bahan tugas semprop anak.doc

77
1 TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH SEMINAR PROPOSAL TESIS TEKNIK DISTRAKSI VIDEO ANIMASI CERITA ANAK DAN LAGU ANAK TERHADAP RESPONS NYERI PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) SELAMA PROSEDUR INVASIF DI RUANG ANAK RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI 2014 OLEH : ATIK PRAMESTI WILUJENG NIM : 131314153026 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

Transcript of bahan tugas semprop anak.doc

Page 1: bahan tugas semprop anak.doc

1

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH SEMINAR PROPOSAL TESIS

TEKNIK DISTRAKSI VIDEO ANIMASI CERITA ANAK DAN LAGU ANAK TERHADAP RESPONS NYERI PADA ANAK USIA SEKOLAH

(6-12 TAHUN) SELAMA PROSEDUR INVASIF DI RUANG ANAK

RSUD BLAMBANGAN

BANYUWANGI

2014

OLEH :

ATIK PRAMESTI WILUJENG

NIM : 131314153026

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

Page 2: bahan tugas semprop anak.doc

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia, berjalan sangat

cepat dan merupakan landasan perkembangan selanjutnya (Dinas Kesehatan

Propinsi Jatim, 2005). Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh pola asuh,

gaya hidup, pola penyakit, lingkungan dan pelayanan (Markum, 1999).

Kesejahteraan anak dapat terganggu karena anak mengalami sakit dan harus

dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan suatu

proses yang karena alasan tertentu mengharuskan anak tinggal di rumah

sakit untuk menjalani terapi (Supartini,2004). Anak-anak dirawat di rumah

sakit sering mengalami rasa sakit dari berbagai tindakan yang dilakukan,

selain itu rasa sakit juga berasal dari penyakit itu sendiri. Pengambilan

sampel darah sering merupakan pengalaman sangat menyakitkan dan

stressor (Wong & Baker, 1988; Duff, 2003;Hana,2011). Jika tidak ditangani,

gangguan yang dihasilkan dari prosedur medis dapat menyebabkan distress

dan menjadi pengalaman negatif dan selanjutnya menimbulkan kecemasan

dan kesusahan yang berlebihan selama prosedur yang dilakukan berikutnya

(Bijttebier & Vertommen, 1998; Hana,2011). Selama di rumah sakit,

serangkaian prosedur akan dilalui anak sebagai terapi. Prosedur pertama

yang sering ditemui anak ketika awal masuk rumah sakit adalah prosedur

terapi intravena dan pungsi vena pengambilan sampel darah. Prosedur terapi

intravena dan pungsi vena merupakan prosedur yang menimbulkan nyeri

Page 3: bahan tugas semprop anak.doc

3

pada anak (Kennedy, Luhmann & Zempsky, 2008). Nyeri akibat prosedur

pungsi vena merupakan pengalaman anak yang diikuti perasaan

kekhawatiran anak selama di rumah sakit (Hockenberry & Wilson, 2009).

Penelitian observasional pada anak remaja dan pra remaja (usia

sekolah) mempunyai level nyeri tertinggi terhadap prosedur rutin pungsi

vena. Hasil penelitian melaporkan 13% dari 171 anak usia 7-17 tahun

mengalami nyeri sedang sampai berat akibat pungsi vena. Hampir 50% anak

pada rentang usia ini mengalami distress tertinggi selama prosedur pungsi

vena (Kennedy, Luhmann & Zempsky, 2008).

Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan kepala ruang

anak RSUD Blambangan Banyuwangi diketahui bahwa belum ada tindakan

independen perawat yang signifikan untuk penanganan antisipasi nyeri

akibat tindakan invasif yang dilakukan pada pasien anak di ruang anak

RSUD Blambangan Banyuwangi.

Nyeri walaupun berlangsung singkat tetapi dapat mengakibatkan

efek negatif di masa yang akan datang. Pengalaman pertama nyeri berefek

terhadap respon analgesik di masa mendatang (Hatfield et al., 2009). Efek

samping nyeri yang tidak ditangani pada bayi adalah kerusakan permanen

pada elemen perkembangan kognitif mencakup belajar, memori dan

perilaku, serta meningkatnya keluhan somatik pada masa perkembangannya

(Hatfield et al., 2009). Bayi yang mengalami nyeri berulangn atau berat

pada awal kehidupannya akan berakibat pada proses perkembangan sistem

syaraf pusat dan kemungkinan akan berdampak jangka panjang terhadap

fungsi neurologis dan perilaku bayi (Gal et al., 1996). Respon nyeri yang

Page 4: bahan tugas semprop anak.doc

4

biasa ditampakkan oleh bayi adalah perubahan perilaku, perubahan ekspresi

wajah, menangis, perubahan heart rate, peningkatan tekanan arah,

perubahan saturasi oksigen dan kadar hormon stress (kortisol) (Carbajal et

al., 1999). Selain itu, nyeri menyebabkan perasaan negatif seperti rasa takut,

kecemasan, kesedihan, dan perpisahan. Nyeri juga dapat menyebabkan

penyembuhan yang terlambat dan menyebabkan komplikasi seperti

peningkatan metabolisme, kegagalan kardiopulmoner dan aritmia (Johnston

& Stevens, 1990; Hana,2011).

Tindakan yang biasa diberikan kepada pasien anak saat dilakukan

prosedur invasif adalah dengan memberikan komunikasi terapeutik. Howard

(2003) menyatakan anak-anak mengalami nyeri yang biasanya dimulai

sekitar usia 18 bulan, dan 3 atau 4 tahun seharusnya dapat menyampaikan

kapan nyeri muncul, karakteristik, dan lokasi. Menurut Wong (2003)

penatalaksanaan nyeri pada anak secara nonfarmakologi adalah distraksi

dengan melibatkan anak dalam bermain, gunakan radio, tpe perekam, alat

perekam. Minta anak menyanyi atau menggunakan pernapasan berirama.

Mekanisme dimana teknik distraksi mampu menurunkan respon nyeri

belum bisa dipahami (Slifer, Tucker, & Dahlquist, 2002). Dengan demikian,

intervensi pemberian distraksi dapat mengurangi rasa sakit melalui

penurunan sinyal nonnociceptive (De More & Cohen, 2005). Beberapa

penelitian telah dilakukan untuk menilai efek perbedaan metode dari

distraksi terhadap penurunan nyeri yang disebabkan oleh veinpuncture.

Windich-Biermeier et al. (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh

teknik distraksi yang dipilih sendiri (yaitu, meniup gelembung, buku Super

Page 5: bahan tugas semprop anak.doc

5

Challenger, tabel musik, video pemainan yang dipegang tangan) terhadap

nyeri yang disebabkan tindakan pungsi vena pada 50 anak dan remaja

dengan kanker, menunjukkan bahwa nyeri secara signifikan berkurang pada

kelompok intervensi.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan respon nyeri pada kelompok anak yang diberikan

distraksi video animasi cerita anak dengan kelompok anak yang diberikan

distraksi lagu anak pada anak usia sekolah selama prosedur invasif di Ruang

Anak RSUD Blambangan Banyuwangi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis efektivitas teknik distraksi video animasi cerita anak

dengan distraksi lagu anak terhadap respon nyeri pada anak usia

sekolah selama prosedur invasif di Ruang Anak RSUD Blambangan

Banyuwangi?

