Bk teologi lingkungan

72

description

 

Transcript of Bk teologi lingkungan

Page 1: Bk teologi lingkungan
Page 2: Bk teologi lingkungan

TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Diterbitkan oleh:Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat

Kementerian Lingkungan HidupDan

Majelis Lingkungan HidupPimpinan Pusat Muhammadiyah

Tahun 2011

Page 3: Bk teologi lingkungan

TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Penanggung Jawab:Ilyas Asaad

Majelis Lingkungan Hidup PP MuhammadiyahKoordinator:

Muhjiddin Mawardi

Anggota:Gatot Supangkat

Miftahulhaq

Kementerian Lingkungan HidupKoordinator:

Dodo Sambodo

Anggota:Agus S. SukandaZaimah AdnanIsti Fatimah

Cetakan II, Agustus 2011

Diterbitkan oleh:Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat,

Kementerian Lingkungan Hidup, DanMajelis Lingkungan Hidup

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

ISBN: 978-979-16395-3-8

Page 4: Bk teologi lingkungan

SAMBUTANDEPUTI KOMUNIKASI LINGKUNGAN DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWTkarena atas rahmat dan taufiknyalah, sehingga buku TeologiLingkungan ini dapat direvisi oleh Majelis Lingkungan Hidup(MLH)/Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan KementerianLingkungan Hidup (KLH). Kerjasama antara KLH dengan PPMuhammadiyah sudah dilakukan sejak tahun 2002 denganpenandatanganan Kesepakatan Kerjasama (MoU) yang telahdiperbaharui pada tahun 2006 dan 2011.

Saat ini prinsip-prinsip yang mengatur keselarasan hidupmanusia dengan alam sebagaimana yang telah dipesankan dalamberbagai ajaran agama, telah banyak diabaikan oleh sebagianmanusia. Manusia lebih mendominasi kegiatannya untukmenaklukan dan menguasai alam. Dalam suasana kehidupanseperti itu, maka seolah-olah manusia menjadi bagianterpisahkan dari keseluruhan semesta alam ini. Saat ini kitasemua sedang merasakan hasil dari kealpaan yang telahdilakukan oleh sebagian manusia untuk memperhatikanperingatan-peringatan yang telah disampaikan oleh ALLAH SWTdalam Kitab Suci Al-Qur’an. Salah satunya, terdapat pada SuratAr-Ruum ayat 41, yang artinya: telah nampak kerusakan didaratan dan di laut disebabkan karena perbuatan tanganmanusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yangbenar).

Peringatan kerusakan lingkungan dalam Kitab Suci Al-Qur’antelah menyadarkan kita semua bahwa persoalan lingkungan tidak

iTEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Page 5: Bk teologi lingkungan

hanya dapat diselesaikan melalui kaidah-kaidah keilmuan sajatetapi perlu pendekatan lain seperti pendekatan spiritual untukmengembalikan kesadaran manusia sebagai bagian dari alamsemesta.

Inilah sebabnya sehingga Majelis Ulama Indonesia (MUI)bersama Kementerian Lingkungan Hidup telah mengeluarkanFatwa MUI nomor 22 tahun 2011 tentang Pertambangan RamahLingkungan yang merupakan bentuk pendekatan moral dalampelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Kita semua meyakini kebenaran cara pandang Islam yangtidak mempertentangkan agama dengan ilmu pengetahuan danteknologi. Ilmu tidak bersifat sekuler, bahkan nilai-nilai agamaselalu menjiwai ilmu dan teknologi. Menurut pandangan Islam,hidup manusia tidaklah terpisah dari ekosistemnya, melainkanintegral. Manusia adalah pengemban amanat ALLAH SWT untukmenjaga dan memelihara alam demi kepentingan kemanusiaan.Manusia bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkunganhidup dan keseimbangan ekosistem yang sudah sedemikian rupadiciptakan oleh ALLAH SWT. Manusia dilarang merusak danmengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan hidupsebagaimana yang disampaikan dalam Al—Qur’an, yakni ‘latufsidu fil ardhi ba’da ishlahiha, jangan membuat kerusakandi muka bumi, setelah ditata. Demikian secara umum kerangkapandang Islam tentang lingkungan hidup, dan tentunya masihbanyak kaidah-kaidah Agama Islam dalam Al-Qur’an dan HadistNabi yang dapat kita gali untuk melestarikan lingkungan hidup.

Keberhasilan pencapaian program perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup membutuhkan kerjasama dankemitraan yang erat antara pemerintah dengan masyarakat.Upaya untuk melindungi, melestarikan, dan mengelolalingkungan hidup, bukan hanya menjadi tanggung jawab dankewajiban pemerintah semata, tetapi juga memerlukan

ii TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Page 6: Bk teologi lingkungan

partisipasi dan peran aktif semua komponen masyarakat, baikkelompok masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, duniausaha, maupun lembaga pendidikan dan perguruan tinggi.

Konsep Teologi Lingkungan diperkenalkan sebagai upayapenyelamatan lingkungan melalui pendekatan nilai-nilai agama.Konsep ini mengingatkan bagaimana Islam memandanglingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari keimananseseorang muslim terhadap ALLAH SWT. Perilaku manusiaterhadap alam lingkungannya merupakan cerminan akhlak dankeimanannya, sehingga memelihara lingkungan merupakankewajiban yang setara dengan kewajiban ibadah sosial yanglainnya.

Akhirnya, ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruhjajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta seluruh pihak yangterlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapatmenambah wawasan kita semua dalam upaya melestarikan danmenjaga lingkungan hidup, sebagai salah satu amanah dariALLAH SWT, Aaamiinn.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ir. Ilyas Asaad MP.MH

iiiTEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Page 7: Bk teologi lingkungan

SAMBUTANMAJELIS LINGKUNGAN HIDUP PP MUHAMMADIYAH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tanpa kita sadari, ternyata bumi yang kita diami saatini sedang sakit. Sakitnya bumi ini merupakan akibat langsungdan tidak langsung perbuatan manusia. Manusia modern dewasaini sebenarnya sedang melakukan perusakan secara perlahanakan tetapi pasti terhadap sistem lingkungan yang menopangkehidupannya. Indikator terjadinya kerusakan lingkungan sudahsangat jelas, seperti menipisnya lapisan ozon, pemanasanglobal, dan perubahan iklim, banjir tahunan yang semakin besardan meluas, erosi dan pendangkalan sungai dan danau, tanahlongsor, krisis (kelangkaan) air yang berakibat terjadinyakelaparan dan mewabahnya berbagai penyakit.

Berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi baikdalam lingkup global maupun nasional tersebut, jika dicermatisebenarnya berakar dari pandangan dan perilaku manusiaterhadap alam lingkungannya. Perilaku manusia yang kurangkesadaran dan tanggungjawabnya terhadap lingkungannya telahmengakibatkan terjadinya berbagai macam kerusakan di mukabumi. Disamping itu, orientasi hidup manusia modern yangcenderung materialistik dan hedonistik juga sangatberpengaruh.

Kerusakan atau krisis lingkungan yang terjadi dewasaini hanya bisa diatasi dengan merubah secara fundamental danradikal cara pandang dan perilaku manusia terhadap alamlingkungannya. Tindakan praktis dan teknis penyelamatanlingkungan dengan bantuan sains dan teknologi ternyata bukanmerupakan solusi yang tepat. Yang dibutuhkan adalah perubahanperilaku dan gaya hidup yang bukan hanya orang perorang, akan

vTEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Page 8: Bk teologi lingkungan

tetapi harus menjadi budaya masyarakat secara luas. Sadarlingkungan dan upaya penyelamatan lingkungan harus menjadikesadaran bersama dan menjadi gerakan bersama secaranasional dan global. Karena tanpa kesadaran dan gerakanbersama, bumi kita yang kita tempati yang hanya satu ini benar-benar akan terancam, dan hal ini berarti juga ancaman bagisemua kehidupan di muka bumi ini termasuk manusia.

Atas dasar semangat untuk mengkampanyekan semangatmerubah perilaku manusia dalam berhubungan alam danlingkungannya inilah Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan PusatMuhammadiyah bekerjasama dengan Deputi VI KementerianLingkungan Hidup R.I menerbitkan ulang buku TeologiLingkungan yang telah diterbitkan bersama pada tahun 2007.Buku ini ingin menjelaskan bagaimana sesungguhnya konsephubungan manusia dengan alam, di mana perlindungan danpemeliharaan alam merupakan kewajiban asasi manusia yangtelah dipilh oleh Tuhan sebagai wakil Tuhan di muka bumi.Terhadap alam manusia dituntut untuk mengembangkan sikappenghargaan dan penghormatan terhadap saling keterkaitansetiap komponen dan aspek kehidupan di alam, pengakuanterhadap kesatuan penciptaan dan persaudaraan semuamakhluk. Konsep hubungan manusia dengan alam tersebutsebenarnya juga merupakan salah satu pilar dari sistem pusat-nilai untuk mewujudkan nilai ajaran agama Islam. Tujuantertinggi dari sistem pusat nilai ini adalah kemaslahatan dankesejahteraan universal (seluruh makhluk).

Akhirnya, atas nama Pimpinan Majelis Lingkungan HidupPP Muhammadiyah mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Menteri Lingkungan Hidup R.I. besertaseluruh jajarannya atas kepercayaan dan kerjasamanya denganMuhammadiyah dalam mengembangkan gerakan penyelamatandan pengelolaan lingkungan. Tidak lupa kami menyatakan bahwa

vi TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Page 9: Bk teologi lingkungan

buku ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan sarandemi perbaikan buku ini sangat diharapkan. Semoga Allah SWTsenantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua, danmeneguhkan hati kita bersama untuk tetap berjuang mengelolaalam dan lingkungannya dengan baik dan benar sebagaimanatelah diperintahkan oleh-Nya. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Agustus 2011

Majelis Lingkungan Hidup PP MuhammadiyahPeriode 2010 – 2015

Ketua, Sekretaris,

Muhjiddin Mawardi Gatot Supangkat

viiTEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Page 10: Bk teologi lingkungan

DAFTAR ISI

Sambutan Deputi Komunikasi Lingkungan dan PemberdayaanMasyarakat, Kementerian Lingkungan Hidup i

Sambutan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan PusatMuhammadiyah v

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TEOLOGI HUBUNGAN MANUSIA-ALAM 5A. Makna Teologi 5B. Manusia dan Alam 6C. Manusia sebagai Khalifah ALLAH 10

BAB III KONSEP LINGKUNGAN 12A. Makna Lingkungan 12B. Ekologi dan Ekosistem 13C. Asas Etika Lingkungan 15D. Pandangan Islam tentang Lingkungan 20E. Asas Legal Pemanfaatan Sumberdaya Alam 31

BAB IV ASAS KONSERVASI ALAM 33A. Asas Pemanfaatan Sumberdaya Alam 33B. Konservasi dan Perlindungan Sumberdaya Alam 35

1. Air (Al Ma’) 352. Udara (A Rih) 393. Tanah dan Lahan (Al Ardh) 424. Kepemilikan dan Hak Guna Lahan 455. Tumbuhan dan Hewan 47

BAB V PELEMBAGAAN UNTUK KONSERVASI DANKEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 531. Rehabilitasi Lahan (al ihya al mamat) 532. Kawasan Konservasi (al Hima) 563. Kawasan yang Dimuliakan atau Dilindungi (al harim) 58

BAB VI PENUTUP 59

DAFTAR PUSTAKA 61

ixTEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Page 11: Bk teologi lingkungan

1TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

BAB I PENDAHULUAN

Krisis lingkungan yang terjadi saat ini telah sampai padatahap serius yang mengancam eksistensi planet bumi dankehidupan para penghuninya. Perlahan tetapi pasti sistemlingkungan yang menopang kehidupan manusia mengalamikerusakan yang semakin parah. Indikator kerusakan lingkunganyang nampak terutama yang diakibatkan oleh degradasi lahanseperti banjir, erosi dan sedimentasi sungai dan danau, tanahlongsor, kelangkaan air (kuantitas dan kualitas) yang berakibatterjadinya kasus kelaparan di beberapa wilayah negara. Polusiair dan udara, pemanasan global, kerusakan biodiversitas,kepunahan spesies tumbuhan dan hewan serta ledakan hamadan penyakit merupakan gejala lain yang tak kalah seriusnya.Mewabahnya penyakit hewan dan manusia yang mematikanakhir-akhir ini mulai dari demam berdarah, flu burung hinggaHIV, juga sebenarnya merupakan akibat dan dampak tidaklangsung karena telah terjadinya gangguan keseimbangan dankerusakan lingkungan fisik maupun non-fisik di permukaan bumi.

Berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi baikdalam lingkup global maupun nasional, sebenarnya berakar dariperilaku manusia yang tidak bertanggungjawab terhadaplingkungannya. Manusia merupakan penyebab utama terjadinyakerusakan lingkungan di permukaan bumi ini. Peningkatanjumlah penduduk dunia yang sangat pesat, mengakibatkanterjadinya eksploitasi intensif (berlebihan) terhadap sumberdaya alam, yang akibatnya ikut memacu terjadinya kerusakanlingkungan terutama yang berupa degradasi lahan. Padahal lahandengan sumberdayanya berfungsi sebagai penyangga kehidupanhewan dan tumbuhan termasuk manusia.

Page 12: Bk teologi lingkungan

2 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Orientasi hidup manusia modern yang cenderungmaterialistik dan hedonistik juga sangat berpengaruh. Kesalahancara pandang atau pemahaman manusia tentang sistemlingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadapterjadinya kerusakan lingkungan yang terjadi dunia saat ini.Cara pandang dikhotomis yang memandang alam sebagai bagianterpisah dari manusia dan paham antroposentris yangmenganggap bahwa manusia adalah pusat dari sistem alammempunyai peran besar terhadap terjadinya kerusakanlingkungan (White,,1967, Ravetz,1971, Sardar, 1984, Mansoor,1993 dan Naess, 1993). Cara pandang antroposentris ini ternyatatelah melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidakbertanggung jawab terhadap kelestarian sumberdaya alam danlingkungannya. Disamping itu paham materialisme, kapitalismedan pragmatisme dengan kendaraan sain dan teknologi telahikut pula mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkunganbaik dalam lingkup global maupun lokal, termasuk di negarakita.

Upaya untuk penyelamatan lingkungan sebenarnya telahbanyak dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintahmelalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangkukepentingan (stakeholders), melalui pendidikan dan pelatihan,pembuatan peraturan pemerintah, undang-undang, maupunmelalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatansain dan teknologi serta program-program lain juga telah banyakdilakukan. Akan tetapi hasilnya masih belum nyata sebagaimanayang diharapkan serta belum bisa mengimbangi laju kerusakanlingkungan yang terjadi. Perusakan lingkungan dibeberapatempat dimuka bumi ini termasuk di negara kita masih tetapsaja berlangsung, bahkan lebih cepat lajunya serta lebih intensifseolah upaya-upaya pengendalian dan perbaikan yang telahdilakukan tak ada pengaruhnya sama sekali.

Page 13: Bk teologi lingkungan

3TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Naess (1993) salah seorang penganjur ekosentrisme dandeep ecology pernah menyatakan bahwa krisis lingkungan yangterjadi dewasa ini hanya bisa diatasi dengan merubah secarafundamental dan radikal cara pandang dan perilaku manusiaterhadap alam lingkungannya. Tindakan praktis dan teknispenyelamatan lingkungan dengan bantuan sain dan teknologiternyata bukan merupakan solusi yang tepat. Yang dibutuhkanadalah perubahan perilaku dan gaya hidup yang bukan hanyaorang perorang, akan tetapi harus menjadi semacam budayamasyarakat secara luas. Dengan kata lain dibutuhkan perubahanpemahaman baru tentang alam semesta yang bisa melandasiperilaku manusia.

