Konsep Kegawatdaruratan Pada Obstetri

44
KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA OBSTETRI OLEH KELOMPOK I: 1. I MADE DEDI DWIPAYANA (10.321.0899) 2. PUTU ABI ARYA GUPTA (10.321.0931) 3. PUTU SINTYA DEWI (10.321.0933) 4. ANAK AGUNG ISTRI MAHAPUTRI (10.321.0940) 5. I GEDE AGUS RIKA SUASTIKA (10.321.0946) 6. I KADEK NOVA AGUSTINA (10.321.0949) 7. I WAYAN WIRANATA (10.321.0958) 8. NI KOMANG DESI PUTRI NEGARI (10.321.0970) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

description

gadar

Transcript of Konsep Kegawatdaruratan Pada Obstetri

KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA OBSTETRI

OLEHKELOMPOK I:1. I MADE DEDI DWIPAYANA(10.321.0899)2. PUTU ABI ARYA GUPTA(10.321.0931)3. PUTU SINTYA DEWI(10.321.0933)4. ANAK AGUNG ISTRI MAHAPUTRI(10.321.0940)5. I GEDE AGUS RIKA SUASTIKA(10.321.0946)6. I KADEK NOVA AGUSTINA(10.321.0949)7. I WAYAN WIRANATA(10.321.0958)8. NI KOMANG DESI PUTRI NEGARI(10.321.0970)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSTIKES WIRA MEDIKA PPNI BALIDENPASAR2013

1

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA OBSTETRI dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca serta dapat membantu dalam proses belajar.

Denpasar, 8 Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

ContentsKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiPENDAHULUAN1LATAR BELAKANG1RUMUSAN MASALAH3PEMBAHASAN5Konsep Kegawatdaruratan Pada Obstetri5Konsep Syok Dalam Obstetri6Klasifikasi Syok7Syok Akibat Perdarahan9PENUTUP23KESIMPULAN23DAFTAR PUSTAKA25

BAB IPENDAHULUAN

0. LATAR BELAKANGKematian maternal merupakan suatu fenomena puncak gunung es karena kasusnya cukup banyak namun yang Nampak di permukaan hanya sebagian kecil. Diperkirakan 50.000.000 wanita setiap tahunnya mengalami masalah kesehatan berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Komplikasi yang ada kaitannya dengan kehamilan berjumlah sekitar 18 persen dari jumlah global penyakit yang diderita wanita pada usia reproduksi. Diperkirakan 40 persen wanita hamil akan mengalami komplikasi sepanjang kehamilannya. Disamping itu 15 persen wanita hamil akan mengalami komplikasi yang bisa mengancam jiwanya dan memerlukan perawatan obstetri darurat, dan perawatan tersebut biasanya masih belum tersedia.World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 persen diantaranya terjadi di negara berkembang2. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu setiap menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian maternal di negara berkembang diperkirakan mencapai 100 sampai 1000 lebih per 100.000 kelahiran hidup, sedang di negara maju berkisar antara tujuh sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Ini berarti bahwa di negara berkembang risiko kematian maternal satu diantara 29 persalinan sedangkan di negara maju satu diantara 29.000 persalinan.Salah satu ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kesehatan dalam suatu negara atau daerah adalah angka kematian maternal (maternal mortality). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)3 di Indonesia menjumpai kematian ibu 450 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 1992 Angka Kematian Ibu (AKI) sekitar 421 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Departemen Kesehatan (SDKI Depkes)4 menetapkan AKI di Indonesia secara nasional sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup dan merupakan angka tertinggi dibanding dengan negara-negara ASEAN lainnya. Sumber data yang lain pada tahun 1994 dari hasil penelitian di rumah sakit umum di Indonesia terdapat angka kematian ibu sebesar 550 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup5. Angka ini tiga sampai enam kali lebih besar dari negara di wilayah ASEAN dan lebih besar 50 kali dibanding dengan negara maju.Komplikasi kehamilan dan persalinan yang terjadi di berbagai negara berkembang menjadi penyebab utama kematian wanita pada usia reproduksi. Ini berarti Lebih dari satu wanita meninggal setiap menit dari penyebab komplikasi, atau ini berarti 585.000 wanita meninggal setiap tahun. Kurang dari satu persen kematian ini terjadi di negara maju, ini memperlihatkan bahwa wanita dapat menghindari kematian tersebut jika sumber daya dan jasa tersedia. Bertambahnya jumlah tenaga kesehatan yang melayani wanita hamil dan melahirkan ternyata belum menurunkan angka kematian ibu secara bermakna. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penyelesaian masalah secara medis teknis bukan merupakan jaminan penyelesaian masalah tingginya mortalitas ibu. Ada faktor lain yang akan menyumbang keberhasilan intervensi medis yaitu dengan ditopang oleh cepatnya pengambilan keputusan ibu atau keluarga untuk mencari pertolongan. Tindakan ini sangat banyak dipengaruhi oleh sikap waspada ibu dan keadaan sosial ekonomi keluarga. Ibu yang telah diberi informasi bahwa kehamilan mungkin berisiko tinggi biasanya lebih waspada bila menghadapi permasalahan selama kehamilan. Sejauh ini informasi yang diberikan terbatas pada ibu dan bersifat umum sehingga kurang terkait dengan anggota keluarga lain. Pada keadaan kritis atau bahaya bukan hanya ibu yang berperan memutuskan untuk mencari pertolongan tetapi seluruh keluarga.Perawatan selama persalinan dan kehamilan yang telah diperbaiki dapat mengurangi kematian maternal 50 sampai 80 persen serta kematian perinatal 30 sampai 40 persen. Perbaikan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan, dapat membantu mengatasi 64 persen penyebab kematian ibu. Perbaikan penanganan klinis, bisa mengatasi 36 persen kematian ibu1. Sementara itu lebih dari 70 persen kasus kematian maternal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, para suami yang mengambil keputusan yang utama di dalam mencari perawatan untuk istrinya.Kesadaran masyarakat akan tanda-tanda bahaya pada kehamilan merupakan upaya meminimalkan kegawat daruratan obstetri, namun banyak kepercayaan tradisional dan penundaan pengambilan keputusan untuk mencari perawatan pada fasilitas kesehatan yang masih dijalankan di masyarakat. Ketiadaan dana dan keterlambatan transportasi yang cepat untuk mencapai fasilitas kesehatan menjadi penyebab faktor kematian. Keterlambatan kegawatdaruratan obstetri lebih lanjut juga dapat disebabkan oleh tidak tersediannya kapasitas untuk melakukan perawatan obstetri di kalangan petugas medis. Kepercayaan tradisional yang dianut masyarakat tertentu akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh suami sebagai kepala keluarga atau orang yang memegang peranan penting di dalam keluarga. Akibatnya jika terjadi kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, melahirkan atau setelah melahirkan harus melibatkan beberapa pihak untuk berembuk. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan di dalam pengambilan keputusan yang mengakibatkan kematian pada ibu

