KRITIK SANAD.docx

47
KRITIK SANAD Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Hadist: Teori dan Metodologi Dosen Pengampu Bapak Prof. Dr. Nizar Ali, M. Ag Disusun oleh Siti Mahdzuroh ( 1520410001 ) JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

Transcript of KRITIK SANAD.docx

Page 1: KRITIK SANAD.docx

KRITIK SANAD

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-

Hadist: Teori dan Metodologi

Dosen Pengampu Bapak Prof. Dr. Nizar Ali, M. Ag

Disusun oleh

Siti Mahdzuroh ( 1520410001 )

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

November, 2015

Page 2: KRITIK SANAD.docx

KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan ridlo-Nya pula penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, selain itu penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan melengkapi bahan-bahan studi ilmiah studi al-hadist: teori dan metodologi tentang kritik sanad

            Penulis menyadari bahwa materi yang disampaikan dalam makalah ini masih belum sempurna dan mempunyai banyak kekurangan. Tak ada yang sempurna di dunia ini dan kesempurnaan hanyalah milik Allah, begitu juga dengan kekurangan yang ada dalam makalah ini,makalah ini belum bisa sempurna tanpa adanya kritik dari para pembaca dan saran yang membangun serta bisa membantu untuk menyempurnakanya.

            Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik berupa moril maupun materil, diantaranya:

1. Terima kasih kepada dosen mata kuliah studi al-hadist: teori dan

metodologi yang telah membimbing kami sehingga bisa terselesaikan

makalah ini dengan baik

2. Terima kasih penulis tujukan kepada orang tua yang turut membantu

secara tidak langsung melalui doa dan motivasinya

3. Terima kasih kepada teman-teman yang telah meminjamkan buku untuk

dijadikan referensi dalam menyelesaikan makalah

Selama proses penulisan makalah ini penulis banyak menerima masukan, motivasi, dan bantuan pikiran dari berbagai pihak, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan.

                                                                          

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Yogyakarta, 1 November 2015

Penulis

Page 3: KRITIK SANAD.docx

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I, PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1

1.3 Tujuan ..................................................................................................2

BAB II, PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kritik Sanad ........................................................................3

2.2 Urgensi Kritik Sanad .............................................................................4

2.3 Kriteria Kesahihan Sanad ......................................................................8

2.5 Berbagai Pendekatan dalam Menilai Perawi ........................................10

2.5 Ilmu yang Terkait tentang Sanad........................................................... 15

2.6 Penelitian Sanad ....................................................................................17

2.6.1 I’tibar dan Pembuatan Skema.....................................................17

2.6.2 Meneliti Kualitas Periwayat dan Metode Periwayatan ..............22

2.6.3 Menyimpulkan Hasil ..................................................................27

BAB III, PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................28

3.2 Saran ....................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................30

Page 4: KRITIK SANAD.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber ajaran islam adalah al-Qur’an dan hadist. Keduanya mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat islam walaupun terdapat perbedaan dari segi penafsiran dan aplikasi, namun para ulama’ sepakat bahwa keduanya dijadikan pedoman utama. Oleh karena itu kajian-kajian terhadap keduanya tak pernah terhenti seiring dengan perkembangan zaman.

Kajian terhadap hadist Nabi memang menarik, bahkan hingga sekarang kajian terhadap hadist Nabi baik yang berupa kritik terhadap otentitasnya maupun metode pemahamanya terus berkembang mulai dari tekstualitas hingga kontekstualitas, dari yang bersifat dogmatis hingga kritis, dari model literal hingga liberal.

Telah banyak problem yang menimpa keotentikan hadist, sehingga perlu dilakukan sejumlah rangkaian penelitian terhadap hadist Nabi. Penelitian tersebut dilakukan atas objek hadist itu sendiri yaitu sanad dan matan hadist, karena kedua objek tersebut berisikan tentang dari mana sumber berita itu didapatkan dan isi berita tersebut dipertanggung jawabkan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut sehingga muncullah berbagai rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah urgensi diadakanya kritik hadist?

2. Bagaimana kriteria keshahihan sebuah sanad?

3. Apa saja pendekatan yang digunakan untuk menilai perawi?

4. Ilmu apa saja yang terkait dengan sanad?

5. Bagaimana proses dilakukanya sebuah kritik sanad?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan makalah tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk:

Page 5: KRITIK SANAD.docx

1. Mengetahui urgensi diadakanya kritik hadist

2. Mengetahui kriteria keshahihan sebuah sanad

3. Mengetahui pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menilai

perawi

4. Mengetahui Ilmu-ilmu yang terkait dengan sanad

5. melaksanakan proses dilakukanya sebuah kritik sanad

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kritik Sanad

Page 6: KRITIK SANAD.docx

Secara etimologi sanad berarti jalan atau sandaran.1

sedangkan secara terminologi sanad adalah jalur matan, yaitu rangkaian para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya.2

Kajian kritik hadist melahirkan istilah shahih al isnad dan dha’if al isnad. Istilah pertama mengandung arti bahwa seluruh jajaran perawi dalam suatu hadist berkualitas shahih, adanya kebersambungan sanad, dan terbebas dari kerancuan (syadz) serta cacat (illat). Sedangkan istilah kedua mengacu pada pemahaman bahwa salah satu atau beberapa jajaran periwayatanya berkualitas dha’if atau bisa jadi karena tidak memenuhi krtiteria kesahihan isinya. Dengan demkian bukan berarti bahwa hadist yang telah diberi level shahih al isnad layak disandangi shahih al matan atau sebaliknya hadist yang dinilai dha’if al isnad juga berarti dha’if al matan. Seringkali yang terjadi adalah sebaliknya, yakni antara sanad dan matan-nya tidak memiliki kualitas yang sama.

Kata kritik merupakan alih bahasa dari kata Naqd yang berarti berusaha menemukan kebenaran. Namun kritik yang dimaksud disini adalah upaya mengkaji hadis rasulullah Saw. untuk menentukan hadis yang benar-benar datang dari Nabi Muhammad Saw.

Kritik sanad hadist ialah suatu cara yang sistematis dalam melakukan penelitian, penilaian, dan penelusuran sanad hadis tentang individu perawi dan proses penerimaan hadis dari guru mereka masing-masing dengan berusaha menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangkaian sanad untuk menemukan kebenaran, yaitu kualitas hadis (Shahih, hasan, atau dla’if).