Agama terutama Islam sebenarnya mempunyai pandangan(konsep) yang sangat jelas terkait konservasi dan penyelamatanlingkungan. Islam merupakan agama yang memandanglingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari keimanan kepadaTuhan. Alam semesta termasuk bumi yang kita tempati ini adalahciptaan Tuhan. Oleh karena itu mengenal, memahami danmemelihara alam merupakan bagian dari keimanan seseorangkepada Yang Maha Menciptakan alam. Dengan kata lain, perilakumanusia terhadap alam lingkungannya merupakan cerminan dariakhlak dan keimanan seseorang. Dalam Islam, memeliharalingkungan merupakan kewajiban yang setara dengan kewajibanibadah-ibadah sosial yang lain, bahkan setara dengan kewajibanmendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa dibulan ramadhandan berhaji. Sebaliknya, perbuatan merusak lingkungan atauperbuatan yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan setaradengan perbuatan dosa besar seperti pengingkaran terhadapMaha Kasih dan Pemelihara (al-rabb) Tuhan, atau pembunuhandan perampokan.

Konsep Islam terkait lingkungan ini sebagian telah diadopsidan menjadi prinsip etika lingkungan yang dikembangkan oleh

Page 14: Bk teologi lingkungan

4 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

para ilmuwan lingkungan. Prinsip-prinsip pengelolaan dan etikalingkungan yang terdapat dalam ajaran Islam telah banyak pulayang dituangkan dalam beberapa pasal dalam Kesepakatan atauperjanjian dunia yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.Akan tetapi konsep (ajaran) Islam ini tampaknya masih belumbanyak dipahami apalagi dijadikan pedoman dalam bersikap danberperilaku terhadap lingkungannya oleh sebagian besar umatIslam. Hal ini ditandai dari fakta empirik yang menunjukkanbahwa berbagai kerusakan lingkungan baik dalam lingkupnasional maupun global, ternyata sebagian besar terjadi dilingkungan yang mayoritas penduduknya muslim. Atau barangkalidalam hal ini, disebabkan oleh adanya kesalahan dalampemahaman ajaran agama serta pendekatan yang dipilih olehumat Islam di berbagai belahan bumi.

Uraian berikut merupakan upaya penggalian kembali konsep(ajaran) Islam yang berkaitan dengan lingkungan, yangdiharapkan bisa menjadi landasan untuk implementasi danrevitalisasinya dalam kehidupan manusia, khususnya bagi kaummuslimin. Konsep (ajaran) Islam ini diharapkan bisa menjadidasar pijakan moral dan spiritual (moral and spiritual base)dalam upaya penyelamatan lingkungan. Upaya ini bisa puladikatakan sebagai upaya untuk mencari akar teologispengelolaan lingkungan dalam perspektif Islam.

Upaya-upaya praktis penyelamatan lingkungan denganmemanfaatkan kemajuan sain dan teknologi rupanya tidak cukupuntuk mengendalikan perusakan lingkungan yang dilakukan olehmanusia. Permasalahan lingkungan ternyata bukan hanyamasalah teknis ekologi semata, akan tetapi juga menyangkutteologi. Permasalahan yang menyangkut lingkungan sangatkomplek serta multi dimensi. Oleh karena itu nilai-nilai agama(ad-diin) yang universal dan juga multi-dimensi bisa digunakansebagai landasan berpijak dalam upaya penyelamatanlingkungan baik dalam skala nasional maupun global.

Page 15: Bk teologi lingkungan

5TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

BAB II TEOLOGI HUBUNGAN MANUSIA-ALAM

A. MaknaTeologi

Istilah “teologi” lebih sering dimaknai sebagai suatu cabangatau bagian dari ilmu agama yang membahas tentang ketuhanan.Di kalangan umat Islam, istilah teologi ini juga masih belumsepenuhnya dipahami dan diterima. Oleh karena itu agar tidakmenimbulkan kesalahan penafsiran, maka terlebih dahulu istilah“teologi” ini akan diberi pengertian sesuai dengan kontekspembahasan tentang hubungan antara manusia-alam dan Tuhan.

Dalam konteks pembahasan ini, teologi dimaknai sebagainilai atau ajaran agama (Islam) yang berkaitan dengan eksistensiatau keberadaan Tuhan. Oleh karena itu makna bebas teologidalam konteks ini adalah cara “menghadirkan” Tuhan dalamsetiap aspek kegiatan manusia, termasuk dalam kegiatanpemanfaatn sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan.Dalam aspek praktis, teologi bisa dimaknai sebagai pedomannormatif bagi manusia dalam berperilaku dan berhubungandengan alam dan lingkungannya.

Pengelolaan lingkungan adalah salah satu kegiatan sekaligustugas manusia. Oleh karena itu pertanyaan yang bisa diajukanberkaitan dengan pengelolaan lingkungan ini adalah “Apakahdalam melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam danpengelolaan lingkungan, manusia telah “menghadirkan” Tuhan,atau sebaliknya Tuhan ditinggalkan atau malah “dicampakkan”?.Dengan perkataan yang lain: Tuhan ada dimana pada saatmanusia melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alamdan pengelolaan lingkungan?.

Page 16: Bk teologi lingkungan

6 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Dalam bahasa yang lebih “akademis”, teologi bisa dimaknaisebagai sebuah konsep berpikir dan bertindak yang dihubungkandengan “Yang Ghoib” yang menciptakan sekaligus mengaturmanusia dan alam (lingkungannya). Jadi terdapat tiga pusatperhatian dalam bahasan ini yakni; Tuhan, manusia dan alam,yang ketiganya merupakan “satu kesatuan” hubungan yang tidaksaja bersifat fungsional, akan tetapi juga hubungan yang bersifatspiritual. Dengan demikian teologi dapat dimaknai sebagai suatukonsep berpikir dan bertindak manusia yang berkaitan atauberhubungan dengan lingkungan hidupnya, denganmengintegrasikan aspek fisik (alam) termasuk manusia dan yangnon fisik dan non empirik yakni Tuhan.

B. Manusia dan Alam

Alam semesta termasuk bumi seisinya adalah ciptaan Tuhandan diciptakan dalam keseimbangan, proporsional dan terukuratau mempunyai ukuran-ukuran, baik secara kualitatif maupunkuantitatif (QS:Ar-Ra’d: 8; Al-Qomar: 49 dan Al-Hijr:19). Bumiyang merupakan planet di mana manusia tinggal danmelangsungkan kehidupannya terdiri atas berbagai unsur danelemen dengan keragaman yang sangat besar dalam bentuk,proses dan fungsinya. Berbagai unsur dan elemen yangmembentuk alam tersebut diciptakan Allah untuk memenuhikebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupannya di mukabumi, sekaligus merupakan bukti ke Mahakuasaan danKemahabesaran Sang Pencipta dan Pemelihara alam (QS: Taha:53-54). Dia-lah yang menentukan dan mentaqdirkan segalasesuatu di alam semesta. Tidak ada sesuatu di alam ini kecualimereka tunduk dan patuh terhadap ketentuan hukum dan qadarTuhan serta berserah diri dan memuji-Nya (QS. An-Nur: 41).

Alam merupakan sebuah entitas atau realitas (empirik) yangtidak berdiri sendiri, akan tetapi berhubungan dengan

Page 17: Bk teologi lingkungan

7TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

manusia dan dengan realitas yang lain Yang Ghaib dan supra-empirik. Alam sekaligus merupakan representasi ataumanifestasi dari Yang Maha Menciptakan alam dan Yang MahaBenar, yang melampauinya dan melingkupinya yang sekaligusmerupakan sumber keberadaan alam itu sendiri. Realitas alamini tidak diciptakan dengan ketidak-sengajaan (kebetulan ataumain-main atau bathil) sebagaimana pandangan beberapasaintis barat, akan tetapi dengan nilai dan tujuan tertentu dandengan haq atau benar (Q.S: Al-An’am: 73; Shaad:27; AlDukhaan: 38-39, Ali Imran:191-192). Oleh karena itu menurutpandangan Islam, alam mempunyai eksistensi riil, objektif sertabekerja sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku tetap (qadar)bagi alam, yang dalam bahasa agama sering pula disebut sebagaihukum Allah (sunnatullah). Sebagai contoh, batu hukumnya atauqadarnya adalah benda padat, sedangkan air adalah benda cair.Batu tak akan pernah bisa berubah menjadi benda cair kecualikalau batu tersebut dihaluskan hingga menjadi partikel yangsangat kecil dan dicampur dengan benda cair misalnya air.Demikian pula air yang qadarnya merupakan benda cair, takakan pernah bisa berubah menjadi batu padat. Inilah yangdimaksud dengan hukum atau qadar Tuhan itu berlaku tetap.Sunnatullah ini tidak hanya berlaku bagi benda-benda alam,akan tetapi juga bagi tumbuhan, hewan dan manusia.

Pandangan Islam tidak sebagaimana pandangan kaumidealis yang menyatakan bahwa alam adalah semu dan mayaatau pancaran dari dunia lain yang tak konkrit yang disebutdunia idea. Pandangan Islam tentang alam (lingkungan hidup)bersifat menyatu (holistik) yang komponennya adalah SangPencipta, alam dan makhluk hidup (termasuk manusia). Masing-masing komponen mempunyai peran dan kedudukan yangberbeda-beda akan tetapi tetap berada dalam koridor rancanganatau disain Allah (sunantullah).

Page 18: Bk teologi lingkungan

8 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam.Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalahsaling membutuhkan, saling mengisi dan melengkapi satu denganlainnya dengan peran yang berbeda-beda. Manusia mempunyaiperan dan posisi khusus diantara komponen alam dan makhluqciptaan Tuhan yang lain yakni sebagai khalifah, wakil Tuhandan pemimpin di bumi ( QS: Al-An’am: 165). Hubungan antaramanusia dengan alam lingkungan hidupnya ini ditegaskan dalambeberapa ayat Al Qur’an yang lain dan Hadist Nabi, yang intinyaadalah sebagai berikut :

Hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semestaberfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenalkebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan)melalui alam semesta, karena alam semesta adalah tandaatau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang memperhamba alamdan dilarang menyembah kecuali hanya kepada Allah yangMenciptakan alam.

Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengansegala sumberdayanya diciptakan Tuhan untuk memenuhikebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkansumberdaya alam guna menunjang kehidupannya ini harusdilakukan secara wajar (tidak boleh berlebihan atau boros).Demikian pula tidak diperkenankan pemanfaatansumberdaya alam yang hanya untuk memenuhi kebutuhanbagi generasi saat ini sementara hak-hak pemanfaatan bagigenerasi mendatang terabaikan. Manusia dilarang pulamelakukan penyalahgunaan pemanfaatan dan atauperubahan alam dan sumberdaya alam untuk kepentingantertentu sehingga hak pemanfaatannya bagi semuakehidupan menjadi berkurang atau hilang.

Page 19: Bk teologi lingkungan

9TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Hubungan pemeliharaan untuk semua makhluk. Manusiamempunyai kewajiban untuk memelihara alam untukkeberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia sajaakan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya.Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alamsecara berlebihan dan mengabaikan asas pemeliharaan dankonservasi sehingga mengakibatkan terjadinya degradasidan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yangdilarang (haram) dan akan mendapatkan hukuman.Sebaliknya manusia yang mampu menjalankan peranpemeliharaan dan konservasi alam dengan baik, makabaginya tersedia balasan ganjaran dari Allah swt.

Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, berhubunganpula dengan alam sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Dalamberhubungan dengan Tuhan ini manusia memerlukan alamsebagai sarana untuk mengenal dan memahami Tuhan (yakni:alam adalah ayat-ayat kauniah Tuhan). Manusia jugamemerlukan alam (misalnya:pangan, papan, sandang, alattransportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadahkepada Allah swt. Hubungan manusia–alam ini adalah bentukhubungan peran dan fungsi, bukan hubungan sub-ordinat (yakni:manusia adalah penguasa alam) sebagaimana pahamnyapenganut antroposentrisme dan kaum materialis. Sementaraitu alam berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakannyadan mengaturnya. Jadi alampun tunduk terhadap ketentuanatau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh YangMaha Memelihara alam. Agar manusia bisa memahami alamdengan segala hukum-hukumnya, manusia harus mempunyaipengetahuan dan ilmu tentang alam. Dengan demikian, upayamanusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan danilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya manusia untukmengenal dan mamahami yang Menciptakan dan Memeliharaalam, agar bisa berhubungan denganNya.

Page 20: Bk teologi lingkungan

10 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

C. Manusia sebagai Khalifah Allah

Dalam pandangan Islam, manusia di samping sebagai salahsatu makhluk Tuhan, ia sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhandimuka bumi (Q.s. Al-An’am: 165). Sebagai mahkluk Tuhan,manusia mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba(beribadah) kepada Penciptanya (al-Khaliq). Dalampenghambaan ini manusia tidak diperkenankan (haram) untukmengabdi kepada selain Allah. Pengabdian atau penghambaankepada selain Allah merupakan perbuatan syirk dan dosa besar.Dalam pengabdian ini terkandung konsep tauhid (peng-Esa-an)terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid merupakan sumbernilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam hubunganantara manusia, alam dan Tuhan.

Sebagai wakil Allah, maka manusia harus bisamerepresentasikan peran Allah terhadap alam semesta termasukbumi seisinya antara lain memelihara (al-rab) dan menebarkanrahmat di alam semesta (rahmatan lil ’alamin). Oleh karenaitu kewajiban manusia terhadap alam dalam rangka pengabdiannyakepada Allah SWT adalah melakukan pemeliharaan terhadapalam (termasuk pemeliharaan kehidupan diri atau hifdzun nafs)untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di alam. Untukmempertahankan dan memenuhi hajat hidupnya, manusiadiperkenankan oleh Tuhan untuk memanfaatkan segalasumberdaya alam secara wajar, sesuai dengan kebutuhan, danbertanggungjawab. Segala sikap, perilaku atau perbuatanmanusia (lahir dan batin) yang berkaitan dengan pemeliharaanalam harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan setelahkehidupan dunia ini berakhir. Islam melarang pemanfaatansumber daya alam yang melampaui batas, berlebihan, dan boros(isrof) (QS: Al An’am: 141-142). Pemanfaatan (eksploitasi)sumberdaya alam yang berlebihan akan menguras sumberdayaalam yang bersangkutan hingga habis tak tersisa. Akibatnya,

Page 21: Bk teologi lingkungan

11TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

hak-hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam bagi generasiyang akan datang terabaikan. Perbuatan ini sama halnya denganmerampas atau merampok hak-hak orang lain, yang berarti jugapelanggaran terhadap hukum atau ketetapan Tuhan. Di sampingitu, perbuatan demikian juga merupakan pelanggaran ataupengabaian amanah Tuhan, sehingga merupakan perbuatan dosabesar. Dalam aras praktis untuk menjaga kemanfaatan dankelestarian alam (fungsi manfaat dan reproduksi) misalnya,Rasulullah Muhammad SAW melarang memetik buah sebelummatang (ripe) dan siap dikonsumsi, dilarang memetik kembangsebelum mekar dan menyembelih hewan ternak yang masih kecildan belum berumur. Nabi juga mengajarkan agar manusia selalubersahabat sekalipun terhadap makhluk yang tak beryawa.Terhadap makhluk tak bernyawa atau benda-benda alam kitamanusia diminta untuk bersahabat, tidak mengganggu ataumerusaknya. Apatah lagi terhadap makhluk yang hidup danbernyawa. Oleh karena itu, istilah “penaklukan” atau“penguasaan” alam seperti yang dipelopori oleh pandanganBarat yang sekuler dan materialistik tidak dikenal dalam Islam.Islam menegaskan bahwa yang berhak untuk menguasai danmengatur alam adalah Yang Maha menciptakan dan MahaMengatur yakni al-Rab a- alamiin.

