KUALITAS HADIS-HADIS VIRAL TENTANG KEUTAMAAN BULAN...

90
KUALITAS HADIS-HADIS VIRAL TENTANG KEUTAMAAN BULAN RAJAB SKRIPSI Diajkuan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1 Oleh: Ridho Ilahi Dhohir Nim: 1112034000082 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of KUALITAS HADIS-HADIS VIRAL TENTANG KEUTAMAAN BULAN...

  • KUALITAS HADIS-HADIS VIRAL TENTANG KEUTAMAAN BULAN RAJAB

    SKRIPSI

    Diajkuan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1

    Oleh:

    Ridho Ilahi Dhohir

    Nim: 1112034000082

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • i

    ABSTRAK

    RIDHO ILAHI DHOHIR

    KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG KEUTAMAAN

    BULAN RAJAB

    Skripsi ini meneliti tentang hadis-hadis yang berhubungan

    dengan bulan rajab yang viral di sosial media, pengangkatan

    tema ini berangkat dari masih banyaknya beredar hadis-hadis

    yang tidak diketahui asal usulnya dan kualitasnya. Bahkan

    dianggap sebagai hadis Nabi SAW, yang mana dikhawatirkan

    banyak masyarakat yang akan tergiur dengan isi teks hadis-hadis

    viral tersebut. Oleh karena itu dalam rangka perkembangan ilmu

    pengetahuan, diperlukan adanya penelitian terkait kualitas hadis-

    hadis tersebut.

    Penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian

    kepustakaan (library research). Untuk itu, digunakan bahan-

    bahan kepustakaan dengan sumber primer kitab al-Kutub al-

    Tis’ah, dan sumber sekunder yakni kitab-kitab Rijâl al-Hadîts,

    kitab-kitab takhrij hadis, Maktabah al-Syâmilah, kitab-kitab

    hadis serta buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi.

    Dalam mengelola data, langkah pertama yang dilakukan adalah

    men-takhrîj hadis-hadis dengan 3 metode yaitu metode takhrîj

    dengan mengetahui lafadz pertama dari matan hadis. Metode

    takhrij dengan mengetahui kata-kata yang jarang digunakan dari

    suatu bagian matan hadis dan metode takhrij dengan mengetahui

    tema hadis tersebut. Kemudian langkah kedua menyusun

  • ii

    keseluruhan sanad dalam bentuk skema, dan langkah ketiga

    adalah melakukan kritik sanad dan matan hadis dengan lima

    syarat yaitu kebersambungan sanad, ‘adil, dabt, tidak syâdz dan

    tidak ada ‘illat.

    Dengan mengkaji dan meneliti hadis-hadis tersebut, dapat

    diketahui keberadaaan suatu hadis dalam kitab-kitab rujukan

    hadis, nilai dan kualitasnya. Hadis yang dimuat dalam skripsi ini

    sebanyak 9 hadis. Dari 9 hadis yang diteliti, sebanyak 1 hadis

    berkualitas sahih dari segi sanad dan matannya, dan 8 hadis

    berkualitas maudu’.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    بسم هللا الرحمن الرحيم

    Segala puji bagi Allah, Zat yang tiada bosan mendengar

    keluh kesah hamba-Nya. yang dengan Rahmat dan kasih

    sayangNya, Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan skripsi ini,

    Shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi

    Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan semua penerus ajarannya.

    Semoga kelak kita diakui sebagai umatnya dan mendapatkan

    syafaat.

    Skripsi berjudul: Kualitas Hadis-Hadis Viral tentang

    Keutamaan Bulan Rajab merupakan karya ilmiah saya sebagai

    perjalanan terakhir, setelah sekian tahun menuntut ilmu di bangku

    perkuliahan. Guna memenuhi persyaratan untuk gelar Sarjana

    Strata Satu (S1) di Fakultas Ushuluddin, pada Jurusan Ilmu

    alQur’an dan Tafsir, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari sumbangsih

    berbagai pihak yang telah membantu dan yang memberi

    dukungan baik moril ataupun materil. Oleh karena itu, dengan

    segala hormat dan kerendahan hati kepada pihak-pihak yang telah

    dengan rela membantu dan mendukung dalam penyelesaian

    skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

    terhormat:

  • iv

    1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Lubis, Lc, MA., selaku Rektor

    UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

    2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, Ketua jurusan Program studi Ilmu

    al-Qur’an dan Tafsir dan Dra. Banun Binaningrum, M. Pd,

    sekretaris Progam Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Semoga Allah

    mempermudah segala urusannya.

    4. Bapak Dr.Muhammad Zuhdi, M. Ag, selaku dosen pembimbing

    skripsi penulis yang dengan keikhlasan dan kesabarannya

    membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis hingga

    skripsi ini selesai.

    5. Segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu kelancaran

    administrasi dan birokrasi. Segenap staf Perpustakaan Umum

    (PU), Perpustakaan Fakultas Ushuluddin (PF), Pusat Studi al-

    Qur’an (PSQ), yang telah membantu meminjamkan buku-buku

    dan beberapa literatur dalam penulisan skripsi ini.

    6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, terimakasih atas ilmu dan

    bait-bait nasihat yang telah diberikan dengan tulus kepada saya.

    7. Yang tercinta Ayah Ma’mun Abdul Azis dan Umi Kamalia

    Salam, yang selalu merangkaikan doa-doa indah, menginspirasi,

    membiayai, mendidik, mendukung, dan memotivasi dengan sabar

    dan tak hentinya memberikan semangat, kasih sayang kepada

  • v

    penulis (Allahummaghfir lahumâ wa irhamhumâ kamâ rabbayânî

    saghîrâ). Dan Keluarga besar penulis yang maaf tidak dapat

    disebutkan satu-persatu, semoga keberkahan selalu menyertai

    keluarga besar kita. Amiin.

    8. Teman-teman Tafsir-Hadist angkatan 2012 khususnya kelas C,

    sahabat-sahabat KKN PRASASTI, yang terpenting adalah kalian

    semua penyemangat dan teman terbaik untuk saya.

    9. Untuk sahabat-sahabatku Anggi, Acep, Phetoy, Arip, Riswan,

    Pajar, Kholik, Kholis terima kasih atas kesediaan dan luangan

    waktunya, sukses selalu dan cepat wisuda dan bisa lanjut S2, S3,

    semoga keberhasilan senantiasa menyertai kalian.

    10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan

    informasi yang bermanfaat untuk penulisan dalam penyelesaian

    skripsi ini.

    Akhirnya, hanya kepada Allah jugalah, penulis mengharap

    ridha dan rasa syukur penulis yang tak terhingga. Semoga skripsi

    ini dapat memberi manfaat yang baik bagi yang membaca.

    Jazâkumullâh aẖsan al jazâ’, Âmîn...!

    Ciputat, 28 Januari 2019

  • vi

    Ridho Ilahi Dhohir

  • vi

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ................................................................................ vi

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1

    Identifikasi Masalah ............................................................... 9

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................... 9

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................. 10

    D. Tinjauan Pustaka ....................................................... 10

    E. Metodogi Penelitian .................................................... 12

    F. Sistematika Penulisan ................................................ 16

    BAB II BULAN RAJAB DAN KEUTAMAANNYA ............... 17

    A. Penamaan Bulan Rajab dalam Pandangan Para

    Ulama ..................................................................................... 18

    B. Sejarah Diutamakannya Bulan Rajab ..................... 21

    C. Hukum dan Ibadah-Ibadah yang Disunnahkan di

    Bulan Rajab ........................................................................... 25

    BAB III KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG

    KEUTAMAAN BULAN RAJAB ............................................. 30

    A. Hadis ke-1 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab) 37

    1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 37

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 38

    3. Penilaian Hadis ....................................................... 41

  • vii

    B. Hadis ke-2 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Haram)

    41

    1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 41

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 42

    3. Penilaian Hadis ....................................................... 44

    C. Hadis ke-3 (Umrah di bulan Rajab) ......................... 44

    1. Teks dan Terjemahanya ......................................... 44

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 44

    3. Skema Sanad ........................................................... 46

    4. Kritik sanad dan Penilaian Hadis ......................... 48

    5. Kritik Matan ........................................................... 62

    D. Hadis ke-4 (Hadis Tentang Keutamaan Berpuasa di

    Bulan Rajab) .......................................................................... 64

    1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 64

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 64

    E. Hadis ke-5 (Hadis Tentang Keutamaan Shalat di

    malam bulan Rajab) ............................................................. 65

    1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 65

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 66

    F. Hadis ke-6 (Hadis Tentang Keutamaan Bulan Rajab

    67

    1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 67

  • viii

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 67

    G. Hadis ke-7 (Hadis Tentang Keutamaan Bershalawat

    kepada Nabi di bulan Rajab) ............................................... 68

    1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 68

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 68

    H. Hadis ke-8 (Keutamaan Shalat Sunnah di Bulan

    Rajab) ..................................................................................... 69

    1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 69

    2. Takhrij Hadis ............................................................. 69

    I. Hadis ke-9 (Keutamaan Ber-istihfar di Bulan Rajab) ...... 70

    1. Teks dan Terjemahannya ......................................... 70

    2. Takhrij Hadis .......................................................... 71

    BAB IV PENUTUP ................................................................... 72

    A. Kesimpulan ................................................................. 72

    B. Saran-saran .................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 30

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW merupakan dua sumber

    Hadis sebagai mubayyin (penjelas) juga mempunyai

    kedudukan dan fungsi yang sangat penting sebagai sumber dasar

    Islam. Pemeliharaan hadis sama pentingnya dengan pemeliharaan

    Al-Qur‟an. Mempelajari hadis membutuhkan berbagai disiplin

    ilmu untuk membantu pemahaman terhadapnya. Hadis sendiri

    terdiri dari dua unsur, yaitu sanad (jaringan transmisi

    periwayatan hadis) dan matan (kandungan materi hadis). Dua

    unsur ini tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam

    melakukan penelitian hadis, karena seluruh hadis yang sampai

    kepada umat Islam terdiri dari dua unsur tersebut, maka peranan

    kritik hadis terhadap dua unsur ini (sanad dan matan) sangat

    penting dalam menentukan kualitas hadis.2

    1 Abû „Abdillah Mâlik ibn Anas, al-Muwatta‟ Mâlik, Juz 2 (Beirut:

    Dâral-Fikr, 1409 H./1989 M), h. 602. 2 Ahmad Fudhail, Perempuan di Lembaran Suci: Kritik atas Hadits-

    hadits Sahih (Yogyakarta: Pilar Religia, 2005), h. 1.

    utama hukum Islam.1 Hadis memiliki kedudukan signifikan

    kedua setelah al-Qur‟an, baik sebagai sumber hukum maupun

    manifestasi keagamaan dalam Islam. Salah satu fungsi hadis

    adalah memberikan penjelasan (bayan) terhadap al-Qur‟an (QS.

    al-Nahl/16:44). Banyak ayat-ayat Al-Qur‟an yang memerlukan

    penjelasan hadis secara praktis.

