5. TEOLOGI KRISTEN

34
SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 101 68 TEOLOGI KRISTEN MODERN DI ASIA M. Darojat Ariyanto Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102 Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448 ABSTRAK Teologi Kristen Modern pada pada artikel ini tidak semua negara di Asia dibahas. Di sini hanya dibahas beberapa negara Asia saja, yaitu Thailand, Korea, Cina, Filipina, dan India. Demikian juga tidak semua teolog diuraikan, hanya dibahas satu teolog saja yang mewakili masing-masing negara tersebut, yaitu Dr. Kosuke Koyama (Thailand), Dr. Yong Bock Kim (Korea), Kuang-Hsun Ting (Cina), Carlos H. Abesamis S.Y. (Filipina), dan M.M. Thomas (India). Penelusuran artikel ini, penulis mendapati bahwa Pemikiran teologi Kristen modern di Asia berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial,dan politik di Asia yang masih banyak mengalami kemiskinan, keterbelakangan, dan penindasan dari penguasa. Di samping itu pemeluk Kristen di Asia hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain, misalnya pemeluk Agama Islam, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, Shinto, Tao. Para teolog Kristen di Asia berusaha berteologi sesuai dengan konteks Asia. Teologinya dirumuskan dengan rumusan- rumusan yang khas Asia. Mereka berusaha melepaskan diri dari rumusan-rumusan teologi Kristen Barat yang sarat dengan konteks Barat dan tidak sesuai dengan konteks Asia. Kuang-Hsun Ting (Cina) dan Carlos H. Abesamis S.Y (Filipina) merumuskan teologinya sesuai dengan konteks di Cina dan Filipina. Dr. Kosuke Koyama (Thailand) dengan teologi kerbau. Dr. Yong Bock Kim (Korea) dengan teologi Minjung. M.M. Thomas (India) dengan teologi situasional (teologi pribumi). Kata Kunci: teologi, modern, kristen

Transcript of 5. TEOLOGI KRISTEN

Page 1: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10168

TEOLOGI KRISTEN MODERN DI ASIA

M. Darojat AriyantoFakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448

ABSTRAK

Teologi Kristen Modern pada pada artikel ini tidak semua negara diAsia dibahas. Di sini hanya dibahas beberapa negara Asia saja, yaituThailand, Korea, Cina, Filipina, dan India. Demikian juga tidaksemua teolog diuraikan, hanya dibahas satu teolog saja yangmewakili masing-masing negara tersebut, yaitu Dr. Kosuke Koyama(Thailand), Dr. Yong Bock Kim (Korea), Kuang-Hsun Ting (Cina),Carlos H. Abesamis S.Y. (Filipina), dan M.M. Thomas (India).Penelusuran artikel ini, penulis mendapati bahwa Pemikiran teologiKristen modern di Asia berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial,danpolitik di Asia yang masih banyak mengalami kemiskinan,keterbelakangan, dan penindasan dari penguasa. Di samping itupemeluk Kristen di Asia hidup berdampingan dengan pemeluk agamalain, misalnya pemeluk Agama Islam, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu,Shinto, Tao. Para teolog Kristen di Asia berusaha berteologi sesuaidengan konteks Asia. Teologinya dirumuskan dengan rumusan-rumusan yang khas Asia. Mereka berusaha melepaskan diri darirumusan-rumusan teologi Kristen Barat yang sarat dengan konteksBarat dan tidak sesuai dengan konteks Asia. Kuang-Hsun Ting (Cina)dan Carlos H. Abesamis S.Y (Filipina) merumuskan teologinya sesuaidengan konteks di Cina dan Filipina. Dr. Kosuke Koyama (Thailand)dengan teologi kerbau. Dr. Yong Bock Kim (Korea) dengan teologiMinjung. M.M. Thomas (India) dengan teologi situasional (teologipribumi).

Kata Kunci: teologi, modern, kristen

Page 2: 5. TEOLOGI KRISTEN

69Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

PendahuluanKekristenan di banyak Negara

Asia berhadapan dengan kontekskemiskinan dan hidup di tengah-tengahmayoritas penganut agama-agama lain.Di Asia, hanya Filipina dan Korea Selatanyang memiliki jumlah orang Kristenmayoritas. Sementara di beberapaNegara seperti Cina, Korea Utara,Vietnam, Kampuchea, dan beberapaNegara lainnya, orang-orang Kristenmenghadapi situasi tekanan dan kesulitan.

Benua Asia mempunyai wilayahyang sangat luas dan jumlah penduduk-nya sangat padat. Kemajemukan yangmenjadi ciri Asia juga telah melahirkanpendekatan teologis yang beranekaragam. Dalam hubungannya dengangereja-gereja sedunia, pengakuanterhadap Allah sebagai Khalik daninkarnasi Firman Allah dalam YesusKristus merupakan dasar bagi banyakpergumulan teologis selama berabad-abad.

Makna pokok-pokok pengakuantersebut digumuli demi damai sejahteramanusia di Asia. Ada dua segi teologi diAsia yang majemuk, yaitu pertemuandengan agama-agama lain dan perhatianbagi pergumulan orang miskin.1

Pada artikel ini tidak semua negaradi Asia dibahas. Di sini hanya dibahasbeberapa negara Asia saja, yaituThailand, Korea, Cina, Filipina, danIndia. Demikian juga tidak semua teolog

diuraikan, hanya dibahas satu teolog sajayang mewakili masing-masing negaratersebut, yaitu Dr. Kosuke Koyama(Thailand), Dr. Yong Bock Kim (Korea),Kuang-Hsun Ting (Cina), Carlos H.Abesamis S.Y. (Filipina), dan M.M.Thomas (India).

Teologi di ThailandKosuke Koyama1. Riwayat Hidup

Kosuke Koyama lahir di Tokiopada tahun 1929. Setelah memperolehgelar yang pertama di Tokio ia melanjut-kan studi ke Amerika Serikat dan padatahun 1959 memperoleh gelar doctordari Princeton Theological Seminary.Pada tahun 1961-1969 ia menjadimisionaris di Thailand dan mengajarpada seminari di sana. Dari Thailand iapindah ke Singapura dan menjadi dekanSouth East Asia Graduate School ofTheology. Pada tahun 1974 ia pergi keSelandia Baru dan mengajar bidang studiagama-agama di Universitas Otago.Sejak tahun 1979 ia mengajar di UnionTheological Seminary di New York.

2. Pemikiran TeologinyaAllah dalam Kebudayaan yangHening

Koyama terkenal karena bukunyaTeologi Kerbau (1974). Pada perjalan-an menuju gereja jemaat pedesaan untukberkhotbah ia melihat kerbau-kerbau di

1 Drewes, B.F. dan Mojau, Julianus. Apa itu Teologi? Pengantar ke dalam Ilmu Teologi. Jakarta:BPK. Gunung Mulia, 2007, hlm. 64.

Page 3: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10170

sawah. Ini mengingatkannya bagaimanaumatnya melangsungkan hidup mereka.Khotbahnya harus dimulai dari jemaat-nya. Dari percakapan tentang situasi umatmanusia, dia lalu memperkenalkan Allahdalam situasi manusia yang nyata ini. Iamengambil keputusan harus menempat-kan beberapa pemikiran teologi agungseperti dari Thomas, Aquino dan Barthpada tempat kedua setelah beberapakebutuhan para petani. Ia mempriotitas-kan para petani di atas Aquinas dan Barth,karena ia berkhotbah di Thailand danbukan di Italia atau di Swis.

Ada suatu kesegaran pada teologiKoyama, sebagaimana dapat dilihat daribeberapa judul babnya, misalnya:“Apakah Musim Hujan akan MembuatAllah Menjadi Basah?,” “MericaAristoteles Campur Garam Buddha;”“Murka Allah dalam KebudayaanHening.” Dalam bab terakhir ini iamembahas kesulitan berkhotbah tentangmurka Allah di Thailand. Sama sepertifilsafat Yunani kuno, dalam kebudayaanBuddha bebas emosi dan penderitaanserta keheningan dianggap sebagaipuncak dari segala yang baik. Ide tentangAllah yang murka, Allah yang cemaskarena dosa manusia adalah suatu batusandungan dalam kebudayaan tersebut.Jawaban Koyama bukan dengan tidakmenonjolkan kemurkaan Allah, sebagai-mana dibuat banyak orang. Pembicaraantentang kasih Allah menjadi menyimpangdari kebenaran dan dangkal kalaudipisahkan dari kemurkaan-Nya. Pe-mikiran Thailand melihat Allah sebagai

tak beremosi, tidak dapat menderita,karena menempatkan Allah melampauibatas waktu dan sejarah, sebab pemikir-an Buddhis Thailand mengabaikansejarah. Pemikiran ini lebih dipupuk lagidengan siklus alam yang cukup teraturdan baik di Thailand. Di sana jarang adabencana alam seperti gempa bumi dantaufan. Doktrin tentang murka Allahdapat digunakan untuk menantangpemikiran Thailand pada tingkat yanglebih dalam ini, dan dengan demikianmenyatakan doktrin Allah yang terlibatdalam sejarah.

Belum begitu lama Koyamamenulis buku berjudul Allah Ber-kecepatan Tiga Mil Per Jam, suatukumpulan penelaahan Alkitab lebih lanjutyang berkaitan dengan Asia Tenggara.Dalam bab dengan judul yang samaseperti bukunya ia membandingkanefisiensi segera dari teknologi moderndengan cara Allah mengajar umatnya.Allah menggunakan waktu empat puluhtahun untuk melatih mereka di padangbelantara, dengan kecepatan jalan kaki(3mil per jam). Di kelas orang Kristenbelajar teori, tetapi Allah mengajar orangKristen melalui pengalaman kehidupansebenarnya. “Empat puluh tahun dipadang belantara” menunjukkan filsafatpendidikan dasar dari Allah. Seluruhbagian Perjanjian Lama membukti-kannya.

Ia menyatakan bahwa Allahberjalan “perlahan-lahan,” karena Iaadalah kasih. Kalau Ia bukan kasih, Iaakan bergerak lebih cepat. Kasih

Page 4: 5. TEOLOGI KRISTEN

71Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

mempunyai kecepatan tersendiri, ke-cepatan rohani. Kecepatan ini laindengan kecepatan teknologi yang sudahsangat dikenal oleh manusia. Ia ber-langsung terus di kedalaman hidupmanusia, apakah manusia menyadari atautidak, apakah manusia sedang dilanda

angin ribut atau tidak. Kecepatannya tigamil per jam. Itulah kecepatan jalan kakidan oleh karena itu ialah kecepatan kasihAllah berjalan kaki.2

3. Bagan dan Analisis Pemikiran TeologiDr. Kosuke koyama

Dr. Kosuke Koyama Allah dalam Kebudayaan Hening

Doktor,

Princeton Theological Seminari,

Amerika Serikat

Missionaris dan mengajar Seminari,

di Thailand

Agama Budha

Kebudayaan Thailand

Bagan Pemikiran Teologis Dr. Kosuke Koyama

Berdasarkan uraian di atas tam-paklah bahwa pemikiran teologi Dr.Kosuke Koyama lebih menfokuskanpada bidang Teologi Dogma, yaitumenguraiakan tentang ajaran-ajaranpokok iman Kristen. Khususnya dibidang Kristologi, yakni membahas apadan siapa Allah, apa dan siapakah Yesusyang disebut Kristus. Dalam bidang inidia berusaha menyampaikan doktrin

Tuhan dari Alkitab pada konteks budayaThailand dan agama Buddha. Olehkarena itu ia berusaha berteologi sesuaidengan konteks Thailand dan me-nomorduakan menyampaikan teologiAquinas dan Karl Barth yang sangatterkenal. Sebab ia berpendapat iamenyampaikan teologi di Thailand, bukandi Italia maupun di Swiss.

