KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK...

121
KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA OBROG OWOK-OWOK EBREG EWEK-EWEK KARYA DANARTO DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Oleh Chitra Nur Imaniar NIM: 1112013100005 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK...

Page 1: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA

OBROG OWOK-OWOK EBREG EWEK-EWEK

KARYA DANARTO DAN IMPLIKASINYA PADA

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

Chitra Nur Imaniar

NIM: 1112013100005

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

 

LEⅣIBAR PENGESAHAN SKRIPSI ′

KRITIK SOSIAL DALAPI NASKAH DRAⅣ IA

OBRθG θ″り【 θ″りrttBREC E″"″

τr KARYA DANART0

DAN

IR/1PLIKASINYA PADA PEPIBELAJARAN BAⅡ ASA DAN SASTRA

INDONESIA DISEKOLAⅡ ⅣIENENGAⅡ ATAS(SPI劫

Skripsi

Dttukan kepada Fakultas 1lmu Tarbiytt dan Kcguruan untuk Memelluhi

Pcrsyaratan dalaln Melmperolё h Cclar Sttana PCndidikan(So Pd.)

01eh

Chitra rur lma亜ar

NIPI:1112013000055

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTASILPIU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGERISYARIF ⅡIDAYATULLAⅡ

JAKARTA

2019

ⅣIe

NIP。 197710302008012009

Page 3: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

LEPIBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul Kritik Sosial dalam Naskah Dram.a Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek

Karya Danarto dan Implikasinya terhadap Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia di

SMA disusun oleh Chitra Nur Imaniar, Nomor Induk Mahasiswa 1112013000055, diajukan

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada29 April 2019, dihadapan dewan penguji. Oleh

karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana (S. Pd) dalam bidang Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 2019

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Pttiua(Ketua Jurusan/Stud)

Dr.Makvlllll Subuki3 M.Hum.

NIP。 198003052009011015

sekraaris selC∝aris Jurusaly Prod)

Toto Edidttmo,MA.NIP.197602252008011020

PCnttiIA仙nad Btttiar、 M.Hulll.

NIP.197601182009121002

PenguJl II

No宙 Diah Harvanti,M.Hullll.

NIP。 198411262015032007

Tallggal

a2Mθ ,ュοノθ

e2 Mei 2619

aB Miei gate

Tanda Tangan

Mengetahui,Tarbiyah dan Keguruan

%..照グ.卸 .

Page 4: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAttRTAIFITK″

`″

//■“η凛,ヽ,ガ ぜ́ ″

"′

71イ プPルあ″ぶ●

FORIM(F]時

No Dokllmcn i FI・ rK‐ FR.AKD‐ ()89

TgL Terbit : I Maret 20luNo.Rcvisi: : 01

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang beianda tangan di ba、 vah ini)

Nama

Tempat/T'gl.Lahir

NIM

.lurusan I Prodi

i Chitra Nurimaniar

i Tangerang,19 Mei 1994

:1112013000055

:Pendidikan 3ahasa dan Sastra 11ldoncsia

Jlldul Skripsi :“ lくritik Sosial dalam Naskah Drama Obrok O、 ″ok…

o、、「ok Ebrck E、vck―cwck dan ilnplikasinya lPada

Pembclttaran Bahasa ttn Sattra lndonesia di SⅣ 独 ''

IDoscn Pcmbimbing :Rosida Erowati、 Ⅳl.lium

dcngan ini lncnyatakall bah、 va skripsi yang saya buat benar― bcnar hasil kava scndiri

dan saya bcftanggungiaヽ Vab sccara akadclnis atas apa yang saya tは lis

Pcrnyataan ini dilDutt scbagtt salah sttu syartt mcncmpuh Чian Munaqasyah

.lakarta,29 April 2019Mahasiswa Ybs.

NIⅣI。 1112013000055

Page 5: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

i

ABSTRAK

Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama

Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek Karya Danarto dan Implikasinya pada

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Rosida

Erowati, M. Hum.

Karya sastra memiliki kecenderungan untuk mencerminkan kondisi sosial

masyarakat yang dipotretnya. Oleh karena itu jika didalamnya terdapat kritik

sosial, hal ini menandakan bahwa karya sastra tersebut menyikapi sebuah

fenomena sosial. Naskah drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek Karya

Danarto merupakan salah satu naskah drama yang mengandung kritik sosial di

dalamnya. Dengan demikian peneliti menggunakan naskah tersebut sebagai objek

penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) merepresentasikan kritik sosial masa

orde baru; (2) mengimplikasikannya ke dalam pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di sekolah. Pendekatan yang digunakan sosiologi sastra yaitu

pendekatan yang berupaya mengungkapkan hubungan antara karya sastra dengan

kehidupan sosial masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat enam kritik

sosial yang dikritik pengarang antara lain: (1) Kritik masalah politik terhadap

Undang-Undang Permusikan, (2) Kritik masalah pendidikan terhadap rendahnya

kreativitas dan mahasiswa yang tidak tahan kritik, (3) Kritik masalah agama

terhadap kebobrokan iman, (4) Kritik masalah sosial budaya terhadap perseturuan

antara budaya tradisi dan budaya modern, (5) Kritik masalah teknologi terhadap

alat mengamen pengamen modern dan konvensional, (6) Kritik masalah moral

terhadap keserakahan, penipuan, kebiasaan hidup satu atap tanpa hubungan

pernikahan, dan poligami yang ada di masyarakat.

Kata kunci: Kritik sosial, Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek, Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia

Page 6: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

ii

ABSTRACT

Chitra Nur Imaniar, (1112013000055), “Social Criticism in Drama Obrog

Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek of Danarto and its Implications on Indonesian

Language and Literature Learning”. Major Indonesian Language and

Literature Education, Faculty of Science and Teachers Training, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Advisor: Rosida Erowati, M.

Hum.

A literary work has a tendency to reflect the social condition of the society

it expresses. Therefore, if there's social criticism in it, this indicates that the

literary work addresses a social phenomenon. The script of Obrog Owok-Owok

Ebreg Ewek-Ewek written by Danarto is one of the drama scripts that contains

social criticism in it. Thus, researchers use the text as the object of the research.

The aims of this research are: (1) to represent social criticism during the new

order; (2) to imply it in teaching Indonesian Language and Literature at school.

The approach used in literary sociology is an approach that able to express the

relationship between literary work and social life. The method used in this

research is a qualitative method. The result of this research indicates that there

are six social criticisms concerned by the authors, as following: (1) Criticism of

political problems with the Permission Act, (2) Criticism of educational problems

on low creativity and students who cannot stand criticism, (3) Criticism of

religious problems against faith depravity, (4) Criticism of socio-cultural

problems towards rivalry between traditional culture and modern culture, (5)

Criticism of technological problems with modern and conventional busking

buskers, (6) Moral criticism against greed, fraud, one-stop living habits without

marital relations, as well as polygamy issues.

Keywords: Social Criticism, Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek, Indonesian

Language and Literature Learning in High School.

Page 7: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirahim

Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Swt., yang telah

memberikan segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Selawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

baginda Nabi Besar Muhammad Saw., keluarga, para sahabatnya, dan para

pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi berjudul “Kpitik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

Ebreg Ewek-Ewek dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SMA”, disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S-1 pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini,

penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai

pihak, sehingga dapat menyelesaikan skripsi inidengan baik. Sebagai ungkapan

rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Toto Edidarmo, M. A., selaku Sekretaris Jurusan Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Rosida Erowati, M. Hum., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus

dosen pembimbing skripsi yang membantu penulis dalam segala proses

perkuliahan dan meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk

memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, yang selalu memberikan kasih

sayang, doa, dan motivasi demi kesuksesan penulis.

Page 8: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

iv

6. Kepala sekolah, rekan guru, dan staf Homeschooling Primagama Meruya yang

tiada henti mendukung dan memberi izin penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

7. Bangkit Sanjaya, untuk diskusi dan saran kepada penulis.

8. Sahabat dan rekan pada periode sekolah dasar hingga perkuliahan Tibi,

Lambe, Caduy, dan khususnya pada Mohammad Aulia Ramadhan atas

bantuan dan dukungannya.

9. Teman-teman seperjuangan PBSI 2012 dan lain-lain yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu yang selalu membuat suasana kelas begitu hangat, dan

penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kebersamaanya.

Akhirnya penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat

dalam skripsi ini. Penulis menerima kritik serta saran yang membangun. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca serta

kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Jakarta, 29 April 2019

Page 9: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

C. Batasan Masalah............................................................................. 6

D. Rumusan Masalah .......................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

G. Metodologi Penelitian .................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Kritik Sosial ...................................................................... 11

1. Pengertian Kritik Sosial ........................................................... 11

2. Kritik Sosial, Protes Sosial, dan Kreativitas ............................ 12

3. Kritik Sosial dalam Sastra ........................................................ 12

4. Kritik Sastra ............................................................................. 13

5. Jenis-Jenis Kritik Sosial ........................................................... 13

B. Hakikat Sosiologi Sastra ................................................................ 18

1. Pengertian Sosiologi Sastra ...................................................... 18

C. Hakikat Drama ............................................................................... 20

1. Pengertian Drama ..................................................................... 20

2. Pengertian Naskah Drama ........................................................ 21

3. Unsur Intrinsik Drama.............................................................. 22

D. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ................................... 30

E. Penelitian yang Relevan ................................................................. 31

BAB III BIOGRAFI PENGARANG

A. Biografi Danarto............................................................................. 34

Page 10: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

vi

B. Pandangan Danarto ........................................................................ 35

C. Karya Danarto ................................................................................ 37

D. Sipnosis .......................................................................................... 38

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Unsur Intrinsik Naskah Drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek

karya Danarto ................................................................................. 41

1. Tokoh dan Penokohan ............................................................. 41

2. Alur ......................................................................................... 60

3. Latar dan Ruang ....................................................................... 62

4. Penggarapan Bahasa................................................................. 65

5. Tema dan amanat ..................................................................... 69

B. Analisis Kritik Sosial terhadap Naskah Drama Obrog Owok-Owok

Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto................................................... 73

1. Kritik Sosial Masalah Politik ................................................... 73

2. Kritik Sosial Masalah Pendidikan ............................................ 75

3. Kritik Sosial Masalah Agama .................................................. 77

4. Kritik Sosial Masalah Sosial Budaya ....................................... 79

5. Kritik Sosial Masalah Teknologi ............................................. 80

6. Kritik Sosial Masalah Moral .................................................... 83

C. Implikasi Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto terhadap Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia ............................................................................. 92

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................ 96

B. Saran ............................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99

LAMPIRAN

Page 11: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai jenis karya sastra dibuat sastrawan sebagai bentuk

“pemberontakan” terhadap fenomena kehidupan yang dianggap tidak

wajar, dalam hal ini berarti menyanggah. Kondisi semacam ini membuat

banyak pelaku seni mencoba “menipu” dengan cara menuangkan kritik

dibalut dengan estetika seni yang menarik.

Kritik sosial sebagai sarana kegelisahan masyarakat atau bahkan

ungkapan kemarahan bertujuan untuk suatu perubahan yang lebih baik. Ia

hadir di dalam sebuah karya sastra, sebagai bentuk sindiran dari suatu

peristiwa yang dialami dan didengar oleh seorang pengarang terhadap

lingkungan di sekitarnya yaitu berupa ketimpangan sosial yang

menimbulkan masalah-masalah sosial. Oleh karena itu, karya sastra

dianggap sebagai salah satu wadah yang paling ampuh untuk

menyampaikan kritik sosial dimana seorang pengarang menyelipkan kritik

melalui karyanya dengan tujuan untuk menyadarkan objek yang menjadi

sasarannya. Wujud kehidupan sosial yang dikritik bermacam-macam.

Salah satu peristiwa yang menarik perhatian beberapa sastrawan ialah

mengenai keluarga, krisis kepercayaan sesama manusia, dan

perselingkuhan.

Naskah drama sebagai karya sastra menjadi media penyampai

representasi masyarakat. Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek

(selanjutnya disebut OOEE) adalah naskah drama yang sudah cukup

familiar di kalangan tokoh teater. Naskah drama ini merupakan naskah

yang ditulis oleh Danarto pada tahun 1973 (masa awal Orde Baru) dan

sudah dipentaskan oleh grup teater di Indonesia dengan tema yang cukup

sederhana. Karya ini menceritakan permasalahan kehidupan yang dapat

Page 12: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

2

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan perselingkuhan,

permainan, dan kejiwaan tentu sudah sangat sering diangkat sebagai tema

naskah drama, tetapi yang unik dan menarik di sini adalah bagaimana

cerita tersebut disajikan melalui teks OOEE yang ringan, dan tidak terlalu

rumit. Danarto sebagai sosok representasi yang menuangkan kritiknya

dengan cara yang berbeda, ia menyuguhkan cara bercerita dengan

campuran humor di dalamnya. Hal inilah yang kemudian diangkat oleh

Danarto dalam naskah drama OOEE.

Permasalahan-permasalahan aktual di atas juga telah diangkat oleh

beberapa sastrawan dalam penggarapan masalahnya. Dua diantaranya

yakni Nano Riantiarno dalam karyanya Pelangi dan Sumur Tanpa Dasar

karya Arifin C. Noer.

Pelangi karya Nano Riantiarno mengisahkan hancurnya sebuah

keluarga karena faktor kemiskinan. Kehancuran keluarga itu menjadikan

seorang kepala keluarga (ayah) mencari hiburan dengan perempuan lain

yang justru memperburuk keadaan. Di akhir cerita sang kepala keluarga

meninggal dunia.

Selanjutnya adalah Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer yang

menggambarkan seseorang yang gila harta, tidak percaya kepada manusia,

bahkan kepada keluarganya sendiri. Didasari oleh latar belakang salah satu

tokoh yang trauma terhadap kemiskinan. Sebuah krisis kepercayaan

terhadap sesama manusia yang harus berujung kembali pada agama

sebagai solusi.

Sebagai pekerja seni, Danarto memberi sumbangan yang besar

bagi perkembangan seni peran di Indonesia. Karya-karyanya mampu

mendudukannya dalam jajaran pengarang Indonesia kontemporer

terpandang. Karya-karyanya terpilih karena dilihat menurut riwayat kreatif

yang telah ia torehkan dalam sejarah kesenian (pertunjukan), orisinalitas

Page 13: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

3

selera sastra, dan kecemerlangan idenya. Maka dari itu, ia berhasil meraih

penghargaan FTI (Federasi Teater Indonesia) Award 2014.

Tiada hari tanpa menulis. Kreativitasnya terus mengalir. Usia senja

tidak menghalanginya untuk terus berkarya. Danarto sosok sastrawan dan

pelukis yang produktif di Indonesia. Sosoknya yang rendah hati telah

memberikan kontribusi dalam perkembangan dunia sastra dan seni rupa di

Tanah Air. Dengan apik ia menjadikan hiruk-pikuk Pasar Beringharjo

sebagai penggambaran keadaan sosial masyarakatnya. Realitas sosial yang

dimunculkan Danarto membuat pembaca menyadari bagaimana suasana

Pasar Beringharjo yang melambangkan kehidupan manusia yang selalu

berkutat pada permasalahan pemenuhan kebutuhan hidup dan terkenal

dengan harga barang yang murah dan batiknya yang berkualitas. Tidak

hanya transaksi barang dan uang, juga transaksi nilai moral.

Seno Gumira Ajidarma mengatakan bahwa naskah OOEE bukan

hanya membicarakan masalah ruang, tapi juga waktu. Ada kesepekatan

tentang waktu. Danarto menciptakan tokoh yang setiap saat bertambah

muda, ruang waktu yang makin muda, dan sekian waktu itu di berbagai

waktu yang berbeda dijadikan satu kepala, khayalan, dan mimpi. Danarto

dalam OOEE bermain dengan ruang waktu yang berbeda namun tetap

dalam satu panggung, saling sahut-menyahut, tapi pada kenyataannya,

ruang dan waktunya berbeda. Khayalan menjadi kenyataan, mimpi seperti

kenyataan, dan kenyataan tidak terlalu diambil serius. Danarto menghayati

mistik dengan riang dan tidak ada penjelasan untuk sebuah keajaiban.

Dunia nyata tetap bicara. Tidak mengorbankan seluruh kemurniannya

dalam kesepakatan sehari-hari yang harus logis. Danarto tidak

membedakan fakta dengan fiksi. Baginya, sastra adalah dirinya.

Selanjutnya, Sapardi Djoko Damono juga mengakui keunikan sastrawan

Page 14: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

4

yang pernah menjadi editor majalah dinding di fakultasnya ini. Naskah

Danarto menarik untuk dibaca.1

Naskah drama OOEE ini sangat menarik untuk dibaca karena

pembawaannya yang ringan dan Danarto menceritakannya seperti

dongeng yang menampilkan khayalan, kenyataan, masa lalu, masa yang

akan datang menjadi satu sehingga masih layak dibaca. Ia menggambarkan

kondisi masyarakat dibumbui dengan komedi namun tetap serius. Terdapat

pembelajaran hidup sehingga berkesan setelah membacanya. Kritik sosial

yang timbul karena adanya masyarakat kelas menengah ke atas yang

modern di zaman orde baru. Kritik yang disampaikan pun dengan kiasan

yang lucu sehingga tidak membuat jenuh membacanya. Kepercayaan

daerah yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, hiruk pikuk

permasalahan kebutuhan kehidupan di Yogyakarta, dan perselingkuhan.

Hal inilah yang diangkat Danarto dalam naskah drama OOEE.

Naskah drama OOEE yang ditulis Danarto dalam waktu yang

cukup lama ini merupakan drama yang mengungkapkan permasalahan

pada masyarakat masa kini maupun pada masa drama ini dibuat. Dalam

naskah dramanya, dikisahkan berbagai permasalahan kehidupan sosial

masyarakat di Yogyakarta. Danarto mencoba mengkritisi kehidupan sosial

masyarakat yang masih terbelenggu dengan hal-hal yang berbau suap-

menyuap dan sikap mistis. Kalangan atas yang menjalankan perilaku

tersebut, sedangkan kalangan bawah mengawasi kelakuan kalangan atas.

Drama ini sekaligus mengupas berbagai fakta yang sering kita temui di

sekitar kita: orang-orang ambisius yang menempuh berbagai cara untuk

mencapai tujuan pribadinya.

Dewasa ini, pada realita yang terjadi di masyarakat tentang

banyaknya orang yang egois, saling mencurigai, saling memeras, krisis

1Narasumber dalam acara diskusi dramaturgi Danarto pada acara penganugerahan tokoh FTI

(Federasi Teater Indonesia) 2014 di Graha Bakti Budaya (GBB) TIM, Cikini.

Page 15: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

5

kepercayaan, mengakibatkan malapetaka bagi diri mereka sendiri. Di

kalangan pemerintah dan public figure pun demikian. Mereka menguasai

media massa cetak maupun elektronik demi meraup keuntungan. Media

massa menjadi alat kepentingan politik untuk berkuasa. Sindiran Danarto

yang juga ia tampilkan di naskah drama ini tentang masalah pelanggaran

norma di masyarakat. Dalam beberapa kasus seperti perselingkuhan dan

kumpul kebo. Perselingkuhan di sini berasal dari seorang laki-laki yang

mencintai dua wanita sekaligus dan tinggal satu atap dengan salah satu

wanita yang ia cintai dan manfaatkan untuk mendapatkan uang.

Permasalahan lain yang ditawarkan Danarto adalah bagaimana sesuatu

yang modern dan tradisional menjadi bahan untuk bercerai-berai. Naskah

drama OOEE ini memiliki cerita yang sangat erat hubungannya dengan

masyarakat nyata pada situasi aktual sekarang seperti sopir transportasi

konvensional dengan sopir transportasi online, persaingan perdagangan,

bahkan dalam hal pendidikan. Semua saling berseteru untuk tujuan yang

sama: pemenuhan kebutuhan pokok.

Keberadaan naskah drama OOEEsebagai karya fiksi dapat menjadi

pilihan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Pada

hakikatnya, naskah OOEE turut memberikan pengaruh dan peranan yang

sangat penting dalam pembentukan karakter remaja, dikarenakan Danarto

membahas persoalan-persoalan sosial yang tengah terjadi di masyarakat.

Kritik sosial yang terkandung di dalamnya pun dapat merangsang

pesertadidik untuk berpikir secara kritis dengan keadaan sosial yang

terjadi di lapangan dewasa ini.

Pada pembelajaran sastra di SMA terdapat kompetensi dasar

memahami dan menganalisis dari segi unsur intrinsik dan ekstrinsik

naskah drama. Naskah-naskah yang berisi sindiran di dalamnya juga dapat

mengajarkan siswa tentang norma masyarakat yang seharusnya dipatuhi

sesuai aturan yang berlaku dan tidak dilupakan di era globalisasi yang

semakin canggih, berpikir kritis agar tidak mudah tergerus oleh zaman dan

Page 16: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

6

dengan mudahnya ikut budaya barat yang seharusnya bisa disaring secara

dewasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat skripsi

yang berjudul “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-owok,

Ebreg Ewek-ewek karya Danarto serta Implikasinya terhadap

Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat

diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

a) Kurangnya pembahasan mengenai kritik sosial dalam naskah drama

Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto;

b) Kurangnya pengetahuan siswa mengenai kritik sosial;

c) Rendahnya minat siswa mengapresiasi karya sastra, khususnya

naskah drama;

d) Kurangnya pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik karena dalam

kegiatan belajar mengajar hanya sebatas mengidentifikasi;

e) Kurangnya pemahaman siswa terhadap drama jika dikaitkan dengan

situasi terkini.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan untuk membatasi banyaknya

masalah yang muncul dalam penelitian ini. Pembatasan masalah juga dapat

mempermudah peneliti agar objek yang diteliti lebih spesifik dan

mendalam. Dalam naskah drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek

terdapat banyak permasalahan, maka dari itu, penulis membatasi dan

memfokuskan penelitian pada:

1. Kritik sosial dalam naskah drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-

Ewek karya Danarto

Page 17: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

7

2. Implikasi kritik sosial dalam naskah drama Obrog Owok-Owok, Ebreg

Ewek-Ewek karya Danarto

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pembatasan masalah

penelitian seperti yang telah dikemukakan di atas, masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana perwujudan kritik sosial yang terkandung dalam naskah

drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto?

b. Bagaimana implikasi kritik sosial dalam naskah drama Obrog Owok-

Owok, Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto terhadap pembelajaran sastra

di SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalahan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kritik sosial dalam naskah drama Obrog Owok-

Owok, Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto.

2. Mendeskripsikan implikasi naskah Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-

Ewek karya Danarto terhadap pembelajaran sastra di SMA.

F. Manfaat Penulisan

a) Manfaat Teoretis

Untuk menambah keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia,

memberikan manfaat pada semua pembaca dalam bentuk tergugahnya

kesadaran bahwa kritik sosial menjadi sebuah hal yang penting untuk

terus ditingkatkan di tengah derasnya arus pusaran keadaan saat ini

yang terus menerus mengacu nilai-nilai luhur dalam kehidupan

bermasyarakat.

Page 18: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

8

b) Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan sikap kritis

pembaca mengenai hal-hal yang umum dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pada dunia sastra

khususnya dalam memahami kritik sosial dalam naskah drama

Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto, yaitu:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan motivasi untuk belajar

menganalisis karya sastra, khususnya yang berhubungan dengan

kritik sosial.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan untuk mengapresiasi naskah drama.

G. Metodologi Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berupa naskah drama, yaitu naskah

drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto.

Sedangkan, objek dari penelitian ini adalah berupa kritik sosial yang

terkandung dalam naskah drama tersebut.

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dibuat agar pembahasan lebih terarah dan

tepat pada sasarannya, sehingga dapat dengan mudah diteliti dan

dipahami dengan baik oleh para pembaca. Fokus dari penelitian ini

adalah kritik sosial yang terkandung dalam naskah drama Obrog

Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto dengan menggunakan

pendekatan sosiologi sastra yang berimplikasi terhadap pembelajaran

sastra di SMA.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data untuk analisis ini terdapat dua sumber, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.

Page 19: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

9

a. Sumber Data Primer

Sumber utama pada penelitian ini adalah naskah drama

Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek, cetakan pertama karya

Danarto diterbitkan oleh Nalar, di Yogyakarta, pada tahun 2014,

dengan tebal 92 halaman.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan berupa data yang

berhubungan dengan analisis ini sebagai pelengkap dan

penunjang seperti skripsi, buku, artikel, jurnal yang terkait

dengan permasalahan yang ingin dibahas, dan penelitian lain

yang relevan dengan analisis ini.

