KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

68
KONSEP NYERI PADA ANAK A. Anatomi Fisiologi Sistem Integumen 1. Anatomi Kulit Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas. Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Berikut ini adalah bagian-bagian dari sistem integument (Mutaqqin & Kumala, 2011). : 1

description

KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Transcript of KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Page 1: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

KONSEP NYERI PADA ANAK

A. Anatomi Fisiologi Sistem Integumen

1. Anatomi Kulit

Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut

sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.

Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar

(keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal

atau lingkungan eksternal). Berikut ini adalah bagian-bagian dari sistem integument

(Mutaqqin & Kumala, 2011). :

a. Epidermis

Epidermis sering kita sebut sebagai kulit luar. Epidermis merupakan lapisan teratas

pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda : 400-600 μm untuk

kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis

1

Page 2: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

(kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel,

epidermis juga tersusun atas lapisan:

Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.

Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit

menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan

hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte

stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis

yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan

rambut, semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar

orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada

orang yang berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam

jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan

bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Melanin diyakini dapat

menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap

efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.

• Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,

yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan

antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan

penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans

terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau

mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun.

Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-

sel kulit displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan

dengan saraf-sarah simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara

sistem saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit.

Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan rangsang

simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans, mengurangi

kemampuannya mencegah kanker.

• Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan

berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

• Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam

sebagai berikut:

2

Page 3: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

- Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan

sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar

dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur

sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling

melekat erat.

- Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis

yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum

terdiri dari protein eleidin.

- Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang

sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat

granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja

sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta

menyediakan efek pelindung pada kulit.

- Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale.

Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada

sajian mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri

yang disebut spina dan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya

terdapat fibril sebagai intercellular bridge.Sel-sel spinosum saling terikat

dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan

kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan

demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi

mengalami gesekan seperti telapak kaki.

- Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada

epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal , berbentuk silindris

dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basile ini terdapat

sel-sel mitosis.

b. Dermis

Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis.

Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit

dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang

3

Page 4: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah

punggung.

Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum

papilare dan stratum reticular.

1) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas

jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag,

dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis

berada langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas

yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari

jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf

, kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam

hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi

protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan).

Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis,

pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit.

2) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas

jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).

c. Hipodermis atau Subkutan

Jaringan Subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit yang paling dalam.

Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara

lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Banyak mengandung

pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat gulungan kelenjar

keringat dan dasar dari folikel rambut. Jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit,

perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas tubuh. Lemak atau gajih akan

bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, dan secara parsial

menyebabkan perbedaan bentuk tubuh laki-laki dengan perempuan. Makan yang

berlebihan akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringan

subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam

pengaturan suhu tubuh. Tidak seperti epidermis dan dermis, batas dermis dengan

lapisan ini tidak jelas. Pada bagian yang banyak bergerak jaringan hipodermis

kurang, pada bagian yan melapisi otot atau tulang mengandung anyaman serabut

4

Page 5: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

yang kuat. Pada area tertentu yng berfungsi sebagai bantalan (payudara dan tumit)

terdapat lapisan sel-sel lemak yang tipis. Distribusi lemak pada lapisan ini banyak

berperan dalam pembentukan bentuk tubuh terutama pada wanita.

2. Fungsi Sistem Integumen

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis

tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,

ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan  pembentukan

vitamin D.

a. Fungsi proteksi

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu

berikut:

Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat

kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan

erat seperti batu bata di permukaan kulit.

Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan

dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh

melalui kulit.         

Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut

dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh

bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi

keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang

mampu menghambat pertumbuhan mikroba.

Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada

stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di

sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar

matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila

terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.

Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang

pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap

5

Page 6: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba

yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.

b. Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti

vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida.

Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air

memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu

beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri.

Beberapa obat  juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga

mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat

peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,

hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat

berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi

lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara

kelenjar.

c. Fungsi ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar

eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

- Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut

dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum

dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar

sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan

kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol,

protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan

bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.

- Kelenjar keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat

keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang

yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat

tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain

mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk

6

Page 7: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil

pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua jenis kelenjar

keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.

Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan

pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang

kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika

ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel

yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar

keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan

sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar.

Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan

dan kaki. Sekretnya mengandung  air, elektrolit, nutrien organik, dan

sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari

kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan,

mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing

dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan

dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.

d. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis

dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang

terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan

terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di

epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di

epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah

yang erotik.

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui

dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh

kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam

jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga

panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah,

7

Page 8: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh

darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

f. Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi

kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu

memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang

aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium

makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.

Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum

memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D

sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula

mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan

otot-otot di bawah kulit.

B. Definisi Nyeri

International Association for Study of Pain (IASP), menyatakan bahwa nyeri

adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait

dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi

terjadinya kerusakan (James & Ashwill, 2007).

Berman, Snyder, Kozier, dan Erb (2009) menyatakan bahwa nyeri adalah sensasi

yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan

orang lain.

C. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi (Berman, Snyder,

Kozier, &Erb, 2009), sebagai berikut:

1. Berdasarkan Lama/Durasinya

a. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan selama periode penyembuhan yang

diharapkan, baik yang awitannya tiba-tiba atau yang lambat dan tanpa

memerhatikan intensitasnya. Nyeri akut pada anak, contohnya: nyeri tindakan

invasive, nyeri pasca operasi, sakit kepala, sakit perut , dan lainnya.

8

Page 9: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung berkepanjangan, biasanya nyeri

berulang atau menetap sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi

tubuh. Contoh nyeri akut pada anak antara lain nyeri kanker dan nyeri sedasi

perawatan akhir hidup.

2. Berdasarkan Sumbernya

a. Nyeri Kutaneus/ Superfisial, yaitu nyeri yang berasal dari kulit atau jaringan

subkutan, contohnya: luka akibat teriris kertas yang menimbulkan nyeri tajam

dengan sedikit rasa terbakar.

b. Nyeri Somatik Dalam, yaitu nyeri yang berasal dari ligament, pembuluh darah,

tulang, tendon dan syaraf. Nyeri menyebar dan cenderung berlangsung lebih

lama dibandingkan nyeri kutaneus, contohnya adalah nyeri pergelangan kaki

yang terkilir.

c. Nyeri Viseral, nyeri yang dihasilkan dari stimulasi reseptor nyeri dalam rongga

abdomen, cranium dan thorak. Nyeri viseral seringkali disebabkan karena

spasme otot, iskemia, atau regangan jaringan. Obstruksi usus akan

mengakibatkan nyeri viseral.

3. Berdasarkan Lokasi/Letak

a. Nyeri Radiasi

Nyeri radiasi adalah nyeri yang menyebar, dirasakan pada tempat sumber nyeri

dan menyebar ke jaringan sekitarnya, contohnya nyeri jantung mungkin tidak

hanya dirasakan di bagian dada namun menyebar ke sepanjang bahu kiri dan

turun ke lengan.

b. Nyeri Alih (Referred Pain)

Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari jaringan yang menyebabkan

nyeri. Nyeri alih contohnya yaitu nyeri bagian visera abdomen yang dirasakan

didaerah kulit yang jauh dari organ penyebab nyeri.

c. Nyeri yang Tidak dapat Dilacak (Intractable Pain)

Nyeri yang tidak dapat dilacak adalah nyeri yang sulit diatasi, misalnya nyeri

pada keganasan tingkat lanjut/ kanker maligna.

d. Nyeri Neuropatik

9

Page 10: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat atau tepi. Nyeri

neuropatik berlangsung lama, tidak menyenangkan, dan dapat digambarkan

sebagai rasa terbakar, tumpul, dan gatal; nyeri tajam, seperti ditembak dapat

juga dirasakan.

e. Nyeri Phantom

Nyeri phantom adalah sensasi yang sangat menyakitkan yang dirasa pada

bagian tubuh yang hilang (mis. kaki yang diamputasi) atau yang mengalami

paralisis karena cedera medulla spinalis. Nyeri neuropatik dapat dibedakan dari

sensasi phantom yaitu perasaan bahwa bagian tubuh yang hilang masih tetap

ada.

4. Berdasarkan Penyebab/ Etiologi:

a. Nyeri Fisik

Nyeri fisik adalah nyeri yang bisa terjadi karena stimulus fisik (mis. fraktur

femur).

b. Nyeri Psycogenic

Nyeri psycogenic terjadi karena sebab yang kurang jelas/sulit diidentifikasi,

bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari (mis. seseorang yang

marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya).