1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah yang kami kemukakan dalam makalah ini adalah :1. Bagaimana konsep kegawatdaruratan pada obstetri?

0. TUJUAN UMUMAdapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Komprehensif I serta untuk menambah pengetahuan tentang keperawatan Kegawatdaruratan obstetri.

0. TUJUAN KHUSUSDari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan pada obstetrri

0. METODEDalam penyusunan makalah ini, metode yang kami gunakan yaitu metode kepustakaan dengan mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan baik melalui media internet maupun materi kuliah yang diberikan oleh dosen pembimbing/pengajar.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Konsep Kegawatdaruratan Pada Obstetri

Kegawatdaruratan dalam obstetri adalah keadaan gawat yang dapat berasal dari maternal atau janin. Hal tersebut memaksa petugas kesehatan untuk mengambil sikap agar dapat menyelamatkan ibu dan janin atau salah satunya dalam waktu relatif singkat sehingga tidak menimbulkan bahaya maternal atau perinatal yang lebih besar.Dalam upaya menentukan sikap, kita perlu memerhatikan beberapa masalah sebagai berikut:1. Keadaan maternal dan / atau keadaan perinatal pada saat pertama diterima.2. Fasilitas yang tersedia pada pusat pertolongan primer:a. Kemampuan personel yang akan melakukan pertolongan primer dan lanjutan.b. Fasilitas alat-alat yang tersedia.c. Jarak pusat konsultasi terdekat yang dapat memberikan pertolongan yang lebih baik.3. Hasil pemeriksaan pertama harus sudah dapat menentukan: a. Hal-hal yang menjadi indikasi untuk mengambil tindakan primerb. Syarat yang tersedia pada keadaan maternal atau keadaan perinatalc. Fasilitas yang tersedia untuk dapat memberikan pertolongan yang adekuat.Berdasarkan hasil pemeriksaan, pertimbangan fasilitas yang tersedia dan jarak tempat konsultasi yang terdekat sehingga pertolongan yang dapat diberikan sebagai berikut:1. Mengambil tindakan medis yang diperlukan dengan segera karena keadaan gawat tidak dapat ditunda.2. Memberikan pertolongan pertama sehingga keadaan umum menjadi lebih baik untuk:a. Melakukan rujukan (referral) ke pusat pertolongan yang lebih tinggi atau lengkap.b. Menerima tindakan medis yang diperlukan sebagai tindakan definitifc. Melakukan langkah persiapan medis khusus dalam perjalanan sehingga keadaan tidak bertambah buruk selama perjalanan atau mempersiapkan pertolongan yang diperlukand. Melakukan pertolongan konservatif karena keadaannya tidak memaksa untuk mengambil sikap segera sambil menunggu keadaan yang lebih baik.