  • 2

    Keotentikan hadis di masa Nabi sangat terjaga, karena

    keputusan tentang keotentikan sebuah hadits berada di tangan

    Nabi sendiri. Misalnya pada saat sahabat menyampaikan hadis

    kepada sahabatnya yang lain, dan ia mendengarkannya dengan

    penuh keraguan, apakah hal tersebut adalah benar berasal dari

    perkataan Nabi, maka sahabat yang mendengar dengan penuh

    keraguan itupun langsung menanyakannya kepada Nabi. Namun

    setelah Nabi wafat, hal tersebut tidak bisa lagi ditanyakan kepada

    Nabi, melainkan kepada orang yang ikut mendengar dan melihat

    Nabi tersebut yakni para sahabat.3

    Hadis yang disebut sebagai sumber hukum yang kedua

    setelah al-Qur„an telah mengalami perjalanan yang panjang,

    bukan hanya dalam kodifikasi dan penelitian validitasnya, tapi

    juga berkembang pada pemaknaan yang tepat untuk sebuah

    matan hadis yang dapat membumikan keuniversalan ajaran Islam.

    Pemaknaan hadis merupakan problematika yang rumit.

    Pemaknaan hadis dilakukan terhadap hadis yang telah jelas

    validitasnya minimal hadis-hadis yang dikategorikan bersanad

    hasan.4

    Untuk mendapatkan kualitas suatu hadis, maka perlu akan

    adanya penelitian hadis baik dari segi sanad maupun dari segi

    matan, dengan tujuan untuk melihat apakah hadis tersebut berasal

    dari Nabi SAW atau tidak? dan apakah hadis tersebut dapat

    diterima untuk dijadikan dalil (Hujjah) agama atau tidak? Karena

    3 M. Syuhudi Ismail, Hadits Nabi yang Tekstual dan Kontekstual

    (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 89. 4 „Ali Mustafa Ya‟qub, Kritik Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000),

    h.2.

  • 3

    diterima atau tidaknya suatu hadis untuk dijadikan sebagai dalil

    (hujjah) agama dilihat dari kualitas tersebut.5

    Upaya pengkajian tersebut bertujuan untuk pemeliharaan dan

    pelestarian kesahihan hadis Nabi SAW sehingga para ulama

    menetapkan berbagai kaidah kesahihan hadis dengan segala

    persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu hadis

    yang berkualitas sahih dari segi matannya dan sebaliknya, yaitu

    setelah para ulama menemukan cacat yang tersembunyi padanya.6

    Menurut M. Quraish Shihab bahwa al-Ghazali sangat menolak

    hadis-hadis yang dinilainya bertentangan dengan ayat al-Qur‟an

    dan menurutnya apa yang dilakukan ini merupakan satu bentuk

    pembelaan terhadap hadis (sunnah) Nabi SAW.7

    Memahami hadis itu tidak mudah khususnya jika terdapat

    hadis-hadis yang viral di masyarakat, perlu dipahami apa yang

    dimaksud dengan kata viral, viral adalah aktivitas di dunia maya

    yang menggambarkan sebuah penyebaran informasi melalui

    media online yang tersebar dengan cepat sehingga membuatnya

    menjadi populer dan menjadi perbincangan khalayak umum.8

    Jika dikaitkan dengan masa ini, banyak sekali beredar berita-

    berita yang tidak diketahui kebenaranya/hoax di sosial media

    yang viral di masyarakat, yang sebagaimana kita ketahui berita

    hoax itu dampaknya tidak hanya merambah ke dalam satu aspek

    saja, akan tetapi ke berbagai aspek kehidupan, salah satunya

    5 Nawir Yuslem, „Ulum al-Hadis, h. 75.

    6 Muhammad al-Ghazali, Studi Kritik atas Hadis Nabi Saw (Bandung

    Terjemah : Mizan, 1996), h. 27. 7 Muhammad al-Ghazali, Studi Kritik atas Hadis Nabi Saw, h. 11.

    8 Diakses pada tanggal 8 desember 2018,

    http://www.sumberpengertian.co/pengertian-viral

  • 4

    dalam bidang keagamaan, termasuk dalam hal ini yaitu

    penyebaran hadis-hadis viral. Hadis ini tidak diketahui asal usul

    dan kualitasnya bahkan dianggap sebagai hadis nabi, diantaranya

    adalah hadis-hadis mengenai bulan Rajab. Berikut diantara hadis-

    hadis tentang keutamaan bulan Rajab yang viral di sosial media

    adalah :

    Hadis ke-1:

    ْهٌس َعِظٌُم َمْن َعاَم ِمْىهَُُ

    ْهَس َزَجٍب صَ

    َسَىٍت ؛ ِإنَّ صَ

    فْلَُه أ

    َُه ل

    َّْىًما، َجَصي الل ًَ

    اٍم َوَمْن َعاَم ِمْىهُُ ًََّ أ

    َت

    َالث

    َْي َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث

    َف

    ْلَُه أ

    َُه ل

    َّْىَمْحِن َجَصي الل ًَ

    اٍم ؛ ًََّ أ

    َِت آالِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت

    َالث

    َُه َعْىَم ث

    َُه ل

    ََّجَصي الل

    ْذ عََُل ِ

    ّلُْبَىاُب غ

    َْبَىاُب 8ْىُه أ

    َُه أ

    ََحْذ ل ّخِ

    ُاٍم، ف ًَّ

    َ أ

    َت َُ َماِه

    ََم، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث َجَهىَّ

    ْىًما ًَ َس َ

    َعضَْمَست

    َاَء، َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ

    ََها ص ّيِ

    َُل ِمْن أ

    ُْدخ َُ

    َ ف

    ُت َُ َماِه

    َِّت الث َجىَّ

    ْال

    ُ اَدي ُمَىاٍد ِمَن السََُّه َحَسَىاٍث، َوه

    ُاج

    َئ ِِّ ْذ َس

    َل ِهِف ُبّدِ

    ْاْسَخأ

    ََك ف

    َِفَس ل

    ُْد غ

    ََماِء ك

    َعَملَُْ .ال

    Artinya:

    Sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan yang agung, barang

    siapa yang berpuasa 1 hari di bulan itu, maka Allah memberikan

    balasan seperti puasa 1000 tahun. Barang siapa yang berpuasa 2

    hari pada bulan itu, maka Allah memberikan balasan seperti

    puasa 2000 tahun, barang siapa yang berpuasa tiga hari pada

    bulan itu, maka Allah memberi balasan seperti puasa 3000 tahun,

    dan barang siapa berpuasa di bulan Rajab sebanyak 7 hari, maka

    akan di tutup untuknya pintu-pintu Neraka Jahannam, dan barang

    siapa yang berpusa 1 bulan itu 8 hari, maka akan dibukakan

    untuknya 8 pintu Surga, maka dia akan dipersilahkan masuk dari

    pintu mana yang dia kehendaki, dan barang siapa yang berpuasa

    pada bulan itu 15 hari, maka akan diganti keburukan-

    keburukannya dengan kebaikan-kebaikan, dan berserulah penyeru

  • 5

    dari langit bahwa segala dosamu sudah diampuni, maka mulailah

    (kerjakanlah) puasa tersebut.9

    Hadis ke-2:

    هٍس َحساٍمَُ

    اٍم ِمن ص ًّ أَِت َسَىٍت. َمْن َعاَم ثالثت

    َ ِحْسِعِمائ

    ََخَب هللُا ِعبادة

    َ ك

    Artinya:

    Barang siapa yang berpuasa tiga hari pada bulan haram, Allah

    tulis baginya (pahala) ibadah selama 900 tahun.10

    Hadis ke-3:

    ِبىُّ اُِ ُعَُ-ْعَخَمَس الىََُّعَُ ى هللاُُل

    ََُسُوَُ ِهُُُْل

    َّْزَبَع ُعَمٍس ِإْحَداُهنَّ ِفى َزَجٍبُ -َمُل

    َأ

    Artinya :

    Nabi SAW pernah melakukan umrah empat kali salah satunya di

    bulan Rajab.11

    Hadis ke-4:

    ى َْحل

    َاًضا ِمْن اللبِن َوأ َُ ّد َب

    َص

    َُه َزَجب أ

    َاُل ل

    َل ًُ ِمْن الَعَسِل، ِإنَّ فِي الَجّىِت َنْهًسا

    اُه هللاَُُىًما ِمْن َزَجب َسل ًَ مْن ذِلَك الَنَهازُِ َمْن َعاَم

    Artinya:

    Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, dinamakan sungai

    Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada

    madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, Allah

    akan memberikannya minum dari sungai itu.12

    Hadis ke-5 :

    9 Khalid zuhri, Keutamaan Puasa dibulan Rajab, diakses dari

    Whatshap Grup, pada tanggal 16 maret 2018 pukul 22.49 10

    Ibu Ida, Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab, diakses dari

    Whatshapp Grup, pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 10.47. 11

    Diakses pada tanngal 16 Maret 2018, https://muslimah.or.id/2045-bulan-rajab.html

    12 Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,

    https://salafy.or.id/blog/2012/05/23/hadits-hadits-lemah-dan-palsu-seputar-

    bulan-rajab/

  • 6

    َمَُت

    ُْل

    َا أول ل َُ ْح

    َلْبُه إذا ماجْذ الللىب، َوَعبَّ هللُا ُْن أ

    َِمْن َزَجب لم ًمْذ ك

    َسَج ََع ُالخحَر ِمْن فىق َزأِسِه َعـًبا، وخ

    َُه، َوَضف َدجُه أمُّ

    َْىِم َول َُ

    َهىِبِه ك

    ُِمْن ذ

    ا ًَ اَط

    َْد اْسَخْىَجُبىا الىاَز.ُِلَسبِعحَن ألًفا ِمْن أهِل الخ

    َ ك

    Artinya :

    Barang siapa yang menghidupkan (dengan ibadah) malam

    pertama di bulan Rajab, maka hatinya tidak akan mati ketika hati-

    hati mati. Allah akan taburkan kebaikan dari atas kepalanya, dan

    dia akan keluar dari dosa-dosanya bagaikan baru dilahirkan dari

    rahim ibunya, dan dia akan diberikan hak untuk memberi syafaat

    kepada tujuh puluh ribu orang-orang yang berdosa yang sudah

    harus masuk neraka.13

    Hadis ke-6:

    ْهُس هللِا، وََُ

    ِتي.ِإنَّ َزَجب ص مَُّْهَس أ

    َْهِسْي، َوَزَمَضاَن ص

    َْعَباَن ص

    َ ص

    Artinya :

    Sesungguhnya Rajab itu bulannya Allah, dan Sya‟ban itu

    bulanku, dan Ramadhan itu bulan ummatku..14

    Hadis ke-7:

    ت َلُْـَبَسَد ِمْن ُزأًُذ ل

    َى ِمْن الَعَسِل، َوأ

    َْحل

    ََب ُالثلِج، امِلْعَساِج َنْهّسا َماُءُه أ َُ

    ْط

    َوأ

    اِجْبِرًَل ؟ ًَ ا َْن َهر

    َُذ مِل

    ُْلل

    ََك فِي َزَجَبُُِمْن امِلْسِك. ف ُْ

    َْن َعلىَّ َعل

    َاَل: مِل

    َك

    13

    Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,

    https://salafy.or.id/blog/2012/05/23/hadits-hadits-lemah-dan-palsu-seputar-

    bulan-rajab/ 14

    Diakses pada tanngal 16 Maret 2018 ,

    https://hamzahjohan.blogspot.com/2017/04/hadits-hadits-tentang-rajab.html

  • 7

    Artinya:

    Saya melihat pada malam mi‟raj sebuah sungai yang airnya lebih

    manis dari madu, lebih dingin dari salju, lebih harum daripada

    misk. Aku pun bertanya kepada Jibril: Untuk sipakah ini? Jibril

    menjawab: Buat mereka yang bershalawat kepadamu pada bulan

    Rajab15

    Hadis ke-8:

    ًَعت

    َْن َزك ِسٍْ

    ٍْت ِمْن َزَجب ِعض

    َل ُْ

    َِسِب فِي ل

    ْغَى َبْعَد امل

    ََّعٍت َُمْن َعل

    ّْلِ َزك

    ُ فِي ك

    ُْلَسأ ًَ

    الِكخََُاِجَحت

    ََس ف

    َْم َعض

    ََّظ َوَسل

    َال

    ْْهَل ُاِب َوإلِاخ

    ََعالى َوأ

    َُه هللُا ح

    ََماٍث َحِفظ ُْ ْسِل

    َح

    اِب آلاِخَسةَُِا َوَعر َُ ِء الُده

    َُه فِي َبال

    َال َُ ِخِه َوِع ِْ .َب

    Artinya:

    Barangsiapa yang shalat setelah maghrib di malam bulan Rajab,

    dua puluh rakaat, membaca setiap rakaatnya surat al-Fatihah dan

    al-Ikhlas, dengan sepuluh kali salam, maka Allah akan

    menjaganya dan menjaga orang rumah dan keluarganya dari

    bala‟ dunia dan azab akhirat.16

    Hadis ke-9:

    ِلّ َساعٍت ُِه ِفي ك

    ِّئّن ِلل

    َفاِز ِفي صهِس َزَجٍب، ف

    ِْثُروا ِمن الاْسِخغ

    ْك

    َِمىه ُعخلاَء ِمن أ

    َمن عاَم َزَجبّها ِإال

    ُلُدخ ًَ

    َِه َمَداِئَن ال

    ّ الّىاِز، َوِإّن ِلل

    Artinya:

    Perbanyaklah istighfar pada bulan Rajab, karena sesungguhnya

    pada setiap waktu Allah memiliki hamba-hamba-Nya yang akan

    dibebaskan dari neraka,dan sesungguhnya Allah memiliki kota-

    15

    Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,

    https://hamzahjohan.blogspot.com/2017/04/hadits-hadits-tentang-rajab.html 16

    Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,

    https://hamzahjohan.blogspot.com/2017/04/hadits-hadits-tentang-rajab.html

  • 8

    kota yang tidaklah ada yang bisa memasukinya kecuali orang

    yang berpuasa Rajab.17

    Dari hadis-hadis yang penulis ambil dari media sosial yang

    dicantumkan di atas perlu ditinjau kembali keontentikan

    hadisnya karena dari tiap hadis-hadis ini tidak dicantumkan

    sumbernya maupun kualitasnya maka dari itu penulis

    menganggap penting dilakukan penelitian, agar hadis-hadis ini

    tidak disalah gunakan oleh masyarakat khususnya umat Islam.

    Tentu banyak dari masyarakat juga ingin mengetahui

    kemulian-kemuliaan di bulan Rajab tersebut, dengan melihat

    kondisi masa kini yang terjadi sekarang, penulis khawatir banyak

    masyarakat yang tergiur akan isi hadis tersebut sedangkan belum

    diketahui ke-shahihan hadits tersebut , seperti halnya hadis-hadis

    tentang keutaman berpuasa di bulan Rajab, yang teks haditsnya

    berisi pahala yang besar untuk orang yang melalukan puasa di

    bulan tersebut.

    Dari latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk meneliti

    hadis-hadis viral tentang keutamaan bulan Rajab dari segi sanad

    dan matan, oleh karena itu, judul yang diangkat untuk penelitian

    ini adalah “KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG

    KEUTAMAAN BULAN RAJAB”.

    17

    Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,

    https://salafy.or.id/blog/2012/05/23/hadits-hadits-lemah-dan-palsu-seputar-

    bulan-rajab/

  • 9

    Identifikasi Masalah

    Berdasarkan pembatasan latar belakang permasalahan, dapat

    diidentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai

    berikut:

    1. Apa yang dimaksud dengan hadis-hadis viral yang ada di

    medsos?

    2. Apa yang dimaksud dengan bulan Rajab?

    3. Bagaimana pengaruh yang timbul dari hadis-hadis viral

    tentang bulan Rajab yang beredar?

    4. Bagaimana kualitas sanad hadis-hadis viral tentang

    keutamaan di bulan rajab

    5. Bagaimana kualitas matan hadis-hadis viral tentang

    keutamaan di bulan rajab

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan

    dalam skripsi ini adalah bagaimana kualitas hadis-hadis tentang

    keutamaan-keutamaan di bulan Rajab yang penulis ambil dari

    media sosial berupa WhatsApp dan blog di internet. Berdasarkan

    hal tersebut, jumlah hadis yang penulis temui yakni sebanyak 9

    hadis.

    Adapun kitab rujukan hadis yang diutamakan adalah Kutub

    al-Tis‟ah. Untuk lebih terarahnya pembahasan, maka dirumuskan

    masalah sebagai berikut:

    2. Perumusan Masalah

  • 10

    Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, dalam

    penelitian terhadap hadis-hadis viral tentang keutamaan bulan

    Rajab, maka penulis merumuskan permasalahan pada :

    Bagaimana kualitas sanad dan matan hadis-hadis viral

    tentang keutamaan bulan Rajab ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk

    menguji kualitas sanad dan matan hadis-hadis viral tentang

    keutamaan bulan Rajab.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Secara akademis, penelitian ini turut mengembangkan

    khazanah keilmuan dalam bidang hadis, terutama dalam

    kajian kritik kualitas sanad hadis-hadis viral tentang

    keutamaan bulan rajab.

    b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu

    memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan terhadap

    hadits-hadits yang beredar di media sosial khususnya pada

    bulan Rajab.

    D. Tinjauan Pustaka

    Sampai sejauh ini, menurut pengamatan penulis setelah

    melakukan pelacakan di repository UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta dan berbagai perpustakaan yang ada di sekitar lingkungan

    Universitas, penulis belum menemukan karya-karya yang

  • 11

    secara khusus membahas tentang masalah “hadis-hadis viral

    tentang keutamaan bulan Rajab”, hanya saja ada beberapa kajian

    pustaka sebelumnya yang menyinggung masalah ini, di

    antaranya:

    Skripsi oleh Musyafa‟ yang berjudul “Hadis-Hadis Tentang

    Puasa Bulan Rajab Dalam Kutub al-Tis‟ah (studi Kritik Sanad

    dan Matan)”, tahun 2004. Skripsi ini membahas tentang Puasa

    bulan Rajab, tata cara pelaksanaan dan beberapa perbedaan

    pendapat para ulama tentang hukum Puasa bulan Rajab,

    selanjutnya “Analisis Hadis Tentang Puasa Rajab”, oleh M.

    Arifin Tahun 2017. Skripsi ini memaparkan kritik sanad terhadap

    hadis-hadis puasa Rajab berdasarkan kelompoknya masing-

    masing. Selanjutnya “Takhrij Hadis-Hadis Tentang Keutamaan

    Bulan Ramadhan : Studi Kritik Sanad dan Analisa Matan”, oleh

    Imam Fathurrahman tahun 2012. Skripsi ini membahas tentang

    hadis-hadis seputar keutamaan bulan Ramadhan, selanjutnya

    “Studi Kualitas Sanad Dan Matan Hadis Tentang Penentuan

    Awal dan Akhir Ramadhan”, oleh Muhammad Nasir Tahun

    2005. Skripsi ini membahas tentang kritik sanad hadis-hadis

    tentang penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan selanjutnya,

    skripsi Oleh Achmad Alviennoer yang berjudul ; “Pemahaman

    Asyhur al-Hurum Dalam Hijriah Menurut Perspektif Hadis (Studi

    kualitas Sanad dan Matan Hadis), tahun 2010. Skripsi ini

    membahas hadis tentang empat bulan haram yang berkualitas

    sahih, selanjutnya, “Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan

    Malam Nisfu Sya‟ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya

    Imam Baihaqi”, oleh Dwi Aprinita Lestari Tahun 2010. Skripsi

  • 12

    ini membahas tentang studi kritik kualitas hadis keutamaan

    malam nisfu Sya‟ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya

    Imam Baihaqi, selanjutnya “Keringanan Puasa Bagi Penerbangan

    Di Bulan Ramadhan”, oleh Afrizal Nurdin Tahun 2010. Skripsi

    ini membahas tentang keringanan puasa bagi penerbang menurut

    analisis Fatwa MUI, selanjutnya “Keutamaan puasa sunnah

    dalam prespektif hadis”, oleh Luluk Khozinatin Tahun 2017.

    Skripsi ini membahas tentang puasa sunnah dalam perspektif

    hadis dengan menggunakan kajian tematik, selanjutnya “Asyhur

    al-Hurum Menurut Perspektif Al-Qur‟án (Studi Komparatif

    Antara Mutawalli Alsya` Râwi Dan Sayyid Quthb Dan

    Relevansinya Saat Ini”, oleh Sayyida Tahun 2018. Skripsi ini

    membahas tentang Asyhur al-Hurum dalam perspektif Al-Qur‟an

    selanjutnya, “Perkawinan Tabu di Bulan Muharram Menurut

    Masyarakat Keraton Kasunan Surakarta Dalam Pandangan Ulama

    Setempat”, oleh Muhammad Rosyidi Tahun 2016.skripsi ini

    membahas tentang perkawinan tabu di bulan Muharram dengan

    studi kasus masyarakat keraton kasunan kota Surakarta.

    Dari tinjauan di atas, dapat dikatakan bahwa pembahasan

    skripsi ini berbeda dengan karya-karya di atas. Perbedaan dengan

    skripsi ini adalah penulis mencoba meneliti hadis-hadis viral yang

    beredar di masyarakat, khususnya dari media sosial yang penulis

    temukan, di antaranya berkenaan dengan umroh, sholat, dan

    puasa. Dan juga karena dari tiap-tiap hadis ini tidak dicantumkan

    asal usulnya dan kualitasnya. Maka, menurut penulis pembahasan

    ini penting dan perlu dibahas.

    E. Metodogi Penelitian

  • 13

    1. Metode Penelitian

    a. Jenis Penelitian

    Dalam melakukan pengkajian dan penelitian hadis-hadis

    yang viral tentang keutaman bulan Rajab penulis sepenuhnya

    menggunakan jenis penelitian kepustakaan (liberary research),

    yaitu dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, merumuskan

    masalah dengan sumber primer yaitu dengan kitab al-Kutub at-

    Tis‟ah.

    b. Metode Pembahasan

    Pembahasan ini bersifat deskriptif analitis yaitu melalui

    pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama dan pakar untuk

    kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah

    kesimpulan.

    c. Metode Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data berdasarkan pada dua sumber,

    yaitu pertama, sumber primer, yang dalam penelitian ini adalah

    hadis-hadis viral tentang keutamaan bulan Rajab. Hadis-hadis

    yang tercantum tidak ada keterangan terkait rangkaian periwayat

    dan keterangan sahih atau tidaknya hadis tersebut. Dalam hal ini

    perlu ada penelitian terkait rangkaian dan kualitas sanad dan

    matan dari setiap hadis yang di cantumkan, agar diketahui hadis-

    hadis tersebut sahih ataukah tidak. Adapun jumlah haditsnya

    berjumlah 9 hadits.

