih kekuatan dan aktivitas, tapi orang muda adalah pemilihan itu sendiri (tindakan dan prosesnya) dan pilihan itu sendiri (objek dan hasilnya). Apa beda antara antara pernyataan bahwa “seseorang menjadi pemuda karena ia memilih vigour and activity” dan bahwa “pemuda adalah pemilihan itu sendiri, pemuda adalah tindakan memilih vigour and activity itu sendiri”? Pernyataan yang pertama masih bisa berarti bahwa antara orang dan pilihannya dapat dipisahkan, sedang pernyataan kedua tidak. Orang muda dan kekuatan serta aktivitas tidak pernah terpisah. Kalau orang muda itu bisa memilih kekuatan & aktivitas atau bisa juga tidak memilih kekuatan & aktivitas dan ia tetap bisa menjadi orang muda, maka jalan pikiran seperti itu bertentangan dengan Amsal 20:29. Saudara boleh berusia 20 tahun, tapi kalau saudara memilih keloyoan dan ketidak aktifan, atau tidak memilih kekuatan dan aktivitas, maka saudara bukan pemuda, bukan orang muda. Sebaliknya, orang yang berusia 60 tahun tapi memilih vigour and activity, ia adalah bakhur, adalah orang muda, ia adalah pemuda ! Kaleb pada usia 85 tetap sangat pemuda. Kepemudaan ditentukan oleh tindak memilih (pemilihan) itu sendiri dan pilihan atas kekuatan dan keaktifan.4 Kepemudaan itu tidak fakultatif atau optional bagi pemuda. Artinya seorang pemuda boleh memilih atau tidak memilih menjadi pemuda dan ia tetap pemuda. Itu tidak benar menurut Amsal 20:29. 5

3 Pada usia 35 seseorang mulai mengalami gejala sarcopenia, yaitu kepadatan serat-serat otot berkurang, (seperti osteoporosis pada tulang). Apakah pembatasan usia pemuda (18-35) ini berkaitan dengan mulainya sarkopenia, penulis belum memeriksanya. Namun kita dapat bertanya, Apa hubungan antara sarcopenia dan konsep bakhur? Konsep bakhur mengandung tantangan untuk mencegah terjadinya sarkopenia, atau setidaknya menunda mulainya sejauh mungkin, atau hanya mengendalikan dampak negatifnya. Apakah sarkopenia mengurangi arti pilihan atas kekuatan dari konsep bakhur? Apakah sarkopenia mengurangi arti pilihan atas keaktifan dari konsep bakhur? Di situ kita menghadapi tantangan yang harus kita perhitungkan dan hadapi untuk dibuktikan, karena belum ada, atau belum diketahui adanya, rujukan pengalaman. Hal ini merupakan tes bagi konsep bakhur itu sendiri.4 Bagaimana menyikapi dan mengatasi sarcopenia yang mulai pada usia 35 itu adalah bagian dari menjadi bakhur, menjadi pemuda (lihat paket bina Manusia Utuh dan Sentum, system latihannya).5 Adegan puncak dari film The Matrix Revolution, yang bercerita tentang suatu perang yang menentukan antara mesin dan manusia, antara Mr. Smith (representasi dari mesin) dan Neo (atau Mr. Anderson mewakili manusia). Ketika Mr. Smith hampir mengalahkan Neo, Neo berkeras terus melawan. Nampaknya

Page 4: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

Begitulah Firman TUHAN Amsal 20:29 tentang hakikat pemuda. Menjadi pemuda itu bukan saja tidak otomatis, yaitu dengan sendirinya, bersamaan dengan pertambahan usia dan berakhir ketika usia tidak muda lagi dan tidak ada pilihan sama sekali), tetapi juga tidak fakultatif, yaitu di satu pihak, boleh memilih atau tidak memilih, dan di pihak lain, boleh memilih kekuatan atau kelemahan, keaktifan atau ketidak pedulian, dan tetap menjadi pemuda. Pemuda itu pemilihan sadar akan kekuatan dan keaktifan. Pemuda dan pilihannya, bahkan, pemuda dan tindak pemillihan itu sendiri adalah satu, tidak terpisahkan.

Itu yang luar biasa: bakhur, pemuda, tidak ditentukan oleh usia tapi oleh pilihan pada vigour, energy, strenuousness (kekuatan, energi, kegigihan dan keberanian menghadapi tantangan berat) dan aktivitas, terus menerus, karena pemuda adalah pemilihan itu sendiri dan pilihan itu sendiri. Kepemudaan tidak ditentukan oleh kalender dan waktu tapi oleh sikap dan keputusan untuk (selalu) memilih vigour and activity. Waktu tidak menjadikan seseorang pemuda; waktu hanya memberi kesempatan untuk menjadi pemuda. Setiap hari kita terpanggil untuk menjadi pemuda, untuk membarui kepemudaan kita. Sudahkah Anda menjadi pemuda hari ini? Sudahkah Anda menambahkan kepemudaan Anda hari ini? Apakah di tiap keadaan Anda memilih menjadi pemuda? Atau Anda sudah jenuh dan kecapaian? Bukan pemuda lagi, karena tidak memilih menjadi pemuda lagi?