2.2 Konsep Syok Dalam ObstetriSyok adalah ketidakseimbangan antara volume darah yang beredar dan ketersediaan system vascular bed sehingga menyebabkan terjadinya:1. Hipotensi2. Penurunan atau pengurangan perfusi jaringan atau organ.3. Hipoksia sel.4. Perubahan metabolism aerob menjadi anaerob.Dengan demikian dapat terjadi kompensasi peningkatan detak jantung akibat menurunnya tekanan darah menuju jaringan.Jika ketidakseimbangan tersebut terus berlangsung, akan terjadi:1. Semakin menurunnya aliran O2 dan nutrisi menuju jaringan.2. Ketidakmampuan system sirkulasi untuk mengangkut CO2 dan hasil metabolisme lainnya sehinga terjadi timbunan asam laktat dan asam piruvat di jaringan tubuh dan menyebabkan asidosis metabolic.3. Rendahnya aliran O2 menuju jaringan akan menimbulkan metabolisme anaerob yang akan menghasilkan produk samping:a. Timbunan asam laktatb. Timbunan asam piruvatDampak gagalnya siklus Kreb adalah hipoksia sel yang terlalu lama yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada system enzim sel dan metabolisme sel.

2.3 Klasifikasi Syok1. Syok hipovolemika. Syok akibat perdarahan:Pada obstetric disebabkan oleh: Perdarahan pada abortus Perdarahan antepartum Plasenta previa Solusio plasenta Perdarahan postpartum Perdarahan akibat trauma jalan lahir Perdarahan pada rupture serviks Perdarahan robekan vagina Perdarahan rupture uteri Perdarahan operasi obstetriPada ginekologi Perdarahan disfungsional uteri Perdarahan pada hamil ektopik Perdarahan pada keganasan Perdarahan ovarium Perdarahan pada operasi ginekologib. Syok akibat kehilangan cairan Hiperemesis gravidarum Kehilangan cairan akibat: Diare Pemakaian obat deuretik Syok akibat pengeluaran cairan asites yang terlalu banyak dan mendadakc. Supine hypotensive syndrome Syok berkaitan dengan kompresi uterus pada vena cava inferior sehingga aliran darah yang menuju atrium kanan berkurangd. Syok berkaitan dengan disseminated intravascular coagulation Emboli air ketuban Syok karena terdapat IUF dead2. Syok sepsisa. Infeksi dengan masuknya endotoksin yang berasal dari dinding bakteri gram-negatifb. Endotoksin dapat menimbulkan mata rantai gangguan pada berbagai organ sehingga menimbulkan sindrom syok sepsisc. Komplikasi yang paling sering berkaitan dengan syok sepsis: Abortus infeksius Koroamnionitis Pielonefritis Endometritis postpartum3. Syok kardiogenika. Kegagalan ventrikel kiri Akibat cardiac arrest atau ventrikel fibrilasi Infark miokardb. Kegagalan pengisian ventrikel kiri: Tamponade jantung akibat emboli pada jantung Emboli paru: Lepasnya embolus dari flebitis interna Pada operasi ekstensif pelvis operasi radikal4. Syok neurogenika. Akibat zat kimia aspirasi dari cairan atau isi lambungb. Akibat obat-obatan anestesi spinalc. Inversion uteri kolaps vasomotord. Gangguan elektrolit-hiponatremia kekurangan ion Na