Page 22: Bk teologi lingkungan

12 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

BAB III KONSEP LINGKUNGAN

A. Makna Lingkungan

Lingkungan alamiah (natural environment) yang seringdipendekkan menjadi “lingkungan” dan yang dalam istilahbahasa kita sering disebut “lingkungan hidup”, diberi ta’rif(pengertian) sebagai suatu keadaan atau kondisi alam yangterdiri atas benda-benda ( makhluk) hidup dan benda-bendatak hidup yang berada di bumi atau bagian dari bumi secaraalami dan saling berhubungan antara satu dengan lainnya.Lingkungan (alam) ini terdiri atas beberapa komponen kunciyakni:

1. Satuan landscape lengkap yang berfungsi sebagai sistemalami yang belum mengalami intervensi manusia, termasukdidalamnya terdapat tanah, air, bebatuan, hewan dantumbuhan, serta segala fenomena alam yang terjadi dalambatas alami tersebut.

2. Sumberdaya alam umum dan fenomena yang tidak selaluberada di dalam batas-batas alami tersebut seperti udara,iklim dan atmosfer, akan tetapi mempengaruhi dandipengaruhi oleh landscape yang bersangkutan.

3. Tampilan atau keadaan alam yang terjadi di dalam batas-batas alami, akan tetapi keberadaannya dan kondisinyasangat dipengaruhi oleh atau direkayasa oleh manusia,seperti misalnya hewan liar di sebuah taman margasatwaatau kebun binatang.

Dengan demikian terdapat dua macam lingkungan yaknilingkungan alamiah (natural environment) dan lingkunganbuatan (built environment), yang antara keduanya berbeda

Page 23: Bk teologi lingkungan

13TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

sifat dan kondisinya. Lingkungan buatan merupakan areal ataukomponen alam yang telah dipengaruhi atau direkayasa olehmanusia. Suatu wilayah geografis tertentu misalnya hutankonservasi, pada umumnya masih dipandang sebagai lingkunganalamiah, walaupun campur tangan manusia telah ada dalamwilayah tersebut, akan tetapi masih sangat terbatas. Sedangkanareal cagar alam misalnya, merupakan areal yang sama sekalibelum ada campur tangan manusia didalamnya.

B. Ekologi dan Ekosistem

Istilah ekologi pada awalnya berasal dari bahasa Yunaniyang merupakan gabungan dari dua suku kata yakni: oikos yangberarti sekumpulan atau rumah tangga atau habitat, dan logosyang bermakna pengetahuan. Istilah ekologi ini pertama kalidikemukakan oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernamaErnst Haeckel (1866), namum pengertian ekologi sebagaimanayang berkembang saat ini baru dikenalkan oleh Eugen Warmingseorang ahli botani dari Denmark pada tahun 1890. Ekologimempunyai pengertian kajian pengetahuan atau ilmu yangmempelajari kehidupan dan sebaran sekelompok makhluk hidup(living organism) serta bagaimana kehidupan dan sebaranmakhluk hidup tersebut dipengaruhi oleh interaksi antaraorganisme dan lingkungan hidupnya (habitatnya). Lingkunganorganisme ini meliputi sifat-sifat fisik yang bisa di deskripsikansebagai jumlah atau gabungan antara faktor abiotik (bukanmakhluk hidup) seperti cahaya matahari, iklim dan geologi danfaktor biotik (makhluk hidup) seperti hewan dan tumbuhan atauorganisme yang berinteraksi dengan habitatnya. Dalam kajianekologi ini dikenal adanya asas ekologi. Setiap makhluk hidup(living organism) saling berhubungan yang terus menerus dengansetiap elemen pendukungnya sehingga membentuk lingkunganhidupnya.

Page 24: Bk teologi lingkungan

14 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Sedangkan istilah ekosistem dapat dimaknai sebagai suatusituasi atau kondisi lingkungan dimana terjadi interaksi antaraorganisme dan lingkungan hidupnya. Ekosistem terdiri atas duaentitas yakni totalitas kehidupan yang disebut biocoenosis, danmedium dimana kehidupan terjadi yang disebut biotop. Bagianalam yang mengandung kehidupan sering pula disebut biosferatau ekosfer. Suatu ekosistem pada umumnya dihuni olehmakhluk hidup yang mengelompok yang disebut populasi(kesatuan individu makhluk yang masih satu jenis). Sedangkansekelompok populasi makhluk hidup yang mendiami suatu arealatau ruang tertentu disebut komunitas. Ekosistem alami yangdihuni oleh satu komonitas disebut habitat.

Di dalam suatu ekositem, antara satu spesies dengan spesieslainnya dihubungkan oleh rantai makanan (food-chain). Energimatahari ditangkap atau dipanen oleh produsen pertama(tumbuhan) melalui proses fotosintesis. Hasil proses fotosintesisini kemudian dimanfaatkan (dimakan) oleh konsumen pertamahewan pemakan tumbuhan (herbivora). Herbivora ini kemudiandimanfaatkan oleh konsumen kedua dan ketiga yakni karnivoradan omnivora, sebelum akhirnya hilang kedalam sistem yangberupa sisa bahang atau energi. Dalam daur makanan ini,material menyatu dengan organisme hidup, yang kemudianmengembalikan unsur-unsurnya kedalam sistem melalui prosesdekomposisi membentuk daur bio-geo-kimiawi (bio-geo-chemical) seperti misalnya terjadinya daur karbon dan nitrogendi alam. Konsep ekosistem ini bisa terjadi dalam berbagai macamsatuan ukuran seperti misalnya suatu kolam, danau, satuanlahan, atau sepotong batang tanaman yang mati. Suatuekosistem yang berada didalam ekosistem yang lainnya disebutsebagai ekosistem mikro. Sebagai contoh, sebuah batu dengansegala kehidupan yang ada di didalam atau dibawahnya adalahsebuah ekosistem mikro. Suatu kawasan hutan misalnya disebut

Page 25: Bk teologi lingkungan

15TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

sebagai ekosistem meso. Sedangkan suatu daerah aliran sungai(DAS) atau suatu wilayah yang lebih luas lagi disebut sebagaiekosistem makro.

Ekosistem bisa pula dibeda-bedakan berdasarkan jenisbiotop (areal atau wilayah yang lingkungan kehidupannyaseragam) yakni:

1. Ekosistem daratan (kontinental) seperti hutan, padangpasir, dan sebagainya

2. Ekosistem lahan bertanaman seperti padang rumput, lahanpertanian, atau agro-ekosistem

3. Ekosistem air darat yang terdiri atas ekosistem lentis (airmenggenang atau diam) seperti danau atau kolam, danekosistem lotis (air mengalir) seperti sungai dan bentukaliran air lainnya

4. Ekosistem laut dan lautan

C. Asas Etika Lingkungan

Asas keseimbangan, kesatuan ekosistem serta keterbatasanalam (daya dukung dan faktor pembatas) hingga saat ini masihdigunakan oleh para ilmuan dan praktisi lingkungan untukmenyusun kebijakan dalam pengelolaan lingkungan. Asastersebut juga telah digunakan sebagai landasan moral (etika)perlindungan alam dan lingkungan bagi aktifitas manusia dalampengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam. Berikut ini akandikemukakan secara singkat beberapa asas etika lingkungan yangdimaksud.

Asas pertama. Lingkungan alam (planet bumi dan seisinya)merupakan lingkungan yang bersifat holistik dan salingmempengaruhi. Artinya segala sesuatu yang berada dibumiini saling mempengaruhi secara langsung maupun tidak.

Page 26: Bk teologi lingkungan

16 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Tidak ada satupun komponen alam yang bergerak secaraterpisah tanpa dipengaruhi atau mempengaruhi komponenlainnya. Sehelai daun yang jatuh ke permukaan bumi, atauseekor semut yang mencari dan mengumpulkan makanan,tak lepas dari pengaruh serta mempengaruhi komponenalam lainnya. Demikian pula dalam dimensi waktu, masakini dipengaruhi oleh masa lalu, dan masa kinimempengaruhi masa depan. Secara moral, asas inimenuntun setiap individu khususnya manusia untukmempertimbangkan setiap keputusan dan tindakan yangakan dilakukannya terhadap lingkungan alam danlingkungan hidupnya. Asas ini sejalan dengan pahambiosentrisme dan ekosentrisme tentang hubungan antaramanusia dan alam yang tidak bersifat terpisah, akan tetapimanusia merupakan bagian dari alam, antara keduanyasaling terkait.

Dalam konteks hubungan antara manusia dan alam, asasini juga menolak paham antroposentrisme, yangmenganggap bahwa manusia merupakan pusat sekaligus“penguasa” alam. Manusia adalah bagian dari alam, bukandiatas atau terpisah dari alam. Manusia bukan tuan ataupenguasa alam akan tetapi mempunyai status yang samasebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam interaksinya denganalam, manusia dengan demikian harus mempertimbangkanhak dan peran makhluk yang lain dan tidak terbatas padamakhluk hidup semata, akan tetapi seluruh komponen alam.Keberlanjutan kehidupan manusia, juga dipengaruhi dantergantung pada alam atau ekosistimnya. Demikian pulakehidupan makhluk yang lain dipengaruhi oleh manusia danjuga ekosistemnya.

Asas kedua. Segala sumber kehidupan dibumi (termasukkeanekaragaman hayati) merupakan kekayaan alam yang

Page 27: Bk teologi lingkungan

17TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

merupakan anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya.Keanekaragaman hayati ini harus dipelihara karenamerupakan sumber kehidupan dan keberlanjutan eksistensisemua makhluk hidup termasuk manusia. Menjagakeberlanjutan kehidupan dan keaneka ragaman hayati padahakekatnya merupakan upaya untuk mempertahankankeberlangsungan kehidupan di muka bumi termasukkehidupan manusia, sekaligus merupakan tugas ataukewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan yang palingunggul dalam ciptaan maupun kemampuan nalarnya.Merusak sumber kehidupan atau memanfaatkan sumberkehidupan dengan tidak semestinya (melampaui batas ataupenyalah gunaan pemanfaatan) merupakan tindakan yangtidak dibenarkan karena akan berakibat pada terganggunyakeseimbangan ekosistem dan rusaknya alam.

Dalam asas kedua ini terkandung pula asas kesamaanmakhluk biosfer (biospheric egalitarianism), yaitupandangan bahwa semua benda dan makhluk hidup adalahanggota dari satu kesatuan ekosistem, dan masing-masingmempunyai status dan martabat yang sama. Oleh karenaitu masing-masing anggota juga mempunyai hak yang samauntuk hidup dan berkembang. Hak hidup dan berkembangini tidak hanya berlaku bagi makhluk hayati, tetapi jugayang bukan hayati. Asas ini memberikan pengertian bahwasegala sesuatu di alam semesta ini harus dihargai karenamasing-masing mempunyai peran dan nilai sendiri-sendiri.Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang mempunyaistatus dan kedudukan yang sama dengan makhluk lain, danoleh karena itu juga harus menghrgai makhluk lain di alamini.

Asas ketiga. Dialam ini (bumi) terjadi perputaran (siklus) danpenyebaran sumberdaya alam secara terus menerus melalui

Page 28: Bk teologi lingkungan

18 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

suatu mata rantai ekosistem (rantai makanan), sehinggasaling terpengaruh antara satu komponen dengan komponenlainnya. Limbah suatu komponen ekosistim (spesies) bisamenjadi masukan atau sumber makanan bagi komponenekosistem (spesies) lainnya. Pemutusan atau gangguanterhadap satu mata rantai akan mengakibatkan terjadinyagangguan keseimbangan ekosistem. Sebaran sumberdayaalam dan keanekaragaman hayati yang terjadi di alam inisudah disesuaikan dengan potensi dan karakteristik lokal,sesuai dengan hukum-hukum alam. Pengambilan(eksploitasi) sumberdaya alam yang berlebihan untukdigunakan saat ini akan mengganggu cadangan sumberdayaalam tersebut untuk generasi mendatang. Demikian pulaperusakan terhadap sumberdaya alam di suatu tempat akandapat pula mengganggu keseimbangan ekosistem di lokasiyang bersangkutan dan berpengaruh terhadap lokasilainnya. Siklus dan sebaran sumberdaya alam ini hinggakini masih berlanjut dan tak berhenti dalam rentang waktuyang lama. Tindakan perusakan terhadap sumberdaya alamdan lingkungan baik secara individu maupun kelompok(terorganisir) atau pemutusan mata rantai ekosistemmerupakan perbuatan yang tidak dibenarkan.

Asas keempat. Kehidupan dialam ini terdapat faktor pembatas(kendala). Artinya faktor lingkungan tertentu bisa menjadipembatas atau kendala (secara fisikawi maupun kimiawi)bagi berkembangnya atau berfungsinya kehidupan bagifaktor atau komponen lingkungan lainnya. Demikian puladaya dukung lingkungan mempunyai keterbatasan baiksecara kuantitatif maupun kualitatif. Ekosistem dankomponennya juga mempunyai keterbatasan untukmelakukan adaptasi terhadap perubahan baru ataugangguan keseimbangan yang terjadi pada ekosistem yang

Page 29: Bk teologi lingkungan

19TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

bersangkutan. Pelanggaran terhadap faktor pembatasmisalnya deengan melakukan eksploitasi atau pemanfaatanalam yang melampaui kapasitas dan daya dukung lingkungannya, juga akan mengakibatkan terjadinya gangguankeseimbangan ekosistem dialam dan berdampak padaterjadinya degradasi.

Asas kelima. Setiap individu atau spesies mempunyai kelebihan(sekaligus kekurangan atau faktor pembatas) untuk bisamempertahankan dan melestarikan spesiesnya. Jadi asaskelima ini terkait erat dengan asas keempat diatas.Gambaran berlakunya kedua asas ini adalah perlindunganterhadap salah satu komponen atau spesies misalnyakambing liar atau rusa di padang rumput denganmemusnahkan hewan pemangsa rusa, ternyata dapatmengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan iniditandai dengan munculnya spesies lain misalnya hewanpengerat yang justru dapat menjadi hama bagi tanamanpangan (padi atau gandum).

Asas keenam. Ekosistem mempunyai kemampuan tertentu untukmempertahankan kehidupannya. Kemampuan ini seringdisebut sebagai daya dukung atau kapasitas pembawa(carrying capacity), yang mirip dengan sistem rekayasa danperilaku organisasional walaupun dalam ekologi aspeknyalebih komplek. Planet bumi kita adalah merupakan atauberperilaku sebagai sebuah organisme atau makhluk hidupyang mempunyai carrying capacity yang terbatas.Pelanggaran atau perusakan terhadap salah satu komponenpenyusun planet bumi (misalnya penumpukan gas CO2 diatmosfer atau hanyutnya lapisan tanah karena erosi, atauhutan yang dibakar atau terbakar) akan dapat menggannggukeseimbangan ekosistem planet bumi. Manusia sebagaibagian atau komponen sistem planet bumi

Page 30: Bk teologi lingkungan

20 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

(melalui berbagai aktifitasnya) mempunyai potensi yangpaling besar dibandingkan dengan makhluk yang lain untukmelakukan perusakan atau pelanggaran terhadapkeseimbangan ekosistem bumi.

Asas ketujuh. Didalam alam ini selalu terjadi pengembangandan penyetimbangan ekosistem. Ekosistem telahberkembang dari sistem yang semula sangat sederhanamenjadi sistem yang lebih beraneka ragam dan komplekdalam jangka waktu yang lama. Ketika sebuah keanekaragaman dan keseimbangan ekosistem direduksi ataudirusak, maka akan mengakibatkan terjadinya gangguanatau goncangan terhadap keseimbangan ekosistem.Pemindahan suatu kelompok atau populasi kehidupan(tumbuhan, hewan atau manusia) dari suatu lokasi ataulingkungan tertentu ke lokasi yang lain, merupakan suatubentuk gangguan keseimbangan. Demikian pula apabilatelah terjadi ganggun keseimbangan, alam atau ekosistemakan melakukan reaksi untuk mendapatkan keseimbanganbaru untuk mempertahankan kehidupannya (survival forlife).