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi perbedaan respon nyeri pada kelompok

anak yang diberikan distraksi video animasi cerita anak

dengan kelompok anak yang diberikan distraksi lagu anak

pada anak usia sekolah selama prosedur invasif di Ruang

Anak RSUD Blambangan Banyuwangi?

Page 6: bahan tugas semprop anak.doc

6

1.3.2.2 Menganalisis efektivitas teknik distraksi video animasi

cerita anak dengan distraksi lagu anak terhadap respon nyeri

pada anak usia sekolah selama prosedur invasif di Ruang

Anak RSUD Blambangan Banyuwangi?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai upaya pengembangan teori kenyamanan yang dikembangkan

oleh Chaterine Kolkaba melalui teknis distraksi video animasi cerita

anak dalam penatalaksanaan nyeri pada anak usia sekolah selama

prosedur invasif

1.4.2. Manfaat Praktis

Bahan pertimbangan bagi tempat penelitian untuk mengembangkan

asuhan keperawatan dalam memberikan intervensi pada masalah nyeri

pada anak usia sekolah selama prosedur invasif

1.5 Keaslian Penulisan

Page 7: bahan tugas semprop anak.doc

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hospitalisasi

2.1.1 Definisi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang mengharuskan anak untuk

tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangan kembali dari rumah sakit (Supartini, 2004). Sementara

itu, hospitalisasi menurut Dorland (2000) adalah masuknya seorang

penderita ke dalam rumah sakit atau masa selama di rumah sakit.

Hospitalisasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan seorang anak dirawat di rumah sakit, apakah secara

terencana, akibat kegawatan atau trauma, dimana kondisi tersebut

membuat anak pada semua usia dan keluarganya mengalami stres dan

melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan yang baru (Ball &

Bindler, 2003; Hockenberry & Wilson, 2007).

2.1.2 Stresor dan Respon Anak Usia Prasekolah terhadap Hospitalisasi

Stres akibat hospitalisasi dan keadaan sakit serta pengobatan sering

sulit dipisahkan bahkan dampak tersebut dapat sinergis dan tidak

sekedar aditif (Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2006). Penyakit dan

hospitalisasi seringkali menjadi krisis pertama yang harus dihadap

anak. Anak-anak sangat rentan terhadap krisis penyakit dan

hospitalisasi karena stres akibat perubahan dari keadaan sehat serta

mekanisme koping yang terbatas dalam menyelesaikan stessor. Stresor

8

Page 8: bahan tugas semprop anak.doc

8

anak prasekolah yang dirawat dirumah sakit adalah cemas perpisahan,

perasaan kehilangan kontrol/ kendali, nyeri dan cedera tubuh. Reaksi

anak terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh usia perkembangan,

pengalaman sebelumnya, kemampuan koping yang dimiliki,

keseriusan diagnosa dan sistem pendukung (Hockenberry & Wilson,

2007).

2.1.2.1 Cemas akibat perpisahan

Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia

prasekolah adalah kecemasan akibat perpisahan yang disebut

juga depresi anaklitik (Hockenberry & Wilson, 2007).

Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman, rasa khawatir

akan terjadi sesuatu, dimana sumber kecemasan tidak spesifik

serta melibatkan respon otonom (NANDA, 2007).

Kecemasan berbeda dengan ketakutan, dimana ketakutan

melibatkan pendekatan intelektual untuk mempersepsikan

stimulus yang ada sedangkan kecemasan melibatkan respon

emosi (Stuart & Laraia, 2005).

Kecemasan merupakan perkembangan yang normal sesuai

dengan tingkatan perkembangan anak. Anak prasekolah yang

mengalami perpisahan dengan orang terdekat akan

mengalami kecemasan yang biasanya akan menghilang 3-4

menit setelah kehadiran orang tua atau orang terdekat.

Kecemasan perpisahan umumnya menurun pada usia antara

2-3 tahun (Watkins, 2004). Perilaku utama sebagai

Page 9: bahan tugas semprop anak.doc

9

manifestasi kecemasan pada masa kanak-kanak terbagi dalam

fase protes, fase putus asa dan fase pelepasan (Ball &

Bindler, 2003; Hockenberry & Wilson, 2007).

Pada fase protes, anak-anak akan bereaksi secara agresif

terhadap perpisahan dengan orangtua. Mereka akan menangis

dan memanggil orang tua, menolak perhatian dari orang lain

dan kedukaan mereka tidak dapat ditenangkan Perilaku

tersebut dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa

hari dan berhenti bila anak lelah.

Selama fase putus asa, anak akan berhenti menangis dan

muncul depresi. Anak menjadi kurang begitu aktif, tidak

tertarik untuk bermain atau terhadap makanan, dan menarik

diri dari orang lain. Lamanya perilaku tersebut berlangsung

bervariasi.

Pada tahap ketiga yaitu fase pelepasan atau penyangkalan,

anak akan tampak secara superficial menyesuaikan diri

dengan kehilangan. Anak menjadi lebih tertarik pada

lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain dan tampak

membentuk hubungan baru. Perilaku tersebut merupakan

hasil dari kepasrahan, bukan kesenangan. Pelepasan biasanya

terjadi setelah perpisahan yang terlalu lama dengan orangtua

sehingga jarang terlihat pada anak-anak yang dihospitalisasi.

Kemampuan interpersonal anak prasekolah lebih baik

dibandingkan dengan anak toddler sehingga mereka dapat

Page 10: bahan tugas semprop anak.doc

10

mentoleransi periode perpisahan dari orangtua dan lebih

cenderung mengembangkan kedekatan pengganti pada orang

dewasa lain yang signifikan. Anak prasekolah dapat

menampilkan perilaku kecemasan perpisahan dengan

menolak makan, sulit tidur makan, sulit tidur, diam-diam

menangisi orangtua, terus menanyakan kapan orangtua akan

berkunjung, mengekspresikan kemarahan secara langsung

dengan menangis, memukul anak lain atau menolak

bekerjasama selama aktivitas perawatan. Perawat perlu

sensitif terhadap tanda-tanda kecemasan akibat perpisahan

yang kurang nyata tersebut agar dapat memberikan intervensi

yang tepat (Hockenberry & Wilson, 2007). Banyak penelitian

yang sudah dilakukan untuk menurunkan stres dan

kecemasan akibat hospitalisasi pada anak. Penelitian tersebut

antara lain dengan pemberian terapi bermain, terapi musik,

psychological preoperative preparation Intervention (PPPI)

premedikasi sedatif dan terapi seni (Bloch & Toker, 2008;

Purwandari, 2007; Khatale, 2007; McCloskey & Bulechek,

1996).

2.1.2.2 Kehilangan Kontrol dan kendali

Kehilangan kontrol menyebabkan perasaan tidak berdaya

sehingga dapat memperdalam kecemasan dan ketakutan

(Monaco, 1995). Kehilangan kontrol biasanya berhubungan

dengan kekurangmampuan individu menyadari keterbatasan

Page 11: bahan tugas semprop anak.doc

11

dan perilaku yang dihasilkan berasal dari emosi yang meluap-

luap (Griffin, 1990). Sementara itu, Hockenberry dan Wilson

(2007) menyebutkan bahwa kehilangan kontrol akan

meningkatkan persepsi terhadap ancaman dan mempengaruhi

kemampuan koping anak. Pada anak prasekolah akan

mengalami kehilangan kontrol akibat dari pembatasan fisik

perubahan rutinitas dan ketergantungan yang harus dipatuhi.

