Kurang Energi Protein

42
LAPORAN KASUS i. Identitas Nama : An.N Usia : 1,5 tahun No.CM : 505209 Alamat : Cianjur Masuk RS : 3 Februari 2012 ii. Alloanamnesis oleh nenek pasien Keluhan utama OS bengkak-bengkak ditubuhnya sejak seminggu yang lalu Riwayat penyakit sekarang Menurut ibu pasien, pasien bengkak-bengkak ditubuhnya sejak seminggu lalu. Bengkak diawali dari kaki dan tangan kemudian di wajah dan di perut, timbul sepanjang hari, tidak disertai gatal dan kemerahan. Bengkak tidak berhubungan dengan trauma. Keluhan disertai dengan demam sejak 2 minggu lalu. Demam terus-menerus, tidak disertai menggigil dan kejang. Batuk pilek disangkal. Sesak disangkal. Muntah juga disangkal. Wajah pasien terlihat pucak sejak kemarin. BAK 3 kali sehari, kuning jernih. BAK berdarah disangkal. BAB normal. Pasien tidak pernah di timbang BB sebelumnya. Pekerjaan orang tua pasien yaitu berjualan ikan dipasar dengan penghasilan Rp 50.000/hari. Pasien merupakan anak ke 4 1

Transcript of Kurang Energi Protein

Page 1: Kurang Energi Protein

LAPORAN KASUS

i. Identitas

Nama : An.N

Usia : 1,5 tahun

No.CM : 505209

Alamat : Cianjur

Masuk RS : 3 Februari 2012

ii. Alloanamnesis oleh nenek pasien

Keluhan utama

OS bengkak-bengkak ditubuhnya sejak seminggu yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

Menurut ibu pasien, pasien bengkak-bengkak ditubuhnya sejak seminggu lalu.

Bengkak diawali dari kaki dan tangan kemudian di wajah dan di perut, timbul

sepanjang hari, tidak disertai gatal dan kemerahan. Bengkak tidak berhubungan

dengan trauma. Keluhan disertai dengan demam sejak 2 minggu lalu. Demam

terus-menerus, tidak disertai menggigil dan kejang. Batuk pilek disangkal. Sesak

disangkal. Muntah juga disangkal. Wajah pasien terlihat pucak sejak kemarin.

BAK 3 kali sehari, kuning jernih. BAK berdarah disangkal. BAB normal. Pasien

tidak pernah di timbang BB sebelumnya. Pekerjaan orang tua pasien yaitu

berjualan ikan dipasar dengan penghasilan Rp 50.000/hari. Pasien merupakan anak

ke 4 dari 4 bersaudara. Ibu pasien adalah ibu rumah tangga tamat SD, kurang

mengerti tentang nutrisi yang baik untuk anaknya. Lingkungan rumah pasien

bersih.

Riwayat penyakit dahulu

OS belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat demam berulang (-).

Riwayat TB paru ( - ). Riwayat morbili (-)

Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang sedang sakit seperti ini. Riwayat TB paru

dikeluarga ( - ). Dikeluarga tidak ada yang batuk lama.

1

Page 2: Kurang Energi Protein

Riwayat kelahiran

Pasien dilahirkan di paraji, aterm. Saat lahir, pasien langsung menangis. BBL :

tidak di timbang, PBL : tidak diketahui.

Riwayat perkembangan

o Motorik kasar

Tengkurap bolak balik : 5 bulan

Duduk tanpa pegangan : 6 bulan

Berdiri berpegangan : 8 bulan

Berdiri tanpa berpegangan : 11 bulan

o Motorik halus

Memegang mainan : 3 bulan

Menggenggam tangan : 4 bulan

Memindahkan mainan dari tangan yang satu ke tangan yang lain: 7 bulan

Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk : 9 bulan

oBahasa

Tertawa : 3 bulan

Mengoceh 1 suku kata : 5 bulan

Memanggil mama,papa : 1 tahun

o Kognitif

Memasukkan makanan ke mulut : 8 bulan

Minum langsung dari cangkir : 12 bulan

Saat ini, pasien sudah bisa berdiri tanpa pegangan, memegang benda dengan ibu

jari dan telunjuk, memanggil mama papa

Riwayat imunisasi

Ibu pasien lupa sudah memberikan imunisasi apa saja kepada os. Imunisasi yang

diberikan hanya sekali.

Riwayat makanan

Pasien diberikan ASI dari lahir sampai sekarang. Pasien tidak pernah minum susu

formula. Selain ASI, pasien diberikan makanan tambahan yaitu bubur nasi dari

usia 6 bulan sampai 1 tahun. Pada saat usia satu tahun, pasien mulai diberikan

makan nasi dengan lauk sayur dan tempe. Pasien makan 2 x sehari. OS tidak nafsu

makan. Sekali makan hanya 1/2 piring.

