Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

20
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA U BI KAYU INDONESIA (Studi tahun 1991-2013 dengan menggunakan persamaan simultan ) Kristian 1  Sulastri Surono 2  Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia ABSTRAK Dengan potensi ekonomi yang besar dari ubi kayu dalam perdagangan dunia dan meningkatnya kebutuhan dunia akan ubi kayu serta dengan keterbatasan-keterbatasan Indonesia dalam meningkatkan produksi ubi kayu, perlu dikaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi, konsumsi maupun harga ubi kayu di Indonesia. Produksi ubi kayu dipengaruhi secara signifikan oleh variabel harga ubi kayu, luas areal panen ubi kayu dan harga pupuk urea. Konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel luas panen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal. Berdasarkan proyeksi, produksi ubi kayu akan mengalami peningkatan jika harga ubi kayu, produktivitas lahan ubi kayu maupun luas panennya ditingkatkan. Konsumsi ubi kayu Indonesia diproyeksikan akan mengalami penurunan jika secara bersamaan ada peningkatan harga ubi kayu, peningkatan pendapatan perkapita dan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu diproyeksikan akan mengalami peningkatan jika konsumsi ubi kayu mengalami penurunan dibarengi dengan penurunan luas areal panen ubi kayu. Kata kunci : Ubi Kayu, Persamaan Simultan, Penawaran, Permintaan  Klasifikasi Journal of Economic Literature (JEL) : Q110 Agriculture: Aggregate Supply and Demand Analysis; Prices  ABSTRACT With great economic potential of cassava in the world trade and the increasing world demand for cassava as well as the limitations of Indonesia to increase cassava production it needs to be investigated factors that can affect the  production, consumpt ion and prices of cassava in Indonesia . Cassava production is significantly influenced by the variable price of cassava, cassava harvested area and price of urea fertilizer. Consumption of cassava in Indonesia is significantly influenced by population of Indonesia. The price of cassava in Indonesia is significantly influenced by cassava harvested area, consumption of cassava and the length of tarred road. Based on projections, cassava production would increase if cassava price, cassava land productivity and harvested area are improved. Indonesian cassava consumption is projected to decline if there are increasing in cassava price, per capita income and population of Indonesia simultaneously. The price of cassava is projected to increase if the consumption of cassava decreased accompanied by a decrease in the total area harvested cassava. Keywords: Cassava, Simultaneous Equations, Supply, Demand  Journal of Economic Literature (JEL) Classification : Q110 Agriculture: Aggregate Supply and Demand Analysis; Prices PENDAHULUAN Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut didasarkan pada peranannya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, sumber pendapatan bagi jutaan petani yang tersebar di seluruh Indonesia, serta sebagai sumber penghasil devisa negara setelah sektor minyak dan gas. Meski struktur perekonomian Indonesia mulai bergeser dari sektor pertanian ke sektor industri pengolahan, namun seperti pada Tabel di bawah dapat dilihat bahwa sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang besar yaitu 14,43 % dan merupakan sektor kedua terbesar penyumbang PDB di tahun 2013 setelah sektor industri pengolahan.

description

rtrstd

Transcript of Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

Page 1: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 1/20

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA UBI KAYUINDONESIA

(Studi tahun 1991-2013 dengan menggunakan persamaan simultan)

Kristian1 Sulastri Surono2 

Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

ABSTRAK

Dengan potensi ekonomi yang besar dari ubi kayu dalam perdagangan dunia dan meningkatnyakebutuhan dunia akan ubi kayu serta dengan keterbatasan-keterbatasan Indonesia dalam meningkatkanproduksi ubi kayu, perlu dikaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi, konsumsi maupun hargaubi kayu di Indonesia. Produksi ubi kayu dipengaruhi secara signifikan oleh variabel harga ubi kayu, luasareal panen ubi kayu dan harga pupuk urea. Konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikanoleh variabel jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan olehvariabel luas panen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal. Berdasarkan proyeksi,produksi ubi kayu akan mengalami peningkatan jika harga ubi kayu, produktivitas lahan ubi kayu maupun

luas panennya ditingkatkan. Konsumsi ubi kayu Indonesia diproyeksikan akan mengalami penurunan jikasecara bersamaan ada peningkatan harga ubi kayu, peningkatan pendapatan perkapita dan adanyapeningkatan jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu diproyeksikan akan mengalami peningkatan jikakonsumsi ubi kayu mengalami penurunan dibarengi dengan penurunan luas areal panen ubi kayu.

Kata kunci : Ubi Kayu, Persamaan Simultan, Penawaran, Permintaan 

Klasifikasi Journal of Economic Literature (JEL) : Q110 Agriculture: Aggregate Supply and DemandAnalysis; Prices

 ABSTRACT

With great economic potential of cassava in the world trade and the increasing world demand for cassava as

well as the limitations of Indonesia to increase cassava production it needs to be investigated factors that can affect the production, consumption and prices of cassava in Indonesia. Cassava production is significantly influenced by thevariable price of cassava, cassava harvested area and price of urea fertilizer. Consumption of cassava in Indonesia issignificantly influenced by population of Indonesia. The price of cassava in Indonesia is significantly influenced bycassava harvested area, consumption of cassava and the length of tarred road. Based on projections, cassava productionwould increase if cassava price, cassava land productivity and harvested area are improved. Indonesian cassavaconsumption is projected to decline if there are increasing in cassava price, per capita income and population ofIndonesia simultaneously. The price of cassava is projected to increase if the consumption of cassava decreasedaccompanied by a decrease in the total area harvested cassava.

Keywords: Cassava, Simultaneous Equations, Supply, Demand

 Journal of Economic Literature (JEL) Classification : Q110 Agriculture: Aggregate Supply and Demand Analysis;Prices

PENDAHULUAN

Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebutdidasarkan pada peranannya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, sumber pendapatanbagi jutaan petani yang tersebar di seluruh Indonesia, serta sebagai sumber penghasil devisa negara setelahsektor minyak dan gas. Meski struktur perekonomian Indonesia mulai bergeser dari sektor pertanian kesektor industri pengolahan, namun seperti pada Tabel di bawah dapat dilihat bahwa sektor pertanian masihmemberikan kontribusi yang besar yaitu 14,43 % dan merupakan sektor kedua terbesar penyumbang PDB ditahun 2013 setelah sektor industri pengolahan.

Page 2: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 2/20

2

Tabel PDB Atas Dasar Harga Berlaku (trilyun rupiah), 2000-2013

NO Lapangan Usaha 2011 2012 2013Kontribusipersektor

tahun 2013 (%)

1. Pertanian,Peternakan,Kehutanan DanPerikanan

1.091,45 1.193,45 1.311,04 14,43

2. Pertambangan DanPenggalian

876,98 970,82 1.020,77 11,24

3. Industri Pengolahan 1.806,14 1.972,52 2.152,59 23,70

4. Listrik, Gas, Dan AirBersih

55,88 62,23 70,07 0,77

5. Bangunan 753,55 844,09 907,27 9,99

6. Perdagangan, HotelDan Restoran

1.023,72 1.148,69 1.301,51 14,33

7. Pengangkutan DanKomunikasi

491,29 549,11 636,89 7,01

8. Keuangan,Persewaan & Jasa

Persh.

535,15 598,52 683,01 7,52

9. Jasa – Jasa 785,01 889,99 1.000,82 11,02

Produk DomestikBruto

7.419,19 8.229,44 9.083,97 100

Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2011-2013

Disamping itu sektor pertanian juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam penyerapantenaga kerja, pembentukan kapital, penyediaan pangan dan penyediaan bahan baku untuk industri dalamnegeri (Nainggolan, 2005). Pernyataan ini sejalan dengan data dari BPS dimana jumlah tenaga kerja yangdiserap oleh lapangan pekerjaan utama pertanian masih mendominasi dibanding lapangan usaha lainnyadengan mengambil proporsi 38 % di tahun 2010 dan 35 % di tahun 2011-2012.

Tabel Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan PekerjaanUtama (juta jiwa)

NO Lapangan Pekerjaan Utama 2010 2011 2012

1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan,dan Perikanan

41,4 39,3 38,8

2. Pertambangan dan Penggalian 1,2 1,4 1,6

3. Industri Pengolahan 13,8 14,5 15,3

4. Listrik, Gas, dan Air 0,23 0,24 0,24

5. Bangunan 5,5 6,3 6,8

6. Perdagangan Besar, Eceran,Rumah Makan, dan Hotel

22,5 23,3 23,2

7. Angkutan, Pergudangan, danKomunikasi 5,6 5 4,99

8. Keuangan, Asuransi, UsahaPersewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan

1,7 2,6 2,7

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, danPerorangan

16 16,6 17

 Jumlah/Total 108 109 110

Sumber : BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010-2012

Seiring dengan penurunan produksi minyak dan gas dalam negeri, maka kebijakan ekonomiIndonesia diarahkan pada peningkatan ekspor non migas melalui pengembangan komoditi-komoditiunggulan pertanian yang mempunyai prospek dan pangsa pasar dan menyumbang nilai devisa yang cukup

besar bagi Negara. Salah satu komoditi yang prospek dan cukup menjanjikan di sektor pertanian adalah ubi

Page 3: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 3/20

3

kayu. Ubi kayu merupakan tanaman multifungsi yang memiliki peran sebagai bahan baku sumber energialternatif, pangan maupun pakan ( fuel, food, feed). Dengan ketiga peran tersebut, bahkan ubi kayu telahmemberi kontribusi terhadap PDB sektor tanaman pangan terbesar ketiga setelah padi dan jagung (PusatSosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011).

Dalam perdagangan dunia, antara tahun 2010 sampai dengan 2013, produksi rata-rata pertahun ubikayu dunia adalah sebanyak 245 juta ton. Sedangkan total pengunaan ubi kayu di dunia diproyeksikanmencapai 275 juta ton di tahun 2020 (IFPRI dalam Westby, 2008), bahkan beberapa peneliti memperkirakan

bisa mencapai 291 juta ton (Scott et al, 2000 dalam Westby, 2008). Tingginya produksi dan permintaan ubikayu di dunia selain karena faktor bahan pangan sebagian besar masyarakat di Afrika, Asia dan AmerikaLatin juga karena ubi kayu telah menjadi salah satu sumber alternatif bahan pembuat biofuel bersama jagung, sawit dan tebu. Seperti ekspor yang dilakukan oleh Thailand yang mengirim 98% produksi ubikayunya ke China untuk dijadikan biofuel di tahun 2010. Bahkan Uni Eropa bahkan telah menargetkan ditahun 2020 seluruh bahan bakar untuk moda transportasi 10 % nya harus berasal dari energi terbarukanseperti biofuel dan angin. Juga di tahun 2022 Pemerintah Amerika menargetkan pemakaian biofuelpertahunnya akan mencapai 36 milyar gallon. Hal-hal di atas sangat berkontribusi terhadap ketatnya pasarUbi kayu dunia di masa mendatang (Rishi Sidhu dalam artikel Cassava, the latest biofuel?http://foreignpolicyblogs.com/2011/04/12/cassava-the-latest-biofuel/).