Nyeri mungkin saja disebabkan oleh perpaduan kedua etiologi. 

D. Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang

paling baik untuk memahami pengalaman nyeri adalah memahami tiga komponen

fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri

mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf memasuki medulla

spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam

massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-

sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau

ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus mencapai korteks

cerebral, maka otak menginterprelasikan kualilas nyeri dan memproses informasi

10

Page 11: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya

mempersepsikan nyeri (Potter dan Perry, 2006).

1. Reseptor Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung

syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara

potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor

nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf

perifer. Berdasarkan letaknya, nosireceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa

bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada

daerah visceral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga

memiliki sensasi yang berbeda. Impuls saraf yang dihasilkan oleh stimulus nyeri

menyebar di sepanjang saraf perifer aferen (Potter dan Perry, 2006). Ada dua tipe

serabut saraf perifer yang mengonduksi stimulus nyeri yaitu:

a. Serabut A-delta, merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30

m/det), bermielinasi, dan mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas

melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut ini

menghantarkan cedera akut dengan segera (Potter dan Perry, 2006; Tamsuri,

2007).

b. Serabut C, merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) ,

tidak bermielinasi, berukuran kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk,

viseral, dan terus-menerus, terdapat pada daerah yang lebih dalam serta nyeri

biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik

dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf,

otot, dan jaringan penyangga lainnya, karena struktur reseptornya komplek, nyeri

yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri

jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti

jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini

biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap

penekanan, iskemia dan inflamasi (Potter dan Perry, 2006; Tamsuri, 2007).

11

Page 12: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Ketika serabut C dan serabut A-delta mentransmisikan impuls dari serabut

saraf perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang mengaktikan atau

membuat peka terhadap respon nyeri, misalnya kalium dan prostaglandin dilepaskan

ketika sel-sel lokal mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut

disepanjang serabut saraf aferen sampai transmisi tersebut berakhir di bagian kornu

dorsalis, neurotransmitter seperti substansi P dilepaskan, sehingga menyebabkan suatu

transmisi sinapsis dari saraf perifer (sensori) ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini

memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat

Tubuh mampu menyesuaikan diri atau memvariasikan resepsi nyeri seiring dengan

transmisi stimulus nyeri. Terdapat serabut-serabut saraf di traktus spinotalamus yang

berakhir di otak tengah, menstimulasi daerah tersebut untuk mengirim stimulus

kembali ke bawah kornu dorsalis di medulla spinalis. Serabut ini disebut sistem nyeri

desenden, yang bekerja dengan melepaskan neuroregulator yang menghambat transmisi

stimulus nyeri (Potter dan Perry, 2006).

2. Neuroregulator

Neuroregulator atau substansi yang mempengaruhi transmisi stimulus saraf

memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri. Substansi ini

ditemukan di lokasi nosiseptor, di terminal saraf di dalam kornu dorsalis pada medulla

spinalis. Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok, yakni neurotransmitter dan

neuromodulator. Neutransmitter, misalnya substansi P mengirim impuls fisik melewati

celah sinaps di antara dua serabut. Serabut saraf tersebut adalah serabut eksitator atau

inhibitor. Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau

memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung mentransfer tanda saraf

melalui sinaps. Neuromodulator diyakini tidak bekerja secara langsung, yakni dengan

meningkatkan dan menurunkan efek neurotransmitter tertentu. Endorphin merupakan

salah satu contoh neuromodulator. Terapi farmakologis untuk nyeri secara luas

berdasarkan pada pengaruh obat-obat yang dipilih pada neuregulator (Potter & Perry.

2006).

a. Neurotransmitter

1) Substansi P, terdapat di neuron di kornu dorsalis, dibutuhkan untuk

menstransmisi impuls nyeri dari perifer ke pusat otak yang lebih tinggi,

menyebabkan vasodilatasi dan edema.

12

Page 13: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

2) Serotonin, dilepas dari batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat

transmisi nyeri.

3) Prostaglandin, dihasilkan dari pemecahan fosfolipid dalam membran sel dan

diyakini meningkatkan sensitivitas nyeri.

b. Neuromodulator

1) Endorfin dan Dinorfin, merupakan suplai alamiah tubuh yang berupa

substansi seperti morfin; diaktifkan oleh stress dan nyeri; dilokalisasi di dalam

otak, medulla spinalis, dan saluran pencernaan; memberikan efek analgesia

apabila agens ini menyatu dengan reseptor opiat di otak; serta terdapat dalam

kadar yang lebih tinggi pada individu yang tidak terlalu merasa nyeri

dibandingkan yang lain dengan cedera yang sama.

2) Bradikinin, dilepas dari plasma yang keluar dari pembuluh darah di jaringan

sekitar pada lokasi cedera jaringan, terikat pada reseptor pada saraf perifer,

meningkatkan stimulus nyeri, dan terikat pada sel-sel yang menyebabkan reaksi

rantai yang menghasilkan prostaglandin.

13

Page 14: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Sumber: Potts & Mandleco (2012)

E. Teori Nyeri

A. Gate Control Theory (Teori Pengontrolan Nyeri)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa

impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang

sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel-sel gelatinosa

substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, thalamus, dan system

limbik. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya

menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol

desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan

substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu,

terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang

melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal

dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Mekanisme

penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien

dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila

14

Page 15: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan

membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Apabila

impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak

yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti

endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.

Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat

pelepasan substansi P. Tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo

merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter & Perry, 2006).

B. The Specificity Theory (Teori pemisahan)

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh

melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra peraba bersifat spesifik,

artinya bahwa saraf sensoris dingin hanya dapat dirangsang oleh sensasi dingin,

bukan oleh panas dan begitu pula dengan saraf sensoris lainnya. Ada dua tipe

serabut saraf yang menghantarkan stimulus nyeri yaitu serabut saraf tipe delta A

dan serabut saraf tipe C. Teori ini mengatakan timbulnya sensasi nyeri

berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung saraf bebas oleh perubahan mekanik,

rangsangan kimia, atau temperature yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa

oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri

thalamus.

C. Teori Transmisi dan Inhibisi

Stimulus pada nociceptor memulai impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls

nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Inhibisi impuls nyeri

menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok

impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.

F. Prinsip Pengkajian Nyeri

Respon anak terhadap nyeri mengikuti pola perkembangan dan dipengaruhi

temparemen, kemampuan koping, dan pajanan terhadap nyeri dan prosedur yang

menyakitkan sebelumnya. Pengkajian nyeri perlu menggunakan berbagai strategi

15

Page 16: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

pengkajian untuk membantu dalam memperoleh hasil pengkajian nyeri yang lebih

akurat. Strategi-strategi ini termasuk menanyakan anak (dengan kata-kata yang sesuai

tingkat perkembangan kognitif dan bahasa) dan orang tua, pengamatan perilaku dan

respon psikologik, serta penggunaan skala nyeri (Kathlellen, 2008).

Pengkajian nyeri pada anak yang menyeluruh dan akurat adalah kunci untuk

menentukan intervensi nyeri yang baik dan efektif (Potts & Mandleco, 2012).

Pengkajian nyeri terdiri dari 2 komponen utama yaitu riwayat nyeri untuk mendapatkan

data klien dan observasi langsung terhadap respons perilaku dan psikologis klien

(Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2009). Hockenberry & Wilson (2009) menyatakan

bahwa terdapat tiga tipe pengukuran nyeri yang telah dikembangkan untuk

mengukur/menilai nyeri pada anak, yaitu behavioral measures, physiologic measures,

and self report measures, yang penerapannya bergantung pada kemampuan kognitif

dan bahasa anak.