2 Lane, Tony. Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. BPK Gunung Mulia, 2005, hlm. 265-2657.

Page 5: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10172

Teologi di KoreaDr. Yong Bock Kim1. Riwayat Hidup

Dr. Kim adalah seorang direkturyang bertanggungjawab di bidang studidan penelitian pada Institut Pengem-bangan dan Misi, di Soul. Berdasarkanberita, ia ditangkap pada bulanDesember 1979, dan setelah mengalamipenyiksaan secara keji, kemudiandibebaskan lagi. Ia adalah salah seorangdi antara orang-orang Kristen di KoreaSelatan yang mengalami penderitaandemi pendiriannya menganai hak-hakasasi manusia.3

2. Pemikiran TeologinyaDr. Kim melihat kecenderungan

ke arah “historikalisasi” dalam teologiAsia dewasa ini- yaitu ke arah refleksiteologis dalam kesadaran hubungannyakondisi historis bangsa-bangsa Asia.Dalam konteks ini muncullah sebuahtema baru bagi refleksi teologis yaitukonsep “rakyat di Asia,” yang dipahamisebagai rakyat yang tertindas, miskin dantereksploitasi. Dengan mengambil KoreaSelatan sebagai contoh, Kim melacakperkembangan “teologi rakyat” di dalamdisiplin studi Alkitab, sejarah gereja danteologi reflektif, yang berusaha meng-hubungkan Injil secara bermakna denganpergumulan dan aspirasi rakyat. Jang-kauan “teologi rakyat” adalah sejarah

umum; pendiriannya berpihak kepadarakyat; dan “teologi ini berusaha agarbebas dan secara konkrit melampauikerangka kerja filosofis dan ideologis.”

Menurut Kim, sampai hari inipemikiran teologis di Asia tetap “ber-corak Barat” dalam bentuk dasar danpesan yang disampaikannya. Hal initerjadi karena komunitas nasional ataulokal rakyat Asia. Meskipun demikian,telah muncul taksiran teologi yangprogresif terhadap beberapa kondisisejarah bangsa Asia. Bukti historikalisasiini memang tidak terlalu banyak, tetapisangat penting sebagai bahan acuanrefleksi dalam berteologi di Asia saat ini.

Ada tiga pengalaman menyolokdalam sejarah komunitas Kristen Asiayang menyajikan landasan penting bagiusaha tologis.

Langkah pertama yaitu studi yangdilakukan oleh para misionaris Barattentang sejarah bangsa-bangsa Allah,serta budaya dan agamanya. Proses initelah berlangsung sejak kedatanganmisionaris Barat, sebagai persiapanusaha penginjilan mereka. Sungguhpundemikian, dari sudut pandang KristenBarat beberapa warisan bangsa Asiadianggap tidak mempunyai kesinam-bungan dengan Injil dan karenanya tidakmendapat tempat positif dalam refleksiteologis. Paganisasi Injil dan sinkretis-me teologi banyak ditakuti, karena lebih

3 Elwood, Douglas J. Teologi Kristen Asia: Tema-tema Yang Tampil ke Permukaan. Jakarta: BPKGunung Muilia, 2004, hlm. 381.

Page 6: 5. TEOLOGI KRISTEN

73Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

menyukai Injil serba Barat. Meskipun“pengurungan teologi” diterapkanterhadap beberapa warisan Asia, namundalam kenyataannya kehidupan Kristen“pribumi” secara tak terhindarkan terbaurdengan agama dan budaya bangsa-bangsa Asia. Hal ini menyebab-kankesenjangan antara doktrin formaldengan teologi gereja-gereja “misionaris”dengan kehidupan aktual religius orang-orang Kristen di Asia. Meskipun ke-hidupan Kristen aktual di Asia yangdihayati secara tidak disadari serta telahmengalami pempribumian informal yangbegitu, namun pemikiran teologis formaldan doktrin-doktrin pada umumnyatetaplah bercirikan Barat.

Langkah selanjutnya menujukontekstualisasi religio-kulturaldituntut oleh aspirasi nasional bangsa-bangsa Asia yang terjajah oleh ke-kuasaan Barat dan kekuatan-kekuatankolonial lainnya. Masalah bagi teologi diAsia selama periode kolonial adalahkaitan antara Injil Kristen dan aspirasinasional bangsa-bangsa Asia terhadappembebasan dari dominasi kolonialmereka. Konteks historis Asia bagiteologi dirumuskan secara politis, danbukan hanya secara religio-kultural.Begitu juga di sini, fakta bahwa teologigereja di Asia bercorak Barat men-ciptakan kesulitan bagaimana men-jelaskan implikasi-implikasi Injil Kristendalam hubungannya dengan situasikolonial, khususnya jika kekuasaankolonial tersebut berasal dari Barat.

Teologi gereja-gereja misionaris Baratmembatasi Injil pada bidang yang tidakbersifat politis, dan karenanya jugabersifat a -historis. Meskipun demikian,kehidupan gereja-gereja Kristen secaraaktual, sadar atau tidak sadar, telahdipolitisasi melalui satu atau lain cara,walau gereja-gereja resmi Asia entahtetap pro-kolonial entah netral secarapolitis, atau pro –nasionalis. Daya dorongpaling berarti adalah partisipasi Kristendalam perjuangan kebebasan nasionalyang anti kolonial. Sebuah contoh baikadalah partisipasi orang-orang KristenKorea dalam Gerakan Kemerdekaansatu Maret (1919) menentang kolo-nialisme Jepang. Warisan perjuanganumat Kristen Asia menentang dominasikolonial di Asia terjalin erat denganwarisan sekuler pembebasan nasionalAsia, dan hal ini menjanjikan acuanhistoris penting bagi teologi Asia dewasaini. Salah satu tugas sejarah gereja Asiaialah bagaimana menjelaskan pengalam-an tersebut.

Pada masa pasca-kolonial Asia,sebagai langkah ketiga, terjadi ke-bangkitan kembali nasionalisme barubersamaan dengan pengakuan baruterhadap budaya-budaya nasional.Dalam konteks ini komunitas Kristenmemberikan respon positif dalammasalah pembangunan nasional, sertapempribumian sebagai salah satu per-hatian teologis muncul di kalanganteolog-teolog Asia. Namun, segera jugadipahami bahwa kebebasan nasional

Page 7: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10174

yang sesungguhnya dan pembangunankomunitas nasional yang sebenarnyamemerlukan revolusi sosial dan transfor-masi budaya yang jauh lebih mendalamdari pada yang pernah disadari olehkelompok elit nasional manapun di Asia.

Tiap-tiap pembangunan sejati danmanusiawi bagi bangsa-bangsa Asia,menuntut agar transformasi sosial danbudaya ini menanggulangi beberapastruktur kekuasaan tradisional dankolonial yang menindas dan meng-eksploitasi rakyat Asia atau yangmengasingkan mereka dari pusat sejarah.Inilah konteks historis dari kesaksianKaristen di Asia dalam pengertian yangluas.

Dalam konteks ini muncullah temabaru dalam refleksi teologis, yaitu “rakyatAsia.” Meskipun terjadi perdebatantentang istilah “rakyat,” jelaslah bahwasebuah segmen penting dari komunitasteologi Asia menerima tema ini dengansangat serius. Ada yang memahami kata“rakyat” ini dari per-spektif sosialis; adajuga yang meman-dangnya dari konseppolitik yang lebih luas, yaitu orang-orangyang tertindas, miskin dan dieksploitasioleh yang kuat. Perbedaan inisesungguhnya tidak tertutup antara satudengan yang lain, meskipun mewakili duamacam perhatian teologis yang berbedatentang temanya.

“Partisipasi rakyat,” “rakyatsebagai subyek sejarah,” dan “demokrasirakyat” –semuanya ini dipakai tanpadefinisi yang pasti, dan berbagai macam

konteks nasional merefleksikan variasiyang beragam.

Untuk mudah memahaminya, DrKim memberi ilustrasi kasus teologiKorea mengenai Minjung (rakyat).Dalam “aliran teologi Minjung,” Minjungdipahami sebagai konsep politik. Minjungadalah mereka yang diperintah, di-dominasi oleh kekuatan yang ada. Dalamsejarah, kondisi Minjung ditentukan olehstruktur total pihak penguasa yangmemerintah serta perjuangan Minjungmenjadi penentu nasibnya sendiri.Sejarah Minjung dipaparkan olehbiografi sosial mereka (cerita rakyat) dansejarah sosio-ekonomis mereka.

Secara tradisional teologi seringmenggunakan kerangka kerja filsafat atauideologi dominan yang lebih terkaitdengan pihak penguasa yang memerintahdari pada cerita mengenai rakyat.

Dalam perspektif di atas adabeberapa sumber penting bagi teologiMinjung.a. Sumber-sumber Alkitabiah ditafsir-

kan untuk menjelaskan apa geranganAllah berubungan dengan Minjung.Ahli Perjanjian Lama dari Koreayang bernama In Sek (Paul) Sye,SY., dalam buknya The Cray ofGod; The Liberation of the Poor,memberi sumbangan penting padateologi Minjung dengan memapar-kan kitab undang-undang (KitabPerjanjian, hukum-hukum Deotero-nomis dan sebagainya) yang men-dukung hak-hak orang miskin

Page 8: 5. TEOLOGI KRISTEN

75Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

berdasarkan latar belakang historissosio-ekonomi mereka. ProfessorSye berargumentasi bahwa para nabiadalah jurubicara kaum miskin danbahwa mazmur-mazmur adalahnyanyian gembira dari rakyat miskin.Professor Ahn Byung Mu memulaiproses penting penafsiran perjanjianBaru yang beranjak dari Injil Markus.Ia menemukan konteks berita Yesusyang sebenarnya dalam rangka hu-bungan Yesus dengan okhlos (Min-jung). Salah satu pendapatnya ialahbahwa penulis Injil Markus memproteskerugmatisasi Paulus mengenai beritaYesus seraya memulihkan berita historisYesus kepada okhlos.Beberapa usaha studi Alkitab padaaliran teologi Minjung belum mem-berikan banyak hasil, namun padatahap awalnya saja telah begituberbuah, sehingga menjadi sum-bangan yang nyata pada tahun-tahunberikutnya.

b. Rujukan kedua bagi teologi Minjungadalah penafsiran- ulang sejarahgereja menurut perspektif Minjung.Gereja-gereja purba serta gereja-gereja misionaris di Asia belumlahmapan dalam masarakat mereka(mereka berupa minoritas religius),dan gereja-gereja Abad Pertengahansejak zaman Konstantinus Agung(313 M), serta gereja-gerejaReformasi adalah gereja-gereja yangmapan di dalam dunia Kristen.Sejarah gereja-gereja ini harus

dibaca secara terbalik, yaitu darisudut pandang rakyat jelata, untukdapat mengungkapkan tradisi-tradisiyang heterodoksikal dan tidakmapan, yang berpadanan denganbeberapa aspirasi rakyat padamasing-masing era.Professor Suh Nan Dong mengambiltradisi Joachim dari Floris, ThomasMunzer, dan lain sebagainya sebagaipokok-pokok rujukan historispenting bagi teologi Minjung. DrKim sendiri telah mengembangkansebuah tesis bahwa fondasi sosialbagi gereja Minjung tidak mungkinberanjak dari pihak penguasa yangserba mapan (“Social Foundation ofthe Minjung Church” akan segeraditerbitkan oleh Federasi MahasiswaKristen Korea).

c. Aspek yang paling menyolok dariteologi Minjung adalah bahwa “parateolog Minjung” di Korea telahmembahas tradisi perjuangan pem-bebasan Minjung. Mereka bukanhanya menerima revolusi danpemberontakan rakyat secara serius,tetapi khususnya beberapa eksoresisastra dan artistik perjuangan danaspirasi Minjung. Dalam hal ini karyasastra penyair Kim Chi Ha danbeberapa penulis lainnya merupakaninspirasi besar. “Han dari Minjung(kemarahan yang pada tempatnyadari rakyat yang hidup di bawahpenindasan) telah muncul sebagaisalah satu momen paling penting bagi

Page 9: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10176

biografi sosial Minjung, dan telahmenggairahkan refleksi dalamlingkungan teologis Korea.Selanjutnya Professor Hyun YoungHak telah mengupayakan refleksiteologis mengenai tari topengtradisional rakyat Korea. Dalamskenario, gaya dan bahasa dariTalchum (Tari Topeng) ia men-jumpai dinamika transendensi sosialdi kalangan rakyat tertindas.

