Kontrasepsi Darurat

23
Tingkat Penerimaan Kontrasepsi darurat dua tablet (@ 0,75 mg levonorgestrel) Valenor-2 dan Postinor ® _2 di Indonesia (Studi Multi Senter di Indonesia) Biran affandi Maria Anggraeni T.Y Prihyugiarto Leli Asih Abstrak Kontrasepsi darurat merupakan kontrasepsi pil yang diminum setelah melakukan hubungan seksual tanpa proteksi. Kontrasepsi darurat tersebut sering dikenal sebagai “morning after pill” atau kontrasepsi pasca sanggama. Pil tersebut terdiri dari dua tablet yang masing-masing mengandung 0,75 mg levonorgestrel. Jenis kontrasepsi darurat yang sudah ada di pasaran adalah Postinor ® , sedangkan Pil Valenor adalah merupakan obat copy dari Postinor ® yang rencana akan didaftarkan pemasarannya dan akan dipakai sebagai salah satu pilihan kontrasepsi darurat. Penelitian ini dilakukan dengan desain Randomized Clinical Trial (RCT) di 9 Fakultas kedokteran/Rumah Sakit Pendidikan di 9 Provinsi di Indonesia. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas, keamanan, dan penerimaan pil kontrasepsi daruratValenor_2 dan Postinor ® _2 sebelum mulai dipasarkan dan direkomendasikan pemakaiannya secara lebih luas di Indonesia. Subyek penelitian ini adalah wanita usia subur, setelah memenuhi inklusi kriteria dan eksklusi kriteria subyek secara random mendapat perlakuan Valenor_2 dan Postinor ® _2. Jumlah sample 2.600 subyek masing kelompok 1.300 subyek mendapat perlakuan pil Valenor_2, dan 1.300 subyek dengan perlakuan Postinor ® _2. Tehnik analisis menggunakan uji t-test, Chi-square test, survival analysis Kaplan-meyer method. Software yang digunakan adalah SPSS-PC ver 11,5 (Chicago.IL). Hasil studi menunjukkan bahwa keluhan yang terjadi pada pemakai pil Valenor_2 maupun Postinor ® _2 secara umum sama yaitu mual-mual, pusing dan gangguan siklus haid, dan secara statistic menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Pada kedua kelompok tersebut sampai dengan akhir studi tidak menunjukkan adanya efek samping yang serius. Sampai dengan akhir studi subyek yang mengalami kehamilan untuk kelompok Valenor_2 sebesar 0,1 persen, dan kelompok Postinor ® _2 sebesar 0,3 persen namun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Kedua jenis pil ini dapat dikatakan sama efektifnya dalam mencegah kehamilan. Sebagian besar subyek menyukai kedua jenis pil kontrasepsi darurat tersebut meskipun ada yang menyatakan tidak suka adanya efek samping yang berupa gangguan haid. Keyword: Valenor_2, Postinor ® _2, Emergency Contraceptives, effectivity contraception 1

Transcript of Kontrasepsi Darurat

Tingkat Penerimaan Kontrasepsi darurat dua tablet (@ 0,75 mg levonorgestrel) Valenor-2 dan Postinor®_2

di Indonesia(Studi Multi Senter di Indonesia)

Biran affandiMaria AnggraeniT.Y Prihyugiarto

Leli Asih

Abstrak

Kontrasepsi darurat merupakan kontrasepsi pil yang diminum setelah melakukan hubungan seksual tanpa proteksi. Kontrasepsi darurat tersebut sering dikenal sebagai “morning after pill” atau kontrasepsi pasca sanggama. Pil tersebut terdiri dari dua tablet yang masing-masing mengandung 0,75 mg levonorgestrel. Jenis kontrasepsi darurat yang sudah ada di pasaran adalah Postinor®, sedangkan Pil Valenor adalah merupakan obat copy dari Postinor® yang rencana akan didaftarkan pemasarannya dan akan dipakai sebagai salah satu pilihan kontrasepsi darurat. Penelitian ini dilakukan dengan desain Randomized Clinical Trial (RCT) di 9 Fakultas kedokteran/Rumah Sakit Pendidikan di 9 Provinsi di Indonesia. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas, keamanan, dan penerimaan pil kontrasepsi daruratValenor_2 dan Postinor®_2 sebelum mulai dipasarkan dan direkomendasikan pemakaiannya secara lebih luas di Indonesia. Subyek penelitian ini adalah wanita usia subur, setelah memenuhi inklusi kriteria dan eksklusi kriteria subyek secara random mendapat perlakuan Valenor_2 dan Postinor®_2. Jumlah sample 2.600 subyek masing kelompok 1.300 subyek mendapat perlakuan pil Valenor_2, dan 1.300 subyek dengan perlakuan Postinor®_2. Tehnik analisis menggunakan uji t-test, Chi-square test, survival analysis Kaplan-meyer method. Software yang digunakan adalah SPSS-PC ver 11,5 (Chicago.IL). Hasil studi menunjukkan bahwa keluhan yang terjadi pada pemakai pil Valenor_2 maupun Postinor®_2 secara umum sama yaitu mual-mual, pusing dan gangguan siklus haid, dan secara statistic menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Pada kedua kelompok tersebut sampai dengan akhir studi tidak menunjukkan adanya efek samping yang serius. Sampai dengan akhir studi subyek yang mengalami kehamilan untuk kelompok Valenor_2 sebesar 0,1 persen, dan kelompok Postinor®_2 sebesar 0,3 persen namun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Kedua jenis pil ini dapat dikatakan sama efektifnya dalam mencegah kehamilan. Sebagian besar subyek menyukai kedua jenis pil kontrasepsi darurat tersebut meskipun ada yang menyatakan tidak suka adanya efek samping yang berupa gangguan haid.