Tuhan Yesus itu pemuda – selamanya, kekal. Menjadi pemuda adalah menjadi seperti Kristus. Kepemudaan itu seperti burung rajawali – yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya dan tidak menjadi lelah – karena TUHAN-lah sumber kekuatannya, yang tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu (Yesaya 40:28-31; Mazmur 103:5).

“Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah yang kekal...; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertianNya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang

Neo kalah, tapi tidak mau menyerah. Ketika itu Mr. Smith bertanya : “Mengapa engkau melawan terus? Mengapa tidak menyerah saja? Mengapa?...... Apa karena engkau memperjuangkan sesuatu yang dinamakan kebebasan? Apa demi suatu makna? Demi perdamaian? Demi keadilan? Mengapa?” Neo menjawab: ”Karena aku memilih begitu!” Setiap kali hampir dikalahkan, Neo memilih untuk tidak menyerah. Mr. Smith terus merangsek dan berada di atas angin. Tapi Neo terus memilih untuk tidak menyerah. Dan Neo, manusia itu, akhirnya menang! Kemenangan adalah suatu pilihan. Menjadi manusia adalah pilihan. Mesin tidak bisa memilih kecuali pilihan yang sudah ditentukan, yang sudah dipilihkan (diprogram) oleh pembuatnya, alias bukan pilihan yang sesungguhnya. Tuhan menciptakan manusia, bukan mesin, bukan robot. Itulah makna dari film itu. Dan begitulah bakhur, begitulah pemuda. Memilih kalah, atau menyerah, bukan bakhur. Tapi mengalah itu beda, karena mengalah itu kekuatan luar biasa. Renungkan bagaimana Sang Pemuda di kayu salib pada hari Jumat yang agung itu! Betapa bakhur Dia!

Page 5: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:28-31)“Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.” (Mazmur 103:5)

Otomatis dan PilihanJadi pemuda dan kepemudaan dapat dilihat dari dua sifat. Pertama, kepemudaan yang muncul secara otomatis dengan sendirinya. Secara biologis dan khronologis, pemuda itu orang muda yang muncul secara otomatis seiring dengan datangnya usia kira-kira antara 18-35 tahun. Dalam hal ini, kalender menjadi rujukan pengukuran yang berlaku untuk setiap orang, sedang fisiologi dan anatomi juga hampir sama untuk setiap orang, dengan perbedaan penting mengenai usia biologis yang tidak identik dengan usia khronologis. Bandingkan dengan Kaleb pada usia 85 tetap sekuat usia 40, yaitu selama 45 tahun khronologis usia biologisnya tidak bertambah. Usia biologis memang sangat ditentukan oleh pilihan menjadi bakhur.

Kedua, kepemudaan yang tercipta karena pemilihan secara sadar atas kekuatan dan keaktifan. Dalam hal ini, kepemudaan seseorang tidak terukur dengan kalender. Kualitas kepemudaan yang tercipta karena pilihan itu tertampil dalam pelbagai level dan lingkungan. Secara hakiki, seseorang membentuk dirinya menjadi pemuda karena pilihan sadar akan ‘kekuatan dan keaktifan.’ Secara teologis dan spiritual, menjadi pemuda itu memilih untuk mengaitkan diri pada sumber kekuatan kekal, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Sang Pemuda – karena Kristus secara esensial dan total memang bakhur kalau dilihat dari pilihan-pilihan yang diambilNya sejak dari sorga (pengosongan diri) sampai kematianNya di kayu salib, kebangkitanNya sampai kembali ke sorga – Dia bakhur yang sempurna dan kekal. Dialah Sang Pemuda.

Marilah kita melanjutkan pendalaman konsep teologis tentang pemuda dan kepemudaan ini dengan memperhatikan arti istilah tif-eret dan kaitannya dengan makna bakhur agar pemahaman kita tentang pemuda dan kepemudaan menjadi lebih lengkap.

TIF-ERET

Page 6: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

Tif-eret punya tiga arti. Pertama, semarak, kemuliaan, cahaya, keagungan, kehormatan. Kedua, ornamen, hiasan. Ketiga, bual, besar mulut, kebanggaan, kesombongan.

Rasakan bedanya: Semarak orang muda ialah kekuatannya.Kemuliaan orang muda ialah kekuatannya.Cahaya orang muda ialah kekuatannya.Keagungan orang muda ialah kekuatannya.Kehormatan orang muda ialah kekuatannya.

Bandingkan dengan ini:Hiasan orang muda ialah kekuatannya.