Dari segi produksi Indonesia merupakan produsen ubi kayu keempat terbesar dunia denganproduksi 24 juta ton di tahun 2012, tetapi di tahun 2013 mengalami penurunan produksi.

Tabel Produsen Ubi Kayu Dunia 2010-2013(ribu ton)

Negara 2010 2011 2012 2013

Nigeria 42.533 52.403 54.000 55.000Brazil 24.967 25.349 23.414 24.117

Thailand 22.006 21.912 26.601 28.276Indonesia 23.918 24.044 24.177 23.936

Kongo 15.014 15.024 15.000 14.985Ghana 13.504 14.241 14.547 15.141

Sumber : FAO, Food Outlook 2013

Dari segi permintaan domestik ubi kayu diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan rata-rata

sebesar 4,78% pertahun (Road Map Peningkatan Produksi Ubikayu Tahun 2010-2014). Peningkatan tersebutterjadi karena saat ini ubi kayu telah memiliki peran baru yaitu sebagai bahan baku sumber energi alternatif.Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Perpres No. 5/2006 dan UU Energi No. 30/2007 tentangpemanfaatan bahan bakar nabati, ubi kayu sebagai sumber protein nabati merupakan suatu kekuatan dalambentuk dukungan pemerintah untuk mendorong pemasaran produk ubi kayu, yaitu bioetanol. Dari sisipangan, ubi kayu sangat potensial untuk dijadikan bahan pangan pokok (Bantacut, 2010 dalam Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011). Ubi kayu merupakan sumber pangan utama karbohidrat alternatifdalam mendukung kebijakan ketahanan pangan Indonesia. Dalam Road Map Peningkatan ProduksiUbikayu Tahun 2010-2015 dikatakan bahwa pengembangan ubikayu sangat penting artinya di dalam upayapenyediaan bahan pangan karbohidrat non beras dan diversifikasi konsumsi pangan lokal dalam upayamendukung peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan.

Proyeksi kenaikan permintaan domestik ubi kayu tidak didukung dengan kenaikan luas panen ubi

kayu dimana menurut BPS terjadi penurunan luas panen ubi kayu di tahun 2013 yang menyebakanterjadinya penurunan produksi ubi kayu Indonesia.  Penurunan luas panen pertanian pada umumnyadisebabkan adanya konversi lahan sejak awal 1990an menjadi perumahan dan perkebunan. Persainganpenggunaan lahan dengan palawija lain juga diduga sebagai penyebab turunnya areal panen ubi kayu.Indikatornya adalah harga rill jagung. Secara teoritis, kenaikan harga jagung akan mendorong petani untukmenanam komoditi tersebut. Konsekuensinya, kenaikan areal tanam jagung (sebagai komoditi pesaing)dengan sendirinya akan mengurangi areal ubi kayu, karena lahan yang digunakan adalah lahan yang sama(Direktorat Tanaman Pangan, 2012). 

Seiring dengan peran ubi kayu yang bertambah maka peningkatan produksi akhirnya menjadisebuah keharusan agar kebutuhan akan ubi kayu baik sebagai penopang ketahanan pangan maupun bahanbaku energi domestik maupun luar negeri dapat dipenuhi. Peningkatan produksi dapat dilakukan denganperluasan areal dan peningkatan produktivitas. Peluang pengembangan ubi kayu masih sangat luas jika

dilihat dari ketersediaan lahan. Hal tersebut mengingat ketersediaan lahan yang cukup luas dimana

Page 4: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 4/20

4

berdasarkan data dari BPS tahun 2005 menunjukkan bahwa terdapat potensi lahan kering seluas 25.955.901ha yang terdiri dari lahan tegal seluas 10.775.051 ha, ladang seluas 3.839.093 ha dan lahan sementara tidakdiusahakan seluas 11.341.757 ha. Lahan-lahan tersebut merupakan potensi yang tersedia untukpengembangan areal budidaya/usahatani ubi kayu.

Rumusan Masalah

Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Salah satu

komoditi yang prospek dan cukup menjanjikan di sektor pertanian adalah ubi kayu. Potensi ekonomi dariubi kayu sangatlah besar dalam perdagangan dunia dengan melihat permintaan ubi kayu dunia yang setiaptahunnya naik. Peningkatan permintaan ubi kayu dunia dikarenakan peran ubi kayu sebagai sumber bahanbaku energi alternatif. Selain itu ubi kayu juga berperan sebagai sumber bahan makanan pendukungketahanan pangan di Indonesia yang merupakan sumber pangan utama karbohidrat setelah padi dan jagung. Agar sektor pertanian dapat mengambil peran dalam pembangunan maka Indonesia harusmeningkatkan produksi ubi kayu dalam mengantisipasi permintaan ubi kayu dunia dan mendukungprogram ketahanan pangan. Hal tersebut dapatlah terhambat oleh adanya penurunan luas panen ubi kayuyang menyebakan terjadinya penurunan produksi ubi kayu Indonesia, dimana penurunan harga menjadidisinsentif yang menyebabkan terjadinya penurunan areal panen ubi kayu tersebut. Untuk itu perludianalisis faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap produksi, konsumsi dan harga ubi kayu diIndonesia serta melakukan proyeksi produksi, konsumsi dan harga ubi kayu pada tahun 2025.

Tujuan Penelitian Tesis

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

  Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi, konsumsi dan harga ubi kayu diIndonesia.

  Melakukan proyeksi produksi, konsumsi dan harga ubi kayu di masa yang akan datang terutama padatahun 2025.

Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini akan dianalisa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi ubi kayudari sisi penawaran dan konsumsi ubi kayu dari sisi permintaan serta harga ubi kayu di Indonesia selamaperiode 1991 sampai dengan 2013. Adapun jenis ubi kayu yang akan diteliti adalah ubi kayu segar/kering.

KAJIAN TEORI DAN METODELOGI

Penawaran dan Permintaan

Ekonomi modern secara berkelanjutan melakukan pertukaran antar barang baik langsung maupunmelalui sarana uang. Aktivitas tersebut dapat menjadi rumit untuk dijelaskan sehinga kita butuh suatumodel sederhana untuk membantu menggambarkan aktivitas tersebut. Model tersebut adalah modelpenawaran dan permintaan yang akan membantu menerangkan bahwa jumlah barang yang dijualterhubung dengan harga barang tersebut.

Penawaran

Penawaran adalah jumlah suatu barang yang akan dan dapat dijual oleh produsen pada tingkatanharga tertentu di waktu tertentu. Hukum penawaran merupakan hubungan positif antara harga dan jumlahbarang yang ditawarkan, dimana peningkatan harga pasar akan juga meningkatkan jumlah penawaran dansebaliknya penurunan harga pasar akan menurunkan jumlah penawaran (Case and Fair, 2002). Hukumtersebut dapat dijelaskan dengan mudah pada Gambar kurva penawaran menunjukkan kuantitas barangyang dapat dijual oleh produsen pada tingkatan harga berapapun, dengan faktor lain yang dapatmempengaruhi kuantitas yang ditawarkan adalah tetap seperti yang digambarkan oleh kurva S padaGambar kurva penawaran. Sumbu vertikal menunjukkan harga per unit dari suatu barang (P). Ini adalahharga yang diterima dari berapapun kuantitas yang ditawarkan. Sumbu horisontal menunjukkanpenawaran total (Q) yang diukur dalam jumlah unit per periode. Jadi dapat dikatakan kurva penawaranmerupakan hubungan antara jumlah penawaran dan harga (Pyndick dan Rubinfeld, 2009). Selain harga,faktor lain yang mempengaruhi sisi penawaran adalah harga produksi dan harga dari produk terkait (Caseand Fair, 2002). Harga produksi juga bergantung pada beberapa faktor, termasuk ketersediaan teknologi danharga input produksi yang dibutuhkan oleh produsen (seperti lahan, modal, energi, tenaga kerja dan

Page 5: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 5/20

5

Harga/P

P1

P2

Q1 Q2

S

S’ 

Kuantitas/Q

Harga/P

P1

Q1 Q2

D D’ 

Kuantitas/Q

P2

lainnya). Harga bahan baku yang lebih rendah atau biaya apa saja yang lebih rendah membuat produksilebih menguntungkan, yang akan mendorong produsen lama untuk memperluas produksi danmemungkinkan produsen baru memasuki pasar. Sehingga pada saat harga pasar tetap di P1 akan terjadikenaikan jumlah penawaran yang lebih besar dari sebelumnya dimana kurva penawaran (S) akan bergeserke kanan (S’). Berkaitan dengan harga produk terkait, produsen akan bereaksi terhadap perubahan dariproduk terkait, misal jika sebuah lahan pertanian dapat digunakan untuk memproduksi komoditas Aataupun B, jika harga komoditas pertanian A lebih baik maka produsen akan cenderung memilih untuk

menanam komoditas A dibanding B.

Gambar Kurva Penawaran

Permintaan

Permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli pada waktu harga per unitbarang berubah (Pyndick dan Rubinfeld, 2009).

Gambar Kurva Permintaan

Hal tersebut dapat digambarkan dengan mudah dengan kurva permintaan, dimana kurvapermintaan merupakan hubungan antara jumlah barang yang konsumen bersedia membeli dengan hargatersebut. Kurva permintaan dengan kemiringan yang menurun (D) menunjukkan bahwa konsumenbersedia membeli lebih banyak barang selama harga turun, di saat faktor lain adalah konstan. Inimenunjukkan adanya hubungan negatif antara harga dengan jumlah permintaan, dimana harga naik maka jumlah permintaan turun dan disaat harga turun maka jumlah permintaan akan naik. Hal ini disebutdengan hukum permintaan. Tentu saja jumlah barang yang akhirnya konsumen dapat beli tergantung pada jumlah barang aktual yang ada di pasar. Selain itu, hal lain yang dapat mempengaruhi jumlah permintaanadalah pendapatan konsumen yang akan meningkatkan permintaan dari Q1 ke Q2 di saat harga konstanataupun meningkatkan harga dari P1 ke P2 sehingga membuat kurva permintaan bergeser dari D ke D’.