Beberapa contoh di atas hanyalahbeberapa tanda tentang munculnyabentuk teologi Minjung. Pokok masalahyang paling utama ialah bahwa itu adalahusaha menghubungkan berita Injil denganperjuangan dan aspirasi rakyat Asia ditengah kancah kondisi historis merekamasa kini. Jangkauannya adalah sejarahumum; pendiriannya adalah pada pihakrakyat (tanpa apologia); serta berusahasecara bebas dan konkrit di luarkerangka filosofis dan ideologis. Rakyatadalah subyek sejarah yang palingkonkrit.

Teologi Minjung berupaya me-lakukan dialog dengan beberapa per-kembangan teologi Afrika, Asia danAmerika Latin serta dengan komunitasteologis tradisional Barat untuk mem-perbesar manfaat refleksi teologis dalamkonteks historis rakyat Korea sendiri.

Untuk menyebutkan beberapa diantaranya, beberapa perkembanganteologis di Afrika hitam, khususnya diAfrika bagian Selatan dan beberapaperkembangan awal gereja Kimbangu,sangat menarik perhatan para teolog.Teologi pembebasan, meskipun denganbeberapa keberatan, telah memberikaninspirasi kepada para teolog di sini.Teologi orang kulit hitam di AmerikaUtara telah membawa dampak padasituasi Korea.

Seraya berusaha melakukan per-tukaran dan dialog ekumenis ini, agendautama dialog mereka adalah dengan mitrasekulernya, yakni tradisi gerakan rakyatanti feodalime (Gerakan Taiping di Cina,Gerakan Tionghak di Korea), tradisiperjuangan kebebasan dan kemer-dekaan nasional, serta beberapa ideologidan agama-agama yang mempunyaikaitan sinambung yang mendalam dankonkrit dengan biografi sosial bangsaAsia.

Teologi Minjung harus ber-kembang lebih jauh sebelum bentuknyadiketahui dengan jelas; meskipundemikian ini adalah usaha untuk secarateologis setia kepada Injil dalamkehidupan bangsa ASIA saat ini.4

(Elwood, 2004: 353-358).

4 Elwood, Douglas J. Teologi Kristen Asia, hlm. 353-358.

Page 10: 5. TEOLOGI KRISTEN

77Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

Berdasarkan uraian di atastampaklah bahwa pemikiran teologiMinjung yang dinyatakan oleh Kimmenfokuskan pada bidang TeologiDogma, khususnya bidang Soteriologiatau penyelamatan dan pembebasan. Halini tampak dalam usahnaya untukmenyelamatkan atau membebaskanrakyat Korea dari penindasan daneksploitasi. Di samping Soteriologi,dibahas juga bidang Kristologi, karenaada usaha untuk memikirkan perananKristus dalam konteks Korea.

Teolog Minjung menkritik teologiBarat, karena tidak sesuai dengankonteks Korea. Di dalam mengembang-kan pemikiran teologinya, teolog Minjungmendasarkan pada Alkitab, Sejarah

Gereja dan Teologi Reflektif. Selanjutnyamemperhatikan juga teologi Asia, Afrika,dan Amerika Latin (Teologi Pem-bebasan). Semuanya itu disesuaikansesuai dengan konteks Korea.

Teologi di CinaKuang-Hsun Ting

1. Riwayat HidupKuang-Hsun Ting adalah mantan

Presiden Nanking Theological Collegedan uskup dari Keuskupan Chekiang dariSheng Kung Hui- Gereja Anglikan diCina. Kini ia sebagai direktur Pusat untukStudi Agama-agama, UniversitasNanking dan wakil peresiden dariUniversitas tersebut. Pada bulan Agustus

Alkitab Teologi Afrika Sejarah Gereja Teologi Asia Teologi Reflektif Teologi Amerika Latin (Teologi Pembebasan)

Dr.Yong Bock Kim Teologi Minjung

Teologi Barat Konteks Korea yang berjuang untuk merdeka, tereksploitasi, tertindas.

3. Bagan dan Analisis Pemikiran Teologi Minjung

Bagan Pemikiran Teologi Minjung

Page 11: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10178

1979 ia mengunjungi Amerika Serikatsebagai pemimpin deputi perutusan Cinake Konperensi Dunia tentang Agama danperdamaian yang diadakan di PrencetonTheological Seminary.

2. Pemikiran Teologinya

a. Teisme Kristen: Sebuah TeologiMasyarakat

Iman Kristen kepada Allah, padaumumnya bukanlah hasil dari pemikiranatau bujukan, melainkan beranjak daripengalaman spiritual. Hal ini tidakmengherankan. Pemeluk Kristen menge-nal ibunya bukan karena telah dibujukdengan beberapa argument ataudemonstrasi, tetapi karena sejak masakanak-kanak mereka telah merasakankasihnya. Banyak tukang kayu yangbelum mendengar bahwa p sama dengan3, 1416 (rumus keliling lingkaran, p =22/ 7), toh tahu bahwa keliling sebuahlingkaran sedikit lebih dari pada 3 kaligaris tengahnya, dan itu sudah cukupuntuk hal-hal praktis dalam hidup ini.

Tetapi bagi seorang mahasiswateologi atau pengerja gereja masa kini,cuma mengetahui bahwa ia percayakepada Allah dan tidak tahu bagaimanamemberi penjelasan beralasan tentangimannya tersebut, belumlah cukup.Diskusi teologis masa kini terlalu pentinguntuk diabaikan. Teolog mengetahuibahwa bermacam-macam teori ateistisadalah salah, tetapi teolog harus menge-tahui di mana letak kesalahannya, lebihdari itu, yang mana pandangan yang

benar. Teolog harus memikirkannya lebihmendalam sambil memperkuat iman,sehingga pada waktu teolog keluar untukberkhotbah tentang kebenaran Injil,pelayanan teolog akan berbobot, karenaalasannya memadai. Di dalam I Petrus3: 15 dapat dibaca “Siap sedialah dalamsegala waktu untuk memberi per-tanggungan jawab dari kamu tentangpengharapan yang ada padamu, tetapiharuslah dengan lemah lembut danhormat.”

b. Kekristenan dan Masalah IdealismeMaterialisme.

Apakah kekristenan idealis ataumaterialis? Banyak orang baik di dalammaupun di luar gereja tertarik padamasalah ini. Beberapa orang Kristenmenaruh perhatian untuk menyangkalbahwa kekristenan itu idealis, sebabmenjadi idealistis adalah terbelakang.Sebagian lainnya mencoba membuktikanbahwa kekristenan itu materialis, sebabyang materialistis adaah progresif.

Ada orang yang berpikir bahwaorang-orang materialis dengan sendirinyaadalah progresif, sedang para idealisadalah terbelakang, bahkan reaksioner.Namun keadaannya tidak sesederhanaitu. Taoisme pada tahap awal, lalu Lautzedan Chuangtze, tidak percaya kepadaAllah atau roh-roh apapun, tetapimenjelaskan sesuatu dengan Tao surgawiyang hadir di seluruh alam. Dengandemikian mereka sangat condong padapemikiran ateistis dan materialis. Padasaat yang sama mereka berjiwa sangat

Page 12: 5. TEOLOGI KRISTEN

79Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

aristokratis dan mewakli kepentingan-kepentingan aristokratis. Doktrin WangYang- ming tentang nurani instingtiftampaknya bersifat idealistis (dan sebabitu defektif), tetapi merangsang jiwainisiatif individual, pengenalan mana yangbenar dan mana yang salah, sikapmempertanyakan tradisi, baik kinimaupun dulu mempengaruhi pandanganke depan dan terlalu penting untukdibaikan.

Lebih mustahil mengklasifikasikankekristenan sebagai idealis maupunmaterialis, karena meskipun dalambentuknya merupakan produk sejarah,namun dalam hakikatnya bukanlahideologi, bukan struktur yang dibangundi atas landasan ekonomi. Substansisebenarnya adalah wahyu, inkarnasi,jadi ia mentransendensikan semua garispemisahan manusia. Beberapa orangKristen masa kini tidak memahamipokok ini, sehingga mereka mencobamenarik garis di antara idealisme danmaterialisme, dan berkata: “Semua inisama sekali tidak perlu, sebab orangKristen tidak perlu menerima bahkanklasifikasi itu sendiri.”

Kekristenan di dalam organi-sasinya, pemilikannya, upacara-upacara-nya dan struktur resminya sudah sangatdipengaruhi oleh sejarah manusia, namundi dalam dirinya ia bukanlah buah hasilsejarah, dan Injil bukanlah suatu ideologi.Injil berasal dari karya wahyu yang bebasdari Allah. Injil adalah Kristus itu sendiri,melalui dia segala sesuatu telah dijadikan.Seorang teolog Eropa Barat telah

berkata bahwa bahaya terbesar yangdihadapi teolog Barat masa kini ialahmereduksikan kekristenan mejadisebuah ideologi, sesuatu yang bergerakdi dalam orbit yang berbeda dari padasistem penalaran manapun. Maka orangKristen akan memperoleh pemahamanyang jelas, dari mana orang Kristendapat menyadari bahwa semua pem-bicaraan mengenai persoalan antarakekristenan dan komunisme, kemiripanatau perbedaan, adalah di luar garis danterlalu berlebihan.

c. Apakah Kekristenan suatu Candu?“Agama adalah candu bagi

rakyat.” Kalimat dari Marx ini memangmenggigit dan jelas. Tetapi terlepas darikenyataan betapa ungkapan itu dapatditerapkan pada kekristenan, pertama-tama perlu dicatat bahwa kritik iniditujukan pada agama pada waktutertentu dan orang tertentu, dan bukanterhadap agama itu sendiri.

Di dunia ini banyak hal yangdipakai sebagai obat bius, bukan sajaagama. Literatur, seni, ilmu, semua dapatdiperalat sebagai intoksinasi dan pelariandari kenyataan. Belum lama ini Tingberkesempatan berbincang-bincangdengan beberapa mahasiswa UniversitasNanking, sebagian dari mereka adalahmahasiswa jurusan Astronomi. Tingberkata pada mereka: “Mari bayangkanbagaimana sorang pria karena amat sakithatinya menjadi sangat pesimis terhadapdunia, negaranya, keluarganya, makadicarinya tempat pelarian dari realitas

Page 13: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10180

demi menenangkan pikirannya. Bukantidak mungkin ia akan menjadikanastronomi sebagai candunya. Siangmalam mungkin ia akan menghadapiteleskopnya, mencari ketenangan pikir-annya dari kehampaan angkasa yangamat luas terbentang. Namun faktabagaimana ia menggunakan astronomiyasebagai candu, tidaklah berarti bahwamatahari, bulan dan bintang-bintang yangdilihatnya melalui teleskop sesungguhnyatidak ada. Sebaliknya ada kemungkinanbahwa observasinya merupakan sum-bangan besar bagi astronomi. Keadaanpsikologis subyektifnya adalah suatu hal,sedang keberadaan alam semesta adalahhal yang lain lagi.