Rasanya sangat berbeda. Mengapa? Karena semarak, kemuliaan, cahaya, keagungan, kehormatan menunjuk pada kualitas atau nilai yang intrinsik, yang asli, yang sejati, yang merupakan core atau esensi dari pemuda: kekuatan itu yang membentuk pemuda dan kepemudaan; kegiatan itu yang membuat pemuda menjadi pemuda. Dan itu hakikatnya yang sebenarnya dari (dalam hal ini) pemuda. Sedangkan hiasan itu tempelan dari luar, sesuatu yang eksternal yang ditempelkan pada pemuda. Kekuatan dan kegiatannya merupakan tempelan saja, tidak menjadi hakikat pemuda, bisa luntur dan habis. Kalau dipaksakan – artinya kalau pemuda mengandalkan hiasannya, ornamennya, untuk mengedepankan kepemudaannya sebagai kehebatan – maka akan terasa tengik, artifisial, palsu: kekuatan itu lalu menjadi pameran belaka – macho kata orang, tidak matang; atau genit dibuat-buat, tidak agung.

Tiferet dan BakhurMari kita menghubungkan ketiga arti tif-eret itu dengan bakhur. Arti yang pertama (semarak, kemuliaan, cahaya, keagungan, kehormatan) selaras dan cocok dengan arti yang pertama dari bakhur. Bakhur itu memilih vigour, kekuatan, dan keaktifan secara sadar – dengan eksaminasi, tidak murahan dan tidak sembarangan. Bahkan bakhur itu adalah pilihan itu sendiri – pilihan secara sadar akan vigour and activity itu sendiri. Artinya, bakhur bukan bakhur kalau tidak memilih (kekuatan dan keaktifan). Dengan pengertian itu, kekuatan itu merupakan keagungan pemuda, atau cahaya pemuda. Dan dengan konsep bakhur, pemuda itu terus menerus mengkonstruksi dirinya menjadi pemuda melalui panggilan untuk terus menerus melakukan pilihan sadar di seluruh bidang kehidupannya dan di sepanjang usianya sampai ia meninggalkan dunia ini tetap sebagai bakhur. RSV – Revised Standard Version – menerjemahkan tif-eret dengan glory.

Page 7: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

Sedang arti yang kedua dari bakhur – hiasan – lebih dekat dengan arti ketiga dari tif-eret, yaitu bualan, mulut besar, kesombongan, dan mudah menjadi kebablasan ke dalamnya: Kesombongan orang muda ialah kekuatannya. Kekuatan menjadi pameran atau alasan untuk menjadi sombong, pamer kekuatan otot atau pamer kekuatan kegenitan. Ini merusak kepemudaan dan tidak cocok dengan arti bakhur.

Tiga tipe pemuda : sejati, artifisial, pamerDari istilah tif-eret, kita dapat membedakan tiga tipe atau jenis pemuda. Pertama, pemuda sejati, yaitu pemuda yang ekspresi dirinya terpancar dari dalam dirinya yang sesungguhnya secara asli, esensial, sah, tidak dibuat-buat, sehingga dapat dipercaya dan dipegang.

Kedua, pemuda artifisial, yaitu pemuda yang ekspresi dirinya palsu dan pamer karena ditentukan oleh sesuatu dari luar dirinya. Misalnya gaya ‘pria punya selera’ itu artifisial. Pemuda yang ditentukan oleh simbol kelaki-lakian yang palsu. Pesan yang salah pada iklan-iklan seperti itu ialah bahwa merokok merupakan simbol kelaki-lakian. Atau kalau tidak pakai lipstik tidak pede. Dan sebagainya.

Ketiga, pemuda pembual, yaitu pemuda yang bergantung pada penyombongan sesuatu dari dirinya sehingga terasa tengik. Termasuk pemuda gereja memamerkan atau memutlakkan denominasinya sendiri atau merasa teologinya sendiri yang paling Alkitabiah.

Tipe kedua, artifisial, dan tipe ketiga, pembual, bersesuaian, dan keduanya bertentangan dengan tipe pertama, sejati. Dalam kenyataannya ketiga tipe itu tercampur. Dalam diri seseorang bisa terdapat ketiga kecenderungan itu. Kadang-kadang sifat yang satu lebih kuat dari yang lain. Panggilan menjadi pemuda dalam kaitan ini berarti memilah ketiganya dan memilih yang sejati serta membuang yang palsu dan pamer. Dan tantangan itu berlaku sepanjang hidupnya – tidak hanya ketika berusia khronologis muda (18 – 35?). Seseorang dengan sendirinya mencapai usia pemuda tapi belum tentu pada uia khronologis pemuda itu ia menjadi pemuda. Begitulah bakhar dan itulah bakhur.