Kritik sanad merupakan upaya meneliti kredibilitas seluruh jajaran perawi hadist dalam suatu jalur sanad, yang meliputi aspek kebersambungan (muttasil), kualitas pribadi dan kapasitas intelektual perawi, serta aspek syadz dan illat-nya.3

2.2 Urgensi Kritik Sanad

Pada tabel di bawah ini, terdapat pemetaan beberapa urgensi kritik hadits ditinjau dari sisi perjalanan sejarah kritik hadits, yaitu sebagai berikut :

No Periode Urgensi Kritik Hadis

1. Masa Hidup 1. Memberikan perhatian khusus kepada sumber agama Islam.

1 Bustamin dan M.Isa, Metodologi Kritik Hadist, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 52 Muhammad Alfatih Suryadilaga dan Suryadi, Metodologi Penelitian Hadist, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 993 Umi Sumbulah, Op. Cit., hlm.31

Page 7: KRITIK SANAD.docx

Nabi Saw.

2. Mengokohkan hati sahabat dalam mengamalkan ajaran

Islam.

2. Masa Sahabat - Abad 1 Hijriyah

1. Tidak seluruh hadist tertulis pada masa Nabi Saw.

2. Kedudukan hadist sebagai salah satu sumber ajaran Islam

mengharuskan sahabat untuk bersikap hati-hati dalam

menerimanya.

3. Terjadi proses transformasi hadist secara makna.

4. Terjadi pemalsuan hadis.

3. Abad 2- 14 Hijriyah

1. Penghimpunan hadist secara resmi terjadi setelah

berkembangnya pemalsuan hadist.

2. Terkadang kitab-kitab hadist hanya menghimpun hadist,

maka hal ini perlu diteliti lebih lanjut.

3. Muncul redaksi hadis yang bertentangan

4. Abad 15-Sekarang

1. Memelihara khazanah keilmuan Islam.

2. Meminimalisir perbedaan pendapat dalam kawasan produk

hukum syari’at.

3. Mendeteksi hadist dha’if dalam kitab-kitab Islam yang

terkadang dijadikannya sebagai dalil tuntunan amal ibadah.

4. Mengembangkan metodologi penelitian hadist kearah yang

lebih baik agar umat muslim dapat menghadapi tuduhan

orientalis terhadap otentisitas hadist secara adil.

5. Membangun sikap kehati-hatian dalam memakai hadis

yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sebaga ilandasan

ibadah sehari-hari atau bahkan sebagai landasan dalam

menetapkan suatu hukum.

Ada tiga peristiwa penting yang mengharuskan adanya penelitian sanad hadist: pertama, pada zaman Nabi Muhammad tidak seluruh hadist tertulis. kedua,

Page 8: KRITIK SANAD.docx

setelah zaman Nabi Muhammad terjadi pemalsuan hadist. ketiga, penghimpunan hadist secara resmi dan massal terjadi setelah berkembangnya pemalsuan-pemalsuan hadist. Padahal hadist adalah salah satu sumber ajaran islam. Hadist sebagai sumber ajaran islam meniscayakan adanya kepastian validitas bersumber dari Nabi Muhammad.

Sehingga ada empat faktor penting yang mendorong ulama hadis mengadakan penelitian sanad hadis, yaitu:4

1. Hadist sebagai salah satu sumber ajaran Islam

Hadist diterima sebagai salah satu sumber ajaran islam merupakan suatu keniscayaan dilihat dari ruang lingkup dan jangkauan al-qur’an serta keterbatasan manusia dalam memahami petunjuk al-qur’an. Al-qur’an sebagai wahyu yang qadim dan menjangkau seluruh masa kehidupan manusia, maka al-qur’an hanya berbicara dalam hal tertentu yang dijelaskan secara terinci. Terhadapa ayat-ayat al-qur’an yang global maknanya dan tidak membumi bahasanya, Nabi Muhammad mempunyai tugas untuk menjelaskan dan merinci tujuanya.

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Menurut Ibnu Katsir maksud ayat diatas adalah segala apapun yang diperintahkan Nabi Muhammad wajib dikerjakan dan segala apa yang dilarangnya wajib ditinggalkan.

32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

Ayat diatas mengajarkan kepada kita bahwa orang yang tidak mengikuti perintah Allah (melalui qur’an) dan Rasulnya (melalui hadist) termasuk orang yang ingkar. Selain itu ayat diatas juga menunjukkan bahwa sumber ajaran islam ada dua: al-quran dan hadist.

2. Penulisan hadist

4 Bustamin dan M.Isa, Op.Cit, hlm. 11-22

Page 9: KRITIK SANAD.docx

Tentang penulisan hadist ada dua versi yang bertentangan, versi pertama memerintahkan penulisan hadist dan versi kedua melarang penulisan hadist.

Kedua hadist tersebut secara lahiriah kelihatanya saling bertentangan. Untuk memahami kedua hadist tersebut:

Pertama, harus dilihat dari semangat disabdakanya. Semangat hadist tersebut adalah bahwa sumber ajaran islam, selain al-qur’an adalah hadist. Karena pada waktu itu al-qur’an dalam proses penulisan bagi sahabat yang tidak mencampurbaurkan antara al-qur’an dengan hadist silahkan menulis hadist dan bagi yang ragu hendaklah menghapus catatanya selain al-qur’an.

Kedua, hadist tentang larangan dan perintah menulis hadist, berbeda waktu disabdakanya dan berbeda pula sahabat yang dihadapi Nabi Muhammad. Hadist tentang larangan menulis hadist muncul terlebih dahulu atau ditahun-tahun awal hijriah. Sementara hadist tentang perintah menulis hadist disabdakan Nabi Muhammad setelah tahun ketujuh hijriah.

3. Munculnya pemalsuan hadist

hadist mulai terjadi pada masa Ali bin Abi thalib, hadist palsu muncul pada masa itu didorong oleh faktor politik.

Tujuan pemalsuan hadist bermacam-macam motif dan motivasinya, ada yang bersifat duniawi dan ada pula yang bersifat agamawi. Jelasnya, faktor yang mendorong mereka memalsukan hadist adalah untuk membela kepentingan tertentu; membela kepentingan politik, membela aliran teologi, membela madzhab fiqh, memikat hati orang yang mendengar kisahnya, mendorong orang lain lebih rajin melakukan ibadah tertentu dan untuk merusak islam.

4. Proses penghimpunan (tadwin) hadist. 

Pembukuan hadist secara resmi dan massal dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ada tiga faktor yang mendukung keberhasilan pembukuan hadist:

a) Kebutuhan umat terhadap kepastian hadist Nabi Muhammad

b) Jasa-jasa ulama’, baik berupa koleksi hadist yang sudah dimiliki

mereka maupun berupa kegiatan pencarian baru sehubungan dengan

surat perintah khalifah dan kerelaan mereka mengirimkanya kepada

khalifah

Page 10: KRITIK SANAD.docx

c) Dukungan kekuasaan, untuk mewujudkan niat sucinya sebagai

khalifah, maka beliau mengirimkan surat resmi kepada seluruh pejabat

dan ulama’. Isi surat tersebut agar seluruh hadist Nabi Muhammad

dimasing-masing daerah segera dikumpulkan.     