Kehilangan kendali dalam konteks kekuasaan diri anak

merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi dan

reaksi anak terhadap perpisahan, nyeri, sakit dan

hospitalisasi. Selain itu, egosentris dan pemikiran magis anak

akan membatasi kemampuannya berpikir dalam memahami

peristiwa karena mereka memandang semua pengalaman dari

sudut pandang mereka sendiri. Salah satu fantasi yang khas

untuk menjelaskan alasan sakit atau hospitalisasi adalah

bahwa peristiwa tersebut adalah hukuman bagi kesalahan

mereka. Anak biasanya akan berespon terhadap pemikiran

tersebut dengan merasa malu, bersalah dan takut

(Hockenberry & Wilson, 2007).

2.1.2.3 Ketakutan Cedera Fisik dan Nyeri

Anak prasekolah akan memandang nyeri sebagai hukuman

akibat kesalahan yang dilakukannya. Konflik psikoseksual

pada anak prasekolah membuat mereka rentan terhadap

cedera tubuh. Prosedur tindakan baik yang menimbulkan

Page 12: bahan tugas semprop anak.doc

12

nyeri atau tidak akan menimbulkan ancaman bagi anak

prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum

berkembang baik. Kekhawatiran akan mutilasi memuncak

pada masa ini. Respon anak prasekolah terhadap persiapan

intervensi dalam hal penjelasan dan distraksi lebih baik tetapi

agresi fisik dan verbal lebih spesifik dan mengarah pada

tujuan. Anak prasekolah akan mendorong orang yang akan

melakukan prosedur untuk menjauh, mencoba mengamankan

peralatan atau berusaha mengunci diri di tempat yang aman.

Ekspresi verbal secara khusus menunjukkan kemajuan

perkembangan mereka dalam berespon terhadap stres

(Hockenberry & Wilson, 2007).

Menurut Muscari (2005) respon anak pra sekolah terhadap

hospitalisasi secara umum adalah regresi perasaan kehilangan

kendali, takut terhadap cedera dan nyeri dan menganggap

hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan orang

tua sebagai kehilangan kasih sayang.

2.1.3 Manfaat hospitalisasi

Meskipun hospitalisasi menyebabkan stres pada anak, hospitalisasi

juga bermanfaat bagi anak. Manfaat yang didapat dari hospitalisasi

antara lain adalah menyembuhkan anak, memberikan kesempatan

pada anak untuk mengatasi stres dan merasa kompeten dalam

kemampuan koping mereka dan memberikan pengalaman sosialisasi

baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal yang

Page 13: bahan tugas semprop anak.doc

13

lebih luas (Hockenberry & Wilson, 2007). Manfaat psikologis lain

yang bisa didapat oleh keluarga yang mengalami stres akibat anak

sakit,hospitalisasi atau kedua-duanya adalah dapat memperkuat

perilaku koping keluarga dan memunculkan strategi koping yang baru

(Kirkby & Whelan, 1996, dalam Hockenberry & Wilson, 2007).

Manfaat dari hospitalisasi ini menurut Hockenberry dan Wilson

(2007) dapat ditingkatkan dengan cara membantu mengembangkan

hubungan orangtua dengan anak, menyediakan kesempatan belajar,

meningkatkan penguasaan diri dan menyediakan lingkungan

sosialisasi.

2.1.4 Dampak Hospitalisasi Pada Anak usia Prasekolah

Behrman, Kliegman dan Arvin (2000) menjelaskan bahwa pengaruh

perawatan anak pada perkembangan anak tergantung pada faktor-

faktor yang saling berhubungan seperti sifat anak, keadaan perawatan

dan keluarga. Perawatan anak yang berkualitas tinggi dapat

mempengaruhi perkembangan intelektual anak dengan baik terutama

pada anak-anak yang kurang beruntung yang mengalami sakit dan

dirawat di rumah sakit. Anak yang sakit dan dirawat akan mengalami

kecemasan dan ketakutan.

Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan bila tidak

segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap

tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga

berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi anak

dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak (Niven, 2002).

Page 14: bahan tugas semprop anak.doc

14

Dampak jangka panjang dari anak sakit dan dirawat adalah

menyebabkan kesulitan dan kemampuan membaca yang buruk,

kenakalan dan riwayat pekerjaan yang tidak stabil pada usia remaja

akhir (Douglas, 1975, dalam Niven, 2002); memiliki resiko gangguan

bahasa dan perkembangan kognitif (Leyer, 1996) ; menurunkan

kemampuan intelektual dan sosial serta menurunkan fungsi imun

(Levy,2006)

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Menurut International Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah

sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenanangkan yang didapat

terkait dengan kerusakan jaringk aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Hartwig dan Wilson, 2005)

2.2.2 Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus

kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga

nosiseptor, secara anatomis nosiseptor ada yang bermielin dan ada juga

yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa

bagian tubuh yaitu pada kulit (cutaneus), somatik dalam (deep somatic),

dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri

Page 15: bahan tugas semprop anak.doc

15

yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosiseptor cutaneus

berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini

biasanya mudah untuk diloklissi dan didefinisikan. Reseptor jaingan kulit

(cutaneus) terbagi dalam dua komponen:

1) Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det)

yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan.

2). Serabut A beta (A-β)

Merupakan serabut berukuran paling bsar dan bermielin serta memiliki

keceptan hantaran tertinggi. Serat-serat ini merespon terhadap

sentuhan, tekanan dan snssasi kinestetik, namun serat-serat ini tidak

berespon terhadap rangsangan yang menggnggu sehingga tidak dapat

diklasifikasikan sebagai nosiseptor.

3). Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/det)

yang terdapat pada darah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat

tumpul dan sulit dilokalisasi.

Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri terdapat

pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot dan jaringan lainnya.

Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan

yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah

Page 16: bahan tugas semprop anak.doc

16

visceral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati

dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak

sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap

penekanan, iskemia dan inflamasi.

Secara fisiologis mekanisme nyeri terdiri atas 4 proses utama:

1. Transduksi

Adalah rangsang nyeri diubah menjadi depolarisasi membran

reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf (Hartwig dan

Wilsson, 2005)

2. Transmisi

Dalam proses ini terlibat tiga komponen syaraf yaitu syaraf sensori

perifer yang meneruskan impuls ke medula spinalis, kemudian

jaringan syaraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas

(ascenden) dari medula spinlis batang otak dan talamus yang

terakhir hubungan timbal balik antara talamus korteks (Hartwig

dan Wilson, 2005)

3. Modulasi

Merupakan aktivitas syaraf untuk mengontrol transmisi nyeri.

Suatu jaras itu telah diteruskan di sistem syaraf pusat yang secara

selektif menghambat transmisi nyeri di mdula spinalis. Proses

dimana terjadi interaksi antara sistem anlgesik endogen (ndorfin,

serotonin, noradrenalin) dengan asupan nyeri dapat ditekan. Jadi

Page 17: bahan tugas semprop anak.doc

17

merupakaan proses desenden yang dikontrol oleh otak seseorang.