Sudah pasti bahwa agama yangtelah dikhotbahkan dan diterima sejumlahorang sebagai candu merupakan faktayang menyakitkan yang tidak dapat dantidak perlu disangkal. “Agama adalahcandu bagi rakyat.” Pernyataan kuat inidibuat sekian waktu sebelum Marx olehpendeta Inggris, Charles Kingsley. Iasangat simpati kepada para buruh , yaitukelas masarakat yang tidak habis-habisnya tertindas. Pada saat itu sifat-sifatkapitalisme yang merusak mulai tampak,kehidupan dan keamanan buruh tanpaperlindungan, bahkan anak-anak yangmasih berusia lima sampai enam tahunterpaksa bekerja di pabrik-pabrik dalamkondisi yang tidak berperikemanusiaan.Dalam situasi yang demikian buruk gerejatidak bertindak apapun, hanya men-dorong orang untuk mengontrol dirinya

dan menerima tirani, dengan mangatakanbahwa setelah hidup ini mereka akanmenikmati kebahagiaan di surga. Karenaalasan inilah Pendeta Kingsley telahmembuat pernyataan yang pedas ter-sebut. Meskipun demikian, penggunaankekristenan sebagai candu hanyalahsuatu kecelakaan (accident) yang tidaktermasuk pada hakikat kekristenan. Didalam Matius 27: 34 ketika Yesustergantung di kayu salib dinyatakanbahwa: “seseorang yang berniat baik,ingin meringankan rasa sakit-Nya,menawarkan hisop sebagai pembius,tetapi ketika Ia mencicipinya, Ia tidakmau menerima biusan itu.” Apakah Iatidak berhak meminum itu? Mengapa Iamenolak? Tuhanmanusia, diakhir hayat-Nya, pada saat yang penting, ketika Iasedang menanggung dosa segenap umatmanusia di kayu salib, ingin tetapmenjalani siksaan demi manusia denganpikiran yang tidak terbius tetapi dengansesadar-sadarnya sampai saat terakhir.Ia tidak mau memakai pembius danpikiran yang ditenangkan olehnya agaria dapat menuntaskan karya yangdiberikan kepada-Nya oleh Bapa-Nya.Lihat, betapa tanpa ragu ia menolakpembiusan. Cobalah pikir, apa jadinyabila Ia membiarkan diri-Nya meminumpembius. Ia dapat saja terhindar darirasa sakit, akan tetapi Ia akan tidakmengetahui apa yang terjadi di sekitar-Nya. Tujuh Kata Agung dari salib tidakakan Ia ucapkan dan makna salib bisasaja menjadi gelap dan tidak jelas.

Page 14: 5. TEOLOGI KRISTEN

81Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

d. Lingkungan dan DosaPemikiran ateistis modern cen-

derung mengaitkan semua kelemahandalam masarakat sebagai akibat sistemsosial yang buruk, seakan-akan tidak adasumber lain lagi dari diri manusia sendiriatas terjadinya situasi itu. Bagi teologKristen sendiri, kecenderungan inipenting dan dapat dimanfaatkan sebagaibahan koreksi. Pada masa lampau teologKristen kurang mempertimbangkan soalketertiban sosial. Kecenderungan teologKristen cuma mengaitkan semua ke-jahatan pada sifat manusia yang penuhdengan dosa saja. Para teolog mengata-kan, persoalan tentang dosa adalah satu-satunya persoalan. Sekali persoalantersebut terpecahkan maka setiap sistemsosial apapun akan menjadi baik.Sebaliknya apabila tidak terpecahkan,maka tidak satupun sistem sosial yangbaik. Sudah saatnya kini para teologmengakui kesalahannya. Memang betulbahwa persoalan tentang dosa itufundamental. Meskipun demikian tidakmungkin para teolog mengharapkansemua orang sekaligus bertobat, dankarenanya memecahkan persoalantentang dosa. Kiranya masih perlu untukmanusia saling hidup bersama sebelummereka semua bertobat dan dilahirkankembali. Jenis masyarakat apakah yangterbaik bagi hidup bersama? Pertanyaanini terlalu penting untuk diabaikan.Perbedaan antara sosialisme dengankapitalisme sangat jauh. Penelitian selamabeberapa tahun terakhir ini menunjukkanbahwa sosialisme itu unggul. Sudah pasti

kedua sistem tersebut tidak dapatdisamakan nilainya.

Orang Kristen harus bekerja bagiperbaikan tertib sosial dan keadaansekitar. Tetapi dengan begitu tidak berartilalu dosa terhapus; Orang Kristen tetapmembutuhkan Tuhan untuk datang danmemegang kembali kehidupannya.

Dalam masarakat sekarang tingkattindakan moral telah ditingkatkan, daninilah fakta yang harus disambut baikoleh orang Kristen. Orang Kristen tidakperlu hanya mencari-cari cacat ataukekurangan- kekurangan, berusahauntuk menjadikan seseorang kehilanganmukanya. Seakan-akan satu-satunyajalan untuk memuaskan dirinya ialahketika melihat orang lain berbuat ke-salahan. Orang Kristen harus menyambutsistem sosial yang telah terbukti mampumenaikkan tingkat kehidupan moral.Meskipun demikian, perubahan sistemsosial hanyalah dapat membatasi ke-efektifan dosa, tetapi tidak dapatmenanggulangi masalah dosa. Dosahanya dapat ditangulangi oleh pe-ngampunan, keselamatan dan dengananugerah. Hal itu bukanlah masalahkemajuan sosial. Kedua hal tersebutjanghanlah dicampuradukkan.

e. Alasan untuk Ketidak percayaan.Umat lain senantiasa menganalisis

umat Kristen, agar menjelaskan mengapamereka percaya kepada Allah, sambilberkata bahwa umat Kristen sedangmencari candu. Ting sudah menyatakansebelumnya tentang pokok ini, tetapi

Page 15: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10182

marilah orang-orang Kristen sendirimelakukan beberapa analisis, serayaberusaha mnemukan jawaban mengapasejak awal dunia sudah ada manusia yangtidak mau percaya kepada Allah. Adadua sebab: pertama sebab yang umumdan universal, kedua yang khusus berlakupada abad ini.1) Alasan-alasan moral dan rohani.

Percaya kepada Allah atau percayaakan adanya makhluk hidup di Mars,kedua-duanya memang merupakantindakan percaya, namun di antarakeduanya ada perbedaan yangsangat besar. Percaya bahwa adakehidupan di Mars, bila orangpercaya akan hal itu, ya orangpercaya itu; dan kalau orang tidakpercaya, tidak mendatangkan per-bedaan dalam kehidupan moral danspiritualnya. Tidak ada tuntutanapapun terhadap orang, apakahorang percaya atau tidak percaya.Hidup, pemikiran, dan tindakannyatetap akan sama saja.Percaya kepada Tuhan adalahsesuatu yang berbeda. Kalau orangpercaya, ya begitulah, namun kalauorang tidak percaya, konsekuensi-konsekuensinya sangatlah besar.Adam berdosa, lalu Yahweh men-dekat. Adam berembunyi di antarapepohonan, sebab ia tidak beranimenatap wajah Yahweh. Dapatdibayangkan, betapa ia akan senangseandainya di dalam atau di luarsemesta alam tidak ada sesuatuapapun sperti Yahweh ini. Apabila

Adam tetap bersembunyi terus untukwaktu yang lama, akankah ia dananak-anaknya tiba pada kepercaya-an bahwa pada akhirnya Yahweh tohtidak ada?Percaya kepada Allah kadangkalamenjadi candu, itu benar. Tetapiperhatikan pula betapa kerappenolakan untuk percaya kepadaAlah menjadi candu pula. Berapabanyak orang telah membius dirinyadengan menyangkali keberadaanAllah sejak awal sejarah, agarmereka dapat berkanjang dalamdosa, menghindari tanggungjawabsambil membungkam tudingan hatinurani mereka sendiri. Ada kalanyaorang-orang Kristen menjumpaiorang-orang seperti itu di dalamgereja-gerejanya. Secara moralmereka adalah penjahat, tetapimenolak untuk bertobat, dan akibat-nya setelah mereka menjauhkan diridari Allah maka mereka secaraberangsur-angsur menyangkali pulakeberadaan Allah. Satu-satunyapemulihan bagi iamannya pertama-tama bertobat, berbalik dari dosamereka.

2) Kegagalan Gereja memanifestasikanAllah. Alasan lain mengapa duniamenolak percaya kepada Allahadalah kegagalan, kegelapan, dosagereja-gereja. Yesus berkata,“Biarlah terangmu bercahaya dihadapan manusia, supaya merekadapat melihat pekerjaanmu yang baikdan memuliakan Bapamu yang di

Page 16: 5. TEOLOGI KRISTEN

83Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

sorga.” Tetapi ini tidak gerejalakukan. Dari pola hidup, nalar dankerja orang-orang Kristen, masya-rakat tidak dapat melihat Sang Bapadari Kristus, yang penuh kasih, adildan tulus. Yang dilihat orang daridalam gereja justru Allah yang moraldan rasa keadilannya sendiri tidakmungkin mereka percayai. Inilahalasan penting mengapa sampaisekarang orang tidak percayakepada Allah.Di dalam kritiknya terhadap agama,beruntunglah orang dapat me-musatkan perhatiannya pada be-berapa akibat buruk agama di dalamhidup pribadi dan sosial. Misalnya

pengaruh yang menghambat per-adaban, dampaknya yang merusakkesehatan, menjunjung tinggi milikpribadi, perbuatan-perbuatan yangtidak wajar terhadap rakyat, tetapitidak sampai menyentuh substansiiman orang Kristen. Sebagian yangdikritik sebenarnya dari luar negeridan kini sudah menjadi bagian darimasa lampau, sedangkan sebagianyang lainnya adalah asli dari Cinasendiri, yang tetap menjadi masalah.Beberapa hal tadi seharusnyamerangsang kesigapan orang Kristenyang lebih gigih serta pengujian diri,menanggalkan apa yang salah danmengukuhkan apa yang benar.5

Theisme Kristen: Sebuah Teologi Masyarakat

Kuang-Hsun Ting Kekristenan dan Idealisme & Materialisme

Uskup Gereja Anglikan, Apakah Kekristenan merupakan Candu?

Chekuang, Cina Lingkungan dan Dosa

Alasan untuk Ketidakpercayaan

3. Bagan dan Analisis Pemikiran Teologi Kuang-Hsun Ting

Bagan Pemikiran Teologi Kuang-Hsun Ting

5 Elwood, Douglas J. Teologi Kristen Asia, hlm. 275-287.

Berdasarkan uraian di atastampaklah bahwa pemikiran teologiKuang-Hsun Ting difokuskan padabidang Teologi Dogma, yaitu meng-uraikan ajaran-ajaran pokok dalam iman

Kristen. Khususnya di cabang Antro-pologi Teologis, yaitu membahas apadan siapakah manusia menurut rencanaAllah Pencipta. Demikian juga di cabangKristologi, yaitu membahas apa dan

Page 17: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10184

siapakah Allah itu, apa dan siapakahYesus yang disebut Kristus.

Kuang-Hsun Ting berusahamerumuskan teologinya sesuai denganpermasalahan yang ada di Cina, misalnyamasalah atheisme, komunisme, idealis-me, materialisme, kemajuan moral, danpersoalan agama sebagai candu.

Teologi di FilipinaCarlos H. Abesamis S.Y.

1. Riwayat HidupCarlos H. Abesamis S.Y. adalah

dosen Alkitab dan teologi di LoyolaSchool of Theology, Universitas Ateneode Manila. Ia adalah partisipan dalamAsosiasi Oikumenis Teolog-teolog DuniaKetiga sejak tahap permulaannya. Iaseorang pemrasaran pada sebuahsymposium, bersama dengan sesamaYesuit, dengan judul Menuju Berteologidalam Konteks Filipina, diterbitkanoleh Loyola School of Theology, Manilapada tahun 1977.

2. Pemikiran TeologinyaMelakukan Refleksi Teologis dalamKonteks Filipina

a. Makna TeologiMenurut Carlos, “melakukan

refleksi teologis” secara umum dapatdipahami sebagai kegiatan refleksiterhadap situasi hidup manusia kontem-porer di bawah terang imannya. Merekayang melakukan refleksi teologisberupaya menafsirkan pengalaman hidup

rakyat atau komunitas dewasa ini dibawah terang iman Kristen mereka.

Menurutnya melakukan refleksiteologis seperti itu yang paling ber-padanan dengan semangat awal agamaKristen. Memang fokus utama agamaKristen pada tahap awalnya berpusatpada pengalaman hidup dan peristiwa,di mana nenek moyang dalam agamaKristen telah melihat kegiatan penye-lamatan Allah. Hal ini dapat diketahui daripernyataan asasi relegius tertentu(misalnya Ul 6: 21-23; 26: 5-9; Yos 24:2-13), bahwa ternyata agama merekapertama-tama dan terutama berkenaandengan tindakan besar penyelamatanYahweh dalam sejarah mereka selakukomunitas manusia. Mereka mem-beritakan dan mengakui panggilan danjanji Yahweh pada masa para bapaleluhur, kelepasan mereka dari penindas-an dan perhambaan di Mesir, tindakanYahweh di padang belantara yangmenjadikan mereka umat-Nya, kegiatanYahweh merebut tanah yang serba luasdan indah. Demikian juga sejauh kegiat-an-kegiatan penyelamatan Yahweh itumembentuk sejarah karya penyelamatan,maka agama dan pengakuan utamamereka berpusat sekitar sejarah kegiatanpenyelamatan Yahweh di dalam kancahsejarah mereka selaku komnitas manu-sia. Sejarah-pengalaman hidup, peris-tiwa, sejarah peristiwa-peristiwa-memiliki sifat dasariah dalam agamaMusa.