KOKHAM

Kokham – yang dalam ayat kita ini diterjemahkan dengan kekuatan – mempunyai dua arti. Pertama, strength, vigour, power, ability. Jadi bersesuaian dengan bakhur dan arti intrinsik dari tif-eret. Kedua, kokham berarti juga wealth, riches, substances. Arti kedua ini bisa positif atau netral dan bisa berarti negatif. Kekayaan dalam bentuk harta benda perlu

Page 8: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

dikendalikan kecenderungan mamoniknya agar dapat menjadi alat dan bukan yang memperalat kita. Kepemudaan yang sejati dan sadar adalah penakluk mamonisme dan menjadikan uang alat pelayanan.

BAKHAR (PL), EKLEGOMAI (PB)6

Ekuivalen istilah Ibrani bakhar (rjb) dalam bahasa Yunani adalah eklegomai () = to select. Atau lebih tepat dikatakan begini: pertama, ketika Perjanjian Lama (PL) dalam bahasa Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (LXX – Septuaginta, yaitu PL versi Yunani, sebelum ada kitab Perjanjian Baru), kata bakhar diterjemahkan dengan eklegomai; kedua, ketika peristiwa Maria dan Marta menerima Tuhan Yesus dan murid-muridNya di rumah mereka dinarasikan menjadi bagian dari Perjanjian Baru (Lukas 10:38-42), tindakan Maria “duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya” itu disebut oleh Tuhan Yesus sebagai memilih – eklegomai, bakhar – dan dinilaiNya sebagai “satu-satunya yang perlu, yang kekal, dan terbaik.”

Dalam perikop ini, cara menjadi bakhur diungkapkan dengan istilah Yunani parakathizo (), yang terdiri atas 3 kata : para () = dekat; kata () = tertanam, nancap; hesomai () = duduk tak tergoyahkan. Parakathizo ini kegiatan yang harus dipilih lagi dan lagi dan lagi karena setiap saat kita disimpangkan dan disedot oleh setiap hal dalam hidup ini, kekuatan mekanistis, otomatis, yang menelan diri kita. distraksi ke segala arah ini dinamai perispao (), yang terdiri atas 2 kata: peri = sekeliling; spao = tertarik dan tersedot, hilang perhatian, atau lebih tepat hilang diri. Jadi parakathizo itu pilihan sadar sangat intens melawan daya sedot sekeliling yang otomatis – kalau tidak dilawan maka pasti, dengan sendirinya, otomatis, kita akan tersedot dan terhilang ke segala arah tenggelam dalam sesuatu dan segala sesuatu; lebih tepat lagi dikatakan, kalau tidak dilawan dengan sekuat-kuatnya dan terus menerus (1/30 ribu detik saja lengah) kita akan tersedot dan kehilangan diri kita. Drama hidup mati ini diperankan oleh Maria (parakathizo) dan Marta (perispao) di hadapan Tuhan Yesus, dan disimak oleh murid-mridNya – setiap muridNya terpanggil menyimaknya agar dapat menjalankan parakathizo melawan perispao hingga dapat terus mendengarkan suaraNya dan menjadi muridNya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.” (Lukas 14:33). Ketika Kristus memilih murid-muridNya, istilah itu juga – eklegomai – yang dipakai, karena syarat untuk dapat menjadi muridNya ialah melepaskan diri dari segala miliknya. 6 PL adalah Perjanjian Lama, yang ditulis dalam bahasa Ibrani (sebagian kecil dalam bahasa Aram). PB adalah Perjanjian Baru, yang ditulis dalam bahasa Yunani. Kitab Suci kita, Alkitab, terdiri atas PL dan PB, yang merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Indonesia.

Page 9: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

Ketika kita merasa memiliki sesuatu kita dimiliki oleh sesuatu itu, kita dikuasainya, kita menjadi objek, kehilangan diri. Tapi di hadapan Nama itu kita menemukan diri kita masing2. Itulah pilihan Maria.

Kualitas semendalam itu – atau setinggi itu, atau seluar biasa itu – yang disediakan oleh Yang Maha Tinggi, Maha Mulia, Maha Kuasa, yang telah mengosongkan Diri agar dapat menjadi Manusia dan menebus manusia yang telah berdosa agar dapat menjadi ciptaan baru, menjadi garam dunia dan terang dunia, yang dapat mengatasi segala persoalan, yang dapat membebaskan dunia dari kuasa si jahat! Itulah Injil, tindakan Allah dalam Kristus yang dianugerahkan kepada kita untuk memuliakan Dia dengan jalan menjadi berkat bagi dunia.