Keyword: Valenor_2, Postinor®_2, Emergency Contraceptives, effectivity contraception

Pendahuluan

Kontrasepsi yang sangat efektif sekarang ini beberapa sudah tersedia di pasaran dan dapat dipilih sesuai dengan keinginan calon akseptor, namun tidak semua pemakai kontrasepsi dapat menemukan kontrasepsi yang ideal untuk dirinya.1 Kondisi saat ini, dengan adanya perubahan gaya hidup keluarga (life style) sering membuat hubungan seksual lebih tidak teratur sehingga kebutuhan kontrasepsi secara insidentil dengan indeks keamanan yang tinggi dan memungkinkan pemakaian dalam berbagai situasi tanpa komplikasi.2

1

Kelompok masyarakat seperti ini mungkin mengalami kesulitan untuk memakai pil yang harus diminum setiap hari untuk mencegah kehamilan sebagai akibat hubungan seksual yang sangat jarang dilakukan. Mereka mungkin juga mempunyai pengalaman buruk atau menderita komplikasi akibat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi suntikan, atau sering tidak tertib menerapkan senggama terputus (coitus interuptus), sistem kalender, kondom, spermisida sehingga upaya kontrasepsi yang dilakukan tidak adekuat. Untuk mereka, dibutuhkan pencegahan kehamilan yang dapat diberikan sesudah terjadinya sanggama.

Pemakaian kontrasepsi sampai dengan saat ini tidak ada satupun yang tanpa kegagalan, efek samping atau komplikasi. Apabila terjadi kegagalan, komplikasi, maupun efek samping maka petugas kesehatanlah yang dituntut untuk menanggulanginya. Kejadian kegagalan pemakaian kontrasepsi akan membuat masalah tersendiri, terutama bagi para petugas kesehatan. Jumlah kegagalan diperkirakan akan bertambah banyak apabila yang menggunakan kontrasepsi tradisional (seperti jamu dan cara-cara tradisional lainnya) juga diperhitungkan selain kegagalan dari yang menggunakan cara modern. Dampak dari kegagalan pemakaian kontrasepsi ini akan mengakibatkan adanya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Di samping itu kelompok unmetneed (pasangan usia subur yang ingin mengontrol fertilitasnya, tetapi mereka tidak menggunakan kontrasepsi) masih cukup tinggi yaitu 9,1 persen (SDKI 2007), sehingga dimungkinkan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apabila kehamilan tidak diinginkan tidak diterima atau tidak diinginkan maka selanjutnya akan timbul upaya untuk melakukan abortus baik secara aman maupun tidak aman (Unsafe). Diperkirakan sekitar 2/3 dari kehamilan yang tidak diinginkan berakhir dengan abortus (pengguguran kandungan). Sejalan dengan strategi “Making Pregnancy Safer” (MPS) perlu dilakukan upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. Dimana kehamilan yang tidak diinginkan dapat dicegah atau dikurangi seandainya pasangan menggunakan kontrasepsi darurat.

Kontrasepsi darurat yang dikenal dengan morning efter pill atau kontrasepsi pasca sanggama akhir-akhir ini banyak dibicarakan orang. Kontrasepsi darurat ini hanya dipakai untuk keadaan darurat yaitu apabila sanggama tanpa kontrasepsi atau cara kontrasepsi yang dipakai tidak benar.6,7 Kontrasepsi biasanya dipakai sebelum sanggama, sedangkan kontrasepsi darurat dipakai sebagai cara darurat untuk mencegah kehamilan setelah sanggama. Kontrasepsi darurat dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) sebagai akibat kegagalan pemakaian kontrasepsi, sehingga dapat mengurangi angka kegagalan pemakaian kontrasepsi.3,4,5 Indikasi dari penggunaan kontrasepsi darurat antara lain adalah pemakaian kontrasepsi tidak benar, salah hitung masa subur, kondom bocor, Vaginal tablet tidak larut, tidak pakai kontrasepsi, dan kejadian perkosaan.3,8

Kontrasepsi darurat yang ada di pasaran saat ini adalah pil Postinor®_2 yang terdiri dua tablet masing-masing mengandung 0,75 mg levonorgestrel, dan telah terdaftar pada BPOM. Dalam rangka menambah variasi pilihan jenis pil kontrasepsi darurat (emergency contraception) akan diperkenalkan jenis kontrasepsi darurat baru yang merupakan obat copy dari pil Postinor®_2 yaitu kontrasepsi darurat jenis pil Valenor_2.

2

Mengingat pemakaian pil Valenor_2 tersebut belum dilaporkan, dan sejauh ini belum ada hasil penelitian secara luas pada wanita di Indonesia.maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui efektivitas, keamanan, dan penerimaan pil kontrasepsi darurat Valenor_2. Pil Valenor_2 merupakan jenis pil kontrasepsi darurat yang mempunyai kandungan levonorgestrel yang sama dengan Pil Postinor®_2 dan direncanakan akan didaftarkan pemasarannya di BPOM. Mengingat pil Postinor®_2 yang sudah beredar di pasaran maka dipakai sebagai pembanding dalam studi ini.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah uji klinik acak tersamar ganda, perbandingan antara pil Valenor-2 dan Pil Postinor®_2 penelitian ini dilakukan secara multisenter di 9 senter penelitian yaitu Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, D.I. Yogyakarta, Denpasar dan Manado. Penelitian dilakukan di bagian kebidanan dan penyakit kandungan Rumah Sakit Pendidikan/Fakultas Kedokteran: Universitas Andalas Padang, Universitas Sriwijaya Palembang, Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Pajajaran Bandung, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Universitas Udayana Bali, dan Universitas Samratulangi Manado.

Kelompok perlakuan adalah yang menggunakan pil Valenor_2 dan kelompok kontrol adalah yang menggunakan Pil Postinor®_2. Pil Valenor_2 merupakan pil kontrasepsi darurat yang terdiri dari 2 tablet, warna putih, dengan diameter 0,5 cm dan masing-masing tablet mengandung 0,75 mg levonorgestrel. Sedangkan pil Postinor®_2 juga merupakan merupakan pil kontrasepsi darurat yang terdiri dari 2 tablet, warna putih, dengan diameter 0,5 cm dan masing-masing tablet mengandung 0,75 mg levonorgestrel.

2. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah wanita usia subur dan sehat, yang ingin menggunakan kontrasepsi darurat secara sukarela. Subyek penelitian adalah wanita sehat usia subur, dan secara sukarela ingin menggunakan kontrasepsi darurat dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteri inklusi antara lain wanita usia reproduksi, sehat dan berisiko hamil, mempunyai siklus haid normal, selama perlakuan hanya sekali melakukan hubungan seksual tanpa proteksi kurang dari 72 jam, subyek harus menghindari hubungan seksual tanpa proteksi selanjutnya selama siklus tersebut, bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini sesuai protokol, bersedia datang pada waktu kunjungan yang ditentukan dan telah memberikan persetujuan tertulis sebelum dilakukan prosedur penapisan (Informed concent), tidak menggunakan kontrasepsi hormonal lain dalam jangka waktu 3 bulan sebelum mulai penelitian dan tidak akan menggunakan kontrasepsi lain selama penelitian, dan tidak menggunakan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kerja progestogen, seperti golongan barbiturat, fenitoin, karbamazepin, rifampisin, griseofulvin. Kriteria eksklusi meliputi : diduga hamil, sedang menyusui ASI, subyek tidak tahu pasti tanggal menstruasi terakhir, sedang memakai kontrasepsi hormonal yang belum sampai bebas obat kontrasepsi 3 bulan, kontraindikasi medis standar pemakaian kontrasepsi steroid khususnya terhadap progesterone, seperti misalnya (penyakit

3

serebrovaskuler, riwayat penyakit jantung koroner, riwayat penyakit kepala migrain, hipertensi tidak terkontrol, gangguan fungsi hati yang berat, menderita tumor ginekologik atau tumor yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh progesterone, penyakit hemolisis kronik), keadaan yang diperkirakan akan mengganggu pelaksanaan penelitian atau terjadi kesulitan untuk mengadakan pengamatan lanjutan (misalnya: tempat tinggal tidak tetap, sulit ditindaklanjuti), pasien secara rutin menggunakan obat-obat yang dapat mempengaruhi cara kerja obat progesterone (terutama obat yang menginduksi enzim-enzim hepar, seperti misalnya: sebagian besar obat-obat antikonvulsan atau menyusui), subyek yang kurang memahami, kurang dapat mengerti instruksi-instruksi yang penting atau diperkirakan tidak dapat mengikuti penelitian sehingga selesai.

Jumlah sampel subyek sebesar 2.600 didapat dengan menggunakan rumus sampel rancangan randomized clinical trial (RCT). Sampel dipilih dari populasi secara random (menggunakan daftar random yang telah disiapkan). Setiap pasien yang memenuhi kriteria dimasukkan dalam penelitian dan diberi perlakuan sesuai dengan daftar random yang telah disiapkan. Sampel dialokasikan menjadi dua kelompok dengan menggunakan permutasi random 10 blok, hal ini untuk mengurangi heterogenitas pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel yang akan diukur. Dengan demikian demikian setiap 10 subyek yang terekrut 5 subyek mendapatkan pil Valenor_2 dan 5 subyek mendapatkan Pil Postinor®_2.

Di beberapa senter keberadaan penelitian kontrasepsi darurat ini diinformasikan melalui pamflet, pengumuman, iklan maupun hotline sehingga calon subyek yang berminat akan menghubungi tim peneliti. Subyek yang berminat ingin menggunakan kontrasepsi darurat tersebut dilakukan skrining dan diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Apabila calon subyek lolos dari seleksi selanjutnya subyek diberikan KIE, konseling, penjelasan tentang penelitian ini, dan apabila subyek setuju untuk berpartisipasi dalam studi ini, maka subyek harus memberikan tanda persetujuan tertulis (informed-consent). Selanjutnya subyek mendapatkan nomor random obat, anamnesis awal dan pemeriksaan kesehatan secara umum dilakukan terhadap setiap subyek.

Cara minum pil adalah sebagai berikut: tablet pertama diminum dalam waktu kurang dari 72 jam setelah melakukan hubungan seksual tanpa proteksi dan diminum diklinik dibawah pengawasan provider yang telah dilatih untuk penelitian ini, selanjutnya tablet kedua diminum 12 jam kemudian setelah minum tablet pertama. Kunjungan ulang dilakukan pada satu minggu setelah minum pil dan satu bulan setelah minum pil. Setiap kunjungan ulang dilakukan pemeriksaan kesehatan, dan ditanyakan keluhan yang dialami subyek serta kesan-kesan dari penggunaan pil tersebut. Subyek diberi kartu harian untuk mencatat kejadian perdarahan yang mungkin timbul selama satu bulan selama mengikuti penelitian ini.

3. Analisis data

Untuk mengukur efektivitas dinilai dari angka kehamilan, untuk mengetahui keamanan dinilai dari : adanya keluhan atau efek samping berdasarkan evaluasi klinis, pola perdarahan, dinilai dari catatan pada kartu menstruasi, sedangkan untuk meengetahui bagaimana penerimaan dinilai dari pendapat dan kesan selama pemakaian. Untuk menguji hipotesa penelitian maka dilakukan analisis dengan uji statistik t-test, chi-square test, analisis

4

univariate untuk mengetahui karakteristik subyek dan untuk mengetahui komparabilitas antar kelompok digunakan analisis bivariate, dan software yang digunakan adalah SPSS-PC ver 11.5 (Chicago.IL)

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan subyek penelitian ini dimulai bulan Juni 2005 dan kunjungan ulang selesai pada bulan November 2006, dengan jumlah sampel sebanyak 2.600 subyek, sesuai dengan protokol penelitian. Jumlah sampel yang memenuhi syarat untuk dianalisis adalah 1.300 subyek kelompok pil Valenor_2 dan 1.300 subyek kelompok pil Postinor®_2.