4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah metode kualitatif dengan pendekatan metode deskriptif analisis

dan studi kepustakaan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

sosiologi sastra.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah teknik

membaca dan mencatat. Adapun langkah-langkah pengumpulan

datanya, dikelompokkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

sebagai berikut:

a. Mengadakan studi kepustakaan untuk pengumpulan bahan.

Langkah awal penelitian ini adalah membaca pustaka yang

berhubungan dengan objek penelitian untuk mendapatkan konteks

penelitian;

b. Membaca naskah drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek

karya Danarto untuk menganalisis keterjalinan antar unsur

intrinsik dalam drama tersebut;

Page 20: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

10

c. Membaca naskah drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek

karya Danarto untuk menganalisis kritik sosial yang ada dalam

naskah drama tersebut;

d. Menyimpulkan hasil analis yang didasarkan pada analisis data

secara keseluruhan.

6. Teknik Analisis data

a) Mengkategorikan data berdasarkan unsur intrinsik yang

terkandung dalam naskah drama tersebut dengan pendekatan

objektif.

b) Mengkategorikan hal-hal yang berkaitan dengan kritik sosial yang

terdapat di dalam naskah drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-

Ewek karya Danarto dengan menggunakan pendekatan sosiologi

sastra.

c) Mengimplikasikan kritik sosial yang terdapat di dalam naskah

drama Obrog Owok-Owok, Ebreg Ewek-Ewek dengan

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah yang

dikhususkan pada tingkat SMA

Page 21: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang kajian kepustakaan yang didasarkan pada teori-

teori yang relevan, yang menyangkut pembahasan dalam penelitian ini. Teori-

teori di sini tentang kritik sosial, naskah drama serta unsur intrinsiknya,

implikasi naskah terhadap pembelajaran sastra, dan juga penelitian yang

relevan.

A. Hakikat Kritik Sosial

1. Pengertian Kritik Sosial

Kritik berasal dari bahasa Yunani, krinien yang artinya mengamati,

membanding, dan menimbang.1 Kata kritikos dalam bahasa Yunani

kuno pada mulanya dipergunakan oleh kaum Pergamon pimpinan

Crates untuk membedakan dengan kaum ahli tata bahasa. Kritik sastra

merupakan cabang ilmu sastra yang berurusan dengan perumusan,

klasifikasi, penerangan, dan penilaian nilai-nilai sastra.2

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam

masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap

jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam

konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu variabel penting dalam

memelihara sistem sosial. Berbagai tindakan sosial ataupun individual

yang menyimpang dari orde sosial maupun orde nilai moral dalam

masyarakat dapat dicegah dengan mengfungsikan kritik sosial. Dengan

kata lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk

konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat.3

1 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984),

hlm.187 2 Yudiono K.S., Pengkajian Kritik Sastra Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm. 29-

30 3 Akhmad Zaini Akbar, “Kritik Sosial, Pers dan Politik Indonesia”, (dalam Moh. Mahfud

MD, dkk (editor), Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan, (Yogyakarta: UII Press, 1999), Cet.

2, hlm. 47

Page 22: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

12

Kritik sosial juga berarti sebuah inovasi sosial, di mana kritik

sosial menjadi sarana komunikasi gagasan-gagasan baru sembari

menilai gagasan-gagasan yang lama untuk sebuah perubahan sosial.

Kritik sosial dalam kerangka demikian berfungsi untuk membongkar

berbagai sikap konservatif, status quo dan vested interest dalam

masyarakat sauntuk perubahan sosial.4 Perspektif kritik sosial yang

demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka

melihat bahwa kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu

tujuan perubahan sosial.5

2. Kritik Sosial, Protes Sosial, dan Kreativitas

Berbicara mengenai kritik sosial, maka erat hubungannya dengan

protes sosial dan kreativitas, terutama jika dikaitkan dengan karya

sastra. Seperti yang dijabarkan Saini. K.M mengenai hubungan antara

protes sosial dan kreativitas. Pertama, terdapat dua unsur yang

menghasilkan kreativitas, yaitu kesadaran manusia dan realitas.

Kesadaran manusia dapat berupa kepekaan pikiran maupun hasratnya.

Realitas dapat berupa rangsangan, sentuhan-sentuhan, serta masalah-

masalah yang melibatkan dan menjadi pemicu kesadaran manusia.6

3. Kritik Sosial dalam Sastra

Karya sastra, melalui media bahasa figuratif konotatif memiliki

kemampuan yang jauh lebih luas dalam mengungkapkan masalah-

masalah yang ada di masyarakat.7 Pengarang berhak menuangkan

kegelisahannya terhadap kondisi sosial masyarakat dalam bentuk karya

sastra yang dibalut dengan kritik sosial sebagai perwakilan dari

masyarakat. Menuangkan kritik sosial dalam karya sastra merupakan

salah bentuk penyampaian kritik secara tidak langsung terhadap

4 Ibid., hlm. 48-49

5 Ibid., hlm. 49

6 Saini. K.M, Protes Sosial dalam Sastra, (Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 2

7 Nyoman Kuta Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),

hlm. 23

Page 23: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

13

fenomena sosial yang terjadi seperti faktor ekonomi, sosial, budaya,

politik, dan lain-lain.

Hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi

dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki.

Karya sastra mempunyai tugas penting, baik dalam usahanya untuk

menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan

terhadap suatu gejala kemasyarakatan.8

4. Kritik Sastra

Kritik sastra adalah suatu penyelidikan yang langsung berurusan

dengan suatu karya sastra tertentu. Di samping menimbang bernilai dan

tidaknya suatu karya sastra, penyelidikan ini menjernihkan pula segala

macam persoalan yang meliputi karya sastra itu dengan memberikan

penafsiran, penjelasan, dan uraian.9

Definisi lain kritik sastra ialah ilmu sastra yang berusaha

meyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi

pertimbangan baik buruknya karya sastra, bernilai seni atau tidak.10

Dari beberapa pemaparan di atas dapat dijelaskan secara singkat

bahwa kritik sastra adalah suatu proses menimbang untuk mengetahui

suatu karya layak diperhitungkan atau tidak.

5. Jenis-jenis Kritik Sosial

Kritik sosial yang menjadi perhatian peneliti dalam penelitian ini

meliputi beberapa aspek, yakni kritik sosial masalah politik,

pendidikan, agama, sosial-budaya, teknologi, dan moral.

8 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 334 9 Andre‟ Hardjana, Kritik Sastra: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm.37

10 Rachmat Djoko Pradopo, Prinsip-prinsip Kritik Sastra Teori dan Penerapannya,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), hlm. 9

Page 24: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

14

a. Kritik Sosial Masalah Politik

Sumaadmaja mengemukakan bahwa manusia adalah

makhluk berpolitik karena manusia mempunyai kemampuan untuk

mengatur kesejahteraan, keamanan, dan pemerintahan di

kelompoknya. Manusia adalah makhluk yang dapat mengatur

pemerintahan dan negaranya.11

b. Kritik Sosial Masalah Pendidikan

Pendidikan secara luas, merupakan dasar pembentukan

kepribadian, kemajuan ilmu, kemajuan teknologi, dan kemajuan

kehidupan sosial pada umumnya. Kemajuan ilmu telah mengubah

cara berpikir manusia saat ini. 12

Definisi lain menurut Ahmadi dkk menjelaskan bahwa

pendidikan pada hakikatnya suatu kegiatan secara sadar dan

disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh

seorang dewasa kepada anak, sehingga timbul interaksi dari

keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-

citakan dan berlangsung terus-menerus.13

Dengan pendidikan, manusia dapat menghadapi masalah-

masalah yang terjadi pada dirinya sendiri dan masyarakat. Masalah

pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam

kehidupan, sehingga pendidikan tidak dapat dipisahkan sama sekali

dengan kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam

kehidupan bangsa dan negara.14

Lebih lanjut dikemukakan mengenai masalah-masalah

pendidikan yang terjadi dalam masyarakat. Masalah-masalah

11

Nursid Sumaadmaja, Perspektif Studi Sosial, (Bandung: Angkasa, 1980), hlm. 42 12

Ibid, hlm. 89 13

Ahmadi, dkk, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 70 14

Ibid, hlm. 98

Page 25: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

15

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pendidik,

baik pendidik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat serta

faktor masalah yang bersumber pada anak didik itu sendiri.

Masalah-masalah yang disebabkan oleh faktor pendidik antara lain:

masalah kemampuan ekonomi, kemampuan pengetahuan dan

pengalaman, kemampuan skill, kewibawaan, kepribadian, attitud

(sikap), sifat, kebijaksanaan, kerajinan, tanggung jawab, kesehatan,

dan sebagainya. Adapun permasalahan yang berasal dari faktor

peserta didik sendiri meliputi: masalah kemampuan ekonomi

keluarga, intelegensi, bakat dan minat, pertumbuhan dan

perkembangan, kepribadian, sikap, sifat, kerajinan dan ketekunan,

pergaulan, dan kesehatan.15

c. Kritik Sosial Masalah Agama

Selain melakukan hubungan secara horizontal, yaitu

hubungan dengan sesama manusia, manusia juga melakukan

hubungan secara vertikal, dalam hal ini adalah hubungan manusia

dengan Tuhannya sebagai pencipta alam semesta. Hubungan

tersebut diwujudkan dalam bentuk agama.

Kata agama berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu dari kata:

a yang berarti tidak, dan gamae yang berarti kacau, tidak teratur.

Dari dasar pengertian ini selanjutnya terjadi pengertian agama.

Agama adalah suatu kepercayaan yang berisi norma-norma atau

peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan

antara manusia dengan Tuhannya. Norma tersebut bersifat kekal.16

Agama berfungsi mengisi memperkaya, memperhalus, dan

membina kebudayaan manusia, tetapi kebudayaan itu sendiri tidak

dapat memberi pengaruh apa-apa terhadap pengaruh pokok-pokok

ajaran yang telah ditetapkan agama sebagai norma yang abadi

15

Ibid, hlm. 256 16

Burhanudin Salam, Etika Sosial, Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1997), hlm. 179

Page 26: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

16

dapat berpengaruh terhadap perkembangan budaya dalam

masyarakat, akan tetapi kebudayaan tidak dapat mempengaruhi

ajaran agama. Ajaran agama digunakan sebagai petunjuk dalam

mengembangkan kebudayaan dan aspek kehidupan lainnya.17

Pada dasarnya sifat dan sasaran agama adalah meletakan

dasar ajaran moral, supaya manusia dapat membedakan mana

perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tercela. Ajaran

tersebut bersifat memberi peringatan dan tidak memaksa.18

Secara

ideal manusia sebagai makhluk Tuhan YME harus senantiasa taat

dengan bertakwa kepada-Nya. Namun pada kenyataannya masih

banyak orang yang menyalahkangunakan agama, karena sifat

agama yang tidak memaksa dan memberi kebebasan kepada

umatnya untuk menentukan sikap.

Manusia yang memiliki iman yang kuat pasti akan berusaha

menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.

Sebaliknya manusia yang tidak memiliki iman yang tidak cukup

akan melakukan penyelewengan. Masalah ini timbul akibat

lemahnya fondasi iman sehingga manusia tidak mampu

menjalankan perintah-Nya, ketidakmampuan inilah yang

mengakibatkan masalah sosial.

d. Kritik Sosial Masalah Budaya

Masalah budaya adalah peristiwa atau kejadian yang timbul

akibat interaksi sosial dalam kelompok masyarakat atau antara

kelompok masyarakat atau antara kelompok masyarakat guna

memenuhi suatu kepentingan hidup, yang dianggap merugikan

salah satu pihak atau masyarakat secara keseluruhan. Masalah

tersebut bersumber pada perbedaan sosial budaya yang dianggap

merugikan kepentingan pihak lain, sehingga dapat memunculkan

17

Ibid, hlm. 182 18

Ibid, hlm. 183

Page 27: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

17

konflik. Dengan demikian, moral selalu menunjukkan baik

buruknya perbuatan atau tingkah laku manusia. Tolak ukur untuk

menilai baik buruknya tingkah laku manusia disebut norma. Prinsip

moral yang amat sangat penting adalah melakukan yang baik dan

menolak yang buruk19

Dapat disimpulkan bahwa kritik dalam masalah sosial

budaya merupakan kritik yang muncul akibat adanya masalah-

masalah yang terjadi akibat penyimpangan terhadap unsur-unsur

kebudayaan.

e. Kritik Sosial Masalah Teknologi

Teknologi dipersepsikan sebagai pengetahuan untuk

memecahkan masalah dalam bentuk peralatan, teknik, kerajinan.

Selain itu teknologi juga berarti sistem dari suatu organisasi.

Teknologi juga mempunyai keterkaitan dengan perubahan budaya.

Sebagai contoh, kemunculan telepon seluler mengubah perilaku

seseorang.20

Maka dari itu pada dasarnya teknologi diciptakan untuk

kemudahan manusia melakukan sesuatu. Akan tetapi apabila

manusia terlalu bergantung pada teknologi dan kurang

memanfaatkan diri sendiri, maka akan menjadi bumerang bagi diri

sendiri.

f. Kritik Sosial Masalah Moral

Moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana kita harus

hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai tersebut terbentuk

dari nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang

19

M. Abdulkadir, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005),

hlm. 5 20

Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2012), hlm. 15

Page 28: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

18

diwariskan secara turun menurun melalui agama dan kebudayaan

tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup21

Secara umum moral menunjuk pada pengertian (ajaran

tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila.

Istilah “bermoral”, misalnya tokoh bermoral tinggi, berarti

mempunyai pertimbangan baik dan buruk yang terjaga dengan

penuh kesadaran. Namun, tidak jarang pengertian baik buruk itu

sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Pengertian baik buruk

itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Artinya, suatu hal

yang dipandang baik oleh orang yang satu atau bangsa pada

umumnya, belum tentu sama bagi orang yang lain atau bangsa

yang lain. Pandangan seseorang tentang moral, nilai-nilai, dan

kecenderungan-kecenderungan tertentu, biasanya dipengaruhi oleh

pandangan hidup, way of life, bangsanya.22

B. Hakikat Sosiologi Sastra

1. Pengertian Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi

berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama,

bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan,

perumpamaan). Lalu mengalami perkembangan perubahan makna,

soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu.23

Menurut Wolf, sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa

bentuk, tidak teridentifikasi dengan baik, terdiri dari sejumlah studi

empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general,

21

Burhanudin, Op.Cit, hlm. 3 22

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.), hlm. 429. 23

Nyoman Kuta Ratna, Op.Cit, hlm. 1

Page 29: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

19

yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa

semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat.24

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat

reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin

melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya,

asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak

dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu

lahirnya karya sastra. Karya sastra berhasil atau sukses yaitu yang

mampu merefleksikan zamannya.25

Perspektif sosiologi sastra menurut Levin (Elizabeth dan Burns)

dalam Suwardi Endraswara menjelaskan bahwa “literature is not only

the effects of social causes but also the cause of social effects.” Sugesti

ini memberikan arah bahwa penelitian sosiologi sastra dapat kea rah

hubungan pengaruh timbal balik antara sosiologi dan sastra. Keduanya

akan saling mempengaruhi dalam hal-hal tertentu yang pada gilirannya

menarik perhatian sendiri.26

Nyoman Kutha Ratna menjelaskan sastra memiliki kaitan yang erat

dengan masyarakat yaitu karena 1) karya satra ditulis oleh pengarang,

diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga

subjek tersebut adalah anggota masyarakat 2) karya sastra juga hidup

dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi

dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh

masyarakat 3) sebagai medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan,

dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya

telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan 4) berbeda

dengan ilmu pengetahuan, agama, adat istiadat, dan tradisi yang lain,

dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika.

24

Faruq, Pengantar Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 4 25

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Medpress, 2008),

Cet. IV, hlm. 77 26

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: CAPS, 2011), hlm.

79

Page 30: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

20

Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut

5) sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat

intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam sebuah

karya.27

C. Hakikat Drama

Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa

yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan

(exciting), dan ketegangan pada pendengar penonton.28

1. Pengertian Drama

Secara etimologis, kata “drama” berasal dari Yunani “dran”

yang berarti berbuat. Orang Yunani menyebut kata drama “draomai”

berarti perbuatan meniru. Menurut Morris dalam Emzir&Rohman,

“drama term derived from greek verbs, „dran‟ meaning „act‟ to „do‟;

maksudnya adalah drama dari kata kerja dran yang berarti berbuat.29

Drama adalah seni cerita dalam percakapan dan akting tokoh.30

Suwardi Endraswara juga menjelaskan bahwa drama adalah karya

yang memiliki daya rangsang, cipta, rasa, dan karsa yang amat tinggi.

31Aristoteles dalam Brahim pada buku Metode Pembelajaran Drama

Suwardi Endraswara menyatakan bahwa drama adalah “a

representation of an action” yang berarti adanya tindakan dan lakon.32

Berdasarkan kenyataan ini, drama adalah sesuatu perbuatan dan

tindakan untuk dipertunjukkan yang mempunyai rasa di dalamnya.

Ferdinand Brunetiere dan Balthazar Verhagen dalam Hasanudin

berpendapat bahwa drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan

sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action

dan perilaku. Sedangkan pengertian drama menurut Moulton adalah

27

Nyoman Kutha Ratna, 2010, Op.Cit, hlm. 332-333 28

RMA. Harymawan, Dramaturgi, (Bandung: CV. Rosda Bandung, 1988), hlm. 1 29

Emzir& Rohman, Teori dan Pengajaran Sastra, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2016), hlm. 262 30

Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran drama, (Yogyakarta: CAPS, 2011), Cet I,

hlm. 11 31

Ibid, hlm. 13. 32

Ibid, hlm. 12.

Page 31: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

21

hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan

kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.33

Brander Mathews berpendapat dalam Harymawan bahwa konflik

dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.34

Drama

merupakan kisah pertentangan yang saling beroposisi, di mana tiap

kejadian dari kekuatan-kekuatan khusus action dapat diketahui pada

tiap motif. Dengan demikian maka drama didasarkan atas human

conflict.35

2. Naskah Drama

Naskah berasal dari bahasa Inggris manuscript dan bahasa Perancis

manuscript, karangan yang ditulis tangan atau diketik, yang

dipergunakan sebagai dasar untuk mencetaknya.36

Naskah pada

umumnya sebuah tulisan yang umumnya memuat sebuah tulisan

panjang mengenai kehidupan. Naskah drama berisi percakapan antara

lakon satu dengan lakon yang lain yang pada umumnya berupa tulisan

atau ketikan yang dibukukan.

Sebagai genre sastra, drama mempunyai unsur cerita yang ditulis

seorang pengarang dalam bentuk dialog. Pengarang naskah drama

menggunakan bahasa sebagai sarana untuk menyalurkan kreativitas dan

imajinasinya yang dibentuk dalam dialog dan petunjuk pemanggungan.

Dialog merupakan pemikiran tokoh yang ditampilkan dalam bentuk

perkataan atau ujaran, sedangkan petunjuk pemanggungan merupakan

tuntutan bagi pengaturan tingkah laku pemain.37

Sebagai genre sastra, secara umum dapat dikatakan drama

mendekati, atau bahkan dapat diidentikkan dengan fiksi. Biasanya

rumusan tentang keidentikan ini diperoleh dari penulusuran tentang

bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan pengarang. Di dalam

33

Hasanuddin, Drama dalam Karya Dua Dimensi, (Bandung: Angkasa, 1996), hlm. 2 34

Harymawan, Op.Cit., h.1 35

Ibid, hlm. 16 36

Hasanuddin, Ensiklopedia Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu, 2004), hlm. 532. 37

Attar Semi, Anatomi Sastra, (Bandung, Angkasa, 1988), hlm. 161

Page 32: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

22

fiksi dapat ditemukan pemaparan tersebut tentang suatu peristiwa atau

tentang seseorang. Pemeran tersebut dilakukan sedemikian rupa

sehingga seolah-olah terjadi. Tokoh atau seseorang yang dipaparkan

seolah-olah benar-benar ada dan pernah ada, atau akan ada nantinya.

Padahal peristiwa hanya di dalam imajinasi dan pikiran pengarang

semata. Tentu saja harus diingat bahwa pemaparan ini tidak mungkin

terus imajinasi, karena jika terus imajinasi, fiksi tidak pula bisa

dipahami. Unsur-unsur yang semacam ini – yang biasa dikenal dengan

istilah fiksionalitas – di dalam drama.38

3. Unsur Intrinsik Drama

a. Tokoh dan Penokohan

Baldic dalam Nurgiantoro menjelaskan bahwa tokoh adalah

orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama,

sedangkan penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi

atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan

mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat

kata dan tindakannya39

Tokoh-tokoh yang telah “dipilih” oleh pengarangnya

biasanya telah “dipersiapkan” sedemikian rupa. Akan tetapi,

bagaimana pengarang tetap akan menjaga agar “jalan keluarnya”

sang tokoh tidak terlalu jauh. Maka, hal –hal yang melekat pada

tokoh dapat dijadikan sumber data atau sinyal informasi guna

membuka selubung makna drama secara keseluruhan. Faktor-faktor

yang disebut melekat langsung pada tokoh adalah persoalan nama,

peran, keadaan fisik, keadaan psikis, serta karakternya. Aspek-

aspek yang penokohan ini akan saling berhubungan dan berkaitan

dalam upaya membentuk dan membangun permasalahan dan

konflik di dalam drama40

Nurgiyantoro mengkategorikan tokoh ke dalam:

38

Hasanuddin, Op.Cit, hlm. 58 39

Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit, hlm. 247 40

Hasanuddin, Op.Cit, hlm. 77

Page 33: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

23

1) Tokoh utama dan tokoh tambahan

Pembedaaan tokoh ke dalam kategori ini didasarkan peran

dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita fiksi secara

keseluruhan. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya

tokoh dalam suatu cerita, ada tokoh yang tergolong penting

ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian

besar cerita. Sebaliknya ada tokoh yang hanya dimunculkan

sesekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun mungkin dalam

porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama

adalah tokoh utama cerita (central character), sedang yang kedua

adalah tokoh tambahan atau tokoh (peripheral character)41

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya

dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling

banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

dikenai kejadian. Sementara itu tokoh tambahan biasanya

diabaikan, atau paling tidak, kurang mendapat perhatian.42

2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Jika dilihat dari peran-peran tokoh dalam pengembangan plot

dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan, dilihat

dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh

protagonis dan tokoh antagonis.43

Baldic dalam Nurgiantoro

menjelaskan bahwa Tokoh Protagonis adalah tokoh yang

merupakan pengejawantahan norma-norma dan nilai-nilai yang

ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampikan sesuatu yang sesuai

dengan pandangan kita, harapan-harapan kita

41

Nurgiyantoro, Op, Cit, hlm. 258 42

Ibid, hlm. 259 43

Ibid, hlm. 260

Page 34: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

24

Sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan,

khususnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh

protagonist. Tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik

disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh yang

beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tidak

langsung, bersifat fisik maupun batin. Secara umum dapat

dikatakan bahwa kehadiran tokoh antagonis penting dalam suatu

cerita fiksi, khususnya fiksi yang mengangkat masalah

pertentangan antara dua kepentingan, baik-buruk, baik-jahat, benar-

salah, dan lain-lain yang sejenis. Tokoh antagonislah yang

menyebabkan timbulnya konflik dan ketegangan sehingga cerita

menjadi menarik44

3) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Perbedaan tokoh sederhana dan tokoh bulat dilakukan

berdasarkan perwatakannya. Dengan mengkaji dan mendalami

perwatakan para tokoh dalam suatu cerita fiksi, kita dapat

membedakan tokoh-tokoh yang ada ke dalam kategori tokoh

sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau

tokoh bulat (complex atau round character).45

Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli, adalah tokoh

yang hanya memiliki suatu kulitas pribadi tertentu, satu sifat watak

tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tidak diungkap

berbagai kemungkinan sisi hidupnya. Ia tidak memiliki sifat dan

tingkah laku seorang toko sederhana bersifat datar, monoton, hanya

mencerminkan satu watak tertentu. Watak yang telah pasti itulah

44

Ibid, hlm. 261 45

Ibid, hlm. 264

Page 35: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

25

yang mendapat penekanan dan terus menerus terlihat dalam cerita

fiksi yang bersangkutan.46

Tokoh bulat atau tokoh kompleks, berbeda halnya dengan

tokoh sederhana, adalah tokoh yang yang memiliki dan diungkap

berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati

dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat

diformulasikan, namun ia dapat pula menampilkan watak dan

tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin tampak

bertentangan dan sulit diduga. Abrams dalam Nurgiyantoro

menjelaskan perwatakan ini pada umumnya sulit dideskripsikan

secara tepat. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat

lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya karena di

samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga

sering memberi kejutan.47

4) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Altenbernd&Lewis dalam Nurgiyantoro menjelaskan bahwa

berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-

tokoh dalam cerita fiksi, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh

statis, tidak berkembang (static character) dan tokoh berkembang

(developing character). Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara

esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan

perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Tokoh jenis ini tampak seperti kurang terlihat dan tidak terpengaruh

oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena

adanya hubungan antarmanusia. Tokoh statis memiliki watak yang

relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.