Bukan saja rumusan pernyataanasas pengakuan iman mereka, tetapi juga

Page 18: 5. TEOLOGI KRISTEN

85Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

teologi mereka dan refleksi teologismereka yang wajar terutama berkenaandengan peristiwa-peristiwa dan sejarah.Banyak dari bahan baku teologi yangmereka garap terdiri dari penafsiran atasperistiwa-peristiwa dan sejarah merekaselaku satu umat yakni kegiatan dansejarah penyelamatan Allah dengan umatitu. Misalnya dapat diingat kembali hasilreligius dari kalangan Yahwis, Elohis,Pentateukh sendiri dan sejarawanDeuteronomis.

Bagaimanakah keadaan nenekmoyang dalam agama pada masa gerejapurba, yakni generasi pertama dan keduaumat Kristen? Atas pengakuan imanmereka juga berpusat sekitar sejarah danperistiwa-peristiwa. Mereka melihatkarya Yesus semasa hidup merekasebagai karya penyelamatan Yahwehyang bersifat final dan menentukan dalamgelanggang sejarah Israel dan dunia.Mereka bersaksi bahwa karya penye-lamatan Yahweh yang terakhir dijumpaidi dalam karya Yesus (penyembuhan,pengusiran setan, pengampunan dosadan seagainya), di dalam kematian dankebangkitan-Nya, dan di dalamkedatangan-Nya kembali pada waktuyang akan datang - parousia (bnd.Misalnya Kis 3: 11-26). Bagaimanagerangan refleksi teologis dan teologimereka? Sejarah -karya, kematian,kebangkitan, parousia Tuhan, yang didalamnya Yahweh melaksanakan karyapenyelamatan-Nya yang terakhir danmenentuka –itulah fokusnya. Inilahkiranya yang menjadi fokus utama para

penulis seperangkat karya tulis religiusyang disebut dengan Perjanjian Baru.

Manusia dilahirkan, hidup, menga-sihi, berinteraksi, berjuang, berharap,mati pada konteks historis tertentu. Allahterlibat di dalam konteks historis konkret.Inilah arah kehidupan konkret. Refleksidilaksananakan pada kehidupan konkretyang demikian. Inilah arah teologi,khususnya lagi, asas melakukan refleksiteologis.

b. Iman Kristen dan Sejarah Penye-lamatan

Telah dijelaskan bahwa “melaku-kan refleksi teologis” adalah sebagaikegiatan manafsirkan situasi kehidupanmanusia kontemporer di bawah terangiman Kristen. Lebih dari pada apapunrefleksi teologis ialah “menjelaskan”momen masa kini dalam rangka sejarahpenebusan (= pelepasan, = memperolehberkat penyelamatan, = keselamatan,yang adalah keselamatan total). Mengapademikian? Jawabannya adalah, pertama-tama berupa pertanyaan lain. Apakahyang pertama dan utama dalam imanKristen? Yaitu mengenai sejarah pene-busan. Yaitu sejarah tindakan penye-lamatan, mengenai peristiwa-peristiwapenyelamatan, dan khususnya tentupelayanan penyelamatan, kematian,kebangkitan, dan kedatangan kembaliTuhan. Peristiwa-peristiwa penyelamatantentang janji mengenai tanah dan anak-anak, keluaran, perjanjian, penaklukantanah yang dijanjikan dan sebagainya,dan sejarah mengenai bagaimana rang-

Page 19: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10186

kaian peristiwa-peristiwa ini terbentuk.Itulah bahan baku utama pengakuan imanreligius Yahwisme dan Yudaisme. Penga-kuan akan tindakan/ peristiwa penye-lamatan tersebut ber-kembang menjadipengharapan akan tindakan/ peristiwapenyelamatan yang final. Itulah apa yangterjadi pada diri para nabi, para penulisapokaliptis, agama sinagoge, rumahibadah orang Yahudi. (Sementara itu,tindakan atau peristiwa penyelamatan ini,khususnya di kalangan para penulisapokaliptis, akan membawa dampakbukan saja pada roh individu dalamkehidupan dosa dan anugerahnya untukmempersiapkan kehidupan setelahkematiannya; sebalik-nya inilah masalahkeselamatan menye-luruh bagi pribadiyang bersangkutan -dilihat dari sudutSemitis malah di pahami- bagi umatmanusia, bagi seantero ciptaan, darisegala kejahatan dan bagi segala berkat).

Karenanya refleksi atas penga-laman manusia “di bawah terang imanKristen” pertama-tama, namun tidaksecara eksklusif, harus berarti, “di bawahterang atau dalam konteks sejarahpenyelamatan.” Tugas utama teolog ialahmenyimak makna masa kini, dalamkonteks sejarah karya atau peristiwapenyelamatan. Sebuah sejarah yang mulaipada karya penyelamatan pertama yaitupenciptaan dan akhirnya akan digenapipada kedatangan Yesus yang keduakalinya, manakala segala sesuatu akandiperbaharui di dalam langit baru danbumi baru yang di dalamnya tidak adalagi perkabungan atau air mata, atau duka

cita, atau kematian, atau ratap tangis(bnd. Why 21: 1-5).

c. Perangkat untuk “Berkarya Teologis”Dalam melakukan karya refleksi

teologis demikian, maka apa yangdiperlukan oleh teolog ialah pengalaman,analisis dan Alkitab.

1) PengalamanBagaimana mungkin para teolog

dapat merefleksikan dan menafsirkansatu situasi khusus kehidupan manusiakecuali mereka telah mengalaminya?Pengakuan adalah penting dalam me-lakukan refleksi teologis; dan tanpamandat ini maka seseorang akan sangsimembuat pernyataan teologis dewasa ini.

Pelaku refleksi teologis idealnyaadalah seorang yang situasi kehidupansehari-harinya dalam segala hal adalahkehidupan kalangan masyarakat. Misal-nya seorang buruh, bukan seorangprofessor universitas, sehingga dari sudutpandang kebutuhan akan pengalaman,dialah yang secara ideal paling tepatmelakukan refleksi atas situasi kehidupanpara buruh. Barangsiapa yang pada suatusaat mempunyai pengalaman bagaikanseorang buruh seraya dihayatinyaseakan-akan itu pengalamannya sendiri(kendati sebagai pihak kedua terbaiknamun terbatas) memang dapat jugamelakukan refleksi teologis, tetapimereka haruslah sangat menyadariketerbatasan yang serba sangat serius,serta secara ketat waspada terhadapkenyataan tersebut.

Page 20: 5. TEOLOGI KRISTEN

87Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

Perlu ditambahkan di sini sebuahcatatan “tanda kurung” lainnya sebagaitanggapan terhadap pernyataan keberat-an yang dapat diajukan dalam konteksmasa kini. Bagaimana gerangan seorangburuh biasa yang tidak berpendidikandapat melakukan refleksi teologis? Setelahmenyajikan pertanyaan yang bernadamerendahkan tersebut, maka pada saatini hanya sekedar ingin menyimak adanyaperbedaan antara seorang teolog danseorang teknisi. Seorang teolog bereflek-si serta meneliti dengan cermat maknasuatu situasi kontemporer manusia.Melakukan refleksi teologis merupakantugas kreatif. Sebuah seni. Seorang teknisiadalah seorang yang memiliki ketrampilandan kompetensi professional dalam,misalnya bahasa-bahasa Yunani danIbrani, atau dalam metode tafsiran historis-kritis, atau dalam ilmu-ilmu sosial (ataujuga, kompetensi professional dalambidang patristic, dogma, sejarah, hukumgereja dan sebagainya). Sang teknisimelayani kebutuhan sang teolog. Sorangteolog dapat saja orang yang sama denganseorang teknisi, tetapi hal ini merupakanhal yang langka dan nyaris mustahil. Tugasberefleksi teologis pada umumnya meru-pakan tugas bersama dalam hal manateolog membutuhkan bantuan para teknisi.Dengan demikian para teolog pelaku tidakharus teknisi-teknisi. Walaupun, sekalilagi, dalam masyarakat egalitarian denganprinsip kesamaan kesempatan, makaapalah yang kiranya menghalangi merekauntuk dapat serempak menjadi teknisi?

Bagaimanapun yang diharapkan di

Dunia Ketiga, “para teolog” golonganmenengah mengemban tugas transisi yangmemang dibutuhkan, seraya memberijalan bagi para teolog sejati dari kalanganrakyat. Puji syukur kepada Allah,berkas-berkas tersebut dapat dilihat dinegeri Filipina.

2) AnalisisAgar dapat memahami dan me-

nafsirkan pengalaman hidup secaramenyeluruh mengenai komunitas manusiakontemporer, seorang teolog memer-lukan, di samping “pengalaman,” juga“analisis” yang teliti tentang situasimanusia secara menyeluruh dari komu-nitas atau masyarakat. Yang dimaksudbukan saja”analisis tentang faktor-faktorintrapersonal dan interpersonal” (yaknipsikologis atau Freudian) melainkan juga,khususnya masa kini, “faktor-faktorhistoris dan sosial” (yakni ekonomi,politik, budaya, agama). Justru di sinilahpara teknisi (dalam pengertian yang yangtelah diuraiakan di atas) pada umumnyaakan membantu para teolog. Selanjutnya,mengingat tidak adanya ilmu sosial yangbebas dari nilai-nilai tertentu yang serbaobyektif, maka para teolog layakmengetahui apakah perangkat analisisyang digunakan tersebut merupakanperangkat Dunia Pertama atau DuniaKetiga. Maka mereka harus menetap-kan pilihan yang mendasar.

3) AlkitabPara teolog memelukan peng-

alaman dan analisis. Merekapun

Page 21: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10188

membutuhkan Alkitab. Mereka harusmampu merangkaikan situasi masa kinike dalam kerangka sejarah keselamatanyang mempunyai masa lampau (karyapenyelamatan Yahweh, karya penye-lamatan final Yahweh melalui YesusKristus), masa kini (termasuk realitaskebangkitan Tuhan), dan masa depan(pembebasan manusia dan penciptaanyang paripurna dari segala ikatan dankerusakan). Alkitab inilah (yang harusdihadapi bukan sebagai kamus ke-benaran-kebenaran yang tidak mengenalbatasan waktu, tetapi utamanya sebagaipencatatan pengalaman hidup denganAllah, yang ditafsirkan di dalam iman, darimereka yang hidup di tahun-tahunpeletakan dasar agama Kristen) yangmemuat catatan aktivitas dan sejarahpenyelamatan baik tentang apa yangtelah terlaksana pada masa lampaumaupun apa yang diharapkan pada masadepan.

Dalam hal inilah para “teolog”membutuhkan pertolongan para “teknisi”lainnya, yakni para “ahli tafsiran” dan “ahlibiblika.” Meskipun demikian, bahkan dikalangan ahli biblika terdapat bermacam-macam pola pemahaman Alkitab. Misal-nya, ada yang melihat Alkitab sebagaigudang kebenaran dogmatis. Yang lainmelihat Alkitab sebagai pembantu rumahtangga yang melayani teolog sistematikadan dogmatik. Ada juga yang ber-sungguh-sungguh merekonstruksi maknaAlkitab dengan menafsirkannya padalatar belakang konteks kesusasteraandan sejarah, tetapi tanpa melihat jangkau-

an luas sejarah penyelamatan secaramemadai. Padahal kitab-kitab dalamAlkitab adalah satu-satunya kesaksiandalam rentang berabad-abad pada masapenyusunan Alkitab. Akhirnya, para ahlibiblika, yang sementara melakukantafsiran secara teliti membuka setiapkitab Alkitab seperti membuka satupersatu pintu, dan dengan melakukan haltersebut membuka bagi dirinya sendiridan orang lain panorama menyeluruhguna merenungkan seluruh sejarahpenyelamatan, dengan masa lampaunyadan pengharapan bagi masa depan. Yangterakhir inilah yang akan disimak olehpara teknisi dan teolog.

d. Tahapan Historis TeologiApabila melakukan refleksi

teologis dalam konteks Yahudi-Kristen,dengan menunjukkan biasnya terhadapsejarahnya, yakni refleksi pada penga-laman konkret (yakni pengalaman dikalangan rakyat di sini yang berbeda daripengalaman di lain tempat, misalnya duniaBarat), maka teologi yang merupakanproduk refleksi teologis, niscaya harusbersifat pribumi.