D. Pandangan Islam tentang Lingkungan

Islam merupakan agama (jalan hidup=as-syirath) yanglengkap, serba cakup, termasuk yang berkaitan denganlingkungan. Pilihan bahwa Islam adalah pedoman hidup manusiaini ditegaskan oleh Tuhan Allah yang telah menciptakankehidupan ini dalam al Qur’an.

Islam merupakan agama yang sangat memperhatikanlingkungan (eco-friendly) dan keberlanjutan kehidupan di dunia.Banyak ayat al-Qur’an dan al Hadist yang menjelaskan,menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untukmenjaga kelangsungan kehidupannya dan kehidupan makhluk

Page 31: Bk teologi lingkungan

21TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

lain di bumi, walaupun dalam situasi yang sudah kritis. Ayatyang berkaitan dengan alam dan lingkungan (fisik dan sosial)ini dalam al-Qur’an bahkan lebih banyak dibandingkan denganayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah khusus (mahdhoh).

Islam adalah sebuah jalan (as syirath) yang bisa bermaknasyari’ah. Islam adalah sebuah jalan hidup yang merupakankonsekuensi dari pernyataan atau persaksian (syahadah) tentangkeesaan Tuhan (tauhid). Syari’ah adalah sebuah sistem pusat-nilai untuk mewujudkan nilai yang melekat dalam konsep (nilainormatif) atau ajaran Islam yakni tauhid, khilafah, amanahhalal dan haram. Berdasarkan atas pengertian ini maka ajaran(konsep) atau pandangan Islam tentang lingkunganpun padadasarnya dibangun atas dasar 5 (lima) pilar syariah tersebutyakni : 1) tauhid, 2) khilafah, 3) amanah, 4) adil dan 5) istishlah.Untuk menjaga agar manusia yang telah memilih ataumengambil jalan hidup ini bisa berjalan menuju tujuanpenciptaannya maka (pada tataran praktis) kelima pilar syariahini dilengkapi dengan 2 (dua) rambu utama yakni : 1) halal dan2) haram. Kelima pilar dan dua rambu tersebut bisa diibaratkansebagai sebuah “bangunan” untuk menempatkan paradigmalingkungan secara utuh dalam perspektif Islam. Berikut ini akandi urai makna keempat pilar dan dua rambu tersebut serta salingketerkaitannya satu dengan lainnya dalam konteks lingkungan(environment).

1. Tauhid (Peng Esaan Tuhan).

Untuk mengawali pembahasan tentang konsep tauhid dalamkonteks lingkungan (alam semesta) ini bisa dimulai darisebuah pertanyaan, “dari mana alam semesta ini berasaldan memperoleh eksistensinya?”. Pertanyaan ini merupakanpertanyaan dasar untuk mengawali pembahasan tentangeksistensi dan peran Tuhan dalam penciptaan danpemeliharaan alam. Dalam keyakinan agama-agama

Page 32: Bk teologi lingkungan

22 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

samawi (Islam), alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan.Oleh karena itu alam semesta ini memperoleh eksistensidan Yang Menciptakan.

Tuhan adalah “Dzat” atau “dimensi” yang non-empirik danyang menciptakan sehingga memungkinkan adanya dimensilain termasuk alam semesta yang visual dan empirik ini.Dia memberikan arti dan kehidupan pada setiap sesuatu.Dia serba meliputi (al Muhith) dan tak terhingga. Sedangkansegala sesuatu selain Dia (makhluq ciptaanNya) adalahserba diliputi dan terhingga. Alam semesta adalah makhluqciptaan Tuhan. Karena itu alam semesta ada dan bekerjasesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan olehPenciptanya. Dengan demikian didalam setiap kejadian dialam ini berlaku hukum sebab-akibat yang “alamiah”.Walaupun demikian tidak berarti bahwa setelah mencipta,Tuhan kemudian lantas “istirahat atau tidur” dan tidakberhubungan dengan perilaku alam. Demikian pula tidakberarti bahwa terdapat “persaingan” antara Tuhan denganmakhluqnya dan masing-masing merupakan eksistensi yangberdiri sendiri dan terpisah. Tidak pula berarti bahwa Tuhan“bekerja” sendiri disamping manusia dan alam. Tuhan ituada (eksis) bersama setiap sesuatu. Karena setiap sesuatuitu secara langsung berhubungan dengan Tuhan, makasetiap sesuatu (termasuk manusia) itu melalui dan di dalamhubungannya dengan lainnya, berhubungan pula dengandan dikontrol oleh Tuhan. Tanpa “aktifitas” Tuhan, manusiadan alam semesta menjadi tersesat, liar dan sia-sia.

Tuhan adalah “makna” dari realitas, sebuah makna yangdimanifestasikan, dijelaskan serta dibawakan oleh alamsemesta (termasuk manusia). Dengan kata lain alamsemesta termasuk dunia seisinya ini adalah sebuah realitasempirik yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi berhubungandengan realitas yang lain yang non-empirik dan transenden.

Page 33: Bk teologi lingkungan

23TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Setiap sesuatu di alam semesta ini adalah “ayat” ataupertanda akan eksistensi dan “aktifitas” Yang Ghaib. Halini juga bermakna bahwa kehidupan di dunia yang fana inibukan merupakan sebuah kehidupan yang berdiri sendiriatau terpisah dengan kehidupan yang lain. Kehidupan duniasesungguhnya merupakan bagian dari kehidupan akherat.Dengan demikian kualitas kehidupan manusia didunia akanmenentukan kualitas kehidupannya di akherat kelak. Dankualitas kehidupan seseorang didunia ini bisa diukur dariseberapa jauh orang yang bersangkutan menjalani hidupdan kehidupannya berdasarkan pedoman hidup di dunia(as-syirath) yang telah ditetapkan oleh Yang Menciptakandunia.

Hal lain yang juga sangat penting dalam konteks peng EsaanTuhan ini adalah bahwa Allah itu berbeda dengan makhluk-Nya (al Mukhalafatu lil al hawadist). Allah adalah ‘dimensi”yang tak terhingga dan mutlak. Sedangkan semua makhluqciptaan-Nya adalah terhingga dan bersifat nisbi (relatif).Alam semesta (termasuk manusia) mempunyai potensi-potensi tertentu, akan tetapi juga mempunyai bataskemampuan atau keterhinggaan. Betapapun tingginyapotensi makhluk (alam dan manusia), tidak akan dapatmembuat atau merubah yang terhingga menjadi takterhingga. Konsep inilah yang di dalam beberapa ayatAlQur’an dinyatakan bahwa setiap sesuatu ciptaan Allahitu mempunyai “ukuran” (qadr), dan oleh karena itubersifat relatif dan tergantung kepada Allah (QS: Al-Qamar:49, Al -A’raf: 54, Al-A’la: 2-3, Ya-sin: 38-40). Jika sesuatuciptaan Allah (termasuk manusia) itu melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan baginya dan melampaui“ukuran”nya, maka alam semesta ini akan menjadi kacaubalau.

Page 34: Bk teologi lingkungan

24 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Setiap tindakan atau perilaku manusia (muslim) baik yangberhubungan dengan orang lain atau makhluk lain ataulingkungan hidupnya harus dilandasi oleh pemahaman ataskonsep Keesaan dan Kekuasaan Tuhan serta penciptaan alamsemesta sebagaimana telah disebutkan diatas. Pernyataanini mempunyai makna bahwa manusia sebagai makhlukTuhan sekaligus sebagai hamba Tuhan (‘abdul Allah) harussenantiasa tunduk dan patuh kepada aturan-aturan atauhukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Yang Menciptakansekaligus Yang Diperhamba yakni Allah. Manusia juga harusbertanggungjawab kepada-Nya untuk semua tindakan yangdilakukannya. Hal ini juga menyiratkan bahwa tauhid ataupeng Esaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilaidalam etika. Pelanggararan atau penyangkalan terhadapnilai ketauhidan ini berarti syirik yang merupakanperbuatan dosa terbesar dalam Islam. Oleh karena itutauhid merupakan landasan dan acuan bagi setiapperbuatan manusia, baik perbuatan lahir maupun perbuatanbatin termasuk berfikir. Bagi seorang muslim, tauhid harusmasuk menembus ke dalam seluruh aspek kehidupannyadan menjadi pandangan hidupnya. Dengan kata lain, tauhidmerupakan sumber etika pribadi dan kelompok(masyarakat), etika sosial, ekonomi, dan politik, termasuketika dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan,pengembangan sain dan teknologi.

2. Khilafah (Perwalian)

Bermula dari landasan yang pertama yakni tauhid, Islammempunyai ajaran atau konsep yang bernama khilafah danamanah. Konsep khilafah ini dibangun atas dasar pilihan Allahdan kesediaan manusia untuk menjadi khalifah (wakil atauwali) Allah di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 30, Al-Isra : 70,Al-An’am: 165 dan Yunus: 14).

Page 35: Bk teologi lingkungan

25TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Sebagai wakil Allah, manusia wajib (secara aktif) untukbisa merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifatAllah. Salah satu sifat Allah tentang alam ini adalah bersifatsebagai pemelihara atau penjaga alam (al-rab al’alamin).Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusiaharus aktif dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi.Menjaga bumi ini berarti menjaga keberlangsungan fungsibumi sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasukmanusia, sekaligus menjaga keberlanjutan kehidupannya.

Khilafah bisa juga bermakna kepemimpinan. Manusia adalahwakil Tuhan di muka bumi ini yang telah ditunjuk menjadipemimpin bagi semua makhluk Tuhan yang lain (alamsemesta termasuk bumi dan seisinya (atmosfer, dansumberdaya alam yang dikandungnya termasuk tumbuhandan hewan ). Makna ini mengandung konsekuensi bahwamanusia harus bisa mewakili Tuhan untuk memimpin danmemelihara keberlangsungan kehidupan semua makhluk.Pilihan Tuhan ini bukan tanpa alasan. Manusia telah dipiliholeh Tuhan dan manusia juga telah menyetujui pilihan ini(Q.S. Al-Ahzab:72).

Untuk menjalankan misi khilafah ini manusia telahdianugerahi oleh Tuhan kelebihan dibandingkan denganmakhluk lain, yakni kesempurnaan ciptaan dan akal budiyang tidak diberikan oleh Tuhan kepada makhluk lainnya.Dengan berbekal akal budi (akal dan hati nurani) ini manusiamestinya mampu mengemban amanat untuk menjadipemimpin sekaligus wakil Tuhan di muka bumi. Sebagaipemimpin, manusia harus bisa memelihara dan mengaturkeberlangsungan fungsi dan kehidupan semua makhluk,sekaligus mengambil keputusan yang benar pada saatterjadi konflik kepentingan dalam penggunaan atau

Page 36: Bk teologi lingkungan

26 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

pemanfaatan sumberdaya alam. Pengambilan keputusanini harus dilakukan secara adil, bukan dengan cara memihakkepada individu atau kelompok makhluk tertentu, akantetapi mendholimi atau mengkhianati individu ataukelompok makhluk lainnya dalam komunitas penghuni bumi(QS. Shaad: 26; An-Nisa: 58).

Sebagai pemimpin semua makhluk, manusia harus bisamenegakkan amanah dan keadilan ditengah-tengahlingkungan alamnya dimuka bumi ini, termasuk dalamlingkungan sosialnya. Penyelewengan terhadap amanah inidengan demikian berarti juga melanggar asas ketauhidanyang berarti merupakan perbuatan syirk dan dzalim.Manusia memang mempunyai potensi untuk bisa berbuatadil, akan tetapi juga mempunyai potensi untuk berbuatdzalim. Untuk mengawal manusia agar bisa tetap berjalandalam koridor yang telah ditetapkan oleh Tuhan, kepadamanusia diberikan (dibuatkan) rambu-rambu syariah yaknihalal dan haram sebagaimana dimuka telah disinggung.Dengan instrument halal dan haram ini maka manusia bisaatau mempunyai hak untuk memilih jalan mana yang akanditempuh pada saat manusia yang bersangkutanmenjalankan peran dan fungsinya sebagai wakil Tuhansekaligus pemimpin makhluk dimuka bumi. Oleh karenaitulah maka konsep khilafah ini tidak berdiri sendiri, akantetapi terkait erat dengan konsep tauhid, amanah, halaldan haram.

Khalifah adalah juga amanah yang telah diberikan olehTuhan yang menciptakan manusia kepada manusia karenadipandang mampu untuk menegakkan kebenaran dankeadilan dimuka bumi. Oleh karena itulah makapemahaman makna khilafah dan peran manusia sebagaikhalifah di alam khususnya di muka bumi ini menjadi sangat

Page 37: Bk teologi lingkungan

27TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

penting karena akan menentukan keberhasilan atau kegagalanmanusia dalam mengemban amanah yang telah diberikanTuhan sekaligus yang telah disanggupinya. Tindakan-tindakan manusia yang berakibat terjadinya kerusakan dimuka bumi sebagaimana di muka telah ditegaskan,merupakan pelanggaran atau penginkaran terhadap amanahyang berarti juga merupakan perbuatan dosa besar.

3. Amanah

Bumi sebagai bagian dari alam semesta juga merupakanamanah dari Allah swt Sang Pencipta (Q.S. Al-Ahzab: 72).Untuk menjaga keberlangsungan dan memenuhi hajathidupnya, manusia mempunyai hak untuk memanfaatkanapa-apa yang ada di muka bumi (sumberdaya alam) bumi.Akan tetapi manusia baik secara individu maupun kelompoktidak mempunyai hak mutlak untuk menguasaisumberdaya alam yang bersangkutan. Hak penguasaannyatetap ada pada Tuhan Pencipta. Manusia wajib menjagakepercayaan atau amanah yang telah diberikan oleh Allahtersebut.

Dalam konteks ini maka alam terutama bumi tempat tinggalmanusia merupakan arena atau ajang uji bagi manusia.Agar manusia bisa berhasil baik dalam ujiannya, maka iaharus bisa membaca “tanda-tanda” atau “ayat-ayat” alamyang ditunjukkan oleh sang Maha Pengatur Alam. Salah satusyarat agar manusia mampu membaca ayat-ayat Tuhan,manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu. Olehkarena itulah maka pada abad awal perkembangan Islam,ilmu yang berlandaskan atas tauhid (fisika, kimia, biologi,pengobatan dan kedokteran) berkembang dengan pesat.Ilmu dikembangkan bukan semata-mata untuk memuaskankeingin tahuan manusia atau untuk memahami

Page 38: Bk teologi lingkungan

28 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

fenomena alam, atau ilmu untuk ilmu, akan tetapi adatujuan yang lebih tinggi yakni untuk memahami Allah(ma’rifatullah) melalui “ayat-ayat” nya.

Konsep tauhid, khilafah, amanah dan al-‘ilm merupakankonsep yang saling berkaitan dan satu kesatuan.Epistimologi keilmuan atau pandangan (ekologis) Islamdengan demikian bersifat holistik (menyeluruh) danmenolak epistimologi reduksionis (mengurangi danmemutus mata rantai pemahaman), bahwa alammerupakan sebuah realitas yang berdiri sendiri.

4. Halal dan Haram

Keberlanjutan peran dan fungsi alam serta harmonikehidupan di alam ini (khususnya bumi sebagai planet yangdihuni manusia) oleh islam dijaga oleh dua instrumen yangberperan sebagai rambu bagi manusia, yakni halal danharam. Halal bermakna segala sesuatu yang baik, berakibatbaik, menguntungkan, dan menenteramkan hati. Segalasesuatu yang menguntungkan atau berakibat baik bagiseseorang, masyarakat dan lingkungan alamnya sertalingkungan sosialnya adalah halal. Sebaliknya segala sesuatuyang jelek, membahayakan atau merusak seseorang,masyarakat dan lingkungan alam dan sosialnya adalahharam. Segala yang membahayakan dan merusak fisik(tubuh) dan jiwa (rohani) manusia, serta alamlingkungannya adalah haram.

