Makalah Teologi Moral

21
MAKALAH TEOLOGI MORAL ”ABORSI” Disusun oleh: Nama : Maria Gabriela Roswita NIM : 108114096 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Transcript of Makalah Teologi Moral

Page 1: Makalah Teologi Moral

MAKALAH TEOLOGI MORAL

”ABORSI”

Disusun oleh:

Nama : Maria Gabriela Roswita

NIM : 108114096

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Makalah Teologi Moral

LATAR BELAKANG

Globalisasi tak hanya memberikan dampak yang baik bagi perkembangan

kehidupan bermasyarakat kita, namun juga memberi dampak yang negatif pada

beberapa aspek budaya yang selama ini selalu dipertahankan. Contohnya saja aspek

keperawanan dan pentingya arti sebuah pernikahan, yang semakin tergeser

keberadaanya.

Dahulu keperawanan dijunjung tinggi sebagai martabat seorang wanita, dan

syarat sebuah pernikahan yang ideal. Sekarang, pernikahan dilaksanakan setelah

terjadi kehamilan diluar nikah yang memaksa pernikahan itu dilaksanakan.

Keperawanan pun bukan menjadi hal yang lazim untuk dipersoalkan. Kehamilan di

luar nikah, yang diakhiri dengan pernikahan merupakan contoh penyimpangan norma

yang bisa diatasi, namun bagaimana dengan pernikahan yang tidak mungkin

dilakukan bahkan bila sudah terjadi kehamilan di luar nikah?

Aborsi adalah pilihan untuk menyelesaikan kehamilan di luar nikah yang

dianggap tidak akan menimbulkan permasalahan, karena tidak akan meninggalkan

jejak apabila dilakukan. Aborsi bisa dilakukan seorang diri ataupun menggunakan jasa

dukun beranak bahkan dokter.

Kini pilihan aborsi semakin marak karena kehamilan di luar nikah banyak

terjadi dan rata-rata memiliki usia yang belum mencukupi untuk berumah tangga dan

merasa aib ataupun malu apabila diketahui publik telah hamil di luar nikah sehingga

aborsi menjadi pilihan terakhir yang dilakukan.

Aborsi adalah pengguguran kandungan / janin dalam rahim dimana

sebenarnya sangat berbahaya untuk dilakukan karena membahayakan dua nyawa,

nyawa sang ibu dan nyawa janin yang sedang dikandung. Aborsi sendiri

sesungguhnya melanggar banyak norma dan aturan yang mengatur kehidupan

masyarakat dunia. Di makalah ini akan dikaji mengenai perbuatan aborsi tersebut dari

beberapa aspek.

Page 3: Makalah Teologi Moral

KAJIAN PERMASALAHAN

SEGI MEDIS

Dunia kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan

yang sama atau kurang dari 500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan,

meskipun ada laporan kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin di bawah 500

gram yang dapat hidup. Karena janin dengan berat badan 500 gram sama dengan usia

kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin dibawah 20 minggu tersebut sebagai

aborsi.

Ada negara tertentu yang memakai batas 1000 gram sebagai aborsi, menurut

Undang-Undang di Indonesia, kematian janin di bawah 1000 gram tidak perlu

dilaporkan dan dapat dikuburkan di luar Tempat Pemakaman Umum.

Dari cara terjadinya aborsi, ada dua macam aborsi, aborsi spontan (abortus

spontaneus) dan aborsi buatan (abortus provocatus). Aborsi spontan terjadi sendiri

tanpa campur tangan manusia, sedang aborsi buatan adalah hasil dari perbuatan

manusia yang dengan sengaja melakukan perbuatan pengguguran. Abortus yang

terjadi pada usia kehamilan di bawah 12 minggu disebut abortus dini.

Dalam medis Indonesia, abortus spontan dibenarkan, karena abortus spontan

terjadi begitu saja dan bukan merupakan kehendak siapapun. Biasanya abortus

spontan terjadi karena beberapa kelainan yang terjadi pada ibu maupun janin yang

dikandung. Sayangnya, terkadang ada yang memalsukan abortus provocatus sebagai

abortus spontan, agar tidak mendapatkan hukuman.