46

Ibid, hlm. 265 47

Ibid, hlm. 266-267

Page 36: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

26

Tokoh berkembang, di pihak lain, adalah tokoh cerita yang

mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan

perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot dikisahkan. Ia

secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan

alam, sosial, maupun yang lain yang semuanya mempengaruhi sikap

wataknya. Sikap dan watak tokoh berkembang, dengan demikian,

akan mengalami perkembangan dan atau perubahan dari awal,

tengah, dan akhir cerita, sesuai dengan tuntutan logika cerita secara

keseluruhan.48

b. Alur/ Plot

Plot merupakan unsur fiksi yang terpenting. Hal ini

disebabkan karena kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan

antarperistiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah

pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan.49

Tahapan karakteristik alur drama yang dikemukakan Tafsir

dalam Burhan Nurgiyantoro dibagi menjadi lima tahapan yakni : 1)

Tahap penyituasian. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita,

pemberian informasi awal yang berfungsi untuk melandastumpui

cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2)Tahap pemunculan

konflik. Tahap ini merupakan tahap awal pemunculan konflik, dan

terus berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

3) Tahap peningkatan konflik. Pada tahap ini peristiwa dramatis

yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan semakin mengarah

ke klimaks. 4) Tahap Klimaks. Klimaks sebuah cerita akan dialami

oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan

penderita terjadinya konflik utama. 5). Tahap Penyelesaian.

48

Ibid, hlm. 272-273 49

Ibid, hlm. 164

Page 37: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

27

Konflik yang telah mencapai klimaks diberi jalan keluar, cerita

diakhiri.50

c. Latar dan Ruang

Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya

fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan dalam penokohan dan

alur. Jika permasalahan drama sudah diketahui melalui alur atau

penokohan, maka latar dan ruang memperjelas suasana, tempat,

serta waktu peristiwa itu berlaku. Latar ikut membangun

permasalahan drama dan menciptakan konflik.51

Sedangkan ruang merupakan unsur lain drama yang jelas

berkaitan dengan latar. Ruang juga menyangkut tempat dan

suasana. Namun begitu, sukar untuk menganalisis ruang tanpa

menghubungkannya dengan persoalan pementasan. 52

d. Penggarapan Bahasa

Penggarapan bahasa di dalam drama akan memberikan

indikasi lain tentang keberadaan unsur-unsur yang berikatan erat

dengan latar drama, misalnya hal-hal yang berhubungan dengan

latar drama, dengan indikasi suasana, waktu dan tempat.53

Gaya penceritaan menurut Wahyudi Siswanto mencakup

teknik penulisan dan teknik penceritaan. Teknik penulisan adalah

cara yang digunakan pengarang untuk menulis karya sastranya.

Sedangkan teknik penceritaan adalah cara yang digunakan oleh

pengarang dalam menyajikan karya sastranya.54

Gaya bahasa cenderung dikelompokkan menjadi empat jenis,

yaitu penegasan, pertentangan, perbandingan, dan sindiran.

Sebagaimana di dalam karya sastra lainnya, di dalam drama para

50

Ibid., hlm. 209-210 51

Ibid., hlm. 94 52

Ibid., hlm. 97 53

Ibid., h. 101 54

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 162

Page 38: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

28

pengarang pun memanfaatkan hal ini. Tentu dengan

memperhatikan kekhususan karakteristik drama. Masing-masing

jenis itu dapat pula diperinci lebih lanjut, misalnya metafora,

personifikasi, asosiasi, paralel, dan lain-lain untuk jenis gaya

bahasa perbandingan, ironis, sarkas, dan sinis untuk jenis gaya

bahasa sindiran; pleonasme, repetisi, klimaks, retoris, dan lain-lain

untuk jenis gaya bahasa penegasan, dan paradoks, antitesis, dan

lain-lain, untuk jenis gaya bahasa pertentangan. Penggunaan jenis

gaya bahasa ini akan membantu pembaca mengidentifikasi

perwatakan tokoh. Tokoh yang menggunakan gaya bahasa

penegasan dalam ucapan-ucapannya tentu akan berbeda letaknya

dengan tokoh yang menggunakan gaya Bahasa sindiran ataupun

pertentangan dan perbandingan.55

Penggarapan bahasa di dalam drama akan memberikan

indikasi lain tentang keberadaan unsur-unsur yang berkaitan erat

dengan latar drama, misalnya hal-hal berhubungan dengan latar

drama, indikasi suasana, waktu, dan tempat. Jika di dalam teks

drama ditemukan gaya sinisme yang digunakan pengarang,

mungkin akan memberikan indikasi tentang suatu keadaan

sewenang-wenangnya kekuasaan, ataupun gaya simbolisme yang

berhubungan dengan suasana keprihatinan. Dengan begitu, suasana

dan latar cerita dapat dikenali melalui gaya bahasa atau

penggarapan bahasa yang dilakukan oleh pengarang melalui tokoh,

apakah bersuasana komedi atau tragedi. Oleh sebab itu,

penggarapan bahasa oleh pengarang di dalam drama merupakan

bagian penting untuk diselidiki guna menunjang pemahaman

informasi-informasi teks drama dengan baik dan benar.56

55

Hasanudin, Op.Cit, hlm. 100 56

Ibid. hlm. 101

Page 39: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

29

e. Tema dan Amanat

Tema merupakan dasar cerita, gagasan, sentral, atau makna

cerita. Dengan demikian, dalam sebuah cerita fiksi, tema berfungsi

mengikat dan menyatukan keseluruhan fiksi tersebut. Dalam

kebanyakan cerita fiksi, tema umumnya tidak dinyatakan secara

eksplisit. Hal itu berarti pembacalah yang “bertugas”

menafsirkannya.57

Tema adalah inti dari permasalahan yang hendak

dikemukakan pengarang dalam karyanya. Oleh sebab itu, tema

merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait

dengan penokohan dan latar.58

Pengarang dalam menulis ceritanya

bukan hanya sekadar ingin bercerita, tetapi juga ingin mengatakan

sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakan itu bisa

suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan

ini atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan

tokoh cerita, semua didasari oleh ide pengarang tersebut. Tema

tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran moral. Tema bisa

hanya berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan59

Amanat merupakan opini, kecenderungan, dan visi pengarang

terhadap tema yang dikemukakannya. Amanat di dalam drama

dapat terjadi lebih dari satu, asal kesemuanya itu terkait dengan

tema. Pencarian amanat pada dasarnya identik atau sejalan dengan

teknik pencarian tema.60

Ketut Dibia menjelaskan bahwa amanat merupakan unsur

cerita yang berhubungan erat dengan tema. Amanat akan berarti

apabila ada dalam tema, sedangkan tema akan sempurna apabila di

dalamnya ada amanat sebagai pemecah jalan keluar bagi tema

57

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.), hlm. 255 58

Hasanuddin, Op.Cit, hlm. 103 59

Jakob Sumardjo& Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia), h. 56 60

Ibid, hlm. 103

Page 40: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

30

tersebut. Sementara itu, Sudjiman dalam Alwi pada buku Apresiasi

Bahasa dan Sastra Indonesia Ketut Dibia menjelaskan bahwa

amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit jika jalan

keluar atau ajaran moral disiratkan dalam tingkah laku menjelang

cerita berakhir. Amanat dilukiskan secara eksplisit apabila

pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan,

saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, sebagainya.61

D. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Pembelajaran sastra dinilai dapat membantu siswa dalam

keterampilan bahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak62

Secara sederhana Horace dalam Ismawati mengatakan bahwa

sastra itu dulce et utile, artinya indah dan bermakna. Sastra sebagai sesuatu

yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan dapat berfungsi

sebagai bahan renungan dan refleksi kehidupan karena bersifat

koekstensif dengan kehidupan, artinya sastra berdiri sejajar dengan hidup.

Dalam kesusastraan dapat ditemukan berbagai gubahan yang

mengungkapkan nilai-nilai sosial budaya, di antaranya terdapat dalam

drama. Pembahasan karya sastra yang terkait dengan kehidupan diarahkan

pada pengajaran apresiasi sastra dan bagaimana menggunakan media yang

berupa drama ini untuk mengungkapkan nilai-nilai kehidupan sesuai tema

dalam karya tersebut. Sehingga fungsi pengajaran sastra dapat dikatakan

sebagai wahana untuk menemukan nilai-nilai yang terdapat dapat dalam

karya sastra yang diajarkan, dalam suasana yang kondusif di bawah

bimbingan guru di sekolah. Pembelajaran sastra dimungkinkan tumbuhnya

sikap apresiasi terhadap hal-hal yang indah, yang lembut, yang manusiawi,

61

I Ketut Dibia, Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2018),

hlm. 113 62

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 16

Page 41: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

31

untuk diinternalisasikan menjadi bagian dari karakter anak didik yang

akan di bentuk.63

Mempelajari naskah drama adalah bentuk dari keterampilan

berbahasa siswa yaitu membaca, menulis, menyimak, dan mendengarkan.

Pembelajaran sastra menurut Wahyudi Siswanto keempat keterampilan

tersebut meliputi: (1) keterampilan mendengar meliputi: mendengar,

memahami, mengapresiasi ragam karya sastra baik asli, saduran aturan

atau terjemahan sesuai kemampuan siswa. (2) keterampilan berbicara

meliputi: membahas dan mendiskusikan ragam karya sastra sesuai dengan

isi konteks lingkungan dan budaya. (3) keterampilan membaca meliputi:

membaca dan memahami ragam karya sastra, serta mampu melakukan

apresiasi secara tepat. (4) keterampilan menulis meliputi: mengekspresikan

karya sastra yang diminati dalam bentuk sastra tulis yang kreatif, serta

dapat menulis kritik dan esai sastra berdasarkan ragam sastra yang telah

dibaca.64

Kegiatan pembelajaran sastra secara garis besar ini dapat

menumbuhkan minat baca siswa dalam bentuk yang lain, yaitu teks drama.

E. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan ini dilakukan untuk menghindari

hal-hal yang tidak diinginkan seperti menyontek karya orang lain dan

sebagainya. Untuk menghindari hal-hal tersebut, akan penulis paparkan

tentang perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah yang

dibahas.

Pertama, penelitian skripsi yang berjudul “Diksi dan Citraan dalam

Naskah Drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto

(Tinjauan Stilistika)”, yang diteliti oleh Dwi Fitri Wulandari Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surakarta Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun

2011. Penelitian ini mendeskripsikan tentang diksi dan citraan yang

63

Esti Ismawati, Pengajaran Sastra, (Yogyakarta:Ombak, 2013), hlm. 3 64

Wahyudi Siswanto, Op. Cit., hlm. 171

Page 42: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

32

terkandung dalam naskah drama OOEE karya Danarto ditinjau dari segi

stilistika dan makna. Hasil penelitiannya meliputi Analisis diksi meliputi

kata konkret, kata serapan dari bahasa asing, kata sapaan khas atau nama

diri, kata seru khas Jawa, kata vulgar, kata dengan objek realitas alam, dan

kosakata bahasa Jawa. Analisis citraan meliputi citraan penglihatan (visual

imagery), citraan pendengaran (auditory imagery), citraan peraba

(tactile/thermal imagery), dan citraan gerak (movement/kinaesthetic

imagery), dan analisis makna pada naskah drama OOEE karya Danarto.

Dimensi kultural, terdiri atas kesenian batik kebudayaan bangsa yang

berdimensi internasional, batik sebagai warisan budaya dunia. Dimensi

sosial, terdiri atas empati masyarakat desa sebagai wujud kepedulian

terhadap bangsa Indonesia,tolong-menolong terhadap relasi kerja. Dimensi

moral, yaitu perbuatan positif dalam kehidupan masyarakat.

Kedua, penelitian skripsi yang berjudul “Kesantunan Berbahasa

dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek karya

Danarto”, yang diteliti oleh Andi Pratama mahasiswa Universitas

Airlangga Surabaya Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 ini menghasilkan pembahasan

mengenai ragam bentuk kesantunan berbahasa yang ada di dalam naskah

drama OOEE dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kesantunan

berbahasa terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa replika

konstruksi sosial dalam naskah drama OOEE ini banyak tokoh yang

melanggar daripada mematuhi kesantunan berbahasa. Seperti bentuk

kalimat deklaratif dan interogatif, penggunaan sindiran, skala

kemanasukaan, penggunaan sapaan, seperti sapaan formal dan non formal,

dan pemarkah kesantunan.

Ketiga, penelitian skripsi yang berjudul “Gagasan Tasawuf dalam

Kumpulan Cerpen Godlob Karya Danarto dan Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Sastra di Sekolah”, yang diteliti oleh Muhamad Ali Alvian

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun

Page 43: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

33

2018 menghasilkan pembahasan mengenai gagasan tasawuf yang terdapat

dalam naskah Danarto yang meliputi: gagasan tentang KeTuhanan,

gagasan tentang kejiwaan; dan gagasan alam semesta melalui peristiwa

dan laku tokoh di dalamnya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang penulis paparkan di atas,

skripsi berjudul kritik sosial dalam naskah drama Obrog Owok Owok

Ebreg Ewek Ewek ini belum pernah ada yang menggunakan judul yang

sama. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul tersebut sebagai syarat

untuk mendapat gelar Sarjana.

Page 44: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

34

BAB III

BIOGRAFI PENGARANG

A. Biografi Danarto

H. Danarto dilahirkan pada 27 Juni 1940 di Sragen, Jawa Tengah.

Iaadalah salah seorang pengarang terkemuka dewasa ini. Selain pengarang

eksperimental, Danarto juga dikenal sebagai pelukis yang selalu

menampilkan kebaruan. Pada tahun 1961 Danarto belajar di Akademi Seni

Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta jurusan seni lukis. Di samping itu, ia

gemar sekali berkecimpung dalam lapangan drama. Danarto menjadi

anggota Sanggar Bambu, kemudian membantu pementasan Rendra, Arifin

C. Noer dan Sardono W. Kusumo. Ia sempat melawat ke luar negeri. Pada

tahun 1970 menjadi designer Misi Kesenian Indonesia di Expo 1970

Osaka, Jepang. Pada tahun 1973 mengajar di Akademi Seni Rupa LPKJ.

Karya-karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris antara

lain “Armageddon”, “Godlob”, “Adam Makrifat”, dan lain-lain.1 Pada

tahun 1976 Danarto mengikuti lokakarya International Writing Program

di Iowa, Amerika. Perpaduan antara sikapnya sebagai seorang dramawan

(art designer), pelukis, atau sastrawan, membuat karya sastranya sulit

terjamah oleh manusia biasa.2 Penghargaan dan hadiah yang pernah ia raih

antara lain, hadiah sastra majalah Horison untuk cerpennya Rintrik (1968),

hadiah sastra Dewan Kesenian Jakarta (1983), hadiah Yayasan Buku

Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk cerpennya “Adam

Makrifat” (1983), dan hadiah sastra S.E.A Write (1988) dari kerajaan

Thailand.3

1 Abdul Hadi W.M, WawancaradenganDanarto: Sastra PunyaAktualitasSendiri,

BeritaBuana, 28 Juli 1981, hlm. 18. 2Anonim, MenyimakCerpen-CerpenDanarto. Dari AjaranMistik – Religius Hingga Kritik

Sosial,Berita Buana, Selasa, 28 Juni1988, hlm. 4 3Kemendikbud, Danarto, (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tokoh

/734/Danarto), Diaksespadatanggal 5 Agustus 2017 pukul 12:39 WIB

Page 45: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

35

Perjalanan hidup sastrawan putra keempat dari lima bersaudara ini

cukup luar biasa. Dikenal sebagai sastrawan yang kalem, cenderung

„absurd‟ dalam setiap karyanya. Lahir dari keluarga sederhana, ia

berkembang dengan pesat. Pengalamannya baik di dalam maupun luar

negeri sudah banyak ia kantongi. Selain sebagai sastrawan dan teatrawan,

ia juga seorang pelukis yang suka mengadakan pameran di beberapa kota.

Sastrawan yang mempertahankan bahasa daerah di setiap karyanya dan

seseorang yang mencintai pekerjaannya yang dianggapnya menarik.

Sebagai seorang budayawan dan penyair ia juga pernah mengikuti

lokakarya penulisan di Iowa City dan program menulis Professional

Fellowship dari Japan Foundation di Kyoto, Jepang. Di usianya yang

sudah senja, ia pun masih aktif sebagai anggota sanggar Bambu. Ia lebih

banyak menghabiskan waktu di rumah dengan berkarya sampai di akhir

hayat hidupnya.

B. Pandangan Danarto

Selain pelukis dan penata panggung juga pengarang yang

terkemuka, penggaliannya yang berhasil terhadap mistik Jawa atau

Kejawen membuat karya-karyanya lain daripada yang lain. Baik dalam

tema, pengolahan masalah, gaya bercerita, maupun penyusunan cerita.4

Arief Budiman mengatakan dalam Berita Buana bahwa karya

Danarto lahir dalam suatu keadaan trance dan memberikan banyak hal-hal

baru dibandingkan cerita-cerita lain yang pernah ada di Indonesia. Sapardi

Djoko Damono menilai karya Danarto sebagai tren baru yang bernilai.

Karyanya unik dan menonjol, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di

dunia. Sastra Indonesia modern semakin menarik dengan karya penulis

seperti Danarto.5

Landung Simatupang mengatakan dalam pengantar naskah drama

Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto berpendapat bahwa

4AnonimdalamharianBeritaBuana, Danarto: Angkatan 70&SeniSebagaiEnlightment, 14

Februari1978, hlm. 6 5 Abdul Hadi W.M, Op. Cit., hlm. 18

Page 46: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

36

alih-alih kisah petualangan cinta gombal Tommy, yang menonjol dalam

lakon OOEE ini adalah sentilan-sentilan mengenai persoalan kebudayaan

di Indonesia dalam era ketika lakon ditulis, awal 1970-an. Ketika yang

tradisional atau jagad tradisional Jawa dengan batik dan gamelannya di

salah satu pusat kebudayaan Jawa yaitu Yogyakarta mulai merasakan

tantangan modernitas dan industrialisasinya. Istilah dan gagasan „pasar‟

mulai muncul dan secara sepenuh sadar diperhitungkan, bahkan dalam

produksi barang seni yang semula seolah tak ada urusannya dengan jual-

beli dan untung-rugi. Seiring itu, muncul pokok persoalan tentang bajak-

membajak dan hak cipta serta kebutuhan pengaturan hukum.6

Bertitik tolak pada kehidupan setempat yaitu rakyat Yogyakarta,

yang menggambarkan kehidupan kelas menengah ke atas yang tradisional

dan masyarakat menengah keatas yang modern. Kedua kehidupan itu

hidup berdampingan yaitu pedagang atau juragan (kebanyakan batik) bisa

bekerja sama dengan kaum intelektual kecil.7

Seperti dalam cerpen-cerpen Danarto, cerita ini pun melantarkan

ide-ide yang aneh, betapun segalanya dipersiapkan hanya untuk

menggembirakan penontonnya. Satire atau lebih tepatnya dikatakan ejekan

atau sindiran itu secara humoristis telah ditujukan kepada masyarakat

sekarang yang sedang gila-gilanya. Ejekan-ejekan itu cukup menyentuh

karena di dalamnya dilontarkan kritik mengenai sistem pendidikan, hidup

bersama tanpa nikah, merosotnya kreativitas, undang-undang perkawinan,

dan lainnya yang semuanya itu terjadi di sekitar kita.8

Danarto merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang beraliran

sufisme dan mistik apabila dilihat dari karya-karyanya yang memiliki ciri

abstrak, imajinatif, dan bersifat ketuhanan.Karya-karya Danarto dinilai

orang berbau sufisme dan cenderung bergaya gelap. Pesona dari cerita

6Danarto, ObrogOwok-OwokEbregEwek-Ewek, (Nalar,2014) hlm. ix

7Muhammad Bilal, CampurBaur Antara Mistikdan Propaganda Lukisan Batik, Resensi

Drama, Gg. Bunga, November 1973 8Jajak MD, Catatan dari Teater Alam Yogya: Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek

Karya Danarto, Sina rHarapan, 24 November 1973

Page 47: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

37

yang terdapat sederhana, namun tidak jarang pula pengendapan pribadi

lahir secara unik dan banyak hal perenungan memandang kehidupan

teknologi sebagai hal yang ajaib. Danarto mengakui bahwa masa kecilnya

memang mengalami hal-hal yang bersifat magis. Pernah mengalami dunia

perdukunan tentunya banyak menggambari naluri pengobatan kala itu.9

Danarto sangat erat berhubungan dengan sang Pencipta. Karya

Danarto merupakan kerinduannya dengan Tuhan. Ia berpikir bahwa seni

berfungsi sebagai enlightment, sebagai penerang yang menyatukan diri

kembali dengan Tuhannya. Danarto lahir ke dunia dengan latar belakang

dunia Jawa. Oleh karena itu, sedikit banyak terlihat bahwa dunia Jawa

yang cenderung mempermasalahkan kebatinan, sangat kuat memengaruhi

Danarto. Danarto pun memiliki konsep pendekatan mistik secara islami.10

C. Karya Danarto

Karya-karya Danarto terdiri dari cerpen, naskah drama, novel, dan

kumpulan esai. Kumpulan-kumpulan Cerpen Danarto antara l;ain yaitu

Rintrik pada tahun 1968, Godlob pada tahun 1975 yang berisi 9 cerpen,

From Surabaya to Armageddon pada tahun 1976, Adam Ma’rifat yang

berisi 6 cerpen diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1982, Orang

Jawa Naik Haji yang berisi catatan perjalanan naik haji Danarto yang

diterbitkan oleh Grafiti Pers pada tahun 1984, Berhala yang berisi 13

cerpen yang diterbitkan oleh Firdaus pada tahun 1987, Gergasi pada tahun

1996 yang berisi 13 cerpen, Setangkai Melati di Sayap Jibril pada tahun

2000 berisi 28 cerpen, dan Kaca Piring pada tahun 2007. Selanjutnya

naskah-naskah drama Danarto yang pernah ia buat adalah Obrog Owok-

Owok Ebreg Ewek-Ewek pada tahun 1973, Bel Geduweh Beh pada tahun

1978, dan Bumi di Tangan Anak-Anak pada tahun 2004. Ia juga pernah

9DwiErySantoso, Harian Merdeka, SufismedanPesonaKekanak-KanakanDanarto,

Minggu, 28 September 1986, hlm. 7 10

BudoyoPracahyo, HarianPelita, MenangkapHubunganDanartodenganTuhan, 30

Agustus1989, hlm. 6

Page 48: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

38

membuat novel yang berjudul Asmaraloka pada tahun 1999 dan membuat

Kumpulan esai yang berjudul Gerak-Gerak Allah pada tahun 1996.

D. Sinopsis

Naskah drama ini menceritakan kehidupan seorang mahasiswa seni

rupa yang bernama Tommy dimana ia menjalin hubungan dengan dua

wanita sekaligus yaitu Sumirah (seorang juragan batik Pasar Beringharjo)

dan Kusningtyas (Mahasiswi Kedokteran, anak dari Profesor, yang

sekaligus dosen dari Tommy). Di dalam naskah drama ini Tommy

memiliki maksud tersembunyi dalam menjalin hubungan dengan kedua

wanita tersebut. Demi mencapai tujuan pribadinya, Tommy menjalankan

lika-liku perselingkuhannya dengan penuh kehati-hatian.

Maksud tersembunyi Tommy mencintai kedua wanita tersebut

ialah urusan bisnis yang berhubungan dengan Sumirah. Sedangkan dengan

Kusningtyas, ia ingin mengejar prestasi pendidikannya karena ia adalah

mahasiswa bimbingan Profesor. Maksud buruk Tommy telah diketahui

oleh Slentem yang merupakan tukang sapu pasar Beringharjo sehingga

Slentem dapat menghasut Sumirah bahwa Tommy menduakannya.

Tommy tak henti-hentinya menutup mulut Slentem dengan uang

rokok namun keadaan ini dimanfaatkan oleh Slentem. Kedua kubu, baik

kubu Sumirah dan kubu Profesor dan Kusningtyas sama-sama telah

mengendus hal tersebut. Tetapi hanya seorang Slentem, yaitu seorang

tukang sapu Pasar Beringharjo, yang menjadi juru kunci atas permasalahan

ini. Slentem telah terlebih dahulu mengetahui perbuatan Tommy tersebut,

tetapi menyimpannya sebagai rahasia, sehingga ketika Sumirah meminta

Slentem untuk mengaku, Slentem tetap tidak mau. Begitu juga dengan

Profesor yang juga mengetahui perbuatan Tommy melalui kawan

dosennya yang mendengar pembicaraan Slentem saat makan burjo di salah

satu pedagang di pasar Beringharjo.