2

Page 3: Kurang Energi Protein

Riwayat alergi

Pasien tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan.

Riwayat pengobatan

Pasien sudah pernah diberikan vitamin sama ibunya sejak 3 bulan terakhir tetapi

BB tetap terlihat tidak naik.

iii. Pemeriksaan fisik

Status Gizi

BB : 8,4 kg

TB : 70 cm

U : 1,5 tahun

Status gizi :

BB/U : 8,4/11 x 100 % = 76 % ( gizi kurang )

TB/U : 60/80 x 100 % = 75 % ( gizi kurang )

BB/TB: 8,4/8,2 x 100 % = 102 % ( gizi lebih )

Tanda vital

TD : 100/70 mmHg

HR : 130 x/menit

RR : 30 x/menit

S : 37,80 C

Status generalisata

KU : composmentis

Kepala

o Bentuk : normochepal

o UUB : cekung (-)

o Rambut : rambut halus pirang,tipis dan mudah rontok

o Wajah : moon face

Mata : mata sedikiti cekung +/+, Conjungtiva anemis +/+, sklera icterik -/-,

Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret yang keluar (-), epistaksis (-)

3

Page 4: Kurang Energi Protein

Mulut : POC (-), mukosa bibir lembab

Telinga : sekret yang keluar (-)

Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), retraksi supra sternal (-)

Thorax : simetris, retraksi Inter costa (-)

o Cor : BJ I,II murni, murmur (-), gallop (-)

o Pulmo : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Abdomen : distensi,bising usus menurun,retraksi epigastrium(-), hepatomegali (-)

Ekstremitas : akral hangat +/+ , CRT < 2 detik +/+, edema (+/+)

iv. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan3 feb. 2012 7 feb.2012

Nilai normalHasil Hasil

WBC 33,0 x 103/µL 25,3 x 103/µL 6 – 15 x 103/µL

HB 6,8 g/dL 10,8/dL 10,5 – 13,5 g/dL

HCT 21,6 % 33,5 % 30-40 %

PLT 247 x 103/µL 128 x 103/µL 247 x 103/µL

4 februari 2012

Pemeriksaan Hasil Kimia darah Ureum 17,6 mg%

Kreatinin 0,5 mg%

Protein total 3,71 gr%

Albumin 1,54 gr%

Globulin 2,17 gr%

SGOT 30 UL

SGPT 42 UL

4 februari 2012 5 februari 2012

Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan Hasil

Warna Kuning jernih Warna Kuning jernih

4

Page 5: Kurang Energi Protein

pH 6 pH 5

Protein - Protein -

Urobilin - Urobilin -

Bilirubin - Bilirubin -

Eritrosit - Eritrosit -

v. Resume

Anak ♀ 1,5 th dengan gizi kurang datang ke RS di bawa ibunya karena bengkak-bengkak ditubuhnya sejak seminggu lalu diawali dari kaki dan tangan kemudian di wajah dan di perut, tidak disertai gatal dan kemerahan. Disertai demam dan ajah pucak. BAK berdarah disangkal. Pekerjaan orang tua os yaitu berjualan buah dipasar dengan penghasilan Rp 70.000/hari. Os merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Ibu pasien adalah ibu rumah tangga tamat SD, kurang mengerti tentang nutrisi yang baik untuk anaknya. Lingkungan rumah os bersih. Pada PF ditemukan rambut lurus, halus, pirang dan mudah rontok, wajah moon face serta conjungtiva anemis. Pada hasil pemeriksaan lab.3 feb.2012 ditemukan leukosit 33.000/µL, Hb 6,8 g/dL. Pada tanggal 4 feb.ditemukan protein total 3,71 gr%, albumin 1,54 gr%.

vi. Diagnosa kerja : Kwarshiorkor+ sepsis + anemia

vii. Penatalaksanaan

IVFD D5% 8,4 x 90

96

Cefotaxime 2 x 400 mg

Gentamisin 2 x 30 mg

Furosemid 1x 9 mg

Vitamin A 100.000 IU

Transfusi PRC 100 cc

Paracetamol syrup 3 x 1 cth

Diet bubur TKTP 2 x

energi : 840 kkal/hari

protein : 12 kkal/hari

Susu F75 8 x 70 cc

5

Page 6: Kurang Energi Protein

viii. Follow up

SOAP 4 februari 2012 6 februari 2012

S Demam (-), bengkak di tubuh (+), nafsu makan sedikit

Demam (-), bengkak di tubuh (+), nafsu makan sedikit,

O Conjungtiva anemis -/- Edema anasarka (+)BB : 8,5 kg HR : 110 x/menitRR : 30 x/menitS : 37,3 0 C