Pada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan sistem inhibisi

dari transmisi nosiseptor berupa suatu analgesik endogen. Onsep

dari sistem ini yaitu berdasarkan dari suatu sifat, fisioloik dan

morfologidari sirkuit yang termasuk koneksi antara periaqueductal

gray matter (PAG), nucleus raphe magnus (NRM), dab formasi

retikuler sekitar menuju ke medula spinalis. Modulasi nyeri dapat

timbul di nosisptor perifer, medula spinalis. Modulasi nyeri

ditentukan oleh keseimbangan antara aktivitas reseptor

penghambat (inhibitory) dab pemacu (excitatory) (Hartwig dan

Wilson, 2005).

4. Persepsi

Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan

perasaan subyektif dari nyeri walaupun prosesnya sama sekali

belum jelas. Fase ini dimulai pada saat dimana nosiseptor telah

mengirimkan sinyal pada formation reticularis dan talamus,

sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan efek sinyal ini

kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung sel-sl

yang bisa mengatur emosi. Area ini yang akan memproses reaksi

emosi terhadap suatu nyeri. Proses ini berlangsung sangat cepat

sehingga suatu stimulus nyeri dapat segera menghasilkan emosi.

Tahap persepsi ini merupakan tahapan yang amat kompleks.

Sangat banyak faktor yang mempengaruhinya secara berkaitan.

Page 18: bahan tugas semprop anak.doc

18

Ada beberapa tingkat dalam susunan aferen dimana nyeri dapat

dimodulasi yaitu:

a. Tingkat reseptor

Pada tingkat ini sasaran modulasi pada reseptor di perifer. Modulsi

diperoleh dengan cara menurunkan eksitabilitas reseptor,

mnghilangkan faktor perangsang reseptor misalnya dengan

memperlancar proses pembuangan iritan melalui peredaran darah

(peredaran pembuluh darah mejadi lancar sehingga zat-zat

penghantar nyeri yaitu zat mediator inflamasi diantaranya adalah :

bradikinin, histamin, kateklamin, sitokinin, leukotrin,

prostaglandin dan subtansi “P” terbawa oleh aliran darah serta

menurunkan aktivitas nosisensorik (Hartwig dan Wilson, 2005).

b. Tingkat spinal

Pada tingkat ini sasaran modulasi pada subtansi gelatinosa dngan

tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi impuls nyeri.

Berdasarkan teori gerbang kontrol nyeri oleh Melzack dan Wall

maka untuk dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri,

substansia gelatinosa harus diaktifkan sehingga gerbang menutup.

Untuk dapat menutup gerbang tersebut perlu ada stimulasi

terhadap serabut berdiameter besar (A-beta) dengan rangsang non-

nociceptive. Apabila serabut berukuran besar terangsang, subtansia

gelatinosa menjadi aktif dan gerbang menutup, ini berarti bahwa

rangsang yang menuju ke pusat melalui transiting cell (T-cell)

Page 19: bahan tugas semprop anak.doc

19

terhenti atau menurun. Serabut A-beta adalah penghantar rangsang

non-nociceptive misalnya sentuhan, proopioceptive. Apabila

kelompok berdiameter (A-delta dan C) terangsang, substansia

gelatinosa menurun aktifitasnya sehingga gerbang membuka. A-

delta dan C merupakan serabut pembawa rangsang nociceptive

sehingga apabila serabut ini terangsang gerbang akan membuka

dan rangsan nyeri

2.2.3 Pengkajian Nyeri pada Anak

Pengkajian nyeri merupakan komponen penting dalam proses

keperawatan. Pengkajian nyeri menjadi hal penting untuk efektivitas

manajemen nyeri yang akan diberikan (Behrman & Snyder, 2012;

Huang et al, 2012). Perawat harus melakukan pengkajian mengenai

pengalaman nyeri yang dirasakan pasien, melakukan manajemen

nyeri dan melakukan pengkajian kembali apakah teknik menurunkan

nyeri telah berhasil (Huang et al, 2012).

Salah satu pendekatan terhadap pengkajian nyeri pada anak adalah

metoda QUESTT yang meliputi: Question the child (tanyakan pada

anak), Use pain rating scale (gunakan skala nyeri), Evaluate

behavioral and physiologic change (evaluasi perubahan sikap dan

fisiologis), Secure parent involvement (pastikan keterlibatan orang

tua), Take the cause of pain into account (pertimbangkan penyebab

nyeri), Take actionand evaluate result (lakukan tindakan dan evaluasi

hasilnya)(Hockenberry & Wilson, 2009).

Page 20: bahan tugas semprop anak.doc

20

2.2.4 Skala penilaian Nyeri

Skala nyeri adalah gambaran seberapa parah nyeri dirasakan individu<

pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual serta

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbedaoleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007). Kedalaman dan

kompleksitas tehnik untuk penilaian nyeri bervariasi. Idealnya, cara

untuk penilaian ini mudah digunakan, mudah dimengerti oleh pasien,

dan valid, sensitif serta dapat dipercaya. Skala nyeri yang dapat

digunakan dan sesuai pada anak usia sekolah yaitu Face Pain Rating

Scale menurut Wong dan Baker, Word Grapic Rating Scale, skala

numerik, Skala Analog Visual (Hockenberry & Wilson, 2009).

2.2.4.1 Face Pain Rating Scale

Pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan sekolah,

menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah

kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri”

hingga wajah yang menangis untuk “nyeri yang berat” (Wong dan

Baker,1998, 2000, dalam Hockenberry & Wilson, 2009).

2.3 Konsep Anak Usia Prasekolah

2.3.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah

Hockenberry dan Wilson (2007) menyebutkan bahwa

usia prasekolah termasuk dalam masa kanak-

Page 21: bahan tugas semprop anak.doc

21

kanak awal yaitu usia 3-5 tahun. Sementara itu, menurut

Potter dan Perry (2005) usia prasekolah merupakan masa kanak-

kanak awal, yaitu berada pada usia 3-6 tahun.

2.3.2 Perkembangan Anak Prasekolah

Pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu unit kesatuan

yang menggambarkan sejumlah perubahan yang terjadi sepanjang

siklus hidup individu. Proses tersebut bersifat dinamis dan

menitikberatkan pada hubungan antara dimensi pertumbuhan,

perkembangan, maturasi dan diferensiasi (Wong, et al., 2001).

Hurlock (1998) mengartikan perkembangan sebagai

serangkaian Perubahan yang progresif dan bersifat kualitatif yang

terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.

Perkembangan Merupakan suatu proses integrasi dari banyak struktur

dan fungsi yang kompleks.

2.3.3 Pertumbuhan Biologis dan Perkembangan Fisik

Pada anak usia sekolah akan mengalami pertumbuhan fisik yang

melambat dan stabil dengan ostur langsing tetapi kuat, anggun,

tangkas dan tegap. Pertambahan berat badan rata-rata 2-3 kg

pertahun dengan rata-rata beratbadan 14, kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg

pada usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi bada tetap

bertambah dengan perpanjangan tungkai dibandingkan dengan

batang tubuh. Rata-rata pertambahan tingginya 6,5-9 cm

pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi badan rata-rata adalah 95

Page 22: bahan tugas semprop anak.doc

22

cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada usia 5

tahun (Hockenberry & Wilson, 2007). Sistem imun sebagian besar

telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan

stres dan perubahan yang moderat. Pada perkembangan motorik,

anak mengalami peningkatan kekuatan dan penghalusan

ketrampilan yang sudah dipelajari sebelumnya seperti berjalan,

berlari dan melompat tetapi untuk. Perkembangan otot dan

pertumbuhan tulang masih jauh dari matur sehingga anak

mudah cedera (Hockenberry & Wilson, 2007). Pertumbuhan otak

pada anak usia 5 tahun mencapai 75% dari ukuran dewasa dan 90%

pada usia 6 tahun (Yusuf, 2005).