Page 6: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 6/20

6

Harga/P

P2

Q0

D S

Kuantitas/Q

P1

P0

A

B

Selain harga barang, jumlah barang yang ada di pasaran dan pendapatan konsumen, yangmempengaruhi permintaan adalah harga dari barang/jasa lain, selera dan faktor ekspektasi (Case and Fair,2002). Ketika kenaikan dari harga suatu barang menyebabkan permintaan akan barang lain juga meningkatmaka kedua barang tersebut memiliki hubungan subtitusi. Ketika kenaikan salah satu barang memicupenurunan permintaan barang lain maka kedua barang tersebut merupakan barang komplemen. Selera jugadapat membentuk permintaan, tetapi sangat sulit untuk menggeneralisasi selera karena berkaitan denganpermintaan per individu yang tidak terbatas. Untuk ekspektasi, keputusan konsumen untuk membeli suatu

barang tidak hanya tergantung dengan pendapatan yang dimiliki sekarang tetapi dengan berapapendapatan yang akan diterima di masa mendatang.

Keseimbangan Penawaran dan Permintaan

Keseimbangan antara penawaran dan permintaan terjadi disaat kedua kurva saling berpotonganpada jumlah dan harga keseimbangan atau market clearing price (Pyndick dan Rubinfeld, 2009). Pada posisiharga keseimbangan (P0) jumlah penawaran dan permintaan adalah sama (Q0), dimana kecenderungan inimerupakan mekanisme pasar bebas. Penawaran dan permintaan tidak selalu berada pada keseimbangandan beberapa pasar mungkin tidak mencapai keseimbangan dengan cepat bila ada perubahan kondisi yangcepat, tetapi tetap kecenderungan pasar biasanya mengarah pada keseimbangan.

Gambar Keseimbangan Penawaran Permintaan

Harga merupakan penentu dari penawaran ataupun permintaan. Tetapi pada saat keseimbanganpasar, penawaran dan permintaan secara bersama-sama yang menentukan harga akhir pasar (Case and Fair,2002). Selain keseimbangan ada dua kondisi juga yang terjadi di pasar pada saat ini, yaitu kondisi kelebihanpenawaran (A) dan kelebihan permintaan (B). Kelebihan penawaran terjadi ketika ketika jumlah penawaranmelebihi jumlah permintaan disaat harga tetap (P1). Pada kondisi ini maka harga perlahan turun ke P0sehingga permintaan akan bertambah dan menyamai penawaran pada titik keseimbangan. Kelebihanpermintaan terjadi ketika jumlah permintaan akan suatu barang melebihi jumlah penawaran barang tersebutdisaat harga tetap (P2). Pada kondisi ini harga perlahan naik menuju P0 sehingga produsen meningkatkan jumlah barang dipasaran untuk menyamai permintaan dan mencapai titik keseimbangan.

Konsep Produksi, Konsumsi dan HargaProduksi adalah tindakan dalam membuat komoditi, baik berupa barang maupun jasa (Lipsey,

1993). Sedangkan menurut Putong (2003), produksi atau proses memproduksi adalah menambah kegunaan(nilai guna) suatu barang. Suatu proses produksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat dansarana untuk melakukan proses produksi. Proses produksi juga melibatkan suatu hubungan yang eratantara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. Dalam pertanian, prosesproduksi sangat kompleks dan terus-menerus berubah seiring dengan kemajuan teknologi.

Menurut Salvatore (2001), fungsi produksi merupakan hubungan matematis antara input danoutput. Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi selain menggambarkan hubungan erat antarainput dan output juga menggambarkan tingkat dimana sumberdaya diubah menjadi produk. Sedangkanmenurut Putong (2003) fungsi produksi adalah hubungan teknis bahwa produksi hanya bisa dilakukandengan menggunakan faktor produksi. Bila faktor produksi tidak ada, maka produksi juga tidak ada.

Page 7: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 7/20

7

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi pertanian (Timmer, 1983), yaitu lahan(dimana pertanian merupakan satu-satunya sektor yang menempatkan lahan sebagai input produksi palingpenting), ketersediaan pupuk, benih, kredit, pengairan, sistem transportasi, pestisida dan mesin pertanian.Selain itu kebijakan pemerintah yang efektif dalam pengontrolan harga untuk tanaman pangan maupuninput pertanian juga akan mempengaruhi perilaku petani untuk berproduksi.

Sedangkan konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau menggunakan barang untuk keperluantertentu. Adanya kegiatan konsumsi dalam jumlah besar maka terbentuklah permintaan. Teori ekonomi

menyatakan bahwa permintaan suatu jenis barang sangat tergantung pada harga barang tersebut, yangdihubungkan dengan tingkat pendapatan, selera, harga barang substitusi dan sebagainya. Bagi orang yangberpendapatan rendah, elastisitas terhadap barang kebutuhan pokok atau primer lebih tinggi daripadaterhadap barang-barang mewah. Sebaliknya, bagi orang yang berpendapatan tinggi elastisitasnya lebihbesar terhadap barang mewah daripada barang kebutuhan pokok. Kebutuhan terhadap bahan panganmerupakan salah satu diantara barang-barang primer. Bagi penduduk Indonesia, beras merupakan bahanmakanan yang lebih superior daripada bahan pangan lainnya seperti jagung, ubi, sagu dan lainnya.Sehingga bagi masyarakat yang berpendapatan rendah akan berupaya semaksimal mungkin untukmemenuhi kebutuhan pangan pokoknya, terutama pangan beras. Oleh karena itu, konsumsi pangan sangatterkait erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat (Irawan, 2009). Kesejahteraan dapat dikatakan makinbaik apabila kalori dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat, sampai akhirnya melewatistandar kecukupan konsumsi per kapita sehari. Kecukupan gizi yang dianjurkan per kapita per hari adalah

penyediaan energi 2.500 kalori dan protein 55 gram.Permintaan akan ubikayu sebagai bahan konsumsi makanan di Indonesia dipengaruhi oleh

pendapatan dan harga. Jika pendapatan perkapita naik, maka masyarakat yang mengkonsumsi ubi kayuakan menggantinya dengan beras atau jagung, sehingga dapat dikatakan peningkatan pendapatanmasyarakat akan mengurangi konsumsi ubi kayu sebagai bahan makanan langsung. Tetapi bila ubi kayudikonsumsi secara tak langsung, diolah terlebih dahulu menjadi makanan ringan atau tepung, makapengaruh peningkatan pendapatan terhadap permintaan ubi kayu bisa positif atau negatif tergantung daribesaran peningkatan pendapatan maupun distribusi peningkatan pendapatan (John A. Dixon, 1982).  

Pada sistem perekonomian pasar, harga suatu barang atau jasa sangat tergantung pada kekuatanpasar. Jumlah produksi yang ditawarkan oleh produsen serta jumlah permintaan yang dilakukan olehkonsumen akan menentukan harga suatu barang dan atau jasa. Tingkat harga umum dari sebuah komoditaspertanian dipengaruhi oleh berbagai kekuatan pasar yang dapat mengubah pergerakan atau keseimbangan

penawaran dan permintaan. Kekuatan pasar tersebut berasal dari jumlah produksi yang ada dalam pasar,preferensi konsumen, perubahan kebutuhan pengguna akhir, faktor yang mempengaruhi proses produksiitu sendiri (misalnya, cuaca, biaya input, hama, penyakit, dan lainnya), harga relatif komoditas subtitusi,kebijakan pemerintah, faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyimpanan dan transportasi sertakondisi pasar internasional (Schnepf, 2005). Hal ini juga yang dapat digunakan sebagai dasar dalammenjelaskan perilaku pasar di sektor pertanian. Khususnya di sektor pertanian, pada saat panen rayadimana jumlah barang yang ditawarkan menjadi sangat besar harga menjadi sangat rendah. Jumlah barangyang ditawarkan lebih besar dari jumlah barang yang diminta oleh konsumen sehingga terjadi kelebihanpenawaran atau ekses suply yang berdampak pada turunnya harga. Sebagai ilustrasi, petani akancenderung memilih untuk mengobral hasil panennya asalkan dapat terjual dari pada membawa barangyang dihasilkan tersebut ke rumah dan menyimpannya di gudang dengan resiko tinggi lebih.

Kebijakan harga juga dapat mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi ubi kayu di Indonesia.

 Jika ubi kayu lebih murah dari beras dan gandum (melalui penurunan harga ubi kayu atau peningkatanharga beras dan gandum) maka permintaan akan ubi kayu akan meningkat. Tetapi hal ini tak mudah untukditerapkan, karena pola konsumsi ubi kayu maupun beras ditiap daerah sangatlah beragam. Jika hargaberas atau gandum dinaikan maka akan memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat perkotaan yangmengandalkan beras sebagai makanan pokoknya. Lain halnya dengan masyarakat pedesaan, yang lebihmemiliki keanekaragaman pangan dibanding masyarakat perkotaan, dimana konsumen akan lebih mudahberganti bahan pangannya seiring dengan perubahan harga. Hal lain yang membuat kebijakan harga sangatsulit diterapkan untuk ubi kayu adalah karena ubi kayu tidak mudah untuk disimpan dan mudah busuk(John A. Dixon, 1982).