Conjungtiva anemis -/-Edema anasarka (+)BB : 8,5 kg HR : 120 x/menitRR : 30 x/menitS : 360 C

A Kwarshiorkor + sepsis + anemia Kwarshiorkor + sepsis + anemia

P IVFD D5% 8,4 x 90 96Cefotaxime 2 iv x 400 mgGentamisin 2 iv x 30 mgParacetamol 3 x 1 cthDiet bubur TKTP 2 xSusu F75 8 x 70 cc

IVFD D5% 8,4 x 90 96Cefotaxime 2 iv x 400 mgGentamisin 2 iv x 30 mgParacetamol 3 x 1 cthDiet bubur TKTP 2 xSusu F75 8 x 70 cc

SOAP 7 februari 2012 8 februari 2012 9 februari 2012

S

Demam (+), bengkak di tubuh (+), nafsu makan sedikit, bengkak dan merah di mukosa buccal (+)

Demam (+), bengkak di tubuh (+), nafsu makan sedikit, bengkak dan merah di mukosa buccal (+)

Demam (+), bengkak di tubuh (+), nafsu makan sedikit, bengkak dan merah di mukosa buccal (+)

O

Conjungtiva anemis +/+Edema anasarka (+)HR : 110 x/menitRR : 30 x/menitS : 37,3 0 C

Conjungtiva anemis +/+Edema anasarka (+)HR : 120 x/menitRR : 30 x/menitS : 360 C

Conjungtiva anemis -/-Edema anasarka (+)HR : 120 x/menitRR : 30 x/menitS : 360 C

AKwarshiorkor + sepsis + anemia

Kwarshiorkor + sepsis + anemia

Kwarshiorkor + sepsis + anemia

P

IVFD D5% 8,4 x 90 96 Cefotaxime 2x400 mg Gentamisin 2 x 30 mg Paracetamol 3x1 cth Mycostatin drop 4 x 1

cc Diet bubur TKTP 2 x Susu F75 8 x 70 cc

IVFD D5% 8,4 x 90 96 Cefotaxime 2x400 mg Gentamisin 2 x 30 mg Paracetamol 3 x 1 cth Mycostatin drop 4 x 1

cc Diet bubur TKTP 2 x Susu F75 8 x 70 cc

IVFD D5% 8,4 x 90 96 Cefotaxime 2x400 mg Gentamisin 2 x 30 mg Paracetamol 3 x 1 cth Mycostatin drop 4 x 1

cc Diet bubur TKTP 2 x Susu F75 8 x 70 cc

KURANG ENERGI PROTEIN

6

Page 7: Kurang Energi Protein

1.1. Definisi

KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi

dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu

sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi ( Depkes RI, 1999 ).

1.2. Etiologi

Faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP yaitu ada penyebab langsung, tidak

langsung dan penyebab mendasar. Penyebab langsung yaitu ketidakmampuan konsumsi

makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung yaitu kurangnya pengetahuan

tentang kesehatan, kondisi ekonomi sosial yang rendah, ketersediaan pangan ditingkat

keluarga tidak mencukupi, besarnya anggota keluarga, pola konsumsi keluarga yang

kurang baik, pola distribusi pangan yang tidak merata serta fasilitas pelayanan kesehatan

yang sulit dijangkau. Sedangkan penyebab mendasarnya yaitu rendahnya pengetahuan

dan pendidikan ibu. ( Depkes RI, 1997 ).

Kegunaan utama protein bagi tubuh adalah sebagai zat pembangun tubuh. Selain

itu protein juga digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh bila energi yang berasal dari

karbohidrat atau lemak tidak mencukupi. Pada anak-anak yang sedang dalam masa

pertumbuhan, pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran sehingga kebutuhan

tubuh akan protein akan lebih besar daripada dengan orang dewasa. Seorang anak balita

dikatakan kekurangan apabila tingkat konsumsi energi dan protein ≤ 80 % AKG

( Depkes, 1999 ). Kecukupan energi dan protein untuk anak balita perorang perhari

menurut kelompok umur yaitu :

Umur Energi ( kkal ) Protein ( gr )

0 - 6 bulan 550 10

7 – 12 bulan 650 16

1 – 3 tahun 1000 25

4 – 6 tahun 1550 39

Sumber : Depkes, 2005

7

Page 8: Kurang Energi Protein

Keadaan perumahan dan lingkungan yang kurang sehat juga dapat menyebabkan

penyajian yang kurang sehat dan kurang bersih sehingga daat terjadi infeksi berulang

sehingga menyebabkan anak kehilangan cairan tubuh dan zat-zat gizi sehingga anak

menjadi kurus serta turun berat badannya. Apabila anak menderita kurang gizi maka daya

tahan tubuh akan melemah sehingga penyakit akan mudah masuk kedalam tubuh. Selain

itu, komplikasi berantai infeksi saluran nafas sering dijumpai dan diderita anak kurang

gizi. Bronkitis yang terjadi pada mereka tiga kali lebih sering daripada anak yang normal.