    Kedua yaitu sumber skunder yakni kitab-kitab Rijal al-

    Hadits, kitab-kitab Takhrij, Makatbah al-Syamilah, kitab-kitab

    hadis serta buku buku yang berkaitan dengan judul skripsi.

  • 14

    d. Pengolahan dan Analisa Data

    Dalam pengolahan data, langkah pertama yang ditempuh

    adalah men-takhrîj hadis-hadis viral yang dikutip untuk

    menunjukan sumber dari hadis yang bersangkutan. Adapun

    metode takhrîj hadits yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

    1) Metode takhrij dengan mengetahui lafadz pertama dari

    matan hadis, menggunakan kitab Mausu‟ah al-Atraf al-

    Hadits al-Nabawi al-Syarif karya Muhammad Sa‟id ibn

    Basyuni;

    2) Metode takhrij dengan mengetahui kata-kata yang jarang

    digunakan dari suatu bagian matan hadis. Menggunakan

    kitab Mu‟jam al-Mufaras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi

    karya A.j.Wensinck.18

    3) Metode takhrij dengan mengetahui tema hadis tersebut,

    menggunakan kitab Jâmi‟ al-Hadîts Jami‟ as-Sogîr wa

    Zawâiduh wa al-Jami‟ al-Kabîr karya Jalâluddîn „Abd ar-

    Rahmân as-Suyûtî.

    Setelah melalui proses dari ketiga metode takhrij di atas,

    langkah kedua yaitu menyusun keseluruhan sanad dalam sebuah

    skema sanad (dengan tujuan memudahkan pembacaan jaringan

    sanad hadits yang sedang diteliti).19

    Langkah ketiga, yaitu melakukan kritik sanad hadis, yakni

    segala syarat atau kriteria yang harus di penuhi oleh suatu sanad

    18

    Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid

    (Riyadh: Maktabah al-Ma‟arif, 1991), h. 35. 19

    Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak hadis Nabi Saw.: Cara Cepat

    Mencari Hadis dari Manual hingga Digital (Semarang: Rasail, 2006), h. 25.

  • 15

    hadis yang berkualitas sahih.20

    Adapun dalam melakukan kritik

    ke-sahihan hadis, menurut al-Nawawi, bahwa yang disebut

    sebagai hadis sahih adalah hadis yang bersambung sanadnya oleh

    rawi-rawi yang „adil dan dabit serta terhindar dari syadz dan

    „illat.21

    Dalam kritik sanad hadis, berikut beberapa hal yang akan

    ditelusuri terkait periwayatan hadis:

    1) Mencatat semua nama lengkap prawi dalam sanad yang

    diteliti, mencatat biografi masing-masing periwayatnya

    (tahun lahir/wafat,guru dan murid), dan sighat (kata-

    kata) dalam peroses tahammul wa al-ada‟ al-hadis

    (menerima dan menyampaikan hadis). Hal ini dilakukan

    dalam rangka mengetahui persambungan sanad hadis.

    2) Pendapat para ulama hadis berupa penerapan kaidah al-

    jarh wa al-ta‟dil. Hal ini dilakukan dalam rangka

    mengetahui ke-adilan dan ke-dabitan para periwayat

    hadis.22

    3) Terkait syarat terhindar dari syadz dan „illat telah

    terpenuhi juga.23

    Langkah keempat, melakukan kegiatan penelitian matan

    hadis dari hasil penelitian sanad tersebut dan membandingkan

    hadis tersebut dengan al-Qur‟an dan hadis.

    20

    M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan sanad hadis: Telaah Kritis

    dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang,

    2004), h. 123. 21

    Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak hadis Nabi Saw., h. 26-30, dan

    lihat Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad, h. 128. 22

    Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi Saw., h. 26-30. 23

    M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, h. 177-178.

  • 16

    Langkah kelima, memberikan kesimpulan dari kegiatan

    penelitian tersebut dan memberikan pesan penting dari hadis

    tersebut.

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan skripsi ini penulis mengklasifikasi menjadi

    empat bab dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-sub yang

    setiap sub saling berkaitan. Sistematika penulisan tersebut berikut

    ini :

    Bab pertama merupakan pendahuluan, yang meliputi latar

    belakang masalah mengapa perlu dibahas, kemudian dirumuskan

    dan dibatasi supaya pembahasannya tidak melebar. Begitu juga

    dalam bab ini memaparkan kegunaan dan menujukan kajian

    pustaka untuk mengetahui masalah utama dan temuan yang telah

    dihasilkan pada penelitian sebelumnya juga menjadi referensi.

    Setelah itu merumuskan metode penelitian yang akan digunakan

    untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas.

    Bab kedua membahas tinjauan teoritis tentang bulan Rajab

    yang meliputi: Bulan Rajab, keutamaan bulan Rajab, hadis-hadis

    tentang keutamaan bulan Rajab dari riwayat Al-Bukhari dan

    Muslim, dan takhrij hadis keutamaan bulan Rajab.

    Bab ketiga membahas tentang hadis yang viral di media sosial

    meliputi: hadis-hadis yang viral di media sosial, kualitas

    sanadnya yang meliputi metodologi dan kualitas sanad hadis

    tersebut, kualitas matannya yang meliputi pengertian dan

    metodologi serta kualitas matan hadis tersebut, dan terakhir

    analisa.

  • 17

    Bab keempat berisi penutup yang meliputi kesimpulan atau

    hasil dari analisis yang telah penulis teliti dan saran-saran untuk

    penelitian selanjutnya.

    BAB II BULAN RAJAB DAN KEUTAMAANNYA

  • 18

    A. Penamaan Bulan Rajab dalam Pandangan Para Ulama

    Bulan Rajab termasuk dalam kalender bulan Hijriah. Bulan

    Rajab merupakan salah satu bulan di antara dua belas bulan yang

    dimuliakan dengan dimulai dari Muharram dan diakhiri dengan

    Dzulhijjah, seperti dalam firman Allah SWT Dalam QS. al-

    Taubah/9: 36, yaitu:

    ةَ إِى هُىرِ ِعد ِ ِعٌَد ٱلشُّ ِب ٱۡثٌَا ٱّلل ِ َعَشَر َشۡهٗرا فِي ِكتََٰ يَۡىَم َخلََق ٱّلل

    ثِ َىَٰ َوَٰ لَِك ٱۡۡلَۡرضَ وَ ٱلس هَآ أَۡربََعتٌ ُحُرم ۚٞ َذَٰ ٌۡ ييُ ِه فَََل تَۡظلُِوىْا ٱۡلقَيُِّنۚٞ ٱلدِّ

    تِلُىْا وَ َكآف تٗ ٱۡلُوۡشِرِكييَ فِيِهي أًَفَُسُكۡنۚٞ َوقََٰٞۚتِلُىًَُكۡن َكآف ٗت أَى اْ ٱۡعلَُوىٓ َكَوا يُقََٰ

    َ ٦٣ ٱۡلُوت قِييَ َهَع ٱّلل Artinya:

    Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan,

    dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan

    bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama

    yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam

    bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu

    semuanya sebgaimana merekapun memerangi kamu semuanya,

    dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang

    bertakwa. 24

    Bulan Rajab juga merupakan bulan ketujuh dalam

    penanggalan qomariyah. Kata “Rajab” diambil dari bahasa Arab

    dengan lafadz َُجلُ َرَجب yang artinya memuliakan dan , َرَجاباَ الر

    mengagungkan. Pada zaman ini, orang Jahiliyyah sangat

    mengagungkan bulan Rajab, mereka tidak membolehkan perang

    pada bulan tersebut.25

    Nama-nama dalam bulan Hijriah disesuaikan dengan

    keadaan yang terjadi pada saat bulan tersebut. Penamaan bulan

    24

    al-Qur‟an dan Terjemahannya. (1999). Jakarta: Departemen Agama RI. 25

    Abdul Manan bin Haji Muhammad, Keagungan Rajab dan Sya‟ban

    (Jakarta: Republika, 2006), h. 1.

  • 19

    Muharam terjadi karena pada bulan itu diharamkan melakukan

    peperangan dan perkelahian, bulan Muharam merupakan bulan

    yang mengawali periode satu tahun.26

    Kemudian penamaan bulan

    Safar dikarenakan adanya nama pasar pedagangan yang selalu

    mereka kunjungi selama bulan Safar di Yaman, nama pasar

    tersebut yaitu Safariyan. Tetapi, ada juga yang mengatakan

    bahwa penamaan bulan Safar karena pada bulan itu daun-daun

    menguning sehingga dinamakan bulan Safar yang artinya kuning.

    Sedangkan untuk penamaan bulan Rajab karena pada bulan

    tersebut mereka menahan diri untuk tidak melakukan

    permusuhan.27

    Menurut al-Syaikh Sayyid Bahruddin bin Abdurrazzaq

    Azmat Khan al-Hafizh, Rajab terdiri dari tiga huruf akronim yaitu

    : Ra' dari kalimat rahmatullah (rahmat Allah), Jim dari

    kalimat jinayatul-'abd (kesalahan hamba Allah), dan Ba' dari

    kalimah birrullah (kebajikan Allah). Bulan Rajab disebut

    juga dengan nama al-Summun artinya tuli. Tuli di sini bermakna

    tidak dapat mendengar bunyi senjata karena peperangan

    diharamkan sepanjang bulan Rajab.28

    Menurut Ibn Rajab al-Hambali yaitu seorang ulama Sunni,

    dinamakan bulan Rajab karena dia diagungkan atau dihormati.

    Jika dikatakan rajaba fulanun maulaahu (si fulan menghormati

    tuannya). Kaum jahiliyah sejak dahulu telah mengagungkan dan

    26

    Muhammad Nuh Siregar, Reinterpretasi Hadis Tentang Keutamaan

    Bulan Rajab Sya‟ban dan Ramadhan (Sumatra Utara: Penerbitan UIN SU,

    2019), h. 15. 27

    Muh Hadi Bashori, Penanggalan Islam (Jakarta: Quanta, 2014), h. 213. 28

    Sayyid Bahruddin bin Abdurrazzaq Azmatkhan al-Hafizh, Keutamaan

    Bulan Rajab (Jakarta: Republika, 2007), h. 2.