Pada anak usia 3 tahun, kemampuan berjalan, berlari, memanjat dan

melompat telah tercapai dengan baik dan anak sudah mampu

mengendarai sepeda roda tiga, berjalan jinjit, lompat jauh dan

berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik dengan seimbang.

Sementara itu, pada anak usia 4 tahun sudah mampu melakukan

loncatan dan ompatan dengan satu kaki dengan lancar. Pada

anak usia 5 tahun, anak mampu melakukan lompat tali dengan kaki

bergantian dan mulai bermain papan luncur dan

berenang (Wong, et al., 2001).

Perkembangan motorik halus terlihat pada peningkatan manipulasi

ketrampilan anak seperti dalam menggambar dan berpakaian.

Ketrampilan ini akan memberikan kesiapan untuk belajar dan

Page 23: bahan tugas semprop anak.doc

23

kemandirian untuk memasuki sekolah (Lewit & Baker, 1995,

dalam Wong, et.al., 2001).

2.4 Konsep teori kenyamanan (comfort theory) Kolkaba

Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama

beserta definisinya, antara lain :

1. Health Care Needs

Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu

kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan

yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support system

tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan

lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan verbal maupun

non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan dengan parameter patofisiologis,

membutuhkan edukasi dan dukungan serta kebutuhan akan konseling financial

dan intervensi.

2. Comfort

Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat

dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh

penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate

yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan (relief),

ketenangan (ease), dan (transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat kontex

pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan.

Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:

a. Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki

pemenuhan kebutuhan yang spesifik

Page 24: bahan tugas semprop anak.doc

24

b. Ease, suatu keadaan yang tenang dan kesenangan

c. Transedence, suatu keadaan dimana seorang individu mencapai diatas

masalahnya.

Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa

hal berikut :

a. Fisik, berkenaan dengan sensasi tubuh

b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi

harga diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan

terhadap kebutuhan lebih tinggi.

c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar.

d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan

sosial

3. Comfort Measures

Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan

yang didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan

oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual,

lingkungan, dan intervensi fisik.

Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan memerlukan

sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu :

a. Standart comfort intervention yaitu Teknis pengukuran kenyamanan,

merupakan intervensi yang dibuat untuk mempertahankan

homeostasis dan mengontrol nyeri yang ada, seperti memantau tanda-

tanda vital, hasil kimia darah, juga termasuk pengobatan nyeri.

Tehnis tindakan ini didesain untuk membantu mempertahankan atau

Page 25: bahan tugas semprop anak.doc

25

mengembalikan fungsi fisik dan kenyamanan, serta mencegah

komplikasi.

b. Coaching (mengajarkan) meliputi intervensi yang didesain untuk

menurunkan kecemasan, memberikan informasi, harapan,

mendengarkan dan membantu perencanaan pemulihan (recovery) dan

integrasi secara realistis atau dalam menghadapi kematian dengan

cara yang sesuai dengan budayanya. Agar Coaching ini efektif, perlu

dijadwalkan untuk kesiapan pasien dalam menerima pengajaran

baru.

c. Comfort food for the soul, meliputi intervensi yang menjadikan

penguatan dalam sesuatu hal yang tidak dapat dirasakan. Terapi

untuk kenyamanan psikologis meliputi pemijatan, adaptasi

lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided

imagery, terapi musik, mengenang, dan lain lain. Saat ini perawat

umumnya tidak memiliki waktu untuk memberikan comfort food

untuk jiwa (kenyamanan jiwa/psikologis), akan tetapi tipe intervensi

comfort tersebut difasilitasi oleh sebuah komitmen oleh institusi

terhadap perawatan kenyamanan.

4. Enhanced Comfort

Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan,

mengacu pada teori comfort ini.

5. Intervening variables

Didefinisikan sebagai variabel-variabel yang tidak dapat dimodifikasi oleh

perawat. Variabel ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status

Page 26: bahan tugas semprop anak.doc

26

emosional, support system, prognosis, financial atau ekonomi, dan keseluruhan

elemen dalam pengalaman si resipien.

6. Health Seeking Behavior (HSBs)

Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang

berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat

konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang

terkait dengan kesehatan), internal (penyembuhan, fungsi imun,dll.)

7. Institusional integrity

Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari

organisasi pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional.

2.4.1 Penjelasan Bagan Model Konsep

Gambar 2.1 Model konsep teori kenyamanan Kolkaba (Tomey & Alligood,

2006)

HealthCareNeed

Nursing interventions

over timeIntervening

variables+Health

Seekingbehavior

Institutionalintegrity

Bestpractices

PeacefulDeath

Externalbehaviors

+Enhanced comfort

Over time

Internalbehaviors

Bestpolicies

Page 27: bahan tugas semprop anak.doc

27

Dalam perspektif pandangan Kolcaba Holistic comfort didefinisikan

sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui

kebutuhan akan pengurangan relief, ease, and transcendence yang dapat

terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik,

psikosipiritual, sosial dan lingkungan (Ruddy, 2007).

Asumsi-asumsi lain yang dikembangkan oleh Kolcaba bahwa

Kenyamanan adalah suatu konsep yang mempunyai suatu hubungan yang kuat

dengan ilmu perawatan. Perawat Menyediakan kenyamanan ke pasien dan

keluarga-keluarga mereka melalui intervensi dengan orientasi pengukuran

kenyamanan. Tindakan penghiburan yang dilakukan oleh perawat akan

memperkuat pasien dan keluarga-keluarga mereka yang dapat dirasakan seperti

mereka berada di dalam rumah mereka sendiri. Kondisi keluarga dan pasien

diperkuat dengan tindakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat

dengan melibatkan perilaku (Tomey, Alligood, 2006).

Peningkatan Kenyamanan adalah sesuatu hasil ilmu perawatan yang

merupakan bagian penting dari teori comfort. apalagi, ketika intervensi

kenyamanan dikirimkan secara konsisten dan terus-menerus, maka mereka secara

teoritis dihubungkan dengan suatu kecenderungan ke arah kenyamanan yang

ditingkatkan setiap saat, dan dengan sendirinya klien akan mencapai kesehatan

yang diinginkan dalam mencari kesembuhan (HSBS).

2.4 Asumsi Mayor terkait Paradigma Keperawatan

Keperawatan adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan, perancangan

kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan, dan penilaian kembali

digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah dilakukan implementasi.

Page 28: bahan tugas semprop anak.doc

28

Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara subjektif, seperti ketika perawat

menanyakan kenyamanan pasien, atau secara objektif, misalnya observasi

terhadap penyembuhan luka, perubahan nilai laboratorium, atau perubahan

perilaku. Penilaian juga dapat dilakukan melalui rangkaian penilaian skala (VAS)

atau daftar pertanyaan (kuesioner), yang mana  keduanya telah dikembangkan

oleh Kolcaba.