Page 49: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

39

Tommy dengan siasatnya berhasil mengelak dari tuduhan-tuduhan

tersebut. Tetapi imbasnya, ketika Tommy melaksanakan ujian di rumah

Profesor, ia sengaja tidak diluluskan oleh Profesor karena kecurigaan

Profesor kepadanya tentang hubungannya dengan Sumirah. Tommy tidak

mengetahui alasan Profesor tidak meluluskannya. Kedua kubu masih

memiliki keterbatasan dalam memecahkan masalah tersebut.

Tetapi di tengah cerita, Slentem tiba-tiba mengaku menjadi dukun

kepada Sumirah dan Profesor, sehingga kedua kubu percaya dan berani

membayar mahal Slentem hanya untuk sehelai rambutnya yang katanya

memiliki khasiat dapat melihat jarak jauh dan mencubit jarak jauh.

Padahal Slentem hanya berbohong. Tetapi entah kenapa pada malam

harinya, yang dijanjikan oleh Slentem tersebut dapat benar-benar terjadi,

sehingga meskipun terpisah jarak dan ruang, Sumirah dapat melihat

Profesor, dan sebaliknya, Profesor dapat melihat dan mencubit Sumirah.

Mengetahui hal tersebut, Slentem juga tidak percaya bahwa tipuannya

dapat berhasil begitu saja. Intelektual profesor yang dipertanyakan dimana

Profesor, seorang yang dikatakan sangat mengerti tentang pendidikan

ternyata juga masih percaya terhadap hal-hal yang masih tabu misalnya

percaya dukun dan piranti untuk menyelesaikan segala permasalahan yang

dihadapinya

Di hari yang lain, Slentem berpihak kepada Sumirah dan

mengirimkan surat kaleng berisi ancaman kepada Profesor agar

meluluskan Tommy, karena gelar kelulusan Tommy dapat berdampak

pada usaha batik Sumirah. Tetapi setelah seminggu tidak ada respon dari

Profesor, Slentem mendatangi rumah Profesor, dan akhirnya terkuaklah

bahwa Slentem adalah pengirim asli dari surat itu. Kemudian terjadilah

kejar-kejaran hingga set ditutup.

Kisah berakhir dengan semua pemeran yang menua, Tommy

menikah dengan Sumirah dan Kusningtyas dan memiliki banyak anak,

Profesor dan istrinya yang semakin menua, tetapi Slentem, entah kenapa

dengan pemikirannya, ia tetap menjadi Slentem muda.

Page 50: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

40

Dalam kisah tersebut juga dibumbui dengan adanya tokoh-tokoh

pengamen seperti Sariyem, dengan teman-teman pemusik tradisionalnya,

dan Warti dengan cassette tape recorder-nya. Kedua pengamen pasar ini

mendapat konflik ketika Warti mengamen dengan alat-alat yang sudah

modern sedangkan Sariyem masih memakai alat-alat musik tradisional.

Perilaku Warti ini lantas membuat Sariyem merasa sudah tidak mendapat

keuntungan lagi dari kerjanya karena kemodernan yang telah dipakai oleh

Warti.

Page 51: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

41

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Unsur Intrinsik Naskah Drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek

Karya Danarto

Di bawah ini akan dijelaskan unsur intrinsik dalam naskah drama

Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto sebagai berikut:

1. Tokoh dan Penokohan

Dalam unsur intrinsik, tokoh dan penokohan merupakan dua

hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah cerita.

Danarto dalam OOEE menggambarkan tokohnya dengan cukup

jelas. Hal ini terlihat melalui tindakan para tokoh serta

pendeskripsian yang disampaikan oleh dialog antar tokoh dan

narasi.

Gambaran tokoh tercermin lewat dialog dalam naskah lakon

OOEE karya Danarto, tergambar tokoh beserta wataknya. Tokoh

biasanya ditandai dengan nama sedangkan penokohan tergambar

melalui sikap dan watak. Dalam naskah OOEE karya Danarto,

banyak terdapat tokoh yang terlibat di dalam jalan cerita

diantaranya, Slentem, Profesor Seni Rupa, Nyonya Profesor Seni

Rupa, Tommy, Kusningtyas, Sumirah, Ati, Sariyem, Tukang

Kendang, Tukang Suling, Tukang Clempung, dan Warti. Dalam

naskah OOEE yang menjadi peran utama adalah Tommy dan

Slentem. Kedua tokoh ini mengalami konflik yang menegangkan.

Masing-masing memiliki kepribadian dan watak yang berbeda.

Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong penting dan

ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian

besar cerita.

Page 52: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

42

a) Tommy

Dilihat dari awal kemunculannya, Tommy termasuk salah

satu tokoh yang utama. Hal ini dikarenakan Tommy memiliki

peran krusial untuk mengetahui tema apa yang terkandung dalam

naskah OOEE karya Danarto. Tommy digambarkan sebagai

seorang mahasiswa Fakultas Seni Rupa yang cuek dan santai. Ia

hadir sebagai sosok representasi kaum golongan menengah ke atas

yang modern. Dilihat dari namanya, ia bukan masyarakat Jawa asli,

namun seorang mahasiswa yang merantau untuk belajar di

Yogyakarta. Gayanya yang nyeleneh dan ngetop dari cara

berpakaian, berbicara, sampai pada penamaan batik yang menjadi

karya andalannya.

Sumirah: Lha, ini loh Jeng Ati, yang kemarin sudah saya

bilang, batik baru desain Tommy.

Ati: Waduh ini baru lagi. Bagus betul. Namanya apa ini,

Mbakyu Sumirah?

Sumirah: ini karya Tommy yang paling lama ia kerjakan.

Judulnya “Shadow of Your smile”1

Terdapat pada adegan pembuka cerita yaitu percakapan

antara juragan batik (Sumirah) dan pedagang batik (Ati). Danarto

membuat propaganda batik yang bertujuan untuk menarik minat

orang membeli dan mencintai batik tradisional. Persaingan batik

pun terasa di salah satu pusat batik di Yogyakarta yaitu Pasar

Beringharjo. Tempat yang fenomenal pada masa penulisan naskah

bahkan sampai sekarang. Disaat di sana kental dengan nama-nama

motif klasik yang mengandung unsur Jawa, justru Tommy

menciptakan motif yang “nyeleneh”.

1 Danarto, Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek, (Nalar, 2014), hlm. 3

Page 53: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

43

Tommy: Bagaimana kata mereka?

Sumirah: Apa?

Ati: Itu lho, Mbak… Pak Suryo...

Sumirah: Oh, iya… Kritikan mereka… Ya rutin seperti kata

Slentem tadi.

Tommy: Ah, begitu saja selalu dalam ngritik... Sementara

desain batik maju pesat, kritikan-kritikan tak pernah maju-

maju.2

Tommy juga digambarkan sebagai mahasiswa yang tidak

suka dikritik, berpendirian keras, dan merasa bahwa ialah yang

paling baik. Pada dasarnya ia membutuhkan kritik yang diharapkan

untuk kemajuan batiknya, namun setelah diberikan komentar, ia

tidak terima dan berdalih kritik yang diberikan selalu begitu saja.

Sementara itu, Tommy mengalami kegalauan dikarenakan

mengalami kesulitan untuk mendapatkan kelulusan dari sang

profesor. Kejadian tersebut membuat Tommy memanfaatkan anak

perempuan profesor seorang mahasiswi kedokteran untuk

mendekati keluarga profesor dengan harapan ia akan segera

mendapatkan gelar yang menurutnya akan membuat perubahan

dalam karirnya sebagai seorang pelukis.

Slentem: Kusningtyas, mahasiswi Fakulteit Kedokteran

tingkat 3, putri pak profesor seni rupa.3

Cita-cita Tommy untuk lulus dari Fakultas Seni Rupa

bergantung pada Kusningtyas anak sang profesor. Ia menjadikan

Kus sebagai Tameng agar keluarga profesor luluh dan profesor

bisa meluluskannya dengan mudah. Berbagai cara dan upaya

dilakukan melalui berbagai tipu muslihatnya.

2 Ibid, hlm. 16

3 Ibid, hlm. 8

Page 54: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

44

Di lain sisi, ia juga tinggal satu atap dengan memanfaatkan

Sumirah, seorang juragan batik di Pasar Beringharjo untuk meraup

keuntungan dalam karir, biaya hidup, serta biaya kuliahnya di

Yogyakarta. Namun, apa yang ia lakukan dengan wanita-wanita

tersebut diketahui dengan tokoh Slentem. Lalu ia menyuap tokoh

Slentem agar diam dan menutup aibnya.

Sumirah: Tom, darimana dia garong itu? Padahal barusan

dia merengek-rengek minta saya.

Slentem: (Cepat-cepat berlalu)

Tommy: Saya yang kena bajak tadi.4

Tommy sekuat tenaga berupaya membuat Slentem tidak

membeberkan kenyataan bahwa ia menjalankan hubungan dengan

anak profesor dimana Slentem sudah mengetahui perilaku Tommy

di belakang Sumirah. Mereka pergi bersama untuk menonton

bioskop dan boncengan dengan vespa tanpa sepengetahuan

Sumirah.

Slentem: Apa yang musti saya ceritakan kalau tidak ada

dongeng? Apa yang musti saya lihat kalau tidak ada

pemandangan?

Sumirah: Jangan pura-pura ya? Kamu katanya pernah lihat

Tommy boncengan vespa sama Kus nonton di Rahayu?5

Kondisi di atas menjelaskan watak Tommy yang

ceroboh, ia menghalalkan segala cara yang membuat dirinya

terancam.

Profesor: Tom, kamu sudah membawa desain batik

baru?

Tommy: Shadow of your smile ini, Prof.

NY. Prof: Wah hebat kamu, Tom. Ini bagus untuk Ibu,

Tom.

Tommy: Memang pantas untuk Ibu.

NY. Prof: Terima kasih, Tom.

4 Ibid, hlm. 14-15

5 Ibid, hlm. 10

Page 55: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

45

Tommy: Tetapi ini satu-satunya contoh yang ingin saya

bawa ke Jakarta. Jadi bolehkah saya pinjam dulu nanti

saya antar kembali ke sini?

NY. Prof: Janji ya.

Tommy: Ya, Bu. Saya pinjam dulu.6

Selanjutnya, Tommy juga hadir sebagai lelaki playboy

dan gombal. Ucapan dan janji manisnya ia tuaikan kepada

siapa saja dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, ia juga

tidak mempunyai pendirian dan serakah.

Kus: Lama kamu gak kemari, kenapa?

Tommy: Saya sibuk menciptakan desain baru, sayang.

Kus: Mana untuk saya?

Tommy: Ini untukmu, Kus. Shadow of Your Smile.7

Dalam kutipan di atas menunjukkan ketidakseriusan

dan ketidakkonsistenan Tommy sebagai laki-laki. Ia

berbohong kepada ketiga wanita sekaligus. Pertama, ia

mengatakan batik itu untuk Sum, lalu Ny. Prof, dan

setelahnya kepada Kus dalam kurun waktu yang sama. Ia

tidak mempunyai rasa takut atas apa yang ia ucap dan

perbuat. Semua mengalir begitu saja tanpa merasa bersalah.

Dari penjabaran tokoh Tommy di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa Tommy termasuk tokoh utama yang

bersifat antagonis karena sikapnya yang tidak diharapkan

pembaca dan bertentangan dengan norma-norma yang ada. Ia

juga masuk ke dalam tokoh kompleks dikarenakan sifatnya

yang selalu di luar batas dan membuat para pembaca atau

penonton geleng-geleng kepala dengan perilakunya yang

semena-mena memperlakukan wanita, dan pendidikannya.

6 Ibid, hlm. 26

7 Ibid, hlm. 32

Page 56: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

46

Dilihat dari kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan

Tommy, ia merupakan tokoh statis dikarenakan dari awal

sampai akhir cerita ia tetap konsisten dengan pendiriannya

dan memilih untuk berpoligami dengan Kus dan Sumirah.

b) Slentem

Slentem seorang tukang sapu Pasar Beringharjo. Selain

menjadi salah satu tokoh sentral, Slentem juga sekaligus

hadir sebagai narator di dalam naskah drama ini. Ia adalah

penghubung antar tokoh. Slentem digambarkan sebagai sosok

yang sederhana, njawani, dan mewakili kaum menengah ke

bawah pada zamannya. Berdasarkan namanya kita bisa

mengetahui bahwa tokoh Slentem adalah penduduk asli

Yogyakarta. Slentem dihadirkan untuk menciptakan konflik-

konflik yang menyebabkan terjadinya permasalahan yang

menarik dan dibungkus dengan humor yang cukup

menggelitik. Ia hadir dengan karakter yang menyebalkan dan

kerap hadir dimana-mana, ia menjadi pengendali dan penentu

jalannya cerita.

Ati: Memang semuanya harus terinci dan tepat,

Mbakyu.

Profesor: Harus tepat.

Sumirah: Dengan begitu bisa melahirkan satu karya

yang bagus…

Slentem: …dan harga yang mahal

Sumirah: Sudahlah, Tem. Kamu pergi sana. Kerja!8

Slentem hadir sebagai penggerak cerita. Ia selalu

menjadi pendengar dan ikut „nimbrung‟ apabila tokoh Sum

dan Ati sedang berbincang. Slentem kerap menimpali dengan

8 Ibid, hlm. 5

Page 57: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

47

kata-katanya yang ajaib dan selalu mau ikut campur urusan

orang.

Ia juga digambarkan sebagai sosok yang matre,

berorientasi dengan uang, jahil dan suka menipu Profesor

dengan ide-ide yang ajaibnya.

Profesor: Ongkosnya berapa, Mas?

Slentem: Mahal.

Profesor: Berapa sih?

Slentem: Dua ribu lima ratus.

Profesor: Sebanyak itu? Tapi benar-benar ces-pleng,

Mas?

Slentem: Tok-cer!

Profesor: Jampi-jampinya apa itu?

Slentem: Bayar dulu atau nggak usah saja.9

Ia berusaha menipu professor sebagai seorang dukun

ketika professor berusaha mencarinya di pasar, namun bisa-

bisanya ia mengelabui dan memanfaatkan professor yang

datang menanyakan akan dirinya, justru ia mengaku dirinya

sebagai seorang dukun yang mempunyai ilmu magis. Ia

memberikan seutas rambutnya kepada profesor yang

berharap bisa memata-matai Tommy dari jarak jauh.

Dengan segala kemahirannya memainkan kata-kata

serta kecerdasannya dalam mengelak segala kecurigaan yang

datangnya padanya. Ia dihadirkan sebagai sosok yang pandai

bersilat lidah dan menyembunyikan cerita.

Ati: Kalau kamu cepat ngaku dan menceritakan semua

hubungan Tom dan Kus, itu lebih baik daripada kamu

diam saja. Kalau begini terus dan berlarut-larut,

semuanya akan menjadi gerah dan suasana menjadi

panas. Senang kamu kalau udara menjadi umob?

9 Ibid., hlm. 44

Page 58: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

48

Slentem: Apa yang musti saya ceritakan kalau tidak ada

dongeng? Apa yang musti saya lihat kalau tidak ada

pemandangan?

Sumirah: Jangan pura-pura, ya? Kamu katanya pernah

lihat Tommy boncengan vespa dengan Kus nonton di

Rahayu.10

Pada kutipan dialog di atas Slentem berusaha untuk

menutupi aib Tommy karena ia sudah disogok dengan rokok

agar bungkam. Slentem bersikeras tidak mau mengakui

kejadian yang sebenarnya karena merasa ia sudah diberi

rokok dan harus menjaga rahasia dari Sumirah. Susah payah

ia berusaha agar tidak kelepasan membocori perihal

hubungan Kus dan Tommy.

Pada akhir cerita digambarkan bahwa Slentem adalah

orang yang „nyeleneh‟, dan idealis. Slentem memiliki kuasa

penuh dan penggerak dalam cerita ini. Slentem sosok yang

tidak mau diatur, berpendirian yang keras, keras kepala, dan

mempunyai jalan hidupnya sendiri.

Slentem: Para penonton semuanya, inilah mereka yang

bergerak maju terus: Mas Tommy, Yu Sumirah,

Kusningtyas, Ati, Profesor, Nyonya Profesor, Sariyem,

Warti, Tukang Kendang, Tukang Suling, Tukang

Clempung. Tapi aku sendiri yang nggak mau,

sementara mereka bertambah terus tiap 1 Januari,

sedang aku nggak mau, aku selalu meloncat kembali ke

Desember yang silam dan akhirnya kuputuskan untuk

berhenti sama sekali. Bagi mereka, aku adalah masa

silam mereka, sedang bagiku adalah masa akan

datangku yang enggan aku jalani. Kok maunya mereka

menjadi tua.11

Pada bagian epilog tersebut pun tergambar bahwa

hanya Slentem yang tidak mau hidup maju, ia mau mengatur

10

Ibid., h. 10 11

Ibid, hlm. 82

Page 59: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

49

jalan hidupnya sendiri. Disinilah tergambar sangat jelas dan

lugas, bagaimana Danarto berhasil menempatkan Slentem

sebagai lakon dan sebagai narator.

Berdasarkan analisis tokoh Slentem, Slentem termasuk

tokoh utama yang mempunyai sifat antagonis, dibuktikan dari

perilakunya yang selalu tiba-tiba muncul dan membuat orang

kesal di setiap adegannya. Dilihat dari perwatakannya, ia

merupakan tokoh bulat yang selalu memberikan kejutan.

Sementara itu dilihat dari sisi berkembang atau tidaknya, ia

merupakan tokoh statis karena dari prolog sampai epilog ia

memotori hidupnya sendiri dan teguh dengan pendiriannya.

Ia tidak berubah dan tidak mengikuti arus cerita.

Selain tokoh utama, terdapat tokoh tambahan yang

utama. Tokoh tambahan yang utama dalam naskah drama ini

yaitu Profesor Seni Rupa, Ny.Profesor, Sumirah,

Kusningtyas, Ati, Sariyem, dan Warti.

c) Profesor

Profesor merupakan seorang tenaga pengajar di

Fakultas Seni Rupa Yogyakarta. Ia digambarkan sebagai

tokoh yang kaku, jahil, kolot, mempunyai pendirian yang

kuat, dan kleni. Ditelaah dari penyebutan tokohnya, hanya ia

dan istrinyalah yang tidak diberi nama seperti tokoh-tokoh

yang lain. Profesor sebagai sosok yang visioner, dan teoritis.

Profesor: Apakah soal ujian haruas tidak

membingungkan?

Tommy: Tetapi ini menggelikan. Professor bersenda

gurau, ya?

Page 60: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

50

Professor: Saya serius. Serius sekali12

Pada kutipan di atas menunjukkan sifat profesor

yang masih menjaga kewibawaan dan keseriusannya

sebagai tenaga pengajar. Di sisi lain pemikirannya yang

visioner sebagai seorang profesor yang berpendidikan

tinggi membuat ia terlalu teoritis, bosan dengan yang sudah

ia biasa jalani sehari-hari dan ingin mencoba dengan hal

yang menyimpang agama, yaitu percaya dengan hal mistis.

Hal ini pun dapat wijarkan terlebih ia memang tinggal di

lingkungan masyarakat jawa yang kental dengan hal-hal

yang berbau mistis.

Profesor: jampi-jampinya apa itu?

Slentem: Bayar dulu atau ngga usah saja

Profesor: Baiklah, Mas, nih!13

Pada posisi mendesak dan kekhawatirannya kepada

anaknya, profesor pun nekat melakukan sesuatu yang di

luar nalar orang normal sewajarnya. Ia bersikukuh ingin

membuktikan apa yang selama ini ia gelisahkan.

Berdasarkan analisis di atas tokoh profesor

merupakan tokoh utama tambahan utama yang bersifat

antagonis, dilihat dari perilakunya yang tidak diharapkan

pembaca. Dilihat dari sisi perwatakannya profesor termasuk

ke dalam tokoh bulat yang melakukan hal-hal yang

membuat kejutan. Sementara itu, ia merupakan tokoh

berkembang karena pada akhir cerita ia menerima

kenyataan bahwa anaknya dipoligamikan oleh tokoh

Tommy.

12

Ibid, hlm. 31 13

Ibid, hlm. 42

Page 61: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

51

d) Ny.Profesor

Tokoh tambahan utama yang selanjutnya adalah Ny.

Profesor. Ny.Profesor merupakan istri sah dari Profesor

seni rupa. Ia memiliki watak yang penyabar dan selalu

berpikir positif, terutama kepada Tommy. Tidak sedikitpun

ia berpikir negatif tentang Tommy dan cenderung membela

Tommy apabila profesor berpikir yang tidak-tidak tentang

Tommy.

Profesor: Aku dengar dia sudah pacaran, bahkan

sudah lama hidup bersama dengan juragan batik

Beringharjo.

Ny. Prof: Ah mosok. Dengar dari siapa?

Profesor: Dari kawan dosen

Ny. Prof: Kus sudah dengar?

Prof: Belum

Ny: Jangan main tuduh loh, Pap, sebelum lihat

sendiri buktinya dan jangan sampai terdengar oleh,

Kus. 14

Pada kutipan di atas Ny.prof sangat pro kepada

anaknya, Kusningtyas. Ia sangat menyayangi dan menerima

pilihan anaknya apabila memang tulus mencintai Tommy

tanpa embel apapun. Namun pada kenyatannya, justru

anaknya lah yang diselingkuhi oleh orang kepercayaannya

sendiri.

Berdasarkan analisis di atas tokoh Ny. Profesor

merupakan tokoh utama tambahan utama yang bersifat

protagonist, dilihat dari perilaku yang selalu sabar dalam

menyikapi sesuatu, tidak gegabah, sikap seperti inilah yang

diharapkan pembaca. Sosok Ny.Profesor sangat mewakili

wanita jawa pada aslinya yang kalem, lemah lembut dalam

14

Ibid, hlm. 8

Page 62: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

52

bertutur, menghargai orang, berpikiran positif, dan santai.

Tidak terlihat juga ia seorang yang neko-neko didilik dari

ucapan, tingkah lakunya walaupun ia seorang istri profesor.

Dilihat dari sisi perwatakannya, Ny. Profesor termasuk ke

dalam tokoh sederhana karena sifatnya yang datar dan

monoton. Sementara itu, ia merupakan tokoh statis karena

pada dari awal hingga akhir cerita ia tetap pada sikap yang

sama. Menerima tommy menjadi mantunya.

e) Sumirah

Sumirah digambarkan sebagai tokoh yang kuat

dalam mental dan pikirannya. Walau terdengar desas-desus

ia tetap berpikir baik tentang Tommy.

Sumirah: Sudah lama sebenarnya, tapi sengaja saya

diam saja, sebelum melihat sendiri buktinya.15

Dari kutipan di atas pada dasarnya Sumirah telah

mengetahui hubungan Tommy dan Kus dari berbagai

sumber yang ia dapat dan memberi tahu dirinya di pusat

pertemuan orang dari berbagai kalangan dan rupa, Pasar

Beringharjo. Namun ia tetap kuat seolah-olah tidak terjadi

apa-apa dan tidak mau menghakimi Tommy apabila ia

belum menemukan bukti yang kuat perihal apa yang ia

dengar dari orang-orang terhadap Tommy.

Ia juga tergambar sebagai sosok yang gigih dalam

berusaha, ia mempunyai penderian dan tekat yang kuat.

Apabila mempunyai suatu target dan keinginan harus

tercapai. Tergambar pada kutipan di bawah ini.

15

Ibid, hlm. 8

Page 63: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

53

Sumirah: Sebab, seluruh rencana sudah terpancang

kuat-kuat antara kita berdua, sebab seluruh

kekuatan, pikiran dan harta benda diarahkan untuk

mencapai sasaran utama16

Pada kutipan di atas terlihat betapa ia mencintai

sosok laki-laki pujaan yang telah hidup dua tahun bersama

dengannya. Ia berpikir bahwa dengan titel yang didapatkan

nantinya akan membawa kesuksesan yang lebih untuk

usahanya dan Tommy. Harapan demi harapan sudah

terpampang di depan mata. Maka ia sangat ambisius

menginginkan Tommy lulus dari Fakultas Seni Rupa dan

mendapat titel doktorandus.