Karakteristik subyek

Karakteristik latar belakang subyek yang dikumpulkan adalah umur, pekerjaan, pendidikan dan agama. Rata-rata umur subyek yang mendapatkan Valenor-2 adalah 30,9 tahun dengan standar deviasi + 6,3. Pemakaian cukup banyak pada kelompok umur 21-30 tahun (48,8 persen) dan 31-40 tahun (40,5 persen). Selanjutnya subyek yang mendapat perlakuan pil Postinor®_2 rata-rata umur subyek 30,4 tahun dengan standar deviasi + 6,3. Pemakaian cukup banyak pada kelompok umur 21-30 tahun (47,2 persen) dan 31-40 tahun (42,5 persen). Perbedaan umur tersebut secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,126 ).

Di samping umur subyek, karakteristik lain yang ditanyakan adalah tentang pekerjaan subyek, pendidikan dan agama. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kedua kelompok perlakuan (pil Valenor_2 dan pil Postinor®_2) sebagian besar pekerjaan responden pada kedua kelompok adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja (66 persen dan 64 persen). Apabila dilihat dari pendidikan subyek pada kedua kelompok sebagian besar berpendidikan SLTA (43 persen untuk pil Valenor_2 dan 44 persen untuk pil Postinor®_2). Selanjutnya subyek untuk kedua kelompok perlakuan sebagian besar beragama Islam (86 persen untuk pil Valenor_2 dan 87 persen untuk pil Postinor®_2)

Kondisi kesehatan umum

Sebelum mendapatkan pil Valenor-2 maupun pil Postinor®_2 beberapa pemeriksaan fisik dilakukan oleh provider sebagai skrining untuk calon subyek. Informasi yang dicatat pada saat rekrutmen antara lain: tinggi badan, berat badan, denyut nadi, tekanan darah, paritas, jumlah keguguran yang pernah dialami, riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat haid dan terakhir melakukan hubungan seksual. Informasi yang paling penting untuk diketahui adalah kapan subyek terakhir melakukan hubungan seksual, karena kontrasepsi darurat tersebut akan efektif apabila pil pertama diminum kurang dari 72 jam setelah melakukan hubungan seksual tanpa proteksi dan pil kedua harus diminum 12 jam berikutnya. Hasil pemeriksaan subyek menunjukkan bahwa kondisi kesehatan subyek secara umum pada awal mendapatkan pil dalam kondisi normal.

5

Jarak antara minum pil pertama dengan waktu hubungan seksual

Hasil analisis menunjukkan bahwa subyek minum pil pertama rata-rata dilakukan pada 2 hari dengan standar deviasi 0,8 hari setelah melakukan hubungan seksual dengan kata lain bahwa pil pertama rata-rata diminum pada 48 jam setelah hubungan seksual tanpa proteksi. Seperti diketahui bahwa wanita dalam satu siklus haid terdapat hari-hari subur dimana apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual probabilitas untuk menjadi hamil lebih besar. Waktu subur tersebut adalah ditengah antara dua siklus haid (antara hari ke 10 sampai ke 17). Pada penelitian ini subyek minum pil kontrasepsi darurat rata-rata pada hari ke 14 setelah haid baik pada kelompok Valenor_2 maupun kelompok pil Postinor®_2, tampak tidak ada perbedaan antara kedua kelompok (p=0,84). Hal ini menunjukkan bahwa subyek secara umum minum pil tersebut dalam kondisi masa subur.

Obat tersebut akan sangat efektif apabila diminum dengan aturan yang benar, dimana setelah minum obat pertama selanjutnya obat kedua diminum 12 jam setelah minum obat pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir keseluruhan subyek minum obat kedua sesuai dengan waktu yang ditentukan, yaitu 88 persen pada subyek Valenor_2 dan 87 persen pada Postinor®_2, minum pil ke dua tepat pada 12 jam setelah minum pil pertama.

Riwayat Obstetrik

Pada penelitian ini ditanyakan juga tentang riwayat obstetrik subyek yang meliputi jumlah anak yang dilahirkan dan riwayat keguguran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok Valenor-2 sebagian besar subyek mempunyai satu sampai dua anak yakni 66 persen, dan hanya enam persen subyek dalam penelitian ini yang belum mempunyai anak. Pada kelompok Postinor®_2 gambaran subyek tidak berbeda dimana subyek yang mempunyai satu sampai dua anak sebesar 66 persen, dan hanya 4 persen subyek yang belum mempunyai anak. Apabila dilihat dari riwayat obstetrik pengguna kontrasepsi darurat baik Valenor-2 maupun Postinor®_2, sebagian besar sudah memiliki anak antara satu sampai dua anak. Gambaran ini perlu mendapat perhatian dimana kemungkinan mereka yang menggunakan kontrasepsi darurat sebenarnya sudah tidak menginginkan anak lagi, tetapi mereka tidak mau menggunakan kontrasepsi yang reguler.

Apabila dilihat riwayat keguguran antara kelompok Valenor-2 dan kelompok Postinor®_2 tidak jauh berbeda. Baik untuk kelompok Valenor-2 maupun Postinor®_2, sebagian besar subyek yang mengikuti penelitian ini belum pernah mengalami keguguran (masing-masing adalah 89 persen dan 87 persen).

A. Efficacy

Pola haid Pada saat pengumpulan subyek ditanyakan tentang pola lamanya siklus haid, pola lamanya siklus haid wanita berkisar antara 21-35 hari. Hasil pengumpulan subyek pada kelompok Valenor-2 maupun Postinor®_2, sebagian besar mempunyai siklus haid normal yaitu antara 26-30 hari (masing-masing 95 persen dan 94 persen).