Secara garis besar akan dibahas tiga(mungkin lebih dari itu) momen utamadalam refleksi teologis pribumi, mengacupada tiga situasi asli agama Kristen: yaituyang Semitis, yang Yunani, dan kini yangbercorak Afrika dan Asia. Para teologYahwis, sejarawan Deuteronomis, Yesaya,Sinoptis, Yohanes bahkan Paulus, terhisappada tahapan Semitis. Para bapa GerejaYunani dan Latin, Skolastik, para teolog

Page 22: 5. TEOLOGI KRISTEN

89Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

Barat kontemporer (seperti Rahner,Schillebeeckx), teologi yang terkandungdalam dokumen-dokumen konsili agung,juga Vatikan II, termasuk pada tahapanYunani. Ada dua catatan yang dapatdikemukakan berkaitan dengan tahapan ini.Pertama, untuk rentang waktu yang lamadan dengan bobot yang penting, makateologi bersifat metafisis dan karenanyaa-historis, yaitu berkaitan dengan realitasreligius yang dibatasi pada hakikatmetafisisnya saja. Misalnya, hakikat Allahsebagai Trinitas, kristus yang adalah Allahdan manusia sebagai satu hakikat, sifat ilahiIbunda Maria, hakikat sakramen-sakramendan sebagainya. Kedua, sejauh teologitersebut mulai mnghentikan pentingnya sifatmetafisis serta telah menjadi eksistensial,ekperimental, atau bahkan historis,sebagaimana halnya dengan para teologBarat kontemporer dan Vatican II, makatetaplah refleksi teologi tersebut muncul daripengalaman Barat dan Dunia Pertama.Dengan demikian produk teologinya,batang serta akarnya, tetaplah bercorakDunia Pertama dan Barat.

Kini berbicara tentang teologiAfrika dan Asia, dan ini memang tepat.Apa gerangan maknanya? Diharapkantelah melampaui tahapan di mana“pempribumian teologi” berarti sekedarmenerjemahkan karya teologis Baratyang ditulis dalam bahasa Latin, Peran-cis, Jerman, atau Inggris ke dalambahasa-bahasa asli Afrika atau Asia.“Pempribumian teologi” bukanlah seke-dar soal penerjemahan dari satu bahasake lain bahasa. Menghasilkan teologi

pribumi juga bukanlah berarti “menerap-kan” teologi Athanasius, Ambrosius,Panneberg, Rahner, atau Vatikan II “padasituasi lokal.” Entah itu bersifat metafisisataupun bersifat historis, tetaplah produkteologis mereka bercorak Barat danorang Kristen Asia tidak dapat meng-hasilkan teologi pribumi semata-matadengan mengambil alih refleksi merekapada situasi mereka dan “menerap-kannya” begitu saja pada teologi Asia.Bagaimana mungkin teolog dapat mene-rapkan “Teologi Kematian Allah” dan“Teologi pemanfaatan waktu senggamg”pada situasi rakyat Asia (Afrika) yangmasih menghayati Allah yang hidup sertakehidupan sehari-harinya yang begitusulit. Bahkan teologi besar dari VatikanII yang bersejarah itu merupakanpengalaman-pengalaman gereja DuniaPertama, dan ketika ia berkata, “Kesu-kacitaan dan pengharapan, kesedihandan kecemasan manusia abad ini,khususnya mereka yang miskin atautersiksa dengan satu dan lain cara, inipunmerupakan kesukacitaan dan peng-harapan, kesedihan dan kecemasan parapengikut Kristus” (The Church in theModern World), itu merupakan gerejaDunia Pertama yang berbicara denganbelas kasihan kepada atau tentang DuniaKetiga. Itu bukanlah suara Dunia Ketigayang mengisahkan pengalaman hidupnya.

e. Tahapan Teologis Semitis dan BaratSebagaimana disebutkan (yakni

perlunya perangkat bagi karya refleksiteologis yang terdiri dari pengalaman,

Page 23: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10190

analisis dan Alkitab) tersiratlah sesuatuyang tampaknya sebagai pemberiantanda kurung besar terhadap tradisiBarat Yunani, yakni produk teologisEropa dan Amerika dari abad keduasampai abad sekarang. Berikut inidisajikan beberapa observasi:1) Tahapan Yunani merupakan salah

satu tahapan utama dalam produkteologi pribumi dan adalah tahapanproduk teologi pribumi yang sah.

2) Perkembangan otentik tahapankedua ini diilhami dan dituntun olehRoh Kudus.

3) Dengan kadar yang penting per-hatian dicurahkan pada hal-hal yangbersifat metafisis. Misalnya, semen-tara pada tahapan Alkitab secara garisbesarnya pertanyaan berkisar pada:“Apa yang tengah dilakukan Allah?”,maka pertanyaan utama pada tahapanYunani (yang pada masa itu memangperlu) ialah: “Siapakah Allah? Apakahhakikat-Nya?” Mengatakan bahwateologi bercorak metafisis tidak mestidalam pengertian hendak menyatakansatu kesalahan; ia hendak mengatakantentang satu ciri dan satu tahapandalam perkembangan tradisi teologisKristen.

4) Di dalam lintasan waktu tahapan iniRoh Kudus menolong gereja men-jernihkan serta menjelaskan pokok-pokok doktrin dan dogma. Pen-jelasan dogmatis dan doktrinertersebut, sejauh hal ini diajukan olehgereja selaku rumusan-rumusan iman,telah diilhami oleh Roh Kudus dan

harus disepakati dalam iman dankasih.

5) Produk teologis semasa kurun waktutersebut, sebagaimana halnya denganproduk-produk teologis manapun,memang tetap terikat secara budaya.Artinya, problema teologis (misalnya,“Bagaimana menerangkan kehadiranKristus yang sungguh-sungguh padaEkaristi?”) memang muncul darisituasi budaya dan kehidupan kon-kret, dan telah direfleksikan dalampola nalar dan kategori khas budayayang bersangkutan serta diarti-kulasikan dalam bahasa khas budayayang bersangkutan pula (misalnya“transubstansiasi”).

6) Seseorang harus mengkaji tahapan inisecara serius sebagai bagian darisejarah agamanya sendiri dan harusmenerapkan semua perangkat(misalnya filsafat skolastik, filsafatBarat kontemporer) yang dibutuhkanuntuk memahami hal tersebut. Satukajian tentang perkembangan imandalam tradisi Barat Yunani merupa-kan bagian dari setiap pendidikanteologi. Kajian ini dapat dilakukansecara tematis – Kristologi, Trinitas,Mariologi, sakramen dan sebagainya.Atau dapat juga dikaji secara historis– sejarah perkembangan doktrin ataudogma Kristen, atau kedua-duanya.

7) Ada perbedaan antara melakukanrefleksi teologis dan mempelajariteologi, antara seorang teolog denganseorang mahasiswa teologi. Seorangmahasiswa teologi harus belajar

Page 24: 5. TEOLOGI KRISTEN

91Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

eksegese, teologi biblika, teologidokmatik (secara tematis atauhistoris), sejarah gereja, hukumgereja dan sebagainya. Para teolog,di lain pihak, harus melakukanrefleksi teologis, yaitu mereka harusmerefleksikan pengalaman kontem-porer. Sejauh para mahasiswa teologipada umumnya dan dalam hal-haltertentu- juga melakukan refleksiteologis, maka upaya itu merupakansalah satu tugas mahasiswa teologi.Sesungguhnya, dalam hal demikian,itulah tugas yang paling penting.Untuk itu mereka perlu memahamisituasi kehidupan masyarakat masakini melalui pengalaman dan analisisserta pengertian akan sjarah kese-lamatan melalui pemahaman Alkitab.Sekarang ini, para teolog harus mela-kukan baik mempelajari teologi mau-pun melakukan refleksi teologis. Teta-pi kedua hal itu tidaklah persis sama.

8) Mengapa produk teologis Barattidak esensial dalam rangka melaku-kan refleksi pempribumian teologiAfrika dan Asia? Jawaban segeradan superficial adalah karena parateolog tidak dapat menghasilkanteologi Afrika dan Asia dengandengan menerapkan produk teologiBarat. Tetapi bukankah produkteologis dalam Alkitab juga samaterkaitnya pada budaya? Memang,dan janganlah dilupakan. Setelahmengatakan hal tersebut, serayasenantiasa membiarkannya tersimpandi belakang benak para teolog, para

teolog harus maju lebih lanjut denganberkata bahwa bila refleksi teologisdilakukan “di bawah terang iman,”maka para teolog harus menemukaniman dan beritanya tersebut dikancah lain. Di manapun kancahtersebut, ia akan selalu terkait secarabudaya; oleh karena itu tampaknyapara teolog menghadapi jalan buntu.Atau kalau dikatakan secara lebihtepat, para teolog dipaksa untukmemilih salah satu di antara serang-kain ekspresi iman teologi yangterkait secara budaya.

Carlos memilih yang Semitis atasdasar alasan-alasan sebagai berikut:a) Tahapan Semitis (Abraham,

Musa, Yesus, gereja purba)menggambar-kan tahun-tahunawal dari peletakan dasar agamaKristen. Di bawah pemeliharaanAllah, agama ini pertama-tamaberakar di dalam pengalamanhidup dan budaya Semitis, sertamakna dan berita asali imanKristen pertama-tama diungkap-kan di dalam produk teologisyang bercorak Semitis.

b) Di sinilah ditemukan sejarahpenyelamatan dikisahkan dalamkeutuhannya: dalam keseluruhannafasnya, yakni karya penye-lamatan dalam sejarah satukomunitas manusia, dari pencip-taan melayu menuju karya(-karya) penyelamatan finalKristus, akhirya menuju peng-genapan penuh pada parousia. Di

Page 25: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10192

sini dapat dilihat betapa dikisah-kan keprihatinan Allah terhadapkehidupan dan keselamatan totalbagi manusia individu, umatmanusia dan ciptaan seutuhnya.Juga perihal keprihatinan Allahbaik terhadap dunia ini maupunbagi dunia yang akan datang.

c) Ia kurang tertarik pada diskripsimetafisis mengenai hakikat se-suatu seraya lebih menaruhperhatian pada sejarah, yaituperistiwa-peristiwa manusiaserta keterlibatan dan kegiatanAllah di dalamnya.

d) Iapun lebih dekat pada jiwa keti-muran dan aspirasi Dunia Ketiga.

9) Jelaslah bahwa pemberian tandakurung pada tradisi Barat berkaitandalam melakukan refleksi teologis danbukan pada studi teologi. Apakah halini lalu berarti bahwa dalam melakukanrefleksi teologis kita sama sekali harusmenyisihkan tradisi Barat? Tidak.Pertama, ia dapat menyajikan contohdan model bagaimana melakukanrefleksi teologis sebagai bahanperbandingan dengan refleksi teologisyang dilakukan oleh para teologsendiri. Kedua, wawasan teologistersebut pada saatnya dapat dicang-kokkan pada teologi pribumi Asia(Afrika). Misalnya teologi yang lahirdari kancah pengalaman hidup kaumburuh mula-mula akan tiba padawawasan-wawasan inti dan barudalam proses refleksi selanjutnya para

teolog (Asia atau Afrika)) dapatbertanya tentang peranan sacra-mental Kristus dalam kehidupanmereka. Pada tahapan demikian,beberapa penjelasan tersebut yangdipersiapkan di Barat tentang Keha-diran Nyata dapatlah mem-buktikanmanfaatnya. Meskipun demikian perludicamkan agar pencangkokan ter-sebut berlangsung secara wajar dantidak dengan kekerasan. Prosedurnyatidak dengan mengambil pohon Baratdan mencangkokkannya ke dalamlahan Afrika atau Asia. Melainkan me-nanam pohon Afrika dan Asia sendiriserta mencangkokkan apa saja yangdiperlukan bagi kehidupan dankesehatannya.

f. Makna Kekristenan dalam KonteksFilipina.