Berdasarkan analisis, tokoh Sumirah merupakan

tokoh utama tambahan utama yang bersifat protagonis,

dilihat dari perilaku yang selalu sabar dalam menyikapi

sesuatu, mempunyai mental yang kuat walaupun mau

dibohongi dan dimadu. Kenyataan ini memang cukup miris,

namun sikap seperti inilah yang diharapkan pembaca dalam

menyikapi suatu permasalahan walaupun terkesan terlalu

dibodohi oleh cinta buta. Sosok Sumirah dlihat dari sisi

perwatakannya ia termasuk ke dalam tokoh sederhana

karena sifatnya cukup datar dan konsisten. Sementara itu, ia

merupakan tokoh statis karena pada dari awal hingga akhir

cerita ia tetap pada sikap yang sama. Menerima dimadu

dengan Tommy, kekasih kumpul keponya. Walaupun di

akhir cerita ia dinikahi dan mempunyai 3 orang anak

dengan Tommy.

16

Ibid, hlm. 51

Page 64: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

54

f) Kusningtyas

Kusningtyas digambarkan sebagai tokoh yang

manut, pendiam, dan gampang dibodohi. Ia sangat

mengikuti alur cerita, namun tidak terlalu terlihat

bagaimana wataknya dilihat dari kemunculannya yang tidak

terlalu banyak dan tidak tergambar begitu gambling

bagaimana perilakunya.

Kusningtyas: Aduh, darling, manis betul. Aku jahit saja

sekarang untuk malam minggu nanti

Tommy: Tentu, honey, cuma sebentar, izinkan saya

pinjam barang dua tiga hari. Mau saya bawa ke Jakarta.

Ada seorang kolektor yang kepingin lihat. Boleh,

sayang?

Kusningtyas: Tentu, baby.17

Pada kutipan di atas tergambar bagaimana ketulusan

perasaan Kus kepada Tom tanpa embel-embel

dibelakangnya yang sayangnya dimanfaatkan oleh Tommy.

Ia sangat menaruh harapan kepada Tommy. Ia berpikir

bahwa mereka adalah pasangan yang sangat cocok.

Berdasarkan analisis di atas tokoh Kusningtyas

merupakan tokoh utama tambahan utama yang bersifat

protagonis, dilihat dari perilaku yang selalu sabar dalam

menyikapi sesuatu, walaupun sama-sama mau dibohongi

dan dimadu, namun tetap ikhlas menjalani kenyataan.

Sosok Kusningtyas dilihat dari sisi perwatakannya ia

termasuk ke dalam tokoh sederhana karena sifatnya cukup

monoton, tidak ada kejutan yang berarti. Sementara itu, ia

merupakan tokoh statis karena pada dari awal hingga akhir

cerita ia tetap pada sikap yang sama. Menerima dimadu

dengan Tommy, kekasihnya yang ia pacari dengan tulus

17

Ibid, hlm. 33

Page 65: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

55

dan dengan cinta. Walaupun di akhir cerita ia dinikahi dan

mempunyai dua orang anak yang lucu dengan Tommy.

g) Ati

Ati adalah sosok pedagang batik yang cukup

mewakili representasi masyarakat jawa yang mencintai

kebudayaan. Ia hadir sebagai penengah apabila Sumirah

berselisih dengan Slentem.

Ati: Sudahlah, Mbak. Semuanya „kan belum pasti.

Harus kita selidiki dulu.

Pada kutipan di atas terlihat sosok Ati yang

mempunyai niat baik sesama rekan yang sama-sama

mencari nafkah di tempat yang sama. Sosoknya yang setia

kawan dan mau menolong Sumirah tanpa pamrih. Ati pun

selalu menerima menjadi pendegar yang baik ketika

Sumirah berkeluh kesah tentang apapun.

Ati sebagai sosok yang turut membela Tommy dan

sangat mendukung hubungan Tommy dengan Sumirah. Ia

sangat menyayangkan apabila mereka tidak bersama lagi.

Ati: Itulah, Mbakyu. Mas Tommy dan mbakyu

sudah merupakan pasangan yang manis. Sayang

kalau terjadi bentrokan-bentrokan. Mas Tommy

seorang pelukis laris, sedang Mbakyu juragan yang

bisa menghargai uang. Klop!

Sosok Ati yang menunjukan ketulusannya dalam

berkawan dan mudah mengambil hati Tommy dan Sumirah

lewat kata-katanya yang bernilai positif. Ia dengan senang

hati membela dan tidak segan-segan melawan apabila

Page 66: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

56

terdengar hal yang tidak baik datang pada Tom maupun

Sum.

Ati: Kalau kamu cepat ngaku dan menceritakan

semua hubungan Tom dan Kus, itu lebih baik

daripada kamu diam saja.18

Dari kutipan di atas, Ati memang dihadirkan

sebagai tokoh hero bagi Sumirah untuk membujuk dan

merayu Slentem agar mereka mendapatkan berita mengenai

kedekatan Tom dan Kus.

Ati: Ayolah, Tem. Kok kaya kita ini bukan kawan

lama. Kalau kamu sedang repot sering dibantu

Mbakyu Sum.19

Ati diposisikan sebagai orang yang terus membela

Sumirah dan merasa tidak dihargai oleh Slentem sebagai

teman yang sudah lama. Slentem pun sebagai tokoh yang

kerap dibantu Sumirah tetap diam dan tidak mau bercerita.

Pada akhir cerita, usut punya usut ternyata Ati

menyimpan perasaan kepada Slentem. Terlihat dari epilog

Slentem di bawah ini.

Slentem: …sedang Ati sebenarnya menyimpan rasa

dengan saya, tetapi saya menolak.20

Perseturuan Slentem, Sumirah, Ati dan intensitas

pertemuan mereka sehari-hari yang memungkinkan Ati

menyimpan perasaannya kepada Slentem walau pada

18

Ibid, hlm. 10 19

Ibid, hlm. 11 20

Ibid, hlm. 83

Page 67: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

57

awalnya Ati sering merasa risih dan gemas terhadap

kedatangan Slentem yang selalu tiba-tiba nimbrung

percakapan, ikut campur, dan muncul di setiap saat.

Berdasarkan analisis di atas tokoh Ati merupakan

tokoh utama tambahan utama yang bersifat protagonis,

dilihat dari kehadirannya sebagai penengah dan mencoba

membuat energi yang positif di sekitarnya. Sosok Ati

dilihat dari sisi perwatakannya ia termasuk ke dalam tokoh

sederhana karena sifatnya cukup monoton, tidak ada

kejutan yang berarti. Sementara itu, ia merupakan tokoh

statis karena pada dari awal hingga akhir cerita ia tetap

pada sikap yang sama.

h) Sariyem

Sariyem merupakan tukang ngamen yang biasa

menembangkan lagu-lagu tradisionalnya. Dalam bahasa

Jawa disebut ledek. Sariyem sebagai representasi

masyarakat Jawa yang masih berpegang teguh kepada adat

dan budaya Jawa dan tunduk akan aturan yang berlaku.

Hidupnya tidak banyak macam-macam dan mengikuti alur.

Sariyem: Silakan! Silakan! Terus! Memangnya aku

dianggap apa atas dasar ini semua. Pada hakikatnya

kami adalah orang-orang yang menurut. Tetapi

kalau dibeginikan terus, apa yo kuat! Ti, Warti!21

Di awal kemunculannya, Sariyem mengamuk

dikarenakan ia melihat bagaimana kondisi Pasar

Beringharjo tempat ia mencari makan menjadi didominasi

oleh orang yang mengamen menggunakan tape recorder.

Sebagai orang yang masih berpegang teguh pada tradisi

21

Ibid, hlm. 21.

Page 68: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

58

jelas ia tersulut emosi karena merasa tersingkir dan tidak

lagi mempunyai tempat.

Berdasarkan analisis di atas tokoh Sariyem

merupakan tokoh utama tambahan utama yang bersifat

protagonis, tergambar dari kehadirannya sebagai sosok

yang tidak neko-neko. Sosok Sariyem dilihat dari sisi

perwatakannya termasuk ke dalam tokoh kompleks terbukti

dari apa yang perseteruannya dengan Warti. Sementara itu,

ia merupakan tokoh berkembang karena di awal

kemunculannya ia bersikap baik-baik saja, hanya karena

tersulut emosinya oleh Warti, dan di akhir cerita para

pengamen hidup dengan tenang oleh undang-undang

permusikan yang dibuat oleh Slentem walaupun pada

akhirnya Sariyem juga mengikuti jejak Warti mengamen

dengan tape recorder dikarenakan pita suaranya sudah habis

dan tidak bisa menembangkan tembang lagi karena

dimakan usia.

i) Warti

Warti digambarkan sebagai sosok kaum kelas

menengah ke bawah yang modern dengan gayanya yang

borju dan terbilang belagu. Ia merupakan seorang wanita

pengamen dengan tape recorder. Warti sosok yang keras

dan egois seperti kacang lupa kulitnya. Pendiriannya kuat

dan berpegang teguh atas sesuatu yang telah menjadi

prinsip hidupnya.

Page 69: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

59

Warti: Aku adalah aku. Aku bertindak hanya karena

disuruh. Kita memang teman. Dulu. Sekarang kita

musuh.22

Pada kutipan di atas ia hidup dalam kendali orang

dan ia harus memegang kemudi itu. Warti sebagai

representasi kaum borjuis pada era orde baru pada dasarnya

memiliki selera musik yang cukup bagus untuk orang-orang

yang menyukai musik sejenisnya.

Warti: “When I First Saw You”, ada “Rolling

Love”, ada. “Moonlight Country” ada23

Status Warti sebagai pengamen yang sudah tidak

memegang teguh tradisi dan lebih memilih mengikuti

zaman dan teknologi dengan menampilkan lagu-lagu barat

ketimbang lagu tradisional. Warti telah mengeyampingkan

budaya dimana ia pernah dibesarkan dari alat dan musik

tradisional.

Berdasarkan analisis di atas tokoh Warti merupakan

tokoh utama tambahan utama yang bersifat antagonis,

dilihat dari kehadirannya sebagai penyulut emosi dan

pendatang permasalah muncul antara dirinya dengan

Sariyem. Sosok Warti dilihat dari sisi perwatakannya ia

termasuk ke dalam tokoh kompleks karena perilakunya

yang luar biasa. Sementara itu, ia merupakan tokoh

berkembang karena pada akhir cerita semua pengamen

hidup dengan rukun dan damai.

22

Ibid, hlm. 22 23

Ibid, hlm. 20

Page 70: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

60

Sementara itu, tokoh utama tambahan (yang

memang) tambahan adalah Tukang Cemplung, Tukang

Kendang, dan Tukang Suling.

2. Alur/Plot

Drama OOEE karya Danarto menggunakan alur maju tanpa

menoleh ke belakang sedikitpun. Cerita dalam naskah ini terjadi

dalam 1 babak.

MASA LALU, MASA KINI, MASA YANG AKAN DATANG

MENJADI SATU. RUANG DAN WAKTU KEMPAL DALAM

SATU SUASANA DAN KEADAAN. PASAR

BERINGHARJO ADALAH RUANG UJIAN, ADALAH

KAMAR TIDUR, ADALAH TEMPAT NGAMEN, ADALAH

HARI KETUAAN, MENANTI MAUT… ADALAH…24

Petikan prolog di atas menggambarkan tahap penyituasian.

Prolog ini berisi pegenalan latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini

merupakan pembukaan cerita dan pemberian informasi awal bahwa

Pasar Beringharjo menjadi tempat saksi hidup berbagai generasi

terjadinya transaksi uang dan juga moral. Tahap ini berfungsi untuk

memberikan informasi kepada penonton, agar penonton mendapat

gambaran mengenai jalannya cerita.

Tommy: Soalnya bukan serius atau tidak, tetapi bunyi kritikan

itu selalu sama saja dari dulu sampai sekarang. Dan mereka

senada. Aku telah berusaha keras untuk menciptakan motip-

motip baru, warna-warna baru, dan tidak jarang aku bekerja

terlalu lama.25

Petikan dialog di atas adalah tahap pemunculan konflik,

masalah-masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik. Jadi

tahap ini tahap munculnya konflik. Jika kita melihat ucapan Tommy

24

Ibid., hlm. 3 25

Ibid., hlm. 15

Page 71: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

61

di atas hal ini dikarenakan Tommy marah dan gusar kepada orang-

orang pasar yang berpendapat kurang baik tentang batiknya.

Profesor: Kamu tidak lulus, Tom.

Tommy: (Kaget). Bagaimana, Prof?

Profesor: Kamu tidak lulus.26

Kutipan dialog di atas termasuk ke dalam tahap peningkatan

konflik. Konflik yang telah dimuncukan pada tahap sebelumnya

semakin berkembang. Peristiwa dramatik semakin mencekam.

Peristiwa yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari

dengan pernyataan profesor yang tiba-tiba menyatakan bahwa Tommy

tidak langsung padahal belum melakukan apa-apa. Dimana peristiwa

ini menambah sulutan amarah Tommy. Tommy semakin berapi-api.

Tommy bersikeras dan tidak terima ia tidak diluluskan secara sepihak.

Tommy berharap bahwa profesor hanya bergurau dan mengerjai saja

karena Tommy merasa bahwa profesor bahkan belum memberikan

ujian kepadanya.

Slentem: Aku akan ancam Profesor!

Ati+Sumirah+NY. Prof+Prof: (kaget) Aaaaaaaaaaa…

Ati+Sumirah: Ancam bagaimana?

Slentem: Aku akan kirimi surat kaleng…

Profesor: Aku tak mungkin diperas…

Sumirah: Itu pikiran yang cemerlang, Tem.

Slentem: Pokoknya kalau Mas Tommy tidak diluluskan, akan

saya cegat di depan kantor pos.27

Petikan dialog di atas adalah terjadinya tahap klimaks. Tahap

klimaks, atau pertentangan yang terjadi yang dilakukan atau

ditimpakan kepada tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.

Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang

berperan dan penderita terjadinya konflik utama. Dialog di atas adalah

26

Ibid., hlm. 30 27

Ibid., hlm. 69

Page 72: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

62

puncak dari masalah Tommy yang tidak diluluskan yang berimbas

kepada kemarahan waga-warga pasar (re: Slentem, Sum, dan Ati)

sehingga akhirnya kemarahan mereka sudah tidak tertahankan lagi.

Slentem: Tentu saja Profesor menjadi orang yang berbahagia.

Beliau lepas dari surat kaleng saya ditambah lima orang cucu.28

Petikan epilog di atas menandakan terjadi tahap penyelesaian.

Tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi jalan

keluar dan cerita diakhiri. Jalan keluar dan akhir cerita tersebut adalah

bahwa Prof dan Ny. Prof akhirnya menerima Tommy sebagai

menantunya dan di sisi lain ia juga menikahi Sumirah seorang juragan

batik. Masing-masing dari mereka mempunyai anak. Tiga dari

Sumirah dan dua dari Kusningtyas.

Dengan demikian, alur pada cerita OOEE karya Danarto ini

adalah alur kronologis karena rangkaian jalannya peristiwa sesuai

runtutan cerita.

3. Latar/Ruang

Latar nerupakan salah satu komponen penting dalam unsur

intrinsik. Latar memiliki kaitan yang erat dengan penokohan dan alur

karena ketiga komponen tersebut memilki hubungan dalam

membangun permasalahan dan konflik. Tanpa adanya latar, tidak ada

pijakan bagi tokoh dan alur dalam membangun cerita. Latar

memberikan pijakan secara konkrit dan jelas, hal ini penting karena

untuk menghadirkan kesan realistis bagi pembaca.

a. Latar tempat

Secara garis besar latar tempat yang digunakan dalam

naskah OOEE adalah Kota Yogyakarta, lebih tepatnya di Pasar

28

Ibid., hlm. 83

Page 73: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

63

Beringharjo. Hal ini tidak terlepas dari Danarto yang cukup lama

menghabiskan masa hidupnya di sana.

MASA LALU, MASA KINI, MASA YANG AKAN

DATANG MENJADI SATU. RUANG DAN WAKTU

KEMPAL DALAM SATU SUASANA DAN KEADAAN,

PASAR BERINGHARJO ADALAH RUANG UJIAN,

ADALAH KAMAR TIDUR, ADALAH TEMPAT

NGAMEN, ADALAH HARI KETUAAN MENANTI

MAUT… ADALAH…29

Naskah drama menggunakan satu dialog untuk diucapkan

dua bahkan tiga tokoh sekaligus. Menariknya, dua-tiga tokoh ini

tidak berada dalam satu ruang dan waktu yang sama. Ini adalah

naskah yang menyatukan dimensi ruang dan waktu. Di satu tempat

adalah pasar Beringharjo, tetapi di situ juga rumah Profesor dan

ruang tidur. Jadi tanpa disengaja, dialog-dialog mereka menjadi

saling berkaitan. Latar yang berbeda ini juga ditempatkan dan

dimainkan dalam satu panggung secara bersamaan. Hal ini

menunjukkan bahwa naskah drama ini merupakan refleksi dari

kehidupan masyarakat saat ini dimana konflik setiap pribadi

masyarakat akan cepat terdengar kepada masyaraka yang lain.

Pasar Beringharjo menjadi saksi bisu dimana terjadinya

ketimpangan-ketimpangan sosial. Danarto nampaknya menorehkan

kenangannya selama berkuliah dan aktif di Yogyakarta lewat karya

OOEE ini. Ia mengangkat kota tempat dimana ia mengenyam

pendidikan. Ini membuktikan bahwa Danarto bukanlah orang yang

lupa akan dimana ia „dibesarkan‟.

b. Latar Waktu

Latar waktu dalam naskah ini dituliskan secara gamblang

pada saat pembacaan Undang-Undang permusikan yang dibuat

29

Ibid., hlm. 3

Page 74: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

64

oleh Slentem dan disepakati bersama oleh para pengamen Pasar

Beringharjo seperti pada kutipan di bawah ini.

Sariyem+Warti+Tiga Orang Lainnya: Terima kasih. Sampai

ketemu, Slentem. Pasar Beringharjo, 1973.30

Latar waktu yang tergambar pada naskah drama OOEE

adalah pada tahun 1973 dimana pada saat itu terjadi awal masa

orde baru.

Kemudian latar lainnya yang terlihat dalam naskah OOEE

ialah siang hari dan malam hari. Latar waktu siang, malam pada

naskah drama OOEE tidak terlalu banyak dalam menyebutkan

waktu terjadinya peristiwa. Hanya beberapa bagian saja yang

disebutkan dalam suatu adegan.

Berikut kutipan-kutipan yang mengacu pada latar waktu

tersebut:

1) Siang

Tommy: Selamat siang, Profesor.

Profesor: Selamat atau bencana.

Nyonya Profesor: Apa-apaan sih, Pap, kamu ini. Selamat

siang Nak Tommy. Silakan-silakan.31

Pada kutipan dialog di atas, yang menunjukan latar waktu

adegan tersebut adalah ucapan salam dari Tommy ketika hendak

datang ke rumah Profesor yang hendak berniat untuk mengikuti

ujian dengan profesor. Hal yang wajar dilakukan oleh seorang tamu

yang datang ke rumah orang, yaitu mengucapkan salam. Sebuah

ciri khas masyarakat Indonesia yang dikenal dengan

keramahannya, kesopanannya, dan menghormati yang mempunyai

rumah.

30

Ibid, hlm. 68 31

Ibid., hlm. 24

Page 75: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

65

2) Malam

ADEGAN TEMPAT TIDUR. TOMMY DENGAN

SUMIRAH DAN PROFESOR DENGAN NYONYA.

SLENTEM TIDUR DI DEPAN.32

Pada kutipan di atas adalah latar waktu yang tersirat yaitu

digambarkannya bagaimana suasana pada malam hari di tempat

masing-masing ketika berisitirahat di malam hari setelah lelah

beraktivitas di siang hari.

4. Penggarapan Bahasa

Pembicaraan tentang penggarapan bahasa menyangkut

kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai medium drama.

Gaya bahasa cenderung dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu,

penegasan, pertentangan, perbandingan, dan sindiran.

SELURUH PEMAIN BERDIRI SEPERTI MAU DIPOTRET. 33

Pada kutipan di atas, mengandung majas perumpamaan atau

simile yang tergambar dalam kalimat berdiri seperti mau dipotret.

Maksud dari kata seperti dalam kalimat tersebut adalah semua pemain

sudah siap berdiri dan berpose seolah-olah ingin di foto.

Slentem: Ati dan Sumirah meronta seperti ditinggal kekasih-

dramatis.34

Pada kutipan di atas juga mengandung majas simile. Pada

kalimat meronta seperti ditingal kekasih mengandung arti bahwa

mereka menangis tersedu-tersedu seolah-olah kehilangan kekasih.

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat

eksplisit. Perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung

32

Ibid., hlm. 50 33

Ibid., hlm. 80 34

Ibid., hlm 76

Page 76: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

66

menyatakan sesuatu dengan yang lain. Untuk itu, ia memerlukan

upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-

kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.35

Selanjutnya simile menurut Albertine Minderop menjelaskan bahwa

simile adalah perbandingan langsung antara benda-benda yang tidak

selalu mirip secara esensial.36

Slentem: (Naik pitam meledak). Seminggu yang lalu saya kirim

surat kaleng yang isinya penuh ancaman untuk profesor!37

Pada kutipan di atas mengandung dua majas metafora. Terdapat

pada kata naik pitam yang berarti marah dan surat kaleng yang berarti

tidak diketahui siapa pengirimnya

Tommy: Kita akan bertengkar lagi.

Sumirah: Bertengkar lebih baik

Slentem: Daripada perang dingin38

Pada kutipan di atas juga mengandung majas metafora. Terdapat

pada kata perang dingin yang berarti perang dalam wujud konflik

batin antara Slentem dan Tommy.

Metafor adalah suatu gaya bahasa yang membandingkan suatu

benda dengan benda lainnya dengan benda lainnya secara langsung.39

Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata

seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama

langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Metafora tidak selalu

harus menduduki fungsi predikat, tetapi dapat juga menduduki fungsi

lain seperti subyek, objek, dan sebagainya.40

35

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 138 36

Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Obor Indonesia,

2005), hlm. 52 37

Danarto, Op.Cit, hlm 79 38

Ibid, hlm. 54 39

Keraf, Op.Cit, hlm. 53 40

Minderop, Op.Cit, hlm. 139

Page 77: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

67

Slentem: Manakah yang lebih luhur, menerima satu lontaran

nasib buruk atau mengurangi lautan bencana dan

memeranginya?

Ati: Keadilan memang tidak datang begitu saja to, Mbak?

Sumirah: Atau harus dibeli. Dia minta disogok berapa sih?

Prof: Lha, mbok hartamu tumplek-blek di depan saya, tak

bakalan Tommy saya luluskan.

NY. Prof: Apa kamu setabah itu, Pap?

Slentem: Prof tidak mungkin tidak butuh duit.

Ati: Aku butuh duit, Tem?

Slentem: Profesor itu pada dasarnya adalah seorang pemborong.

Seorang pemborong kebenaran. Seorang pemborong malu

menjilat ludahnya kembali.41

Pada kutipan di atas terdapat empat kalimat yang mengandung

majas metafora yaitu lautan bencana, pemborong kebenaran, menjilat

ludah, hartamu tumplek blek. Lautan bencana bermaksud banyak

bencana dan hartamu tumplek blek mengandung arti berharta banyak.

Menjilat ludah mengandung arti menarik kembali keputusannya,

pemborong kebenaran orang yang merasa dirinya selalu benar

sekaligus pada kalimat Profesor itu pada dasarnya adalah seorang

pemborong. Seorang pemborong kebenaran. Seorang pemborong

malu menjilat ludahnya kembali mengandung majas sindiran kepada

orang-orang yang merasa dirinya selalu benar, tidak pernah salah.

Sumirah: Kalau begini saya jadinya malas untuk bekerja. Tubuh

jadi pegel-pegel lungkrah. Ini juga banyak mempengaruhi usaha

dagang. Jadi mundur. Pembeli jadi sedikit. Efeknya kantong

juga hebat. Tiba-tiba jadi pemboros. Ini kan diluar pemikiran

sama sekali. Inginnya jajan melulu, lha lama-lama kan bisa

mobol-mobol.

Ati: Sudahlah, Mbakyu. Pada hakekatnya ketenaran toh tak

membutuhkan titel. Mas Tommy sudah tenar. Sudah jajah ke

mana-mana, orang lupa melihat apakah ia bertitel atau tidak.

Dan duit mengalir terus tak henti-henti.42

41

Danarto, Op.Cit, hlm. 58 42

Ibid., hlm. 59

Page 78: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

68

Kutipan ini mengandung majas personifikasi dan hiperbola.

Personifikasi adalah suatu proses penggunaan karakteristik manusia

untuk benda-benda non-manusia. Termasuk abstraksi atau gagasan.43

Sementara Keraf menjelaskan bahwa personifikasi adalah semacam

gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau

barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat

kemanusiaan.44

Ditunjukan pada kalimat kantong juga hebat. Kata hebat biasa

digunakan untuk menunjukan ungkapan sesuatu yang bagus dan duit

mengalir tak henti-henti. Kalimat duit mengalir menunjukan sesuatu

yang berlebihan.