1. Wawancara Nyeri dan Riwayat Nyeri

Pengkajian awal nyeri pada anak meliputi riwayat nyeri dan informasi

komprehensif tentang pengalaman nyeri anak pada masa lalu, strategi perawatan,

dan segala sesuatu yang disukai anak. Perawat perlu menanyakan kepada anak dan

pengasuh anak (mis. orangtua) tentang intervensi dan strategi koping yang telah

berhasil membantu di masa lalu. Pengkajian nyeri meliputi PQRST (presence of

pain, quality, radiation, severity, timing) yang dilakukan oleh perawat dengan cara

mewawancarai kedua orang tua (atau primary care provider) dan anak (Tabel 1),

dan kemudian anak diberi kesempatan untuk menggambarkan dan menilai rasa

nyerinya dengan menggunakan skala pengukuran nyeri. Pada anak-anak yang

secara perkembangan kognitif belum mampu menggambarkan atau

mengungkapkan nyeri yang dirasakannya, perawat melakukan pengkajian kepada

orangtuanya. Informasi yang diberikan orang tua harus dihargai sebagai jawaban

klien (Tabel 2). Pengkajian nyeri secara sistematis untuk memperoleh riwayat nyeri

akan menunjukkan penilaian yang lebih komprehensif (Potts & Mandleco, 2012).

Tabel 1. Format Pengkajian Nyeri: PQRST

Pengkajian Nyeri: PQRST

16

Page 17: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

P-presence of pain

adanya nyeri: "Apakah kamu merasa sakit/nyeri hari ini?"

Q-quality : kualitas: "Apa kata yang menggambarkan rasa sakit/ nyeri kamu?"(mis. tajam, membakar, kesemutan, dll)

R-radiation : radiasi atau lokasi: "Dimana rasa sakit/nyeri kamu? Apakah nyerinya hanya disitu atau menyebar di tempat lain?"

S-severity : keparahan: "Berikan saya nomor antara 0-10 untuk menunjukkan nyeri kamu."

T-timing: waktu: "? Sudah berapa lama kamu merasakan rasa nyeri ini. Berapa lama rasa nyeri itu kamu rasakan setiap kali nyeri itu datang?"

Sumber: Potts & Mandleco, 2012

Tabel 2. Pertanyaan Riwayat Nyeri

Pertanyaan untuk Anak Pertanyaan untuk Orangtua

Ceritakan pada saya apa yang sakit/nyeri.

Kata-kata apa yang anak anda gunakan untuk menggambarkan rasa nyerinya?

Ceritakan pada saya tentang sakit yang pernah kamu rasakan sebelumnya.

Gambarkan rasa nyeri yang pernah dialami anak anda.

Kepada siapa kamu bercerita ketika kamu sakit?

Siapa yang anak anda beritahu ketika ia merasakan nyeri?

Apa yang kamu lakukan untuk dirimu ketika sakit?

Bagaimana anda tahu kapan anak anda sedang mengalami nyeri?

Apa yang kamu ingin orang lain lakukan untuk kamu ketika sakit?

Bagaimana biasanya anak anda bereaksi ketika dia merasa nyeri?

Apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan untuk kamu ketika sakit?

Apa yang anda lakukan untuk membantu anak anda ketika dia sedang nyeri?

Apa yang paling membantu untuk membuat sakit/ nyerimu pergi?

Apa yang anak anda lakukan untuk membantu dirinya sendiri ketika ia sedang nyeri?Apa cara yang terbaik untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri anak anda?

Apakah ada hal lain yang ingin kamu ceritakan pada saya tentang sakit yang pernah kamu alami? (Jika ya, jelaskan)

Apakah ada hal khusus yang anda ingin saya tahu tentang nyeri anak Anda? (jika ya, jelaskan)

Sumber: Potts & Mandleco, 2012

17

Page 18: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Pengkajian nyeri berdasarkan tingkat perkembangan (James & Ashwill,

2007) yaitu:

a. Neonatus dan bayi

- Biasanya menunjukkan perubahan dalam ekspresi wajah, termasuk

mengerutkan kening, menyeringai, alis berkerut, ekspresi terkejut, dan

wajah berkedip.

- Menunjukkan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung dan penurunan

saturasi oksigen.

- Bersuara tinggi, tegang, menangis keras

- Ekstremitas menunjukkan tremor

- Menemukan lokasi nyeri, memijat daerah tersebut dan menjaga bagiannya.

b. Toddler

- Menunjukkan dengan menangis keras

- Mampu menyampaikan secara verbal untuk menunjukkan

ketidaknyamanan seperti “Aduh”, “Sakit”.

- Mencoba untuk menunda prosedur karena dianggap menyakitkan

- Menunjukkan kegelisahan umum

- Menyentuh area yang sakit

- Lari dari perawat

c. Pra Sekolah

- Sakit dirasakan sebagai hukuman atas sesuatu yang mereka lakukan.

- Cenderung menangis

- Menggambarkan lokasi dan intensitas nyeri

- Menunjukkan regresi untuk perilaku sebelumnya, seperti kehilangan kontrol

- Menolak rasa sakit untuk menghindari kemungkinan diinjeksi

d. Sekolah

- Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri

- Menunjukkan postur tubuh kaku

- Menunjukkan penarikan

- Menunda untuk melakukan prosedur

e. Remaja

- Merasakan nyeri pada tingkat fisik, emosi, dan kognitif

18

Page 19: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

- Mengerti sebab dan efeknya

- Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri

- Meningkatkan ketegangan otot

- Menunjukkan penurunan aktivitas motorik

- Menyebutkan kata sakit atau berdebar untuk menjelaskan nyeri

2. Pengukuran Nyeri

Sejumlah cara penilaian nyeri telah dikembangkan untuk mengukur nyeri

pada anak. Pengukuran nyeri dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: pengukuran objektif

(objective measures) digunakan untuk mengobservasi skor parameter perilaku

(behavioral measures), atau fisiologis (physiologic measures), dan pengukuran

subjektif (subjective measures) yaitu laporan diri (self report measures) yang

digunakan agar anak dapat mengukur nyerinya (Hockenberry & Wilson, 2009;

Potts & Mandleco, 2012).

a. Pengukuran Objektif (Objective Measures)

1) Behavioral Measures

Pengkajian perilaku sangat berguna untuk mengukur nyeri pada bayi dan

anak preverbal yaitu anak yang belum memiliki kemampuan untuk

mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan, atau pada anak dengan gangguan

mental yang memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyampaikan

kalimat yang memiliki arti. Pengukuran ini bergantung pada observer

dalam mengamati dan merekam perilaku anak misalnya vokalisasi (suara),

ekspresi wajah, dan gerak tubuh yang menunjukkan ketidaknyamanan.

Pengukuran nyeri melalui pengamatan perilaku seringkali reliabel dalam

mengukur nyeri akut, nyeri dari prosedur yang tajam seperti injeksi dan

pungsi lumbar, namun kurang reliabel saat mengukur nyeri yang

berkepanjangan (Hockenberry & Wilson, 2009).

Terdapat beberapa skala pengkajian perilaku nyeri yang sering digunakan,

antara lain (James & Ashwill, 2007; Hockenberry & Wilson, 2009; Potts &

Mandleco, 2012):

a) FLACC Pain Assessment Tool

19

Page 20: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai

usia 2 bulan-7 tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total

0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut

adalah ekspresi muka (0-2), gerakan kaki (0-2), aktivitas (0-2),

menangis (0-2), kemampuan dihibur (0-2). Hasil skor perilakunya

adalah 0: untuk rileks dan nyaman, 1-3; nyeri ringan/ ketidaknyamanan

ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10 nyeri hebat/ ketidaknayamanan berat.

Sumber: Potts & Mandleco, 2012

b) The Children’s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 1-5

tahun. Skala ini terdiri dari 6 kategori dengan skor total 4 untuk tidak ada

nyeri dan 13 untuk nyeri hebat.

Item Perilaku Skor

20

Page 21: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Tangisan Tidak menangis Mengerang

Merintih

Menjerit

1 Anak tidak menangis.2 Anak mengerang atau

menangis tanpa suara.2 Anak menangis, tapi tangisan

lirih dan merengek.3 Anak menangis dengan

kekuatan penuh, menangis dengan diikuti keluhan atau tanpa keluhan.

Wajah Biasa Menyeringai Tersenyum

1 Eksprei wajah netral.2 Ekspresi tampak negatif.0 Ekspresi tersenyum.

UngkapanVerbal

Tak ada Keluhan lain

Keluhan nyeri Keluhan nyeri dan yang lainnya

Baik

1 Anak tidak bicara.1 Anak mengeluh, tapi tidak

disebabkan oleh nyeri (karena ingin bersma

ibu,atau karena haus).2 Anak mengeluh tentang

nyeri.2 Anak mengeluh tentang

nyeri disertai keluhan lain (ingin bertemu ibu atau yang lain).