MENJADI PEMUDA DI SEMUA JENJANG & BIDANG KEHIDUPAN

Kualitas dan substansi kepemudaan itu dibentuk oleh pilihan-pilihan dan cara pemilihan dilakukan untuk menjadi pemuda dalam seluruh kehidupan kita, sepanjang hidup. Terlahir dengan segala pembawaan dan given-nya – seperti jender, ras, adat, lingkungannya, ‘talenta’ (1 atau 2 atau 5 atau berapa saja), semua faktor yang bukan pilihan, seseorang dihadapkan pada panggilan untuk memilih, baik terhadap semua yang given maupun terhadap semua kemungkinan baru – menyikapi semua yang given dan melakukan pilihan-pilihan lain. Jatidiri manusia terbentuk oleh elemen yang given dan kedua jenis pilihan itu: menerima dan mengembangkan yang given serta menjatuhkan pilihan-pilihan baru. Semua ini diawali oleh panggilan Abraham. Dan panggilan kita adalah memilih menjadi pemuda, yang pada dasarnya sama dengan panggilan iman yang TUHAN sampaikan kepada Abraham. Panggilan oleh TUHAN itu sangat memberdayakan Abraham karena dengan panggilan yang harus ia jawab (baca: ia pilih atau tolak), ia diberi kemungkinan untuk terbebas dari pemberhalaan atas semua hal yang given atau primordial; atau dalam kata2 Kristus melepaskan diri dari segala miliknya (Lukas 14:33). Dan sejalan dengan itu, panggilan menjadi pemuda itu sangat memberdayakan tiap orang yang mau menjawabnya.

Pilihan menjadi pemuda itu dilaksanakan dalam perjalanan menurut empat garis kehidupan. Pertama sepanjang garis psikologi perkembangan. Kedua, pada garis gerejawi. Ketiga, pada garis globalisasi. Keempat, pada garis transisi Indonesia bagi pemuda Indonesia. Tiap orang dipanggil untuk menjatuhkan pilihan-pilihan pada keempat garis kehidupan itu. Apa dan bagaimana pilihan-pilihan dijatuhkan akan menentukan kualitas serta bobot kepemudaannya dan keberadaannya sebagai pemuda.

Page 10: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

Pertama, Garis Psikologi Perkembangan : Menjadi Pemuda dalam Ke-4 Jenjang/ Kesibukan atau Kesempatan?

Secara psikologis, pilihan menjadi pemuda itu dijatuhkan sepanjang garis perkembangan psikologisnya dalam kaitannya dengan empat pilihan krusial studi, karier, seksualitas, dan pelayanan teruji. Secara garis besar pilihan-pilihan pada garis psikologi perkembangan itu adalah sebagai berikut.

Pertama, pilihan menjadi pemuda dalam kaitan dengan studi untuk mengembangkan talenta dan kecerdasan intelektual. Kedua, dalam kaitan dengan karier untuk berproduksi dan berkecerdasan finansial agar mampu menguasai uang untuk memenuhi kebutuhan dan mengubah dunia, dan tidak diperbudak oleh uang dan menjadi sumber ‘segala persoalan’ (I Timotius 6:10). Ketiga, dalam kaitan dengan seksualitas dengan jalan berkeluarga atau melajang. Dan keempat, dalam kaitan dengan pelayanan yang teruji oleh penggunaan waktu dan tenaga untuk bekerja, serta penggunaan waktu, tenaga, dan uang untuk berkeluarga.

Pertama, mengapa seseorang memilih bidang keahlian atau jurusan tertentu, secara teologis merupakan upaya pilihan sadar berdasar pemeriksaan dan pembuktian untuk menjadi pemuda. Hal ini berkaitan dengan pengenalan (pemeriksaan) mengenai talenta dan keahlian yang dipilihnya. Talenta yang dikembangkan dalam keahlian tertentu itu akan merupakan bagian dari isi atau substansi kepemudaan seseorang.

Kedua, pilihan karier juga menentukan kualitas kepemudaan seseorang secara signifikan dan langsung. Karena kondisi ketimpangan kaya-miskin yang semakin parah dan kesibukan yang semakin menguras tenaga dan waktu, maka pilihan karier secara teologis haruslah mengikut sertakan pertimbangan karier sebagai peluang (bukan kseibukan), pematahan kuasa Mamon, penguasaan “lahan Mamon,” dan kecerdasan finansial individual / bersama. Karena semua persoalan dunia saat ini sebenarnya sudah dimulai di level lahan Mamon. Kalau pada level ini kita salah pilih (tidak parakathizodan tidak menjadi bakhur, tapi menjadi mamonik), maka apapun yang kita lakukan kemudian di level pelayanan menjadi palsu, menjadi pepesan kosong.

Ketiga, berkeluarga atau melajang merupakan pilihan mendasar menjadi orang, menjadi pemuda. Berkeluarga bukan hanya merupakan fulfillment potensi individu, tetapi juga bersama pasangan menjadi tempat biologis, psikologis, spiritual, sosial dalam mana Tuhan mencipta manusia. Pilihan sebaliknya – melajang – harus merupakan alternatif yang tidak kalah pentingnya, dan karena itu jangan karena terpaksa tetapi karena kemauannya

Page 11: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

sendiri oleh karena Kerajaan Sorga, kata Tuhan Yesus (Matius 19:12). Keterpaksaan dalam pilihan pertanggungjawaban atas seksualitas ini akan sangat menentukan kepemudaan seseorang.