Sumirah: Jadi kamu suka rokoknya aja to?

Slentem: Soal saya suka rokok itu lain. Rokok dan sebuah kritik

itu lain. Kondisinya lain. Jangan campur adukkan. Lah mbakyu

apa nggak suka rokoknya Tommy?45

Kutipan ini mengandung majas sindiran (sarkasme). Sarkasme

yang diartikan sebagai suatu sindiran yang lebih kasar dari ironi dan

sinisme. Ia adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan

celaan yang getir.46

Disampaikan melalui Slentem yang bermaksud

menyindir atau mengejek hubungan tanpa status Sumirah dengan

Tommy.

Ati: Keadilan memang tidak datang begitu saja to, Mbak? Harus

diperjuangkan.

Sumirah: Atau harus dibeli. Dia minta disogok berapa sih?47

43

Minderop, Op.Cit, hlm. 53 44

Keraf, Op.Cit, hlm. 140 45

Danarto, Op.Cit. hlm. 62 46

Keraf, Op.Cit, hlm. 143 47

Ibid, hlm. 58

Page 79: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

69

Kutipan di atas bermaksud menyindir para penegak hukum di

Indonesia yang tidak adil dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya. Masih bersifat tumpul ke bawah dan tajam ke atas.

5. Tema dan Amanat

a. Tema

Tema merupakan dasar cerita, gagasan, sentral, atau

makna cerita. Dengan demikian, dalam sebuah cerita fiksi, tema

berfungsi mengikat dan menyatukan keseluruhan fiksi

tersebut.48

Tema merupakan salah satu unsur pembangun dalam

sebuah cerita yang bisa ditemukan secara tersurat maupun

secara tersirat dengan cara membaca naskah secara keseluruhan

dan berulang-ulang. Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek

sebuah judul yang unik yang tidak dapat secara langsung kita

ketahui maknanya.

Naskah drama Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek Ewek

karya Danarto bertemakan perselingkuhan. Masalah

perselingkuhan menjadi porsi utama dalam naskah ini. Naskah

drama ini menceritakan ambisi seorang mahasiswa Seni Rupa

untuk mencapai gelar sarjana dengan memanfaatkan juragan

batik untuk biaya kuliahnya, dan di sisi lain ia juga

memanfaatkan anak perempuan profesornya agar bisa

diluluskan dengan mengandalkan ketampanannya.

Krisis kepercayaan kepada sesama manusia juga menjadi

masalah yang ditawarkan Danarto. Manusia saling mencurigai,

kehilangan kepercayaan kepada orang lain, memanfaatkan

orang lain demi keutungan pribadi, memeras orang lain demi

keuntungan pribadi, sifat egois yang besar, sehingga terciptalah

48

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.), hlm. 255

Page 80: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

70

jarak dengan sesamanya dan berakibat menjadi bumerang bagi

diri sendiri dan orang lain, batinpun menjadi tersiksa.

Pada dasarnya kisah ini adalah sebuah perselingkuhan

yang dilakukan Tommy dengan dua wanita sekaligus untuk

mengeruk keuntungan pribadi. Ber-owok-owok dengan wanita

yaitu Kusningtyas dan di sisi lain -ewek-ewek dengan juragan

batik Sumirah.

Slentem: Hiyo-hiyo kalau ngga berlagak sekarang kapan

lagi? Para penonton yang baik hatinya, demikianlah pada

dasarnya orang berhati baik walau tahu kalau ditipu.

Bagaimana mungkin mereka percaya saja dengan

omongan saya, padahal semua itu akal bulus yang amat

terlalu sering dilakukan orang.49

Terlihat sekali dalam petikan tersebut bagaimana tokoh

Slentem mendeskripsikan betapa bobrognya kehidupan di

Indonesia mengenai terjadinya kemerosotan moral bangsa.

Orang-orang yang ingin menjadi konglomerat dengan berbagai

cara agar semua usahanya tercapai. Kalangan atas yang

menjalankan perilakunya dan kalangan bawah yang

mengawasinya.

Slentem: Apa yang musti saya ceritakan kalau tidak ada

dongeng? Apa yang musti saya lihat kalau tidak ada

pemandangan?50

Tommy menggunakan berbagai cara untuk mencapai

tujuannya. Padahal niat buruknya sudah diketahui Slentem

namun Slentem tidak membocorkannya karena sudah disogok

rokok oleh Tommy. Seperti kasus korupsi di tanah air, ulah

kejahatan yang diketahui tidak di bungkam, justru kita yang

mengetahuinyalah yang di bungkam.

49

Danarto, Op.Cit, hlm. 48 50

Ibid., hlm. 10

Page 81: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

71

Slentem: Loh permisi bagaimana. Masak hak cipta nggak

dikasih honorarium. Sini duit beli rokok.51

Slentem: O, alah Mbakyu ini kok tidak jelas-jelas, mbok

ya saya ini cepat-cepat dilempar sepuluh rupiah biar

cepat-cepat pergi.52

Kutipan di atas menggambarkan kasus pemerasan

masyarakat kaum menengah ke bawah terhadap sesamanya

yang biasa terjadi di Pasar Beringharjo. Inilah yang

menunjukkan bahwa di Pasar bukan hanya terjadi transaksi

barang, juga transaksi nilai moral.

Sumirah: Ingin rasanya saya menangis menjerit-jerit

kalau begini ini. Tommy, oh Tommy.

Ati: Sudahlah, Mbak. Semuanya, kan belum pasti. Harus

kita selidiki dulu.

Sumirah: Semuanya sudah jelas. Tommy sudah tak suka

lagi kepada saya.53

Dari kutipan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa

tokoh Sumirah yang sudah tidak mempercayai pasangannya

sediri dikarenakan desas-desus yang terdengar sampai ke

telinga dan perilaku pasangannya (Tommy) yang mencurigakan

membuat hati merasa resah dan galau.

Slentem: (Menirukan suara Profesor). Aku bisa

membayangkan bagaimana si Tommy dan juragan batik

itu berpelukan dengan mesranya, sementara ekor si

Tommy menggayut-gayut di pinggang Kusningtyas.

Ny. Profesor: Masya Allah, sampai demikian curigamu,

Pap?54

Kutipan di atas mengambarkan bagaimana tokoh

Profesor memikirkan hal yang tidak-tidak tentang hubungan

51

Ibid., hlm. 68 52

Ibid., hlm. 6 53

Ibid., hlm. 12 54

Ibid., hlm. 18

Page 82: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

72

anaknya dengan Tommy dan Kus di mana kepercayaan itu

hilang dikarenakan omongan-omongan yang terdengar sampai

ke telinganya.

b. Amanat

Pada dasarnya sebuah karya sastra mengandung pesan

yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca atau

penonton. Naskah ini mengandung amanat tersirat dan tersurat.

Slentem+Profesor: Akan aku gebrak dia. Sekali mukul,

ih mampus.

Ati+NY. Profesor+Sumirah: Mbok ya tahu diri.

Slentem+Prof: Biar tahu rasa. Biar berpikir seribu kali

dia.

Ati+Sumirah+NY. Profesor: Alah….

Slentem+Profesor: Aku bukan sembarang orang!

Ati+Sumirah+NY. Profesor: Pasti kalah deh kamu.55

Pada kutipan di atas Danarto ingin menyampaikan pesan

bahwa hendaknya sebagai manusia jangan takabur, keras

kepala, egois, dan main hakim sendiri. Hadapilah setiap

permasalahan dengan kepala dingin dan tidak gegabah. Karena

sikap seperti itu hanya akan merugikan diri sendiri dan orang

lain.

Ati: Jangan kayak orang kena sihir, Mbak.

Sumirah: Biar saja, Jeng. Untuk iseng-iseng.56

Pada kutipan di sini ada pesan bahwa kita tidak boleh

mempercayai hal mistis. Pada zaman dewasa ini yang sudah

sangat canggih bagaimana bisa orang masih percaya dengan

hal yang sangat tidak masuk akal dan dengan mudahnya saja

mau membayar berapapun demi keinginannya tercapai. Ketika

55

Ibid., hlm. 72 56

Ibid., hlm. 47

Page 83: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

73

seseorang sudah kepepet apapun dihalalkan. Tetaplah

mengingat Tuhan dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi

apapun. Perkuatlah iman agar tidak mempercayai hal-hal gaib.

B. Analisis Kritik Sosial terhadap Naskah Drama Obrog Owok-Owok

Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto

Setelah melakukan pengkajian unsur intrinsik yang terkandung

dalam naskah drama OOEE karya Danarto, penelitian ini menghasilkan

data-data yang menggambarkan hiruk pikuk suasana Pasar Beringharjo

dengan ketimpangan sosial yang ada di dalamnya. Kritik sosial yang yang

terkandung dalam naskah drama OOEE merupakan perwujudan dari

tanggapan terhadap tindakan penyimpangan yang kerap terjadi di latar

tempat cerita. Wujud kritik sosial yang didapati dalam naskah drama

OOEE di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kritik Sosial Masalah Politik

Kritik terhadap Undang-Undang Permusikan. Kritik ini

menjadi salah satu masalah yang ditawarkan Danarto. Perselisihan

para pengamen konvensional dan modern di Pasar Beringharjo

membuat Slentem mengambil langkah seribu. Ia berinisiatif membuat

Undang-Undang Permusikan bagi para pengamen yang terus

berselisih mempermasalahkan cara mereka mengamen.

Slentem: Saya kira saya punya jalan keluar yang bisa saya

tawarkan kepada saudara-saudara semua.

Sariyem+Warti+Tk.ngamen lainnya: Bagaimana?

Slentem: Saya mendapat ilham. Harus cepat ditelorkan sebuah

undang-undang tentang ngamen57

57

Ibid, hlm. 66

Page 84: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

74

Slentem pun membacakan poin demi poin aturan-aturan yang harus

disepakati dan dijalani oleh para pengamen apabila masih ingin mencari

nafkah di Beringharjo. Mereka sepakat untuk mengikuti undang-undang

Slentem pada awalnya. Hingga di akhir pembacaan undang-undang ia

meminta imbalan atas kreatifitas yang menurutnya telah ia torehkan.

Slentem: Lho permisi pigimana. Masak hak cipta nggak dikasih

honorarium. Sini duit beli rokok.58

Uang dan politik menjadi hal yang sensitif bagi manusia. Ketika

seseorang merasa dirinya telah menciptakan sesuatu maka ia berhak

mendapatkan penghargaan atas apa yang telah ia lakukan. Pada awalnya

mereka memang menyetujui apa yang telah disepakati. Namun, jika

ditelusuri lebih tersirat justru isi UU permusikan yang dibuat oleh

Slentem membelenggu dan membatasi para pengamen. Undang-undang

itu berisi tiga poin yang berisi kesepakatan antar pengamen.

Slentem:…Satu: Yang ngamen dengan instrument hidup yang

tradisonal misalnya kendamg, suling, dll hanya dibenarkan

membawa gending-gending tradisional saja. Dua: Yang ngamen

dengan dengan instrument hidup yang luar negeri, misalnya gitar,

cello, dll hanya dibenarkan membawakan lagu-lagu yang

berbahasa Indonesia saja. Tiga: Yang ngamen dengan Cassette

Tape Recorder hanya dibenarkan membawakan lagu-lagu luar

negeri saja59

Pada masa pembuatan naskah Danarto mengharapkan adanya

pembuatan Undang-Undang yang diharapkan demi terciptanya

kesejahteraan para pengamen pada masa itu. Pada gambaran saat ini,

Rancangan Undang-Undang Permusikan (RUU) di Indonesia yang

dicanangkan tim DPR menjadi hal yang sensitif dan lagi-lagi berbau

politik. Pro dan kontra silih berganti. Di sisi lain, ada orang-orang yang

58

Ibid, hlm. 68 59

Ibid, hlm. 87

Page 85: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

75

merasa dirugikan dengan adanya RUU Permusikan. Mereka merasa

dibatasi dalam berkarya dan mempunyai tembok besar sebagai

penghalang. Namun di lain hal ada saja yang menyetujuinya dengan

berbagai alasan.

RUU yang diusulkan anggota DPR Anang Hermansyah dan

dirumuskan oleh badan khusus pembuat UU memang sempat membuat

ricuh jagat permusikan Indonesia. RUU ini berlandaskan aspirasi musik

Ambon yang berisi 12 poin. Beberapa musisi yang pro merasa Hak Cipta

dan Peraturan Pemerintah dinilai tidak cukup. Salah dua pasal yang

dikritik adalah pasal 5 yang dinilai membelenggu kebebasan bereskpresi

para musisi dan pasal 52 yang berisi uji kompetensi yang dinilai ujian itu

hanya untuk “proyek” semata bagi kaum tertentu untuk menguji mereka

bagi yang belum menciptakan lagu mereka diharuskan mengikuti ujian

yaitu memainkan lagu, membaca dan menulis not balok.

Pada dasarnya, draft RUU yang berisi 54 pasal ini barulah

rancangan semata yang bisa saja ditolak atau ditangguhkan dan UU adalah

peraturan tertinggi yang lahir atas kesepakatan bersama yang bisa

diperbaiki, ditambah, dan dihilangkan bagiannya. Namun, kecaman sudah

datang silih berganti untuk menolak. Kalau ditelusuri lebih lanjut, tidak

semua pasal yang isinya tidak bagus. Bukan berarti harus ditolak semua.

Itupun kalau mereka dirasa peduli dengan kondisi musik Indonesia karena

dinilai terkait dengan nasib standar pembayaran musisi daerah modern

yang dianggap harus di Amini oleh stake holder seniman.

2. Kritik Sosial Masalah Pendidikan

Bobroknya sistem pendidikan dan pelajar yang anti kritik dan

minim kreativitas. Inilah kritik yang ditawarkan pada kritik sosial

masalah pendidikan oleh Danarto pada OOEE bagaimana seorang

Page 86: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

76

pelajar yang bersifat tidak sopan kepada pengajarnya dan tidak mau

dikritik.

Tommy: Aku tidak mau semuanya diujikan untuk saya seorang.

Lagipula ujian ini curang, sembunyi-sembunyi.

Profesor: Ini ujian terang-terangan dan kamu telah diberi

undangan sebelumnya, mana mungkin ini ujian curang,

sembunyi-sembunyi.

Tommy: Ogaaaaaaah!

Profesor: Kamu tidak lulus.

Tommy: Saya menolak.

Profesor: Silakan.

Tommy: Saya protes.

Profesor: Sama siapa?60

Pada zaman sekarang terdapat pula mahasiswa yang tidak

mempedulikan permasalahan keaslian, kreativitas, hanya berorientasi

pada nilai semata. Begitu pula yang menjadi prinsip para orang tua

dan orang terdekat mereka. Nilai dan kelulusan menjadi patokan

utama dalam sebuah kata kesuksesan.

Profesor: Tetapi, Tom, kamu ngga maju-maju. Begini-begini

doing desainmu.

Tommy: (Ingat kritikan di pasar jadi marah) Bapak juga ngga

maju-maju. Begini-gini doing kritiknya.

Profesor: Kamu bagaimana sih, dikritik begitu saja marah,

seolah-olah bukan seniman saja61

Sudah pada dasarnya seorang seniman membutuhkan kritik untuk

kemajuan dalam hasil karya dan kelancaran dalam perkuliahannya,

tetapi tidak dengan Tommya. Ia tidak menerima kritikan keras yang

ditujukan kepadanya. Tommy merasa dirinya paling hebat dan

membutuhkan pengakuan pada karya yang telah ia torehkan. Peristiwa

60

Ibid, hlm. 30 61

Ibid, hlm. 26

Page 87: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

77

ini menjadi konflik hebat yang membuat Tommy semakin gundah dan

memancing amarahnya.

Tommy: Batik ini menurut dia juga jelek.

Slentem+Prof: memang jelek

Tommy: Ini yang paling bagus yang pernah saya cipta!62

Rendahnya kreativitas seorang mahasiswa yang tidak suka

dikomentari dan merasa karya yang ia ciptakan sudah paling baik.

Pada dasarnya sebuah karya seni adalah multitafsir yang berarti

bagi diri sendiri dan orang lain bisa saja berbeda. Sebagai pelajar

sudah selayaknya menghargai dan menerima segala pendapat,

saran, dan komentar demi kemajuan yang akan datang.

3. Kritik Sosial Masalah Agama

Permasalahan yang rumit yang dialami oleh Profesor membuat

profesor mudah putus asa dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.

Profesor dalam naskah ini diceritakan oleh Danarto seakan-akan

menjual gelar profesornya. Tanpa diduga seorang Profesor yang

memiliki gelar dalam pendidikan tinggi juga masih dapat

mempercayai hal-hal yang bersifat mistis, bagaimana bisa kaum

intelektual yaitu seorang Profesor menggunakan jasa dukun untuk

menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Apabila ia

berpegang teguh pada nilai agama sebagai fondasi ilmunya, ia tentu

tidak akan salah arah. Karena orang yang berpendidikan tinggi

setidaknya memiliki dasar ilmu yang baik, mengetahui yang mana

yang benar dan yang mana yang salah. Pertentangan etika dalam dunia

pendidikan jelas terlihat dalam adegan ini. Di mana banyak orang

yang melihat jika seseorang yang sudah memiliki pendidikan tinggi

apalagi seorang profesor sudah tidak percaya lagi akan hal-hal yang

62

Ibid, hlm. 39

Page 88: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

78

bersifat mistis. Mengingat pemikiran orang yang sudah memiliki

pendidikan tinggi adalah pemikiran orang yang sudah maju.

Sedangkan orang biasa saja biasanya pemikirannya masih kalut akan

pemikiran-pemikiran sederhana yang tidak jauh akan hal-hal mistis.

Masyarakat nyata yang seperti ini sudah jelas terlihat di kehidupan

nyata dan sehari-hari. Meskipun zaman sudah sangat modern masih

banyak masyarakat yang masih percaya terhadap perdukunan. Bahaya

perdukunan bagi kehidupan masyarakat adalah hilangnya kepercayaan

manusia terhadap Tuhannya.

Profesor dan seorang juragan batik sama-sama masih

mempercayai tentang hal-hal mistis yang dikatakan Slentem. Sebagian

masyarakat Indonesia baik masyarakat menengah maupun ke atas

datang dari kalangan manapun sampai sekarang masih mempercayai

hal-hal mistis seperti dukun, ramal, santet dan lain-lain.

Sumirah: Baiklah, Tem. Saya kepingin juga bisa melihat jarak

jauh dan mencubit jarak jauh. Boleh?

Slentem: Boleh.

Ati: Jangan kayak orang kena sihir, Mbak.

Sumirah: Biar saja, Jeng. Untuk iseng-iseng.

Slentem: Tak boleh iseng-iseng. Harus percaya seratus persen

dan dua ribu lima ratus bayar kontan.

Sumirah: Oke! (Mengambil uang dan menyerahkan kepada

Slentem).63

Pada kutipan ini adalah sebuah penggambaran seorang juragan

batik yang mewakili kaum borjuis pada zamannya yang masih percaya

hal-hal klenik.

Slentem: Percaya nggak. Kalau nggak, nih ambil uangnya

kembali.

Prof: Percaya.

Slentem: Seratus persen.

Prof: Seratus persen.

Slentem: Saudara saya izinkan pergi sekarang.

Prof: Nggak pakai do‟a?

63

Ibid, hlm. 46-47

Page 89: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

79

Slentem: Kok, tanya saya. Percaya nggak?

Prof: Percaya.

Slentem: Yaudah pergi sana.

Prof: Kapan saya membuktikannya?

Slentem: Waktu tidur.64

4. Kritik Sosial Masalah Budaya

Kritik sosial masalah budaya di sini adalah mengenai

perseturuan antara budaya tradisi dan budaya modern. Antara lagu

daerah dan lagu pop barat yang sampai saat ini permasalahan sejenis

ini pun tidak pernah usai. Penggambaran dalam naskah yaitu

pertikaian mereka seolah-olah seperti Perang Brontoyudo. Perang

antara zaman pewayangan Pandawa dan Kurawa.

Slentem: Halo apa kabar? Brontoyudonya pigimana sih? Siapa

yang kalah? Siapa yang menang? Kok loyo semuanya? Apa

pada kena lesu darah, hiya?65

Pertikaian yang terjadi disebabkan Warti yang bersikap curang

kepada teman sepengamenannya, Sariyem. Warti memilih untuk

membawakan lagu-lagu pop barat ketimbang lagu-lagu tradisional

melalui tap recorder (kaset) sedangkan Sariyem harus bersusah payah

mengeluarkan suaranya.

Sariyem: Kita ini istirahat kecapaian

Warti: Tiga hari bertempur terus66

Berhari-hari mereka berlarian kesana kemari dengan senjata

andalan mereka menggambarkan betapa boboroknya sikap sosial-budaya

yang terjadi pada masyarakat dalam menyelesaikan sebuah masalah.

Kebiasaan seperti inilah yang menjadi suatu hal yang sulit dihilangkan

64

Ibid, hlm. 44 65

Ibid, hlm. 65 66

ibid

Page 90: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

80

karena sudah menjadi bad habbit (kebiasaan buruk) yang tertanam di diri

mereka sendiri dan terus berulang sepanjang zaman.

Mirisnya, musik pop dianggap menjadi musik yang keren

(kekinian) sedangkan musik tradisional dianggap kuno dan ketinggalan

zaman. Warti lebih memilih untuk meninggalkan budaya tradisi dan

mengikuti arus globalisasi yang seharusnya disikapi dengan bijak. Warti

berprinsip ia tidak perlu capai mengeluarkan suara, bermodal membawa

kaset kemana-mana setelah itu ia bisa dengan mudah menghasilkan uang

lebih banyak karena musik pop barat sudah banyak diminati dan

digandrungi kalangan menengah atas maupun bawah.

5. Kritik Sosial Masalah Teknologi

Kritik Sosial masalah teknologi disini terjadi karena adanya

perselisihan antara Sariyem dan Warti dalam hal alat pekerjaan

mereka. Pengamen dengan alat tradisonal dan kaset. Teknologi yang

seharusnya diciptakan untuk memudahkan urusan manusia justru

disalahgunakan dan menjadi perselisihan. Sariyem dan Warti yang

saling berselisih dalam urusan pekerjaan ini menimbulkan kritik yang

cukup mengundang tawa. Naskah drama ini memiliki kelebihan yaitu

drama yang sarat akan kritik namun kritik tersebut dalam bentuk

komedi yang jenaka. Warti yang mengamen di pasar dengan alat-alat

musik yang sudah modern mengundang amarah Sariyem yang kala itu

masih menggunakan alat-alat musik tradisional. Warti dianggap

berkhianat kepada Sariyem karena pernah ada di posisi yang sama

namun Warti menjadi pribadi yang berbeda dan beranggapan bahwa

tindakannya akan menutup jalur rezekinya dalam bernyanyi.

Sariyem: Silakan! Silakan! Terus! Memangnya saya ini

dianggap apa atas dasar ini semua. Pada hakikatnya kami

adalah orang-orang yang menurut. Tetapi kalua dibeginikan

terus, apa yo kuat! Ti! Warti! Mentang-mentang kamu

Page 91: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

81

sugih, ya! Punya tape recorder! Memangnya aku ledek

bulukan, kok main-mainkan terus.

(Sariyem mematikan tape recorder) Sudah sejak………….

Dari prapatan Nggayam sampai peristiwa di Gampingan

E… E. di Pasar Beringharjo ini, jebul kamu mengulang

sejarah lagi.

Tommy & Sumirah: Sabar, Yem, sabar.

Sariyem: Diam kamu semua!

Warti: Sebentar, Yem.

Sariyem: Diam! Aku belum habis membeberkan fakta.

Begitu ya tabiatmu. Padahal kita dulu temenan sekolah lho,

Ti. Lha kok sekarang kamu berani nracak. Otakmu ini

kamu mau taruh dimana to, Ti.67

Sebuah pertikaian yang tak bisa dihindari antara Sariyem dan

Warti. Sariyem menumpahkan amarahnya dengan berapi-api namun

dibalas dengan tanggapan Warti yang biasa saja. Kritik ini muncul

karena adanya kelas menengah ke atas pada zaman orde baru. Kritik

yang sesuai dengan undang-undang “pengamenan” yang dibuat oleh

Slentem. Sebuah kritikan tentang betapa sengsaranya rakyat kecil

yang hidup sebagai pengamen. Mereka harus gigit jari karena sumber

nafkah mereka berkurang, orang-orang bisa mendengarkan tembangan

lagu sudah bisa melalui tape recorder (kaset).