0 Anak mengatakan hal positif tanpa mengeluh nyeri.

Gerakan Netral

Bergeser

Menguat Menggigil

Naik

Terbatasi

1 Badan tampak istirahat, tidak aktif.

2 Badan tampak bergerak bergeser.

2 Badan tampak tegang dan kaku.

2 Badan tampak berguncang tak beraturan.

2 Badan anak berubah posisi ke atas.

2 Badan anak terbatasi.

Sentuhan Tidak tersentuh Meraih Menyentuh Memegang Terbatas

1 Anak tidak tersentuh atau terkena luka.

2 Anak meraih tetapi tak menyentuh luka..

2 Anak menyentuh area luka.2 Anak memegang luka

dengan bersemangat.

21

Page 22: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

2 Lengan terbatasi.

Kaki Netral

Menggeliat/menendang

Menarik,menegang

Berdiri

Terbatasi

1 Kaki dalam berbagai posisi namun relaks, seperti berenang ataupun gerakan lain.

2 Definitive uneasy or restless movements in the legs and/or tampak gerakan yang sulit.

2 Kaki tampak tegang atau menarik kaki mendekati tubuh .

2 Berdiri, membungkuk, atau berlutut.

2 Kaki anak dipegangi.

c) The Toddler-Preschooler Postoperative Pain Scale (TPPPS)

Skala ini digunakan untuk mengobservasi nyeri pasca operasi pada anak

usia 1-5 tahun. Skala ini terdiri dari 3 kategori perilaku nyeri yaitu: (1)

keluhan nyeri secara verbal, (2) ekspresi wajah, (3) ekspresi nyeri tubuh.

d) The Parent’s Postoperative Pain rating Scale (PPPRS)

Skala ini adalah skala yang dapat digunakan orang tua untuk menilai

nyeri yang dirasakan anak mereka dengan mencatat perubahan perilaku

anaknya.

e) Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)

Skala ini mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan rata-rata umur

kehamilan 33,5 minggu. Skala terdiri dari 6 variabel penilaian dengan

total skor 0 untuk tidak ada nyeri sedangkan 7 nilai nyeri hebat. Variabel

yang dinilai adalah ekspresi wajah (0-1), menangis (0-2), pola

pernafasan (0-1), tangan (0-1), kaki (0-1), dan kepekaan terhadap

rangsangan (0-1).

22

Page 23: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Sumber: Potts & Mandleco, 2012

f) CRIES (Criying, requiring increased oxygen, Increased vital sign,

Expression, and Sleeplessness)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pascabedah

neonatal (0-6 bulan) yang baru. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan

skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian

tersebut adalah menangis (0-2), peningkatan kebutuhan oksigen

tambahan (0-2), peningkatan tanda vital (0-2), ekspresi (0-2), tidak bisa

tidur (0-2).

0 1 2Menangis Tidak Nada tinggi Tidak nyamanPerlu O2 untuk saturasi > 95 %

Tidak <30% >30%

Peningkatan tanda vital

Denyut jantung dan tekanan darah = atau < praoperasi

Denyut jantung dan tekanan darah meningkat <20% dari keadaan praoperasi

Denyut jantung dan tekanan darah meningkat >20% dari keadaan praoperasi

Ekspresi Tidak ada Meringis Meringis/menyeringaiTidak tidur Tidak Bangun

dengan interval sering

Bangun terus-menerus

Sumber: Hockenberry & Wilson (2009)

23

Page 24: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

g) Skala Nyeri Post Operasi (Post Operative Pain Score/POPS)

Skala ini digunakan untuk mengkaji nyeri pada bayi usia 1-7 bulan.

Skala ini terdiri dari 10 penilaian dengan masing-masing skor 0-2

dengan rentang skor total 0 untuk nyeri hebat dan 20 untuk tidak nyeri.

Variabel yang dinilai adalah tidur (0-2), fleksi jari-jari tangan maupun

kaki (0-2), exoresi wajah (0-2), kemampuan menghisap (0-2), kualitas

menangis (0-2), suara (0-2), gerakan spontan (0-2), rangsangan spontan

(0-2), consolability (kemampuan dihibur) (0-2), keramahan (0-2).

h) Pain Assessment Tool (PAT)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan

umur kehamilan 27 minggu sampai matur. Skala ini terdiri dari 10

variabel penilaian dengan skor total 4 untuk tidak ada nyeri dan 20

untuk nyeri hebat. Variabel tersebut adalah sikap/suara (1-2), pernafasan

(1-2), pola tidur (0-2), frekuensi jantung (1-2), ekspresi (1-2), saturasi

(0-2), warna (0-2), tekanan darah (0-2), menagis (0-2), persepsi perawat

(0-2).

i) Pain Ratting Scale (PRS)

Skala ini digunakan untuk mengakji intensitas nyeri pada bayi umur 1-

36 bulan. Skala ini terdiri dari 6 penilaian dengan skor total 0 untuk

tidak ada nyeri dan 5 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah

tersenyum, tidur tidak ada perubahan ketika digerakkan maupun

disentuh (0), membutuhkan sedikit kata-kata, gelisah bergerak,

menangis (1), perubahan perilaku, tidak mau makan/minum, menangis

dengan periode pendek, mengalihkan perhatian dengan bergoyang atau

dot (2), peka rangsang, tangan dan kaki bergerak-gerak, wajah meringis

(3), menggapai-gapai, meratap dengan nada tinggi, orang tua meminta

obat untuk mengurangi nyeri, tidak dapat mengalihkan perhatian (4),

tidur yang lama terganggu sentakan, menangis terus-menerus,

pernafasan cepat dan dangkal (5).

24

Page 25: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

j) Objective Pain Score (OPS)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai 4

bulan sampai 18 tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor

total 0 tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Adapun penilaian

tersebut adalah tekanan darah (0-2), menangis (0-2), bergerak (0-2),

agitasi (0-2), dan bahasa tubuh (0-2).

k) Nurses Assessment of Pain Inventory (NAPI)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak baru

lahir sampai 16 tahun. Skala ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total

0 untuk tidak ada nyeri dan 7 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut

adalah gerak tubuh (0-2), wajah (0-3) dan menyentuh (0-2).

l) Behavioral Pain Score (BPS)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 3-36

bulan. Skala ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0 tidak ada

nyeri dan 8 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah

(0-2), menangis (0-3) dan bergerak (0-3).

m) Modified Behavioral Pain Score (MBPS)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia 4-6 bulan.

Skala ini terdri dari 3 penilaian dengan skor total 0 tidak ada nyeri dan

10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah (0-3),

menangis (0-4), dan gerak (0, 2, 3).

n) Riley Infant Scale (RIPS)

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia lebih dari

36 bulan. Skala ini terdiri daro 3 penilaian dengan skor total 0 untuk

tidak ada nyeri dan 3 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah wajah

netral, tenang, tidur tenang, tidak ada teriakan, consolable, bergerak

25

Page 26: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

dengan mudah (0); mengerutkan kening, gerakan tubuh gelisah, susah

tidur, merintih, meringis, dengan sentuhan (1), gigi terkatup, agitasi

moderat, tidur sebentar-sebentar, sulit untuk dihibur, menangis (2), dan

ekspresi menangis penuh, meronta-ronta, tidur waktu yang lama

terganggu oleh sentakan atau tidak tidur, menangis dengan nada tinggi,

tidak dapat dihibur, menjerit ketika disentuh / pindah (3).

2) Physiologic Measures

Pengukuran fisiologis tidak dapat dipisahkan dari respon tubuh terhadap

nyeri dan bentuk stress lainnya pada tubuh. Perubahan fisiologis secara

mendalam/besar seringkali menyertai pengalaman nyeri. Parameter

fisiologis, antara lain denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, telapak

tangan berkeringat, level kortison, oksigen transkutaneus, vagal tone, dan

konsentrasi endorphin. Parameter ini tidak menunjukkan lokasi nyeri, tetapi

memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat distress (keadaan

bahaya) anak secara umum yang mengalami nyeri. Penilaian nyeri secara

fisiologis berguba pada infant dan anak yang tidak bisa berkomunikasi

secara verbal (Hockenberry & Wilson, 2009).

b. Pengukuran Subjektif (Subjective- Self Report Measures)

Semua jenis rasa nyeri, informasi terpenting dapat diperoleh ketika anak

mengukur rasa nyeri itu sendiri. Beberapa metode membantu anak-anak dalam

mengukur nyeri mereka sendiri. Pemilihan ukuran tertentu harus didasarkan

pada tingkat perkembangan anak dan kesukaan, kebijakan institusi, dan

ketersediaan instrumen. Sebuah ukuran kuantitatif nyeri juga menambah

validitas ketika mendiskusikan pengobatan nyeri dengan anggota tim perawatan

kesehatan karena melaporkan nyeri anak dengan angka atau langkah-langkah

yang lebih kredibel daripada mengatakan "dia bilang dia sakit"( Potts &

Mandleco, 2012). Terdapat beberapa skala pengukuran nyeri pada anak, antara

lain (Hockenberry & Wilson, 2009):

26

Page 27: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

1) FACES Pain Rating Scale (Wong and Baker, 1988)

Skala ini digunakan pada anak usia 3 tahun dan usia yang lebih tua.