6

Setelah satu bulan mengikuti penelitian pola haid pada subyek menunjukkan gambaran sebagai berikut: baik pada subyek Valenor-2 dan Postinor®_2 sebagian besar haidnya normal (masing-masing 84 persen). Subyek yang mengalami siklus haid mundur baik Valenor-2 dan

Postinor®_2 sama yakni masing-masing enam persen; Sedangkan yang mengalami haid lebih lama, dan haid lebih sedikit, masing-masing kurang dari satu persen. Adapun yang mengalami bercak-bercak dan tidak teratur baik pada Valenor-2 maupun Postinor®_2 masing-masing sekitar satu persen. Namun demikian dijumpai juga subyek yang belum mendapatkan haid

baik pada kelompok Valenor-2 maupun Postinor®_2 meskipun persentasenya cukup kecil yaitu masing-masing sekitar tiga persen. (Tabel 1)

Apabila dilihat dari hasil tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa penggunaan kontrasepsi darurat mempengaruhi pola haid subyek, meskipun perubahan tersebut tidak terlalu dipermasalahkan bagi pemakainya. Keadaan ini kemungkinan karena pengaruh hormon yang ada dalam pil kontrasepsi darurat yang dosisnya cukup tinggi.

Keluhan

Kunjungan ulang dilakukan dua kali yaitu satu minggu setelah minum obat dan satu bulan setelah minum obat. Pada waktu kunjungan ulang tersebut subyek ditanya mengenai keluhan yang dialami selama menggunakan kontrasepsi darurat.

Subyek yang mengalami keluhan pada kunjungan ulang pertama (satu minggu) setelah menggunakan kontrasepsi darurat, baik pada kelompok Valenor-2 maupun kelompok Postinor®_2, tidak berbeda masing-masing adalah 14 persen dan 12 persen.

Tabel 1. Distribusi persentase pola haid/gangguan haid berdasarkan kartu haid menurut jenis obat yang diterima

Pola haidJenis obat

Valenor-2 Postinor1. Haid normal 83.5 84,1 2. Flek-flek 0.4 0,5 3. Belum haid 3.1 2,8 4. Siklus haid mundur 5,8 5,8 5. Siklus haid maju 5,6 5.9 6. Haid lebih lama 0.5 0.2 7. Haid lebih sedikit 0.2 0.2

Total 100,0 100,0

Tabel 2. Persentase subyek yang mempunyai keluhan, minum pil sesuai dengan aturan dan melakukan hubungan seksual menurut jenis obat yang diterima Keluhan

Jenis ObatValenor-2(n=1.300)

Postinor(n=1.300)

Ada keluhan pada kunjungan ulang pertama (1)Ya 14,4 12,2 Tidak 85,6 87,8

Ada keluhan pada kunjungan ulang kedua (2)Ya 5,5 5,4 Tidak 94,5 94,6

7

Keluhan tersebut akan berkurang sedikit demi sedikit dengan sendirinya, dengan berjalannya waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan yang dialami pada kunjungan ulang kedua berkurang dari 14 persen menjadi enam persen pada kelompok Valenor-2, dan dari 12 persen menjadi lima persen pada kelompok Postinor®_2. (Tabel 2)

Jenis keluhan yang dialami subyek selama menggunakan kontrasepsi darurat antara lain adalah mual-mual, gangguan siklus haid, pusing/sakit kepala, nyeri waktu haid, dan keluhan lainnya. Keluhan-keluhan tersebut juga akan berkurang dengan berjalan-nya waktu.(Tabel 3)Jenis keluhan yang paling banyak dialami oleh subyek adalah mual-mual, dan pusing atau

sakit kepala. Tetapi keluhan tersebut juga semakin berkurang dengan lamanya penggunaan obat tersebut.

Hasil tersebut sama seperti hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya dimana keluhan-keluhan yang dialami subyek akan berkurang dengan sendirinya dengan. berjalannya waktu. WHO(16)

B. Safety

Kehamilan

Indikasi terjadinya kehamilan ditentukan dengan hasil pemeriksaan HCG urine. Jika dari analisis kartu haid subyek sudah dinyatakan haid kembali maka subyek dinyatakan tidak hamil. Jika dari analisis kartu haid subyek belum mendapatkan haid dan pada akhir

Tabel 3. Distribusi persentase keluhan pada kunjungan ulang menurut jenis obat yang diterima

Jenis keluhan Jenis ObatValenor-2(n=1.300)

Postinor(n=1.300)

Jenis keluhan pada kunjungan ulang pertamaMual-mual 7,8 6,3Gangguan siklus haid 2,0 1,9 Pusing/sakit kepala 3,5 3,2Nyeri waktu haid 0,4 0,3Lainnya 0,7 0,5Tidak ada keluhan 85,6 87,8Jenis keluhan pada kunjungan ulang keduaMual-mual 1,6 1,6Gangguan siklus haid 1,5 2,0Pusing/sakit kepala 2,1 1,5Nyeri waktu haid 0,2 0,1Lainnya 0,2 0,2Tidak ada keluhan 94,5 94,6Total 100 100

8

kunjungan ulang masih belum mendapatkan haid maka dilakukan pemeriksaan HCG urine untuk meyakinkan bahwa subyek dalam keadaan tidak hamil.

Dari 2.600 subyek yang menjadi sampel penelitian ini, 366 subyek diantaranya setelah minum pil kontrasepsi darurat melakukan hubungan seksual dengan tidak menggunakan kondom. Untuk melihat efektivitas pil kontrasepsi darurat yang dipakai maka dalam analisis kehamilan, subyek yang melakukan hubungan seksual dengan tidak menggunakan kondom tidak diikutkan dalam analisis ini.

Hasil analisis menunjukkan bahwa 0,1 persen subyek Valenor-2 mengalami kehamilan setelah menggunakan obat selama satu bulan. Sedangkan pada pengguna Postinor®_2 yang mengalami kehamilan sebesar 0,3 persen. (Tabel 4)

Apabila dibandingkan penelitian terdahulu oleh WHO(16) tingkat

kegagalan sediaan levonorgestrel dosis ganda 0.75 mg pada penelitian ini lebih rendah yaitu 0.3 persen pada penelitian ini dan 1.8 persen pada hasil penelitian WHO.