  • 20

    menghormati bulan ini. Sebagian ulama berpendapat menurut Ibn

    Rajab al-Hambali bahwa bulan Rajab memiliki sekitar 14 nama

    dan sebagian lagi menyebut hingga 17 nama. Di antaranya adalah

    Rajab (mulia, terhormat, agung), Rajab Mudhar (sangat, lebih

    kemuliaan dan keharamannya), Munshil Asnah (melepas anak

    penah), al-Ashamm (tuli), al-Ashabb (mengena, mendapatkan),

    Munfis (yang indah dan bagus), Muthahhir (mensucikan,

    membersihkan), Ma'la (tempat tinggi), Muqim (berdiam diri),

    Haram (lemah tua), Muqasyqisy (terpelihara), Mubri' (bebas,

    lepas), Fard (menyendiri), sebagaimana sebagian yang lain

    menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah).29

    Sejak dahulu, bangsa Jahiliyah telah mengagungkan bulan

    Rajab ini, khususnya kabilah Mudharr. Karenanya disebutkan

    dalam hadits ُُهَضرَ َرَجب (rajab Mudharr). Ibn al-Atsir dalam Al-

    Nihayah, berkata: "Di - idhafah - kannya Rajab kepada Mudharr,

    karena mereka sangat-sangat mengagungkannya (bulan Rajab)

    yang berbeda dengan lainnya. Seolah-olah mereka semata yang

    mengistimewakannya."30

    Sejak dahulu pula, masyarakat Jahiliyah telah

    mengharamkan perang pada bulan itu sehingga mereka

    menamakan perang yang terjadi pada bulan-bulan tersebut

    dengan Harbul Fujjar (perangnya orang-orang jahat), mereka

    bersama-sama melakukan doa pada hari kesepuluh dari bulan itu

    29

    Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan

    di Bulan Islam (Jakarta : Pustaka Azzam, 2016), h. 577. 30

    Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan

    di Bulan Islam, h. 576.

  • 21

    untuk mendoakan keburukan bagi orang zalim, dan doa mereka

    dikabulkan.31

    "Sesungguhnya Allah membuat hal itu bagi mereka untuk

    mengekang sebagian mereka dari yang lain. Dan sungguh Allah

    menjadikan hari kiamat sebagai hari yang dijanjikan bagi mereka,

    sedangkan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit," kata

    Umar bin Khathab.

    Mereka dahulu juga biasa menyembelih binatang sembelihan

    yang dinamakan al-Athirah, yaitu kambing yang disembelih

    sebagai persembahan bagi berhala-berhala mereka, sedangkan

    darahnya dituangkan di atas kepala berhala itu. Lalu Islam

    membatalkan perbuatan itu berdasarkan riwayat Shahihain,

    “Tidak ada Fara' (anak pertama dari unta atau kambing yang

    disembelih sebagai persembahan bagi berhala) dan 'Athirah

    (hewan yang disembelih pada sepuluh hari pertama dari bulan

    Rajab sebagai persembahan bagi berhala, juga dikenal dengan

    Rajabiyah)”.32

    Sebagian ulama salaf berkata, “Bulan Rajab adalah bulan

    menanam, Sya'ban bulan menyirami tanaman, sedangkan bulan

    Ramadhan adalah bulan memetik/memanen.”33

    B. Sejarah Diutamakannya Bulan Rajab

    Terhitung ada delapan peristiwa sejarah Islam yang penting

    dalam bulan Rajab di antaranya adalah :

    31

    Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan

    di Bulan Islam, h. 577. 32

    Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam, h. 578. 33

    Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam, h. 598.

  • 22

    1. Isra Mi‟raj. Sebuah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi

    Muhammad SAW dari Masjid al-Haram di Makkah menuju

    Masjid al-Aqsha di Palestina, kemudian naik ke langit

    ketujuh dan menghadap Allah SWT sebagaimana firman

    Allah SWT dalam QS. al-Isra‟/6: 1. 34

    ى ََخَساِم ِإل

    ۡۡسِجِد ٱل

    َ َۡن ٱمل ّمِ

    اال ُۡ

    َۡسَسيَٰ ِبَعۡبِدِهۦ ل

    َِرٓي أ

    ََّن ٱل

    َُٰسۡبَح

    ُهۥ ُهَى ِإهَِّٓۚٓدَىا ًََٰ ُهۥ ِمۡن َءا ِرًَ

    ُُهۥ ِلج

    ََىا َحۡىل

    َۡسك ِري َبَٰ

    ََّغا ٱل

    ۡكَ ۡۡسِجِد ٱۡل

    َ ۡٱمل

    َبِغحُر ِۡمُُع ٱل ١ٱلسَّ

    Artinya:

    Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya

    (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke

    Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar

    Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda

    (kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi

    Maha Melihat.

    Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 27 Rajab pada masa

    kenabian Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, setiap tanggal

    27 rajab, umat islam selalu memperingati Isra‟ Mi‟raj. Selain

    sebagai bentuk syukur, juga untuk mengenang sejarah besar umat

    islam.

    2. Pada tahun 9 Hijriah pada bulan Rajab terjadi peristiwa

    kemenangan militer Rasulullah dalam pertempuran Tabuk,

    dan menandai selesainya otoritas Islam atas seluruh

    semenanjung Arab. Meskipun menempuh perjalanan yang

    34

    Diakses pada tanngal 8 des 2018,

    https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-

    4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.

  • 23

    berat dari Madinah menuju Syam, 30.000 pasukan Muslim

    tetap memulainya. Tentara Romawi yang telah berada di

    Tabuk siap untuk menyerang umat Islam. Tetapi ketika

    mereka mendengar jumlah dan kekuatan tentara Muslim

    yang dipimpin oleh Rasulullah mereka terkejut dan bergegas

    kembali ke Syam untuk menyelamatkan benteng-benteng

    mereka. Hal ini menyebabkan penakhlukan Tabuk menjadi

    sangat mudah dan dilakukan tanpa perlawanan. Rasulullah

    menetap di tempat ini selama sebulan. Beliau mengirimkan

    surat kepada para pemimpin dan gubernur bawah kendali

    Romawi untuk membuat perdamaian. Pemimpin daerah

    Romawi menyetujuinya dan membayar Jizyah.35

    3. Perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha)

    ke Ka‟bah di Makkah, peristiwa ini terjadi pada pertengahan

    bulan Rajab, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

    Adapun hikmah dari perpindahan arah kiblat adalah untuk

    menguji keimanan umat islam dalam beribadah kepada Allah

    SWT.

    4. Peristiwa lainnya yaitu terjadinya perang pembebasan

    Yarussalem dari cengkraman tentara Salib Eropa yang telah

    memerintah selama hampir satu abad. Peristiwa ini terjadi

    pada bulan Rajab tahun 1187 M yang di pimpin oleh

    Salahuddin al Ayyubi. Penakhlukan ini bukan hanya karena

    pentingnya asasi Yarusalem dalam Islam, tetapi juga karena

    35

    Diakses pada tanngal 8 des 2018,

    https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-

    4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.

  • 24

    peran tentara salib dalam upaya untuk menaklukkan negeri-

    negeri Muslim.36

    5. Kekalahan bangsa Romawi di perang Tabuk. Perang yang

    terjadi pada 9 Hijriyah/630 M, merupakan perang yang

    menandai kemenangan dan dominasi islam atas seluruh

    semenanjung arab waktu itu. Walaupun menempuh

    perjalanan yang jauh dari Madinah ke Syam.

    6. Pertempuran kecil antara utusan Rasulullah SAW “Abdullah

    bin Jahsy” dengan kelompok dagang kaum Quraisy. Pada

    bulan rajab juga terjadi peperangan kecil antara utusan

    Rosulullah SAW yang dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy,

    melawan kelompok dagang kaum Quraisy, yang kemudian

    menjadi sebuah perang yang disebut dengan perang badar.

    7. Berabad-abad kemudian, tepatnya pada 1924 M, bulan rajab

    kembali menuliskan sejarah bagi umat Islam. Namun kali ini,

    tidak seperti peristiwa sebelumnya. Sejarah yang terjadi pada

    28 Rajab ini merupakan runtuhnya Khalifah Ottoman di

    Turki yang dihapus oleh Mustafa Kemal Pasha. Khalifah

    Ottoman merupakan khalifah terakhir umat Islam. Sejak saat

    itu, Mustafa Kemal mengubah Turki menjadi negara

    sekuler.37

    36

    Diakses pada tanngal 8 des 2018,

    https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-

    4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.

    37

    Republika, “4 Peristiwa Bersejarah di Bulan Rajab” artikel diakses

    pada 8 oktober 2018 dari https://www.republika.co.id/berita/dunia-

    islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.

  • 25

    Melihat peristiwa-persitiwa bersejarah yang terjadi, bulan

    Rajab merupakan bulan perjuangan bagi umat islam , oleh karena

    itu bulan Rajab merupakan bulan yang sangat istimewa dan sudah

    sepatutnya diutamakan.

    C. Hukum dan Ibadah-Ibadah yang Disunnahkan di Bulan

    Rajab

    Bulan Rajab adalah kunci bulan-bulan yang penuh kebaikan

    dan keberkahan, dalam bulan Rajab tidak ada amalan khusus

    yang diwajibkan, namun disunnahkan untuk melakukan banyak

    amalan. Berikut di antara amalan-amalan sunnah pada bulan

    Rajab yang berhubungan dengan menyembelih hewan, shalat,

    zakat, puasa dan umrah.

    1. Tentang menyembelih hewan kurban pada bulan Rajab

    mirip dengan tradisi menjadikannya sebagai ritual rutin dan

    hari raya untuk memakan makanan manis dan makanan

    lainnya.

    Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia melarang

    menjadikan bulan Rajab sebagai hari raya. Abdurrazzaq

    meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Atha‟ bahwa dia

    berkata, “Nabi SAW melarang puasa sebulan penuh pada

    bulan Rajab agar ia tidak dijadikan hari raya.” (Hadis

    sangat lemah)38

    38

    Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam (Jakarta : Pustaka Azzam, 2016), h. 584.

  • 26

    Maksudnya adalah bahwa kaum muslimin tidak boleh

    menetapkan hari raya kecuali yang ditetaplan oleh Islam

    sebagai hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha

    serta hari-hari Tasyriq yang merupakan hari raya dalam

    setahun, atau hari jum‟at yang merupakan hari raya dalam

    sepekan. Sedangkan selain itu, menjadikan hari atau bulan

    tertentu sebagai hari raya termasuk Bid‟ah yang tidak ada

    dasarnya dalam syariat islam.39

    2. Tentang menunaikan shalat tertentu pada bulan Rajab,

    tidak ada satupun hadis sahih yang menjelaskan bahwa ada

    shalat khusus pada bulan Rajab. Hadis-hadis tentang

    keutamaan shalat Ragha‟ib pada malam jum‟at pertama di

    bulan Rajab adala dusta dan batil. Shalat ini merupakan

    Bid‟ah menurut Jumhur ulama. Di antara ulama generasi

    akhir yang berpendapat demikian adalah seperti Al Hafizh

    Abi Ismail al-Anshari, Abu Bakar bin al-Sam‟ani, Abu al-

    Fadhl bin Nashir, Abu al-Faraj bin al-Jauzi dan lainnya.

    Para ulama generasi awal tidak membahasnya karena shalat

    ini dibuat setelah generasi mereka, karena shalat pertama

    kali dikenal setelah tahun 400 Hijriyyah. Maka wajar saja

    bila mereka tidak mengenalnya dan tidak membahasnya.40

    3. Tentang puasa, tidak ada satupun hadis sahih tentang

    keutamanaan puasa bulan Rajab, dan tidak ada satupun

    riwayat dari para sahabat yang menjelaskan tentang

    39

    Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam, h. 586. 40

    Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam, h. 586.

  • 27

    keutamaan puasa di bulan ini. Yang ada hanyalah riwayat

    dari Abu Qilabah bahwa dia berkata, “Di surga ada istana

    khusus untuk orang-orang yang menunaikan puasa di bulan

    Rajab.”

    Al-Baihaqi berkata, “Abu Qilabah termasuk salah seorang

    senior. Dia tidak akan mengatakan demikian kecuali

    berdasarkan informasi yang dia dapatkan dari para sahabat.