2) Oucher (Beyer, Denyes, and Villarruel, 1992)

Skala ini digunakan pada anak usia 3-13 tahun.

27

Page 28: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

1Caucasian 2African American 3Hispanic 4Asian Boy & 5Girl Oucher

Sumber: www.oucher.org

3) Word Graphic Rating Scale (Tesler, Savedra, Holzemer, and Others,

1991)

Skala ini digunakan pada anak usia 4-17 tahun.

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri

Nyeri Ringan Sedang Berat Hebat

4) Numeric Scale

Skala ini digunakan pada anak usia 5 tahun dan usia yang lebih tua.

28

Page 29: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

5) Visual Analog Scale (VAS)(Cline, Herman, Shaw, and Others, 1992)

Skala ini digunakan pada anak usia 4,5 tahun dan usia yang lebih tua; pada

umumnya pada anak usia 7 tahun.

Tidak Nyeri

Nyeri Hebat

G. Penatalaksanaan Nyeri

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Nyeri dapat mempengaruhi psikologis dan perilaku, intervensi

nonfarmakologis penting dalam mengubah persepsi nyeri/perilaku. Intervensi

ini bertujuan untuk mengurangi rasa takut, penderitaan dan meminimalkan rasa

sakit dan meningkatkan pengendalian rasa nyeri pada anak (Ekwueme, 2009).

Intervensi nonfarmakologis harus cocok untuk anak, dan agar efektif teknik

harus sesuai tahap perkembangan, kepribadian, dan keadaan sekitar anak

(James & Ashwill, 2007). Teknik-teknik ini dapat ditetapkan dalam tiga

kategori besar (Ekwueme, 2009), antara lain:

- Metode kognitif yang meliputi pendidikan/persiapan, musik, imagery

guided, distraksi dan hipnosis.

- Metode Perilaku diantaranya adalah teknik relaksasi otot progresif, latihan

biofeedback, kontrol pernapasan, dan hipnosis.

- Metode fisik misalnya kompres hangat atau dingin, pijat dan sentuhan,

transkutan stimulasi saraf listrik (TENS), akupunktur/akupresur, dll.

Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis pada anak antara lain

(James & Ashwill, 2007; Potts & Mandleco, 2012):

29

Page 30: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

a. Distraksi

Anak-anak kurang dari 6 tahun merespon dengan baik untuk teknik

distraksi. Prinsip distraksi adalah mengalihkan fokus anak terhadap nyeri

yang dirasakan kepada hal/kegiatan lain yang disenangi. Teknik distraksi

dapat dilakukan melalui meniup gelembung, mendengarkan musik,

bermain, menoton video, dan lainnya.

b. Breathing Techniques

Pola pernapasan tertentu diatur agar dapat meningkatkan relaksasi anak.

Teknik pola pernapasan membutuhkan konsentrasi dan perhatian anak

sehingga mengambil pikiran dari rasa sakit prosedural. Hal ini mengajarkan

anak untuk mengelola stres. Dua jenis teknik pernapasan dapat digunakan:

pernapasan dada berirama dalam dan berpola pernapasan dangkal.

c. Guided Imagery

Imajinasi dipandu adalah proses relaksasi dan fokus konsentrasi pada

membayangkan gambar. Teknik ini menggunakan suara dan gambaran

dalam imajinasi seseorang untuk menghasilkan rasa kesejahteraan. Guided

imagery berguna untuk kecemasan pra operasi dan manajemen nyeri pasca

operasi. Anak didorong untuk membayangkan berada di tempat favorit dan

kemudian membayangkan pemandangan, suara dan bau di tempat favorit

tersebut.

d. Progressive Muscle Relaxation

Anak dapat mencapai relaksasi, mengurangi kecemasan dan nyeri melalui

identifikasi bagian tubuh yang nyeri. Teknik ini mengajarkan anak secara

sistematik progresif, fokus pada tujuan merelaksasi tubuh tahap demi tahap.

Hal ini dirancang untuk membantu anak-anak mengenali dan mengurangi

ketegangan tubuh berhubungan dengan nyeri. Instruksi yang diberikan

kepada kelompok otot yang tegang dan tahan dalam kondisi itu selama 10

detik dan perhatikan cara otot terasa tegang ketika dibandingkan dengan

bagaimana rasanya ketika ketegangan itu santai.

30

Page 31: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

e. Biofeedback

Prinsipnya adalah untuk menerjemahkan keadaan fisik tubuh menjadi sinyal

audio-visual. Teknik ini menggunakan alat, elektroda dipasang secara

eksternal diatas setiap pelipis. Elektroda mengukur ketegangan kulit dalam

microvolt. Anak belajar mencapai relaksasi yang optimal dengan

menggunakan umpan balik dari poligraf sementara ia menurunkan tingkat

ketegangan actual yang sedang dialami. Terapi ini sangat efektif untuk

mengatasi ketegangan otot dan nyeri kepala.

f. Hypnosis

Teknik ini melibatkan perhatian berfokus untuk mencapai tingkat yang lebih

dalam relaksasi. Kecenderungan anak-anak untuk memiliki rentang

perhatian yang pendek memungkinkan teknik hipnosis untuk lebih

menangkap rentang perhatian dan anak tetap fokus jauh dari prosedur yang

menyakitkan. Hipnosis membantu mengubah persepsi nyeri melalui sugesti

positif.

g. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

TENS adalah metode yang menggunakan stimulasi listrik voltase rendah

secara langsung diarea nyeri yang teridentifikasi, pada titik akupresur,

sepanjang area saraf perifer yang mempersarafi area nyeri tersebut, atau

sepanjang kolom spinal. Penggunaan TENS bermanfaat untuk mengurangi

nyeri kronis dan akut, menurunkan kebutuhan opiat dan kemungkinan depresi

fungsi pernapasan karena penggunaan narkotik, dan memfasilitasi keterlibatan

klien dalam pelaksanaan pengendalian nyeri.

b. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Nonsteroidal anti-inflamasi (NSAID)

Nonsteroidal anti-inflamasi (NSAID) adalah obat ibuprofen atau aspirin

seperti obat-obatan yang mengurangi rasa sakit dan peradangan. Ibuprofen,

naproxen sodium (Naprosyn, Anaprox), ketorolac (Toradol), dan kolin

magnesium trisalicylate (trilisate) adalah beberapa obat yang paling umum

digunakan dalam kategori ini. Aspirin telah dikaitkan dengan sindrom Reye,

tidak dianjurkan untuk anak-anak. Acetaminophen dapat diklasifikasikan

31

Page 32: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

sebagai NSAID karena memiliki efek anti inflamasi minimal dan tidak

menghambat prostaglandin. Penggunaan jangka pendek dari acetaminophen

aman, bahkan pada neonates, tidak memiliki efek samping lambung, dan

meskipun begitu dapat menyebabkan kerusakan hati, efek ini sering

berhubungan dengan overdosis. Obat pilihan ini untuk mengobati demam

pada anak-anak di negara lain dan merupakan analgesik yang paling sering

digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang. Ibuprofen dapat menjadi obat

pilihan untuk kondisi nyeri tulang, cedera tulang, arthitis, atau jenis kanker

tertentu.

a) Ibuprofen

Klasifikasi: NSAID, analgesik.

Aksi: blok sintesis prostaglandin.

Indikasi: kronis, rheumatoid arthritis dan osteoarthritis, bantuan dari

nyeri ringan sampai nyeri sedang.

Dosis dan rute: melalui mulut: 5-10 mg / kg / dosis setiap jam 6-8 untu

anak yang kurang dari 6 bulan. Jangan melebihi 40 mg/kg/24 jam. Untuk

remaja arthritis: 30-50 mg/kg/24 jam. Obat dalam bentuk cair untuk

anak-anak.