Sariyem: ……………………. Aku yang suaraku lebih bagus

dari seluruh pita tapemu, gigi-gigiku lebih bagus, bibirku lebih

bagus, lidahku lebih bagus, tenggorokanku lebih lebih bagus, lha

kamu seenaknya saja membajak segala jerih payah kami. Kamu

pada hakikatnya sudah bertindak tidak sopan. Benar-benar aku

tidak mengira bahwa kamu berani bertindak sejorok itu. Warti!

Warti! Edan tenan kowe!

Warti: Aku adalah aku. Aku bertindak hanya karena disuruh.

Kita memang teman sekolah. Dulu. Sekarang kita saingan.68

67

Ibid, hlm 21-22 68

Ibid, hlm. 22-23

Page 92: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

82

Pada kutipan di atas Sariyem melakukan protes karena ia

merasa dirugikan dan tidak diperlakukan secara adil dikarena

ulah Warti. Sariyem bersusah payah harus mengeluarkan

segenap tenaga untuk mencari nafkah namun Warti mencolong

start dengan mudahnya

MULAILAH. SARIYEM MULAI NEMBANG. TAPI HANYA

MULUTNYA YANG KELIHATAN CUMA MENGANGA

DAN MENUTUP, TANPA ADA SUARA YANG KELUAR.

Slentem: Kenapa mulutmu, Yem?

Tk. Kendang: Karena sudah terlalu tua, suaranya nggak ada

lagi.69

Pada akhir cerita, Sariyem putus asa dengan pekerjaannya

tersebut dan Sariyem juga menggunakan alat-alat musik modern

seperti Warti. Sariyem yang tua kemudian kehilangan suara sehingga

mau tidak mau mengamen dengan modal kaset.

Hal ini sangat banyak terjadi di masyarakat nyata khususnya

pedagang-pedagang yang memiliki pesaing dalam melakukan

perdagangan. Contohnya pedagang online dan pedagang

konvensional. Pedagang konvensional yang belum memanfaatkan

teknologi sudah dipastikan akan kalah dalam bersaing dengan

penikmat belanja online. Mereka bersaing untuk mendapatkan

pelanggan. Tidak hanya itu, pekerjaan lain dimanapun banyak terjadi

persaingan perang dingin antar sesama pegawai. Menjatuhkan lawan,

menghalalkan segala cara agar dapat lebih maju. Mereka

menyalahgunakan teknologi yang ada. Bahkan dalam hal pendidikan,

persaingan itu tak bisa dielakkan. Berita yang cukup viral hingga

dewasa ini juga adalah kasus persaingan ojek online dan ojek

pangkalan yang mirisnya sampai terjadi pertikaian fisik. Ojek online

dianggap mematikan rezeki ojek pangkalan (opang) padahal mereka

69

Ibid, hlm. 81-82

Page 93: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

83

mempunyai tujuan yang sama, yaitu adalah pemenuhan kebutuhan

hidup sehari-hari.

6. Kritik Sosial Masalah Moral

Kritik sosial masalah moral yang pertama adalah tentang

penipuan dan uang. Perilaku Slentem yang menghasut dan

mengompori Sumirah bahwa Tommy melakukan perselingkuhan

sangat lekat dengan keadaan masyarakat setiap zaman. Ada masanya

seseorang tidak tahan jika menyimpan sebuah rahasia besar sendiri.

Profesor: Sama siapa?

Slentem: Sama Kusningtyas.

Sumirah: Lho, kamu tahu nama itu, Tem.

Slentem: Saya tukang ngarang nama.

Sumirah: Tak mungkin, tak mungkin.70

Hal ini kemudian diterapkan oleh Danarto di dalam naskah

dramanya. Keadaan seperti ini masih dapat dilihat di masyarakat

sekarang, meskipun seseorang itu hanya orang biasa yang menerima

suapan setiap harinya untuk tutup mulut jika mereka mudah berdusta

maka tak perlu ada lagi rahasia yang dipercayakan untuk mereka.

Sikap Slentem ini kemudian menjadi yang paling menarik di dalam

naskah drama ini. Slentem seakan-akan menjadi narator atas semua

kejadian yang ada di dalam naskah.

Tommy menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.

Padahal, niat buruknya sudah diketahui oleh Slentem. Namun,

Slentem tidak membocorkannya karena telah disogok dengan rokok.

Kasus di sini untuk menyindir orang-orang yang ingin menjadi

konglomerat dengan berbagai cara dan upaya agar usahanya tercapai.

Kalangan atas yang menjalankan perilaku dan kalangan bawalah yang

mengawasinya.

70

Ibid, hlm. 30

Page 94: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

84

Begitu halnya dengan masyarakat nyata, jika seseorang

mengetahui banyak rahasia dari orang lain maka orang tersebut seakan

memiliki peran penting dalam suatu lingkup masyarakat. Contohnya

yang masih hangat sampai sekarang adalah pemegang akun Lambe

Turah yang kerap menyebar berita dan aib-aib Public Figure masa

kini. Admin-nya kerap menjadi sorotan karena dianggap mempunyai

unsur politik atau orang dalam untuk menyebar setiap berita yang

terbit di jejaring sosial akun tersebut.

Manusia zaman sekarang pun banyak sekali yang tidak tahan

menyimpan suatu rahasia besar, tidak tahan dan akhirnya terbongkar.

Tidak jarang itu menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Seperti kasus

korupsi pula dari tahun pembuatan naskah 1970-an sampai sekarang.

Perilaku kejahatan tidak dibungkam, justru kita yang

mengetahuinyalah yang dibungkam.

Ati: Keadilan memang tidak datang begitu saja to, Mbak? Harus

diperjuangkan.

Sumirah: Atau harus dibeli. Dia minta disogok berapa sih?71

Pada kutipan di atas Danarto mengkritisi sistem penetapan hukum

yang ada di Indonesia. Bagaimana kasus penegakan hukum di

Indonesia seperti tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Masyarakat

menjadi gelisah akibat ulah penegak hukum yang terkesan tebang pilih.

Kasus ini menjadi sindiran nyata bahwa keadilan di Indonesia lebih

menohok kepada kaum menengah ke bawah, dimana yang menjadi

penguasa, konglomerat akan “kebal” dan bebas dengan hukum. Kasus

korupsi sebagai tindakan kejahatan luar biasa dan merugikan

masyarakat se-Indonesia hanya dihukum beberapa tahun, dan bebas

begitu saja, bahkan mereka dipenjarakan di tempat yang esklusif dan itu

bukan rahasia umum lagi. Mereka membayar kepada petinggi lapas,

hakim, jaksa agar mereka bisa terbebas dari hukum. Terlebih di zaman

71

Ibid, hlm. 58

Page 95: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

85

sekarang mantan narapidana koruptur bisa dengan bebas hidup dan

bekerja di luar sana dan bisa mencalonkan diri sebagai anggota

legislatif.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui kasus perkara

kecil tapi dibesar-besarkan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan

sikap kekeluargaan, sementara itu narapidana koruptor bisa bebas

berkeliaran dan tetap menikmati uang negara. Kasus-kasus kelalaian

dalam berkendara yang melibatkan anak pejabatpun bisa menghilang

seperti di telan bumi asalakan ada uang sebagai pelicin.

Kritik sosial masalah moral selanjutnya mengenai Slentem yang

memanfaatkan keadaan Tommy ketika sedang gusar, untuk selalu

dibelikan rokok, dengan cara itu Slentem akan tutup mulut dan tidak

menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Sumirah: Tem! Berapa kali aku peringatkan! Kenapa sih? Ada

apa sih sukamu nrambul melulu?

Slentem: Kita tidak berkawan dan tidak beromong lagi.

(Mengeluarkan sebungkus rokok)

Sumirah: Kamu hari ini kok perayaan betul? (Melihat rokok

Slentem) Lho dari mana kau copet itu, ha?

Slentem: (Bersiul-siul, berlagak, sambal menyulut rokoknya)

Sumirah: Kamu nyolong dari mana, Tem? Wah drawasi ini.

Slentem: kita tidak berkawan dan tidak beromong lagi.

Ati: Wah Slentem mulai kumat.

Slentem: Jangankan sebungkus, lha mbok sekarang seluruh kios

rokok…. (Menepuk-nepuk sakunya)

Sumirah: Tom, darimana dia garong itu? Padahal barusan dia

merengek-rengek minta saya.

Slentem: (Cepat-cepat berlalu)

Tommy: Saya yang kena bajak tadi.72

Pada kutipan di atas tampak bahwa uang benar-benar mampu

memegang kendali dalam kehidupan seseorang. Ketika melihat

sejumlah uang yang banyak, seseorang akan tergiur dan goyah

72

Ibid, hlm. 14-15

Page 96: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

86

pendiriannya. Hal inilah yang mendapat kritik oleh pengarang.

Kesulitan ekonomi menjadikan seseorang mudah tergiur akan materi,

bahkan ada yang sampai menipu dan merugikan orang lain.

Permasalahan seperti ini sering ditemui di masa modern seperti

sekarang. Demi memenuhi kebutuhan seseorang rela melakukan apa

saja. Padahal dampak yang timbul akan menyulitkan mereka sendiri

nantinya.

Sumirah:…Jangan banyak mbanyol kamu, Tem

Slentem: Saya ngga butuh dipercaya. Saya butuh duit

Sumirah: Hiya, tapi kalua nggak terbukti…

Slentem: Duit kembali

Sumirah: Awas kalau duitnya keburu kau habisin

Slentem: Aku tak akan pernah kehabisan uang73

Pada zaman modern saat ini kemajuan dan keberhasilan menjadi

prioritas utama. Manusia saling bersaing untuk menjadi yang terbaik,

yang menjadi prioritas hanya diri sendiri sehingga mengeyampingkan

aturan yang ada seperti tampak pada kutipan di bawah ini.

Sumirah: Gandrung sih boleh saja, angsal Tommy diluluskan dulu.

Sebab seluruh rencana sudah terpancang kuat-kuat antara kita

berdua, sebab seluruh kekuatan pikiran dan harta benda diarahkan

untuk mencapai sasaran utama tahun ini, yaitu: titel Dokterandus,

yang amat penting bagi usaha perluasan bisnis dan menunjang

usaha-usaha yang lebih tinggi. Profesor ini keliwatan sentimennya.

Sentimen ya mbok sentimen, angsal Tommy lulus. Apa dia tahu

betapa pentingnya titel untuk tiap usaha apa saja.74

Dari kutipan di atas terlihat bahwa sebagian besar masyarakat

Jawa di Yogyakarta dipengaruhi oleh pola pikir bahwa kesuksesan

bisa diraih dengan bertitel. Cara mendapatkan titel itu bisa dengan

menghalalkan berbagai cara dengan mengebelakangkan logika dan

norma-norma yang ada.

73

Ibid, hlm. 47 74

Ibid, hlm. 51-52

Page 97: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

87

Profesor: Mas, saya mau bertanya.

Slentem: (Menyanyi) Jangan ditanya ke mana aku pergi…

Professor: Mas, saya mau bertanya betul-betulan.

Slentem: Ya, cepat dong tanyanya! Apa?

Professor: Mas kenal, Slentem?

Slentem: Kenal…..

Profesor: Di mana dia?

Slentem: Ke luar negeri

Professor: Ah mosok? Ke luar negeri? Dia tukang sapu pasar,

„kan?

Slentem: Tukang sapu pasar ngga boleh ke luar negeri?

Professor: Boleh75

Profesor merupakan representasi kaum intelektual dan Sumirah

seorang juragan batik yang percaya kepada Slentem dan telah ditipu

Slentem, ketika Slentem mengelabuhinya dan ia mengaku sebagai

seorang dukun yang bisa mencubit dengan jarak yang jauh dan

berbeda tempat dengan membayar sejumlah uang.

Slentem: Ada perlu apa kok tanya Slentem?

Profesor: Ngga perlu apa-apa

Slentem: Kok tanya?

Profesor: Apa ngga boleh?

Slentem: Boleh, tapi harus bayar

Prosefor: Memangnya Mas ini siapa? Tukang obat? Pantas

banyak ngomong dengan para penonton.

Slentem: Dukun

Profesor: Dukun?

Slentem: Yes

Profesor: Wah kebetulan nih, e‟ siapa tahu, cocok

Slentem: Ada apa?

Profesor: Begini Mas. Saya itu kepengin lihat orang jarak jauh.

Apa Mas bisa ngasih jampi-jampinya?

Slentem: Bisa. Malah juga bisa nyubit jarak jauh76

75

Ibid, hlm. 43 76

Ibid, hlm. 43

Page 98: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

88

Profesor dan Sumirah diharuskan membayar dua ribu lima ratus,

kemudian Slentem memberikan sehelai rambutnya, lalu

memerintahkan untuk dipraktikkan pada saat tidur nanti tanpa doa dan

tanpa jampe-jampe. Sayangnya mereka dengan mudahnya tergiur

dengan iming-iming Slentem. Tanpa pikir panjang mereka langsung

mengiya-kan dan membawa pulang sehelai rambut Slentem.

Profesor: Ongkosnya berapa, Mas?

Slentem: Mahal

Profesor: Berapa sih?

Slentem: Dua ribu lima ratus77

Pada fokus kritik di sini yang seharusnya seorang Profesor yang

berpendidikan tinggi yang atau seorang juragan batik yang cukup

hidup modern dan borjuis masih tergiur dengan hal-hal mistis seperti

dukun yang menawarkan kemudahan untuk menyelesaikan segala

permasalahan mereka.

Tommy: ….. Dan kamu harus percaya bahwa profesor-profesor

memang demikian dan cerita-cerita tentangnya semuanya adalah

benar: Pelupa, mau menang sendiri, lupa daratan78

Pada kutipan di sini Danarto menyinggung para bagi pendidik yang

bersifat semena-mena kepada anak didiknya. Bahwa pengajar adalah

dewa, tidak pernah salah, dan tidak mau disalahkan. Pelajar seolah-

olah harus menurut dan seperti kerbau yang harus manut.

Masalah moral yang Danarto gambarkan selanjutnya adalah

Profesor mendengar berita tentang kebobrokan Tommy yang

berhubungan dan tinggal bersama dengan juragan batik Pasar

Beringharjo dari rekan-rekan sesama dosen di kampus dan dari tukang

bubur kacang ijo di Pasar Beringharjo. Maka, profesor tidak

77

Ibid, hlm. 44 78

Ibid, hlm. 53

Page 99: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

89

meluluskan Tommy dikarenakan sakit hatinya pada Tommy yang

menduakan anaknya (Kusningtyas). Seharusnya sebagai dosen yang

baik harus tetap bersikap profesional dan objektif apapun yang terjadi,

tidak boleh bersikap subjektif.

Sumirah: Tem! Ke sini Kalau kamu tidak ngaku, tau rasa!

Slentem: Kecap! Saya tidak pernah ngomong apa-apa tentang

apa-apa terhadap siapa-siapa.

Sumirah: Kamu terus terang saja atau dipecat sebagai tukang

sapu!

Slentem: Ogah semuanya!

Ati: Lho, bagaimana, to, kok Mbakyu bisa dengar Slentem,

sedang Slentem ngelak?

Sumirah: Slentem pernah ngomong-ngomong dengan Tukijo, itu

yang jual burjo di Pintu Utara, tentang hubungannya Tommy

dengan Kus. Dia tidak tahu kalua saya ada di balik pagar di took

besi. Serta merta aku mendekat setelah dengar dia dengan

Tukijo asyik sekali dan lama ngomong-ngomongnya!79

Perilaku Tommy yang memanfaatkan Kusningtyas untuk

keperluan pendidikannya juga merupakan perilaku yang sangat

disayangkan. Karena pada dasarnya untuk mendapat gelar dalam

pendidikan itu tidak seharusnya menggunakan cara yang tidak lazim

misalnya dengan mendekati anggota keluarganya. Dalam masyarakat

nyata, drama ini banyak diterapkan dimana banyak orang yang

memanfaatkan kedekatannya dengan salah seorang yang memiliki

pengaruh penting dalam urusan pendidikan. Mereka memberikan

sesuatu sebagai pelicin agar bisa lolos masuk sekolah atau keluar dari

sekolah, universitas atau bahkan pekerjaan. Mereka menghalalkan

cara apapun di saat kebutuhan sudah mendesak

Tommy tidak lagi mempedulikan akal dan moral ketika ia

sedang dalam tekanan. Ia bersikukuh bahwa ia telah melakukan yang

terbaik. Manusia-manusia seperti inilah yang hadir pada zaman

79

Ibid, hlm. 9

Page 100: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

90

pembuatan naskah dan bahkan sampai sekarang. Begitu banyak orang

egois, menghalalkan segala cara, tidak mengikuti alur yang baik dan

benar apabila sedang dalam kondisi kepepet. Kecurangan,

pemberontakan, penyelewangan, itulah sikap-sikap yang muncul

akibat dari ketimpangan sosial tersebut

Tommy yang mencintai dua wanita sekaligus. Hal ini tentunya

sudah sangat marak pada masyarakat zaman ini. Tommy yang

mencintai Sumirah hanya untuk urusan bisnisnya dan mereka

diceritakan dalam naskah bahwa mereka tinggal dalam satu rumah

meskipun mereka belum ada ikatan pernikahan. Kejadian seperti itu

memang sangat melanggar aturan dan norma kesusilaan yang ada di

masyarakat. Tommy yang memanfaatkan Sumirah untuk keperluan

bisnisnya sudah sangat marak di masa yang modern seperti saat ini.

Perilaku Tommy ini tidak pantas untuk ditiru oleh kawula muda saat

ini. Melihat pergaulan remaja yang bebas maka refleksi masyarakat

dari perilaku Tommy dan Sumirah ini sedikit merugikan jika dilihat

dalam kehidupan nyata.

Di dalam kehidupan, manusia pada hakikatnya diciptakan oleh

Tuhan sebagai makhluk sosial untuk saling berpasangan dan

ditakdirkan untuk bergantung pada orang lain karena manusia tidak

bisa hidup sendiri. Tuhan sudah menggariskan setiap jodoh, rezeki,

dan maut. Manusianya sendiri lah yang tinggal menentukan pilihan

hidupnya masing-masing. Sebagai manusia kita diciptakan memiliki

nafsu. Tidak ada manusia di dunia ini yang merasa puas dengan apa

yang diperoleh, mereka selalu menginginkan sesuatu yang lebih.

Berbagai cara ditempuh untuk memuaskan ambisi manusia itu dengan

tidak memperdulikan nilai norma dan tanpa pandang bulu. Pada

naskah drama OOEE tokoh Tommy yang merupakan mahasiswa Seni

Rupa yang mempunyai pekerjaan sebagai seorang pelukis batik.

Sebagai seorang pelukis batik, ia memiliki hubungan dengan Sumirah

yang merupakan juragan batik yang sukses. Namun di sisi lain

Page 101: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

91

Tommy juga mendekati Kusningtyas yang merupakan putri dari

profesor. Tommy merupakan mahasiswa dari Profesor dan memiliki

tujuan agar ujiannya diluluskan.

Prof: Aku dengar dia sudah pacaran, bahkan sudah lama hidup

bersama dengan juragan batik Beringharjo.

Ny.Prof: Ah mosok, dengar dari siapa?

Prof: Dari kawan dosen.80

Desas-desus memang sudah terdengar sampai seantero Pasar

Beringarjo dan tercium sampai ke telinga Profesor mengenai latar

belakang Tommy sebenarnya.

Sumirah: Buat apa? Dua tahun kita bina bersama. Berat dan

penuh pertengakaran. Jika dia kesukaran aku sanggup

membantunya. Sedang jika aku membutuhkan sesuatu Tommy

bias mengatasi dengan baik.81

Pada kutipan ini menggambarkan sosok Sumirah dan Tommy

yang sudah lama menjalin hubungan dan Sumirah kerap

membantunya apabila ia mengalami kesulitan.

Profesor: Kuping kemana, ha?! Kupingmu tadi ke mana? Aku

banyak sekali menyebut persoalan seni rupa yang tradisionil

maupun kontemporer. Hubungan dengan pasar, koperasi dan

pacaran dan hidup bersama.82

Kutipan di atas mengandung sindirian kepada orang-orang yang

suka hidup bersama tanpa hubungan ikatan pernikahan yang resmi

layaknya mengikuti budaya barat.

Tommy yang pada akhir cerita akhirnya menikahi dua orang

wanita sekaligus yang telah ia manfaatkan untuk biaya kuliah dan

demi kelulusannya yaitu Sumirah seorang juragan batik dan

80

Ibid, hlm. 8. 81

Ibid, hlm. 12 82

Ibid, hlm. 31

Page 102: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

92

Kusningtyas seorang mahasiswa kedokteran. Penggambaran sosok

yang ambisus dan serakah. Danarto ingin mengkritik orang-orang

yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang mereka miliki,

selalu merasa kekurangan.

Slentem: ……Tentu saja Profesor menjadi orang yang

berbahahagia. Beliau lepas dari surat kaleng saya ditambah lima

orang cucu, tiga dari Mbakyu Sumirah, dan dua dari

Kusningtyas.83

Pada kutipan epilog di atas menyimpulkan bahwa

bagaimana bobroknya sifat masyarakat Indonesia yang bisa hidup

dengan perselingkuhan, hidup bebas bersama dengan wanita tanpa

hubungan pernikahan, bahkan berpoligami, membagi cintanya

kepada banyak orang (mempunyai istri banyak) dan mempunyai

anak banyak.

C. Implikasi Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

Ebreg Ewek-Ewek karya Danarto terhadap Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia

Pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang mencoba untuk

mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses

kreatif sastra. Kompetensi apresiasi sastra yang diasah dalam pendidikan

ini adalah kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra. Melalui

pendidikan semacam ini, peserta didik diajak langsung membaca,

memahami, dan menganalisis karya sastra secara langsung. Mereka diajak

berkenalan dengan sastra, tidak melalui hapalan nama-nama judul karya

sastra atau sinopsisnya saja, tetapi langsung berhadapan dengan karya

sastranya.84

83

Ibid, hlm. 83 84

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 168

Page 103: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

93

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, drama merupakan bagian

dari bahan ajar dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah

Menengah Atas (SMA). Keberadaan naskah drama OOEE sebagai bahan

bacaan fiksi menjadi salah satu bacaan yang memberikan peserta didik

pemahaman dan pengenalan terhadap nilai-nilai sosial yang terkandung

dalam sastra. Analisis kritik sosial dalam naskah drama OOEE karya

Danarto dapat pula diimplikasikan ke dalam pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di sekolah, yaitu melalui materi unsur-unsur tersebut

siswa dapat memahami kondisi dan masalah sosial yang terkandung dalam

karya fiksi sehingga dapat mengembangkan diri pada peserta pada aspek

afektif.

Dalam silabus pembelajaran SMA/MA kelas XI semester ganjil

terdapat aspek pembelajaran mendengarkan, standar kompetensi mampu

mengkritisi teks drama, dengan kompetensi dasar yaitu siswa dapat

memahami unsur struktur dan kaidah teks film/ drama baik melalui lisan

maupun tulisan, dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dan

interaktif, contohnya diskusi dan saling menanggapi. Agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik, strategi demikian bisa

menggunakan metode pembelajaran dengan cara menjawab, ceramah,

diskusi, kerja kelompok, dan presentasi.

Di dalam pembelajaran sastra di sekolah standar kompetensi yang

digunakan adalah menganalisis unsur intrinsik naskah drama. Jika

dikaitkan dengan kompetensi dasar yaitu menerangkan sifat-sifat tokoh

dari kutipan naskah drama. Drama dalam OOEE dapat dijadikan bahan

untuk mengetahui permasalahan kritik sosial. Terlebih tujuan

pembelajaran pada materi tersebut adalah agar siswa mampu menjelaskan

unsur-unsur intrinsik dari naskah drama yang dibaca dan mampu

menjelaskan sifat dan karakter tokoh. Jika mengacu pada tujuan

pembelajaran, maka guru diharapkan mampu memberikan pengarahan

kepada siswa bagaimana caranya menanggulangi masalah yang dihadapi

oleh siswa. Setiap manusia pasti memiliki masalah, dan bagaimana

Page 104: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

94

manusia tersebut mampu menelusuri akar dari penyebab permasalahan

tersebut agar kita tahu bagaimana cara atau tindakan apa yang harus

diambil untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pembelajaran sastra dengan mengapresiasikan karya sastra dapat

mengembangkan kompetensi siswa untuk memahami setiap unsur dalam

karya sastra, dengan menghargai keindahan yang tercermin dalam setiap

unsur drama, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik, siswa akan

mengetahui apa pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Siswa juga

tidak hanya diajak untuk membaca dan menganalisis karya sastra saja,

akan tetapi siswa diajak untuk menanamkan sikap positif terhadap karya

sastra sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan

keterampilan siswa.