2.4 Syok Akibat PerdarahanPerdarahan merupakan masalah penting dalam obstetric dan ginekologi yang terutama menyebabkan kematian. Untuk dapat mengantisipasi kemungkinan kematian karena perdarahan khususnya pada ibu hamil terjadi perubahan hemodinamik sirkulasi umum dengan bertambahnya berbagai komponen darah sehingga kehilangan darah masih dapat dikompensasi oleh mekanisme tubuh.Salah satu upaya kompensasi tubuh ibu hamil adalah meningkatnya volume darah sekitar 40% pada usia kehamilan sekitar umur 32-34 minggu. Dengan demikian, kehilangan darah dalam waktu singkat dan dalam jumlah tertentu masih dapat dikompensasi sehingga tubuh mampu beradaptasi dengan keadaan yang baru. Pada ibu hamil dengan persalinan normal, kehilangan darah yang terjadi sekitar 500 cc, sedangkan pada tindakan operasi sekitar 1000 cc tetapi belum menunjukkan keadaan yang membahayakan jiwanya.Tekanan darah mempunyai tiga komponen, yaitu sistolik, diastolic, dan tekanan nadi (pube pressure) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:1. Tekanan diastolic mencerminkan tingkat vasokonstriksi2. Tekanan sistolik mencerminkan hubungan antara kemampuan vasokonstriksi dan isi sekuncup3. Tekanan nadi (pube pressure) menggambarkan isi sekuncup.a. Penurunan tekanan nadi menunjukkan semakin menurunnya isi sekuncup jantung yang mampu dikeluarkan.b. Tekanan nadi dihitung dengan mengurangi tekanan sistolik dengan tekanan diastolicContoh: Tekanan darah normal ibu hamil ialah 120/70 mmHg Setelah terjadi perdarahan tekanan menjadi 120/90 mmHg Tekanan nadi turun dari 50 menjadi 30 yang mencerminkan kemampuan jantung untuk kompensasi kehilangan darah

Kompensasi umum yang terjadi pada kehilangan darah lebih dari 10% adalh perubahan hemodinamik dengan:1. Vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan vena sehingga tekanan darah masih dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan perfusi jaringan dengan O2 dan nutrisi2. Diikuti dengan transcapillary refill, yaitu masuknya kembali cairan ekstravaskular menuju vascular, kira-kira 25-30% dari kehilangan darah.3. Jika kehilangan darah melampaui 20%, kompensasi yang terjadi sudah tidak sanggup dilakukan, turunnya tekanan darah akan berjalan parallel dengan turunnya curah jantung Dalam melakukan evaluasi kehilangan darah, terdapat dua komponen yang perlu diukur, yaitu:1. Pengukuran hematokrit sebagai kompensasi pembentukan eritrosit. Hanya saja kompensasi tersebut baru muncul setelah 48 jam dan akan atau menjadi kurang efektif jika telah mendapatkan cairan.2. Pemberian obat penghilang rasa sakit atau narkotik dapat mengganggu efek serabut saraf simpatis adrenal untuk merangsang vasokonstriksi sehingga jika diberikan dalam keadaan hipovolume, dapat menimbulkan keadaan hipotensi yang serius3. Produksi urin merupakan petunjuk yang sangat penting dan mencerminkan keadaan perfusi seluruh tubuh. Penurunan produksi urin merupakan petunjuk bahwa aliran darah menuju ginjal menurun atau telah terjadi perubahan atau autotranfusi pada ginjal itu sendiri.4. Autotranfusi ginjal terjadi dengan pengalihan:a. Aliran darah outer renal cortex menuju juxtamedullary portion dari renal cortexb. Filtrasi glomerulus makin menurun, tetapi resorbsi air dan garam bertambah pada ansa Henlec. Urin mempunyai konsentrasi garam yang tinggidan tekanan osmosis yang tinggi pulad. Perubahan tekanan osmosis urin mungkin mendahului gangguan produksi urin5. Jika konsentrasi garam urin kurang dari 10-20 Meq/L atau rasio osmotic serum lebih dari 2, keadaan ini menunjukkan bahwa perfusi ke ginjal sudah mulai berkurang Derajat perdarahanJumlah darahKeterangan

Derajat Persentase

115900 Belum terdapat gejala umum atau khusus akibat kehilangan darah Semuanya masih dapat dilakukan dengan kompensasi dan diatasi

220-251.200-1.500 Terjadi peningkatan nadi Kompensasi respirasi meningkat, kadang dua kali lebih cepat Merupakan pertanda situasi mengancam Mulai tamapk gangguan perfusi, khususnya yang menuju ekstremitas Jika tekanan nadi (pulse pressure) berkurang 30 mmHg atau lebih besar, perlu dilakukan evaluasi gejala atau tanda klinis lain

330-351.800-2.100 Sudah berat dan menimbulkan gejala klinis: Takikardia 110-120 bpm Takipnea berat 50 kali Badan terasa dingin dan basah Sama dengan syok sekunder dan sudah ireversibel

4402.400 Menunjukkan gejala syok berat Nadi pada ekstremitas sudah tidak teraba lagi Terdapat kegagalan ginjal dengan tanda oligo sampai anuria Sudah terdapat kegagalan sirkulasi dan segera diikuti dengan gagal jantung dan kematian

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.

1. Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok. Terapi untuk perdarahan yang tidak mengancam nyawa adalah dengan Macrodex, Haemaccel, Periston, Plasmagel, Plasmafundin (pengekspansi plasma pengganti darah) dan perawatan di rumah sakit. Terapi untuk perdarahan yang mengancam nyawa (syok hemoragik) dan memerlukan anestesi, harus dilakukan dengan sangat hati-hati jika kehilangan darah banyak. Pada syok berat, lebih dipilih keretase tanpa anestesi kemudian Methergin. Pada abortus pada demam menggigil, tindakan utamanya dengan penisilin, ampisilin, sefalotin, rebofasin, dan pemberian infus.

2. Mola hidatidosa (Kista Vesikular)Penyebab gangguan ini adalah pembengkakan/ edematosa pada vili (degenerasi hidrofik) dan proliferasi trofoblast. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang ditemukan amenore, keluhan kehamilan yang berlebihan, perdarahan tidak teratur, sekret per vagina berlebihan. Pada hasil pemeriksaan, biasanya uterus lebih besar dari pada usia kehamilannya Karen ada pengeluaran kista. Kista ovarium tidak selalu dapat dideteksi. Pada mola kistik, hanya perdarahan mengancam yang boleh dianggap kedaruratan akut, akibatnya tindakan berikut tidak dapat dilakukan pada kejadian gawat-darurat.Terapi untuk gangguan ini adalah segera merawat pasien di rumah sakit, dan pasien diberi terapi oksitosin dosis tinggi, pembersihan uterus dengan hati-hati, atau histerektomi untuk wanita tua atau yang tidak menginginkan menambah anak lagi, transfuse darah, dan antibiotika.

3. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)Penyebab gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di ovarium. Diagnosis ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu, jarang lebih lama, perdarahan per vagina tidak teratur (tidak selalu).Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering unilateral (abortus tuba), hebat dan akut (rupture tuba), ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar. Kavum douglas menonjol dan sensitive terhadap tekanan. Jika ada perdarahan intra-abdominal, gejalanya sebagai berikut:a. Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang pada abdomen bagian atas.b. Abdomen tegang.c. Mual.d. Nyeri bahu.e. Membran mukosa anemis.Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah di bawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya menonjol-terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas pucat, kuku kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.Terapi untuk gangguan ini adalah dengan infuse ekspander plasma (Haemaccel, Macrodex) 1000 ml atau merujuk ke rumah sakit secepatnya.

4. Plasenta previa Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta ke dalam segmen bawah uterus. Penyebab gangguan ini adalah terjadi fase pergeseran/ tumpang tindihnya plasenta di atas ostium uteri internum yang menyebabkan pelepasan plasenta. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan gejala utama. Pasien ini mungkin tidak mengalami nyeri, perdarahan berulang atau kontinu dalam trimester tiga atau selama persalinan tanpa penyebab yang jelas.juga ditemukan uterus selalu lunak, abdomen tidak tegang, umumnya tanpa kontraksi persalina atau hanya sedikit. Keadaan umum pasien berhubungan dengan kehilangan darah. Sebagian besar bunyi jantung janin tetap baik, bunyi jantung yang tidak memuaskan atau tidak ada hanya pada kasus rupture plasenta atau pelepasan yang luas.Tindakan pada plasenta previa:a. Tindakan dasar umum. Memantau tekanan darah, nadi, dan hemoglobin, memberi oksigen, memasang infuse, member ekspander plasma atau serum yang diawetkan. Usahakan pemberian darah lengkap yang telah diawetkan dalam jumlah mencukupi.b. Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesarea segera dilakukan setelah pengobatan syok dimulai.c. Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena plasenta previa totalis atau parsialis, segera lakukan seksio sesaria; karena plasenta letak rendah (plasenta tidak terlihat jika lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm), pecahkan selaput ketuban dan berikan infuse oksitosin; jika perdarahan tidak berhenti, lakukan persalinan pervagina dengan forsep atau ekstraksi vakum; jika perdarahan tidak berhenti lakukan seksio sesaria.d. Tindakan setelah melahirkan. Cegah syok (syok hemoragik) Pantau urin dengan kateter menetap Pantau sistem koagulasi (koagulopati). Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit.Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini dilakukan di tempat praktik. Pada kasus perdarahn yang banyak, pengobatan syok adalah dengan infuse Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel, Plasmafudin. Pada kasus pasien gelisah, diberikan 10 mg valium (diazepam) IM atau IV secara perlahan.