2.3 Kriteria Kesahihan Sanad

Sebuah hadist diklaim berkualitas shahih bila memiliki beberapa syarat:

1. Kebersambungan sanad

Bagi Imam Bukhari, sebuah sanad baru diklaim bersambung apabila memenuhi kriteria berikut:

a) Al-liqa’, yaitu adanya pertautan langsung antara satu perawi dengan

perawi berikutnya, yang ditandai dengan adanya sebuah aksi

pertemuan antara murid yang mendengar secara langsung suatu hadist

dari gurunya.

b) Al-mu’asharah, yaitu sanad dibilang bersambung apabila terjadi

persamaan masa hidup antara seorang guru dengan muridnya.

2. Perawi bersifat adil

Terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ulama’ tentang aspek keadilan perawi.

Al-Hakim dan al-Naisaburi, menyatakan bahwa adalah seorang muhaddith dipahami sebagai seorang muslim, tidak berbuat bid’ah dan maksiat yang dapat meruntuhkan moralitasnya.5

Ibnu Shalah berpendapat bahwa seorang perawi disebut memiliki sifat adil jika dia seorang yang muslim, baligh, berakal, memelihara moralitas (muru’ah) dan tidak berbuat fasiq.6

5 Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad al-Hakim al-Naisaburi, Ma’rifah Ulum al Hadist, (Kairo: Maktabah al-Mutannabi, t.th), hlm.536 Ibnu Shalah, Ulum al-Hadist, ( Beirut: al-Maktab al-Ilmiyah, 1981), hlm. 84

Page 11: KRITIK SANAD.docx

Ahmad M. Syakir berpendapat bahwa seorang perawi yang adil jika dia seorang muslim, baligh, berakal, memelihara moralitas dan dapat dipercaya beritanya.7

3. Perawi bersifat dhabit

Menurut Syarkhasi, bahwa dhabit mengandung makna sebagai tingkat kemampuan dan kesempurnaan intelektualitas seseorang dalam proses penerimaan hadist, mampu memahami secara mendalam makna yang dikandungnya, menjaga dan menghafalnya semaksimal mungkin hingga pada waktu penyebaran dan periwayatan hadist yang didengarnya tersebut kepada orang lain, yakni hingga proses penyampaian hadist tersebut kepada orang lain (ada’al hadist). Dengan demikian dituntut adanya konsistensi mulai dari proses tahammul hingga adl-nya. Artinya bahwa hadist yang disebarkan itu sama persis namun tidak harus secara redaksional dengan hadist yang diterimanya dahulu.8

Ajjaj al Khathib menyajikan informasi dabt ini sebagai intensitas intelektual seorang perawi tatkala menerima sebuah hadist dan memahaminya sebagaiman yang didengarnya, selalu menjaganya hingga saat periwayatanya, yakni hafal dengan sempurna jika ia meriwayatkanya berdasarkan hafalanya, paham dengan baik makna yang dikandungnya, hafal benar terhadap tulisanya, dan paham betul akan kemungkinan adanya perubahan (tahrif), penggantian (tabdil) maupun pengurangan (tanqis) jika ia meriwayatkan hadist tersebut berdasarkan tulisanya.9

4. Terhindar dari syudzudz

Imam Syafi’i mengatakan bahwa hadist dinyatakan mengandung syadz bila hadist yang diriwayatkan oleh seorang perawi thiqah bertentangan dengan hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang juga bersifat thiqah. Dengan demikian, hadist syadz itu tidaklah disebabkan oleh kesendirian individu perawi dalam sanad hadist (fard mutlaq) dan juga tidak disebabkan perawi yang tidak thiqah.

5. Terhindar dari illat.10

7 Ahmad Muhammad Syakir. Al-Ba’its al-Hathith Syarh Ikhtishar Ulum al Hadist, (Beirut: Dar al-Tsaqafah al Islamiyah, t.th), hlm.1128 Muhammad Lukman al-Salafi, Ihtimam al-Muhadditsin bi Naqd al-Hadist Sanadan wa Matnan, (Riyadh: Ttp, 1987), hlm. 212-21139 Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Ushul al-Hadist: Ulumuh wa Mustalahuh, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1975), hlm. 30510 Umi Sumbulah. Kritik Hadist Pendekatan Historis Metodologis, (Malang: UIN Malang Press, 2008) hlm. 44

Page 12: KRITIK SANAD.docx

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa hadist yang mengandung illat adalah hadist yang secara lahir tampak baik, namun ternyata setelah diteliti lebih lanjut, didalamnya terdapat perawi yang banyak melakukan kesalahan (ghalt), sanadnya mawquf atau mursal, bahkan ada kemungkinan masuknya hadist lain pada hadist tersebut.11

Al-Suyuti, menjelaskan tentang illat sebagai berikut:

a) Sanad tersebut secara lahir tampak shahih, namun ternyata didalamnya

terdapat seorang perawi yang tidak mendengar sendiri dari gurunya

akan hadist yang diriwayatkan tadi.

b) Sanad hadist tersebut mursal dari seorang rawi yang thiqah dan hafidz,

padahal secara lahir tampak shahih.

c) Hadist tersebut mahfudh dari sahabat, dimana sahabat ini

meriwayatkan dari perawi yang berlainan Negara.

2.4 Berbagai Pendekatan dalam Menilai Perawi

1. Meneliti kualitas pribadi periwayat (adil)

Periwayat hadist haruslah adil, kata adil berasal dari bahasa arab adl menurut bahsasa artinya: pertengahan, lurus, atau condong pada kebenaran.

Adapun kriteria adil menurut beberapa ulama ada empat butir sifat adil itu ialah:

a) Beragama islam

b) Mukallaf

c) Melaksanakan ketentuan agama yakni teguh dalam beragama tidak

berbuat dosa besar, bi’ah, dan maksiat.

d) Memelihara muru’ah yakni kesopanan pribadi yang membawa

pemeliharaan diri manusia pada tegaknya kebajikan moral dan

kebiasaan kebiasaan. Adapun kriteria adil menurut beberapa ulama ada

empat butir sifat adil itu ialah:

2. Meneliti kapasitas intelektual periwayat (dabit)12

11 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadist, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hlm. 13212 Abdurrahman dan Elan Sumarna. Metode Kritik Hadist, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 134-138

Page 13: KRITIK SANAD.docx

Arti harfiyah dabit ada beberapa macam: yang kokoh, yang kuat, yang tepat, dan yang hafal dengan sempurna.