Penyerapan: 80% diserap dari saluran pencernaan (GI) saluran,

maksimum dalam 1-2 jam.

Ekskresi: diekskresikan terutama di urin, beberapa ekskresi bilier.

Kontraindikasi: contarindicated pada anak-anak di antaranya urtikaria,

rinitis parah, bronkospasme, angioedema, hidung polip yang dipicu oleh

NSAID lainnya, ulkus peptikum aktif, kelainan perdarahan.

Kewaspadaan: hipertensi, riwayat ulserasi GI, hati terganggu atau fungsi

ginjal, gagal ginjal kronis.

Reaksi merugikan: mulas, mual, muntah, ketidaknyamanan perut atau

sakit, ulserasi GI.

Keperawatan: berikan pada jam 1 perut kosong sebelum atau 2 jam

setelah makan. Jika intoleransi GI terjadi, maka dapat diambil dengan

makanan atau susu. Jika anak tidak dapat menelan tablet, mengelola obat

dalam bentuk cair. Ibuprofen dilapisi non enterik dapat dihancurkan dan

32

Page 33: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

dicampur dengan jumlah yang sangat kecil (1 sendok makan) makanan

atau cairan sebelum menelan.

b) Ketorolac

Klasifikasi: NSAID, analgesik.

Aksi: blok sintesis prostaglandin.

Indikasi: manajemen nyeri jangka pendek /sedang.

Dosis dan rute: anak yang lebih tua dari 2 tahun IV: 0,4-1 mg / kg satu

kali, diikuti dengan 0,2-0,5 mg / kg / dosis setiap jam 6, sampai dengan

maksimal 120 mg/24hr.

Penyerapan: diserap dengan cepat, tindakan puncak dalam 1 sampai 2

jam.

Ekskresi: diekskresikan dalam urin, efek terakhir 4-6 jam.

Kontraindikasi: pada pasien yang urtikaria, rinitis parah, bronkospasme,

angioedema, hidung polip dipicu oleh NSAID lainnya, ulkus peptikum

aktif, kelainan perdarahan.

Kewaspadaan: penggunaan hati-hati dengan riwayat ulkus GI, hati atau

gangguan fungsi ginjal, gagal ginjal kronis.

Reaksi merugikan: mengantuk, pusing, mual, nyeri GI, perdarahan.

Keperawatan: tidak mengelola lebih dari 5 hari, memantau fungsi hati,

tanda-tanda dan gejala gangguan saluran pencernaan atau perdarahan.

c) Acetaminophen

Klasifikasi: analgesik, antipiretik.

Aksi: tidak diketahui, diperkirakan menghasilkan analgesia dengan

menghalangi generasi impuls nyeri

Indikasi: sakit ringan atau demam.

Dosis dan rute: melalui mulut atau supositoria rektal: 10-15 mg / kg /

dosis setiap 4-6 jam sampai dengan maksimal 5 doses/24 jam.

Penyerapan: penyerapan cepat dan hampir lengkap dari saluran

pencernaan, penyerapan yang kurang lengkap dari dubur suppossitory,

efek puncak dalam 1-1,5 jam.

Ekskresi: 90-100% obat diekskresikan dalam urin sebagai metabolit,

diekskresikan dalam ASI, efek berlangsung 4-6 jam.

33

Page 34: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap acetaminophen atau

phenacetin, administrasi untuk pasien dengan anemia atau penyakit hati,

penggunaan hati-hati dalam kondisi arthitic atau arthritis yang

mempengaruhi anak-anak muda dari 12 tahun; trombocytopenia.

Reaksi merugikan: diabaikan dengan dosis yang dianjurkan; ruam.

Keperawatan: dapat dihancurkan. Tablet kunyah perlu menyeluruh dan

dibasahi sebelum menelan. Dengan dosis tinggi atau terapi jangka

panjang, tes periodik hati, fungsi ginjal, dan hematopoietik disarankan.

Perhatian orang tua tentang memberi obat lain yang mengandung

acetaminophen tanpa medis disarankan. Tidak lebih dari 5 dosis dalam

24 jam harus diberikan kepada anak-anak kecuali diresepkan oleh dokter.

Tersedia dalam kekuatan bayi (tetes) pastikan untuk memberitahu orang

tua untuk memeriksa kekuatan sebelum memberikan acetaminophen cair

(tylenol) untuk menghindari averdosis.

2) Analgesic Opioid

Opioid analgesik alami merupakan turunan opium sintetis yang

mengikat sistem saraf pusat (SSP) reseptor opioid dan nyeri kontrol dengan

transmisi impuls nyeri. Opioid dapat digunakan untuk nyeri akut dan kronis

yang parah, termasuk nyeri pasca operasi, nyeri pasca trauma, sabit nyeri sel

krisis vaso oclusive, dan nyeri kanker. Jenis Opioid yang paling sering

digunakan adalah codein, fentanil, hydrocodone, hidromorfon, meperidin,

metadon, morfin, dan oxycodone. Opioid adalah istilah pilihan dalam

manajemen nyeri, yang bertentangan dengan kuno, tetapi istilah yang

mungkin lebih akrab "narkotika". Narkotika adalah istilah yang lebih tua

untuk obat-obat yang menekan SSP untuk menghilangkan rasa sakit dan

menghasilkan tidur.

a) Codeine

Klasifikasi: analgesik opioid.

Aksi: mengikat reseptor opiat di SSP, mengubah persepsi baik dan

respon emosional terhadap rasa sakit.

Indikasi: nyeri ringan sampai sedang

34

Page 35: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Dosis dan rute: melalui mulut, IM,SC: 0,5-1 mg / kg / dosis setiap jam

4-6, dosis maksimum 60 mg / dosis. dosis yang terdaftar untuk pasien

dengan berat badan <50 kg (110 pon) tidak dapat digunakan sebagai

dosis awal pada bayi <6 bulan, dosis opioid awal harus sekitar ¼ sampai

1/3 dari dosis yang dianjurkan untuk bayi yang lebih tua dan anak-anak .

Penyerapan: mudah diserap dari saluran pencernaan, dengan maksimum

1 - 1,5 jam

Distribusi: menyelip ke plasenta, didistribusikan ke dalam ASI.

Ekskresi: efek terakhir sekitar 4-6 jam, diekskresikan dalam urin.

Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap derivatif morfin kodein atau

lainnya, hati atau disfungsi ginjal.

Kewaspadaan: gunakan hati-hati pada anak-anak yang sangat muda.

Reaksi merugikan: terutama dengan gejala SSP: pusing, lightheadness,

mengantuk, depresi pernafasan, Gi: mual, muntah, sembelit,

Genitourinary: retensi urin.

Keperawatan: untuk mengurangi kemungkinan gangguan GI, mengelola

codeine oral dengan susu atau makanan lain. Karena pusing dan ringan

dapat terjadi, pengawasan ambulasi dan tindakan keselamatan lainnya

mungkin diperlukan. Nauseais efek samping yang umum, laporan jika hal

ini disertai dengan muntah. Ubah ke analgesik yang lain mungkin

diperlukan.

b) Morfin

Klasifikasi: analgesik opioid.

Aksi: mengikat reseptor opiat di SSP, mengubah respon fisik dan

emosional terhadap rasa sakit.

Indikasi: nyeri akut dan kronis.

Dosis dan rute: dosis intermiten. Dengan mulut atau dubur: 0,2-0,5 mg /

kg / dosis setiap jam 4-6. IM, IV,SC: 0,1-0,2 mg / kg / dosis setiap jam 2-

4, sampai maksimal 15 mg / dosis. Terus menerus IV infus: 0,01-0,04 mg

/ kg / jam (rata-rata 0,06 mg / kg / jam). Mulailah dengan dosis terendah,

meningkat hingga 2 mg / kg / jam sesuai kebutuhan. Pasien dikontrol:

35

Page 36: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

pemeliharaan: 0,02 mg / kg / jam, meningkat jika anak membutuhkan

lebih dari 2 dosis bolus per jam. Bolus 0,02 mg / kg / dosis pada

interval minimal 10 menit sesuai kebutuhan.

Penyerapan: penyerapan variabel dari saluran GI, puncak aksi 60 menit

secara lisan, 20 menit IV.