5. Solusio (Abrupsio) PlasentaSolusio plasenta adalah lepasnya plasenta yang tertanam normal pada dinding uterus baik lengkap mauppun parsial, pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Penyebabnya adalah hematoma retroplasenta akibat perdarahan dari uteri (perubahan dinding pembuluh darah), peningkatan tekanan di dalam ruangan intervillus ditingkatkan oleh hipertensi atau toksemia. Diagnosis ditegakkan melalui temuan nyeri (akibat kontraksi peralinan sering ada sebagai nyeri kontinu, uterus tetanik), perdarahan per vagina (jarang ada dan dalam kasus berat, perdarahan eksternal bervariasi), bunyi jantung jani berfluktuasi (hampir selalu melebihi batas-batas norma, umumnya tidak ada pada kasus berat), syok (nadi lemah, cepat, tekanan darah rendah, pucat, berkeringat dingin, ekstremitas dingin, kuku biru).Penderita yang disangka menderita solusio plasenta dengan pendarahan genetalia selama kehamilan lanjut, persalinan harus di rumah sakit. Selama solusio plasenta, dapat terjadi hal-hal berikut:a. Perdarahan yang mengancam nyawa dan syok.b. Tromboplasti yang diikuti oleh apopleksi uteroplasenta.c. Gagal ginjal akut, pada kasus anuria atau oligouria yang lebih ringan, pada kasus ginjal syok yang berat dan nekrosis korteks ginjal.d. Infuse amnion (sangat jarang).Tindakan yang dilakukan di tempat praktik dokter harus hati-hati ketika melakukan pemeriksaan luar, harus menghindari pemeriksaan vagina. Di tempat praktik dokter, biasanya sangat sulit membedakan dengan jelas solusio plasenta dari plasenta previa. Pasien diberi infuse Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel, dan Plasmafudin, serta petidin (Dolantin) 100 mg IM. Tindakan di rumah sakit meliputi pemeriksaan umum yang teliti (nadi, tekanan darah, jumlah perdarahan per vagina, penentuan hemoglobin, hematokrit dan pemantauan pengeluaran urin). Profilaksis untuk syok dengan mulai memberi infuse, menyediakan darah lengkap yang diawetkan, pemeriksaan golongan darah dan profil koagulasi. Pemeriksaan vagina, pada perdarahan hebat pecahkan selaput ketuban tanpa memandang keadaan serviks dan nyeri persalinan. Tindakan ini harus diikuti dengan infuse oksitosin (Syntocinon) 3 unit per 500 ml. Penghilangan nyeri dan sedative untuk profilaksis syok menggunakan dolantin (Petidin), novalgin (Noraminodopirin) IV, talwin (Pentazosin) IV dan IM.Tindakan tambahan pada janin yang hidup dan dapat hidup adalah dengan seksio sesaria. Pada janin yang mati, usahakan persalinan spontan. Jika perlu, ekstraksi vakum atau kraniotomi pada perdarahan yang mengancam nyawa (juga pada janin yang mati atau tidak dapat hidup).

6. Retensio Plasenta (Plasenta Inkompletus)Penyebab gangguan ini adalah retensio (nyeri lahir yang kurang kuat atau perlengkapan patologi) dan inkarserasi (spasme pada daerah isthmus serviks, sering disebabkan oleh kelebihan dosis analgesik). Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap.Terapi untuk retensio atau inkarserasi adalah 35 unit Syntocinon (oksitosin) IV yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara hati-hati dengan tekanan pada fundus. Jika plasenta tidak lahir, usahakan pengeluaran secara manual setelah 15 menit. Jika ada keraguan tentang lengkapnya plasenta,lakukan palpasi sekunder.