Dhabit dibagi menjadi dua:

a. Dhabit shadr, yang penelitianya mencakup 5 hal:

- Buruknya hafalan rawi سوء الحفظ- Banyaknya mukhalafah, bertentanganya seorang rawi dengan rawi

lainya

- Banyak wahm (prasangka), seorang rawi meriwayatkan hadist dengan

jalan prasangka

- Banyaknya ghaflah, tidah adanya fathanah karena perawi tidak

memiliki kesadaran dan keterjagaan sehingga tidak bias membedakan

yang benar dan yang salah

- Ghalat, bertambahnya kesalahan perawi dibandingkan benarnya

b. Dhabit kitab, tidak adanya sumber yang dinukil perawi

Apabila kedua (adil dan dhabit) hal itu dimiliki oleh periwayat hadis, maka periwayat tersebut dinyatakan sebagai bersifat tsiqah, istilah tsiqah merupakan gabungan dari sifat adil dan dabit.

3.  Al-Jarh wat-Ta’dil

Al-Jarh wat-Ta’dil adalah kritik yang berisi celaan dan pujian terhadap para periwayat hadis.

Berikut ini akan dikemukakan sebagian dari teori-teori yang telah dikemukakan oleh ulama-ulama ahli  al-jarh wa ta’dil berkenaan dengan penelitian para periwayat hadits.13

a. at-Ta’dil didahulukan) التعديل مق��دم على الج��رح atas al-

Jarh). Maksudnya adalah jika seorang periwayat dinilai terpuji oleh

seorang kritikus dan dinilai tercela oleh kritikus lainnya, jadi yang dipilih

adalah kritikan yang berisi pujian. Alasannya adalah sifat dasar periwayat

hadits adalah terpuji sedangkan sifat tercela merupakan sifat yang dating

kemudian. Karenanya bila sifat dasar berlawanan dengan sifat yang dating

13 Syuhudi Ismail, Op.Cit., hlm. 77-81

Page 14: KRITIK SANAD.docx

kemudian maka yang harus dimenangkan adalah sifat dasarnya.

Pendukung teori ini adalah An-Nasā’i (w. 303 H / 915 M).

b. al-Jarh didahulukan) الج��رح مق��دم على التع��ديل atas at-

Ta’dil). Maksudnya adalah jika kritikus dinilai tercela oleh seorang

kritikus dan dinilai terpuji oleh kritikus yang lainnya, maka yang

didahulukan  dan yang dipilih adalah kritikan yang berisi celaan.

Alasannya ialah:

- Kritikus yang menyatakan celaan lebih paham terhadap pribadi

periwayat yang dicelanya itu.

- Yang menjadi dasar untuk memuji seseorang periwayat adalah

persangkaan baik dari pribadi kritikus hadits dan prasangka baik itu

harus dikalahkan bila ternyata ada bukti tentang ketercelaan yang

dimiliki oleh periwayat yang bersangkutan.

Kalangan ulama hadits, ulama fiqih dan ulama ushul fiqih banyak yang

menganut teori tersebut. Dalam pada itu, banyak pula ulama kritikus

hadits yang menuntut pembuktian atau penjelasan yang menjadi latar

belakang atas ketercelaan yang dikemukakan terhadap periwayat

tersebut.

c. إذا تعارض الجارح والمعدل فالحكم للمعدل إال إذا Apabīla terjadi pertentangan antara kritikan) ثبت الجرح المفسر

yang mencela dan yang memuji, maka yang harus dimenangkan adalah

kritikan yang memuji, kecuali apabīla kritikan yang mencela disertai

penjelasan tentang sebab-sebabnya). Alasannya adalah kritikus yang

mampu menjelaskan sebab-sebab ketercelaan periwayat yang dinilainya

lebih mengetahui terhadap pribadi periwayat tersebut daripada kritikus

yang hanya mengemukakan pujian terhadap periwayat yang sama.

d. Apabīla) إذا كان الجارح ضعيفا فال يقبل جرحه للثقة

kritikus yang mengemukakan ketercelaan adalah orang yang tergolong

dha’if, maka kritikannya terhadap orang yang tsiqāh tidak diterima).

Page 15: KRITIK SANAD.docx

Maksudnya ialah apabīla yang mengkritik adalah orang yang

tidak tsiqāh, sedangkan yang dikritik adalah orang yang tsiqāh, maka

kritikan orang yang tidak tsiqāh tersebut harus ditolak. Alasannya adalah

karena orang yang bersifat tsiqāh dikenal lebih berhati-hati dan lebih

cermat daripada orang yang bersifat tidak tsiqāh. Pendukung teori ini

adalah jumhur ulama ahli kritik hadits.

e. اليقب���ل الج���رح اال التثبت خش���ية االش���باه فىAl-Jarh tidak) المج��روحين diterima kecuali setelah ditetapkan

(diteliti dengan cermat) dengan adanya kekhawatiran terjadinya kesamaan

tentang orang-orang yang dicelanya). Maksudnya ialah apabīla nama

periwayat memiliki kesamaan ataupun kemiripan dengan nama periwayat

lain lalu salah seorang periwayat itu dikritik dengan celaan, maka kritikan

itu tidak dapat diterima, kecuali telah dapat dipastikan bahwa kritikan itu

terhindar dari kekeliruan akibat adanya kesamaan atau kemiripan nama

tersebut. Alasannya adalah suatu kritikan harus jelas sasarannya. Dalam

mengkritik pribadi seseorang maka orang yang dikritik haruslah jelas dan

terhindar dari keragu-raguan atau kekacauan. Pendukung teori ini adalah

jumhur ulama ahli kritik hadits.

f. -Al) الج���رح الناش���ئ عن ع���دواة دنيوي���ة ال يعتدبه

Jarh yang dikemukakan oleh orang yang mengalami permusuhan dalm

masalah keduniawian tidak perlu diperhatikan). Alasannya adalah

pertentangan pribadi dalam masalah dunia dapat menyebabkan lahirnya

penilaian yang tidak jujur. Kritikus yang bermusuhan dalam masalah

dunia dengan periwayat yang dikritik dengan celaan dapat berlaku tidak

jujur karena didorong oleh rasa kebencian.

4. Persambungan sanad yang diteliti

Persambungan sanad yang diteliti meliputi lambang-lambang metode periwayatan dan hubungan dengan metode periwayatannya. Lambang-lambang digunakan para periwayat untuk petunjuk tentang metode periwayatan. Dari

Page 16: KRITIK SANAD.docx

lambang-lambang itu dapat diteliti tingkat akurasi metode periwayatan yang digunakan oleh periwayat yang termuat namanya dalam sanad

Sedangkan pada proses menyampaikan hadist terdapat beberapa metode, diantaranya:14

Al-sima’ diantara metode-metode lainya. lambang-lambang yang

digunakan: sami’na, haddatsani

Al-qira’ah: Lambang-lambangnya adalah: qara’tu ala fulan, qara’tu

ala fulan wa asma’ fa aqarra bih.