Pada anak yang berusia lebih dari 1 tahun perlindungan antibodi diperoleh dari ibunya

melalui plasenta dan ASI sudah berakhir sehingga anak sangat rentan sekali terkena sakit

terutama penyakit infeksi. Disamping itu anak yang sakit cenderung nafsu makannya

menurun sehingga menyebabkan masukan gizi kurang dan pada akhirnya akan

berdampak pada status gizinya.

Tingkat pendidikan orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan anak balita.

Orang tua yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung memilih makanan

yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitas. Semakin tinggi pendidikan orang tua

maka semakin baik juga status gizi anaknya. Orang yang mempunyai pendidikan yang

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan rendah atau mereka yang tidak berpendidikan.

Jumlah anggota yang besar akan sangat mempengaruhi distribusi makanan

terhadao anggota keluarga terutama keluarga yang miskin yang terbatas kemampuannya

dalam penyediaan pangan. Hal ini akan berisiko terhadap kejadian KEP. Rumah tangga

yang mempunyai anggota keluarga besar berisiko mengalami kelaparan 4 kali lebih besar

dibandingkan dengan rumah tangga yang anggotanya kecil dan berisiko pula mengalami

kurang gizi sebanyak 5 kali lebih besar dari keluarga yang mempunyai anggora keluarga

yang kecil. Komposisi dan jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya kurang gizi. Sebagian besar penduduk Indonesia berpenghasilan menengah ke

bawah sehingga kurang mampu memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarganya.

Hal lain yang dapat mengakibatkan terjadinya KEP yaitu karena pemberian

makanan tambahan pada anak-anak yang tidak terpelihara kebersihannya serta susu

buatan yang terlalu encer dan jumlahnya tidak mencukupi karena keterbatasan biaya

sehingga kandungan protein dan kalori pada makanan anak menjadi rendah. Prematuritas

dan penyakit pada masa neonatus juga merupakan penyebab timbulnya KEP. Pada

8

Page 9: Kurang Energi Protein

keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat refleks mengisap yang kurang

kuat.

1.3. Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak

faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri

(host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet

(makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.

Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan

makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan

pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan

melalui proses katabolik. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha

untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.

Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal

yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat

dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh

untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi

kekurangan. Glikogen yang disimpan dalam hepar akan habis dalam waktu beberapa jam

dan protein otot akan digunakan melalui proses glukoneogenesis untuk mempertahankan

glukosa darah yang adekuat. Pada saat yang bersamaan, trigliserida akan dipecah menjadi

asam lemak bebas yang akan mampu menyediakan energi untuk sebagian besar organ tapi

tidak untuk sistem saraf. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol

dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai

sumber energi oleh otak dan organ lain jika kekurangan makanan ini berlangsung lama.

Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat,

sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada

saat status gizi masih diatas -3 SD maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi

akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan

anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka

akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat

teradaptasi  sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik

(malnutrisikronik/compensated malnutrition).  Dengan demikian pada KEP dapat terjadi :

9

Page 10: Kurang Energi Protein

gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan

hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

Tetapi dalam kekurangan energi yang berat seperti pada marasmus, adaptasi ini

diiringi dengan meningginya kortisol dan hormone pertumbuhan (growth hormone) serta

menurunnya sekresi insulin dan hormone tiroid. Karena asam amino dimobilisasikan dari

otot untuk penyediaan bahan sintesis protein di hepar, kadar protein plasma akan lebih

rendah pada marasmus dibandingkan dengan kwarshiorkor.

Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan

gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok.

Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan,

karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya.

Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai asam

amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup

karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam

serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya

asam amino dalam serum merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh

hepar, sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati disebabkan gangguan

pembentukan lipoproteinbeta sehingga transportasi lemak dari hati ke depot lemak juga

terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar.

1.4. Dampak KEP

Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, merosotnya mutu

kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak serta

merupakan salah satu penyebab dari angka kematian yang tinggi, rentan terhadap

penyakit infeksi serta mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan.