    Riwayat ini bukan dalil. Kesimpulan hukumnya adalah

    mursal dan bukan hujjah.41

    4. Tentang zakat, warga negeri ini biasa mengeluarkan zakat

    pada bulan Rajab, meskipun hal tersebut tidak ada dasarnya

    dalam sunnah dan tidak dikenal dari salah seorang ulama

    Salaf. Hanya saja ada riwayat dari Utsman bahwa dia

    pernah berkhutbah di atas mimbar dan berkata,

    “Sesungguhnya bulan ini (Rajab) adalah bulan

    mengeluarkan zakat. Barang siapa memiliki hutang maka

    dia hendaknya membayar hutangnnya dan mengeluarkan

    zakat untuk harta sisanya.” (HR. Malik dalam Al-

    Muwaththa‟)42, ada pula yang berkata “Zakat dikeluarkan

    pada bulan Muharram, karena ia merupakan awal tahun”.

    Bagaimanapun kondisinya, zakat hanya wajib dikeluarkan

    bila telah genap satu tahun dan barang yang hendak dizakati

    telah mencapai nishab. Setiap orang memiliki batas waktu

    sendiri untuk satu tahunnya sesuai kepemilikannya terhadap

    41

    Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam , h. 587. 42

    Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam, h. 593.

  • 28

    nishab. Jika sudah genap satu tahun makan wajib

    mengeluarkan zakat pada bulan apapun.

    Apabila sesorang mengeluarkan zakat lebih awal sebelum

    genap satu tahun maka hukumnya sah menurut Jumhur

    ulama, baik jika dia menyegerakan karena ingin

    memanfaatkan waktu yang utama atau ingin mengeluarkan

    zakat kepada orang yang benar-benar membutuhkan.43

    5. Tentang menunaikan ibadah Umrah pada bulan Rajab. Para

    sahabat menganggap Sunnah menunaikan Umrah pada

    bulan Rajab adalah Umar bin Khaththab dan lainnya.

    Aisyah melakukannya dan Ibnu Umar juga melakukannya.

    Orang-orang Jahiliyah suka mendoakan keburukan bagi

    orang zalim pada bulan Rajab dan doa mereka dikabulkan.

    Banyak kisah tentang hal ini yang diriwatkan oleh Ibnu Abi

    Ad-Duniya dalam kitab Mujabi Ad-Da‟wah dan kitab-kitab

    lainnya. Ketika kisah-kisah tersebut diceritakan kepada

    Umar bin Khaththab dia pun berkata, “Sesungguhnya Allah

    melakukan hal tersebut untuk memisahkan sebagian mereka

    dari sebagian lainnya, dan sesungguhnya Dia menjadikan

    Hari Kimat itu lebih dahsyat dan lebih menakutkan”

    lihatlah pemahaman Umar yang sangat mendalam dalam

    masalah ini. Bersikap bijaklah dalam menyikapi sesuatu

    dan berpegang teguhlah kepada Sunnah.44

    43

    Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam, h. 594. 44

    Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di

    Bulan Islam, h. 596.

  • 29

  • BAB III KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG

    KEUTAMAAN BULAN RAJAB

    Dalam menentukan kualitas suatu hadis, maka terlebih

    dahulu haruslah melakukan penelitian lebih lanjut baik dari segi

    sanadnya ataupun dari matannya. Dalam penelitian ini, hadis

    yang akan ditelusuri dan diteliti ke-sahih-an sanad dan matannya

    adalah sebanyak 3 hadis.

    Adapun metode yang digunakan dalam menelusuri

    keberadaan hadis yaitu menggunakan metode takhrîj hadis.

    Takhrîj berasal dari kata kharaja (خرج) yang berarti

    menegeluarkan.45

    Adapun menurut istilah, takhrîj ini adalah

    menunjukan asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab

    induk hadis) dengan menerangkan hukum atau kualitasnya.

    Tujuan pokok dari kegiatan penelitian takhrîj ini adalah untuk

    mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis

    tersebut berada di dalam buku-buku hadis atau tidak.46

    Metode

    takhrîj hadis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

    1. Metode takhrîj dengan mengetahui lafadz pertama dari matan

    hadis, menggunakan kitab Mausû‟ah Atrâf al-Hadits al-

    Nabawî al-Syarîf karya Muhammad Sa‟id ibn Basyuni. Kitab

    ini memuat indeks lafadz pertama matan hadis yang terdapat

    45

    A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab–Indonesia (Surabaya

    Agung :Pustaka Progresif,1997), Hal:330. 46

    Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta:Amzah,2013), Hal:129

  • 31

    31

    dalam 150 kitab47

    . Berikut ini salah satu contoh cara

    membaca rumus yang terdapat di dalam kitab ini, yaitu:

    838: 1عر (dibaca: hadis dengan lafadz tersebut terdapat

    dalam Kitab al-Mughni„an haml al-Asraf, juz atau jilid ke-

    1, halaman 238).48

    2. Metode takhrîj dengan mengetahui kata-kata yang jarang

    digunakan dari suatu bagian matan hadis, dengan

    menggunakan kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadits

    al-Nabâwî karya A.J. Wensinck.49

    Kitab ini memuat indeks

    kata yang terdapat dalam sembilan sumber hadis atau Kutub

    al-Tis‟ah. Berikut ini salah satu contoh cara membaca rumus

    yang terdapat di dalam kitab ini, yaitu:

    dibaca: hadis dengan lafadz tersebut terdapat) خ صام 26

    dalam Kitab Sahîh Bukhârî, Kitab Puasa, nomor urut bab

    26). Hal ini berlaku untuk kitab selain Kitab Sahîh Muslim,

    karena untuk kitab ini, nomor urut bab dibaca sebagai nomor

    urut hadis.

    3. Metode takhrij dengan menggunakan metode awal matan

    atau alfabetis, menggunakan kitab Jâmi‟ al-Hadîts Jami‟ as-

    Sogîr wa Zawâiduh wa al-Jami‟ al-Kabîr karya Jalâluddîn

    „Abd ar-Rahmân as-Suyûtî.

    47

    Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah

    Atrâf al-Hadits al-Nabawwî al-Syarîf, Juz 1, (Beirut: Dâr al-Kutub al-

    „Ilmiyyah, t.t.), h. 16-21 48

    Keterangan nama-nama kitab yang dimaksud di dalam rumus

    terdapat dalam bagian Muqoddimah Kitab Mausû‟ah Atrâf al-Hadits al-

    Nabawwî al-Syarîf pada juz ke-1 halaman 16-21. 49

    Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrîj wa Dirâsah al-Asânid,

    (Riyadh: Maktabah alMa‟arif, 1991), h. 35.

  • 32

    32

    Setelah semua hadis terkumpul, langkah selanjutnya menyusun

    skema sanad hadis dan dilanjutkan dengan kritik sanad hadis.

    Dalam melakukan kritik sanad hadis haruslah memenuhi kriteria-

    kriteria yang telah ditetapkan oleh para ulama hadis. Kriteria

    tersebut adalah: Pertama, harus ada kebersambungan sanad,

    kedua, seluruh priwayat dalam rangkaian sanad haruslah orang

    yang „adil, ketiga, seluruh rawi haruslah orang yang dâbit,

    keempat, sanad hadis terhindar dari syudzûd, dan yang kelima,

    sanad hadis harus terhindar dari „illat.50

    Kelima kriteria ini

    menurut M.Syhudi Ismail merupakan unsur-unsur kaedah mayor

    ke-sahih-an sanad hadis.51

    Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan

    sebagai berikut:

    1. Kebersambungan sanad

    Kebersambungan sanad yang dimaksud dalam hal ini adalah

    setiap perawi hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya

    dari rawi yang berada di atasnya, dan begitu seharusnya sampai

    kepada pembicara yang pertama.52

    Dengan kata lain, seluruh

    rangkaian priwayat dalam sanad mulai dari priwayat yang

    disandari oleh mukharrîj sampai pada priwayat tingkat sahabat

    yang menerima hadis yang bersangkutan dari nabi bersambung

    dalam mata rantai priwayatan.53

    Kaitannya dengan ketentuan

    tentang penetapan kebersambungan sanad, terjadi perbedaan

    50

    Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa

    Musthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr,1975), h. 305. 51

    M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta:

    PT.Bulan Bintang, 1995), h. 126. 52

    M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung:

    Pustaka Setia 2009), h. 143. 53

    M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, h. 127.

  • 33

    33

    pendapat diantara para ulama, misalnya saja, menurut imam

    Bukhari, terjadinya persambungan sanad haruslah ditandai

    dengan adanya pertemuan langsung, dan persamaan masa hidup

    antara guru dan murid. Sementara dalam pandangan imam

    Muslim, kebersambungan sanad cukup ditandai dengan

    kehidupan dalam kurun waktu yang sama antara guru dan murid,

    serta tempat tinggal diantara keduanya tidak terlalu jauh menurut

    ukuran saat itu meskipun keduanya belum pernah bertemu.54

    2. Perawi haruslah orang yang adil

    Kata adil yang merupakan derivasi dari akar kata bahasa arab

    „a-da-la secara definitif berarti tidak berat sebelah, tidak

    memihak, berpihak pada yang benar.55

    Namun dalam

    perbincangan ilmu hadis yang dikatakan dengan keadilan,

    seorang rawi adalah satu potensi yang dapat menjaga seseorang

    untuk dapat kontinyu dalam bertakwa dan mampu menjaga

    kewibawaan dan muru‟ahnya.56

    Bahkan lebih tegas lagi definisi

    yang dikemukakan oleh al-Razi, menurutnya al-„adalah adalah

    kekuatan jiwa yang selalu mendorong untuk selalu bertakwa,

    menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa

    kecil bahkan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang

    dapat menodai muru‟ahnya,57

    yang secara umum ditandai dengan

    adanya popularitas keutamaan priwayat di kalangan ulama hadis

    54

    Usman Sya‟roni, Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum

    Sufi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002) h. 60. 55

    Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

    Pustaka, 1997), h. 7. 56

    Zeid B.Smeer, Ulumul Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 32. 57

    M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung:

    Pustaka Setia 2009), h. 142.

  • 34

    34

    seperti Malik bin Anas dan Sufyan Tsauri, penilaian dari para

    kritikus hadis yang berisi tentang pengungkapan kelebihan dan

    kekurangannya serta penerapan kaedah al-jarh wa ta‟dil.58

    3. Ke-dabit-an perawi

    Unsur ke-sahih-an sanad hadis berikutnya adalah ad-dhabit

    yang secara etimologi berarti menjaga sesuatu. Sementara secara

    terminologi berarti tingkat kemampuan dan kesempurnaan

    intelektualitas seseorang dalam proses penerimaan hadis, mampu

    memahami secara mendalam makna yang dikandungnya, mampu

    menjaga dan menghafalnya secara maksimal hingga pada waktu

    penyebaran dan periwayatan hadis yang didengarnya tersebut

    kepada orang lain.59

    Dari definisi tersebut di atas, maka tinjauan

    tentang aspek inteletualitas perawi mencakup unsur pendengaran,

    pemahaman, penjagaan serta penyampaian secara sempurna.60

    Kemudian dalam perkembangannya, istilah dhabit terbagi

    menjadi dua macam, yaitu dhabit al-shadr dan dhabit al-kitab.