Al-ijazah: Lambang yang digunakan: “aku mengizinkan ijazahku

kepadamu” yang menggunakan akhbarana, haddastana, ajazana,

ajazali, dan anbani ijazah.

Al munawalah: Lambang yang digunakan: nawalani dan nawalana.

Al mukatabah:.metode ini dilambangkan dengan: kataba alayya fulan,

akhbarani bihi mukatabah, akhbarani bihi kitabah.

Al ilm: Adapun lambang yang digunakan: akhbara i’laman.

Al wasiyyah: Metode ini diterima dan ditolak oleh sebagian ulama’.

Adapun lambangnya: awsha ilayya.

Al wijadah: Mayoritas ulama’ tidak membolehkan periwayatan seperti

ini. Lambangnya adalah: haddastana fulan, wajadtu fi kitab fulan

bikhathih, wajadtu an fulan, balaghani an fulan.

2.5 Ilmu yang terkait tentang sanad

1. Ilmu Rijal al Hadist

Ilmu Rijal al Hadist adalah ilmu yang membicarakan seluk-beluk dan sejarah kehidupan para perawi, baik dari generasi sahabat, tabiin, maupun tabi’it tabi’in. yang selanjutnya muncullah ilmu baru yaitu: jarh wa at-ta’dil dan tarikh ar ruwwat

2. ilmu tarikh ar ruwat

Maksudnya adalah ilmu yang membahas sejarah hidup para perawi, mulai dari kapan dan dimana mereka dilahirkan, dari siapa mereka menerima hadist, siapa saja orang yang pernah mengambil hadist dari mereka, sampai pada masalah dimana dan kapan mereka meninggal. Bahkan guru-guru dan aliran madzhab yang

14 Umi Sumbulah, Op.Cit., hlm. 47-60

Page 17: KRITIK SANAD.docx

dianut, negara-negara yang pernah dikunjungi, termasuk tempat studi dan teman-teman mereka segenerasi.15

3. ilmu al jarh wa al ta’dil

Al-jarh wa al-ta’dil adalah membicarakan masalah keadaan perawi, baik dengan mengungkapkan sifat-sifat yang menunjukkan keadalahanya maupun sifat-sifat kecacatanya yang bermuara pada penerimaan atau penolakan terhadap riwayat yang disampaikan.

Tingkatan al-jarh.16

الناس اكذبكذاب

الحديث متروكبالكذب مهتم

الحديث ذاهبشيئا يسأوي ال

جدا ضعيفالحديث ضعيف

بالقوي ليسالحديث لين

Tingkatan ta’dil.17

الناس اوثقثقة ثقة

ثقةصدوق

15 Ridlwan Nashir, Ilmu Memahami Hadist Nabi ( Cara praktis Menguasai Ulumul Hadist & Mustholah Hadist), ( Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2014), hlm. 8816 M. Abdurrahman dan Elan Sumarna. Op. Cit., hlm. 16317 Ibid., hlm. 166

Page 18: KRITIK SANAD.docx

به بأس الشيخ

الحديث صالحبأس ال أن ارجو

به

2.6 Penelitian Sanad

2.6.1 I’tibar dan Pembuatan Skema

Hadist tentang motivasi mencari ilmu

حدثنا األسود بن عامر أخبرنا أبو بكر عن األعمش عن أبي صالح عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما

سهل الله له طريقا إلى الجنةDalam hadist yang berbunyi من سلك طريقا يلتمس فيه علما ,atau yang semakna denganya سهل الله له طريقا إلى الجنةmenurut hasil takhrij diriwayatkan oleh:

تنبي���هنص���ر بن محم���د بن إب���راهيم في الكت���اب .1 الغ���افلين بأح���اديث س���يد األنبي���اء والمرس���لين

276لسمرقندي، رقم صالح  عن   األعمش وروى عن   أبي هريرة  ، تعالى   أبي الله رضي

قال , : أنه وسلم عليه الله صلى النبي عن ، عن"  عنهم س نف من

كرب من كربة عنه الله س نف الدنيا كرب من كربة المؤمن أخيه

واآلخرة الدنيا في عليه الله ر يس معسر على ر يس ومن ، اآلخرة

Page 19: KRITIK SANAD.docx

. ومن المسلم أخيه عون في العبد دام ما العبد عون في والله

وما ، الجنة إلى طريقا له الله ل سه علما فيه يلتمس طريقا سلك

، تعالى الله كتاب يتلون ، الله بيوت من بيت في قوم اجتمع

وغشيتهم كينة الس عليهم نزلت إال ، بينهم فيما ويتدارسونه

عنده فيمن تعالى الله وذكرهم ، المالئكة تهم وحف ، حمة الر

محم���د بن عيس���ى الترم���ذي في الكت���اب ج���امع.22589الترمذي، رقم

غيالن  حدثنا بن حدثنا   محمود أسامة  ، عن   أبو عن   األعمش ، أبي ،

عن   صالح هريرة  ، :   أبي عليه الله صلى الله رسول قال قال ،

: طريقا"  وسلم له الله ل سه علما فيه يلتمس طريقا سلك من

الجنة " حسن, :  إلى حديث هذا عيسى أبو قال

ابن ماج��ة القزوي�ني في الكت�اب س�نن ابن ماج�ه،.3219رقم الجهضمي  حدثنا علي بن حدثنا   نصر داود  ، بن الله ،   عبد

حيوة  عن بن رجاء بن عن   عاصم جميل  ، بن عن   داود بن  ، كثير

عند : قيس جالسا كنت قال الدرداء  ، فأتاه   أبي دمشق مسجد في

: الله رسول مدينة المدينة من أتيتك الدرداء أبا يا فقال ، رجل

النبي عن به تحدث أنك بلغني لحديث ، وسلم عليه الله صلى

قال : : : ، ال قال ، ؟ تجارة بك جاء فما قال ، وسلم عليه الله صلى

صلى : : الله رسول سمعت فإني قال ، ال قال ؟ غيره بك جاء وال

: يقول وسلم عليه ،"  الله علما فيه يلتمس طريقا سلك من

رضا أجنحتها لتضع المالئكة وإن ، الجنة إلى طريقا له الله ل سه

ماء الس في من له يستغفر العلم طالب وإن ، العلم لطالب

العابد على العالم فضل وإن ، الماء في الحيتان حتى واألرض

، األنبياء ورثة هم العلماء إن ، الكواكب سائر على القمر كفضل

أخذه فمن العلم ثوا ور ما إن ، درهما وال دينارا ثوا يور لم األنبياء إن

وافر " بحظ  أخذ

Page 20: KRITIK SANAD.docx

أحمد بن حنبل في الكتاب مس��ند أحم��د بن حنب��ل،.48115رقم عامر  حدثنا بن أخبرنا   األسود بكر  ، عن   أبو عن   األعمش ، أبي ،