Dan kemudian, keempat, pelayanan merupakan kunci makna hidup, akan menguji apakah karier dan berkeluarga itu merupakan kesempatan untuk menjadi manusia atau merupakan penyimpangan, yaitu sekedar merupakan kesibukan yang mendistraksi energinya dan membuang (ya, benar-benar membuang) waktunya (bandingkan sikap Marta dan Maria – perispao dan parakathizo).7

Kedua, Garis Gerejawi : Menjadi Generasi Berikut

Secara gerejawi, pilihan menjadi pemuda gereja di era lintas-denominasi saat ini, dilaksanakan dalam garis denominasinya dan keterbukaan oikoumene-nya sekaligus sehingga semua pemuda gereja menyatu – ini berarti memasuki lubuk hati terdalam dari Sang Pemuda, Tuhan Yesus Kristus. Ya, ketika semua pemuda gereja menyatu di dalam dan oleh Tuhan Yesus Kristus, pemuda gereja memasuki tempat paling pemuda dalam DiriNya. Dari dalam lubuk hati Dia itu pilihan menjadi pemuda itu dilaksanakan dalam konteks gerejawi. Dewasa ini ada dua pilihan mendasar untuk menjadi bakhur dalam konteks gerejawi. Pertama, pilihan atas jatidiri gerejawi dan kedua, pilihan menjadi generasi berikut dan tidak menjadi generasi penerus. Pertama, setiap pemuda gereja untuk dapat melakukan perubahan yang sungguh-sungguh dan benar terpanggil untuk menjadi sejati dalam jatidiri asal usulnya yaitu jatidiri denominasionalnya, dengan membuang semua yang palsu dari denominasinya. Dan dari dalam kesejatian denominasionalnya itu pemuda membuka diri terhadap semua denominasi lain – menjadi

7 Distraksi berasal dari istilah distraction (Inggris); dalam terjemahan dipakai kata sibuk. Marta sibuk sekali melayani (Lukas 10:40. Istilah Yunani yang diterjemahkan dengan sibuk adalah (perispao) yang berarti tertarik atau terseret ke sekeliling (distraksi). Hati2, adalah salah memandang pelayanan sebagai kesibukan. Berlawanan dengan sikap Maria (parakathizo) yang diterjemahkan dengan duduk dekat. Para = dekat; kata = nancap; hesomai = tak tergoyahkan; jadi parakathizo bukan sekedar duduk dekat, tapi lebih kuat dari itu: duduk dekat (Yesus), nancap sampai tidak tergoyahkan, melawan tarikan ke sekeliling, sehingga dapat terus mendengarkan Dia. Perhatikan, dalam keadaan apapun dan sedang mengerjakan apapun tetap parakathizo, tetap mendengarkan Dia, tetap menjadi bagian yang tak dapat diambil oleh apapun. Bakhar jelas cocok dengan parakathizo. Perispao itu bukan pilihan tapi dengan sendirinya perhatian orang terseret ke sana ke mari tidak mendapat yang perlu yang hanya satu itu. Parakathizo adalah pilihan mendasar. Hanya satu yang perlu: selalu memilih Tuhan Yesus, Sang Bakhur, yaitu kekuatan dan keaktifan, duduk nancap tak tergoyahkan dan terus mendengarkan perkataan Kristus, dan mendapatkan satu-satunya yang perlu yang tidak akan diambil, yaitu aku baru. Dan begitu banyak yang dapat menghilangkan diri kita. Kita harus belajar parakathizo di tengah semua hal lain yang sedang kita lakukan. Itu artinya menjadi bakhur. Bagi pemuda, studi, karier, keluarga, pelayanan bukan kesibukan, yang menenggelamkan (perispao), tapi kesempatan, yang mengorangkan kita.

Page 12: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

oikoumenis. Mencipta jatidiri denominasional dan oikoumenis sekaligus inilah jalan utama dan pertama untuk make difference.

Kedua, semua pemuda gereja bersama-sama menjadi generasi berikut, bukan generasi penerus – tidak menerus-neruskan yang salah yaitu perpecahan dan kesendiri-kesendirian. Juga tidak sekedar menerus-neruskan yang benar, karena yang benar akan menjadi salah ketika tidak dikembangkan dalam konteks baru. Karena menerus-neruskan – baik yang salah maupun yang benar – pada hakikatnya bukanlah tindakan bakhur, bukan merupakan pilihan yang bertanggungjawab. Pilihan yang benar – artinya menjadi pemuda – adalah memilih untuk membuang yang salah dari generasi sebelumnya dan mengembangkan yang benar dari generasi terdahulu serta mewujudkan yang benar yang belum terwujud. Pilihan sadar ini membuat pemuda menjadi bakhur yang secara sadar memikul tanggungjawabnya sebagai generasi berikut menjalankan tugas panggilannya pada zamannya. Giliran tugasnya membuat sejarah di zamannya. Memikul tanggungjawabnya antara lain berarti tidak cari-cari alasan dan menyalah-nyalahkan generasi sebelumnya. Sedang generasi penerus pada dasarnya tidak berpikir dan tidak memikul tanggungjawab sendiri dan selalu melempar kesalahan pada generasi sebelumnya. Dengan perkataan lain, generasi penerus itu pecundang (losers), sedang generasi berikut itu pemenang (winners). Generasi penerus itu bukan pemuda, generasi berikut itu pemuda.