Konsep halal dan haram ini sebenarnya tidak hanyadiberlakukan bagi manusia, akan tetapi juga berlaku bagialam. Pelanggaran terhadap rambu-rambu ini akanmengakibatkan terjadi ketidak seimbangan atau disharmonibaik dalam kehidupan manusia maupun gangguankeseimbangan ekologis di alam.

Page 39: Bk teologi lingkungan

29TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

5. Keseimbangan (i’tidal)

Alam diciptakan Allah dalam keberagaman kualitatifmaupun kuantitatif seperti ukuran, jumlah, struktur, peran,umur, jenis kelamin, masa edar dan radius edarnya.Walaupun demikian, alam dan ekosistem ciptaan Tuhan yangsangat beragam ini berada dalam keseimbangan, baikkeseimbangan antar individu maupun antar kelompok. (QS:Al-Mulk: 67). Keseimbangan ini merupakan hukum Tuhanyang juga berlaku atas alam termasuk manusia.Keseimbangan ini bisa mengalami gangguan (dis-harmoni)jika salah satu atau banyak anggota kelompok atau suatukelompok mengalami gangguan baik secara alamiah (karenasebab-sebab yang alamiah) maupun akibat campur tanganmanusia. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbanganalam, maka alam akan bereaksi atau merespon denganmembentuk keseimbangan baru yang bisa terjadi dalamwaktu singkat, atau bisa pula dalam waktu yang cukup lamatergantung pada intensitas gangguan serta sifat kelentinganmasing-masing sistem alam yang bersangkutan.Keseimbangan baru yang terbentuk ini sudah barang tentubisa berbeda secara kuantitatif maupun kualitatif dengankeseimbangan sebelumnya. Demikian pula keseimbanganbaru ini bisa bersifat merugikan, bisa pula menguntungkanbagi anggota komunitas atau kelompok yang bersangkutan.Perilaku dan perbuatan manusia terhadap alam termasukantar manusia yang diharamkan (dilarang), sebenarnyabertujuan agar keseimbangan atau harmoni alam tidakmengalami gangguan. Larangan untuk tidak bertengkar,berkata kotor, berbohong, berburu, melukai atau membunuhhewan dan tanaman pada waktu ihram bagi orang yang sedangberhaji atau umrah, sebenarnya mengandung pesan bahwakeseimbangan lingkungan dan harmoni kehidupan tidak bolehdiganggu dengan perbuatan-perbuatan yang merusak (haram).

Page 40: Bk teologi lingkungan

30 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

6. Kemashlahatan (istishlah)

Al istishlah atau kemashlahatan umum merupakan salahsatu pilar utama dalam syariah Islam termasuk dalampengelolaan lingkungan. Bahkan secara tegas dan eksplisitTuhan melarang manusia untuk melakukan perbuatan yangbersifat merusak lingkungan termasuk merusak kehidupanmanusia itu sendiri, setelah Tuhan melakukan perbaikan(ishlah). Istishlah ini bahkan tidak hanya sepanjang umurdunia akan tetapi sampai ke kehidupan akherat (QS: Al-A’raf: 56). Tujuan tertinggi dari perlindungan alam danekosistem ini adalah kemaslahatan dan kesejahteraan(istishlah) universal (bagi seluruh makhluk) baik dalamkehidupan masa kini (di dunia) maupun kehidupan dimasadepan (di akhirat). Istishlah juga bisa bermaknapemeliharaan terhadap alam termasuk kepada kehidupanmanusia, hewan dan tumbuhan di bumi. Hewan dantumbuhan diciptakan Tuhan memang diperuntukkan bagimanusia untuk menunjang kehidupannya, dan bukan untukdirusak. Dengan kata lain pemanfaatan alam termasukhewan dan manusia adalah pemanfaatan yang berkelanjutan.

Alam telah diciptakan oleh Tuhan dalam disain yangsempurna dan setimbang, maka gangguan ciptaan dankeseimbangan ini berarti juga merupakan perbuatanperusakan terhadap alam, yang berarti juga merusakkehidupan di alam termasuk kehidupan manusia, danperbuatan demikian merupakan perbuatan dosa besar,setara dengan pembunuhan.

Jika konsep tauhid, khilafah, amanah, halal dan haramterebut kemudian digabungkan dengan konsep keadilan,keseimbangan (i,tidal), dan kemaslahatan (istishlah) makakesatuan ini akan membentuk suatu “bangunan” (konsep)yang serba cakup (komprehensip) tentang teologilingkungan dalam perspektif islam. Jika kerangka ini

Page 41: Bk teologi lingkungan

31TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

diaplikasikan sepenuhnya, dengan kata lain setiap muslimmenjalankan syari’at Islam dengan konsekuen, makapermasalahan tentang krisis lingkungan terutama dinegara-negara yang mayoritas penduduknya muslim, insya Allahtidak akan separah saat ini.

Konsep teologi lingkungan tersebut mengandung makna,penghargaan yang sangat tinggi terhadap alam,penghormatan terhadap saling keterkaitan setiap komponendan aspek kehidupan, pengakuan terhadap kesatuanpenciptaan dan persaudaraan semua makhluk, sertamenunjukkan bahwa etika (akhlak) harus menjadi landasansetiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima pilar etikalingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan pilarsyari’ah Islam. Syari’ah yang bermakna lain as-syirath adalahsebuah “jalan” yang merupakan konsekuensi dari pernyataanatau persaksian (syahadah) tentang keesaan Tuhan (tauhid).Syari’ah adalah sebuah sistem pusat-nilai untuk mewujudkannilai yang melekat dalam konsep (nilai normatif) pokok Islamyakni tauhid, khilafah, amanah halal dan haram (Sardar,1985). Tujuan tertinggi dari sistem pusat nilai ini adalahkemaslahatan dan kesejahteraan (istishlah) universal(seluruh makhluk) saat ini (dunia) dan di masa depan (akhirat).

C. Asas Legal Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Dalam syariah Islam, para ahli fiqh telah bersepakat tentangtiga asas (kaidah) utama yang bisa digunakan sebagai panduandalam pengambilan keputusan maupun penetapan hukum untuktujuan kemashlahatan. Ketiga asas (kaidah) ini adalah:

Kepentingan masyarakat luas atau bangsa harusdidahulukan daripada kepentingan perorangan

Menghindari atau menghilangkan penderitaan harusdidahulukan daripada mencari keuntungan

Page 42: Bk teologi lingkungan

32 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Kehilangan atau kerugian yang lebih besar tidak bisadigunakan untuk menghilangkan/mengurangi kehilanganatau kerugian yang lebih kecil, dan manfaat yang lebihbesar harus didahulukan daripada manfaat yang lebih kecil.Sebaliknya kehilangan atau kerugian yang lebih kecil dapatdigunakan untuk menghindari kerugian yang lebih besar,dan manfaat yang lebih kecil dapat dikeluarkan atauditinggalkan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar.

Selanjutnya berdasarkan atas penjelasan al Qur’an sertahadist-hadist Nabi yang berkaitan dengan alam, sumberdayaalam dan pemanfaatannya dapat dirumuskan 6 (enam) asas legalyakni :

1. Tuhan Allah adalah pemilik tunggal alam semesta termasukbumi seisinya. Manusia hanya mempunyai hak untukmemanfaatkan alam dengan segala sumberdayanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dankeberlangsungan kehidupannya. Pemilikan perorangan ataslahan atau sumberdya alam yang menjadi milik umum/bersama, dilarang.

2. Penyalah gunaan hak baik oleh perorangan maupunkelompok dilarang dan akan mendapat hukuman

3. Terdapat hak pemanfaatan sumberdaya alam yang menjadimilik umum dan diatur oleh masyarakat atau negara

4. Sumberdaya alam yang terbatas ketersediaannya ataulangka, pemanfaatannya diatur oleh negara

5. Kesejahteraan atau kemashlahatan umum didahulukan dandilindungi

6. Kemanfaatan atas sumberdaya alam dilindungi dankerusakan yang bisa menyebabkan menurunnya nilaimanfaat sumberdaya alam yang bersangkutan dikurangiatau dihindari.

Page 43: Bk teologi lingkungan

33TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

BAB IV ASAS KONSERVASI ALAM

A. Asas Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Islam mempunyai pandangan bahwa segala makhluk ciptaanTuhan dialam ini baik yang diketahui maupun yang tidakdiketahui oleh manusia mempunyai dua fungsi utama yakni:

Fungsi keimanan (tauhid) yang bermakna bahwa segalasesuatu di alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan danmerupakan bukti keberadaan (eksistensi), Kearifan, keKuasaan dan KeMaha Rahman dan Rahim Tuhan,

Alam semesta ini mempunyai fungsi sosial, yakni alam inidiciptakan sebagai tempat tinggal manusia dan makhlukhidup lainnya untuk melangsungkan kehidupannya danuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya (fungsi pelayanan).

Ke Maha bijaksanaan Tuhan, telah menentukan(mentaqdirkan) bahwa antara satu makhluk dengan lainnya dialamini saling berkaitan dan saling membutuhkan. Saling keterkaitanantara satu komponen dan saling membutuhkan inimengakibatkan terjadinya sebuah keseimbangan yang dinamis(a dynamic balance) yang dengan keseimbangan ini keberlanjutankehidupan di alam bisa terjaga. Tindakan eksploitasi sumberdayaalam yang berlebihan, kesalahan cara pemanfaatan, perusakanatau pencemaran sumberdaya alam merupakan pelanggaranterhadap ketentuan (taqdir) Tuhan. Pandangan sempit,kepentingan pribadi atau kelompok dan tindakan takbertanggung jawab lainnya pada umumnya akan mengganggukeseimbangan dinamik yang telah diatur oleh Tuhan tersebut.Dengan demikian perlindungan terhadap sumberdaya alam daripencemaran dan atau perusakan merupakan tugas ataukewajiban manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan dimuka bumi.

Page 44: Bk teologi lingkungan

34 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Fungsi penting yang kedua yakni fungsi sosial penciptaanalam, yang bisa menjadi landasan untuk melahirkan ataumengembangkan asas legal perlunya tindakan konservasisumberdaya alam dan perlindungan lingkungan. Alam dengansegala sumberdayanya memang telah diciptakan Tuhan untukmelayani kebutuhan manusia, dan Tuhan telah menundukkanalam kepada manusia (QS: Al-Baqarah::29; Luqman:20; dan Al-Ja-siyah:12). Ketundukan alam terhadap manusia atas perintahTuhan ini bukan bermakna bahwa manusia bebas melakukanapa saja terhadap alam tanpa harus mempertanggungjawabkanperbuatannya.

Ketundukan alam ini sebenarnya untuk menggambarkanatau memberi peringatan kepada manusia bahwa Tuhanberperan dalam proses kejadian alam dan segala sesuatu yangterjadi di alam ini. Alam tunduk kepada manusia ini jugamenyiratkan pesan bahwa manusia memang menjadi pemimpin(khalifah) bagi alam (bumi), dan kepemimpinannya ini juga ataskehendak dan campur tangan Tuhan.

Hal penting lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatanalam ini adalah bahwa alam dengan segala sumberdaya alamnya,bukan hanya untuk melayani atau memenuhi kebutuhan manusiasaja, akan tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan makhlukhidup lainnya. Hukum-hukum Islam yang berkaitan denganpemanfaatan sumberdaya alam yang dikembangkan berdasarkankonsep penciptaan alam ini dengan demikian harus secaraeksplisit dan tegas menyatakan bahwa segala sumberdayaciptaan dan atau anugerah Tuhan diperuntukkan bagi semuamakhluk hidup, bukan hanya untuk manusia. Dengan kata lainsemua makhluk hidup entah itu yang bernama manusia, hewanmaupun tumbuhan, mempunyai hak untuk memanfaatkankarunia Tuhan yang berupa sumberdaya alam. Manusiadipersilahkan untuk memaanfaatkan sumberdaya alam

Page 45: Bk teologi lingkungan

35TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan kehidupannyaserta untuk kemashlahatan, akan tetapi tidak boleh berlebihan(israf), berbuat aniaya (dzalim) dan berbuat kerusakan (fasad)di atas bumi. Pesan ini berkali-kali diulang oleh Tuhan dalam alQur’an.

Yang lebih penting lagi dari hal-hal yang telah disebutkandi atas, bahwa alam diciptakan adalah sebagai tanda (ayat)atas ke Maha Kuasaan dan belas kasih Allah. Fungsi utama danvital penciptan alam ini perlu ditegaskan karena sebagianmanusia melengahkan bahkan mengingkari peran Tuhan dalampenciptaan alam. Mereka berpandangan bahwa alam ini terjadikarena sebab-sebab yang tersendiri, secara alamiah dan tidakada campur tangan Tuhan. Mereka lupa bahwa tanpa sebab-sebab “yang lebih tinggi” sebab-sebab alamiah dalam prosespembentukan dan proses perkembangan alam tidak akan pernahada. Alam semesta ini akan hilang apabila “diletakkan” disisiTuhan, karena tak ada sesuatu apapun yang mempunyai jaminanyang “inherent” untuk ada (eksis).

B. Konservasi dan Perlindungan Sumberdaya Alam

Berikut ini akan diurai satu persatu konsep konservasi danperlindungan beberapa sumberdaya alam utama.

1. A I R (AL MA’)

Tuhan telah menciptakan air dan mentaqdirkannya sebagaiasal muasal kehidupan sebagaimana firman-Nya: “Kamitelah jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air”(Q.S. al-Anbiya: 30). Segala sesuatu yang hidup sepertimanusia, hewan dan tumbuhan, semuanya tergantung padaair untuk keberadaannya dan untuk keberlanjutankehidupannya (QS: Al Baqarah: 164; Al-An’am: 99; Al-Hajj:5; Al-Furqan: 48-49; Al-Wa-qi’ah: 68-70; dan Al-Mulk: 30).

Page 46: Bk teologi lingkungan

36 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Lebih dari 75 % penyusun tubuh manusia terdiri dari air,bahkan lebih dari 75 % planet bumi kita ini juga berisi air.Jadi air merupakan asal sekaligus sumber kehidupan di alamtermasuk di muka bumi. Tanpa air, tidak ada kehidupan dimuka bumi ini.

Selain sebagai asal dan sumber kehidupan (fungsi biologis),air mempunyai pula peran atau fungsi sosial-religius yakniuntuk membersihkan dan mensucikan tubuh dan pakaiandari kotoran dan najis, sehingga dalam berhubungan satudengan lainnya atau dalam berhubungan dengan Tuhanmelalui ibadah mahdhah (ibadah khusus) manusia harusterlebih dahulu berada dalam keadaan suci dan bersih lahirdan batinnya. “Dialah yang menyebabkan hujan turun darilangit untuk membersihkannmu” (QS: Al-Anfal: 11; An-Nahl:14; dan Al-Ma’idah: 96).

Hampir semua pembahasan hukum (fiqh) dalam islam,selalu dimulai dengan pembahasan mengenai air dan peranair bagi penyucian diri dan sarana ibadah. Demikian puladalam pembahasan tentang ibadah (mahdhah), selaludidahului dengan pembahasan tentang thaharah (bersuci)sebagai syarat sahnya ibadah. Air merupakan alat thaharahutama, jika tidak ada air baru bisa menggunakan tanahatau batu.