Pasien: Penerima perawatan seperti individu, keluarga, institusi, atau

masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan.

Lingkungan: adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat

dimanipulasi oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan kenyamanan.

Kesehatan: adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien

atau kelompok, dari pasien, keluarga, atau masyarakat.

Dari asumsi tersebut, Kolcaba mengasumsikan hal-hal dibawah ini:

1. Manusia mempunyai tanggapan/respon holistik terhadap stimulus yang

kompleks.

2. Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diinginkan yang mengacu

pada disiplin keperawatan

3. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan

mereka.

4. Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus melibatkan health-

seeking behaviors (HSBs) pilihan mereka.

5. Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan

pelayanan kesehatan mereka.

Page 29: bahan tugas semprop anak.doc

29

6. Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi pada

penerima perawatan.

2.4.2 Adapun struktur dari taxonomi tersebut berikut ini

Tipe Comfort Relief Ease Transcendence

Fisik kondisi pasien yang membutuhkan tindakan perawatan fisik segera terkait dengan kenyamanan pasien

Bagaimanakondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan kenyamanan fisik

pernyataan tentang bagaimana kondisi pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan

Psikospritual kondisi pasien yang membutuhkan tindakan perawatan Psikospiritual segera terkait dengan kenyamanan pasien

Bagaimana kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan kenyamanan Psikospiritual

pernyataan tentang bagaimana kondisi pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan

Lingkungan kondisi pasien yang membutuhkan tindakan perawatan lingkungan segera terkait dengan kenyamanan pasien

 Bagaimana kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan kenyamanan berdasarkan lingkungan

 pernyataan tentang bagaimana kondisi pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan

Sosiokultural kondisi pasien yang membutuhkan tindakan perawatan social segera terkait dengan kenyamanan pasien

 Bagaimana kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan kenyamanan berdasarkan sosial

 pernyataan tentang bagaimana kondisi pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan

2.5 Perawatan atraumatik pada anak

Page 30: bahan tugas semprop anak.doc

30

Perawatan atraumatik (atraumatic care) merupakan salah satu komponen

penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak. Perawatan

atraumatik atau asuhan yan terapeutik telah diterima sebagai suatu prinsip

dalam melaksanakan asuhan keperawatan karena merupakan tindakan yang

dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak

maupun orang tuanya selama dalam perawatan di rumah sakit (Hockenberry

& Wilson, 2009).

Perawatan atraumtik atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak

dan keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai

terapi bagi anak (Supartini, 2004). Prinsip yang dilaksanakan untuk mencapai

tujuan tersebut adalah meminimalkan perpisahan anak dengan keluarganya,

mengidentifikasi stres anak dan keluarga, mencegah terjadinya nyeri serta

cedera tubuh, meningkatkan kontrol diri anak dan mempromosikan program

kemitraan tenaga kesehatan dan orang tua. Perawatan atraumatik bukan suatu

bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memerlukan perhatian pada apa,

siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak

(Hockenberry & Wilson, 2009).

Pelaksanaan prinsip atraumatik menurut Supartini (2004), yaitu cegah atau

turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan menggunakan

pendekatan family centred. Tingkatkan kemampuan orang tua dalam

mengontrol anaknya. Cegah atau turunkan cedera baik fisik maupun

psikologis. Terakhir, modifikasi lingkungan fisik rumah sakit dengan

mendesain seperti rumah.

2.6 Konsep Media Audio Visual

Page 31: bahan tugas semprop anak.doc

31

Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,

karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). 

Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang

berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk

membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan,

sikap, dan ide.

Dari hasil penelitian media audiovisual sudah tidak diragukan lagi dapat

membantu dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan

dengan baik. Beberapa manfaat alat bantu  audiovisual adalah:

1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar;

2. Mendorong minat;

3. Meningkatkan pengertian yang lebih baik;

4. Melengkapi sumber belajar yang lain;

5. Menambah variasi metode mengajar;

6. Menghemat waktu;

7. Meningkatkan keingintahuan intelektual;

8. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu;

9. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama;

10.Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu diluar pengalaman biasa.

2.6.1 Jenis-jenis Media Audio Visual

2.6.1.1 Media Audio Visual Gerak

Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai

dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena

Page 32: bahan tugas semprop anak.doc

32

meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar

yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi,

video tape, dan film bergerak.

a.    Film

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame

demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada

layar terlihat gambar itu hidup. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan

suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya

digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka

dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep

yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu,

dan mempengaruhi sikap.

Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik mamiliki ciri-ciri sebagi

berikut:

a. Dapat menarik minat anak;

b. Benar dan autentik;

c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan;

d. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien;

e. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar;

f. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur;

g. Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup

memuaskan.

b. Video

Page 33: bahan tugas semprop anak.doc

33

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama

semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta

(kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa

bersifat informatif, edukatif maupun intruksional. Sebagian besar tugas film dapat

digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video akan menggantikan

kedudukan film.

c. Televisi (TV)

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar

hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dewasa ini televisi yang

dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui

siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi

pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai

tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi

pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik.

Televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat.

Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat

dilihat dan didengar secara bersamaan. 

2.6.1.2 Media Audio Visual Diam

Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam,

seperti:

a. Film bingkai suara (sound slides)

Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant) berukuran 35 mm, yang

biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari kraton atau plastik.

Ada program yang selesai dalam satu menit, tapi ada pula yang hingga satu jam

Page 34: bahan tugas semprop anak.doc

34

atau lebih. Namun yang lazim, satu program film bingkai suara (sound slide)

lamanya berkisar antara 10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu program

pun bervariasi, ada yang hanya sepuluh buah, tetapi ada juga yang sampai 160

buah atau lebih.

b.    Film rangkai suara

Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan

merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama dengan film bingkai, yaitu 35 mm.

Jumlah gambar satu rol film rangkai antara 50-75 gambar dengan panjang kurang

lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.

2.6.2 Karakteristik Media Audio Visual

Teknologi Audio visual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi

yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk

menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas

bercirikan pemakaian perangakat keras selama proses belajar, seperti mesin

proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau

ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:

1. Bersifat linier;

2. Menyajikan visual yang dinamis;

3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang/pembuatnya;

4. Representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;

5. Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif;

6. Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang

rendah.

Page 35: bahan tugas semprop anak.doc

35

2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Media Audio visual

Media audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Ada

dua jenis media audio visual disini yaitu audio visual gerak dan audio visual diam.

2.6.3. Kelebihan media audio visual gerak

1.    Kelebihan dan kekurangan film sebagai media audio visual gerak.

a.    Keuntungan atau manfaat film sebagai media pengajaran antara lain:

1)   Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan suatu

keterampilan tangan dan sebagainya.

2)   Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.

3)   Penggambarannya bersifat 3 dimensional.

4)   Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk

ekspresi murni.

5)   Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya.

6)   Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek

yang diperagakan.

7)   Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.

b.    Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut:

1)   Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang

diucapkan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu

konsentrasi audien.

2)   Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu

cepat.

3)   Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar kembali secara

keseluruhan.

Page 36: bahan tugas semprop anak.doc

36

4)   Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.

2.    Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak

a.    Kelebihan video

1)   Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan

lainnya.