Di bawah terang garis besar utamapembahasan tersebut, dapatlah dikata-kan bahwa pertanyaan teologis perihalmelakukan refleksi teologis ialah: Apakahkeselamatan masa kini? Rumusanpertanyaan tersebut sesungguhnyamerupakan kependekan dari: Apakahmakna masa sekarang dalam masapenyelamatan yang terus sinambung?

Pertanyaan ini dapat dianggapsecara sempit sebagai pertanyaan pertamaatau inti. Atau dapat pula dianggap dalam“payungnya” yang luas mencakup seluruhproses refleksi teologis, termasuk danberanjak dari pertanyaan pertama dan inti.Sebuah contoh hepotetis kiranya dapatmelukiskan hal ini. Untuk satu atau lain

Page 26: 5. TEOLOGI KRISTEN

93Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

masyarakat industri Barat, maka parateolog dapati hal berikut ini:

Apakah keselamatan masa kini?(Payung besar).1) Apakah keselamatan masa kini?

(pertanyaan pertama dan inti)(Marilah para teolog mengandaikanjawaban hipotetisnya ialah: Pem-bebasan dari materialisme danateisme).

2) Apakah artinya menjadi gerejadalam situasi materialisme danateisme?

3) Apakah artinya Allah di dalam situasiyang demikian?

4) Apakah makna anugerah?5) Apakah makna kekayaan? Atau

kemajuan?6) Dan sebagainya.

Sebagai rangkuman kesimpulandapatlah diungkapkan tentang refleksiteologis dalam pengertian “metode” dan“perangkat.” Metode mengharuskanadanya a. pengetahuan tentang situasilokal masa kini (perangkat untuk iniadalah pengalaman dan analisis), b.pengetahuan tentang sejarah penye-lamatan (perangkat untuk ini adalahkepustakaan religius, yaitu Alkitab), c.kegiatan penafsiran atau refleksi sendiri.

Secara sketsa, dalam komunitasmasyarakat Filipina dapatlah dinyatakanhal-hal sebagai berikut: a. Para teologharus memahami situasi hiostoris masakini, yaitu adanya kekurangan kehidupanyang manusiawi disebabkan oleh tatanansosial dimana kesederajatan dan keadilan

masih harus diperjuangkan dengan gigihdi dalam konteks kehidupan dan maknayang bersifat Filipina –dan bukan yangbersifat Eropa, Amerika Latin, Afrika,Jepang, dan Vietnam. b. Mereka harusmenanamkan situasi tersebut ke dalamkarya penyelamatan Allah bagi kehidupanseutuhnya dan keselamatan seutuhnya. c.Mereka akan sampai pada suatu pe-nafsiran bahwa keselamatan masa kiniberarti perkembangan manusia seutuh-nya, yakni: mencurahkan perhatian, baikuntuk kehidupan dosa atau anugerahmaupun untuk martabat manusia, hak-hak asasi manusia, penderitaan manusia,kehidupan manusia. Menaruh perhatian,baik untuk dunia yang akan datangmaupun untuk dunia sekarang ini sertakeprihatinan-keprihatinan manusianya,dan bahwa hal ini harus dikakukan melaluitransformasi tatanan sosial dalam kon-teks kehidupan dan makna-makna yangbercorak Filipina.

Selanjutnya, pertanyaan-per-tanyaan yang terkait akan muncul kepermukaan. Misalnya: Apakah makna-nya menjadi komunitas Kristen dalamkerangka konkret yang begitu? Apamakna kemiskinan? Apa makna ke-kayaan? Bagaimana seseorang harusmengasihi? Apa peranan imam? Apaperanan kaum awam? Apa maknapenderitaan, perjuangan pengorbanan-diri, saling berbagi, dan komunitas?Tentang nilai-nilai dan spiritualitasFilipina? Tentang gaya hidup? Liturgi danEkaristi? Katekisasi? Tanah? Pekerjaan?Agama rakyat?

Page 27: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10194

Carlos ingin menyampaikan se-buah catatan terakhir yang sayangnyaharus disajikan secara pendek. ImanKristen pertama adalah proklamasitentang karya penyelamatan Allah. InilahInjil. Kedua, itu juga berarti pengajarantentang sebuah pola berperikehidupan,sebuah etika -secara lebih khusus, etikaYesus, dan lebih konkret lagi, etika kasih.

Itulah hukum. Hukum memang mengiringiInjil. Oleh karena itu melakukan “refleksiteologis” mengandung arti: merefleksikansituasi kehidupan manusia kontemporerdalam konteks sejarah keselamatan dandi bawah terang etika Yesus. Refleksiteologis adalah menafsirkan makna hidupmasa kini di bawah Injil dan hukum.6

(Carlos dalam Elwood, 2004: 60-73).

Carlos H. Abesamis S.Y. Refleksi Teologis dalam Konteks Filipina

Ordo Yesuit - Makna Teologis

Dosen Alkitab & Teologi - Iman Kristen & Sejarah Penyelamatan

Partisipan Asosiasi Oikumenis - Perangkat untuk Berkarya Teologis

Teolog-teolog Dunia Ketiga - Tahapan Historis Teologis

- Tahapan Teologis Semitis & Barat

- Makna Kekristenan dalam Konteks

Filipina

Tradisi Teologi Semitis dan Tradisi Teologi Barat Situasi Konkrit Filipina

6 Elwood, Douglas J. Teologi Kristen Asia, hlm. 60-73.

3. Bagan dan Analisis Pemikiran Teologi Carlos H. Abesamis S.Y.

Bagan Pemikiran Teologis Carlos H. Abesamis S.Y.

Berdasarkan uraian di atastampaklah bahwa Charlos H. AbesamisSY, memfokuskan pemikiran teologinyadi bidang Tafsir Kitab Suci atauEksegese, yaitu menafsirkan secara

ilmiah iman kristiani sejauh terungkap didalam Alkitab. Demikian juga di bidangTeologi Dogma, yaitu menguraikanajaran-ajaran pokok dalam iman Kristen.Di cabang Tafsir Kitab Suci, karena dia

Page 28: 5. TEOLOGI KRISTEN

95Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

mendorong para teolog untuk dapatmenafsirkan Alkitab dalam kontekstertentu. Di bidang Teologi Dogma, khu-susnya cabang Soteriologi, yaitu tentangkeselamatan karena dia menghubungkantafsirnya dengan keselamatan.

Dia mendorong para teolog untukdapat berefleksi dalam situasi hidupmanusia kontemporer di bawah terangimannya. Dengan kata lain dapat me-nafsirkan pengalaman hidup rakyat ataukomunitas dewasa ini di bawah terangiman Kristen mereka. Khususnya dapatberteologi dalam konteks Filipina.

Teologi di IndiaM.M. Thomas1. Riwayat Hidup

Thomas adalah seorang awam dariGereja Mar Thoma di India Selatan. Iamantan direktur Christian Institut forStudy of Religion and Society, Bangaloredan penyunting majalah Religion andSociety. Ia pernah menjadi ketua KomiteSentral. Ia menulis beberapa buku tentangteologi, di antaranya adalah Toward anIndigenous Christian Theology (1976),Theological Insights for a SeculerAnthropology (1980), dan Man and theUniverse of Faiths (1975).

2. Latar belakang Teologi M.M.Thomas

Menurut Thomas, India beradadalam keadaan tegang. Sebagian besarmerupakan dampak kebudayaan Baratdan kekristenan. Monisme tidak lagi

berfungsi sebagai pusat bersatu bagikehidupan dan pemikiran India.

Sampai batas tertentu gereja Indiatelah menanggapi situasi tersebut denganlebih terbuka pada gagasan suatu gerejaIndia yang bersaksi kepada Kristusdalam konteks kehidupan India (bersifatpribumi). Keterbukaan baru ini terlihatdalam lima bidang.

a. Pendidikan TeologiPada tahun 1968, tahun ter-

bentuknya kelompok penasihat TEFyang menghasilkan mandat ketiga tentangpembaharuan, suatu konsultasi nasionaltentang pendidikan teologi diseleng-garakan di India. Laporan konsultasitersebut mencatat bahwa beberapamodel pelayanan yang bersifat Baratlambat laun tersingkir dan diganti denganmodel-model yang lebih sesuai dengansituasi India. Laporan tersebut menye-rukan penyesuaian baru yang lebihradikal dalam tiga hal. Pertama, gerejaseharusnya ikut serta dalam pencarianakan makna dan kemanusiaan baru diIndia dengan berusaha membawa manu-sia keluar dari kemiskinan. Kedua, gerejaseharusnya terbuka terhadap agama-agama lain dan mengaku nilai-nilai yangada di dalamnya. Ketiga, gereja seharus-nya belajar melayani golongan yangbertanggung jawab mengambil keputus-an dalam suasana modern yang penuhperubahan yang belum pernah dialamidalam bidang politik, ekonomi,intelektual, keagamaan dan budaya.

Page 29: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10196

b. Diskusi tentang keesaan gerejaAda kemajuan dalam perjuang-an,

meskipun pelan-pelan, demi keesaangereja-gereja di India, yang mengung-kapkan baik kehidupan dan pemikirangereja universal maupun nilai-nilai rohaniwarisan India. Thomas terhibur karenakeesaan tersebut diungkapkan dalamUndang-undang Dasar India- Selatan.

c. Pembelaan ajaran KristenBeberapa masalah inti bagi teoloi

pribumi India sudah lama diketahuiberkat dialog dengan pemuka-pemukaagama Hindu yang bangun kembali.Bahkan tidak lama setelah kedatanganCarey, missionaries Barat yang pertamapada abad ke-18, Ramohan Roy ber-gumul melawan monisme dan politeismedalam agama Hindu tradisional danmenafsirkan Kristus sebagai seorangguru moral dan utusan keagamaan yangagung. Bagi Roy, Kristus adalah ciptaansulung yang telah ada sebelum segalasesuatu yang lain, dan pengampunantersedia bagi mereka yang bertobat,tanpa memerlukan penebusan Kristus.

Selama bertahun-tahun sumbang-an bagi dialog dan pemikiran ulangtentang ajaran-ajaran Hindu dan Kristenoleh orang-orang seperti Ramakrisnha,Vivekananda, Chandran, Appasamy,Surjit Sing dan Mahatma Gandhi telahmenunjuk ke arah teologi pribumi.Ramakrishna mengalami identitas denganKali, Rama, Brahman, Muhammad danKristus dan mengajarkan bahwa meng-alami Allah yang pribadi dapat menjadi

suatu langkah menuju penyatuan jiwadengan Brahman, dan bahwa Yesussendiri berkembang melalui beberapatahap sampai dapat berkata “Aku danBapa adalah satu.” Chandran me-mandang ajaran ini sebagai membuangdeskriminasi keagamaan, namun men-desak kekristenan agar bergumul dengankebenaran yang terletak dalam gagasantentang Yesus Mutlak yang TidakBerpribadi dan kekuasaan terakhir daripengalaman mistik. Appasany meng-anjurkan agar orang Kristen berbicarakepada orang Hindu “dari dalam.” Singhmenggunakan beberapa gagasan Radha-krisnan untuk mengembangkan kristologibaru. Gandhi tertarik pada Yesus, bukansebagai oknum historis tetapi sebagaiperwujudan sikap yang menentangkekerasan.

d. Berbicara tentang kekristenan danagama-agama lain

Sebagian besar missionaris Kristendi India pada awalnya menganggapagama Hindu sebagai produk Iblis,namun teologi liberal kemudian meng-ukuhkan kekayaan dan manfaatnya. Adabeberapa orang Kristen yang percayabahwa orang bisa menjadi Kristen tanpameninggalkan agama Hindu, dibaptis danbergabung dengan gereja Kristus.Sebagian yang lain percaya bahwa orangmengakui kekristenan sebagai peng-genapan agama Hindu dapat diterimadalam masyarakat Kristen. LaporanHocking dan tanggapan Kraemermenambahkan ketegangan tentang hal ini

Page 30: 5. TEOLOGI KRISTEN

97Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

yang belum sepenuhnya dipecahkandalam dialog antar- agama, tetapiThomas percaya bahwa ketegangan iniakan diatasi.

e. Teologi NasionalismeThomas mengakui sumbangan

para utusan Injil yang mengutamakanpendidikan, seperti Duff, Wilson danMiller. Para utusan tersebut berpendapatbahwa kebudayaan Barat dapat meng-gantikan kebudayaan Hindu sebagaipersiapan untuk Injil. Kaum nasionalisKristen seperti Andrews, Rudra, Dattadan Paul dalam beberapa hal mem-perkuat keyakinan bahwa Injil Kristusdapat membantu menghancurkan kastadan membangun bangsa India yang barudan bersatu.