Ekskresi: diekskresikan terutama di urin, 7-10% diekskresikan dalam

empedu. Efek bertahan hingga 7 jam.

Kontraindikasi: hypersensitivy terhadap opioid, peningkatan tekanan

intrakranial, gangguan kejang, penyakit paru kronis, depresi pernafasan.

Kewaspadaan: penggunaan hati-hati dengan aritmia jantung,

mengurangi volume darah.

Reaksi merugikan: sedasi, pusing, euforia, eksitasi SSP paradoks,

depresi pernafasan, hipotensi, bradikardia, mual, muntah, konstipasi,

retensi urin.

Keperawatan: hati-hati dan sering menilai status pernapasan. Menilai

batuk refleks; asupan monitor dan output yang hati-hati untuk retensi urin

dan sembelit.

c) Fentanil

Klasifikasi: analgesik opioid.

Aksi: agonis narkotika dengan tindakan yang mirip dengan morfin dan

meperidin tetapi tindakan lebih cepat dan lebih lama.

Indikasi: nyeri sedang sampai berat, terutama untuk prosedur singkat

dan ketika anak-anak sakit kritis atau berisiko tinggi. Fentanyl

transdermal adalah untuk nyeri kronis parah saja; pengalaman dengan

anak-anak sangat terbatas

Dosis dan rute: IM dan IV intermiten dosis: 1-2 mikro gr / kg / dosis

setiap menit 30-60. IV pasien dikontrol: pemeliharaan 1 mikrogram / kg /

jam infus kontinu, meningkat jika pasien membutuhkan lebih dari 2 dosis

bolus per jam. Bolus: 0,1-0,4 mikrogram / kg / dosis pada interval

minimal 5 menit. Patch transdermal digunakan hanya pada anak-anak

yang lebih tua dari 12 tahun.

Penyerapan: diserap setelah pemberian IV, 6-8 jam transdermally.

36

Page 37: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Ekskresi: diekskresikan dalam urin. Berlangsung 30-60 menit IV, 72

jam secara transdermal.

Kontraindikasi: pasien yang telah menerima monoamine oxidase

inhibitors dalam waktu 14 hari.

Kewaspadaan: gunakan hati-hati pada anak dengan cedera kepala,

peningkatan tekanan intrakranial, gangguan pernapasan, hati dan

disfungsi ginjal.

Efek samping: sedasi, pusing, euforia, kejang dengan dosis tinggi.

Hipotensi, bradikardia, depresi peredaran darah, depresi pernafasan,

bronkokonstriksi.

Keperawatan: menitor dengan hati-hati untuk tanda-tanda dan gejala

gangguan pernapasan, depresi, memiliki oksigen, peralatan resusitasi,

dan nalokson tersedia.

d) Hidromorfon

Klasifikasi: analgesik opioid.

Aksi: menghambat naiknya jalur nyeri pada SSP, meningkatkan ambang

nyeri, nyeri mengubah persepsi

Indikasi: nyeri sedang sampai berat

Dosis dan rute: melalui mulut, IM, SC, atau IV, 0,03-0,08 mg / kg setiap

jam 4-6 melalui mulut, maksimum 5 mg / dosis, IV dosis 0,015 mg / kg /

dosis

Penyerapan: onset, 15-20 menit, puncak 0,5-1 jam, durasi 4-5 jam

Ekskresi: diekskresikan dalam urin, paruh 3,5-4,5 jam

Kontraindikasi: hipersensitivitas, kecanduan

Kewaspadaan: kepribadian adiktif, peningkatan tekanan intrakranial,

depresi repiratory, penyakit hati, penyakit ginjal. Berhati-hati dalam

penggunaan cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, asma, dan

kondisi pernapasan lainnya, gangguan ginjal atau fungsi hati.

Reaksi merugikan: pusing, ringan, kebingungan, halusinasi, perubahan

mood, sedasi, depresi pernafasan, ketergantungan, meningkatkan output

urin, retensi urin, kejang, jantung berdebar, bradikardia, takikardia,

hipotensi, perubahan lain pada tekanan darah

37

Page 38: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Keperawatan: menilai status pernapasan dengan hati-hati, menilai

perubahan SSP dan menerapkan langkah keselamatan yang tepat,

memantau asupan dan keluaran dengan hati-hati untuk oliguria atau

menilai untuk retensi urin.

e) Oksikodon

Klasifikasi: analgesik opioid.

Aksi: menghambat naik jalur nyeri pada SSP, meningkatkan ambang

nyeri, nyeri mengubah persepsi

Indikasi: nyeri sedang sampai berat

Dosis dan rute: melalui mulut 0,05-0,15 dosis mg / kg / setiap 4-6 jam,

maksimum 5 mg / dosis

Penyerapan: onset, 10-20 menit, durasi 4-6 jam

Ekskresi: diekskresikan dalam urin, paruh 3,5-4,5 jam

Kontraindikasi: hipersensitivitas, kecanduan

Kewaspadaan: kepribadian adiktif, peningkatan tekanan intrakranial,

depresi repiratory, penyakit hati, penyakit ginjal. Berhati-hati dalam

penggunaan cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, asma, dan

kondisi pernapasan lainnya. Gangguan ginjal atau fungsi hati.

Reaksi merugikan: pusing, ringan, kebingungan, halusinasi, perubahan

mood, sedasi, depresi pernafasan, ketergantungan.

Keperawatan: menilai status pernapasan dengan hati-hati, menilai

perubahan SSP dan menerapkan langkah keselamatan yang tepat.

f) Hydrocodone

Klasifikasi: analgesik opioid.

Aksi: mengikat reseptor opiat di SSP untuk mengurangi rasa sakit.

Indikasi: nyeri ringan

Dosis dan rute: melalui mulut, dosis maksimum 1,25 mg (anak <2

tahun) -5 mg (anak> 2 tahun) setiap 4-6 haours sesuai kebutuhan atau 0,2

mg / kg setiap jam 3-4.

Penyerapan: onset, 10-20 menit, durasi 4-6 jam

Ekskresi: diekskresikan dalam urin, paruh 3,5-4,5 jam

Kontraindikasi: hipersensitivitas, kecanduan

38

Page 39: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Kewaspadaan: kepribadian adiktif, peningkatan tekanan intrakranial,

depresi repiratory, penyakit hati, penyakit ginjal. Berhati-hati dalam

penggunaan cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, asma, dan

kondisi pernapasan lainnya. Gangguan ginjal atau fungsi hati.

Reaksi merugikan: pusing, ringan, kebingungan, halusinasi, perubahan

mood, sedasi, depresi pernafasan, ketergantungan.

Keperawatan: menilai status pernapasan dengan hati-hati, menilai

perubahan SSP dan menerapkan langkah keselamatan yang tepat.

g) Metadon

Klasifikasi: analgesik opioid.

Aksi: menekan transmisi impuls nyeri pada tingkat sumsum tulang

belakang melalui interaksi dengan reseptor opioid, sehingga

menghasilkan depresi SSP

Indikasi: nyeri akut dan kronis yang parah, penarikan opioid

Dosis dan rute: 0,005-0,1 mg / kg / dosis setiap jam 6-12

Penyerapan: penyerapan variabel dari saluran GI, puncak aksi 60 menit

secara lisan, 20 menit IV

Ekskresi: diekskresikan dalam urin, melintasi plasenta, diekskresikan

dalam ASI, paruh 15-30 jam

Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap obat ini, injeksi

chlorobutanol, kecanduan.

Kewaspadaan: penggunaan hati-hati dengan kepribadian adiktif,

tekanan intrakranial meningkat, depresi pernafasan, hati atau penyakit

ginjal

Reaksi merugikan: sedasi, pusing, kebingungan, euforia, kejang,

depresi pernafasan, hipotensi, bradikardia, palpitasi, mual, muntah,

konstipasi, retensi urin

Keperawatan: hati-hati dan sering menilai status pernapasan. Menilai

batuk refleks; asupan monitor dan output yang hati-hati untuk retensi urin

dan sembelit.

3) Sedasi Sadar

39

Page 40: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Sedasi sadar adalah keadaan medis yang dikendalikan oleh

kesadaran depresi yang memungkinkan respon yang tepat terhadap

rangsangan fisik atau perintah verbal dan pemeliharaan refleks pelindung.

Anak dapat mempertahankan kemampuan jalan napas yang paten terus

menerus dan mandiri. Hal ini biasanya dicapai dengan menggunakan

amnesic, obat penenang, atau keduanya, administrered IV. Dengan sedasi

sadar, anak-anak biasanya memiliki ingatan sedikit atau tidak ada prosedur

yang telah ia alami.