Bardasarkan ayat-ayat al Qur’an dan fakta empiris yangbisa diamati dan dirasakan oleh mausia, maka tidak adakeraguan lagi bahwa air merupakan sumberdaya alam yangsangat vital bagi kehidupan di muka bumi. Perlindungandan konservasi terhadap sumberdaya alam yang sangat vitalini (air) sangat mendasar (fundamental) agar fungsi danmanfaatnya tetap terjaga lestari untuk keberlanjutankehidupan semua makhluk di permukaan bumi, untuk masakini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu:

Page 47: Bk teologi lingkungan

37TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

“Kewajiban untuk perlindungan dan konservasi air dalamIslam mempunyai nilai yang sama dengan kewajibanmenjaga keberlanjutan kehidupan itu sendiri”. Menjagakeberlangsungan kehidupan hukumnya wajib dalam Islam.Setiap tindakan yang menganggu atau merusak fungsi sosialdan biologis air baik yang berupa perusakan ataupencemaran air dan sumber air dengan tindakan atau unsurtertentu sehingga mengakibatkan air tidak bisadimanfaatkan untuk kehidupan, atau fungsi dasar airsebagai sumber kehidupan menjadi terganggu atau rusak,maka hal ini berarti sama dengan merusak kehidupan itusendiri. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh : “Segala sesuatuyang menyebabkan dilarang (haram) maka segala sesuatu(sebab) itu terlarang (haram) pula”.

Berkaitan dengan air sebagai sumberdaya alam yang vitalini, Tuhan telah menetapkan hak-hak pemanfaatan air(common right) bagi manusia dan semua makhluk hidup.Semua makhluk hidup di alam ini mempunyai hak yang samauntuk memanfaatkan air. Monopoli pemanfaatan air olehseseorang atau sekelompok orang untuk kepentinganapapun, atau monopoli pemanfaatan air untuk penggunaantertentu dan menutup hak pemanfaatan untuk penggunaanlainnya tidak diperkenankan. Penyalah gunaan peran danfungsi air, pemborosan dan monopoli penggunaan airdilarang pula. Tuhan telah memerintahkan kepada pengikutTsamud dan untanya: “ Katakan kepada mereka bahwa airharus dibagi dengan baik diantara mereka” (QS. Al-Qamar:28) dan dalam sebuah hadits setiap muslim diperintahkanharus berbagi dalam tigal hal yakni air, padang rumputdan api (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Pemborosan dalam penggunaan air dilarang, dan pelaranganini berlaku baik untuk pemakaian perorangan maupunpublik (umum) baik air dalam keadaan banyak maupun

Page 48: Bk teologi lingkungan

38 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

dalam keadaan kurang (langka). Rasulullah saw pada saatdalam perjalanan bersama sahabat Sa’ad yang sedangberwudhu menegur, “Mengapa berlaku boros dengan airwahai Sa’ad?”. Sa’ad menjawab “Apakah berwudhu untuksholat (bermunajat dengan Tuhan) juga tak boleh borosair”. Rasul menjawab, “Ya, walaupun engkau berwudhumenggunakan air sungai yang mengalir” (HR. Iman Ahmad)

Pengalaman panjang kaum muslimin yang hidup di jazirahArabia yang kering dengan sumber air yang sangat terbatas,telah mengajarkan mereka untuk menghargai air danmenggunakan air secara hemat. Hal ini dituangkan dalamberbagai produk juresprudensi Islam antara lain dalambeberapa hal berikut:

Ber wudhu, cukup sekali membasuh anggota badan,yang kedua dan ketiga adalah sunnah.

Buang air besar/kecil tidak boleh di air yangmenggenang, karena kotoran akan mencemari air yangtergenang tersebut.

Klasifikasi air: suci mensucikan, suci tak mensucikandan mutanajis, mengandung konsep re-use danpenghematan untuk penggunaan lainnya (airmusta’mal yang telah digunakan untuk berwudhu,masih tetap bisa digunakan untuk memenuhi fungsiair lainnya misalnya untuk perikanan, irigasi dan lainsebagainya). Sedangkan air mutanajis mengandungpesan perlunya memperhatikan kesucian (nilai spiritualair) kebersihan dan kesehatan air (nilai fisik air).

Rasulullah menganjurkan dengan sangat agar kaummuslimin menghemat pemakaian air, walaupun untukberwudhu guna menghadap Tuhan.

Page 49: Bk teologi lingkungan

39TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Upaya untuk konservasi dan penghematan penggunaan airdengan demikian menjadi wajib dilakukan oleh siapa sajabaik perorangan, lembaga masyarakat maupun pemerintah.Upaya bisa dilakukan dengan bantuan teknologi atau denganmelakukan rekayasa alamiah melalui manipulasi iklimmikro.

2. UDARA (AL RIH)

Udara merupakan unsur kehidupan yang tak kalahpentingnya dibandingkan dengan air. Hampir semuamakhluk hidup di darat sangat menggantungkan udara untukbernafas. Disamping untuk bernafas yang bisa dirasakanlangsung oleh manusia, udara juga sangat diperlukan bagikehidupan dan peran lingkungan lainnya, akan tetapi tidaksecara langsung dirasakan oleh manusia, seperti misalnyauntuk membantu penyerbukan bunga, menimbulkan angin,membawa uap air dan sebagainya (QS.Al-Hijr: 22; Al-Baqarah: 164 dan Al-A’raf: 57).

Walaupun udara ini terdapat di mana-mana dan bisadiperoleh dengan gratis, akan tetapi kualitas udara saatini sudah banyak yang mengalami penurunan akibatpencemaran. Bahkan lapisan atmosfer bumi kita (lapisanOzon) saat ini sudah mengalami kerusakan (berlubang) yangakibatnya juga bisa berbahaya bagi kehidupan manusia danmakhluk hidup lainnya. Demikian pula gas buang kendaranbermotor dan asap industri telah ikut memperparah kualitasudara di permukaan bumi kita. Emisi gas CO2 dan gas-gaslain dari aktifitas industri, pertanian, kendaraan bermotordan pembakaran hutan telah menimbulkan efek rumah kacasehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan global.

Page 50: Bk teologi lingkungan

40 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Pemanasan global merupakan kejadian meningkatnya suhupermukaan bumi, lautan dan atmosfer. Pemanasan globalini akan menjadi masalah bagi kehidupan makhluk di mukabumi apabila laju peningkatan suhu bumi melebihi batasambang perubahan normal. Akhir-akhir ini bumi telahmengalami pemanasan yang sangat cepat sebagai akibatdari aktifitas manusia sebagaimana telah disebutkandimuka.

Selama seratus tahun terakhir, rata-rata suhu bumi telahmeningkat sebesar 0.6 oC, dan diperkirakan akan meningkatsebesar 1.4-5.8 oC pada tahun 2050. Kenaikan suhu bumiini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub, menaikkansuhu lautan sehingga volume dan muka air laut meningkat.Kenaikan volume dan permukaan air laut ini akanmengakibatkan banjir di wilayah-wilayah pantai dan bisamenenggelamkan beberapa pulau. Di beberapa wilayahyang mengalami kenaikan suhu ini akan mengalamiperubahan iklim yang ekstrem, yang ditandai dengan curahhujan yang lebih tinggi, suhu udara meningkat danpergeseran atau perubahan musim. Evaporasi akan semakintinggi sehingga kelembaban tanah semakin cepat hilangdan tanah cepat mengering. Kekeringan ini disamping akanmengakibatkan terjadinya krisis ketersediaan air untukmemenuhi kebutuhan hidup manusia dan hewan, akanterjadi gangguan produksi bahan makanan untuk manusiamaupun bahan pakan untuk hewan ternak. Gangguanproduksi ini akan mengakibatkan terjadinya kekuranganbahan pakan dan makanan. Kekurangan bahan pakan danmakanan ini akan menimbulkan kelaparan yang bisamengancam kehidupan manusia dan hewan di wilayah yangbersangkutan. Krisis air dan bahan makanan ini selanjutnyabisa memicu terjadinya konflik horizontal antar wilayahatau antar Negara, serta konflik antar pengguna air,

Page 51: Bk teologi lingkungan

41TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

sehingga akan terjadi gangguan keamanan dalam skalaregional maupun global.

Pemanasan global juga akan mengakibatkan munculnyaberbagai macam penyakit hewan dan manusia, yangpengobatannya sulit karena virus penyebab penyakittersebut merupakan hasil dari mutasi genetik dari virus-virus yang sudah ada sebelumnya. Hewan-hewan juga akanmelakukan migrasi besar-besaran ke daerah-daerah yangsuhunya lebih sesuai, sehingga daerah yang ditinggalkanakan kekurangan atau bahkan ketiadaan spesies hewantertentu yang semula ada. Spesies hewan dan tanamanyang tidak mampu berpindah atau menyesuaikan diri akanmusnah. Potensi akibat yang ditimbulkan oleh pemanasanpermukaan bumi dan atmosfer ini sangat besar dan dalamskala luas (global), sehingga penanganannya tidak bisadilakukan oleh Negara per negara, akan tetapi harus melaluikerjasama antar Negara dan kerjasama internasional.

Perlindungan dan pemeliharan udara agar fungsi biologis,ekologis dan sosialnya tetap lestarai dengan demikianmerupakan kewajiban manusia, karena memelihara udaradari polusi dan kerusakan (kualitas dan kuantitasnya) samanilainya juga dengan memelihara kehidupan itu sendiri.Dalam hal ini sekali lagi berlaku kaidah: “segala sesuatuyang sangat diperlukan untuk memenuhi kewajiban pentingmenjadi wajib hukumnya. Semua kegiatan manusia yangberkaitan dengan perlindungan udara yang sangatdibutuhkan bagi kehidupan maka kegiatan tersebut menjadiwajib hukumnya. Sebaliknya semua kegiatan yang akanmengakibatkan terjadinya polusi udara, merusak peran danfungsi udara dan atmosfer (fungsi biologis dan sosialnya)merupakan perbuatan yang melawah hukum Tuhan dalampenciptaan alam, serta melanggar amanah serta perintahTuhan, dan oleh karena itu hukumnya dilarang (haram).

Page 52: Bk teologi lingkungan

42 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

3. TANAH DAN LAHAN (AL ARDH)

Lahan dan tanah sebagaimana air dan udara jugamerupakan komponen dan sumberdaya utama bagikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Manfaatair bagi kehidupan akan menjadi lebih besar dan nyatajika air yang berasal dari hujan telah jatuh ke permukaantanah dan tersimpan di dalam tanah. Air ini dalam berbagaibentuk dan sumber kemudian akan bisa dimanfaatkan olehtumbuhan, hewan dan manusia untuk memenuhi kebutuhanhidupnya (QS. Ar-Rahman: 10). Tanah juga merupakan unsurkejadian manusia dan tempat bergantungnya hidup hewandan tumbuhan (QS. Ar-Rum: 20; dan Nuh: 17-20).

Tuhan telah menciptakan tanah sebagai sumber penyediaanmakanan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya bagimanusia dan makhluk hidup lainnya. Tanah atau hamparantanah yang kelihatannya diam dan mati, ternyata “hidup”dan selalu mengalami perubahan dan pergerakan. Tanahterdiri atas bermacam bahan padat terutama mineral danbahan organik, fragmentasinya tidak beraturan denganbentuk geometrik yang sangat beragam pula. Didalam tanahterkandung air, udara dan unsur-unsur kimia yang terlarutdalam komposisi dan konsentrasi yang juga sangat beragamdan multifase. Bahan padat tanah ini kemudian berinteraksidengan air dan udara tanah yang berada dalam ruang pori-pori tanah membentuk suatu sistem tanah-air-udara dalamsuatu keseimbangan yang dinamis dan berguna bagikehidupan. Keseluruhan sistem tanah ini sangat sulit untukberada dalam keadaan setimbang dalam jangka waktu yanglama karena selalu mengalami perubahan dari keadaankering ke lembab atau sebaliknya, memuai, mengkerut,menyebar, mengumpul, bertukar ion dan sebagainya. Tanahmerupakan suatu sistem yang sangat komplek, “hidup” dan

Page 53: Bk teologi lingkungan

43TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

dinamis, sehingga sangatlah beralasan dan logis kalau Tuhanmenjadikan tanah sebagai asal dan sumber kehidupan.

Tanah juga mengandung mikro organisme yang sangatberagam baik jenis, bentuk dan ukurannya, yang sangatberguna untuk membantu proses penguraian danpembentukan tanah. Fenomena tentang tanah yang sangatkomplek ini memang sengaja diciptakan Tuhan agar bisamemenuhi fungsinya sebagai sumber sekaligus penopangkehidupan semua makhluk hidup. Fenomena tentang tanahyang sangat komplek ini merupakan tanda (ayat) kekuasaanAllah sang Pencipta alam (QS. Ali Imran: 191). Dengandemikian upaya untuk memahami fenomena tanah (denganilmu) dan memahami peran dan fungsi tanah bagi kehidupantermasuk kehidupan manusia pada hakekatnya merupakanupaya untuk memahami Yang Menciptakan danmenyediakan tanah bagi manusia.

Selain sebagai asal dan sumber kehidupan (fungsi biologis),sebagaimana air, tanah mempunyai pula peran atau fungsisosial-religius yakni untuk membersihkan dan mensucikantubuh dari najis, sebagaimana diketahui dalam fiqh, tanah(debu) bisa digunakan untuk bertayamum ketika dalamketiadaan air, atau ada sebab-sebab medis yang tidakmembolehkan bagian tubuh terkena air (sakit). Tanah jugamerupakan unsur yang dapat berfungsi untukmenghilangkan najis besar (mughalladzah). Fungsi religiuslainnya, bahwa tanah atau hamparan tanah (bumi) inimerupakan sarana ibadah (masjid) bagi seluruh manusiasebagaimana dinyatakah dalam dalam salah satu hadistRasulullah.

Jika manusia ingin menyatakan terima kasih kepada Tuhanyang telah menyediakan tanah (bumi) dengan segala macamisinya, maka manusia harus menyatakannya dengan

Page 54: Bk teologi lingkungan

44 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

cara menjaga dan memelihara tanah agar fungsi biologisdan sosialnya tetap lestari. Caranya adalah dengan menjagaproduktifitas tanah serta melakukan perlindungan dariancaman erosi, pencemaran dan ancaman lainnya yang bisamenyebabkan terjadinya degradasi fungsi tanah. Padawaktu manusia melakukan kegiatan bertani, berkebun,mendirikan bangunan, memanen rumput dan hutan,menggali bahan tambang dan sebagainya, manusia harusmelakukan kegiatan tersebut dengan baik dan benarsehingga tidak mengakibatkan degradasi dan kerusakan.

Seiring dengan makin bertambah banyaknya jumlahpenduduk dunia, aktifitas manusia juga bertambah banyak,beragam dan intensif. Akibatnya, bahan sisa dan sampahyang dihasilkan oleh aktifitas manusia modern dewasa inibertambah banyak dan beragam pula. Sebagian besar bahansisa dan sampah ini dibuang di permukaan tanah atauditanam di dalam tanah. Tanah memang bisa berperansebagai filter, penahan, penghalang dan pengurai bahansisa, terutama yang berupa bahan organik. Untuk bahansisa atau sampah yang non-organik, atau sampah yangmengandung logam berat, timbal dan unsur lain yangbersifat racun, tanah tidak bisa mengurai sehingga sampahini akan menjadi pollutan dan kontaminan bagi tanah, airdan udara disekitarnya, yang dampaknya jugamembahayakan bagi kehidupan manusia, hewan dantumbuhan. Sampah saat ini telah menjadi masalah besarbagai semua negara, termasuk negara kita.

Segala tindakan (manusia) yang mengakibatkan terjadinyadegradasi atau kerusakan tanah dan lahan di mana hampirsemua bentuk kehidupan bergantung, berarti manusia telahmelakukan pelanggaran terhadap Maha Kasih dan MahaMemelihara Tuhan terhadap alam ( al-rab al-alamien).