Melalui pembelajaran sastra, siswa akan belajar percaya diri untuk

tampil di muka umum dan akan mengasah kemampuan dari berbagai

aspek, baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.85

Guru juga

dapat memposisikan dirinya sebagai guru Bahasa Indonesia yang dapat

mentransfer ilmu melalui pengalaman dan pendekatan yang

menyenangkan terhadap siswa. Guru pun dapat membantu siswa menggali

potensi yang dimilikinya, sehingga siswa dapat lebih bijaksana

menghargai dirinya sendiri dan lingkungan. Selain itu, siswa juga dapat

menanamkan nilai-nilai positif dalam hubungan bermasyarakat dan

menjadi insan yang saling menghargai serta memiliki semangat untuk

memperjuangkan hidup sejahtera.

Ketika di dalam kelas, guru harus menggunakan metode

pembelajaran yang variatif agar siswa tidak merasa bosan dalam tiap

pertemuan. Variasi metode bisa berupa bermain peran di dalam kelas,

dimana setiap siswa dituntut untuk memilih karakter yang disukai dan

kemudian memerankannya. Ketika sudah selesai, maka seluruh siswa

kembali diperintahkan untuk memilih karakter yang tidak disukai

85

Emzir& Rohman, Teori dan Pengajaran Sastra, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2016), hlm. 262

Page 105: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

95

kemudian memerankannya. Metode seperti ini melatih siswa agar mampu

merasakan menjadi orang lain. Dengan adanya variasi metode, siswa

diharapkan lebih nyaman dan antusias dalam menerima pelajaran sehingga

pesan yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran dapat

ditangkap dengan baik oleh siswa. Inilah yang menjadi indikasi

tercapainya pembelajaran yang diharapkan oleh guru maupun siswa.

Tahapan ketika diimplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas. Pertama, peserta didik diberikan naskah drama OOEE agar dibaca

terlebih dahulu sebelum dibahas, kemudian dibuat kelompok secara acak.

Kedua, ketika tiba waktunya guru membahas materi ini dan menjelaskan

langkah-langkah menganalisis unsur intrinsik khususnya penokohan, guru

dapat meminta peserta didik untuk menyimak dan memberi kesempatan

untuk bertanya. Ketiga, setiap kelompok diminta untuk mengidentifikasi

dan menganalisis unsur intrinsik yang ada di naskah OOEE. Keempat,

setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah dipersiapkan guru di LKS

(Lembar Kerja Siswa). Kelima, setelah selesai seluruh kelompok

mempresentasikan di depan kelas secara bergiliran, kemudian kelompok

lain menanggapi dan membuat kesimpulan hasil diskusi. Di akhir

pembelajaran peserta didik diberikan pertanyaan lisan tentang untuk

menilai pemahaman siswa.

Melalui tahapan-tahapan pembelajaran di atas peserta didik

dituntut untuk berwawasan lebih luas dan berpikir kritis lewat kritik sosial

yang tertuang dalam naskah drama, sehingga diharapkan mampu lebih

mengetahui norma-norma yang berlaku di masyarakat untuk pembelajaran

dan bekal hidup di masa kini atau di masa depan agar tidak salah arah dan

tujuan.

Page 106: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

96

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap naskah drama OOEE karya Danarto

mengenai kritik sosial serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di

sekolah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat enam kritik sosial yang dipresentasikan dalam naskah drama

OOEE karya Danarto yang terlihat pada penggambaran tokoh dan

peristiwa. Kritik pertama mengenai masalah politik terhadap Undang-

Undang Permusikan yaitu Undang-Undang Permusikan yang dibuat

oleh Slentem ditujukan agar para pengamen tidak berselisih terus

menerus justru menjadi bumerang bagi para pengamen itu tersendiri,

kedua kritik mengenai masalah pendidikan tentang rendahnya

kreativitas dan mahasiswa yang tidak tahan kritik yaitu yang dialami

oleh Tommy seorang mahasiswa Seni Rupa dalam hal menciptakan

batik dan tidak suka dikritik oleh dosen dan sesama rekan pedagang

batik, ketiga kritik mengenai masalah agama tentang kebobrokan

iman, yaitu yang dialami oleh profesor dan juragan batik yang masih

mempercayai hal mistis dimana mereka mempercayai seorang dukun

yang dipercaya dapat mempermudah segala urusan hanya dengan

seutas rambut dan melalui media cubit jarak jauh, keempat kritik

mengenai masalah budaya tentang perseteruan antara budaya tradisi

dan budaya modern, yaitu perseturuan yang tidak kunjung usai

dialami Warti (pengamen modern) dan Sariyem pengamen tradisional

dimana Sumirah merasa tersaingi oleh pengamen yang menggunakan

kaset sedangkan dirinya hanya mengamen dengan menggunakan

media pita suara, kelima kritik mengenai masalah teknologi tentang

alat mengamen pengamen konvensional dan modern, yaitu melalui

Page 107: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

97

media kaset dan tembang suara, dan keenam kritik mengenai masalah

moral mengenai kritik terhadap penipuan yang dilakukan oleh

Slentem kepada profesor dan Sumirah yang mengakui dirinya sebagai

seorang dukun dan memerasnya, selanjutnya yaitu kritik terhadap

kebiasaan hidup satu atap tanpa hubungan pernikahan yaitu hubungan

kumpul kebo yang dilakukan oleh Tommy dan Sumirah, dan terakhir

kritik terhadap keserakahan yaitu kasus poligami yang ada di

masyarakat dimana pada akhir cerita digambarkan pada naskah

Tommy berpoligami dengan Sumirah dan Kusningtyas.

2. Analisis kritik sosial dalam naskah OOEE karya Danarto dapat

diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia di

SMA kelas XI semester ganjil dalam silabus Kurikulum 2013. Naskah

drama ini dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sastra yang

isinya banyak mengandung nilai-nilai sosial dan pendidikan moral

dengan standar kompetensi mampu mengkritisi teks film/drama, dan

kompetensi dasar memahami struktur dan kaidah teks film/drama baik

melalui lisan maupun tulis serta mampu mengungkapkan kembali

kaidah teks film/drama dan menginterpretasikan makna baik secara

lisan maupun tulisan.

B. SARAN

1. Naskah drama OOEE karya Danarto dapat digunakan sebagai bahan

untuk pembelajaran sastra di sekolah oleh guru, baik dalam materi

sebagai unsur intrinsik drama, maupun pementasan drama karena

mengandung nilai-nilai sosial serta pendidikan moral yang dapat

menjadikan peserta didik lebih kritis dan menghormati keadaan sosial

sekitarnya.

2. Melalui pembelajaran sastra, siswa dapat menanamkan sikap positif

terhadap karya sastra dan mengambil intisari yang terkandung di

dalamnya sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir,

sikap, dan keterampilan siswa dalam kehidupannya.

Page 108: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

98

3. Lewat kritik sosial yang tertuang dalam naskah drama OOEE karya

Danarto, diharapkan siswa mampu memahami norma-norma bangsa

dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Page 109: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

99

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, M. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

2005

Akbar, Akhmad Zaini. “Kritik Sosial, Pers, dan Politik Indonesia” (dalam Moh.

Mahfud MD, dkk (editor), Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan.

Yogyakarta: UII Press, 1999.

Ahmadi, Abu. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anonim. Danarto: Angkatan „70 & Seni Sebagai Enlightment. Berita Buana, 14

Februari 1978.

Anonim. Menyimak Cerpen-Cerpen Danarto dari Ajaran Mistik - Religius hingga

Kritik Sosial. Berita Buana, Selasa, 28 Juni 1988.

Bilal, Mohammad. Resensi Drama “Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek”. Gg.

Bunga, November 1973.

Danarto. Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek. Yogyakarta: Nalar, 2014.

Dibia, I Ketut. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok: Rajawali Pers.

2018.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress, 2008

_________________ Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS, 2011

_____________________ Metode Pembelajaran drama. Yogyakarta: CAPS.

2011.

Faruq. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Hasanuddin, Ensiklopedia Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu, 2004.

Hardjana, Andre. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia, 1985.

Harymawan, RMA. Dramaturgi. Bandung: CV. Rosda Bandung, 1988.

W S. Hasanuddin. Drama dalam Karya Dua Dimensi. Bandung: Angkasa, 1996.

Ismawati, Esti. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak, 2013.

Page 110: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

100

Kemendikbud. 2017. Danarto. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa

/tokoh/734/Danarto. 5 Agustus 2018 pukul 12:39 WIB

K.M Saini. Protes Sosial dalam Sastra. Bandung: Angkasa, 1988

K.S, Yudiono. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2009.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia, 1987

MD, Jajak. Catatan dari Teater Alam Yogya: Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-

Ewek Karya Danarto, Sinar Harapan, 24 November 1973

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Obor Indonesia.

2005

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2013.

Pracahyo, Budoyo. Menangkap Hubungan Danarto dengan Tuhan. Harian Pelita,

30 Agustus 1989.

Prawiradilaga, Dewi Salma. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Prenadamedia. 2012

Pradopo, Rachmat Djoko. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra Teori dan Penerapannya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.

Rahmanto, Bernardus. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Ratna, Nyoman Kuta. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2013.

___________________ Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Rohman, Saifur& Emzir. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2016

Salam, Burhanudin. Etika Sosial: Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia.

Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Santoso, Dwi Ery. Sufisme dan Pesona Kekanak-kanakan Danarto. Harian

Merdeka, 28 September 1986.

Semi, Attar. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa. 1988.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008.

Page 111: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

101

Sumaadmaja, Nursid. Perspektif Studi Sosial. Bandung: Angkasa. 1980

Sumardjo, Yakob & Saini Kosim. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia,

1986.

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 1984.

W.M., Abdul Hadi. Wawancara dengan Danarto: Sastra Punya Aktualitas

Sendiri. Berita Buana, 28 Juli 1981.

Page 112: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

NAMA SEKOLAH SMAN 3Tangerang

MATA PELAJARAN Bahasa dan Sastra Indonesia

KELAS /SEMESTER XI (sebelas) / 2 (dua)

PROGRAM IPS

ASPEK

PEMBELAJARAN

Membaca

STANDAR

KOMPETENSI

5.0 Memahami naskah drama

KOMPETENSI DASAR 5.1 Mengidentifikasi peristiwa, pelaku, dan perwatakannya,

dialog dan konflik pada pementasan drama

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :

No Indikator Pencapaian Kompet ensi Nilai Budaya Dan

Karakter Bangsa

Kewirausahaan/

Ekonomi Kreatif

1 Menentukan tokoh, peran, dan wataknya Bersahabat/

komunikatif

Kreatif

Percaya diri

Kepemimpinan

Keorisinilan 2 Menentukan konflik dengan menunjukkan

data yang mendukung

3 Menentukan tema dengan alasan

4 Menentukan pesan dengan data yang

mendukung

5 Merangkum isi drama berdasarkan dialog

yang dibaca

6 Mengaitkan isi drama dengan kehidupan

sehari-hari

ALOKASI WAKTU 2 x 45 menit ( 2 pertemuan)

Page 113: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN Mampu menentukan tokoh, peran, dan wataknya

Mampu menentukan konflik dengan data yang mendukung

Mampu menentukan tema dengan alasan

Mampu menentukan pesan dengan data yang mendukung

Mampu merangkum isi drama berdasarkan dialoh yang

dibaca

Mampu mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari

MATERI POKOK

PEMBELAJARAN

Teks drama/ video rekaman pementasan drama

Unsur intrinsik (tokoh, penokohan, alur, tema, amanat) teks

drama

Menginterpretasi makna pada teks drama

METODE PEMBELAJARAN

v Presentasi

v penugasan

v Diskusi Kelompok

v Tanya Jawab

v Menyimpulkan

STRATEGI PEMBELAJARAN

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Memahami teks film/

drama

Menganalisis teks film/

drama berdasarkan unsur

intrinsik yang

terkandung

Masing-masing

kelompok dapat

mengungkapkan

pendapat dari hasil

diskusi

Siswa dapat memahami

unsur intrinsik teks

film/drama serta

mengkritisi teks yang telah

dipelajari

Page 114: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGGIATAN KEGIATAN PEMBELAJARAN ALOKASI

WAKTU

PEMBUKA

(Apersepsi)

Guru memberi salam dan memberi pertanyaan

yang berhubungan dengan pembelajaran

sebelumnya tentang teks film/ drama serta

bertanya kepada siswa mengenai karakter atau

sifat teman sebangku.

Guru memutarkan rekaman beberapa cuplikan

adegan pementasan drama. Video yang

ditayangkan terdapat tokoh-tokoh perempuan.

20 Menit

Kegiatan Inti :

Eksplorasi

Guru menjelaskan beberapa teknik yang sangat

penting dalam mengkritisi teks drama. Setiap

penjelasan langsung disertai contoh yang

terdapat dalam teks drama

Guru membagi siswa menjadi lima kelompok

Elaborasi

Siswa membaca teks drama secara utuh. Dengan

berdiskusi dengan teman kelompoknya, siswa

menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik di

dalamnya.

Siswa berdiskusi untuk merumuskan mengkritisi

teks drama.

70 Menit

Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di

muka kelas dan ditanggapi secara kritis oleh

anggota kelompok lain.

Guru mengobservasi kinerja dan keterlibatan

setiap siswa dalam berdiskusi maupun

presentasi

Guru mengamati bagian yang belum dipahami

dan dapat didiskusikan kembali

Guru mengulas hasil presentasi setiap kelompok

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum

diketahui

70 menit

Page 115: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

Menjelaskan tentang hal-hal yang belum

diketahui

Memberikan kata kunci kepada siswa terkait

hasil diskusi akhir agar mudah diingat

PENUTUP

(Internalisasi

dan refleksi)

Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan

memberikan pesan agar peserta didik selalu

belajar agar dapat menjawab soal-soal Kuis Uji

Teori untuk mereview konsep-konsep penting

tentang mengkritisi teks film/ drama yang telah

dipelajari

Guru memberikan kuis berkenaan dengan aspek

pengetahuan dan keterampilan.

Guru memberikan arahan kegiatan berikutnya

dan tugas pengayaan

Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta

kecakapan hidup (live skill) yang bisa dipetik

dari pembelajaran

Guru menyampaikan tugas mandiri (dikerjakan

di rumah): mencermati teks. Pengamatan

difokuskan pada karakter tokoh terutama tokoh

perempuan

20 Menit

Page 116: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

SUMBER BELAJAR

V Pustaka rujukan Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas

XI SMA/SMK/MA/MAK semester 2 Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013

Drama Karya dalam dua dimensi karya Hasanuddin W.S

Material: Naskah drama Obrog Owog Owog Ebrek Eweg-Eweg

V Mediacetak dan

elektronik

Naskah / video pertunjukan drama

Website internet

Lingkungan Lingkungan masyarakat sekitar siswa

PENILAIAN

TEKNIK DAN BENTUK

V Tes Lisan

V Tes Tertulis

V Tagihan Hasil Karya/Produk: tugas, projek, portofolio

V Pengukuran Sikap

V Penilaian diri

V Penilaian kelompok

INSTRUMEN /SOAL

Tugas untuk menganalisis teks drama

Tugas untuk mendiskusikan dan mempresentasikan hasil

analisis teks drama

Daftar pertanyaan Kuis uji teori untuk mengukur pemahaman

siswa atau konsep-konsep yang telah dipelajari

RUBRIK/KRITERIA

PENILAIAN/BLANGKO

OBSERVASI

Blangko observasi dan penilaian kinerja siswa dalam

mengikuti diskusi dan presentasi (terlampir di bawah)

Mengetahui Tangerang, Juli 2017

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

NIP. NIP.

Page 117: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

KEMENttER:AN AGAMAUIN JAKARTAF:丁Kノ″″」ツnda崎 95 crp″ far′ 5`ブ 2● donesla

FORM(FR)

No.Dokumen : FITK‐ FR‐AKD-081

Tgl.Terbl , : l Maret 2010

No. Revisi: 01

Hal

SURAtt B:MBINGAN SKRIPSl

Nomor : LIn.Q 1 /F. 1 /I(M.0 1 .3/ ...........1201 6Lamp. :,Hal :BiyrbinganSkripsi

Jakaia,Januari 2016

砕 pada Ytll,

Rosida Erowati,M.Hum。Pembilnbing Skripsi:Fakultas 11lnu Tarbiyah dan Keguruan

UIN SyarifI‐ Iidayatullah

」akarta.

/ssαιαη,7♭ル′れι“

フスwb. `

Dengan inl diharapkan kesediaan Saudara untllk

(materi/teknis)penulisan skripsi mahasiswa:

menjadi pembimbing UII

Chitra Nur lmaniar

ll12013000055

Pendidikall Bahasa dan Sastra lndonesia

7←可uh)

Kritik Sosial dalalll Naskah Drama Obrok Owok‐ owok Ebrek Ewek―

ewek Karya Danarto dan Implikasinya Terhadap Pembel ajaran Sastra di

Sekolah

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 10 Desember 2015 ,abstraksloutline terlampir. Saudara dapat melalukan pJrubaha-n redaksional pada judul tersebut.Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusanterlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjangselama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu' alaikum wr.wb,

Kajur Pend. dan Sastra Indonesia

Subuki,ⅣI

Nama

NIM

Jurusan

Semester

Judul Skripsi

Tembusan:l. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.

a.n. Dekan

9800305200901 1015ギ讐て, 1ご

Page 118: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

NamaNIMJurusanFakultasJudul Skripsi

Dosen Pembimbing

LEⅣIBAR UJI REFERENSI

Chitra Nur Imaniar1112013000055

Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaIImu Tarbiyah dan KeguruanKritik Sosial dalam Naskah Drama Obrok Owok-owok EbrekEwek-ewek Karya Danarto dan Implikasinya pada

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Rosida Erowatio M.Hum

NO REFERENSI ⅡALAⅣIAN PASaF

1 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra,

Bandung: Angkasa, 1984

187

4つ乙 Akhmad Zaini Akbar, "Kritik Sosial, Pers dan

Politik Indonesia", (dalam Moh. Mahfud MD, dkk

(editor), Kritik Sosial dalam Wacona Pembangunan,

(Yogyakarta: UIi Press, 1999

48-49

うD Andre' Hardjana, Kritik Sastrct: Sebuah Pengantar,

(Jakarla: Gramedia, 1 985)

37

′4. Rachmat Djoko Pradopo, Prinsip-prinsip Kritik

Sastra Teori dan Peneropannlta, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1994)

9

瀕5. Burhanudin Salam, Etika Sosictl, Asas Moral Dulam

Kehidupan Manusict, (Jakarla: Rineka Cipta, 1997)

179, t82 /み

6. Keraf. Gorys. Diksi dan Galta Bahasa. Jakarla:

Crarnedia, 1987

138. 53, 108,

140,143 潔7. Mincierop, Albefiine. lvletode Koraliteri.;rtsi Telault

Fiksi. Jakarla: Obor Indonesia. 2005

52.139.

』8. Ratna, Nyoman Kr.rta. !-eori. llctotle, cltrn Tel;nik

Penelitittn Sostrtr. Yogyakarta: Pr-rstaka Pela;ar. 201 0

111 Aa1 al 'JJj, JJJ, JJ+

放9. Wahyudi Siswanto. Pcngutttcu' Tcori Sastra,

(Jakafia: Grasindo. 200"q)

152,171

汐10. Esti Ismar,vati, Pengajaran Sostra,

(Yo gyakarla: Orr-rbak" 2 0 1,3 )

うD

Page 119: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra,

(Yogyakarta: Kanisius, 1992),

16

漢12. Rohman, Saifur& Emzir. Teori dan Pengajaran

Sastra. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2016.

262

」13. Jakob Sumardjo& Saini K.M, Apresiasi

Kesus as traan, (l akarta: Gramedia). 1 986.

56

滅14.

Burhan Nurgiyanto r o, T e o ri P en gkaj i an F i l{s i,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2013

255,247 , 764,

209,2r0,94,

97, 101,258,

259,260,261,

264,265,266"

267,272,273

15.Hasanuddin, Drama dalam Karya Dua Dimensi,(Bandung: Angkasa, 1996)

2, 58, 103,77 ,

100,101,103 β16. RMA. Harymawan, Dramaturgl (Bandung: CV.

Rosda Bandung. 1988)16

17. Nyoman Kuta Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)

1,23

』18. Fatuq, Pengantar Sosiologi Sastra, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2016)

4

"19. Abdul Hadi W.M, Wawancara dengan Danarto:

Sastra Punlta Aktualitas Sendiri, Berita Buana, 28

Juli 1981

18

』20. Anonim. Menyimak Cerpen-Cerpen Danctrto. Dari

.,ljorun tV[istik - Religius Hinggct Kritik Sosial, Berita

Buana. i3 Juni i988

4

一Kernencli kbvcl, D an or to,

(http :i,&adanbahasa.kerndikbud. eo.id/lamanbahasa/to

スkohT34rDqnALto_), Diakses pada tanggal 5 Agustus

2017 pukul l2:39 WIB

つ4

つ4 Anonim dalam harian Berita Buana, Danarto:

Angliatan 70c8 Seni Sebagui Enlightment, 14

Februari 1978

6

Page 120: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

23. Danarto, Obrog Owok-Owok Ebreg Eweg-Eweg,

201 4, Yogyakarta: Nalar

lX

洪24. Semi,Attaro И″αわ″J Sas′rα.Bandung:Angkasa。

1988.

161

メ25. Dwi Ery santoso dalam Harian Merdeka,'Sufisme

dan Pesona Kekanak-kanakan Danarto, 28

September 1986

7

泌26. Budoyo Pracahyo, Harian Pelita, Menangkap

Hubungan Danarto dengan Tuhan,30 Agustus 1989

6

漁27 Dibia, I Ketut. Apresiasi Bahasa dan Sastra

Indonesia. Depok: Rajawali Pers. 2018.

113

脚28 Abdulkadit n_I′ η2ν SosJα′βッグανα」Dαsαr.Bandung:

PT.Citra Aditya Bakti。 2005

5

ハ29 Ahmadi, Abu.Ihz Pθ 77グ″グノたακ.Jakarta: Rincka

Cipta

70,98,256

ヌ30 Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Medpress, 2008

77

詠31 Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra.

Yogyakarta: CAPS. 2011

79

訊32 Endraswara, Suwardi. Metode Pembelajaran drama.

Yogyakarta: CAPS. 2011. 訊33 K.M Saini. Protes Sosial dalam Sastra. Bandung:

Angkasa, 1988

2

』34 Prawiradilaga, Dervi Salma. Wawasan Teknologi

Penclicliktm. Jakarla: Prenaclame dia. 201 2

15

腺くフ

う0 Sr-rmaadmaja, Nursid. PersTteliti.f Sntdi Sosial.

Bandung: Angkasa. 19E0

42

訊36 Hasarruddin. Ettsiklopaeliu Sastro Indonesict.

Bandung: Titian Ilmu. 20011.

532

ス37 Yudiono K.S., Pergkojian Kritik Sastra Indonesia,

(Jakarla: Grasindo, 2009)

29-30

Page 121: KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46628...i ABSTRAK Chitra Nur Imaniar (1112013000055), “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Obrog Owok-Owok

BIOGRAFI PENULIS

Chitra Nur Imaniar dilahirkan di Tangerang, 19 Mei 1994. Merupakan

anak kedua dari pasangan Bapak Ridhuan Maulana dan Ibu Hj. Suhanah, memulai

pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 12 pada tahun 1999.

Setelah lulus Taman Kanak-Kanak ia melanjutkan pendidikannya di SD Negeri 7

Tangerang dari tahun 2000-2006, lalu melanjutkan pendidikan ke jenjang pertama

di sekolah favorit berstandar Nasional SMP Negeri 3 Tangerang dari tahun 2006-

2009. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 10

Jakarta Barat pada tahun 2009-2012 sebelum memutuskan untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Sejak kecil, penulis bercita-cita menjadi untuk menjadi

seorang tenaga pengajar sebagaimana obsesinya menjadi seorang pahlawan tanpa

tanda jasa. Itulah yang menjadi salah satu motivasi penulis untuk memilih

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan mengambil jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pada periode awal perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi siswa yaitu

Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI) yang bergelut dalam bidang aksi, diskusi,

dan advokasi. Penulis juga pernah berkecimpung dalam panitia penyelengaraan

Federasi Teater Indonesia (FTI) award yang berfokus kepada parasastrawan dan

tokoh-tokoh berpengaruh besar dalam dunia drama/teater. Penulis merupakan

penikmat hidup, penikmat seni, dan mencintai dunia keguruan. Hal ini dapat

dilihat dari kesehariannya yang cukup cuek, suka menonton drama/teater, dan

hingga saat inipun keseharian penulis adalah menjadi salah satu guru

homeschooling dan les privat.