Teologi Moral Keluarga

13

description

Mata Kuliah Teologi Moral tentang Moral Keluarga, Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknolgi , Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Transcript of Teologi Moral Keluarga

LATAR BELAKANG PERSOALAN

HAKIKAT HIDUP BERKELUARGA

Di dalam Gereja Katolik ada banyak panggilan hidup: hidup membiara, menjadi

rohaniwan-rohaniwati, atau berkeluarga. Tuhan turut berpartisipasi dalam

mempertemukan dua pribadi yang berbeda untuk bersatu, saling mencinta, dan

hidup bersama sebagai suami-istri.Dia juga yang mendampingi dan memberkati

kehidupan berkeluarga agar damai dan bahagia. Ajaran Katolik meyakini bahwa

hidup berkeluarga sebagai panggilan atas titah Tuhan sebagaimana dalam Kitab

Kejadian.

Melalui Pernikahan, suami-istri membangun suatu persekutuan cinta yang kita

sebut sebagai keluarga Kristiani. Dalam arti menyeluruh itu pria dan wanita

diciptakan untuk mencintai dan karena itu menjadi citra Allah yang penuh kasih

Bagi kitab suci kesuburan bukan faktor biologis semata. Anak-anak

merupakan hasil berkat ilahi. Berkat merupakan kekuatan ilahi untuk masa

depandan sejarah. Berkat pada penciptaan dilanjutkan oleh nubuat keturunan

besar bagi Abraham

Manusia merupakan ciptaan Allah yang paling mulia karena

segambar dan serupa dengan sang pencipta. Dalam arti

menyeluruh itu pria dan wanita diciptakan untuk mencintai dan

saling melengkapi karena itu menjadi citra Allah yang penuh

kasih.

CINTA KASIH SEBAGAI DASAR, SEMANGAT DAN TUJUAN PERKAWINAN

Sakramen perkawinan adalah tanda cinta dari Tuhan untuk umatnya.

Dalam sakramen perkawinan , tanda kehadiran Tuhan yang mencintai umatnya

diwujudkan secara khusus yaitu tidak melalui barang mati saja, meainkan melalui

manusia sendiri. Intisari dari perkawinan adalah “JANJI SETIA (sumpah)” yang

diucapkan oleh kedua mempelai dihadapan imam dan para saksi.

Maka karena iman itu, seorang suami akan memandang istrinya tidak hanya sebagai

teman hidup saja, melainkan juga sebagai uluran tangan Tuhan yang mau mengasihi

dirinya. Demikian pula karena imanya, seorang istri dapat memandang suaminya

sebagai karunia Tuhan untuk mengangkat hidupnya menuju kebahagian sejati.

(Lanjutan)

“ hai para suami, kasihilah istrimu, sama seperti kristus telah mengasihi

umatnya. Hai para istri, kasihilah suamimu, sama seperti umat mengabdi

kepada kristus” maka perkawinan bukan hanya perkara sosial,

psikologis,biologis, dan ekonomis melainkan juga soal cinta kasih

Ciri pernikahan kristiani adalah kasih setia seumur hidup. Konkretnya ini

berarti satu dengan satu (monogami) dan tak terceraikan. Jelas ini anugrah

Tuhan tetapi sekaligus menjadi tuntunan Tugas.

PERSOALAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan

secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. ( pasal 1 ayat 1, Undang-

Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga )

(Lanjutan)

Faktor Penyebab Munculnya Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga :

o Terganggunya Motif Biologis

o Terganggunya Motif Psikologis

o Terganggunya Motif Teologis

o Terganggunya Motif Sosial

KAJIAN DOGMATIS DAN NORMATIF

• ( Kej 1:27-28 )

Maka Allah menciptakanmanusiaitu menurut gambar-Nya, menurut gambar

Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah

dan bertambah banyak ; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang

merayap di bumi."

• ( Kej 2:18)

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku

akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia .“

• ( 1 Kor 7:4-5 )

Hendaklah suami memenuhikewajibannya terhadap isterinya, demikian pula

isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi

suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi

isterinya.

• ( Mat 19:5-6 )

firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu

dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah

mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan

Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

• ( Kol 3:18-21 )

Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimusebagaimana seharusnya di dalam

Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap

dia. Hai anak-anak, taatilah orang tua mu dalam segala hal, karena itulah yang

indah dimata Tuhan. Hai bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan

tawar hatinya

REFLEKSI PRAKTIS

• Seorang pria dan wanita yang telah menikah bersama-sama dengan anak mereka membentuk suatu keluarga. Allah menghendaki bahwa cinta suami istri, bila dimungkinkan menghasilkan keturunan. Allah sendiri, dalam Tritunggal Mahakudus, merupakan persekutuan. Dalam lingkup manusia, keluarga merupakan lingkup pertama gambar persekutuan,

• Gereja mengajarkan bahwa keluarga merupakan “gereja kecil” cahaya yang mengundang orang-orang kedalam persekutuan iman, harapan, dan kasih.

• Perkawinan Yusuf dan Maria diwujudkan dalam saling mencintai yang sangat murni dan tulus. Di antara mereka terdapat suatu rahasia yang mengikat persatuan tersebut menjadi tak-terputuskan, yakni Yesus Kristus.

• Demikianlah Keluarga Kudus Nasaret adalah contoh bagi tiap keluarga kristiani. Secara singkat Paus Benediktus XVI merumuskan bahwa keluarga adalah kebaikan yang perlu bagi manusia, sebuah dasar yang tidak tergantikan bagi masyarakat, serta menjadi harta abadi bagi pasangan suami istri. Keluarga adalah kebaikan unik bagi anak-anak yang diidamkan sebagai buah cinta dari penyerahan diritimbal balik yang penuh dan berlimpah dari kedua orang tua mereka.