Page 55: Bk teologi lingkungan

45TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Sebaliknya memelihara tanah dari kerusakan, pollusi dankontaminasi merupakan kewajiban bagi setiap manusiasekaligus merupakan perbuatan baik yang akan mendapatbalasan kebaikan dari Allah swt. Nabi Muhammad pernahmengatakan, “Seluruh permukaan bumi telah diciptakanoleh Tuhan sebagai masjid (tempat ibadah) bagi manusia,yang suci dan bersih” (HR: Bukhari Muslim). Dengandemikian, wajib menjaga kesucian dan kebersihan bumikita (tidak mencemari dan membuat kerusakan di mukabumi).

4. KEPEMILIKAN DAN HAK GUNA LAHAN

Berkaitan dengan lahan ini, masalah kepemilikan dan hakpemanfaatan lahan merupakan masalah yang sangatpenting, karena akan berpengaruh terhadap status, nilaidan keberlanjutan fungsi lahan. Masalah penggunaan dankepemilikan lahan ini menjadi sangat penting, akhir-akhirini karena sejalan dengan meningkatnya jumlah pendudukdunia yang sangat pesat, kebutuhan penduduk akan lahanjuga meningkat dengan pesat pula. Sementara itu padasisi lain, di banyak tempat telah dan sedang terjadi prosespenggurunan (desertification) dan degradasi lahan secarabesar-besaran. Akibatnya lahan kritis dan gurun yang sudahtidak lagi bisa ditanami semakin meluas. Sebagai akibatberikutnya, disamping akan terjadi ancaman krisis air, danancaman terhadap ketersediaan pangan, akan terjadi pulakonflik horisontal antar pengguna tanah dan konflik antarapemerintah dengan penduduk sebagaimana yang telahsering terjadi ditanah air akhir-akhir ini.

Islam telah membuat ketentuan atau hukum tentangkepemilikan lahan ini yang dikaitkan dengan pilar amanahdan mashlahah. Manusia telah dipilih oleh Tuhan dan

Page 56: Bk teologi lingkungan

46 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

bersedia untuk mengemban amanah menjadi khalifah Tuhandi bumi. Sementara itu, tujuan utama penciptaan alamsemesta termasuk bumi adalah untuk kemshlahatan danrakhmat untuk semua makhluk. Dengan demikian tujuanutama ketentuan kepemilikan dan hak guna tanah ini adalahuntuk kemashlatan umum (masyarakat).

Asas: Tanah dan lahan adalah karunia Tuhan, maka semuamakhluk Tuhan (termasuk manusia) mempunyai hak yangsama untuk memanfaatkan karunia tersebut. Jadi hakpemanfaatan lahan ini tidak hanya bagi manusia, akantetapi karena manusia telah ditunjuk oleh Tuhan sebagaikhalifah di muka bumi, maka manusia mempunyai hak danberkewajiban untuk memakmurkan, memelihara danmemanfaatkan bumi ini untuk kesejahteraan bersama. Bagimanusia, dalam karunia Tuhan ini terdapat 4 (empat)cabang amanah yakni :

Kepemilikan lahan hanyalah merupakan tanda hakuntuk menggunakannya dan kepemilikan dapatdialihkan kepada orang lain

Pemilik berhak atas kepemilikan pribadi hanya selamayang bersangkutan menggunakannya

Pemilik yang tidak lagi memanfaatkan karunia tersebutdianjurkan, dan dalam beberapa kasus diharuskanuntuk melepaskan haknya

Pemilik tak diperkenankan menarik sewa atas lahanmiliknya (yang merupakan karunia Tuhan) dari oranglain, karena orang lain tersebut mempunyai hak yangsama untuk memanfaatkannya.

Page 57: Bk teologi lingkungan

47TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

5. TUMBUHAN DAN HEWAN

Tidak diragukan lagi pentingnya tumbuhan dan hewan bagikehidupan, karena tanpa keduanya kehidupan manusia dan jugahewan tak akan bisa berlanjut. Tuhan Yang Maha Tahu, danbijaksana menciptakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dimuka bumi ini bukan tanpa maksud, tujuan dan manfaat. Setiapbentuk kehidupan merupakan ciptaan Tuhan yang mempunyaiperan dan kegunaan masing-masing. Tidak ada makhluk ciptaanTuhan di muka bumi ini ( sekecil apapun bahkan sekecil jasadrenik) yang tak berperan atau tak berguna. Sebagai suatusumberdaya kehidupan genetik, masing-masing spesies danvaritas merupakan sebuah keunikan dan tidak bisa saling ditukarsatu dengan lainnya. Jika suatu anggota komunitas atau spesiestelah hilang, maka hilangnglah anggota atau spesies tersebutselamanya dan tak dapat diganti.

Tumbuhan mempunyai peran yang unik dalam memproduksibahan makanan dan serat dengan cara memanen energimatahari, yang hasilnya bisa digunakan oleh tanaman itu sendiriuntuk tumbuh dan melakukan reproduksi serta bisa merupakanbahan makanan bagi keberlanjutan kehidupan hewan danmanusia di muka bumi (QS. Abasa: 24-32). Tumbuhan jugamenyediakan dan memperkaya makanan dan nutrisi bagi tanahserta melindungi tanah dari erosi hujan maupun angin. Tanamanbisa pula berperan dalam konservasi air dengan menahan airlimpasan permukaan sehingga memberi kesempatan air untukberinfiltrasi masuk ke dalam tubuh tanah. Tanaman jugamenghasil O2 yang sangat dibutuhkan untuk pernafasan manusiadan hewan. Diantara banyak tanaman yang tumbuh di mukabumi ini terdapat pula tanaman yang bisa digunakan sebagaiobat penyembuh penyakit, menghasilkan minyak nabati,parfume, lilin, serat, kayu dan bahan bakar. Hal ini sesuai denganpernyataan Tuhan dalam al Qur’an “Tidakkah engkau lihat nyalaapi yang berasal dari kayu bakar?. Apakah kamu yang

Page 58: Bk teologi lingkungan

48 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

menjadikan (menumbuhkan) kayunya ataukah Aku (Allah) yangmenumbuhkannya?. Telah Aku (Allah) jadikan yang demikianitu sebagai peringatan dan bahan yang berguna (bagi musafir)di padang pasir yang gersang” (QS: Al-Waqiah: 71-73).

Sebaliknya hewan menyediakan makanan dan nutrisi bagitumbuhan, bagi hewan lainnya, dan juga untuk manusia. Kotoranhewan dan juga tubuhnya memperkaya dan menyuburkan bumidan lautan. Hewan juga mempunyai peran bagi atmosfer melaluipernafasannya, pergerakannya dan migrasinya membantu pulapenyerbukan dan penyebaran tumbuhan. Hewan menyediakanmakanan bagi hewan lainnya dan juga bagi manusia,menyediakan kulit dan bulu untuk pakaian dan kebutuhanlainnya, menyediakan daging, susu, madu, obat, parfume dansebagainya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Beberapahewan juga digunakan sebagai tenaga untuk mengolah tanahdan transportasi. Dengan fungsi biologis dan sosial dari hewanyang sangat penting sebagaimana telah disebutkan dimuka,maka dalam Islam, hewan telah disepakati sebagai komponenalam yang sangat penting bagi keberlansungan kehidupan dialam (muka bumi) termasuk kehidupan manusia. Tuhan telahmenegaskan dalam al-Qur’an, “Dan tidaklah hewan di mukabumi ini demikian pula burung-burung yang terbang dengankedua sayapnya melainkan umat juga seperti kamu (manusia).Tiadalah kami (Allah) lupakan sedikitpun di dalam Al Kitab,kemudian kepada Tuhanlah mereka semua dihimpun” (QS: Al-An’am: 38).

Disamping fungsi ibadah, penyediaan bahan makanan bagihewan dan manusia serta fungsi sosial lainnya, tumbuhanmempunyai pula fungsi estetika, karena tumbuhnya tanamandengan berbagai warna daun, bunga, biji-bijian yang dihasilkanoleh tanaman disekitar tempat tinggal manusia akanmemberikan nuansa keindahan, kesejukan dan ketenangan bagi

Page 59: Bk teologi lingkungan

49TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

jiwa manusia. Ketenangan jiwa merupakan kebutuhan asasimanusia yang harus dipenuhi, dan oleh karena itu pulamerupakan bagian dari agama. Keindahan, kesejukan,kenyamanan dan ketenangan jiwa sangat dibutuhkan manusiaagar kinerja dan kualitas hidupnya lebih baik, sehingga peranmanusia ini yakni sebagai hamba Tuhan sekaligus khalifah dimukabumi bisa terlaksana dengan baik. Dengan demikian keindahan,kesejukan dan ketenangan suasana ini harus dipelihara dandilindungai dari gangguan dan kerusakan. Upaya pemeliharaandan perlindungan terhadap fungsi estetis dan ekologis tanamanmerupakan kewajiban setiap insan dan merupakan ibadah.Melalaikan upaya pemeliharaan dan perlindungan terhadapfungsi tanaman tersebut dengan demikian juga merupakanpelanggaran dan pengabaian amanat yang telah diberikan olehTuhan kepada manusia, sehingga merupakan perbuatan dosa.

Islam menekankan tentang pentingnya tindakan untukmempertahankan kehidupan semua makluk sehingga masing-masing bisa berfungsi secara optimal sesuai dengan fungsimasing-masing di alam. Perusakan mutlak atau pemusnahanterhadap setiap spesies hewan atau tumbuhan oleh manusiasama sekali tidak dibenarkan (sangat dilarang). Demikian pulatidak diperkenankan untuk melalukan pemanenan secara besar-besaran sehingga melebihi kemampuan regenerasi ataureproduksinya secara alamiah terhadap spesies hewan maupuntumbuhan tertentu. Ketentuan ini berlaku utuk perburuanhewan, penangkapan ikan, penebangan pohon, penambangan,pemanenan tanaman dan semua penggunaan sumberdayakehidupan (living resources). Pembukaan hutan dengan caramelakukan penebangan habis seluruh tanaman hutan,pemberantasan hama tanaman dan hewan dengan mematikansemua populasi hama termasuk dalam kategori pemusnahanini. Oleh karena itu juga dilarang. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 60: Bk teologi lingkungan

50 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

keaneka ragaman hayati harus di lestarikan baik untuk menjagakeberlanjutan kehidupannya maupun untuk kehidupan manusiadan semua makhluk.

Rasul Muhammad SAW diutus oleh Tuhan tidak lain adalahuntuk ‘rakhmatan lil’alamien’. Nabi telah mengajarkan kitabagaimana memelihara hewan dan tumbuhan ini. Beliaumengatakan, “Perbuatan baik dan saling menyayangimerupakan sifat dari Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Olehkarena itu sayangilah apa yang ada dibumi ini, maka Yang diatasakan menyayangimu” (HR: Abu Daud dan Tarmidzi, dari Abdullahibnu Amr). Dia telah memerintahkan umat manusia untukmenyediakan kebutuhan bagi hewan yang dipelihara, dan diamenegaskan bahwa seseorang yang menyebabkan binatangpeliharaannya mati kelaparan atau kehausan akan dihukum olehTuhan di neraka (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abdullah ibnuAmr dan Abu Hurairah). Lebih jauh beliau telah memerintahkankepada manusia untuk menyediakan makanan, minuman dansegala kebutuhan dan hak-hak (termasuk hak reproduksi) hewanyang dipelihara manusia. Mengabaikan hal ini merupakanperbuatan dosa. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwaseseorang yang hidupnya berlumuran dosa, mendapat ampunandari Tuhan hanya karena yang bersangkutan membantumengambilkan air minum dengan sepatunya bagi seekor anjingyang tengah kehausan. Ketika hal ini ditanyakan kepadaRasulullah, apakah berbuat baik kepada hewan juga akanmendapatan pahala?. Rasul menjawab bahwa pahala akandiberikan oleh Tuhan bagi siapa saja yang berbuat kebaikankepada semua makhluk hidup (termasuk kepada hewan dantumbuhan (HR. Bukhari Muslim, dari Abu Hurairah).

Berburu dan mencari ikan dibolehkan dalam Islam,sepanjang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi,seseorang atau sekelompok orang baik secara sendiri-sendiriatau berkelompok melakukan perburuan atau pemancingan

Page 61: Bk teologi lingkungan

51TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

dengan target hewan atau tumbuhan hanya semata untukkesenangan misalnya untuk sport, dilarang dalam Islam. Karenakegiatan tersebut akan melukai dan menyakiti hewan atautumbuhan yang bersangkutan. Nabi saw bersabda, “Tuhan telahmemerintahkan kita manusia untuk berbuat baik kepada semuamakhluk hidup. Oleh karena itu jika kamu akan menyembelihhewan, sembelihlah dengan cara yang baik. Tajamkan pisaunyasehingga hewan yang bersangkutan tidak merasa kesakitan”(HR. Bukhari-Muslim).

Beberapa hal yang berkaitan dengan perlindungan hewandan tumbuhan yang pernah dicontohkan/dipesankan olehRasulullah antara lain:

Dilarang menyalakan api di dekat sarang semut atau lebahkarena akan bisa mematikan koloni semut atau lebah yangada di sarang tersebut. Keberadaan semut dan lebahdibutuhkan bagi keseimbangan ekosistem dan bagikehidupan termasuk kehidupan manusia.

Dilarang mengambil sarang burung yang masih ditempati,karena akan mengusik kehidupan dan menganggu prosesreproduksi dan regenerasi spesies burung tersebut. Demikianpula dilarang mengambil anak burung dari sarangnya, baikkarena sengaja maupun karena tanaman tempat sarangtersebut roboh kerena sebab-sebab alamiah lainnya.

Dilarang memotong pohon untuk keperluan yang takdibenarkan ketentuan (agama), dan dilarang memotongpohon hanya asal memotong menuruti naluri atau merusaksemata.

Dilarang membunuh lebah atau merusak sarang lebah,karena hal ini akan dapat merusak peran dan fungsi lebahdalam penyediaan bahan makanan bagi makhluk hiduplainnya, misalnya madu, penyerbukan bunga danpenyeimbang ekosistem.

Page 62: Bk teologi lingkungan

52 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Dilarang membunuh tumbuhan dan hewan baik yang tumbuhdan hidup dialam maupun yang dipelihara tanpa alasanyang dibenarkan oleh agama.

Dalam (ajaran) islam, semua makhluk Tuhan mengandungatau mempunyai kemulyaan (hurmah) secara inheren sesuaidengan peran dan fungsi masing-masing makhluk. Dengan alasaninilah mengapa Rasul Allah Muhammad saw melarang kaummuslimin membunuh musuh yang telah menyerah, membunuhhewan peliharaan merusak alam termasuk tumbuhan, walaupundalam keadaan peperangan. Tindakan pembunuhan danperusakan terhadap hewan, tumbuhan dan alam dianggap samadengan melakukan penyalah gunaan kewenangan yang dapatmerusak kehidupan hewan dan atau tumbuhan yangbersangkutan serta merusak kehidupan di alam.

Islam mempunyai pandangan tentang makhluk hidup hewandan tumbuhan dalam dua hal yakni:

Sebagai organisme ciptaan Tuhan yang mempunyai hakhidup, sesuai dengan kebijaksanaan dan kekuasaan Tuhan.

Sebagai bagian dari alam yang disediakan oleh Tuhan bagimanusia agar manusia bisa melangsungkan tugas hidupnyadi dunia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

Page 63: Bk teologi lingkungan

53TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

BAB V PELEMBAGAAN UNTUK KONSERVASI DAN

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM

Pemahaman dan pandangan muslim tentang lingkunganhidupnya tidak akan mempunyai makna jika tidak diterapkandalam perilaku dan tindakan nyata dalam kehidupan. Upayaperlindungan dan konservasi alam termasuk bagian dari syariatagama sebagaimana di muka telah dibahas. Oleh karena itupemahaman tentang perlunya perlindungan dan konservasisumberdaya alam ini harus diwujudkan dalam bentuk yang lebihoperasional dan konkrit serta dilembagakan. Suatu lembaga yangtepat, diakui dan dihormati oleh semua orang dalam komunitasyang bersangkutan akan bisa berperan efektif dalam upayaperlindungan dan konservasi alam. Lembaga semacam ini dulupernah dikembangkan oleh rasulullah dan dilanjutkan pada masakekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Usman. Lembaga semacamini juga pernah ada di beberapa kelompok masyarakat adat ditanah air dan di beberapa masyarakat adat di negara lain, danternyata bisa berperan efektif untuk perlindungan dankonservasi alam dan sumberdaya alam.