Menjadi Bakhur dalam Konteks Sosial Politik Global dan Nasional

Secara sosial politik, pilihan menjadi pemuda itu dilakukan dalam konteks dan kaitan dengan globalisasi dan transisi Indonesia saat ini – di mana dua event besar, misalnya, perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pemuda gereja kalau kita mau memenuhi panggilan sebagai garam dan terang: MDGs 2015 (Millenium Development Goals dari PBB) dan Jendela Peluang 2030. Proses menjadi pemuda di pelbagai level dan lingkungan itu terjadi secara berkelindan, tidak secara terpisah-pisah.

Ketiga, Garis Globalisasi Semua pilihan menjadi pemuda di jenjang kehidupan dan konteks gerejawi itu dilakukan dalam konteks nyata yaitu globalisasi dan transisi Indonesia: bagaimana dan apa artinya menjadi pemuda di dalamnya – menjadi bagian dari jawab atas persoalan globalisasi dan transisi Indonesia itu; apa memuliakan Nama yang kita sandang atau mempermalukanNya? Globalisasi adalah berkat tercampur: di satu pihak, efisiensi nilai-nilai pasar dan di pihak lain, tindihan pada ‘nilai-nilai non-pasar’ dan multiple identity

Page 13: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

disorder. Menjadi pemuda berdasarkan iman kepada Sang Pemuda – Tuhan Yesus Kristus – di tengah globalisasi itu berarti menjadi TKYSMS yang merupakan jawab terhadap globalisasi.

Keempat, Transisi Indonesia: Politik-Ekonomi dan NsionalismeReformasi Indonesia terjadi karena paksaan dari luar: datangnya krisis moneter yang berkembang menjadi krisis multidimensional, sampai ke krisis moral dan kepercayaan, karena fundamentals ekonomi yang rapuh dan sistem politik yang represif membuat rakyat menjadi objek, menjadi mass society yang tidak boleh beropini dan tidak mampu beropini, serta oleh KKN. Karena paksaan dari luar itu, kekuatan kritis di dalam tubuh bangsa Indonesia yang selama itu tertekan dan tertindas, tiba-tiba terbebas dan disodori peluang tanpa suatu kesiapan yang memadai – hal ini segera nampak ketika pak Harto lengser. Sementara kekuatan represif yang telah berpengalaman dan menyusun kekuatan selama tiga dekade lebih, walaupun tergeser – lebih oleh kekuatan dari luar yaitu runtuhnya sistem perang dingin yang menjadi penopang utama tegaknya Pak Harto dan ORBA-nya – masih mampu berupaya dan semakin mampu merebut kembali posisinya, menyetop dan memandulkan reformasi. Apakah Indonesia tidak tereformasi lagi seperti halnya Uni Soviet dan Yugoslavia? Banyak yang mengklaim masih dapat direformasi, bahkan ada yang sudah berkata Indonesia sudah menyelesaikan masa reformasi. Sudah selesai dan melampaui reformasi, pasti tidak benar. Tidak tereformasi lagi, juga mungkin tidak benar. Remormasi berdasarkan Pancasila dalam konteks empat alinea Pembukaan UUD 1945 adalah panggilan yang masih harus dituntaskan. Cara kerja “akrobatik politik” – yang menyedot seluruh energi untuk mempertahankan kedudukan sambil mempertunjukkan ‘kelihaian’ berakrobatik, dan tidak menyiskan energi untuk berkinerja yang sesungguhnya, yang jelas bukan pertunjukan – masih harus diatasi menjadi “the true liberating power” yang mampu benar2 berkinerja, dengan jalan mengembangkan political will pemerintah dalam setiap kebijakan publik menjdai kompetensi politik dan kemudian menjadi kedaulatan politik. Dalam proses reformasi itu pemuda gereja dipanggil untuk membuktikan kepemudaannya, menjadi bagian dari reformasi.

PEMUDA ADALAH SOLUSI

Kalau pemuda pada hakikatnya merupakan pilihan seperti itu, maka tidak ada hal yang mustahil bagi pemuda gereja yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang Pemuda itu. Pemuda adalah harapan perubahan yang sejati. Soalnya, adakah pemuda sejati seperti itu dalam kenyataan sekarang ini? Akankah ‘pemuda’ gereja melakukan pilihan menjadi bakhur dan mengubah gereja – yang tersekat-sekat secara denominasional – menjadi TKYSMS (Tubuh Kristus Yang Sempurna Menjadi Satu), yang bersama dengan semua

Page 14: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

kekuatan moral dan demokratis, mengubah dunia dengan menerima dan menyalurkan seluruh kuasa Sang Pemuda yang lebih dari cukup bagi semua persoalan itu? Akankah pemuda gereja tekun dan konsisten menjadi bakhur sepanjang sejarahnya, utamanya pada saat transisi pergantian generasi, akankah pemuda tetap menjadi pemuda atau akankah pemuda menjadi luntur ketika terbentur pada status quo dan menjadi generasi penerus belaka, dan melanggengkan business as usual yang sia-sia itu?