2)   Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapt memperoleh

informasi dari ahli-ahli/ spesialis.

3)   Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga

dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya.

4)   Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

5)   Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar

yang akan didengar.

6)   Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut,

artinya kontrol sepenuhnya ditangan guru.

7)   Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya.

b.    Kekurangan video

1)   Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan.

2)   Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain.

3)   Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara

sempurna.

4)   Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

3.    Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual gerak

a.    Kelebihan televisi:

Page 37: bahan tugas semprop anak.doc

37

1)   Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang

sebenarnya.

2)   Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara.

3)   Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.

4)   Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.

5)   Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.

6)   Menarik minat anak.

7)   Dapat melatih guru, baik dalam pre-service maupun dalam intervice training.

8)   Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian

mereka terhadap sekolah.

b.    Kekurangan-Kekurangan Televisi:

1)   Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.

2)   Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan

untuk memahami pesan-pesan nya sesuai dengan kemampuan individual

siswa.

3)    Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayangan TV sebelum

disiarkan.

4)   Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit

bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.

5)   Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan

guru, dan siswa bisa jadi bersifat pasif selama penayangan.

2.6.3.2 Kelebihan dan kekurangan media audio visual diam

1.    Kelebihan dan kekurangan film bingkai sebagai media audio visual diam.

a.    Kelebihan film bingkai sebagai media pendidikan adalah:

Page 38: bahan tugas semprop anak.doc

38

1)        Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan  ke seluruh siswa secara

serentak;

2)        Perhatian anak-anak dapat dipussatkan pada satu butir tertentu;

3)        Fungsi berfikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas;

4)        Film bingkai berada di bawah kontrol guru;

5)        Dapat dilakukan secara klasikal maupun individu;

6)        Penyimpanannya mudah (praktis);

7)        Dapat mengatasi keterbatasan keterbatasan ruang, waktu dan indera;

8)        Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya;

9)        Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media TV atau film;

10)    Program dibuat dalam waktu singkat.

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

Page 39: bahan tugas semprop anak.doc

39

3.1 Kerangka konseptual

Gambar 3.1 Kerangka Konsep pengaruh teknik distraksi video animasi terhadap respon nyeri pada anak usia sekolah selama prosedur invasif di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

BAB 4

METODE PENELITIAN

Pengalamam Holistik comfort

Fisik

Psikospiritual

Lingkungan

Sosiokultural

Hospitalisasi pada anak

Prinsip atraumatic care pada anak

1. Family centre care dan kemampuan orang tua

2. Menurunkan cedera baik fisikmaupunpsikologis

3. Modifikasi lingkungan

Anak usia sekolah (6-12 tahun)

Pendekatan Pengkajian nyeri pada anak QUESTT

1. Question

2. Use Pain rating scale

3. Evaluate behavioral and physiologic change

4. Secure parent involvement

5. Take the cause of pain into account

Farmakologi:

Analgesik

Non Farmakologi:

Anticipatory guidance

Hipnosis

Biofeedback

Relaksasi

guide imagery

stimulasi kutaneus

Distraksi Skala pengukuran nyeri

FLACC

TAKSONOMI COMFORT

Tipe comfort theory

Relief

Ease

Transendent

Video cerita anak Musik lagu anak

Anak usia sekolah (6-12 tahun)

Dilakukan prosedur invasif (pungsi vena, pemsangan infus)

Respon nyeri

Page 40: bahan tugas semprop anak.doc

40

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan Quasy Eksperimental dengan post test only control

group design. Tapi pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan teknik

acak (Nursalam, 2013). Rancangan penelitian digambarkan pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian Teknik Distraksi Video cerita Anak dan lagu anak terhadap respon nyeri pada anak usia Sekolah (6-12 tahun) selama prosedur invasif di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi 2014

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Kontrol

X11 X12 X13

Keterangan :

Perlakuan 1 : Kelompok/ Perlakuan Distraksi Video Animasi Cerita Anak

Perlakuan 2 : Kelompok/ Perlakuan Distraksi Lagu Anak

Kontrol : Kelompok / perlakuan yang biasa dilakukan di ruangan

4.2 Kerangka Kerja

Populasi: seluruh anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dilakukan prosedur invasif di ruang anak RSUD Blambangan Banyuwangi

Page 41: bahan tugas semprop anak.doc

41

Bagan 4.1 Teknik Distraksi Video cerita Anak dan lagu anak terhadap respon nyeri pada anak usia Sekolah (6-12 tahun) selama prosedur invasif di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi 2014

4.3 Populasi dan Sampel

Sampling: consecutive sampling

Sampel : anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dilakukan prosedur invasif di ruang anak RSUD Blambangan Banyuwangi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

Analisa Data

Uji statistik One Way Anova

(Tk Kepercayaan 95%, ρ < 0,05)

Penyajian Hasil Penelitian

Kelompok kontrol

Perlakuan yang ada di ruangan

Post Test

Kelompok/Perlakuan 1

(respon nyeri)

Kelompok/Perlakuan 1

Video animasi cerita anak

kesimpulan

Kelompok/Perlakuan 2

Lagu anak

Post Test

Kelompok/Perlakuan 2

(respon nyeri)

Post Test

Kelompok/Perlakuan 2

(respon nyeri)

Page 42: bahan tugas semprop anak.doc

42

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan. (Nursalam,2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dilakukan prosedur invasif

di ruang anak RSUD Blambangan Banyuwangi

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Yang menjadi sampel

pada penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) yang

dilakukan prosedur invasif di ruang anak RSUD Blambangan

Banyuwangi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

4.4 Tehnik Pengambilan Sampel/Sampling

Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel agar dapat

mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2005:79). Pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah menggunakan tehnik Consecutive sampling. Yaitu

pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga

jumlah responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2013). Kriteria tersebut

adalah kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan pada

populasi terjangkau. Sedangkan kriteria eksklusi adalah keadaan subyek

Page 43: bahan tugas semprop anak.doc

43

yang memenuhi kriteria inklusi tetapi harus dikeluarkan dari

penelitian karena berbagai sebab (Sastroasmoro & Ismael, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien anak usia (6-12 tahun) yang baru masuk ruang rawat

2. Pasien anak usia (6-12 tahun) yan dilakukan prosedur invasif

(pemasaaangan infus, pengambilan darah vena).

3. Pasien anak dan keluarga bersedia ikut dalam penelitian

Sedangkan kriteria eksklusinya adalah:

Pasien usia sekolah yang mengalami kelemahan dan keterbatasan gerak,

seperti fraktur, parese, cerebral palsy.

4.5 Variabel Penelitian

Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Notoatmodjo, 2005).

4.5.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah suatu variabel yang ada atau terjadi

mendahului variabel terikatnya (Bambang dan Lina, 2011). Variabel

independen penelitian adalah teknik distraksi video animasi cerita

anak dan lagu anak

4.5.2 Variabel Dependen

Page 44: bahan tugas semprop anak.doc

44

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam,2013). Variabel dependen

penelitian adalah respon nyeri anak.