7. Ruptur UteriPenyebab rupture uteri meliputi tindakan obstetric (versi), ketidakseimbangan fetopelvik, letak lintang yang diabaikan kelebihan dosis obat untuk nyeri persalinan atau induksi persalinan, jaringan parut pada uterus (keadaan setelah seksio sesaria, meomenukleasi, operasi Strassman, eksisi baji suetu tuba), kecelakaan (kecelakaan lalu lintas), sangat jarang.Rupture Uteri mengancam (hampir lahir) diagnosis melalui temuan peningkatan aktifitas kontraksi persalinan (gejolak nyeri persalinan), terhentinya persalinan, regangan berlebihan disertai nyeri pada segmen bawah rahim (sering gejala utama), pergerakan cincin Bandl ke atas, tegangan pada ligament rotundum, dan kegelisahan wanita yang akan bersalin.Rupture yang sebenarnya didiagnosis melalui temuan adanya kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak (munculnya sebagian atau seluruh janin kedalam rongga abdomen yang bebas), berhentinya bunyi jantung atau pergerakannya atau keduanya, peningkatan tekanan akibat arah janin, gejala rangsangan peritoneal (nyeri difus, muscular defence, dan nyeri tekan) keadaan syok peritoneal, perdarahan eksternal (hanya pada 25% kasus), perdarahan internal (anemia, tumor yang tumbuh cepat disamping rahim yang menunjukkan hematoma karena rupture inkompletus/ terselubung).Rupture tenang didiagnosis melalui temuan setiap keadaan syok yang tidak dapat dijelaskan pada inpartum atau pasca partum dan harus dicurigai dibsebabkan oleh ruptur uteri.Terapi untuk gangguan ini meliputi hal-hal berikut.a. Histerektomi total, umumnya rupture meluas ke segmen bawah uteri, sering ke dalam serviks.b. Hesterektomi supra vagina hanya dalam kasus gawat darurat.c. Membersihkan uterus dan menjahit rupture, bahaya rupture baru pada kehamilan berikutnya sangat tinggi.d. Pada hematoma parametrium dan angioreksis (ruptur pembuluh darah). Buang hematoma hingga bersih, jika perlu ikat arteri iliaka hipogastrikum.e. Pengobatan antisyok harus dimulai bahkan sebelum dilakukan operasi.

8. Perdarahan PascapersalinanPenyebab gangguan ini adalah kelainan pelepasan dan kontraksi, rupture serviks dan vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa plasenta, dan koagulopati. Perdarahan pascapersalinan tidak lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama, kehilangan darah 500 ml atau lebih berarti bahaya syok. Perdarahan yang terjadi bersifat mendadak sangat parah (jarang), perdarahan sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan sedang menetap (terutama pada ruptur). Peningkatan anemia akan mengancam terjadinya syok, kegelisahan, mual, peningkatan frekuensi nadi, dan penurunan tekanan darah. Terapinya bergantung penyebab perdarahan, tetapi selalu dimulai dengan pemberian infuse dengan ekspander plasma, sediakan darah yang cukup untuk mengganti yang hilang, dan jangan memindahkan penderita dalam keadaan syok yang dalam. Pada perdarahan sekunder atonik:a. Beri Syntocinon (oksitosin) 5-10 unit IV, tetes oksitosin dengan dosis 20 unit atau lebih dalam larutan glukosa 500 ml.b. Pegang dari luar dan gerakkan uterus ke arah atas.c. Kompresi uterus bimanual.d. Kompresi aorta abdominalis.e. Lakukan hiserektomi sebagai tindakan akhir.

9. Syok HemoragikPenyebab gangguan ini.a. Perdarahan eksterna atau interna yang menyebabkan hiposekmia atau ataksia vasomotor akut.b. Ketidakcocokan antara kebutuhan metabolit perifer dan peningkatan transpor gangguan metabolic, kekurangan oksigen jaringan dan penimbunan hasil sisa metabolik yang menyebabkan cidera sel yang semula reversibel kemudian tidak reversibel lagi.c. Gangguan mikrosirkulasi.Diagnosis ditegakkan berdasarkan tekanan darah dan nadi; pemeriksaan suhu, warna kulit, dan membrane mukosa perbedaab suhu antara bagian pusat dan perifer badan; evaluasi keadaan pengisian (kontraksi) vena dan evaluasi palung kuku; keterlambatan pengisian daerah kapiler setelah kuku ditekan; dan ekskresi urin tiap jam.Setiap penderita syok hemoragik di rawat di rumah sakit. Terapi awal syok bertujuan mengembalikan hubungan normal antara volume kecepatan denyutjantung dan kebutuhan perifer yang sebenarnya.

10. Syok Septik (Bakteri, Endotoksin)Penyebab gangguan ini adalah masuknya endotoksin bakteri gram negative (coli, proteus, pseudomonas, aerobakter, enterokokus). Toksin bakteri gram positif (streptokokus, Clostridium welchii) lebih jarang terjadi. Pada abortus septic, sering terjadi amnionitis atau pielonefritis. Adanya demam sering didahului dengan menggigil, yang diikuti penurunan suhu dalam beberapa jam, jarang terjadi hipotermi. Tanda lain adalah takikardia dan hipotensi yang jika tidak diobati hamper selalu berlanjut ke syok yang tidak reversible. Gangguan pikiran sementara (disorientasi) sering tidak diperhatikan. Nyeri pada abdomen (obstruksi portal dan ekstremitas yang tidak tegas). Ketidakcocokan antara gambaran setempat dan keparahan keadaan umum. Jika ada gagal ginjal akut dapat berlanjut ke anuria. Trobopenia sering terjadi hanya sementara.Terapi untuk gangguan ini adalah tindakan segera selama fase awal. Terapi tambahan untuk pengobatan syok septic (bakteri) selalu bersifat syok hipovolemik (hipovolemia relatif) adalah terapi infuse secepat mungkin yang diarahkan pada asidosis metabolik. Terapi untuk infeksi adalah antibiotika (Leucomycin, kloramfenikol 2-3 mg/hari, penisilin sampai 80 juta satuan/ hari). Pengobatan insufisiensi ginjal dengan pengenalan dini bagi perkembangan insufisiensi ginjal, manitol (Osmofundin). Jika insufisiensi ginjal berlanjut 24 jam setelah kegagalan sirkulasi, diperlukan dialysis peritoneal.