Ada juga abortus therapeuticus yaitu pengakhiran kehamilan pada saat dimana

janin belum dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu. Menurut

Undang-Undang di Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan ibu

yang membahayakan nyawa ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit jantung

yang berat, hypertensi berat, serta beberapa penyakit kanker. Di beberapa negara lain,

termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan akibat perkosaan atau insect, dan pada

keadaan dimana bayi yang dikandungnya mempunyai cacat fisik atau mental yang

berat.

Page 4: Makalah Teologi Moral

Abortus provocatus adalah aborsi illegal, dimana aborsi dilakukan dengan

kesadaran dan tujuan untuk melenyapkan nyawa sang janin. Aborsi ini dinyatakan

ilegal karena tujuannya selain untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu,

dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara

yang dibenarkan oleh undang-undang.

SEGI HUKUM

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran

janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus

Criminalis”

Yang menerima hukuman adalah:

1. Ibu yang melakukan aborsi

2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi

3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana

(KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam

kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 349). Namun dalam undang-

undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 dinyatakan bahwa

dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau

janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

Beberapa pasal yang terkait adalah:

Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya

supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena

pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling

lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,

Page 5: Makalah Teologi Moral

bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3.   Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian

maka

dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 341

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak

dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,

diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh

tahun.

Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan

ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak

sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang

turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau

menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat

tahun.

Pasal 347

1.  Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang

wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas

tahun

2.  Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana

Page 6: Makalah Teologi Moral

penjara

paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang

wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima

tahun enam bulan

2.  Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut

pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang

diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu

dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian

dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima

belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyataka sebagai berikut:

Ayat (1) : “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan

apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma

kesusilaan dan norma kesopanan”.

Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau

janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.

Ayat (2)

Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil

Page 7: Makalah Teologi Moral

tindakan medis tertentu, sebbab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan

janinnya terancam bahaya maut.

Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah

tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang

dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang

bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.

Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan

peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal inidijabarkan

antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau

janinnya, tenaga kesehaan mempunyai keahlian dan kewenangan bentuk persetujuan,

sarana kesehatan yang ditunjuk.

SEGI ETIKA GEREJANI

Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun

demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah

mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum

Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai

peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran

21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan

kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh.

Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam

kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristiani, aborsi

bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan

dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27;

9:6).

Page 8: Makalah Teologi Moral

Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang

Kristiani dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau

hubungan seks antar saudara.”. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat

pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah

jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai

hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik

diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak – atau anak tsb dapat

dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena

perbuatan jahat ayahnya.

Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang

Kristiani dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?”.

Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1

persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh lebih banyak

perempuan yang melakukan aborsi karena mereka tidak mau “merusak tubuh mereka”

daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka.

Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat

menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin.

Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap

pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat

dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.

Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah

“pengaturan kelahiran secara retroaktif”. Perempuan dan/atau pasangannya

memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka

memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab.

Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak

sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak

untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.

Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni

dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun

dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah

melakukan aborsi, atau laki-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang

melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.

Page 9: Makalah Teologi Moral

Pada prinsipnya, umat Kristen Katolik percaya bahwa semua kehidupan

adalah kudus sejak dari masa pembuahan hingga kematian yang wajar, dan karenanya

mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah, baik sebelum ataupun sesudah ia

dilahirkan, merupakan kejahatan moral. Gereja mengajarkan, “Kehidupan manusia

adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan ‘kekuasaan Allah Pencipta’ dan

untuk selama-lamanya tinggal dalam hubungan khusus dengan Penciptanya, tujuan

satu-satunya. Hanya Allah sajalah Tuhan kehidupan sejak awal sampai akhir: tidak

ada seorang pun boleh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan mana pun, untuk

mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah”.

Seturut wahyu, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dengan

penekanan khusus pada misteri inkarnasi, Gereja Katolik Roma mengutuk praktek

aborsi. Beberapa contoh ajaran dalam rentang waktu tiga ratus tahun pertama sejak

berdirinya Gereja meliputi yang berikut ini: “Didache” (“Ajaran dari Keduabelas

Rasul,” thn 80 M) menegaskan, “Engkau tidak boleh melakukan abortus dan juga

tidak boleh membunuh anak yang baru dilahirkan.” “Surat Barnabas” (thn 138) juga

mengutuk aborsi. Athenagoras (thn 177) dalam tulisannya “Pembelaan Atas Nama

Umat Kristen” (suatu pembelaan terhadap paham kafir) menegaskan bahwa umat

Kristen menganggap para wanita yang menelan ramuan atau obat-obatan untuk

menggugurkan kandungannya sebagai para pembunuh; ia mengutuk para pembunuh

anak-anak, termasuk anak-anak yang masih ada dalam rahim ibu mereka, “di mana

mereka telah menjadi obyek penyelenggaraan ilahi.” Tertulianus (thn 197) dalam

“Apologeticum” menegaskan hal serupa, “mencegah kelahiran adalah melakukan

pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang membinasakan kehidupan yang

telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih awal. Ia yang bakal

manusia adalah manusia.” Pada tahun 300, Konsili Elvira, suatu konsili gereja lokal di

Spanyol, mengeluarkan undang-undang khusus yang mengutuk aborsi (Kanon 63).

Setelah pengesahan kekristenan pada tahun 313, Gereja tetap mengutuk aborsi.

Sebagai contoh, St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius (thn

374) dengan tegas menyatakan ajaran Gereja: “Seorang wanita yang dengan sengaja

membinasakan janin haruslah diganjari dengan hukuman seorang pembunuh” dan

“Mereka yang memberikan ramuan atau obat-obatan yang mengakibatkan aborsi

adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang menerima racun itu guna

membunuh janin.”

Page 10: Makalah Teologi Moral

Poin utamanya adalah Gereja Katolik Roma sejak dari awal secara terus-

menerus menjunjung tinggi kekudusan hidup dari bayi yang belum dilahirkan dan

mengutuk tindakan aborsi langsung (abortus langsung, artinya abortus yang

dikehendaki baik sebagai tujuan maupun sebagai sarana). Menentang ajaran ini berarti

menyangkal ilham Kitab Suci dan Tradisi kristiani. Kita, sebagai umat Kristen

Katolik, patut berdoa demi berubahnya hati nurani umat manusia dan dengan gagah

berani mengajarkan, mempertahankan serta membela kekudusan hidup manusia,

teristimewa bayi-bayi tak dilahirkan yang tak berdaya dan tak bersalah.

Gereja Katolik merupakan satu-satunya lembaga keagamaan yang dengan

lantang menentang aborsi. Untuk Gereja Katolik, aborsi adalah pembunuhan atas

manusia tak berdosa dan yang dalam dirinya tak bisa membela diri. Maka sangat jelas

bahwa Gereja Katolik mengerti tindakan mengaborsi bukanlah hak azasi melainkan

sebaliknya adalah kejahatan azasi. Hak azasi dalam pengertian Gereja Katolik selalu

mengarah kepada kehidupan dan bukan kepada kematian. Aborsi adalah suatu

tindakan yang mengarah pada kematian dan hanya dilakukan oleh orang yang

mencintai kematian.

Paus Benedictus XVI dalam kunjungannya ke Austria, dengan tegas

mengumandangkan kembali ajaran Gereja bahwa aborsi adalah dosa besar dan aborsi

sama sekali bukan hak azasi. Pernyataan Paus tersebut disambut gembira oleh

pencinta kehidupan dan di lain pihak disambut dengan protes keras oleh para pencinta

kematian. Sebab memang kata-kata Johannes Paulus II, sangatlah benar, beliau

mengatakan bahwa zaman ini sangat diwarnai oleh “budaya kematian” (the culture of

death). Manusia atas nama kesenangan yang sifatnya sangat sementara dan sangat

egois mengorbankan kehidupan.

Dalam Gereja Katolik, aborsi hanya layak dibenarkan dalam dua kasus

dilematis berikut: kasus dilematis pertama, yakni situasi dimana jelas bahwa janin

akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran. Dan kasus

dilematis kedua, yakni situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak

digugurkan. Bahkan dalam kasus kedua itu beberapa ahli moral masih meragukan

apakah hidup ibu selalu layak lebih diutamakan dibandingkan dengan hidup janin.

Page 11: Makalah Teologi Moral

Jikalau ada kelainan pada janin, Gereja tetap tidak memperbolehkan adanya

aborsi. Gereja hanya menerima kedua kasus dilematis yang tadi telah dijelaskan.

Kecuali kalau kelainan itu mengakibatkan masalah dilematis seperti diatas tadi.