Peran Ubi Kayu dalam Ketahanan Pangan

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk membangun ekonomi nasional melalui

pembangunan pertanian adalah program ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan agenda

Page 8: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 8/20

8

penting di dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam Undang-Undang RI Nomor 18 tahun 2012disebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai denganperseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Ubi kayu dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti beraskarena merupakan sumber pangan utama karbohidrat setelah padi dan jagung. Selain itu ubi kayu memilikikandungan gizi yang cukup baik bagi tubuh. Komposisi kandungan gizi ubi kayu dibandingkan denganberas nasi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel Komposisi Gizi Ubi Kayu dan Beras/Nasi (per 100 g)Komposisi Gizi Ubi Kayu Beras/Nasi

Energi (kal) 146,00 178,00Karbohidrat (g) 34,70 40,60Protein (g) 1,20 2,10Lemak (g) 0,30 0,10Besi (mg) 1,00 1,00Kalsium (mg) 33,00 5,00Fosfor (mg) 40,00 22,00Vitamin B1 (mg) 0,06 0,20Vitamin C (mg) 30,00 0,00

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan dalam Syafani (2014)

Dalam Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015 (Badan Ketahanan Pangan, 2012), ubi kayumempunyai prospek menjadi sumber bahan pangan pilihan dalam diversifikasi pangan. Beberapakeunggulan dari ubi kayu ini adalah: a) tanaman ini sudah dikenal dan dibudidayakan secara luas olehmasyarakat pedesaan sebagai bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada musim paceklik; b)masyarakat Pulau Jawa khususnya di pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengonsumsinya dalambentuk gatot dan tiwul; c) nilai kandungan gizinya cukup tinggi; dan d) mudah beradaptasi denganlingkungan atau lahan yang marginal dan beriklim kering.

Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu dapat dikonsumsi dalam bentuk langsung maupun makananolahan yang berasal dari tepung. Tanaman ubi kayu relatif mudah dibudidayakan, dapat dibudidayakanpada ketinggian dari 0 sampai 1500 m dpl dengan curah hujan antara 750-1.000 mm per tahun. Ubi kayu juga dapat diusahakan pada segala jenis tanah asal mempunyai drainase yang baik, dengan pH tanah yangdikehendaki antara 4,5 sampai 8,0. Penanaman ubi kayu dilakukan secara monokultur atau tumpangsari

dengan tanaman lain. Selain itu keunggulan ubi kayu dari sebaran wilayahnya juga dapat dilihat dari PetaPotensi Pangan Spesifik Wilayah keluaran Badan Ketahanan Pangan (2012) dimana dapat dilihat bahwasebaran potensi wilayah komoditas ubi kayu terdapat di hampir seluruh wilayah Indonesia

Tabel Peta Potensi Pangan Spesifik WilayahKomoditas Provinsi

 Jagung Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo,Sulawesi Utara, NTT

Ubi kayu Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY,Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,

Sulawesi Tenggara, Maluku, Nusa TenggaraBarat

Ubi jalar Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau,Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Papua Barat,Papua

Page 9: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 9/20

9

(Lanjutan tabel peta potensi.....)

Komoditas Provinsi

Sagu Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,Sulawesri Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku,Papua, Papua Barat

Sumber : Road Map Peningkatan Produksi Ubikayu Tahun 2010-2015, BKP 2012

Ubi Kayu dan Kebijakan Bahan Bakar Nabati

Upaya untuk mendukung pengembangan bioenergi di dalam negeri telah dilakukan olehpemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5, tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasionalyang antara lain menetapkan sasaran penggunaan bahan bakar nabati menjadi lebih dari 5% terhadapkonsumsi energi nasional pada tahun 2005. Sasaran kebijakan energi nasional ini akan dicapai melaluikebijakan utama dan kebijakan pendukungnya. Kebijakan utama dalam Perpres tersebut adalah: (1)penyediaan energi melalui penjaminan ketersediaan pasokan energi, optimalisasi produksi dan pelaksanaankonservasi energi, (2) Pemanfaatan energi melalui efisiensi dan diversifikasi, (3) Penetapan kebijakan hargaberdasarkan harga keekonomiannya, dan (4) Pelestarian lingkungan.

Sedangkan kebijakan pendukungnya adalah melalui pengembangan infrastruktur energi, kemitraanantara pemerintah dan dunia usaha, pemberdayaan masyarakat, penelitian dan pengembangan sertapendidikan dan pelatihan. Dalam rangka mempercepat penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati(BBN), kebijakan tersebut di atas diikuti dengan Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006, yang antara lainmenginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk mendorong penyediaan bahan tanaman, termasukfasilitas penyediaan benih dan bibitnya, penyuluhan dan mengintegrasikan kegiatan pengembangan dankegiatan pasca panen bahan tanaman, untuk mendukung penyediaan bahan bakar nabati. Untukmelaksanakan Inpres No. 1 tahun 2006, Kementerian Pertanian telah memiliki program aksi dan terusmengembangkan bahan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku bioenergi, meliputi jarakpagar, ubi kayu, sorghum, sagu, kelapa, kelapa sawit dan bahan tanaman lainnya. Kebijakan yang telahdilakukan dalam pengembangan bioenergi yaitu: (1). Pengembangan/intensifikasi komoditas yang sudahditanam secara luas : kelapa sawit, tebu, ubi kayu, sagu, kelapa; (2). Pengkajian dan pengembangan

komoditas potensial penghasil bioenergi seperti jarak pagar, kemiri sunan, nyamplung dan aren; (3).Pemanfaatan biomassa limbah pertanian dan; (4). Pemanfaatan kotoran ternak sebagai biogas (BadanLitbang pertanian, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa tanaman, seperti kelapa sawit, jagung, ubi kayu, tebu,tanaman jarak, kemiri sunan dan kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi. Apabila energisumber nabati ini dapat dikembangkan masyarakat terutama di pedesaan maka akan diciptakan masyarakatyang mandiri energi terutama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari. Harus diakuibahwa sampai saat ini ongkos produksi energi terbarukan masih lebih mahal dibandingkan dengan energifosil (Kementerian Pertanian, 2010). Sasaran pengembangan BBN sampai dengan tahun 2010 meliputi:Pengembangan tanaman BBN seluas minimal 5,25 juta ha untuk sawit 1,5 juta ha, jarak pagar 1,5 juta ha, ubikayu 1,5 juta ha dan tebu 750 ribu ha pada lahan yang belum dimanfaatkan. Hal ini sesuai dengan rencanaTim Nasional Bahan Bakar Nabati yang telah mencanangkan untuk mengembangkan komoditas utama

penghasil BBN seluas 6,40 juta ha selama periode 2005-2015, yaitu kelapa sawit, jarak pagar, tebu, dan ubikayu. 

Penelitian Terdahulu

Leo dan kawan-kawan (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh input produksi yangadalah lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja terhadap produksi ubi kayu di Kabupaten SerdangBedagai. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel luas panen beserta variabel pupuk berpengaruhnyata dan memiliki tanda positif terhadap variabel produksi ubi kayu. Disertasi Suryadi (2013) mengenaipenawaran dan permintaan ubi kayu di Indonesia, menyatakan bahwa harga barang lain yaitu jagungmemiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap konsumsi ubi kayu. Sedangkan variabel luas arealpanen ubi kayu memiliki hubungan yang positif terhadap produksi ubi kayu.

Penelitian Ismono dan kawan-kawan (2013) mengenai pengaruh kebijakan pemerintah terhadap

kesejahteraan petani ubi kayu di Provinsi Lampung mengemukakan bahwa harga ubi kayu dipengaruhi

Page 10: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 10/20

10

secara negatif oleh produksi melalui luas areal panen ubi kayu dimana bila peningkatan luas areal panenterjadi maka harga akan menurun. Harga ubi kayu dipengaruhi secara positif oleh konsumsi ubi kayudimana bila permintaan akan konsumsi ubi kayu meningkat maka harga ubi kayu pun akan meningkat.Selain itu harga ubi kayu juga dipengaruhi positif oleh tingkat bunga dan harga urea serta secara negatifoleh harga tahun sebelumnya. Dari segi konsumsi, diketahui bahwa harga ubi kayu, pendapatan dankonsumsi tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap konsumsi ubi kayu. Sedangkan populasiberhubungan secara positif terhadap konsumsi ubi kayu. Penelitian Mvodo dan Dapeng Liang (2012)

mengenai faktor-faktor produksi dan pemasaran yang mempengaruhi harga ubi kayu menyatakan bahwaakses terhadap jalan beraspal, harga padi dan jagung, luas panen dan produksi memiliki dampak yangsignifikan terhadap harga ubi kayu.

Permintaan atas konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi oleh pendapatan dan harga ubi kayu,dimana ketika pendapatan masyarakat pedesaan meningkat maka konsumsi ubi kayu akan berkurangtergantikan dengan beras dan jagung. Untuk masyarakat di perkotaan, seiring dengan peningkatanpendapatan maka konsumsi produk turunan ubi kayu dapat meningkat ataupun berkurang tergantung daribesaran pendapatan. Jika harga ubi kayu lebih murah dari pada padi atau gandum, maka masyarakatpedesaan akan merubah konsumsi pangannya menjadi ubi kayu sehingga permintaan konsumsi ubi kayumeningkat. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan harga ubi kayu tidak terlalu berpengaruh terhadappola konsumsinya. Hal ini dikarenakan masyarakat pedesaan lebih memiliki keragaman pangan dibandingmasyarakat perkotaan yang hanya mengandalkan beras (John A. Dixon, 1982).

Penelitian Pangabean (1986) mengenai ubi kayu di Indonesia mengetengahkan dua persamaanuntuk menganalisis permintaan dan penawaran, yaitu persamaan produksi dan persamaan konsumsi.Produksi ubi kayu di Indonesia diketahui dipengaruhi secara signifikan oleh harga ubi kayu, hargakomoditas subtitusi dan luas areal panen ubi kayu. Harga ubi kayu mempengaruhi secara positif dimanapeningkatan harga ubi kayu akan memicu peningkatan produksi ubi kayu. Harga komoditas subtitusiberpengaruh negatif dimana peningkatan harga komoditas subtitusi akan membuat produksi ubi kayumenurun akibat beralihnya petani ubi kayu untuk menanam komoditas subtitusi. Untuk variabel luas panenberpengaruh positif terhadap produksi ubi kayu. Dari segi konsumsi ubi kayu, variabel-variabel yangmempengaruhi signifikan adalah harga ubi kayu, harga komoditas subtitusi, pendapatan perkapita danpopulasi. Harga ubi kayu, pendapatan dan populasi memiliki pengaruh yang negatif sedangkan hargakomoditas subtitusi berpengaruh positif.