Sulit untuk memahami teologipribumi Thomas di luar kelima pokokpembahasan tersebut. Menurut Thomaskelima arus ini telah membantu pengem-bangan gagasan tentang gereja India yangbersaksi kepada Kristus dalam kontekskehidupan India, dan dalam pengertian ini,bersifat pribumi. Realitas India masa kinibukanlah realitas tradisional, tetapi yangtradisional diperbaharui di bawah penga-ruh Barat dan kebangunan.

3. Pemikiran Teologinyaa. Makna Sekuler Kristus

Thomas percaya bahwa Kristustidak hanya hadir dalam kebangkitanIndia yang religius, yang terpengaruh olehkekristenan dan budaya Barat. Kristushadir juga dalam beberapa ideologi

sekuler yang sebagian akarnya bersifatKristen. Thomas menyarankan definisiteologi yang diperluas, yaitu sebagaiartikulasi intelektual tentang iman manusiakepada Allah atau kepada strukturmakna dan kekudusan yang dipandang-nya sebagai tujuan akhirnya. Berdasarkandefinisi teologi tersebut dan pandang-annya tentang sejarah, Thomas meng-ungkapkan kembali beberapa ideologisemua sistem politik di India secarateologis. Beberapa ideologi tersebutmencakup nasionalisme liberal dansosialisme demokratis sampai denganMarxisme-Leninisme. Ia juga mampumendefinisikan kembali ajaran teologisdengan istilah-istilah sekuler. Misalnyadengan kebangkitan kembali keagamaan,proses ini menurut Thomas mempunyaidua hasil utama yang positif. Pertama,beberapa ideologi tersebut dianggapbersifat kudus meskipun sekuler, masing-masing mempunyai suatu makna Kristus.Kedua, kesalahan dan kepicikannyadiungkapkan. Contohnya humanismesosial dan humanisme sekuler.

1) Ideologi Humanisme SosialSejumlah unsur teologi Kristen

(unsur-unsur antropologia) berhubungandengan humanisme sosial, oleh karena ituharus diungkapkan kembali dalambeberapa istilah sekuler.

Pertama, manusia diciptakanmenurut gambar Allah. Dalam pengertiansekuler ini berarti bahwa manusia adalahmakhluk rohani yang terpanggil untukmenggenapi dirinya dengan menguasai

Page 31: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 10198

alam dan berdialog maupun bersekutudengan orang lain dalam masyarakat.

Kedua, manusia sudah jatuh kedalam dosa. Dalam bahasa sekuler iniberarti ada kecenderungan keterasingandalam jiwa manusia, yang timbul daricinta-diri dan egoisme yang berusahamenguasai orang lain.

Ketiga, Kristus yang disalib dandibangkitkan adalah manusia sejati.Kristus sumber pembaruan sifat manusia(humanisasi) dan melalui ini sumberpembaruan segala sesuatu. Secara sekulerhal ini melibatkan pengakuan bahwa polasejati bagi kehidupan, yaitu kehidupankemanusiaan dan komunitas sosial yangsejati, merupakan pola kemanusiaanYesus yang hidup ber-dasarkan kasihyang mengorbankan diri bagi orang lain.

Keempat, kerajaan Alah merupa-kan masa depan manusia dan masyarakatyang mutlak Pengharapan Kristen bagimasa depan didasarkan atas kuasa Rohyang membangkitkan Kristus darikematian dan yang sedang bekerjadalam semua masyarakat dan seluruhciptaan untuk memperbaruinya. Secarasekuler ini berarti ada suatu realitastransenden, yaitu pemeliharaan ataukehadiran yang menentukan masa depanmanusia, yang tersedia untuk meneruskanhumanisasi manusia, alam dan masya-rakat bahkan bila keadaannya tampaktidak mempunyai harapan lagi.

2) Humanisme SekulerThomas berpendapat bahwa

upaya berteologi yang singkretis seperti

ini membuka mata gereja pada apa yangAllah lakukan di luar gereja dan mem-bolehkan orang Kristen berdialogdengan para humanis sekuler. Di sampingitu mereka mampu mengkritik humanis-me sekuler dalam bahasanya sendiri,meskipun tidak selalu menurut pe-mahamannya sendiri. Teologi menolaksemua bentuk humanisme sekuler ter-tutup yang tidak hanya menentang Injiltetapi juga tidak mempunyai pemahamanyang komprehensif tentang manusia,sehingga menyebabkan dehumanisasi.Meskipun demikian suatu humanismesekuler yang mencakup humanisasi,pembebasan, kreativitas, kasih danadanya rencana dalam sejarah manusia,secara positif merupakan bagian utuh dariiman dan pengharapan Injil.

b. Teologi SituasionalPada masa lalu para utusan

Kristen di India, memberitakan Kristuskepada orang India tanpa memper-dulikan pada pemahaman-pemahamanIndia, dan berusaha membangun gerejaKristen yang tidak berhubungan dengankehidupan dan pemikiran India. Tetapikini pemberitaan tentang Kristus mulaidikaitkan dengan konteks kehidupan danpemikiran India, misalnya dalam teologiyang dikembangkan oleh Thomas.

Menurut Sumithra dan Nicholls,teologi Thomas bersifat sesuai dengankeadaan (situasional), yang dilahirkandalam perjumpaan gereja yang hidupdengan dunianya dan selalu bergerak kearah sintesis. Khusus di India, hasil

Page 32: 5. TEOLOGI KRISTEN

99Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

perjumpaan gereja dan dunia ini menjadijelas, antara lain dalam “gereja Hinduyang berpusat kepada Kristus” yangakan mengubah pola-pola Hindu sesuaidengan tujuan misi Kristen.

Menurut Thomas, proses historisdikukuhkan melalui perubahan yang samaradikalnya dengan apa yang terjadi diam-diam ketika Allah menjadi daging(inhominization) dalam Yesus. Demi-kian juga terjadi dengan dampak yanglebih besar dalam kebangkitan kema-nusiaan Yesus yang historis setelahkematiannya. Hanya pengharapaneskatologis seperti itu yang dapat

memenuhi kebutuhan alam, deter-menisme manusia dan providensia Allah,tempatnya masing-masing dalam me-nafsirkan proses sejarah serta realitasmanusia dalam situasi apapun. Olehkarena itu setiap tindakan historis yangdiarahkan kepada kasih dan keadilandalam sejarah manusia, dan setiaprealisasi kebenaran, kebaikan, dankeindahan dalam kehidupan, meskipuntidak sempurna tetapi dilindungi, ditebusdan dipenuhi pada akhirnya. Bagaimanacaranya, tidak diketahui. Tetapi jaminan-nya adalah Yesus Kristus yang bangkit.7(Suleeman, 2006: 96-103).

3. Bagan dan Analisis Pemikiran Teologi M.M. Thomas

Bagan Pemikiran Teologi M.M. Thomas

Makna Sekuler Kristus

M.M. Thomas

Teologi Situasional (Teologi Pribumi)

Hindu & Kebudayaan India

Pendidikan Teologi Keesaan Gereja Pembelaan Ajaran Kristen Kekristenan dan Agama-agama Lain Teologi Nasionalism

7 Suleeman, Stephen (trans.). Kontekstualisasi: Makna, Mtode dan Model. Jakarta: BPK. GunungMulia, 2006, hlm. 96-103.

Page 33: 5. TEOLOGI KRISTEN

SUHUF, Vol. 23, No. 1, Mei 2011: 68 - 101100

Berdasarkan uraian di atastampaklah bahwa pemikiran teologiM.M. Thomas difokuskan pada bidangTeologi Dogma, yaitu menguraikanajaran-ajaran pokok dalam iman Kristen.Khususnya di cabang Kristologi, yaitumembahas apa dan siapakah Allah, apadan siapakah Yesus yang disebut Kristus.Dalam hal ini dia berusaha menjelaskansiapa Yesus Kristus dalam konteks India,yaitu konteks agama Hindu dan Kebu-dayaan India. Karena teologi Thomasmenyesuaikan dengan situasi India, makapemikiran teologianya disebut teologisituasional (teologi pribumi).

Kesimpulan1. Pemikiran teologi Kristen modern di

Asia berkaitan dengan situasi eko-nomi, sosial,dan politik di Asia yangmasih banyak mengalami kemiskin-an, keterbelakangan, dan penindasandari penguasa. Di samping itu pe-

meluk Kristen di Asia hidup ber-dampingan dengan pemeluk agamalain, misalnya pemeluk Agama Islam,Hindu, Buddha, Kong Hu Cu,Shinto, Tao, dsb.

2. Para teolog Kristen di Asia berusahaberteologi sesuai dengan konteksAsia. Teologinya dirumuskan denganrumusan-rumusan yang khas Asia.Mereka berusaha melepaskan diridari rumusan-rumusan teologiKristen Barat yang sarat dengankonteks Barat dan tidak sesuaidengan konteks Asia. Kuang-HsunTing (Cina) dan Carlos H. AbesamisS.Y (Filipina) merumuskan teologi-nya sesuai dengan konteks di Cinadan Filipina. Dr. Kosuke Koyama(Thailand) dengan teologi kerbau.Dr. Yong Bock Kim (Korea) denganteologi Minjung. M.M. Thomas(India) dengan teologi situasional(teologi pribumi).

DAFTAR PUSTAKA

Darmaputera, Eka. (ed.). Konteks Berteologi di Indonesia (Buku Penghormatanuntuk HUT ke-70 Prof. Dr. P.D. Latuihamallo). Jakarta: BPK GunungMulia, 1997.

Drewes, B.F. dan Mojau, Julianus. Apa itu Teologi? Pengantar ke dalam IlmuTeologi. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2007.

Elwood, Douglas J. Teologi Kristen Asia: Tema-tema Yang Tampil kePermukaan. Jakarta: BPK Gunung Muilia, 2004.

Lane, Tony. Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. BPK Gunung Mulia, 2005.

Page 34: 5. TEOLOGI KRISTEN

101Teologi Kristen Modern di Asia (M. Darojat Ariyanto)

Pramudianto dan Sinaga, Martin L (ed.). Pergulatan dan KontekstualisasiPemikiran Protestan Indonesia. Jakarta: Sekolah Tinggi Teologia Jakarta,1999.

Singgih, Emanuel Gerrit. Berteologi dalam Konteks: Pemikiran-pemikiranmengenai Kontekstualisasi Teologi di Indonesia. Yogyakarta dan Jakarta:Penerbit kanisius dan BPK. Gunung Mulia, 2000.

Steeenbrink, Karel A. Perkembangan Teologi dalam Dunia Kristen Modern.Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 2000.

Suleeman, Stephen (trans.). Kontekstualisasi: Makna, Mtode dan Model. Jakarta:BPK. Gunung Mulia, 2006.

Susanto, Budi (ed.). Teologi dan Praksis Komunitas Post Modern. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, 1994.

Wahono, S. Wismoady at. all. Tabah Melangkah (Ulang Tahun ke 50 STTJakarta). Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Jakarta, 1984.

Yewangoe, A.A. Theologia Crucis di Asia: Pandangan-pandangan OrangKristen Asia mengenai Penderitaan dalam Kemiskinan danKeberagaman di Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.