C. Acceptability

Pendapat subyek tentang penggunaan pil kontrasepsi darurat ditanyakan pada akhir kunjungan. Subyek ditanya apakah subyek akan menganjurkan kepada teman atau kerabat untuk menggunakan kontrasepsi darurat, dan apakah subyek berkeinginan untuk menggunakan lagi kontrasepsi darurat.

a. Pendapat dan kesan penggunaan pil kontrasepsi darurat

Gambaran subyek tentang kesan penggunaan kontrasepsi darurat menunjukkan bahwa, baik pada kelompok Valenor-2 maupun kelompok Postinor®_2 tidak jauh berbeda. Subyek yang

menyatakan mudah penggu-naannya pada Valenor-2 ada 75,4 persen dan Postinor®_2 78,1 persen. (Tabel 5)

Tabel 4. Persentase kehamilan setelah penggunaan pil kontrasepsi darurat menurut jenis obat yang diterima

Kesan kehamilan Jenis ObatValenor-2 Postinor

1. Hamil 0,1 0,32. Tidak hamil 99,9 99,7Total 100,00 100,00Uji statistik p=0.310

Tabel 5. Distribusi persentase kesan yang disukai subyek dalam menggunakan Pil kontrasepsi darurat menurut obat yang diterima

Kesan pemakaian Jenis ObatValenor-2 (n=1.300)

Postinor (n=1.300)

1. Biasa saja 15,7 13,92. Mudah penggunaannya 75,4 78,13. Efek samping sedikit 8,4 7,74. Lainnya 0,5 0,3Total 100,0 100,0Uji statistik p=0.41 9

b. Anjuran penggunaan pil kontrasepsi darurat

Pada bagian lain subyek ditanya tentang anjuran pemakaian pil kontrasepsi darurat pada teman atau kerabat. Pada tabel 6, menunjukkan bahwa dari subyek yang mendapatkan perlakuan nampak proporsi yang menyatakan akan menganjurkan pakai kontrasepsi darurat pada kelompok Valenor-2 sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kelompok Postinor®_2, yakni 77,2 persen berbanding 79,4 persen. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa,

sebagian besar subyek yang mengikuti penelitian ini akan menganjurkan penggunaan kontrasepsi darurat kepada kerabat maupun teman. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya KIE dan konseling secara luas mengenai cara-cara penggunaan kontrasepsi darurat ini dengan tepat dan benar agar

penggunaan kontrasepsi darurat tersebut lebih efektif dan efisien. Dalam pemasaran kontrasepsi darurat dimasa mendatang perlu adanya pengawasan secara lebih baik, untuk menghindari penyalah gunaan pil kontrasepsi darurat tersebut, sangat diperlukan KIE

c. Keinginan memakai lagi pil kontrasepsi darurat

Pemakaian kontrasepsi darurat ini sifatnya adalah sementara dan dalam keadaan darurat, sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan secara terus menerus. Pada penelitian ini juga ditanyakan pendapat subyek mengenai keinginan untuk memakai lagi kontrasepsi darurat.

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari kelompok subyek yang mendapat perlakuan ternyata kelompok Valenor-2 sebesar 78,3 persen dan 78,0 persen kelompok Postinor®_2 menyatakan masih ingin memakai lagi kontrasepsi darurat kembali. Hasil analisis menunjukkan bahwa ternyata masih banyak subyek yang ingin menggunakan kembali kontrasepsi darurat kembali.

Tabel 6. Distribusi persentase subyek menganjurkan penggunaan pil kontrasepsi darurat menurut obat yang diterimaMenganjurkan pemakaian

Jenis ObatValenor-2 (n=1.300)

Postinor (n=1.300)

1. Akan menganjurkan 77,2 79,32. Tidak menganjurkan 9,5 6,43. Ragu-ragu 13,3 14,3Total 100,0 100,0Uji statistik p=0.011

Tabel 7. Distribusi persentase subyek yang berkeinginan memakai pil kontrasepsi darurat lagi menurut obat yang diterimaMenganjurkan pemakaian

Jenis ObatValenor-2 (n=1.300)

Postinor (n=1.300)

1. Ya ingin pakai lagi 78,3 78,02. Tidak ingin pakai lagi 9,2 8,73. Ragu-ragu 12,5 13,3Total 100,0 100,0Uji statistik p=0.748

10

Mengingat kontrasepsi darurat bukan merupakan kontrasepsi KB reguler yang bisa diminum setiap kali, maka perlu adanya konseling yang jelas dan benar kepada calon pengguna. Perlu dijelaskan kepada calon pengguna tersebut bahwa kontrasepsi darurat tidak boleh dipakai secara terus menerus. Kontrasepsi darurat ini hanya bisa digunakan dalam keadaan darurat, dan setelah penggunaan kontrasepsi darurat tersebut harus diikuti pemakaian kontrasepsi yang regular. Informasi tersebut sangat diperlukan oleh masyarakat untuk menghindari penyalah gunaan obat tersebut.

PEMBAHASAN

Persentase wanita kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya tetapi tidak pakai kontrasepsi (unmetneed) masih cukup tinggi yaitu berkisar 9,1 persen (SDKI, 2007). Apabila terjadi kehamilan pada wanita tersebut maka akan menimbulkan masalah, karena kehamilannya tidak diinginkan. Demikian juga dengan kehamilan akibat kegagalan pemakaian kontrasepsi. Seperti diketahui bahwa tidak ada satu pun kontrasepsi yang bebas dari kegagalan, apalagi cara penggunaan yang tidak benar dan tidak tertib maka kemungkinan menjadi hamil akan lebih tinggi.

Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki akan menjadi masalah bagi yang bersangkutan dan mungkin timbul upaya untuk melakukan abortus. Semua kehamilan yang tidak diinginkan dapat dicegah atau dikurangi seandainya wanita tersebut menggunakan kontrasepsi darurat kontrasepsi darurat.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa latar belakang sosial ekonomi subyek yang mencakup pekerjaan, pendidikan, dan agama dari kedua kelompok perlakuan pengguna pil kontrasepsi darurat Valenor-2 dan Postinor®_2 adalah sama dan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p > 0.05). Begitu pula faktor umur dan kesehatan umum dari subyek ( meliputi berat badan, tekanan darah, dan denyut nadi) kedua kelompok pada saat rekruitem mempunyai gambaran tidak berbeda baik secara klinis maupun secara statistik (p > 0.05). Pola haid subyek pada kedua kelompok pada saat rekrutmen menunjukkan pola yang sama dan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0.05).

Riwayat Obstetri yang meliputi jumlah anak, pengalaman keguguran dan pengalaman pemakaian kontrasepsi, menunjukkan bahwa jumlah anak yang pernah dilahirkan pada kelompok Valenor-2 dan kelompok Postinor®_2 tampak adanya perbedaan dan secara statistik bermakna (p =0.02). Sedangkan untuk pengalaman keguguran dan kontrasepsi yang pernah dipakai antara kedua kelompok menunjukkan gambaran yang hampir sama dan bedanya tidak bermakna (p > 0.05). Dapat dikatakan bahwa karakteristik subyek dalam hal sosial demografi, kesehatan umum, dan riwayat obstetrik pada saat rekruitmen hampir sama antara kelompok Valenor-2 dan kelompok Postinor.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 2.600 wanita yang menjadi sampel penelitian ini, setelah satu bulan pemakaian terjadi kehamilan sebanyak 6 subyek. Pada protokol dijelaskan

11

bahwa setelah mendapatkan pil kontrasepsi darurat dan selama satu bulan setelah pemakaian, subyek diperbolehkan melakukan hubungan seksual tetapi harus menggunakan kondom. Pada kasus kehamilan yang terjadi ternyata dua dari 6 kehamilan tersebut, subyek dalam melakukan hubungan seksual tidak menggunakan kondom. Selanjutnya dalam analisis efesiensi kedua subyek tersebut tidak dimasukkan dalam analisis, mengingat bahwa kehamilan yang terjadi tersebut tidak diketahui apakah kehamilan tersebut terjadi akibat hubungan seksual sebelum menggunakan pil kontrasepsi darurat atau setelah menggunakan pil kontrasepsi darurat.

Persentase kehamilan pada kelompok Valenor-2 lebih rendah dari kelompok Postinor, yakni 0.1 persen berbanding 0.3 persen, namun secara statistik tidak perbedaannya tidak bermakna (p=0.37), Relative Risk 1,51 (0.86<RR< 2.67) Taylor series 95 % confidence limit untuk RR.

Perbedaan tingkat kehamilan antar percobaan menjadi bias, karena angka sesungguhnya tergantung pada jumlah sampel yang diambil. Disamping itu kriteria yang ditentukan juga bervariasi dan karakter subyek juga mempengaruhi hasil penelitian. Dalam penelitian ini belum dilakukan analisa stratifikasi mengenai waktu pemakaian pil kontrasepsi darurat kurang dari 120 jam dan juga waktu masa subur subyek.

Subyek sebagian besar mengungkapkan tidak ada keluhan tentang gangguan haid (94 persen), sedangkan keluhan yang banyak disampaikan pada pemakai pil Valenor-2 adalah adanya spotting dan perdarahan yang tidak teratur (masing-masing 1 persen). Pola haid jika dilihat dari kartu menstruasi 84 persen menstruasinya normal. Siklus haid lebih cepat dan lebih lambat atau siklus haid maju dan siklus haid mundur masing-masing 6 persen, subyek yang mengungkapkan belum ahid ada 3 persen. Pemakai Valenor-2 dan Postinor proporsinya sama, sehingga disimpulkan bahwa gangguan haid antara penggunaan pil Valenor-2 dengan pil Postinor tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna antara Pil Valenor-2 dan Postinor.

Hasil studi yang dilakukan oleh WHO(16) menunjukkan bahwa perdarahan pada 7 hari pertama lebih sering terjadi pada kelompok levonorgestrel. Berdasarkan hasil studi tersebut menunjukkan bahwa perdarahan yang bukan mestruasi lebih sering terjadi pada kelompok levonorgestrel. Studi tersebut juga menyatakan bahwa separuh wanita yang ikut dalam penelitian ini mempunya siklus haid lebih cepat dari siklus yang biasanya dialami yaitu kurang lebih maju dua hari.

Keluhan mengenai efek samping akibat penggunaan obat kontrasepsi darurat ini menurun dengan berjalannya waktu, tampak bahwa pada kunjungan kedua atau satu bulan setelah pemakaian pil mual-mual menurun menjadi 2 persen, sakit kepala/pusing 2 persen, gangguan haid turun menjadi 1,5 persen. Sehingga tampak bahwa Pil Valenor-2 keamanannya sama dengan kontrasepsi darurat lain yang sudah ada terlebih dahulu. Keadaan ini hampir sama dengan studi yang dilakukan oleh WHO(16) dimana efek samping yang dialami oleh subyek secara keseluruhan sangat rendah. Hasil studi yang dilakukan WHO menyatakan bahwa efek samping jarang terjadi pada wanita yang menggunakan levonorgestrel, dan cenderung kejadian efek samping tersebut sangat kecil. Sebagaimana hasil yang diperoleh dari

12

percobaan yang dilakukan oleh WHO antara lain terdiri dari mual-mual antara 1,4 persen sampai 5 persen.(16)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil dan temuan yang diperoleh di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik latar belakang subyek untuk kedua kelompok perlakuan kelompok Valenor-2 dan kelompok Postinor adalah sama.