Pada masa pascanatal sampai usia dua tahun merupakan masa yang amat sangat

kritis karena terjadi pertumbuhan yang amat sangat pesat dan terjadi diferensiasi fungsi

pada semua organ tubuh. Gangguan yang terjadi pada masa ini akan meyebabkan

perubahan yang menetap pada struktur anatomi, biokimia dan fungsi organ. Hubungan

KEP dengan penyakit infeksi dapat dijelaskan melalui mekanisme pertahanan tubuh yaitu

pada balita yang KEP terjadi kekurangan masukan energi dan protein kedalam tubuh

sehingga kemampuan tubuh untuk membentuk kekebalan tubuh seluler terganggu

sehingga tubuh menderita rawan serangan infeksi. KEP menimbulkan efek pada

perkembangan mental dan fungsi intelegensia. Hal ini didukung oleh suatu fakta yang

10

Page 11: Kurang Energi Protein

menunjukkan bahwa bayi KEP berat mempunyai ukuran besar otak 15-20 % lebih kecil

dibandingkan dengan bayi normal. Apabila terjadi kurang gizi sejak dalam kandungan,

maka defisit volume otak bisa mencapai 50 %. Hasil penelitian Azwar menemukan

bahwa pada anak sekolah yang mempunyai riwayat gizi buruk pada masa balita, IQ-nya

lebih rendah sekitar 13-15 poin dibandingkan dengan yang normal.

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.

Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan

dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun

warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah

tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,

halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Rambutnya biasanya jarang dan

halus-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada anak-anak yang berambut gelap dapat

terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau abu-abu. Sering bulu mata menjadi

panjang.

Otot-otonya tampak lemah dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak

dibawah kulit yang berlebihan.

Kulit biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam

dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar

penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy

pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi

hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila

tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti

pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan

kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat

bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan

memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang

masih hitam oleh hiperpigmentasi.

Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan

hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.

Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang

hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda

fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi

faktor lipotropik.

11

Page 12: Kurang Energi Protein

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai

penyakit lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat

dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting

untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6) (2,7).

Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan

defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan

pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan

gangguan sistem komplimen.

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan

usus halus terjadi perlemakan.

Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan

hipokalemi dan hipmagnesemia.

Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang

demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya

dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal

ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi usus, intoleransi laktosa, dan

malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak

terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan

atrofi villi mukosa usus halus.

1.5. Manifestasi klinis

Secara klinis KEP terdapat  dalam 3 tipe yaitu :

a. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema yang dapat terjadi di seluruh tubuh tetapi

terutama di kaki bagian bawah, wajah sembab    dan membulat ( moon face ), mata

sayu, rambut tipis berwarna coklat kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut   

dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi),

bercak    merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement

dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia.

Tanda klinisnya yang ditemukan yaitu kulit kering, hiperpigmentasi dan bersisik, serta

ada tanda crazy pavement dermatosis (bercak-bercak putih/merah muda dengan tepi

hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan) dan juga

ditemukan hepatomegali.

b. Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun dan ditandai dengan : sangat kurus,

tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua ( old man face ), cengeng dan

12

Page 13: Kurang Energi Protein

rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, otot menyusut (

wasted ), lembek, tulang rusuk tampak terlihat jelas, terlihat tulang belakang lebih

menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy pant ), ubun-ubun besar cekung,

tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam, perut cekung, Dinding perut

hipotonus dan kulitnya longgar, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan

diare, Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu

tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang. serta tekanan darah, detak

jantung dan pernafasan berkurang.

c. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus yaitu

gangguan pertumbuhan, crazy pavement dermatosis, rambut tipis, pirang dan mudah

dicabut, muka seperti orang tua, oedema hanya pada anggota gerak bagian bawah.

1.6. Diagnosa

Klasifikasi gizi buruk ada beberapa macam yaitu :

1. GOMEZ : BB/U

2. MacLarren : Klinis + laboratorium

3. The Wellcome : Klinis + antropometris

4. WHO (1999) : Klinis + antropometris.

13

Page 14: Kurang Energi Protein

Klasifikasi menurut Gomez

Derajat KEP BB% terhadap BB/U

Normal

Ringan

Sedang

Berat

≥ 90%

89 – 75%

74 - 60%

< 60%

Klasifikasi gizi buruk ( WHO 1999 ) :

Gizi kurang Gizi buruk

Edema simetris - + ( edema malnutrisi )

BB/TB 70 % – 79 % < 70 %

TB/U 85 % - 89 % < 85 %

Klasifikasi KEP Menurut Depkes (2000) berdasarkan BB/U :

IndeksStatus gizi

BB/U

> +2 SD Gizi lebih

≥ - 2 SD s/d + 2 SD Gizi baik

≥ - 3 SD s/d < - 2 SD Gizi kurang

< - 3 SD Gizi buruk

Klasifikasi KEP Menurut Depkes (2000) berdasarkan TB/U :

IndeksStatus gizi

TB/U

≥ - 2 SD s/d + 2 SD Normal

< - 2 SD Pendek

14

Page 15: Kurang Energi Protein

Klasifikasi KEP Menurut Depkes (2000) berdasarkan BB/TB :