    Dhabit yang pertama, jika seorang perawi dalam meriwayatkan

    hadis bertumpu pada kekuatan hafalan sedangkan dhabit yang

    kedua adalah perawi yang dalam meriwayatkan hadis bertumpu

    pada tulisan yang pernah ia tulis dalam lembaran.61

    4. Terhindar dari syudzud

    Terhindar dari kejanggalan atau syudzud yang dimaksudkan

    dalam hal ini adalah tidak adanya pertentangan secara substansial

    58

    M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta:

    PT.Bulan Bintang, 1995), h. 134. 59

    Umi Sumbulah, Kritik Hadsi (Malang: UIN Press, 2008), h. 65. 60

    Umi sumbulah, Kritik Hadis, h. 66. 61

    Zeid B.Smeer, Ulumul Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 33.

  • 35

    35

    bukan redaksional antara hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang

    terpercaya (tsiqoh) dengan riwayat hadis dari perawi yang lebih

    tsiqoh, serta pertentangan tersebut tidak dapat dikompromikan

    sehingga dengan sendirinya hadis yang diriwayatkan oleh perawi

    pertama dianggap syadz.62

    5. Terhindar dari „illat

    „Illat yang secara definitif berarti sakit, sibuk dan sebab,

    dalam terminologi hadis seperti diungkapkan oleh Ibnu Shalah

    adalah sebab tersembunyi yang dapat merusak kualitas hadis

    karena keberadaanya menyebabkan hadis yang pada lahirnya

    berkualitas sahih menjadi tidak sahih.63

    „Illat yang terjadi pada

    sanad hadis adakalanya sanadnya tampak bersambung (mustashil)

    dan sampai pada nabi (marfu), namun ternyata hanya sampai

    pada sahabat (mauquf), sanad yang tampak muttashil dan marfu‟

    namun hanya riwayat sahabat dari sahabat yang lain, dan

    adakalanya terjadi percampuran dengan hadis yang lain, serta

    kemungkinan terakhir adanya kesalahan penyebutan perawi yang

    memiliki kesamaan nama padahal kualitas pribadi dan kapasitas

    intelektualnya tidak sama.64

    Berikut beberapa hal yang akan ditelusuri terkait periwayat

    hadis:

    1. Mencatat semua nama lengkap periwayat dalam sanad yang

    di diteliti, mencatat biografi masing-masing periwayat (tahun

    lahir/wafat, guru dan murid), dan sighat (kata-kata) dalam

    62

    Zeid B.Smeer, Ulumul Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 32. 63

    Umi sumbulah, Kritik Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 73. 64

    Umi sumbulah, Kritik Hadis, h. 74.

  • 36

    36

    proses tahammul wa al-ada‟ al-hadis (menerima dan

    menyampaikan hadis). Hal ini dilakukan dalam rangka

    mengetahui persambungan sanad hadis.

    2. Pendapat para ulama hadis berupa penerapan kaidah al-jarh

    wa al-ta‟dil. Hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui ke-

    „adil-an dan ke-dabit-an para periwayat hadis.65

    3. Terkait syarat terhindar dari syadz dan „illat, sekiranya unsur

    sanad bersambung, rawi dabt telah dilaksanakan dengan

    semestinya, niscaya unsur terhindar dari syadz dan illat telah

    terpenuhi juga.66

    Dan yang terakhir melakukan penelitian matan. Menurut

    ilmu hadis, matan adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi

    Muhammad SAW yang disebutkan setelah sanad. Matan hadis

    adalah isi hadis yang berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan

    Nabi Muhammad SAW.67

    Dalam menentukan ke-sahih-an matan hadis menurut

    muhaditsîn terdapat beberapa kriteria. Menurut Salah al-Dîn al-

    Adabî bahwasanya kriteria kesahihan matan ada empat yaitu:

    1. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an.

    2. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.

    3. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indra, sejarah, dan

    65

    A. Hasan Asy‟ari Ulama‟i, Melacak Hadis Nabi Saw. Cara Cepat

    Mencari Hadis dari Manual hingga Digital (Semarang: RaSAIL, 2006), h. 26-

    30. 66

    M. Syuhdi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 177-178. 67

    Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Azmah,2013), h. 113.

  • 37

    37

    4. Susunan pernyataannya menunjukan ciri-ciri sabda nabi.68

    Adapun para ulama hadis mengajukan langkah-langkah

    metodelogis untuk kegiatan penelitian matan hadis yakni:

    1. Meneliti matan dengan melihat dari kualitas sanadnya.

    2. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan

    hadis tersebut.

    3. Meneliti kandungan matan.69

    Kritik matan ini bertujuan untuk menghindari sikap

    berlebihan dalam meriwayatkan suatu hadis karena adanya

    ukuran-ukuran tertentu dalam metodologi kritik matan ini, dan

    juga dalam menghadapi musuh-musuh Islam yang ingin

    memalsukan hadis dengan menggunakan sanad sahih, tetapi

    matannya tidak sahih.

    Kriteria-kriteria itulah yang akan menjadi acuan bagi penulis

    dalam melakukan penelitian matan. Sebagaimana yang akan

    diuraikan masing-masing langkah penelitian tersebut.

    A. Hadis ke-1 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab)

    1. Teks dan Terjemahannya

    َسَىٍت ؛ َ

    فْلَُه أ

    َُه ل

    َّْىًما، َجَصي الل ًَ ْهٌس َعِظٌُم َمْن َعاَم ِمْىُه

    َْهَس َزَجٍب ص

    َِإنَّ ص

    اٍم َوَمْن َعاَم ِمْىهُُ ًََّ أ

    َت

    َالث

    َْي َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث

    َف

    ْلَُه أ

    َُه ل

    َّْىَمْحِن َجَصي الل ًَ

    اٍم ؛ ًََّ أ

    َِت آالِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت

    َالث

    َُه َعْىَم ث

    َُه ل

    ََّجَصي الل

    اٍمُ ًََّ أ

    َت َُ َماِه

    ََم، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث ْبَىاُب َجَهىَّ

    َْذ َعْىُه أ

    َل ِ

    ّلُْبَىاُب غ

    َُه أ

    ََحْذ ل ّخِ

    ُ، ف

    68

    Bustamin dan M Isa, Metode kritik Hadis (Jakrta: Raja Grafindo,

    2004), h. 64 69

    M.Syuhdi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta:

    Bulan Bintang, 1992), cet 1, h. 113.

  • 38

    38

    ْىًما ًَ َس َ

    َعضَْمَست

    َاَء، َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ

    ََها ص ّيِ

    َُل ِمْن أ

    ُْدخ َُ

    َ ف

    ُت َُ َماِه

    َِّت الث َجىَّ

    ْال

    ِهِف ْاْسَخأ

    ََك ف

    َِفَس ل

    ُْد غ

    ََماِء ك اَدي ُمَىاٍد ِمَن السَّ

    َُه َحَسَىاٍث، َوه

    ُاج

    َئ ِِّ ْذ َس

    َل ُبّدِ

    َعَملَُْ .ال

    Artinya:

    Sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan yang agung, barang

    siapa yang berpuasa 1 hari di bulan itu, maka Allah memberikan

    balasan seperti puasa 1000 tahun. Barang siapa yang berpuasa 2

    hari pada bulan itu, maka Allah memberikan balasan seperti

    puasa 2000 tahun, barang siapa yang berpuasa tiga hari pada

    bulan itu, maka Allah memberi balasan seperti puasa 3000 tahun,

    dan barang siapa berpuasa di bulan Rajab sebanyak 7 hari, maka

    akan di tutup untuknya pintu-pintu Neraka Jahannam, dan barang

    siapa yang berpusa 1 bulan itu 8 hari, maka akan dibukakan

    untuknya 8 pintu Surga, maka dia akan dipersilahkan masuk dari

    pintu mana yang dia kehendaki, dan barang siapa yang berpuasa

    pada bulan itu 15 hari, maka akan diganti keburukan-

    keburukannya dengan kebaikan-kebaikan, dan berserulah penyeru

    dari langit bahwa segala dosamu sudah di ampuni, maka mulailah

    (kerjakanlah) puasa tersebut.70

    2. Takhrij Hadis

    a. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan

    Setelah ditelusuri melalui awal kata ُْهَسَ

    yang terdapat ِإنَّ ص

    pada matan hadis di atas dengan menggunakan kitab Mausû‟ah

    Atrâf al-Hadits al-Nabawî al-Syarîf, berdasarkan data kitab

    tersebut, informasi yang didapat adalah sebagai berikut:

    ْىًما ًَ ْهٌس َعِظٌُم، َمْن َعاَم ِمْىُه َ

    ْهَس َزَجٍب صَ

    ِف ِإنَّ صْلَُه َعْىُم أ

    ََخَب هللُا ل

    َك

    71َسَىٍتُ

    70

    Khalid zuhri, Keutamaan Puasa dibulan Rajab, diakses dari

    Whatshap Grup, pada tanggal 16 maret 2018 pukul 22.49. 71

    Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah

    Atrâf al-Hadîts, juz 3, h. 340.

  • 39

    39

    Kitab al-Mawdu‟at, karya Ibn al-Jawzi 2 : 207 مىضىعاث

    Kitab al-Fawaîd al-Majmu‟ah, karya al-Syawkani 101 فىائد

    Kitab al-La‟ali al-Masnu‟ah, karya al-Suyuti 65:2 لئ

    Kitab Tabyin al-„Ajab, karya Ibn Hajar 52 عجب

    ُ Kitab Mizan al-I‟tidal, karangan al-Zahabi 5540املحزُن

    Dari hasil takhrîj hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis

    yang berhasil ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan (tidak

    semua informasi dari rumus takhrîj terdapat hadis yang dimaksud

    di dalam kitab rujukan)

    Redaksi dalam kitab al-Mawdû‟ât yang mukharrijnya Ibn al-

    Jawzî :