11. Preeklamsia BeratIstilah eklamsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala eklamsia terjadi dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain. Pada wanita yang menderita eklamsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma. Bergantung pada saat timbulnya, eklamsia dibedakan menjadi eklamsia gravidarum, eklamsia parturientum, dan eklamsia puerperalis.Jika salah satu diantara gejala atau tanda berikut ditemukan pada ibu hamil, dapat diduga ibu tersebut mengalami preeklamsia berat.a. Tekanan darah 160/110 mmHg.b. Oligouria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam.c. Proteinuria, lebih dari 3g/ liter.d. Keluhan subyektif (nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru, sianosis, gangguan kesadaran).e. Pada pemeriksaan, ditemukan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina, dan trombosit kurang dari 100.000/ mm.Diagnosis eklamsia harus dapat dibedakan dari epilepsy, kejang karena obat anesthesia, atau koma karena sebab lain seperti diabetes. Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan :a. Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan intra muskulus pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap jam menurut keadaan. Obat tersebut selain menenangkan juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis.b. Klorpomazin 50 mg intramuskulus.c. Diazepam 20 mg intramuskulus.Penanganan kejang dengan memberi obat anti-konvulsan, menyediakan perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, masker,dan balon oksigen), memberi oksigen 6 liter/menit, melindungi pasien dari kemungkinan trauma tetapi jangan diikat terlalu keras, membaringkan pasien posisi miring kiri untuk mengurangi resiko respirasi. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorok jika perlu.Penanganan umum meliputi :a. Jika setelah penanganan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, beri obat anti hipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.b. Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih besar).c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload cairan.d. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.e. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam, hentikan magnesium sulfat dan berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer laktat 1 L/ 8 jam dan pantau kemungkinan edema paru.f. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.g. Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung tiap jam.h. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.i. Hentikan pemberian cairan IV dan beri diuretic (mis: furosemid 40 mg IV sekali saja jika ada edema paru).j. Nilai pembekuan darah jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit (kemungkinan terdapat koagulopati).

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANAdapun kesimpulan yang kami dapat dari penulisan makalah di atas yaitu Kegawatdaruratan dalam obstetri adalah keadaan gawat yang dapat berasal dari maternal atau janin. Hal tersebut memaksa dokter untuk mengambil sikap agar dapat menyelamatkan ibu dan janin atau salah satunya dalam waktu relatif singkat sehingga tidak menimbulkan bahaya maternal atau perinatal yang lebih besar.Dalam upaya menentukan sikap, kita perlu memerhatikan beberapa masalah sebagai berikut:1. Keadaan maternal dan / atau keadaan perinatal pada saat pertama diterima.2. Fasilitas yang tersedia pada pusat pertolongan primer:a. Kemampuan personel yang akan melakukan pertolongan primer dan lanjutan.b. Fasilitas alat-alat yang tersedia.c. Jarak pusat konsultasi terdekat yang dapat memberikan pertolongan yang lebih baik.3. Hasil pemeriksaan pertama harus sudah dapat menentukan: a. Hal-hal yang menjadi indikasi untuk mengambil tindakan primerb. Syarat yang tersedia pada keadaan maternal atau keadaan perinatalc. Fasilitas yang tersedia untuk dapat memberikan pertolongan yang adekuat.

0. SARANKegawatdaruratan dalam obstetri adalah keadaan gawat yang dapat berasal dari maternal atau janin. Untuk itu sangat penting dilakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan untuk mencegah terjadinya kegawatdaruratan obstetric ini. Dan saat masa persalinan, keadaan maternal atau janin saat diterima harus diperiksa dan dipantau agar dapat memberikan pertolongan yang tepat yang tentunya tidak menimbulkan keadaan gawat darurat.

DAFTAR PUSTAKA

Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes. Kebidanan Komunitas, Google Books, viewed on 22 September 2011, , hal.129-138

Pengantar Kuliah Obstetri, Google Books, viewed on 22 September 2011 hal.873-890