Kerangka Pemikiran Teoritis Berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan

sebelumnya maka dapat dibuat gambaran umum penelitian berupa Kerangka Pemikiran Teoritis sebagaiberikut :

Gambar Kerangka Pemikiran Teoritis

PRODUKSI

UBI KAYU

KONSUMSI

UBI KAYUHARGA

PENDA

PATAN

POPULASILUAS

PANEN

HARGA

UREA

HARGA

 JAGUNG

KEBIJAKAN BBN

KETAHANANPANGAN

 JALAN

ASPAL

Page 11: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 11/20

11

Peningkatan produksi ubi kayu perlu dicapai dalam rangka memenuhi permintaan dunia,mendukung kebijakan bahan bakar nabati dan mendukung kebijakan ketahanan pangan melaluidiversifikasi pangan non-beras. Peningkatan produksi ubi kayu dipengaruhi oleh fluktuasi harga ubi kayudan harga jagung sebagai komoditas subtitusi maupun luas areal panen yang dicapai serta harga pupukurea sebagai salah satu input produksi dari ubi kayu. Adanya hubungan positif antara harga dan jumlahbarang yang diproduksi dapat dijelaskan bahwa dimana peningkatan harga pasar akan meningkatkan jumlah penawaran dan sebaliknya penurunan harga pasar akan menurunkan jumlah penawaran. Berkaitan

dengan harga komoditas subtitusi, produsen ubi kayu akan bereaksi terhadap perubahan dari produkterkait, misal jika sebuah lahan ubi kayu dapat digunakan untuk memproduksi komoditas ubi kayu ataupun jagung, jika harga komoditas jagung lebih baik maka produsen akan cenderung memilih untuk menanamkomoditas jagung dibanding ubi kayu. Untuk lahan, sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yangmenempatkan lahan sebagai input produksi paling penting disamping pupuk.

Peran ubi kayu dalam komoditas pangan masih menjadi pangan kelas dua setelah beras dimana adabeberapa hal yang mempengaruhi konsumsinya yaitu harga ubi kayu, harga komoditas subtitusi,pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Harga tidak saja mempengaruhi sisi penawaran tetapi jugasisi permintantaan dimana harga akan menentukan pada tingkatanan berapakah permintaan akandilakukan. Untuk harga komoditas subtitusi seperti jagung, secara teori memiliki hubungan yang positifdengan permintaan ubi kayu. Jika harga jagung meningkat lebih tinggi dari harga ubi kayu makapermintaan ubi kayu akan meningkat dan sebaliknya. Sebagai barang inferior, respon konsumsi ubi kayu

terhadap peningkatan pendapatan perkapita akan negatif, dimana seiring denga peningkatan pendapatanmaka masyarakat cenderung untuk tidak mengkonsumsi ubi kayu. Sedangkan jumlah penduduk akanmempengaruhi permintaan akan ubi kayu dengan asumsi bahwa peningkatan jumlah penduduk juga akanmeningkatkan jumlah masyarakat yang mengkonsumsi ubi kayu.

Peran harga ubi kayu selain mempengaruhi konsumsi dan produksi ubi kayu juga dipengaruhi olehvariabel konsumsi ubi kayu, luas areal panen dan variabel panjang jalan beraspal. Pemilihan variabel jalanberaspal dikarenakan ketersediaan infrastruktur yang baik merupakan salah satu faktor penentu dari hargakomoditas. Setelah diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi, konsumsi dan harga ubi kayumaka dapat dilakukan proyeksi di tahun 2025.

Model Ekonometrik 

Dengan mengikuti Kerangka Pemikiran Teoritis maka disusun model ekonometrik atau model yang

dapat ditaksir dalam penelitian ini. Model didefinisikan sebagai representasi dari dunia nyata (the real worldsystem). Fenomena aktual diwakili oleh model agar dapat menjelaskan, memprediksi, mengontrol danmenyelesaikan permasalahan. Atau juga merupakan penyederhanaan dari masalah dunia nyata yang begitukompleks agar dapat diselesaikan dengan mudah dan baik. Model ekonometrik adalah suatu ukuranekonomi atau didefinisikan sebagai analisis kuantitatif dari fenomena ekonomi yang sebenarnya (aktual)

yang didasarkan pada pengembangan dari teori dan pengamatan, dihubungkan dengan metode inferensiyang sesuai (Samuelson et al. dalam Gujarati, 1978). Model yang disampaikan adalah model penawaran danpermintaan dimana pada sisi penawaran terdapat fungsi produksi, sedangkan di sisi permintaan terdapatfungsi konsumsi. Sedangkan fungsi harga berada pada sisi penawaran maupun permintaan. Model yangdigunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari penawaran dan permintaan ubi kayu Indonesia yangdidekati dari fungsi produksi dan konsumsi ubi kayu. Model ini dibangun oleh Panggabean (1986) yangterdiri dari dua persamaan :

Produksi = f(Harga ubi kayu, Harga komoditas subtitusi, Luas areal panen ubikayu)

Konsumsi = f(Harga ubi kayu, Harga komoditas subtitusi, Pendapatan perkapita, Jumlah penduduk)

Adapun dalam model simultan yang hendak dibangun dalam penelitian ini dimasukan persamaanharga dengan pertimbangan harga merupakan titik kesetimbangan dari penawaran dan permintaan.Persamaan harga ubi kayu diambil dari penelitian Ismono dan kawan-kawan (2013), yang adalah :Harga ubi kayu = f(Luas areal panen ubi kayu, Konsumsi ubi kayu, Suku bunga,

Harga urea, Harga ubi kayu tahun sebelumnya)Sehingga akhirnya dirumuskan model simultan sebagai berikut :

Prod=C11+C12* Hrg+C13*Hrgjag+C14*Lpanen+C15*Hrgurea+U 1Kons=C21+C22*Hrg+C23*Hrgjag+C24*Pendpatan+C25*Populasi+U 2Hrg=C31+C32*Lpanen+C33*Kons+C34*Pjalan+U 3

Page 12: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 12/20

12

Dimana :Prod = Produksi ubi kayuHrg = Harga ubi kayuHrgjag = Harga jagungLpanen = Luas areal panen ubi kayuKons = Konsumsi ubi kayuPendpatan = Pendapatan perkapita

Populasi = Jumlah penduduk IndonesiaHrgurea = Harga pupuk ureaPjalan = Panjang jalan beraspalU = Peubah penggangu

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis dan model ekonometrik di atas, maka dapat dibuatrumusan hipotesis sebagai berikut :

  Produksi ubi kayu dipengaruhi secara positif oleh variabel luas panen ubi kayu dan harga ubi kayu.Sedangkan harga jagung dan harga pupuk urea akan berpengaruh negatif terhadap produksi ubi kayu

  Konsumsi ubi kayu dipengaruhi secara positif oleh variabel harga jagung dan jumlah penduduk,sedangkan harga ubi kayu dan pendapatan perkapita berpengaruh negatif terhadap konsumsi ubi kayu.

 

Harga ubi kayu dipengaruhi secara positif oleh variabel konsumsi ubi kayu, sedangkan variabel luasareal panen ubi kayu dan panjang jalan beraspal berpengaruh negatif terhadap harga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Estimasi Model

Model yang dibangun merupakan model persamaan simultan. Sebelum melakukan analisisterhadap model, dilakukan spesifikasi model untuk tujuan pemilihan model terbaik yang digunakan untukmenyelesaikan permasalahan yang ada. Selanjutnya identifikasi terhadap beberapa persamaan tersebutuntuk melihat apakah underidentified, overidentified  atau exactlyidentified. Model memiliki tiga persamaandimana hasil uji keidentifikasian menunjukkan bahwa ketiga persamaan tersebut overidentified dimana :K : Total variabel eksogen dan konstanta dalam model (harga jagung, luas areal panen ubi kayu,

 pendapatan perkapita, jumlah penduduk Indonesia, harga pupuk urea, panjang jalan beraspal)k : Total variabel eksogen dan konstanta dalam persamaan (persamaan produksi : C, harga jagung, luasareal panen ubi kayu, harga urea; persamaan konsumsi : C, pendapatan perkapita, jumlah penduduk Indonesia, harga jagung; persamaan harga : C, luas panen areal ubi kayu,panjang jalan beraspal)G : Total variabel endogen dalam persamaan (persamaan produksi : harga; persamaan konsumsi :harga; persamaan harga : konsumsi)

  Persamaan Produksi : K-k (6-4) ≥ G-1 (1-1), overidentified 

  Persamaan Konsumsi : K-k (6-4) ≥ G-1 (1-1), overidentified   Persamaan Harga : K-k (6-3) ≥ G-1 (1-1), overidentified 

Pada tiga persamaan terdapat total sembilan variabel, dengan tiga variabel endogen dan enamvariabel eksogen, sehingga memungkinkan penyelesaiannya dengan menggunakan metode TSLS.Dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji autokorelasi, ujimultikolinearitas dan uji heteroskedastisitas untuk

mendapatkan hasil estimasi yang valid dan memenuhi kriteria BLUE (best linear unbiased estimator). Hasil ujiasumsi klasik dalam sistem persamaan simultan pada penelitian ini, adalah sebagai berikut :

Tabel Hasil Uji Asumsi Klasik

Persamaan

Autokolinerity(Breusch-Godfrey

Serial Correlation LMTest)

Multikolinieritas(Correlation Matrix)

Heteroskedastisitas(Heteroskedasticity Test:

White)

Produksi Tidak AdaObs*R-squared tidaksignifikan dengannilai prob 0,8274

Tidak AdaNilai koefisien antar beberapavariabel independen di bawah0,8

Tidak AdaData Time Series danObs*R-squared tidaksignifikan dengan nilaiprob 0,1150

Page 13: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 13/20

13

(Lanjutan tabel hasil uji.....)