Page 45: bahan tugas semprop anak.doc

45

4.6 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur

Skala Data

Skor

1. Variabel Independent video animasi cerita anak

Media audio visual bergerak yang berisi animasi cerita anak

Video animasi cerita anak diberikan selama prosedur invasif dengan durasi 10-15 menit

SOP Nominal

2. Variabel Independent lagu anak

SerangkaianGerakan sederhana yangdilatihkan pada anak untuk membantu mengurangi ketegangan anak dan meningkatkankonsentrasi anak

Senam otak dilakukan 2 kali sehari selama 2 hari @ 10-15 menit

SOP Nominal

3. Dependen:Respon nyeri

Hormon glukokortikoid (kortisol) yang beredar dalam sirkulasi disekresi oleh korteks adrenal atas rangsangan dari hipothalamus

Kadar kortisol dalam darah vena yang diambil pagi hari pukul

ELISA (Enzyme Linked Immunosorbence Assay)

Rasio Dalam Satuan mmol/l

Page 46: bahan tugas semprop anak.doc

46

07.00-08.00 WIB

Page 47: bahan tugas semprop anak.doc

47

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RuangAnak RSUD Blambangan Banyuwangi

Waktu pembuatan proposal penelitian mulai Desember 2014.

4.8 Instrumen Penelitian

4.8.1 Instrumen Intervensi

Instrumen dalam peneliitan ini untuk mengetahui kecemasan akibat

hospitalisasi mengacu pada penelitian sebelumnya (Widianti, 2012) tentang pengaruh

Senam Otak terhadap kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah.

Alat pengumpulan data menggunakan alat

ukur kecemasan menggunakan lembar observasi yang dimodifikasi dan

dikembangkan dari Hockenberry dan Wilson (2007) dan Subardiah (2009).

Kecemasan diobservasi menggunakan 15 item respon anak yang. Dinilai dengan

skala likert, yaitu selalu (SL) = 4, sering (SR) = 3 kadang-

kadang (KD) = 2, dan tidak pernah (TP) = 1 untuk pernyataan positif

dan untuk pernyataan yang negatif adalah sebaliknya.

Pernyataan positif terdapat pada pernyataan item no 1, 2, 6, 11, 12, dan 15,

sedangkan sisanya adalah pernyataan negatif. Panduan senam otak disusun sendiri

oleh peneliti berdasarkan konsep teori senam otak serta mengacu pada hasil penelitian

sebelumnya (Widianti,2011)

4.8.2 Alat Dan Instrumen Pengumpulan Data Kadar Kortisol Anak

4.8.2.1 Alat Pengumpulan Data Kadar Kortisol

Page 48: bahan tugas semprop anak.doc

48

Pemerikssaan kadar kortisol menggunakan teknik ELISA

((Enzyme Linked Immunosorbence Assay)alat yang digunakan

antara lain (1) ELISA kit (2) coating Buffer (3) PBS-tween (4)

substrat pNNP (5) NaOH

4.8.2.2 Instrument Pengumpulan Data Kadar Kortisol

Pemerikssaan kadar kortisol menggunakan teknik ELISA

((Enzyme Linked Immunosorbence Assay) mengacu pada penelitian

sebelumnya (Satiti, 2013) tentang penurunan kadar kortisol dan

perubahan stres persepsi pada pasien kusta yang mengalami distres

dengan menggunakan modifikasi Cognitive Behavioral Stress

Management (CBSM)- zikir Asmaul Husna

4.9 Prosedur Pengumpulan Data dan Analisis Data

4.9.1 Prosedur Pengumpulan Data

4.9.1.1 Persiapan

Peneliti mengurus surat ijin penelitian dan surat lulus uji etik dari Rumah Sakit X dan

melanjutkan ke Direktur Rumah Sakit x. Kemudian peneliti memilih asisten penelitian

bekerja sama dengan kepala ruang perawatan anak. Asisten penelitian dalam penelitian

ini berjumlah 1 orang perawat ruangan dengan latar belakang pendidikan

minimal DIII Keperawatan . Setelah terpilih asisten penelitian, kemudian dilakukan

pelatihan terhadap asisten yang meliputi penjelasan mengenai penelitian, instrumen

pengumpulan data dan penjelasan tentang senam otak dan uji coba latihan senam otak.

4.9.1.2 Pelaksanaan

Page 49: bahan tugas semprop anak.doc

49

1. Peneliti menentukan responden yang termasuk dalam kriteria

inklusi

2. Peneliti memberikan penjelasan pada anak dan keluarga

tentang penelitian yang akan dilakukan

3. Bila orangtua mengerti dan mau berpartisipasi dalam

penelitian, maka orangtua mengisi dan menandatangani

lembar informed consent pada hari pertama

4. Peneliti mulai menjelaskan kepada keluarga mengenai

pengisian karakteristik responden dan lembar observasi perilaku

kecemasan anak untuk

diisi orangtua dan dikumpulkan pada hari kedua.

5. Keluarga mulai mengisi lembar observasi kecemasan

6. Setelah diketahui bahwa anak mengalami kecemasan maka peneliti

meminta kerjasama dari perawat ruangan unuk melakukan

pengambilan darah untuk dilakukan pemeriksaan kadar kortisol

7. Pada kelompok intervensi, peneliti bersama anak dan

keluarga melakukan aktivitas senam otak dan

menganjurkan untuk mengulangi lagi sampai 4 kali selama 2

hari baik. Senam otak yang diajarkan sesuai dengan

kemampuan anak, terutama dimensi pemusatan

untuk merilekskan anak. Tahapan gerakan

yang dilakukan adalah: sakelar otak, gerakan silang, kait relaks

dilanjutkan dengan tombol bumi, tombol imbang, tombol

angkasa, pasang telinga, dan menguap berenergi. Setelah

Page 50: bahan tugas semprop anak.doc

50

dilakukan aktivitas senam otak sebanyak 4 kali. Kemudian hari ke

3 peneliti meminta kerjasama dengan perawat ruangan untuk

melakukan pengambilan dara lagi untuk pemeriksaan kadar kortisol

8. Pada kelompok kontrol, peneliti tidak mengajarkan senam otak, an

ak hanya mengikuti kegiatan

rutin diruangan pada hari kedua dan ketiga.

4.9.2 Analisa data

Tabel 4.3 Analisis Pengaruh Brain Gym Terhadap penurunan kadar

kortisol pada anak yang mengalami kecemasan akibat

hospitalisasi usia 3-5 tahun

RespondenPerlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol

Pre Post Pre Post Post Post

1

2

P ≤ 0,05 P ≤ 0,05 P ≤ 0,05

Paired t test Paired t test Independent t Test

4.9.2.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesetaraan antara kelompok kontrol dan

kelompok intervensi yang meliputi usia, jenis kelamin, lama rawat inap

4.9.2.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

Page 51: bahan tugas semprop anak.doc

51

1. Uji t dependent untuk mengetahui apakah ada penurunan

kadar kolesterol antara sebelum dan sesudah intervensi pada

kelompok kontrol maupun intervensi.

2. Uji t independent untuk mengetahui apakah ada perbedaan

yang bermakna antara kadar kortisol awal dan akhir kelompok

kontrol dan intervensi sebelum diberikan aktivitas senam otak

apakah ada perbedaan yang bermakna antara kadar kortisol

awal pada kelompok kontrol dan intervensi sesudah diberikan

aktivitas senam otak; apakah ada perbedaan yang bermakna

pada selisih kadar kortisol awal dan akhir, sebelum dan setelah

pemberian intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi;

serta perbedaan usia pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.