Berikut ini beberapa contoh lembaga yang dimaksud yangpernah ada pada masa Rasulullah dan kekhalifahan:

1. Rehabilitasi Lahan (al Ihya al mamat)

Menurut hukum Islam, seseorang yang telah menjadikansebidang lahan yang semula “mati” dengan arti tidak ataubelum digarap dan kemudian lahan tersebut menjadi lahanhidup sehingga dapat diambil manfaatnya melalui kegiatanpertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan ataukegiatan lainnya serta melindungi dan melakukan konservasiterhadap lahan tersebut, maka orang tersebut

Page 64: Bk teologi lingkungan

54 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

mempunyai hak guna terhadap lahan tersebut. Sedangkanhak pemilikan atau penguasaannya tetap ada pada negaraatau komunitas masyarakat setempat. Lembaga inidinamakan al ihya al mamat.

Lembaga ihya ini memberikan dorongan atau insentif yangsangat besar bagi masyarakat setempat untuk terlibat danberinvestasi (dengan tenaga dan atau modal) dalam sebuahkegiatan pengembangan sumberdaya alam yangberkelanjutan, dalam hal ini adalah tanah dan lahan untukmendapatkan manfaat dan kesejahteraan dari lahan yangdihidupkan tersebut. Walaupun demikian, pemanfaatan danpengembangan lahan yang dapat merugikan ataumembahayakan kepentingan dan kesejahteraan umum tidakdiperbolehkan melalui lembaga ihya ini. Otoritas pengatur(negara) mempunyai hak dan kewajiban untuk menjagaagar pemanfaatan dan pengembangan lahan tidakmengakibatkan terjadinya degradasi dan kerusakan bagilahan yang bersangkutan dan lingkungannya. Tidak puladiperbolehkan untuk memindahan atau memonopolisumberdaya alam yang ada yang sangat dibutuhkanmasyarakat (misalnya sumber air dan lainnya), sehinggaakses masyarakat terhadap sumberdaya tersebut menjaditertutup. Ketentuan ini berlaku pula bagi semua lahan yangtelah dicadangkan sebagai lahan konservasi (al hima), cagaralam (al harim), padang gembala umum, hutan negara,hutan untuk masyarakat (adat), serta lahan yangmengandung sumberdaya yang sangat dibutuhkan bagikepentingan umum.

Lembaga yang mempunyai otoritas atau negara mempunyaikewajiban untuk menyediakan dana bagi lahan yang takberpemilik untuk keperluan rehabilitasi misalnya untukpertanian, holtikultur, peternakan dan bentuk pengembanganlainnya untuk mengarahkan agar pengembangan tersebut

Page 65: Bk teologi lingkungan

55TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

sesuai dengan kesesuaian dan kemampuan lahan (landsuitability and capability). Dana pengembangan lahan inibisa juga digunakan sebagai dana kompensasi bagi orangyang telah menyediakan lahan miliknya untuk pelayanankepentingan umum (publik), atau karena lahan tersebutdigunakan oleh negara untuk kepentingan umum.

Lembaga otoritas atau negara mempunyai hak untukmelembagakan sewa (ijarah) lahan milik negara atau untukmendanai reklamasi dan pemeliharaan terhadap lahannegara tersebut atau untuk kepentingan khusus lainnya yangdalam fiqh disebut sebagai al itqa’ al manfa’at al ardhatau al itqa’ al istighlal

Rasulullah Muhammad menekankan betapa pentingnyamelakukan rehabilitasi lahan yang telah rusak melaluihadistnya :

“Barang siapa menghidupkan (merehabilitasi) tanah yangtelah mati (rusak), maka pahala baginya tersimpan dalamtanah yang direhabilitasi tersebut. Setiap makhluk yangmencari makanan dan mendapatkannya dari tanah tersebutmaka akan dianggap sebagai sadaqoh darinya” (HR. ImamAhmad, Tarmidzi dan Al Darimi ).

“Tidaklah seorang muslim yang menanam pepohonankecuali yang dapat dimakan dari tanaman tersebut adalahsadaqah baginya, apa yang diambil orang tanpasepengetahuannya adalah sadaqah, apa yang dimakanbinatang adalah sadaqah, apa yang dimakan burung adalahsadaqah, dan tiada sesuatu yang diambil atau dikurangioleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali dianggappula sebagai sadaqah darinya” (HR. Imam Muslim).

Kedua hadist tersebut memberi pengertian tentang konsepishlah (kemashlahatan) yang juga mengandung konsepkepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa (tauhid). Bahwa

Page 66: Bk teologi lingkungan

56 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

pengelolaan lahan mempunyai makna yang tidak sajamengandung manfaat materi (hasil) panen dan lahan yangbersangkutan, akan tetapi mempunyai makna yang jauhmelampaui hal yang bersifat fisik material, yakni sadaqohyang merupakan salah satu ajaran Islam yang sangatdianjurkan. Yang lebih unik lagi, sadaqah ini tidak hanyadiperuntukkan bagi sesama manusia, akan tetapi kepadasetiap makhluk hidup terutama hewan dan tumbuhan.

2. Kawasan Konservasi (al Hima)

Hima adalah kawasan cagar alam, atau hutan lindung,dimana pengambilan kayu, rumput, penggembalaan ternak,perburuan, atau eksploitasi sumberdaya alam tertentudilarang, atau kawasan dimana didalamnya hidup danberkembang biak hewan atau tumbuhan tertentu yangdilidungi dan dilestarikan. Walaupun demikian,pemanfaatan sumberdaya alam dalam hima ini tetapdiperbolehkan dengan aturan-aturan dan kesepakatantertentu. Lembaga otoritas atau negara mempunyai hakdan kewajiban untuk mengembangkan dan melindungikawasan hima ini agar fungsi dan tujuan konservasinyaterpenuhi.

Rasulullah pernah menentapkan beberapa kawasandisekitar Madinah sebagai kawasan hima guna melindungilembah (oase), padang rumput dan tanaman di dalamnya.Pengolahan tanah dan eksploitasi sumberdaya alam lainnya(penebangan pohon, pengambilan kayu dan rumput dansebagainya) juga dilarang. Nabi juga pernah mencagarkansebuah tempat didekat madinah di lereng pegunungan alNaqi dengan mengatakan bahwa lahan tersebut merupakanlahan yang dilindungi.

Page 67: Bk teologi lingkungan

57TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Mengikuti jejak Rasulullah, Abu Bakar menetapkan pulasuatu kawasan yang bernama al Rabadzah untuk melindungihewan-hewan zakat dan menugaskan Abu Salamah untukmengurusinya. Umar bin Khattab menunjuk kawasan himayang lain yakni al Syaraf dan menugaskan seorang bekasbudak yang bernama Hanni untuk mengurusinya. Sedangkankhalifah Ustman bin Affan memperluas kawasan hima yangsebelumnya telah ditetapkan oleh Rasulullah dan khalifahsebelumnya. Hima akhirnya berkembang menjadi sebuahketentuan yang melembaga untuk perlindungan,pemeliharaan dan pemanfaatan kawasan yang telahditentukan, sehingga manfaatnya tetap lestari danberkelanjutan. Walaupun tidak ada sumber yangmenjelaskan secara rinci tentang bagaimana hima-himatersebut dikelola, akan tetapi peran hima sebagai sebuahlembaga untuk konservasi sumberdaya alam ternyata diakuidan secara empiris mempunyai peran yang strategis untukkonservasi alam dan pelayanan kepentingan umum (fungsimashlahah).

Sardar (1985) telah membuat kategori hima yang terdapatdi jazirah Arab yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan,menjadi enam jenis yakni :

1. Kawasan konservasi (lindung) dimana semua aktifitaspenggembalaan dan pengambilan rumput dilarang

2. Kawasan lindung (konservasi) dimana pengambilanatau pemotongan pohon dilarang atau dibatasi

3. Kawasan lindung (konservasi) dimana aktifitaspenggembalaan ternak dibatasi untuk musim tertentu

4. Kawasan lindung (cagar) khusus untuk spesies hewanatau tumbuhan tertentu

Page 68: Bk teologi lingkungan

58 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

5. Kawasan lindung khusus untuk pemeliharaan lebah,sehingga penggembalaan pada musim berbungadilarang

6. Kawasan lindung yang dikelola oleh desa atau sukutertentu dan manfaatnya untuk kemashlahatan desa/umum.

3. Kawasan yang dimulyakan atau dilindungi (al harim)

Hukum Islam telah merancang dan menetapkan berbagaizona (kawasan) yang dilindungi atau dimulyakan (al harim)dimana pemanfaatan dan pengembangan kawasan yangbersangkutan dilarang atau tidak boleh dilakukan untukmencegah perusakan atau degradasi atau kepunahansumberdaya atau fauna dan flora tertentu.

Dalam kebudayaan Islam, setiap kota dan desa padaumumnya dilindungi oleh kawasan lindung atau al harim,dimana pengolahan tanah dan pemanfaatan sumberdayasangat dibatasi bahkan di beberapa tempat dilarang.Wilayah ini dikelola oleh seseorang atau sekelompok orangyang ditunjuk oleh otoritas atau negara.

Sesuai dengan hukum Islam, segala sumber air seperti laut,danau, sungai, mata air, sumur dan sebagainya sertapemanfaatan fasilitas umum seperti jalan raya, jalan keretaapi sungai dan sebagainya memerlukan kawasan lindunguntuk melindungi fasilitas yang bersangkutan dari kerusakandan untuk memfasilitasi pemanfaatan sumberdaya sertauntuk keberlanjutan fungsinya. Lembaga otoritas ataunegara mempunyai hak dan kewajiban untuk menghindarifasilitas yang bersangkutan dari kerusakan baik akibat darihal-hal yang alamiah maupun akibat aktifitas manusia.

Page 69: Bk teologi lingkungan

59TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

BAB VIPENUTUP

Konservasi dan perlindungan alam serta sumberdaya alammerupakan perintah Tuhan Yang Maha Memelihara Alam. Masalahkonservasi dan perlindungan alam merupakan masalah yangsangat penting bagi manusia sebagai makhluk sekaligus bagiandari alam, baik untuk masa lalu, masa kini maupun masa yangakan datang.

Ketentuan-ketentuan yang berhubungan denganpenggunaan, perlindungan dan rehabilitasi tanah, sumber air,udara, hewan dan tanaman merupakan bagian dari asaspengelolaan lingkungan yang terdapat dalam syariah Islam. Halini menunjukkan bahwa Islam sebagai agama tidak saja peduli,akan tetapi mempunyai komitmen yang jelas dan tegas tentanglingkungan. Komitmen lingkungan ini tidak hanya dituangkandalam bentuk asas untuk etika lingkungan yang bersifatnormatif, akan tetapi dalam aras praktis. Islam juga telahmelahirkan seperangkat hukum atau peraturan tentangpengelolaan dan perlindungan alam. Dalam hal ini, normaberperan sebagai landasan moral untuk melahirkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan danperlindungan alam. Dengan demikian, hukum dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan yangtelah dan akan dibuat oleh negara seharusnya merujuk kepadanorma-norma dasar (asas) pengelolaan lingkungan sebagaimanayang telah dibahas di muka, dengan mempertimbangkanperubahan dan kondisi kehidupan masyarakat saat ini.

Konsep kawasan, hunian, kota atau bangunan yang islamidan berwawasan ekologis tidak cukup hanya diwujudkan dalambentuk arsitektur, struktur dan bentuk geometri gedung, masjid

Page 70: Bk teologi lingkungan

60 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

atau rumah yang bercorak atau bergaya “Timur Tengah” semata.Arsitektur dan bentuk geometris bangunan hanyalah simbol luaryang tak bermakna dan tidak berwawasan ekologis sama sekali,selama kawasan atau hunian tersebut tidak bisa mengingatkanpenghuninya tentang kewajiban dan tanggungungjawabekologisnya.

Lingkungan yang islami adalah lingkungan yang bisamemberikan suasana bagi penghuninya untuk mengingat Alllah,memotivasi penghuninya untuk menebarkan kebaikan bagilingkungannya, berlaku adil, jujur, amanah dan selalumendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan diri,yang kesemuanya merupakan nilai-nilai akhlaq pokok dalamsyari’ah Islam. Suasana semacam ini tidak bisa dibangun hanyamelalui arsitektur dan bentuk geometris bangunan sepertibentuk kubah masjid, pintu gerbang universitas dan sebagainya.Akan tetapi harus merupakan totalitas sebuah sistem kehidupanyang melahirkan lingkungan tersebut, yang berupa pandangan,sikap hidup dan perilaku penghuninya terhadap lingkungan danalam. Teknologi dan rancangan yang dipilih, tata ruang danlandscape, arsitektur, konstruksi, struktur bangunan serta bahanyang digunakan harus merupakan cerminan dari nilai-nilaisyariah Islam yakni: tauhid, khilafah, amanah, i’tidal danistishlah .

Page 71: Bk teologi lingkungan

61TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Daftar Pustaka

Al Qur’an dan Terjemahannya, Penerbit: Departemen AgamaRI, 1971.

Abubakr Ahmed Bagader, A. Taufiq, M. As Sayyid dan MawilYousuf, 1994. Environmental Protection in Islam. IUCNCommission on Environmental Law, Saudi Arabia.

Adnan Harahap, Ishak Manany, Isa Anshari dkk,1997. Islam danLingkungan Hidup. Penerbit, Yayasan Swarna Bhumi, Jakarta.

Ali Yafie, 2006. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Diterbitkanoleh Yayasan Amanah, Jakarta.

Ibnu Katsir. Tafsir Alqur’an Al ‘Adziem (Terjemahan) PenerbitSulaiman Mar’i, Singapura.

Ibnu Khaldum, 1967. Muqaddimah. Terjemahan F. Rosenthal,London.

Fazlun M Khalid, 2002. Islam and the Environment. In theEcyclopedia of Global Environmental Change, Vol.5: Social andEconomic Dimensions of Global Environmental Change. JohnWilley and Sons Ltd.

Fazlur Rahman, 1995. Tema-tema Pokok Al Qur’an. PenerbitPustaka, Salman ITB, Bandung.

Mansoor, M, 1983. Environment and Values: The IslamicPerspective. Dalam Sardar, Z, The Touch of Midas,.op.cit.

Page 72: Bk teologi lingkungan

62 TEOLOGI LINGKUNGAN(Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam)

Mustafa Abu Sway, 1998. Towards an Islami Jurisprudence ofthe Environment. Makalah Seminar di Masjid Belfast.

Nasr, H. 1990. Man and Nature; The Spiritual Crisis in ModernMan. Allen and Unwin, London.

Naess, A. 1993. Ecology, Community and Lifestyle. CambridgeUniversity Press, Cambridge

Ravets, J.R, 1971. Scientific Knowledge and Its Social Problems,OUP Publication, London.

Sardar, Z, 1987. Masa Depan Islam. Terjemahan : Islamic Future,Penerbit Pustaka , Bandung.

Sony Keraf, A, 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas,Jakarta, 2002.

Sayyid Qutb, 1971. Tafsir Alqur’an : Fi dzilalil al-Qur’an, Dar AtTurats al Arabi, Bairut

White, J.R, and Lynn, 1967, The Historical Roots of OurEcological Crisis. J. Science: 155; 1203-1207.