Persamaan

Autokolinerity(Breusch-Godfrey

Serial Correlation LMTest)

Multikolinieritas(Correlation Matrix)

Heteroskedastisitas(Heteroskedasticity Test:

White)

Konsumsi Tidak AdaObs*R-squared tidak

signifikan dengannilai prob 0,4917

AdaNilai koefisien antar beberapa

variabel independen di atas 0,8

Tidak AdaData Time Series dan

Obs*R-squared tidaksignifikan dengan nilaiprob 0,1240

Harga Tidak AdaObs*R-squared tidaksignifikan dengannilai prob 0,4944

Tidak AdaNilai koefisien antar beberapavariabel independen di bawah0,8

Tidak AdaData Time Series danObs*R-squared tidaksignifikan dengan nilaiprob 0,4510

Dapat disimpulkan ada satu persamaan yang disajikan belum memenuhi kriteria BLUE (best linearunbiased estimator ) yaitu persamaan konsumsi dengan memiliki multikolinearitas sehingga variabel yangterkena asumsi perlu dihilangkan. Setelah beberapa kali dilakukan pembersihan variabel yang bermasalah,kemudian dilakukan uji asumsi kembali untuk model tersebut dengan hasil :

Tabel Hasil Uji Asumsi Klasik Ulang

Persamaan

Autokolinerity(Breusch-Godfrey

Serial Correlation LMTest)

Multikolinieritas(Correlation Matrix)

Heteroskedastisitas(Heteroskedasticity Test:Breusch-Pagan-Godfrey)

Produksi Tidak AdaObs*R-squared tidaksignifikan dengannilai prob 0,8274

Tidak AdaNilai koefisien antar beberapavariabel independen di bawah0,8

Tidak AdaData Time Series danObs*R-squared tidaksignifikan dengan nilaiprob 0,1150

Konsumsi Tidak AdaObs*R-squared tidak

signifikan dengannilai prob 0,8747

Tidak AdaNilai koefisien antar beberapa

variabel independen di bawah0,8

Tidak AdaData Time Series dan

Obs*R-squared tidaksignifikan dengan nilaiprob 0,1271

Harga Tidak AdaObs*R-squared tidaksignifikan dengannilai prob 0,4944

Tidak AdaNilai koefisien antar beberapavariabel independen di bawah0,8

Tidak AdaData Time Series danObs*R-squared tidaksignifikan dengan nilaiprob 0,4510

Persamaan-persamaan yang disajikan dalam model sekarang telah memenuhi kriteria BLUE (bestlinear unbiased estimator ), dimana persamaan-persamaan tersebut yang kemudian akan diinterpretasi adalahsebagai berikut :

Log(Prod)=C(11)+C(12)*Log(Hrg)+C(13)*Log(Hrgjag)+C(14)*Log(Lpanen)+C(15)*Log(Hrgurea)

Log(Kons)=C(21)+C(22)*Log(Pendpatan)+C(23)*Log (Populasi) +C(24)*Log (Hrgjag)Log(Hrg)=C(31)+C(32)*Log(Lpanen)+C(33)*Log(Kons)+C(34)*Log(Pjalan)

Hasil dugaan model dalam setiap persamaan yang diperoleh relatif cukup baik dengan nilaikoefisien determinasi R-square dari masing-masing persamaan berkisar antara 0,88 sampai 0,98. Hal inimenunjukkan bahwa secara umum variabel-variabel eksogen yang ada dalam persamaan relatif mampumenjelaskan dengan baik masing-masing variabel endogen. Besarnya nilai F yang diperoleh berkisar antara40 sampai 446 dengan nilai prob (F-statistic) sebesar 0,000000 yang berarti bahwa variabel-variabel bebasdalam setiap persamaan secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variasi variabel bebas padataraf nyata α = 1%.

Untuk uji normalitas, ketiga persamaan memenuhi kriteria dimana error term terdistribusi normalyang dapat dilihat dari tidak signifikannya nilai probabilitas pada  Jarque-Bera. Persamaan produksi memilikinilai probabilitas  Jarque-Bera  0,985. Persamaan konsumsi memiliki nilai probabilitas  Jarque-Bera  0,263.

Sedangkan persamaan harga memiliki nilai probabilitas Jarque-Bera 0,946.

Page 14: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 14/20

14

Hasil Model Ekonometrik 

Setelah melakukan uji asumsi klasik terhadap persamaan-persamaan dalam model maka hasilnyaperhitungannya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Produksi 

Produksi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi oleh harga ubi kayu, harga harga komoditas saingan(jagung), luas areal panen ubi kayu dan harga urea. Variabel luas panen dan harga ubi kayu berpengaruhpositif terhadap produksi ubi kayu. Sedangkan harga jagung berpengaruh negatif terhadap produksi ubikayu. Hasil estimasi parameter produksi ubi kayu Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel Estimasi Parameter Produksi Ubi Kayu Indonesia

Variabel Koefisien Prob. KetC 6,579843 0,2671

log(hrg) 0,437109 0,0677 ***log(hrgjag) -0,051782 0,8265log(lpanen) 1,114950 0,0117 **log(hrgurea) -0,151058 0,0495 **

Sumber : DiolahKet :R-squared = 90,16 %, Adjusted R-Squared = 87,98 % dan Prob(F-Statistic) = 0,000000.

** : signifikan pada α = 5% *** : signifikan pada α = 10%

Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien determinasi R-squared dari persamaan produksi ubi kayumengartikan 90,16 % produksi ubi kayu dapat jelaskan oleh keragaman variabel-variabel eksogen dalampersamaan yakni harga ubi kayu, harga jagung, luas panen ubi kayu dan harga pupuk urea. Atau dengankata lain produksi ubi kayu di Indonesia sangat ditentukan oleh keempat variabel dimaksud, sedangkansisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam persamaan. Adapun nilai F-statistic sebesar 0,000000 menunjukan bahwa variabel-variabel eksogen dalam persamaan produksi ubi kayutersebut mampu secara bersama-sama menjelaskan variabel endogen dengan baik. Dari nilai probabilitasyang dimiliki menunjukkan bahwa variabel harga ubi kayu berpengaruh nyata pada taraf 10 %. Sedangkanvariabel luas panen ubi kayu dan harga urea berpengaruh nyata pada taraf 5 %.

Variabel harga ubi kayu (hrg) menunjukkan pengaruh yang signifikan dan positif terhadapproduksi ubi kayu dengan koefisien regresi sebesar 0,437109. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwasetiap kenaikan harga ubi kayu pada tingkatan 1 % akan meningkatkan produksi ubi kayu sebesar 0,43 %dan sebaliknya, jika ada penurunan harga ubi kayu sebesar 1 % maka produksi ubi kayu akan menurunsebanyak 0,43 %, ceteris paribus. Harga merupakan insentif bagi petani ubi kayu untuk meningkatkanproduksinya, dimana peningkatan harga pasar akan juga meningkatkan jumlah produksi ubi kayu dansebaliknya jika ada penurunan harga pasar ubi kayu akan menurunkan jumlah produksi ubi kayu. Padatataran riil berdasarkan data BPS, peningkatan harga ubi kayu dari Rp. 150/kg di tahun 1991 menjadi Rp.2166/kg di tahun 2013 seiring sejalan dengan peningkatan produksi ubi kayu pada periode waktu yangsama.

Variabel luas panen ubi kayu (lpanen) signifikan mempengaruhi produksi ubi kayu dengankoeifisen regresi sebesar 1,114950. Hal ini mengartikan bahwa setiap kenaikan luas panen sebesar 1 % akanmeningkatkan produksi sebesar 1,11 %. Sebaliknya jika ada penurunan luas panen sebesar 1 % makaproduksi ubi kayu akan menurun sebesar 1,11 %, ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan ilmu ekonomidimana ada peningkatan input produksi maka produksi itu sendiri akan meningkat dan begitu sebaliknya.Pada tataran riil, menurut data BPS, terjadi penurunan tingkat luas panen ubi kayu di Indonesia dari1.319.143 ha di tahun 1991 menjadi 1.065.752 ha di tahun 2013 dan bersamaan dengan itu produksi ubi kayudi tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 23.936.921 ton dari 24.177.372 ton di tahun 2012.

Variabel harga urea (hrgurea) signifikan mempengaruhi produksi ubi kayu dengan koefisien regresisebesar -0,151058. Hal ini mengartikan bahwa setiap kenaikan harga urea sebagai input produksi sebesar 1% akan menurunkan produksi sebesar 0,15 %. Sebaliknya jika ada penurunan harga urea sebesar 1 % makaproduksi ubi kayu akan meningkat sebesar 0,15 %, ceteris paribus. Pupuk urea merupakan salah satu inpututama bagi produksi ubi kayu, dimana pada bulan-bulan pertama perkembangan tanaman ubi kayu sangatmemerlukan adanya pupuk urea tersebut sebagai nutrisi pertumbuhannya. Jika pasokan pupuk urea tidak

mencukupi maka produksi ubi kayu perhektarnya akan berkurang signifikan. Dengan adanya peningkatan

Page 15: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 15/20

15

harga pupuk urea membuat petani ubi kayu mengurangi asupan pupuk urea pada lahan ubi kayu untukmengurangi ongkos produksinya sehingga secara otomatis produksi ubi kayu akan berkurang.

Variabel harga jagung (hrgjag) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi ubi kayuwalau memiliki tanda hubungan yang benar, dengan koefisien regresi sebesar -0,051782. Harga komoditassaingan memang menjadi salah satu tolak ukur petani untuk memproduksi, tetapi dalam produksi ubi kayufaktor-faktor yang lebih mempengaruhi adalah faktor input produksi seperti lahan dan pupuk urea sertaharga ubi kayu itu sendiri. Hal ini dikarenakan petani ubi kayu tidak akan begitu saja mengganti produk

pertaniaannya dengan komoditas lainnya karena petani cenderung untuk bermain aman dan adanyakesulitan dalam pemasaran maupun permodalan untuk mengubah menanam komoditas yang lain.

Konsumsi

Konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi oleh pendapatan perkapita, jumlah pendudukIndonesia dan harga komoditas jagung. Variabel pendapatan perkapita berpengaruh negatif terhadapkonsumsi ubi kayu sedangkan jumlah penduduk dan harga jagung berpengaruh positif terhadap konsumsiubi kayu Indonesia. Hasil estimasi parameter konsumsi ubi kayu Indonesia dapat dilihat pada tabel berikutini.

Tabel Estimasi Parameter Konsumsi Ubi Kayu Indonesia

Variabel Koefisien Prob. KetC -8,852480 0,4561

log(pendpatan) -0,192699 0,1344log(populasi) 2,821839 0,0148 **log(hrgjag) 0,123302 0,2750

Sumber : DiolahKet :R-squared = 88,51 %, Adjusted R-Squared = 86,70 % dan Prob(F-Statistic) = 0,000003.

** : signifikan pada α = 5% 

Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien determinasi R-squared dari persamaan konsumsi ubi kayumengartikan 88,51 % konsumsi ubi kayu dapat jelaskan oleh keragaman variabel-variabel eksogen dalampersamaan yakni pendapatan perkapita, jumlah penduduk Indonesia dan harga komoditas jagung. Dengankata lain konsumsi ubi kayu di Indonesia sangat ditentukan oleh ketiga variabel tersebut, sedangkan sisanyadijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam persamaan. Adapun nilai F-statistic  sebesar

0,000000 menunjukan bahwa variabel-variabel eksogen dalam persamaan konsumsi ubi kayu tersebutmampu secara bersama-sama menjelaskan variabel endogen dengan baik. Dari nilai probabilitas yangdimiliki menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk Indonesia berpengaruh nyata pada taraf 5 %.Sedangkan untuk variabel pendapatan perkapita dan harga jagung tidak menunjukkan pengaruh yangsignfikan pada taraf nyata 10 %.