IndeksStatus gizi

BB/TB

> +2 SD Gemuk

≥ - 2 SD s/d + 2 SD Normal

≥ - 3 SD s/d < - 2 SD Kurus

< - 3 SD Sangat kurus

KEP ringan bila tidak ditangani maka data jatuh ke status gizi yang lebih buruk

(marasmus, kwashiorkor, marasmic-kwashiorkor)

KEP Berat / gizi buruk yaitu :

1. Marasmus kekurangan energi

2. Kwashiorkor kekurangan protein

3. Marasmic-kwashiorkor Kekurangan energi dan protein

1.7. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori

dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi

dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik;

sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-

lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Pengobatan rutin yang dilakukan di RS berupa 10 langkah penting :

a. atasi/cegah hipoglikemia

b. atasi/cegah hipotermia

c. atasi/cegah dehidrasi

d. koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

e. obati/cegah infeksi

f. mulai pemberian makanan

g. fasilitasi tumbuh kejar (“catch-up growth”)

h. koreksi defisiensi nutrient mikro

i. lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

15

Page 16: Kurang Energi Protein

j. siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

a. Atasi/cegah hipoglikemi

Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, seringkali sebagai tanda

adanya infeksi. Periksa kadar guladarah bila ada hipotermia (suhu ketiak/dubur

<36°C). Pemberian makanan yang sering penting untuk mencegah kedua kondisi

tersebut.

Bila kadar gula darah <50 mg/dl, berikan :

- 50 ml bolus D10 atau larutan sukrosa 10% (1sdt gula dalam 5sdm air) secara

oral atau per-NGT.

- selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali

berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)

- berikan antibiotika (lhat langkah ke-5)

- secepatnya berikan makan tiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah ke-6)

Pemantauan :

bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah

dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam

- sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit

- bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml bolus D10

atau larutan sukrosa 10%, dan teruskan pemberian setiap 30 menit sampai

stabil

- ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu ketiak <36°C dan/atau kesadaran

menurun

Pencegahan :

- mulai segera pemberian makanan setiap 2 jam (langkah ke-6), sesudah

dehidrasi yang dikoreksi

- selalu memberikan makanan sepanjang malam

b. Atasi/cegah hipotermia

16

Page 17: Kurang Energi Protein

Bila suhu ketiak <36°C, periksa suhu dubur dengan termometer suhu rendah.

Bila suhu dubur <36°C

- segera berikan makan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)

- hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan

dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di

dada ibu

- beri antibiotika (lihat langkah ke-5)

Pemantauan :

- periksa suhu rectal setiap 2 jam sampai suhu mancapai >36,5°Cpastikan anak

selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari

- raba suhu anak

- bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia

Pencegahan :

- segera beri makanan/formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah ke-6)

- selalu selimuti dan hindari keadaan basah

- hindari paparan langsung dengan udara

c. Atasi/cegah dehidrasi

Jangan menggunakan jalur i.v. untuk rehidrasi kecuali pada keadaan syok/renjatan.

Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-lahan untuk

menghindari beban sirkulasi jantung.

Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan kurang

kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai penganti,

berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal atau penggantinya.

d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

berikan :

- tambahkan Kalium 2-4 mEq/kgBB/hari (=150-200 mg KCl/kgBB/hari)

- tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15 mg MgCl2/kgBB/hari)

17

Page 18: Kurang Energi Protein

- untuk rehidrasi, berikan cairan rendah Na (Resomal/pengganti)

- siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam

e. Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin :

- antibiotika spectrum luas

- vaksinasi campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi

(tunda bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak

menjadi baik

f. Mulai pemberian makanan

Pada fase awal stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-hati karena keadaan

faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang

sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme

basal.

Prinsip pemberian nutrisi pada fase ini adalah :

Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso osmolar

Berikan secara oral atau nasogastrik

Energi = 80-100 kal/kgBB/hari

Protein= 1-1,5 g/kgBB/hari

Cairan = 130 ml/kgBB/hari

Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.

Formula khusus seperti F-WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian

makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut

diatas. Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan

dengan sendok/pipet.

Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema. Jadwal pemberian

makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari

untuk setiap tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai 80 Kkal/kgBB/hari,

18

Page 19: Kurang Energi Protein

berikan sisa formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih 100

Kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.

Pantau dan catat :

- jumlah yang diberikan dan sisanya

- muntah

- frekuensi BAB dan konsistensi tinja

- berat badan (harian)

Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik. Bila diare

melanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah berhati-hati.

g. Fasilitasi tumbuh kejar

Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai

masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan ≥50g/minggu. Awal fase

rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu setelah

dirawat.

Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula

khusus awal ke formula khusus lanjutan

- ganti formula khusus awal (F75) menjadi formula khusu lanjutan (F100 dan

protein 2,9 g per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam

- kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula

tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200

ml/kgBB/hari)

Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi

- makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering

- energi = 150-220 Kkal/kgBB/hari

- protein 4-6 g/kgBB/hari

- bila anak mendapat ASI, teruskan, tapi juga beri formula, karena energi dan

protein ASI tidak akan mencukupi tumbuh kejar

h. Koreksi defisiensi mikronutrien

19

Page 20: Kurang Energi Protein

berikan setiap hari:

- suplemnetasi multivitamin

- Asam Folat 1mg/hari (5 mg pada hari pertama)

- Seng 2 mg/kgBB/hari

- tembaga 0,2 mg/kgBB/hari

- bila BB mulai naik : Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10

mg/kgBb/hari

- Vitamin A pada hari I : umur >1 tahun=200.000 iu, 6-12 bulan=100.000 iu, <6

bulan=50000 iu

i. Stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat terjad keterlambatan perkembangan mental/perilaku, karenanya

berikan :

- kasih sayang

- lingkungan yang ceria

- terapi bermain struktur 15-30 menit

- aktivitas fisik segera setelah sembuh

- keterlibatan ibu

j. Tindak lanjut di rumah

Bila gejala klinis sudah tidak ada, BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat

dikatakan sembuh.

Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode

rehabilitasi.

2. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.

3. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.

4. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau pemberian

bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut:

Bahan makanan sumber mineral khusus

20

Page 21: Kurang Energi Protein

Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam.

Sumber Cuprum : tiram, daging, hati

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai

Sumber Magnesium : daun seldri, bubuk coklat, kacang-kacangan,

bayam,

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel,

alpukat, bayam, daging tanpa lemak.

5. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema dikurangi

6. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik

7. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering

8. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah laktosa dan rendah

serat, (lihat tabel 1 formula WHO dan modifikasi).

9. Terus memberikan ASI

10. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:

BB <7 kg diberikan kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat langsung

diberikan makanan anak secara bertahap, (lihat tabel 2).

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia

2 Hipotermia

3 Dehidrasi

4 Elektrolit

5 Infeksi

6 MulaiPemberian makanan

7 Tumbuh kejar/peningkatan

pemberian makanan

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

9 Stimulasi

10 Tindak lanjut

Tabel 1 :

21

Page 22: Kurang Energi Protein

KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN

ZAT GIZI

FASE

STABILISASI TRANSISIREHABILITASI

Energi 100 Kkal/KgBB/hr

150 Kkal/KgBB/hr

150-200 Kkal/KgBB/hr

Protein 1-1,5 g/KgBB/hr 2-3 g/KgBB/hr 4-6 g/KgBB/hr

Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Asam Folat Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Zinc Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Cuprum Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Fe Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Cairan 130 ml/KgBB/hr atau 100 ml/KgBB/hr bila ada edema

150 ml/KgBB/hr 150-200 ml/KgBB/hr

Tabel 2

JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN

FASE WAKTU PEMBER

IAN

JENIS MAKANAN

FREKWENSI

JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP MINUM MENURUT BB ANAK

4 Kg

6 Kg

8 Kg

10 Kg

Stabilisasi Hari 1-2

Hari 3-4

F75/modifikasi

F75/Modisco ½

F75/modifikasi

F75/Modisco ½

12 x (dg ASI)

12 x (tanpa ASI)

8 x (dg ASI)

8 x (tanpa ASI)

6 x (dg ASI)

45

45

65

65

65

65

100

100

-

90

-

130

-

110

-

160

22

Page 23: Kurang Energi Protein

Hari 3-7 F75/modifikasi

F75/Modisco½

6 x (tanpa ASI) 90

90

130

130

-

175

-

220

Transisi Minggu 2-3

F100/modifikasi

F100/Modisco I /modisco II

4 x (dg ASI )

6 x (tanpa ASI)

130

90

195

130

-

175

-

220

Rehabilitasi

BB < 7 Kg

Minggu 3-6

F135/modifikasi

F135/Modisco

III, ditambah

Makanan lumat

makan lembik

Sari buah

3 x (dg/tanpa

ASI )

3 x 1 porsi

1 x

90

-

100

100

-

100

150

-

100

175

-

100

BB >7 Kg Makanan lunak makan biasa

Buah

3 x 1 porsi

1 –2 x 1 buah

-

-

-

-

-

-

-

-

*) 200 ml = 1 gelas

Contoh :

Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi :Energi : 1200 Kkal

400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan

lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah.