عن   صالح هريرة  ، :   أبي : عليه الله صلى الله رسول قال قال ،

: طريقا"  وسلم له الله ل سه علما فيه يلتمس طريقا سلك من

الجنة " إلى

ابن أبي شيبة في الكتاب مص��نف أبي ش��يبة، رقم.525533

معاوية عن   أبو عن   األعمش ، صالح  ، عن   أبي هريرة  ، قال :   أبي قال ، وسلم : عليه الله صلى الله فيه"  رسول يلتمس طريقا سلك من

الجنة " إلى طريقا له الله ل سه ، علما

إبراهيم بن خلف بن منصور الغس��اني في الكت��اب.6 1جزء فيه حديثان ألبي إسحاق الغساني، رقم

اني الغس منصور بن خلف بن إبراهيم إسحاق أبو علينا أملىعداء , , , الس سعيد بدار وإياه وأرضانا وعنه عنا الله رضي نهوري الس

صفر من الخامس الجمعة يوم من العصر بعد المحروسة بالقاهرةعلى , : قرأت قال مائة وست عشر اثنتي بن  سنة د محم بن المؤيد

الطوسي أخبرنا, , :   علي قال الفراوي  بنيسابور الفضل بن د ,   محمأخبرنا : الفارسي  قال الغافر أخبرنا :   عبد قال بن  ، عيسى بن د محم

الجلودي أخبرنا, :   عمرويه اهد  قال الز سفيان بن د محم بن ,   إبراهيمأخبرنا : القشيري  قال اج الحج بن سعيد  عن,   مسلم بن ,   قتيبة

رير  عن الض خازم بن د مهران  عن,   محم بن سليمان ,   األعمشصالح  عن هريرة  عن,   أبي وسلم,   أبي عليه الله صلى الله رسول عن

إلى"  قال, : طريقا له الله ل سه علما فيه يلتمس طريقا سلك منالله كتاب يتلون الله بيوت من بيت في قوم جلس وما ، الجنة

ومن , المالئكة بهم ت وحف حمة الر عليهم نزلت إال بينهم ويتدارسونهكرب من كربة عنه الله ج فر الدنيا كرب من كربة مسلم عن ج فر

قضى. : "  اآلخرة " الدنيا حوائج من حاجة لمسلم قضى من قال أونسبه , به يسرع لم عمله به أبطأ ومن اآلخرة حوائج من حاجة له الله

معناه" . أو هذا

Page 21: KRITIK SANAD.docx

ابن أبي حاتم الرازي في الكتاب الجرح والتع��ديل،.770رقم

 حدثنا حاتم أبي بن حمن الر الواسطي  نا,   عبد سنان بن أبو نا,   أحمدصالح  عن,   األعمش نا,   معاوية هريرة  عن,   أبي قال, :   أبي قال

وسلم : " عليه الله صلى الله فيه  رسول يلتمس طريقا سلك منالجنة , " إلى طريقا له الله ل سه  علما

ابن عبد البر القرطبي في الكتاب جامع بيان العلم.832وفضله البن عبد البر، رقم

نصر  وحدثنا بن نا   سعيد أصبغ  ، بن نا :   قاسم قال اح  ، وض بن د ،   محمحدثنا : شيبة  قال أبي بن بكر وأخبرنا.   أبو قاسم  ح بن ،   خلف

رشيق  أنا بن نا   الحسن يونس  ، بن إبراهيم بن نا   إسحاق بن  ، يعقوبالدورقي حدثنا. :   إبراهيم معاوية  قاال عن   أبو عن   األعمش ، أبي ،

عن   صالح هريرة  ، صلى :   أبي الله رسول قال قال ، عنه الله رضي ، وسلم : وآله عليه الله"  الله ل سه علما فيه يلتمس طريقا سلك منالجنة " إلى طريقا له

Berikut ini dikemukakan urutan periwayat dan urutan sanad untuk hadist yang mukharrij-nya Imam Ahmad bin Hambal.

حدثنا األسود بن عامر أخبرنا أبو بكر عن األعمش عن أبي صالح عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما

سهل الله له طريقا إلى الجنة

Nama PeriwayatUrutan Sebagai

PeriwayatUrutan Sebagai Sanad

Abu Hurairah Periwayat 1 Sanad 5

Abu Shalih Periwayat 2 Sanad 4

Page 22: KRITIK SANAD.docx

Al-A’masy Periwayat 3 Sanad 3

Abu Bakar Periwayat 4 Sanad 2

Aswad bin Amir Periwayat 5 Sanad 1

Ahmad bin Hanbal Periwayat 6 Mukharrijul Hadist

Skema sanad Ahmad bin Hambal sebagai berikut:

Sedangkan skema untuk seluruh sanad adalah sebagai berikut:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى

الجنةأبو هريرة

أبو صالح

األسواد

أحمد بنحنبل

األعمش

أبو بكر

حدثنا

أخبرنا

عن

عن

عن

قال

رسولالله

أبيهريرة

أبيالدرداء كثير بنقيش

داود بنجميل

أبيصالحاألعمش

Page 23: KRITIK SANAD.docx

2.6.2 Meneliti Kualitas Periwayat dan Metode Periwayatan

التالميذ الشيوخ عمرالراوي اسم الراوي

تلميذا96 منهم: أحمد بن

حنبل

شيخا54 منهم: أبو بكر بن عياش بن

سالم

سنة الميالد:

ه�132 سنة

الوفاة: ه�208

اسم الراوي: أسودبن عامر

الكنية: أبو عبدالرحمن

اسم الشهرة: األسود بن عامر

أحمد بنسنان

يعقوب بن

إبن أبيشيبة

اسحاق بنإبراهيم

عبد الرحمن حسن بنبن أبي خاتم

رشيق أبي خاتمالراوي

خلف بنقاسم أبو بكر بنأبي شيبة

محمد بنوضاح

قاسم بن سعيد بناصبحنص

ابن عبدالبر

عاصمبن رجاء عبد اللهبي داود

نصر بن عليالجهضمي

إبنماجة

نصر بنمحمد

أبوأسامة

أبوأبو بكرمعاوية

محمدبن خازم

محمودبن غيالنالترميذ

ي

األسود بنعامر

أحمد بنحنبل

قتيبة بنسعيد

مسلم بنالحاج عبد

محمد بنالغافرفضل

مويد بنمحمد أبو

إبراهيماسحاق بن خلف

Page 24: KRITIK SANAD.docx

عمر الراوي:

76

الشامي

الجرح و العدالةأبو حاتم الرازي: صدوق صالح-أحمد بن حنبل: ثقة وزاد-ابن حجر العسقالني: ثقة-علي بن المديني: ثقة-محمد بن سعد كاتب الواقدي: صالح الحديث-يحيى بن معين: ال بأس به-

9 طبقة:

التالميذ الشيوخ عمرالراوي اسم الراوي

تلميذا266 منهم: أسود بن

عامر

شيخا127 منهم: سليمان

بن مهران ) األعمش(، ذكوان )أبو

صالح(

سنة الميالد:

ه�/95 ه�96

سنة الوفاة:

ه�/192 ه�193 عمر

الراوي:

اسم الراوي: أبو بكر بن عياش بن

سالمالكنية: أبو بكر

اسم الشهرة: أبو بكر بن عياش

األسدي

الجرح و العدالة أبو أحمد بن عدي الجرجاني: في رواياته عن كل من روى عندي ال-

Page 25: KRITIK SANAD.docx

بأس به وذاك وذاك أني لم أجد له حديثا منكرا إذا روى عنه ثقة االان يروي عنه ضعيف

أبو بكر البزار: لم يكن بالحافظ، ولكن قد حدث عنه أهل العلم،-واحتملوا حديثه

أبو بكر البيهقي: غير حافظ- أبو جعفر العقيلي: يروي أبو بكر عن البصريين عن حميد وهشام غير-

حديث منكر ويخطئ عن الكوفيين خطأ كثيرا أبو حاتم بن حبان البستي: من الحفاظ المتقنين، وكان يحيى القطان-

وعلي بن المديني يسيئان الرأي فيه، وذلك أنه لما كبر سنه ساء حفظه فكان يهم إذا روي، والخطأ والوهم شيئان ال ينفك عنهما

البشر فلو كثر خطؤه حتى كان الغالب على صوابه، ال يستحق مجانبةرواياته فأما عند الوهم يهم أو الخطأ يخطىء

أبو نعيم األصبهاني: لم يكن في شيوخنا أكثر غلطا منه-أحمد بن حنبل: ثقة وربما غلط، وقال مرة: صدوق صالح-أحمد بن صالح الجيلي: ثقة كان يخطئ بعض الخطأ- أيوب بن المتوكل األنصاري: قراءة أبي عمر البزار أثبت قراءة من-

أبي بكر بن عياش وأبو بكر أصدق منه ابن حجر العسقالني: ثقة عابد ولما كبر ساء حفظه، وكتابه صحيح،-

مرة: ساء حفظه لما كبر وكتابه معتمدعبد الرحمن بن مهدي: يحدث عنه- عثمان بن سعيد الدارمي: ليس بذاك في الحديث وهو من أهل-

الصدقمحمد بن إسماعيل البخاري: اختلط بأخرة- محمد بن سعد كاتب الواقدي: ثقة صدوق عارف بالحديث إال أنه كثير-

الغلطمحمد بن عبد الله بن نمير: ضعيف، ومرة: ضعيف في األعمش- يحيى بن سعيد القطان: إذا ذكر عنده أبو بكر بن عياش كلح وجهه-

وأعرض، ومرة: لو كان أبو بكر بن عياش بين يدي ما سألت عنشيء

يحيى بن معين: ثقة، ومرة، قال: رجل صدوق ولكنه ليس بمستقيم-الحديث

8طبقة:

Page 26: KRITIK SANAD.docx

التالميذ الشيوخ عمرالراوي اسم الراوي

تلميذا497 منهم: أبو بكر بنعياش بن سالم

شيخا311 منهم: ذكوان

)أبو صالح(

سنة الميالد:

ه�59 سنة

الوفاة:147/14

ه�8 عمر

الراوي:88

اسم الراوي:سليمان بن مهران

الكنية: أبو محمد اسم الشهرة:

سليمان بن مهراناألعمش

الجرح و العدالة

أبو أحمد بن عدي الجرجاني: في رواياته عن كل من روى عندي ال- بأس به وذاك وذاك أني لم أجد له حديثا منكرا إذا روى عنه ثقة اال

ان يروي عنه ضعيف أبو بكر البزار: لم يكن بالحافظ، ولكن قد حدث عنه أهل العلم،-

واحتملوا حديثهأبو بكر البيهقي: غير حافظ- أبو جعفر العقيلي: يروي أبو بكر عن البصريين عن حميد وهشام غير-

حديث منكر ويخطئ عن الكوفيين خطأ كثيرا أبو حاتم بن حبان البستي: من الحفاظ المتقنين، وكان يحيى القطان-

وعلي بن المديني يسيئان الرأي فيه، وذلك أنه لما كبر سنه ساء حفظه فكان يهم إذا روي، والخطأ والوهم شيئان ال ينفك عنهما

البشر فلو كثر خطؤه حتى كان الغالب على صوابه، ال يستحق مجانبةرواياته فأما عند الوهم يهم أو الخطأ يخطىء

Page 27: KRITIK SANAD.docx

أبو نعيم األصبهاني: لم يكن في شيوخنا أكثر غلطا منه-أحمد بن حنبل: ثقة وربما غلط، وقال مرة: صدوق صالح-أحمد بن صالح الجيلي: ثقة كان يخطئ بعض الخطأ- أيوب بن المتوكل األنصاري: قراءة أبي عمر البزار أثبت قراءة من-

أبي بكر بن عياش وأبو بكر أصدق منه ابن حجر العسقالني: ثقة عابد ولما كبر ساء حفظه، وكتابه صحيح،-

مرة: ساء حفظه لما كبر وكتابه معتمدعبد الرحمن بن مهدي: يحدث عنه- عثمان بن سعيد الدارمي: ليس بذاك في الحديث وهو من أهل-

الصدقمحمد بن إسماعيل البخاري: اختلط بأخرة- محمد بن سعد كاتب الواقدي: ثقة صدوق عارف بالحديث إال أنه كثير-

الغلطمحمد بن عبد الله بن نمير: ضعيف، ومرة: ضعيف في األعمش- يحيى بن سعيد القطان: إذا ذكر عنده أبو بكر بن عياش كلح وجهه-

وأعرض، ومرة: لو كان أبو بكر بن عياش بين يدي ما سألت عنشيء

يحيى بن معين: ثقة، ومرة، قال: رجل صدوق ولكنه ليس بمستقيم- الحديث

5: طبقة

التالميذ الشيوخ عمرالراوي اسم الراوي

تلميذا168 منهم: أبو بكر بن عياش بن سالم،

سليمان بن مهران

شيخا65 منهم: عبد

الرحمن بن صخر )أبو

هريرة(

سنةالميالد: -

سنةالوفاة:

ه�101 عمر

اسم الراوي:ذكوان

الكنية: أبو صالح اسم الشهرة: أبو

صالح السمان

Page 28: KRITIK SANAD.docx

الراوي: - الجرح و العدالة

أبو حاتم الرازي: ثقة صالح الحديث يحتج بحديثه-أبو زرعة الرازي: ثقة مستقيم الحديث- أبو هريرة الدوسي: كان إذا نظر إليه قال: ما على هذا أن ال يكون-

من بني عبد منافأحمد بن حنبل: ثقة ثقة من أجل الناس وأوثقهم-أحمد بن صالح الجيلي: ثقة-إبراهيم بن إسحاق الحربي: كان من الثقات-ابن حجر العسقالني: ثقة ثبت-الذهبي: من األئمة الثقات-زكريا بن يحيى الساجي: ثقة صدوق-علي بن المديني: كان عندنا ثقة ثبتا-محمد بن سعد كاتب الواقدي: ثقة كثير الحديث-يحيى بن معين: ثقة-

3: طبقة

التالميذ الشيوخ عمرالراوي اسم الراوي

تلميذا1017 منهم: ذكوان )أبو

صالح(

شيخا55 منهم: أبي بن كعب بن قيس

بن عبيد بن زيد بن معاوية بن عمرو، أسامة

بن زيد بن حارثة بن

سنةالميالد:

سنةالوفاة:

عمرالراوي:

57

اسم الراوي: عبدالرحمن بن صخرالكنية: أبو هريرة اسم الشهرة: أبو

هريرة الدوسي

Page 29: KRITIK SANAD.docx

شراحيل بن كعب بن عبد

العزى بن يزيد بن امرئ

القيس بن النعمان بن

عامرالجرح و العدالة

ابن حجر العسقالني: صحابي جليل حافظ مشهور-المزي: صاحب رسول الله صلى الله عليه وسلم-

1: طبقة

Metode Periwayatan

Periwayatan disini menggunakan lambang حدثنا، اخبرنا، yang itu merupakan lambang untuk metode periwayata dengan metode al-sima yang menurut jumhur ulama’ metode ini berada pada peringkat tertinggi karena adanya transformasi langsung antara guru dan murid.

Adapun untuk lambang periwayatan عن menurut sebagian ulama’ menyatakan sanad tersebut terputus, namun mayoritas ulama’ menilainya sebagai lambang periwayatan al-sima’ jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut: tidak terdapat penyembunyian informasi yang dilakukan oleh periwayat, antara periwayat dimungkinkan terjadi pertemuan, para periwayat haruslah orang-orang yang tsiqah.

2.6.3 Menyimpulkan hasil

Seluruh perawi dalam sanad ini berkualitas tsiqah. Hadist ini merupakan jenis hadist dengan sanad muttashil, karena masing-masing perawi menjalin relasi guru-murid. Berdasarkan argument tersebut maka level sanad tersebut adalah musnad dan marfu’. Berdasarkan kaedah keshahihan hadist, dapat disimpulkan bahwa hadist tersebut telah memenuhi kriteria keshahihan, namun karena ada

Page 30: KRITIK SANAD.docx

sedikit kelemahan pada rawi(-rawi) nya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. maka kesimpulanya hadist tersebut masuk dalam kategori hasan al isnad.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kritik sanad hadist ialah suatu cara yang sistematis dalam melakukan penelitian, penilaian, dan penelusuran sanad hadis tentang individu perawi dan proses penerimaan hadis dari guru mereka masing-masing dengan berusaha menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangkaian sanad untuk menemukan kebenaran, yaitu kualitas hadis (Shahih, hasan, atau dla’if).

Urgensi sanad hadist ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya:

1. Hadist sebagai salah satu sumber ajaran Islam

2. Penulisan hadist yang dilakukan menyebabkan tercampurnya teks

qur’an dan hadist

3. Adanya pemalsuan hadist

Page 31: KRITIK SANAD.docx

4. Penghimpunan hadist secara missal dilakukan karena maraknya

pemalsuan hadist

Sebuah hadist diklaim berkualitas shahih bila memiliki beberapa syarat:

1. Kebersambungan sanad

2. Perawi bersifat adil

3. Perawi bersifat dhabit

4. Terhindar dari syudzudz

5. Terhindar dari illat

Berbagai pendekatan yang digunakan dalam menilai perawi, diantaranya:

1. Meneliti kualitas pribadi periwayat (adil)

2. Meneliti kapasitas intelektual periwayat (dhabit)

3. Al jarh wa at ta’dil

Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan sanad diantaranya:

1. Ilmu rijal al hadist

2. Ilmu tarikh ar ruwat

3. Ilmu jarh wa at ta’dil

Adapun berdasarkan penelitian penulis tentang kritik sanad, dihasilkan hadist

tentang motivasi belajar من سلك طريقا يلتمس فيه علما ,dikategorikan sebagai hadist hasan سهل الله له طريقا إلى الجنةkarena perawi dalam sanad ini berkualitas tsiqah. Hadist ini merupakan jenis hadist dengan sanad muttashil, karena masing-masing perawi menjalin relasi guru-murid. Berdasarkan argument tersebut maka level sanad tersebut adalah musnad dan marfu’. Berdasarkan kaedah keshahihan hadist, dapat disimpulkan bahwa hadist tersebut telah memenuhi kriteria keshahihan, namun karena ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi) nya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. maka kesimpulanya hadist tersebut masuk dalam kategori hasan al isnad.

3.2 Saran

Page 32: KRITIK SANAD.docx

Kritik sanad seharusnya dilakukan untuk memberikan pemahaman yang holistic karena kritik hadis ini bertujuan untuk memilah dan menilai hadist antara yang shahih dan yang tidak, karena dengan aktifitas kritik hadist akan memberikan keyakinan kepada umat islam untuk berupaya merealisasikan serangkaian ajaran agama dengan berpegang pada hadist sesuai dengan metodologi yang dijelaskan dalam pelaksanaan kritik sanad

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Elan Sumarna. Metode Kritik Hadist. 2011. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

Bustamin dan M.Isa. Metodologi Kritik Hadist. 2004. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadist Nabi. 1992. (Jakarta: PT. Bulan Bintang)

Mansur. Takhrij al Hadist Teori dan Metodologi. 2011. (Yogyakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum Press)

Sumbulah, Umi. Kritik Hadist Pendekatan Historis Metodologis. 2008. (Malang: UIN Malang Press)

Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga. Metodologi Penelitian Hadist. 2009. (Yogyakarta: Teras)

Zein, Ma’shum. Ilmu Memahami Hadist Nabi. 2014. (Yogyakarta: Pustaka Pesantren)