4) Analgesia Epidural

Obat nyeri (biasanya, opioid bius lokal, atau keduanya) dapat

diberikan melalui kateter epidural dimasukkan ke dalam ruang epidural dan

diamankan ke anak kembali dengan oklusif. Karena obat yang diberikan

langsung ke saraf yang mengirimkan rasa sakit, dosis yang lebih kecil yang

diperlukan untuk mengontrol rasa sakit, dengan efek samping yang lebih

sedikit dibandingkan biasanya berhubungan dengan administrasi opioid

sistemik. Disarankan untuk anak-anak yang menjalani prosedur perut, anal,

atau urogenital, operasi jantung terbuka, dan operasi thoracis, atau operasi

ortopedi dari tungkai bawah. Asuhan keperawatan anak dengan chateter

epidural mirip dengan Taht untuk anak menerima terapi PCA. Anak

dipantau dengan monitor jantung dan oksimetri pulsa. Perawat menilai anak

untuk menghilangkan rasa sakit yang memadai dan adanya efek samping

underesired (respirasi khususnya menurun) dan komplikasi yang mungkin

menyertai penempatan kateter. Hal ini penting untuk menghindari tindakan

yang akan menarik atau menempatkan ketegangan pada kateter. Perawat

menilai tingkat dermatom (tingkat blokade sensorik) setiap 4 jam dan sesuai

kebutuhan. Perawat juga memantau situs kateter sering untuk selip,

hilangnya pendarahan, cairan serebrospinal, atau hematoma di situs

penyisipan komplikasi yang jarang namun serius yang perlu segera

dilaporkan. Efek samping lain termasuk sembelit, mual, muntah, retensi

urin, blok motorik, sensorik dan blok.

H. Rencana Asuhan Keperawatan

40

Page 41: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

Masalah Keperawatan:

Nyeri

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul:

Nyeri akut b.d faktor fisik dan biologi: edema, proses penyakit, infeksi, prosedur

invasif, pembedahan, trauma.

Ditandai dengan: menangis, meringis rewel, gelisah, dan dilihat dari respon verbal

maupun non verbal

Tujuan:

Nyeri berkurang dan respon verbal non verbal kembali normal, dapat beraktifitas

seperti biasa/normal.

Kriteria Hasil:

Anak akan:

- Mengalami penurunan nyeri pada tingkat yang memadai, dibuktikan oleh

tingkat rasa sakit berkurang sesuai dengan tahapan perkembangan, penilaian

verbal atau nonverbal, penilaian dengan alat ukur nyeri, postur tubuh santai,

penurunan menangis, meringis rewel, gelisah.

- Kembali ke tingkat aktivitas yang dialami sebelum timbulnya nyeri.

- Mencapai periode tidur tanpa gangguan, setidaknya 90 menit untuk mengalami

siklus REM lengkap (Rapid Eye Movement)

Intervensi

a. Kaji anak dengan menggunakan alat ukur nyeri yang sesuai dengan usia

perkembangan anak. Alat harus menjadi bagian dari grafik anak untuk

kemudahan referensi.

R: Infant dan anak mungkin memiliki kesulitan mengatakan tentang rasa

nyerinya. Alat ukur nyeri membantu mendapatkan informasi yang lebih

konsisten, objektif, dan kuantitatif.

b. Amati dan dokumentasikan tanda-tanda perilaku dan fisiologis nyeri pada anak.

Perhatikan kedua respon verbal dan nonverbal. Nilai tanda-tanda vital.

R: Penilaian nyeri pada anak-anak didasarkan pada laporan anak sakit dan pada

perubahan perilaku serta fisiologis. Anak mungkin mengalami kesulitan

verbalisasi. Perawat harus mengamati perubahan perilaku untuk menilai

bayi dan anak-anak lain yang nonverbal atau tidak mampu berkomunikasi

41

Page 42: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

dengan jelas. Perubahan fisiologis bervariasi dalam respon terhadap rasa

sakit dan harus dievaluasi bersama-sama dengan penilaian perilaku.

c. Tentukan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi anak: pemisahan,

ketakutan, kecemasan, kehilangan kendali, dan keyakinan spritual atau budaya

tentang nyeri.

R: Persepsi dan reaksi anak terhadap nyeri mungkin dipengaruhi oleh faktor

lainnya.

d. Pantau nyeri berdasarkan tahap perkembangan anak.

R: Bayi dan anak-anak disetiap tingkat perkembangan memiliki cara unik untuk

bereaksi dan mengatasi nyeri.

e. Tanyakan kepada anak tentang onset, durasi, lokasi, dan jenis ukuran nyeri.

R: Faktor ini akan menmpengaruhi pemilihan analgesic yang tepat untuk anak.

f. Perhatikan apakah tingkat nyeri anak berbeda saat istirahat, ambulasi, bermain,

atau selama prosedur.

R: Penurunan nyeri dapat segera ditingkatkan melalui pemahaman terhadap

sebab dan akibat

g. Kelola analgesik yang sesuai. Berikan dengan rute oral atau IV. Hindari

suntikan.

R: Nonopioid cocok untuk nyeri ringan sampai sedang. Analgesik opioid harus

diberikan untuk nyeri sedang sampai berat. Anak takut suntikan dan

mungkin menolak nyeri untuk menghindari suntikan.

h. Terapkan strategi pengurangan nyeri non farmakologi, antara lain: distraksi,

teknik relaksasi, stimulasi kulit, seperti pijat, kompres hangat atau dingin,

lingkungan yang tenang, reposisi, dan menurunkan lingkungan suara dan

cahaya, kenyamanan tindakan (sentuhan, dekapan).

R: Analgesik farmakologi dapat ditingkatkan melalui penggunaan strategi

manajemen nyeri non farmakologi sebagai terapi adjuvant/ pembantu.

i. Libatkan orang tua dalam perawatan.

R: Kehadiran orang tua anak dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan,

sehingga mengurangi nyeri yang terasa. Orang tua juga tahu yang terbaik

untuk anak mereka, mereka dapat membantu pengkajian nyeri dan

meningkatkan respon anak terhadap intervensi.

42

Page 43: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

j. Catat respon terhadap obat-obatan maupun non-farmakologis mengukur

pengurangan nyeri dengan menggunakan alat penilaian nyeri yang tepat.

R: Dokumentasi membantu dalam menentukan keefektifan tindakan

mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan kesinambungan dalam

pengelolaan nyeri.

k. Observasi efek samping obat.

R: Depresi pernafasan adalah efek samping yang paling serius dari opioid tetapi

jarang terjadi. Efek samping lainnya termasuk sedasi, mual dan muntah, dan

sembelit.

43

Page 44: KONSEP NYERI PADA ANAK.doc

DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku ajar praktik keperawatan

klinik kozier dan erb. Jakarta: EGC.

Bowden, V.R., & Greenburg, C.S. (2010). Children and their families. (2nd ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health- Lippincott William & Wilkins.

Ekwueme, H. (2009). Non-pharmacological management of pain in children. Diperoleh tanggal 24 Maret 2013 dari http://anaesthetics.ukzn.ac.za/Libraries/FMM_R_B_2009/Non-pharmacological_pain_management_in_children_Dr_H_Ekwueme.sflb.

Engel, Joyce. (2008). Seri Pedoman Praktis Pengkajian Edisi 4. Jakarta : EGC

Hockenberry, M.J., &Wilsoin, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing.( 8th ed.). St.Louis: Mosby Elsevier.

James, S.R., & Ashwill, J.W.(2007). Nursing care of children principles & practice. (3rd

ed.). St.Louis: Saunders Elsevier.

Mutaqqin, Arif dan Sari, Kumala. (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Oman, Kathleen S. (2008). Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta: EGC

Potter, P.A., & Perry, A. G. (2006). Fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik.

Jakarta: EGC.

Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2007). Pediatric nursing caring for children and their families. (2nd ed.). New York: Thomson Delmar Learning.

Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2012). Pediatric nursing caring for children and their families. (3rd ed.). New York: Delmar Cengage Learning.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Walker, G., & Arnold, R. (2004). Pediatric pain assessment scales. Fast Facts and Concepts. June 2004; 117. Diperoleh tanggal 24 Maret 2013 dari http://www.eperc.mcw.edu/fastfact/ff_117.htm.

44