Jikalau seseorang menjadi korban pemerkosaan, dan ia takut kalau anak yang

dilahirkannya dilecehkan oleh masyarakat, ia tetap tidak boleh melakukan tindakan

aborsi. Tetapi Gereja akan membantu menyiapkan proses kematangan jiwa sang ibu

misalnya melalui pendampingan oleh para suster sehingga sang ibu mau melahirkan

anak dan membatalkan niat pengguguran. Gereja menyiapkan mental/kejiwaan si

korban perkosaan melalui pendampingan (konseling) yang bisa dilakukan oleh pastor

dan suster.

Page 12: Makalah Teologi Moral

PENDAPAT PERSONAL

Pendapat saya sebagai pribadi, aborsi yang dibenarkan adalah aborsi spontan

dan aborsi medis. Dimana aborsi spontan memang terjadi karena kondisi sang ibu

yang tidak baik, sehingga janin akan gugur dengan sendirinya, dan aborsi medis

dimana memiliki kondisi nyawa ibu yang terancam karena suatu penyakit dan tidak

memungkinan melahirkan janin, sehingga janin harus digugurkan. Kedua jenis aborsi

ini merupakan aborsi langsung yang tidak memiliki tujuan atau motif tertentu yang

kriminal di dalamnya.

Kajian seturut segi medis, segi hukum, dan etika Gerejani semua

mengumandangkan hal yang serupa, yaitu penentangan terhadap segala abortus yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tidak baik yang bisa dianggap sebagai abortus ilegal

dan kriminal. Janin itu sendiri merupakan makhluk hidup, yang tentu saja

keberadaannya dilindungi oleh hukum dan agama. Meskipun telah dilindungi

sedemikian rupa oleh medis, hukum, dan agama; tindakan abortus kriminal tetap saja

marak dilakukan, hal ini menciptakan rasa keprihatinan dan kekecewaan yang sangat

dalam diri saya.

Janin terbentuk karena sebuah hubungan intin antara pria dan wanita yang

kompleks, yang tentu saja merupakan keinginan dari kedua belah pihak (kecuali kasus

pemerkosaan). Jika sudah sepakat, tentu seharusnya mereka tahu resiko kehadiran

sang janin yang menjadi tanggung jawab perbuatan yang mereka lakukan. Tidak

masuk akal apabila berargumen bahwa tindakan yang memberi nyawa pada janin itu

adalah sebuah “kecelakaan”. Bahkan dalam kasus pemerkosaan sekalipun, salah satu

pihak pasti sudah merencanakannya sehingga tidak bisa disebut kecelakaan.

Sesungguhnya abortus kriminal yang saat ini sering dilakukan hanyalah

merupakan tindakan keji yang menjadi pelarian dari tanggung jawab yang dipikul

karena perbuatan yang sudah dilakukan dengan sadar. Hanya senang saat melakukan

perbuatan namun tidak mau menanggung hasil perbuatan. Sungguh ironis memang

sifat manusia yang hanya ingin menikmati kenyamanan dan kebahagiaan saja, di

tengah dunia yang semakin menderita.

Page 13: Makalah Teologi Moral

Tanggung jawab itu sendiri menurut saya dapat dijalani dengan baik apabila

memiliki kesiapan mental yang baik dan dukungan dari keluarga serta orang

terdekatnya. Lebih memilih untuk menanggung malu dan rasa bersalah karena sudah

berbuat, daripada harus menggugurkan janin kandungan. Karena pada umumnya,

setiap ibu yang mengandung janin memiliki ikatan kuat dengan janin sehingga tidak

tega untuk menggugurkannya, karena janin adalah buah tubuhnya, darah dan daging

sang ibu. Hanya yang sedang kalut, bingung, dan kehilangan tujuanlah atau pun

manusia yang keji yang menggugurkan janin hanya demi tujuan yang tidak baik.

Segala pihak yang membantu proses abortus kriminal itu juga bersalah, karena

telah melanggar kode etik profesi yang mereka geluti. Dimana mereka membantu

dengan sadar untuk menghilangkan nyawa seorang janin. Sungguh mengerikan

keadaan dunia saat ini, yang salah bisa dibenarkan hanya dengan uang ..

Saran saya adalah memperkuat iman dan mental yang dimiliki oleh setiap

individu. Bijak dalam menentukan sikap perbuatan serta berani bertanggung jawab

atas resiko yang sudah diambil. Sering diadakannya penyuluhan untuk membantu

serta membimbing kaum muda yang biasanya menjadi pelaku abortus paling besar.