Akankah ratusan ribu pemuda gereja di Jabodetabek – dan di kota-kota lain di seluruh Nusantara – menjadi pemuda dan menjadi generasi berikut – artinya mengejawantahkan kuasa dan kecanggihan Sang Pemuda itu dalam jatidirinya, keberadaannya, perilakunya, visinya, organisasinya, kegiatannya, seluruhnya – dan menggelar kuasa dan kekuatanNya sehingga Jabodetabek dan kota-kota lain, benar-benar mengalami kuasaNya dan terpulihkan karena kemuliaan Tuhan meliputinya?

Akankah kita yang berada di sini saat ini menjawab panggilan atau membarui jawaban kita terhadap panggilan Tuhan untuk menjadi bakhur, menjadi pemuda, mengikuti jejak Sang Pemuda, sampai critical mass dari bakhur tercapai sehingga TKYSMS terwujud dan dunia sekitar dipulihkan?

Dalam sorotan kepemudaan seperti itu, di tengah dunia yang semakin penuh dengan persoalan yang semakin banyak jumlahnya, semakin rumit kualitasnya, semakain besar ukurannya,, pertanyaannya bukan, Bagaimana pemuda mencari solusi? Tapi bagaimana menjadi pemuda? Karena dalam ungkapan bagaimana pemuda mencari solusi itu terkandung konsep pemuda yang masih kurang mendalam, masih belum teologis. Secara teologis, secara iman, secara hakiki, kepemudaan adalah solusi itu sendiri. Menjadi pemuda berarti menjadi solusi, atau bagian dari solusi, atau awal dari solusi. Di tengah persoalan, kita ditantang untuk menjadi pemuda, menjadi solusi bagi persoalan itu – tidak sekedar memberi solusi, tetapi memberi diri, seperti Sang Pemuda memberi DiriNya, sebagai solusi. Bersama Dia sebagai Kepala, kita, sebagai bakhurim yang “sempurna menjadi satu” bisa menjadi solusi bagi dunia dan seluruh ciptaan.

PENUTUP

Demikianlah teologi pemuda, tinjauan terdalam yang tempatnya bukan di samping tinjauan-tinjauan lain – psikologis, sosiologis, politik, dan lain-lain – melainkan menjadi dasar, perangkai, dan perspektif bagi setiap dan semua tinjauan lain, telah kita telusuri selengkap mungkin. Ini awal berpikir serius tentang pemuda dan awal meninjau ulang dan menilai kembali semua perlakuan kita terhadap kepemudaan kita selama ini. Dan bagi

Page 15: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

setiap diri kita, bisa menjadi awal baru menjadi pemuda kembali, menjadi bakhur, di seluruh bidang, jenjang, dan konteks kehidupan kita, dan menjadi gereja, tubuhNya.

Jakarta, April 2007 / 2010Pendeta Natan Setiabudi, Ph.D

PENDALAMAN DAN LATIHAN

A. Pendalaman & Latihan dalam KelompokDibentuk kelompok-kelompok. Ketua kelompok dan pencatat dipilih. Tiap anggota kelompok diberi waktu untuk berpikir tentang tiap pertanyaan dan mencatat hasilnya; lalu seluruh anggota kelompok berbagi hasil pemikirannya. Pencatat menulis di kertas lebar untuk dibagikan di pleno.

Page 16: TEOLOGI PEMUDA BAKHUR

1. Sebut 4 hal atau kejadian yang menggambarkan bahwa seorang ‘pemuda’ (menurut usia) sedang menyangkali kepemudaannya dan tidak menjadi pemuda (bakhur).

2. Sebut 4 hal atau kejadian yang menggambarkan bahwa seorang ‘pemuda’ (menurut usia) sedang memilih menjadi pemuda (bakhur).

3. Sebut 4 hal atau kejadian yang menggambarkan bahwa seseorang yang menurut usianya bukan pemuda (di atas 35), namun sedang menjadi pemuda (bakhur) karena pilihan yang diambilnya dan konsekuensi yang dipikulnya.

4. Beri contoh ketiga jenis pemuda menurut konsep tif-eret dan diskusikan.5. Sebutkan hal apa saja yang Anda anggap penting dalam kaitan konsep bakhur dan

diskusikan.

B. Pendalaman & Latihan dalam Pleno1. Laporan tiap kelompok. 2. Komentar dari floor.3. Kesimpulan temuan.

C. Latihan (Menjadi) Bakhur