Variabel pendapatan (pendpatan) secara negatif dan tidak signifikan mempengaruhi konsumsi ubikayu dengan koeifisen regresi sebesar -0,192699. Pada umumnya pendapatan dan konsumsi memilikihubungan positif, dengan kata lain kuantitas barang yang dikonsumsi akan meningkat seiring denganpendapatan. Barang tersebut merupakan barang normal dimana konsumen ingin membeli lebih sebagaidampak dari peningkatan pendapatan mereka. Dalam hal ubi kayu yang dikonsumsi secara langsung,pengaruh peningkatan pendapatan terhadap permintaan ubi kayu bersifat negatif dikarenakan masyarakatIndonesia masih menganggap ubi kayu adalah barang inferior. Adapun hubungan yang tidak signifikan

antara pendapatan perkapita dengan konsumsi ubi kayu dapat dijelaskan bahwa karena adanyaketerbatasan waktu dan data maka data konsumsi ubi kayu yang dipakai dalam penelitian ini hanya dataubi kayu segar dan tidak mencakup data ubi kayu yang dikonsumi secara tak langsung, diolah terlebihdahulu menjadi makanan ringan atau tepung yang dapat menjadi barang normal bagi masyarakatIndonesia.

Variabel jumlah penduduk Indonesia (populasi) secara signifikan dan positif mempengaruhikonsumsi domestik ubi kayu dengan koeifisen regresi sebesar 2,821839. Hal ini mengartikan bahwa setiapadanya kenaikan pada jumlah penduduk sebesar 1 % akan meningkatkan konsumsi ubi kayu sebesar 2,82 %.Sebaliknya jika ada penurunan jumlah penduduk sebesar 1 % maka konsumsi ubi kayu akan menurunsebesar 2,82 %, ceteris paribus. Pada umumnya, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk berartikebutuhan akan pangan juga akan meningkat, dimana ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif akanmengalami peningkatan dalam permintaan akan konsumsi. Berkaitan dengan selera masyarakat,

kecenderungan yang terjadi pada pola makanan masyarakat Indonesia, ubi kayu terus mengalami

Page 16: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 16/20

16

penurunan yang signifikan pada skala rumah tangga. Pada tahun 1999 ubi kayu hanya mengambil porsi8,83 % dari keseluruhan konsumsi pangan pokok masyarakat Indonesia dan di tahun 2010 terus mengalamipenurunan dibarengi dengan peningkatan konsumsi beras dan tepung terigu.

Variabel harga jagung tidak signifikan mempengaruhi konsumsi ubi kayu dengan koefisien regresisebesar 0,123302. Hubungan yang tidak signifikan tersebut dapat dijelaskan dimana jagung merupakanbarang subtitusi bagi ubi kayu, tetapi dengan koefisien regresi yang rendah maka jagung dan ubi kayumenjadi barang independen sehingga jika ada penurunan harga jagung tidak serta merta mempengaruhi

pola makan/konsumsi masyarakat Indonesia yang telah mengkonsumsi ubi kayu begitu juga sebaliknya.

Harga

Harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi oleh luas panen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal. Variabel luas areal panen ubi kayu berpengaruh negatif terhadap harga ubi kayu. Sedangkankonsumsi ubi kayu, dan panjang jalan beraspal berpengaruh positif terhadap harga ubi kayu. Hasil estimasiparameter harga ubi kayu Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel Estimasi Parameter Harga Ubi Kayu Indonesia

Variabel Koefisien Prob. Ket

C -23,40195 0,0689log(lpanen) -2,344059 0,0008 *

log(kons) 1,599087 0,0001 *log(pjalan) 2,033582 0,0000 *

Sumber : DiolahKet :R-squared = 98,60 %, Adjusted R-Squared = 98,38 % dan Prob(F-Statistic) = 0,000000.* : signifikan pada α = 1% 

Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien determinasi R-squared  dari persamaan harga ubi kayumengartikan 98,60 % harga ubi kayu dapat jelaskan oleh keragaman variabel-variabel eksogen dalampersamaan yakni luas panen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal. Harga ubi kayu diIndonesia sangat ditentukan oleh ketiga variabel tersebut, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lainyang tidak terdapat di dalam persamaan. Adapun nilai F-statistic  sebesar 0,000000 menunjukan bahwavariabel-variabel eksogen dalam persamaan harga ubi kayu tersebut mampu secara bersama-sama

menjelaskan variabel endogen dengan baik. Dari nilai probabilitas yang dimiliki menunjukkan bahwa luaspanen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal berpengaruh nyata pada taraf 1 %.

Variabel luas panen ubi kayu (lpanen) secara signifikan dan negatif mempengaruhi harga ubi kayudengan koefisien regresi sebesar -2,344059. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan luaspanen ubi kayu sebanyak 1 % akan menurunkan harga ubi kayu sebesar 2,34 % dan sebaliknya, jika adapenurunan luas panen ubi kayu sebesar 1 % maka harga ubi kayu akan meningkat sebanyak 2,34 %, ceteris paribus. Hal ini dapat dijelaskan bahwa produksi ubi kayu akan meningkat seiring dengan peningkatan luaspanen ubi kayu sehingga jika produksi ubi kayu meningkat maka kecenderungannya harga akanmengalami penurunan. Sebagai gambaran, di tahun 1996 terjadi peningkatan luas lahan panen ubi kayu dari1.324.259 ha menjadi 1.415.101 ha sehingga meningkatkan produksi ubi kayu secara signifikan dari15.441.481 ton menjadi 17.002.455 ton. Hal tersebut membuat penurunan harga ubi kayu dari Rp. 224/kgmenjadi Rp. 218/kg.

Variabel konsumsi ubi kayu (kons) secara signifikan dan positif mempengaruhi harga ubi kayudengan koeifisen regresi sebesar 1,599087. Hal ini mengartikan bahwa setiap kenaikan konsumsi ubi kayusebesar 1 % akan menaikan harga ubi kayu sebesar 1,59 %. Sebaliknya jika ada penurunan konsumsi ubikayu sebesar 1 % maka harga ubi kayu akan turun sebesar 1,59 %, ceteris paribus. Hal tersebut dapatdiasumsikan peningkatan kebutuhan konsumsi ubi kayu di saat produksinya tidak bertambah akanmembuat kelangkaan komoditas ubi kayu di Indonesia, dimana kelangkaan tersebut dapat memicukenaikan harga ubi kayu.

Variabel panjang jalan beraspal (pjalan) secara signifikan dan positif mempengaruhi harga ubi kayudengan koefisien regresi sebesar 2,033582. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa setiap adanyanyapeningkatan panjang jalan beraspal sebanyak 1 % akan menaikkan harga ubi kayu sebesar 2,03 % dansebaliknya, jika ada penurunan panjang jalan beraspal sebesar 1 % maka harga ubi kayu akan menurunsebanyak 0,88 %, ceteris paribus. Meskipun dengan sarana transportasi yang baik dapat mengurangi biaya

produksi dan secara tak langsung dapat menekan harga, tetapi dengan mudahnya akses petani ke pasar

Page 17: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 17/20

17

akan membuat petani lebih mendapat informasi mengenai kondisi riil pasar dimana hal ini juga akanmenjadi salah satu faktor penentu dalam penentuan harga.

Proyeksi Produksi, Konsumsi dan Harga Ubi Kayu Tahun 2025

Tren luas areal panen ubi kayu dari tahun 1991 sampai dengan 2013 mengalami penurunan dengantren penurunan luas sebesar 0,85 % pertahunnya. Sedangkan untuk produktivitas ubi kayu dari tahun 1991sampai dengan 2013 memiliki tren peningkatan produktivitas sebesar 2,94 % pertahunnya. Karena produksi

ubi kayu merupakan hasil dari perkalian antara luas areal panen dan produktivitas lahannya, maka denganasumsi tren masa lalu dari luas areal panen ubi kayu dan produktivitas dilakukan proyeksi produksi ubikayu sampai tahun 2025 seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel Proyeksi Produksi Ubi Kayu dari Sisi Perkalian Tren Luas Areal Panendengan Tren Produktivitas Lahan Ubi Kayu

TahunLuas Areal Panen

(ha)Produktivitas

(ha/ton)Produksi (ton)

2016 1.038.806 24,50 25.450.7472019 1.012.541 26,72 27.055.0962022 986.940 29,15 28.769.3012025 961.986 31,8 30.591.155

Sumber : Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi produksi ubi kayu dapat disimpulkan bahwa produksi ubikayu pada tahun 2025 akan meningkat jika melihat asumsi tren peningkatan produktivitas lahan yaitusebesar 30.591.155 ton. Walaupun tren luas areal panen menurun pertahunnya tetapi produktivitas ubi kayumemiliki kecenderungan yang meningkat pertahunnya sehingga nilai proyeksi produksi ubi kayu yangdihasilkan pun akan meningkat lebih karena faktor produktivitas lahannya.

Dari asumsi tren kenaikan harga dari tahun 1991 sampai dengan 2013 sebesar 14 % pertahunnya,dilakukan proyeksi produksi ubi kayu sampai tahun 2025 seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel Proyeksi Produksi Ubi Kayu dari Sisi Harga

Tahun Harga (rp/kg) Produksi (ton)2016 3.209 29.468.9802019 4.755 40.998.0002022 7.045 57.031.920

2025 10.437 79.331.060Sumber : Diolah

Dengan adanya asumsi peningkatan harga 14 % pertahunnya maka produksi ubi kayu pada tahun2025 diproyeksikan akan meningkat menjadi 79.331.060 ton, meningkat 231,42 % dibandingkan tahundasarnya yaitu tahun 2013. Meski begitu, menurut penulis dengan peningkatan harga hanya menjadi Rp.10.437/kg di tahun 2025 sangat tidak menarik bagi produsen untuk menanam ubi kayu sehingga proyeksipeningkatan produksi ubi kayu di atas cenderung sulit dicapai.