2. Keluhan yang terjadi pada pemakai pil kontrasepsi darurat Valenor-2 sama dengan pemakai Postinor®_2. Keluhan yang paling banyak dirasakan oleh subyek adalah mual-mual, pusing/sakit kepala dan gangguan haid. Keluhan terjadi baik pada kelompok Valenor-2 maupun Postinor®_2 dan tidak ada perbedaan antara keduanya.

3. Berdasarkan catatan kartu haid sebagian besar subyek mempunyai pola haid normal seperti sebelum menggunakan pil kontrasepsi darurat, namun ada sebagian yang mengalami haid tidak teratur antara lain : siklus haid maju dan siklus haid mundur. Pola haid pada kelompok Valenor-2 dan Postinor®_2 tidak ada perbedaan.

4. Pil kontrasepsi darurat Valenor-2 sama efektifnya dengan Postinor dalam mencegah kehamilan. Persentase kegagalan pemakaian pil kontrasepsi darurat Valenor-2 0,16 persen dan Postinor®_2 0,32. Namun secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok.

5. Pendapat subyek tentang kesan yang disukai dari penggunaan pil kontrasepsi darurat, 8 diantara 10 subyek menyatakan mudah cara pemakaiannya. Sedangkan kesan yang tidak disukai dari pil kontrasepsi darurat adalah efek sampingnya banyak dan adanya gangguan haid, namun sebagian besar menyatakan menyukai.

6. Sikap subyek tentang penggunaan pil kontrasepsi darurat terhadap teman atau kerabat, 8 diantara 10 subyek menyatakan akan menganjurkan kepada teman untuk menggunakan kontrasepsi tersebut.

7. Delapan diantara 10 subyek menyatakan berkeinginan lagi untuk menggunakan pil kontrasepsi darurat.

Saran-saran:

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dengan menyediakan kontrasepsi darurat diharapkan akan dapat berpengaruh pada angka kematian ibu maupun kejadian aborsi, bahkan akan meningkatkan penggunaan kontrasepsi reguler.

2. Mengingat kontrasepsi darurat tersebut masih belum banyak diketahui oleh wanita usia subur, maka untuk pemasaran obat kontrasepsi darurat perlu didukung dengan KIE yang lengkap, benar dan secara luas.

13

3. Kontrasepsi darurat bukan merupakan obat kontrasepsi reguler, maka dalam rangka meningkatkan akses perempuan terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi darurat yang berkompeten hendaknya melakukan tindak lanjut dengan mempersiapkan materi KIE bagi provider dan masyarakat.

4. Informasi dan KIE mengenai kontrasepsi darurat perlu disebarluaskan, karena ada persepsi yang salah dari subyek tentang penggunaan kontrasepsi darurat.

5. Untuk menghindari terjadinya penyalah gunaan kontrasepsi darurat, obat kontrasepsi tersebut pelayanannya hanya diberikan melalui provider dan bila diperoleh melalui apotik harus dengan menggunakan resep dokter.

6. Informasi tentang kontrasepsi darurat agar dapat dimasukkan dalam setiap pelatihan medis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ellerston C. Research in Emergency Contraception. South to South Newsletter 1994; 4: 1-5.

2. Ellerston C. History and Efficacy Emergency Contraception: Beyond Coca Cola: International Family Planning Perspectives 1996; 22: 52-6.

3. Haspils A. Emergency Contraception: A Review, MOGI 1996; 20 (S2): 61-4.4. Szczurrowicsz A, Witczak A. Clinical Evaluation of Postinor. Development of

Gynaecology and Obstetrics, Kielce, 1990.5. Kayika IPG. Kontrasepsi Emergensi, Sari Pustaka. Bagian Obstetri dan Ginekologi

FKUI Jakarta, 1995.6. Seregely G. Results of Multicentre Trial of Postinor. Therapia Hungarica Hung Med J

1982; 30: 72-8.7. Farkas M, Apro G, Sas M. Clinico- pharmacological Examination of Postinor. Ther

Hung 1981; 29: 22-30.8. Yuspe A, Lancee W Ethinylestradiol and dl-norgestrel as a poscoital contraceptive.

Vertility and Sterility, 1977; 28:932-69. Seregely G. Postinor tablet – Training Manual. Chemical Works of Gedeon Richter

Ltd Clinical Research Budapest Hungary 1993.10. Munandar. Usulan Penelitian: Tingkat Penerimaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Pelepasan Levonorgestrel. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI 1993.11. Nirapathpongporn A, Antarikanonda P. Poscoital Contraception with 0.75 mg

levonorgestrel (Valenor-2)in Thai Woman. Population and Community Development Assosiation. Thailand.

12. Joseph F.L. Statistical Methods for Rates and Proporstions.John Wiley and Sons, New York 1981.p. 42,274.

13. Ho PC, Kwan MSW, A pi Ospective Randomized comparison of levonorgestrel with the Yuzpe regiment in poscoital contraception . Human Reproduction 1993; 8: 389-92

14. Hatcher R. Contraceptive Technology, 161h Edition, Irvington. New York., 1994.15. Chi IC The progestin-Only Pills and the Levonorgestrel-Releasing IUD: Two

Progestin-Only Contraceptives. Clin Obs Gynecol 1995; 38:872-89.

14

16. Helena Von Hertzen, et al, Low dose mifepristone and two regimens of levonorgestrel for emergency contraception: a WHO multicentre randomized trial, The Lancet, Vol. 360, December 7, 2002.

17. Helena Von Hertzen and Paul Van Look, Randomised controlled trial of levonorgestrel versus the Yuzpe regimen of combined oral contraceptives for emergency contraception, The Lancet Vol 352, August 8, 1998.

18. Emergency Contraceptive Pills: Medical and Service Delivery Guidelines, International Consortium for Emergency Contraception, Second Edition, 2004.

19. Sastroasmoro S, Ismael S, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Binarupa Aksara Jakarta, 1995.

20. Kubba A, Guillebaud J. Combined Oral Contraceptives: Acceptability and Effective use. British Med. Bulletine 1993; 49: 140-57

15