    ِه َّاِسِم َعْبُد الل

    َل

    ُْبى ال

    ََىا أ

    َث ِبي، َحدَّ

    َا أ

    َهََبأ

    ْهَاُز، أ َبزَّ

    ْاِهٍس ال

    َِبي ط

    َُد ْبُن أ ا ُمَحمَّ

    َهََبأ

    ْهَأ

    اُقُ َىزَُّْد ْبُن ِإْسَماِعَُل ال َىا ُمَحمَّ

    َث ْحَمَد، َحدَّ

    َْحَمَد ْبُن أ

    ََماُن ْبُن أ

    ِْني ُعث

    َث ، َحدَّ

    ُخَسْحُن ْبُن َعِلّيِ َْىا ال

    َث ، َحدَّ يُّ ِ

    ُّخل

    ُخ

    َْىا ِإْسَخاُق ْبُن ِإْبَساِهَُم ال

    َث ِه، َحدَّ

    َّْبِن َعْبِد الل

    ِبُِه، َعْن َ، َعْن أ

    ََرة

    ََىا َهاُزوُن ْبُن َعْىت

    َث ِبي، َحدَّ

    ََىا أ

    َث ، َحدَّ َداِئيُّ ِصٍَد الغُّ ًَ ْبِن

    ْهَس َزَجٍب َعِليَُِّ

    ِه : ِإنَّ صَّاَل َزُسىُل الل

    َاَل: ك

    َُه َعْىُه، ك

    ََّي الل اِلٍب، َزض ِ

    َِبي ط

    َْبِن أ

    ِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ْلَُه َعْىَم أ

    َُه ل

    ََّخَب الل

    َْىًما ك ًَ ْهٌس َعِظٌُم، َمْن َعاَم ِمْىُه

    َص

    ْي َسَىٍت، َوَمْن َف

    ْلَاَم أ َُ ُه ِع

    َُه ل

    ََّخَب الل

    َْىَمْحِن ك ُه ًَ

    َُه ل

    ََّخَب الل

    َاٍم ك ًَّ

    َ أ

    َت

    َالث

    ََعاَم ث

    ْذ َعْىُه َِلل

    ْغ

    ُاٍم أ ًَّ

    َ أ

    َ آالِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت

    َت

    َالث

    َاَم ث َُ ِع

    ُت َُ َماِه

    َِّت الث َجىَّ

    ْْبَىاُب ال

    َُه أ

    َِخَحْذ ل

    ُاٍم ف ًَّ

    َ أ

    َت َُ َماِه

    ََم، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث ْبَىاُب َجَهىَّ

    َأ

    ُلُُْدخ ُه ًَ

    ُاج

    َئ ِِّ ْذ َس

    َل ْىًما ُبّدِ

    ًَ ََسة

    ْْمَس َعض

    َاَء، َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ

    ََها ص ّيِ

    َِمْن أ

  • 40

    40

    َعَمَل، َوَمن ِْهِف ال

    ْاْسَخأ

    ََك ف

    َُه ل

    ََّس الل

    َف

    َْد غ

    ََماِء: ك اَدي ُمَىاٍد ِمَن السَّ

    ََحَسَىاٍث َوه

    هََُُّشاَد َشاَدُه الل

    72

    Redaksi dalam kitab al-Fawâid al-Majmû‟ah yang

    mukharrijnya as-Syawkânî:

    ِف َسَىٍت. ْلَُه َعْىُم أ

    َِخَب ل

    ُْىًما ك ًَ ْهٌس َعِظٌُم، َمْن َعاَم ِمْىُه

    َْهَس َزَجٍب ص

    َِإنَّ ص

    ، ِصحُّ ًَ اَل ِفي الآلِلِئ: ال َىًعا، ك

    ُ، َمْسف اِهحَن، َعْن َعِلّيٍ

    َإلخ "، َزَواُه اْبُن ص

    َىا َْسِوي ل ًَ

    ََرة

    ََىاِكحَرَُوَهاُزوُن ْبُن َعْىت

    َ ْ 73امل

    Redaksi dalam kitab al-La‟ali al-Masnû‟ah yang

    mukharrijnya al-Suyûtî:

    َىا َهاُزون ْبن َث ِبي، َحدَّ

    ََىا أ

    َث ِصٍد الغدائي، َحدَّ ًَ ُخَسْحن ْبن َعِلّي ْبن

    َْىا ال

    َث َحدَّ

    ْهٌس عََُ

    ْهَس َزَجٍب صَ

    ىًعا: " ِإنَّ صُ، َمْسف ِبُِه، َعْن َعِلّيٍ

    َِظٌُم، َمْن َعاَم عىترة وعن أ

    اَم َُ ُه ِعََخَب ل

    َْىَمْحِن ك ًَ ِف َسَىٍت. َوَمْن َعاَم

    ْلَُه َعْىَم أ

    َُه ل

    ََّخَب الل

    َْىًما ك ًَ ِمْىُه

    ِت آالِف َسَىٍت. َالث

    َاَم ث َُ ُه ِع

    ََخَب ل

    َاٍم ك ًَّ

    َ أ

    َت

    َالث

    َْي َسَىٍت. َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث

    َف

    ْلَأ

    ًَُّ أَََم. َوَمْن َعاَم ِمْن َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت ْبَىاُب َجَهىَّ

    َْذ َعْىُه أ

    َل ِ

    ّلُاٍم غ

    اَء. َ

    َها ص ّيَُِل ِمْن أ

    ُْدخ ًَ

    ُت َُ َماِه

    َِّت الث َجىَّ

    ْْبَىاُب ال

    َُه أ

    َِخَحْذ ل

    ُاٍم ف ًَّ

    َ أ

    َت َُ َماِه

    ََزَجٍب ث

    اَدي َُه َحَسَىاٍث، َوه

    ُاج

    َئ ِِّ ْذ َس

    َل ْىًما ُبّدِ

    ًَ َس َ

    َعضَْمَست

    َُمَىاٍد ِمَن َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ

    هََُُّعَمَل، َوَمْن َشاَد َشاَدُه الل

    ِْهِف ال

    ْاْسَخأ

    ََك، ف

    َُه ل

    ََّس الل

    َف

    َْد غ

    ََماِء: ك 74 السَّ

    b. Penelusuran dengan menggunakan metode lafadz.

    Setelah ditelusuri melalui kata-kata yang jarang digunakan

    dari suatu bagian matan hadis di atas menggunakan kitab Mu‟jam

    72

    Abu al-Faraj ‘Abdurrahmân ibn al-Jauzî, Al-Mawdû‟ât, juz 2

    (Beirut : dar al-fikr, t.t.), h. 207. 73

    Muhammad „Alî Ibn Abdullah al-Syawkânî, al-Fawâid al-

    Majmû‟ah (Beirut : dar al-fikr, t.t.), h. 101. 74

    Jalâluddîn „Abdurrahman as-Suyûtî, al-La‟ali al-Masnû‟ah. Juz 2 (Beirut: dar al-fikr, t.t.), h. 65.

  • 41

    41

    al-Mufahras li Alfâz al-Hadits al-Nabâwî, tidak ditemukan terkait

    hadis tersebut.

    c. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan

    atau alfabetis.

    Setelah ditelusuri melalui metode awal matan menggunakan

    kitab Jâm‟i al-Hadîts Jam‟i as-Sogîr wa Zawâid wa al-Jami‟ al-

    Kabîr, informasi yang didapat adalah sebagai berikut :

    ِه ُْ ِفُ

    َضاَعفٌُم ج ُْ ْهٌس َعِظ

    ََم : إنَّ َزَجًبا ص

    َِّه َو َسل ُْ

    َي هللا َعل

    َِّبيُّ َعل اَل الىَّ

    َك

    ٍد ُْ اِفِعي َعْن َسِع اِم َسَىٍت )السَّ َُ ِغَاَن ك

    َْىًما ِمْىُه ك ًَ الَخَسَىاُث, َمْن َعاَم

    َي هللَا َعْىُه( َزض ِ75

    3. Penilaian Hadis

    Dalam sanad Hadis ini terdapat Muhammad bin Abî Tâhir

    al-Bazzâr, dia dituduh pendusta. Sedangkan beberapa perawi

    lainnya dalam sanad ini tidak dikenali, bahkan beberapa ulama

    hadis mengatakan bahwa barang kali mereka belum lagi

    dilahirkan. Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh Ibn al-Jawzi,

    Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti dan lain-lain.

    B. Hadis ke-2 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Haram)

    1. Teks dan Terjemahannya

    هٍس َحساٍمُ َ

    اٍم ِمن ص ًّ أَُ َمْن َعاَم ثالثت

    َُعَُْمُالُجُ وَُ ُسُُِْمُِالخ

    َُخَب ُذُبُْالَسُ وَُ ت

    َك

    ِحْسِعَُِت َسَىٍت. هللُا ِعبادة

    َِمائ

    Artinya:

    75

    Jalâluddîn „Abdurrahman as-Suyûtî, Jâm‟I as-Saghîr wa zawâid wa

    al-Jâm‟I al-Kabîr juz 1(Beirut : dar al-fikr, t.t.), h. 89.

  • 42

    42

    Barangsiapa yang berpuasa tiga hari di bulan haram pada

    kamis dan jumat dan sabtu, Allah tulis baginya (pahala)

    ibadah selama 900 tahun.76

    2. Takhrij Hadis

    a. Penelusuran dengan menggunakan metode lafadz

    Setelah ditelusuri melalui kata-kata yang jarang digunakan

    dari suatu bagian matan hadis di atas menggunakan kitab Mu‟jam

    al-Mufahras li Alfâz al-Hadits al-Nabâwî, tidak ditemukan terkait

    hadis tersebut.

    b. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan atau

    alfabetis.

    Setelah ditelusuri melalui metode awal matan menggunakan

    kitab Jâm‟i al-Hadîts Jam‟i as-Sogîr wa Zawâid wa al-Jami‟ al-

    Kabîr, tidak ditemukan terkait hadis tersebut.

    c. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan

    Setelah ditelusuri melalui awal kata ََُمْن َعام yang terdapat pada matan hadis di atas dengan menggunakan kitab Mausû‟ah

    Atrâf al-Hadits al-Nabawî al-Syarîf. Berdasarkan data kitab

    tersebut, informasi yang didapat adalah sebagai berikut:

    َو ُُس َو الُجْمَعت ِْ ِم

    َْهِس َحَساٍم الخ

    َاٍم ِمْن ص ًً ا

    َت

    َث

    َال

    ََمْن َعاَم ث

    77الَسْبُذُ

    Kitab Majma‟ al-Zawa‟id, karya al-Haytsami 3 : 191 مجمع

    76

    Ibu Ida, Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab, diakses dari

    Whatshapp Grup, pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 10.47

    77

    Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah

    Atrâf al-Hadîts, Juz 8, h. 339.

  • 43

    43

    Kitab al-Ilal al-Mutanahyah, karya Ibn al-Jawzi 532 : 2مخىاهُت

    Dari hasil takhrîj hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis

    yang berhasil ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan (tidak

    semua informasi dari rumus takhrîj terdapat hadis yang dimaksud

    di dalam kitab rujukan) :

    Redaksi dalam Kitab Majma‟ al-Zawâid wa Manba‟ al-

    Fawâid:

    ُ ْنُعَُوََُُ ٍسُأو

    َُ اَلُك

    َُعَُ هللاُِ ُلُىُُْسُزَُ َلُ: كا

    َُعَُ ى هللاُُل

    َُ ِهُُُْل

    ََُسُوََُ

    َُّ امَُعَُ ْنَُمُ َمُل

    َُث

    َُالَُث

    َ ت

    َُُّ ْنُمُِ ٍمُأًا

    َُ اٍمُسََُحُ سُِهُْص

    َُعَُْمُالُجُوَُ َسُُِْمُِالخ

    َُوَُ ت ُ َذُبُْالسَّ

    ُُ َبُخُِك

    َُادَُبَُعُِ هُُل

    ُ َنُحُْخُِِّسُ ة

    ُىََُسًُُ اهَُُوُزَُ .ت

    َُّ ى فِىُاوُِرَُبُْالط

    ََدِوى َعْن ِطَُسُوُْالا

    َى امل ْعُلْىَب ْبِن ُمْىس َ ٌَ َعْن

    ََُمت

    َ78َُمْسل

    Redaksi dalam Kitab Al-‘Ilal al-Mutanâhiyah:

    هََُّهَُّأ

    َاَل: أ

    َ، ك َغاِزيُّ

    ْهَ ٍْد ْلا ْحِر ْبُن ُمَحمَّ

    َخ

    ِْه ْبُن ا َسْعُد ال

    ٍَّد َعْبُد الل ُبى ُ