Terhadap perkembangan konsumsi, diasumsikan dari tahun 1991 sampai dengan 2013 terjadi trenpeningkatan harga ubi kayu sebesar 14 % pertahunnya, peningkatan pendapatan perkapita sebesar 8 %pertahunnya dan peningkatan jumlah penduduk sebesar 1,41 % pertahunnya, maka didapatkan proyeksikonsumsi ubi kayu Indonesia seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel Proyeksi Konsumsi Ubi Kayu dari Sisi Harga, Pendapatan Perkapita dan Jumlah Penduduk Indonesia

TahunKonsumsi Ubi

Kayu (kg)Harga Ubi Kayu

(rp/kg)Pendapatan Perkapita

(rp)

 Jumlah PendudukIndonesia (ribu

 jiwa)2016 796.103.300 3.209 47.682.881 259.4922019 625.472.600 4.755 60.568.645 270.6242022 491.408.100 7.045 76.936.643 282.2342025 386.090.700 10.437 97.727.908 294.341

Sumber : Diolah

Dapat dilihat bahwa kenaikan pendapatan perkapita, jumlah penduduk Indonesia dan harga ubikayu akan menyebabkan konsumsi ubi kayu Indonesia mengalami penurunan sebesar 386 ton di tahun2025. Jika tidak ada intervensi pemerintah dalam hal diversifikas pangan dan pembatasan konsumsi beras,

Page 18: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 18/20

18

kemungkinan besar peran ubi kayu sebagai salah satu komoditas pendukung ketahanan panga Indonesiaakan ditinggalkan.

Terhadap perkembangan harga ubi kayu, jika diproyeksikan dengan hasil asumsi jumlah konsumsiubi kayu pada tabel di atas, dibarengi dengan asumsi tren penurunan luas areal panen ubi kayu sebesar 0,85% pertahunnya, maka didapatkan proyeksi harga ubi kayu Indonesia di bawah ini :

Tabel Proyeksi Harga Ubi Kayu dari Sisi Konsumsi Ubi Kayu dan Luas Areal Panen Ubi Kayu

TahunHarga Ubi

Kayu (rp/kg)Konsumsi Ubi

Kayu (kg)Luas ArealPanen (ha)

2016 3.344 796.103.300 1.038.8062019 4.355 625.472.600 1.012.5412022 4.889 491.408.100 986.9402025 4.956 386.090.700 961.986

Sumber : Diolah

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa penurunan konsumsi dan luas areal panen ubi kayu secarabersamaan diproyeksikan hanya meningkatan harga ubi kayu Indonesia sebesar Rp. 4.956,- di tahun 2025.Dengan peningkatan harga yang tidak signifikan tersebut, petani ubi kayu dipastikan akan meninggalkankomoditas tersebut dan mengganti dengan komoditas yang lebih menjanjikan dari segi harga.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari penelitian ini terlihat bahwa produksi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan olehvariabel harga ubi kayu, luas areal panen ubi kayu dan harga pupuk urea. Sedangkang variabel harga jagung sebagai komoditas subtitusi tidak berpengaruh signifikan. Dengan adanya peningkatan harga ubikayu maka petani ubi kayu akan meningkatkan produksinya. Variabel luas areal panen berpengaruh positifterhadap produksi ubi kayu dikarenakan lahan merupakan input produksi paling penting dari ubi kayu.Sedangkan pengaruh pupuk urea terhadap produksi ubi kayu dikarenakan merupakan salah satu inputproduksi dari ubi kayu.

Dalam penelitian ini, konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan variabel harga pendapatan perkapita dan harga jagung tidakberpengaruh signifikan terhadap konsumsi ubi kayu. Pengaruh yang positif dari jumlah pendudukIndonesia terhadap konsumsi ubi kayu menyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk secara otomatisakan meningkatkan pengguna ubi kayu dan secara otomatis meningkatkan konsumsi ubi kayu Inodnesia.

Dalam penelitian ini, harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel luaspanen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal. Ketersediaan ubi kayu akan meningkatseiring dengan peningkatan luas panen ubi kayu. Peningkatan kebutuhan konsumsi ubi kayu di saatproduksinya tidak bertambah akan membuat kelangkaan komoditas ubi kayu di Indonesia, dimanakelangkaan tersebut dapat memicu kenaikan harga ubi kayu.

Selanjutnya dalam penelitian ini, diasumsikan berdasarkan perhitungan proyeksi produksi sampaitahun 2025, produksi ubi kayu pada tahun 2025 jika melihat tren peningkatan produktivitas lahan akanmeningkat sebesar 30.591.155 ton. Peningkatan produksi kayu ini lebih besar dibanding denganmengupayakan peningkatan luas panen ubi kayu yang hanya meningkatkan produksi menjadi 24.898.010ton saja. Sedangkan dengan asumsi adanya peningkatan harga sebesar 14 % pertahunnya makadiproyeksikan produksi ubi kayu pada tahun 2025 akan meningkat sebesar 79.331.060.

Untuk perhitungan proyeksi konsumsi ubi kayu jika diproyeksian dengan tren peningkatan hargaubi kayu sebesar 14 % pertahunnya, dibarengi dengan peningkatan pendapatan perkapita sebesar 8 % danpeningkatan jumlah penduduk sebesar 1,41 % pertahunnya akan menyebabkan konsumsi ubi kayuIndonesia mengalami penurunan sebesar 386 ton di tahun 2025.

Untuk perhitungan proyeksi harga ubi kayu jika diproyeksian dengan proyeksi konsumsi ubi kayu,dibarengi dengan tren penurunan luas areal panen ubi kayu, maka harga ubi kayu Indonesia akanmeningkat sebesar Rp. 4.956,- di tahun 2025.

Saran

Terkait bertambahnya peranan ubi kayu menjadi tidak hanya sebagai penyedia pangan alternatif,tetapi juga sumber pakan dan bahan bakar alternatif maka yang diharapkan ke depan adalah adanyapeningkatan produksi ubi kayu agar program ketahanan pangan yang dicanangkan dapat berjalan dengan

Page 19: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 19/20

19

baik. Peningkatan produksi ubi kayu di Indonesia dapat dilakukan dengan peningkatan luas areal ubi kayuyang dilakukan bersamaan dengan peningkatan produktivitas lahan panen ubi kayu melalui peningkatanteknologi pertanian berupa penyediaan benih unggul serta meningkatkan asupan pupuk pertanian.

DAFTAR PUSTAKA 

Allem, AC. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor.

Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.Anonim. 2003.  Materi Bahan Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Pembangunan. Makassar : Fakultas Ekonomi

Universitas Hasanuddin.Bappenas. 2014. Rencana Kerja Pemerintah Buku III . JakartaBadan Ketahanan Pangan. 2012. Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015. Jakarta.Badan Litbang Pertanian. 2013. Kebijakan Penyediaan Bahan Baku Bioenergi Mendukung Ketahanan Energi

Nasional. Jakarta.Blanchard, Oliver. 2006. Macroeconomics Fourth Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall.Canning, David. 1999. I nfrastructure’s Contribution to Aggregate Output. World Bank Policy Research Working

Paper No. 2246.Case, Karl E., Ray C. Fair. 2002. Principles of Economics Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall.Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Direktorat Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2012. Roadmap Peningkatan Produksi Ubi Kayu Tahun2010-2014. Jakarta.

Dixon, John A. 1982. Cassava in Indonesia: its Economic Role and Use as Food. Contemporary Southeast Asia,Vol. 3, No. 4 (March 1982), pp. 361-373)

Doll, J.P and F. Orazem. 1984. Production Economics. New York : John Wiley and Sons.Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar . Jakarta : Erlangga. Irawan, Bambang. 2008. Meningkatkan Efektifitas Kebijakan Konversi Lahan. Forum Penelitian Agro Ekonomi,

Volume 26 No. 2, Desember 2008 : 116-131Ismono, R. Hanung., Septaria Indah Sari., Indah Nurmayasari. 2013. Pengaruh Kebijakan Pemerintah

Terhadap Kesejahteraan Pelaku Ekonomi Ubi Kayu Di Provinsi Lampung. JIIA Volume 1 No. 1. Januari2013

 Joesran dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Koutsoyianis, A. 1977. Theory of Econometrics. Second Edition. New York : The Macmillan Press.Kementerian Pertanian. 2010. Renstra Kementan 2010-2014. JakartaKotler, Phillip dan Gary Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8. Jakarta : Penerbit

Erlangga.Leo., Kelmin., Salmiah. 2012. Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di

Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.  Journal on Social Economic of Agriculture and Agribusiness Vol 1 No 1. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Lipsey, R. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jakarta : Binarupa Aksara.Mvodo, Elise Stephanie Meyo & Dapeng Liang. 2012. Cassava sector development in Cameroon: Production

and marketing factors affecting price. SciRes Agricultural Sciences Vol.3, No.5, 651-657 (2012)Nainggolan, Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.Panggabean, Martin Partahi Hasoloan. 1986.  Analisa Permintaan dan Penawaran Ubikayu di Indonesia. Bogor :

Institut Pertanian Bogor.Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2013. Statistik Pertanian. Jakarta.Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro (Edisi 2). Jakarta : Ghalia Indonesia.Pyndick, Robert S., Daniel L. Rubinfeld. 2009. Mikroekonomi Edisi Keenam (terj). Jakarta : PT Indeks.Salvatore, Dominick. 2001.  Managerial Economics, dalam Perekonomian Global. Edisi Keempat. Jilid 1. Jakarta :

Penerbit Erlangga.Sani, Sondah. 2006. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ubi kayu untuk Agroindustri. Jakarta : Ditjen Tanaman

pangan Kementerian Pertanian.Schnepf, Randy. 2005. Price Determination in Agricultural Commodity Markets: A Primer. Congressional

Research Service. Washington DC : The Library of Congress.Suryadi, Tatang. 2013.  Analisis Penawaran Dan Permintaan Ubi Kayu di Indonesia.  Disertasi. Yogyakarta :

Universitas Gajah Mada.

Page 20: Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

7/18/2019 Kristian Tesis MPKP Naskah Ringkas 2015

http://slidepdf.com/reader/full/kristian-tesis-mpkp-naskah-ringkas-2015 20/20

20

Syafani, Tyas Sekartiara. 2014. Analisis Preferensi, Pola Konsumsi, dan Permintaan Tiwul oleh Konsumen Rumah Makan di Provinsi Lampung. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Timmer, C. Peter., Walter P. Falcon., Scott R. Pearson. 1983. Food Policy Analysis. Published for the World Bank.Baltimore and London : The Johns Hopkins University Press.