Tabel 3

FORMULA WHO

Bahan Per 100 mlF75

F 100 F 135

FORMULA WHO

Susu skim bubuk g 25 85 90

Gula pasir g 100 50 65

Minyak sayur g 30 60 75

23

Page 24: Kurang Energi Protein

Larutan elektrolit Ml 20 20 27

Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000

NILAI GIZI

Energi Kalori 750 1000 1350

Protein g 9 29 33

Lactosa g 13 42 48

Potasium Mmol 36 59 63

Sodium Mmol 6 19 22

Magnesium Mmol 4.3 7.3 8

Seng Mg 20 23 30

Copper Mg 2.5 2.5 3.4

% energi protein - 5 12 10

% energi lemak - 36 53 57

Osmolality Mosm/l 413 419 508

Keterangan :

F75 : Setiap 100 ml mengandung 75 kalori

F100 : Setiap 100 ml mengandung 100 kalori

F135 : Setiap 100 ml mengandung 135 kalori

24

Page 25: Kurang Energi Protein

Tabel 4

MODIFIKASI FORMULA WHO

FASE STABILISASITRANSISI

REHABILITASI

Bahan MakananF75

I

F75

II

F75

IIIM½ F100 M1 MII F135 MIII

Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -

Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120

Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -

Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75

Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -

Tempe (g) - - - - - - - 150 -

Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -

Margarine (g) - - - - - - 50 - 50

Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -

Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Penatalaksanaan Penyakit Penyerta

Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu :

a. Defisiensi Vitamin A

Bila terdapat tanda defisiensi vitamin A pada mata, beri anak vitamin A secara

oral pada hari ke-1, 2 dan 14 atau sebelum pulang, dengan dosis :

o umur > 1 tahun : 200,000 iu/kali

o umur 6-12 bulan : 100,000 iu/kali

o umur 0-5 bulan : 50,000 iu/kali

Bila ada ulserasi pada mata, beri tambahan perawatan lokal untuk mencegah

prolaps lensa :

25

Page 26: Kurang Energi Protein

beri tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-

10 hari

teteskan tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari

tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali.

b. Dermatosis

Dermatosis ditandai dengan adanya :

o hipo/hiperpigmentasi

o deskuamasi

o lesi ulseratif eksudatif, menyerupai luka baker, sering disertai infeksi

sekunder, antara lain oleh Candida

Tatalaksana :

kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-

permanganat) 1% selama 10 menit

beri salep/krim

usahakan agar daerah perineum kering

umumnya terdapat defisiensi Zn: beri preparat Zn peroral

c. Parasit/Cacing

Beri Mebendazole 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat anti

helmintik lain.

d. Diare Melanjut

Diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan sendirinya pada

pemberian makanan secara berhati-hati. Diobati hanya bila diare berlanjut dan

tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas / rendah laktosa.

Sering terjadi kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain

dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.

Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

e. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberculin/Mantoux dan rontgen foto

thoraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, obati sesuai pedoman TB.

26

Page 27: Kurang Energi Protein

TINDAKAN PADA KEGAWATAN

1. Syok (renjatan):

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan

keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena,

sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan:

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaC1 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar

dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam 1 jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

- Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekwensi nadi dan pernafasan) dan status

hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti diatas untuk

1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per

oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan

formula khusus (F-75/pengganti).

- Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal ini,

berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah

sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah

pemberian formula (F-75/pengganti).

2. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila:

Hb <4 g/dl

Hb 4-6 g/dl disertai distres pernafasan atau tanda gagal jantung.

Transfusi darah:

- berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ‘packed red cells’ untuk transfusi dengan

jumlah yang sama.

- beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v. pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok).

Bila pada anak dengan distres nafas setelah transfusi Hb tetap <4 g/dl atau antara 4-6

g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

27

Page 28: Kurang Energi Protein

1.8. Pencegahan

Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari

karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total kalori).

Sentiasa konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup lemak dan

protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Protein terutamanya harus disediakan

dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan

dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan

protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelai.

1.9. Prognosis

Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering

disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena

infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan

mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila

penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan

yang irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.

28

Page 29: Kurang Energi Protein

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Buku 1.

Info Medika. Jakarta. 2000

2. Corry S Matondang, Prof, dr, dkk. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. CV Sagung

Seto. Jakarta. 2003

3. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997

4. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman

Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT

pada Balita, Jakarta 1997.

5. Donna G Grigsby, MD. Malnutrition. Associate Professor, Department of Pediatrics,

University of Kentucky College of Medicine. Available from:

http://www.emedicine.com. November 2005

6. FKUI-RSCM. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak –

Jakarta: FKUI, 2005.

7. Soetjiningsih, dr, Sp.AK. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 1995

8. WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children,

WHO Searo, 1998.

9. Waterlow JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold, London, 1992

10. www.republika.co.id

29