Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

89
KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN GIGITAN SERANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus gigitan serangga dan binatang berbisa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu: 1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan

description

gadar

Transcript of Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Page 1: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN GIGITAN SERANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang

menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,

penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.

Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan

keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.

Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.

Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah

pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan

terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus gigitan serangga dan binatang berbisa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan binatang berbisa?

2. Apa saja penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa?

3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga dan binatang berbisa

2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa

BAB II

Page 2: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

PEMBAHASAN

A. Kegawatdaruratan Pada Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa

1. Definisi gigitan serangga

Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali menyebabkan

bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang

biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi

dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.

Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit

seseorang.

Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan gigitan serangga

didantaranya adalah:

a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).

Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan

pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:

• Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapatkan

masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)

• Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau kerongkongan/tenggorokan

• Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir

(angioedema)

• Pusing dan kacau

• Mual, diare, dan nyeri pada perut

• Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak

Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.

b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.

Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:

• Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam

• Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat

• Laba-laba gembel (hobo)

• Kalajengking

c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.

Page 3: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

• Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah madu

afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu

kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak

• Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si jaket

kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi

• Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian memutar

kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali

d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.

e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.

f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk

mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan

bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah

penggunaan anti serum.

g. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada seseorang,

menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).

h. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

2. Definisi gigitan binatang berbisa

Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan

berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll.

Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular.

Ular yang berbisa memiliki ciri- ciri :

a. Bentuk kepala segiempat panjang

b. Gigi taring kecil

c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan

Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa seperti :

a. Bentuk kepala segitiga

b. Dua gigi taring besar di rahang atas

c. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:

a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot

Page 4: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat

kesadaran menurun sampai dengan koma.

b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau

menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat

lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus

berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.

c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin.

Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel

otot.

d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.

e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat

terganggunya kardiovaskuler.

f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat

patukan

g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

B. Penyebab Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa

a. Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa

Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau

diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga

untuk melindungi sarang mereka.

Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan

substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga

mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.

Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera.

Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang

alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada

kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam

menyengat.

Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika

proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan

Page 5: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.

Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya.

Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.

b. Gejala 

Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam faktor yang

mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan

gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut. Kulit yang

terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika

luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.

Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan dan hampir

meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan

karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada

tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.Sengatan dari serangga jenis penyengat besar

atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan

gagal ginjal.

Sedangkan tanda dan gejala dari gigitan binatang berbisa seperti ular yaitu :

Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah dari

penampakan langsung misalnya corak kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dillihat dua lubang yang

jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas gigi-gigi kecil

berbentuk U bila ularnya tak berbisa. 

Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang sederhana

sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada korban gigitan ular dapat

menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan gejala inisial, dan kemudian tiba-tiba

menjadi sesak nafas dan menjadi syok. 

Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :

• Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp) menimbulkan rasa

sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan

melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.

• Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan

perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari

luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak

Page 6: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.

• Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa

ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan,

berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah

visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.

• Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid

Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari

sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat

menyebabkan gagal ginjal.

• Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban,

menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

C. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa

1. Penatalaksanaan pada gigitan serangga 

Jika seseorang yang telah digigit serangga mengalami gejala seperti di atas maka carilah

pengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal.

Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering ditemui.

Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.Jika gigitan menyebabkan infeksi

(kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh),

pergilah ke dokter.Jika tidak diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk menjaga area

yang digigit agar tidak terjadi infeksi.

Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba. Seseorang

yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke rumah sakit terdekat jika

mendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak mempunyai riwayat tergigit serangga juga harus

ke bagian gawat darurat jika:

a. Mendesah

b. Sesak nafas

c. Dada sesak atau sakit

d. Tenggorokan sakit atau susah berbicara

e. Pingsan atau lemah

f. Infeksi

Page 7: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

a.Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang

terjadi. Jika hanya kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es

sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk

menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel

dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.Pengobatan dapat juga

menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil.

Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.

2. Penatalaksanaan pada gigitan binatang berbisa

Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di

lapangan dan manajemen di rumah sakit

a. Perawatan di Lapangan

Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien

sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang

kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka

gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.

Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support.

Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing,

Circulation).

b. Pertolongan Pertama :

1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan

menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.

2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif

di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu

ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk

mengurangi aliran bisa.

3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat

penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa

menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun

alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat

penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.

4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran darah

Page 8: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area

yang tergigit.

5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan

darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi

membutuhkan intubasi.

6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit

kemungkinan berbisa.

7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke

fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa).

Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang

signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta

ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit

hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah

gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.

8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan

lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan

luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk

memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi

kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.

9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka

lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama

digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan

dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan

kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap

memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek

sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada

sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana.

c. Manajemen di Rumah Sakit

Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien atas tanda-tanda

syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat, perubahan status mental, hipotensi).

Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin

Page 9: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

membutuhkan endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas.

Korban dengan syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk

mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital.

Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah dan

menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir

sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan

mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.

Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban gigitan ular-ular

viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat. 

a. Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-tanda toksisitas

sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.

b. Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih dari 12 inci di

sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan penyimpangan pada hasil

laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit atau trombosit).

c. Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah, hipotensi,

hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan tromboplastin time parsial

teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif.

Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom ringan

awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.

Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika korban datang

dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau sistemik.

Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya dan berkembang menjadi gagal

nafas.

Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus diperlukan jika

korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Beberapa luka

memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA SENGATAN DAN GIGITAN ULAR

PENGKAJIAN

Pada sengatan serangga mungkin ditemukan :

Page 10: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

~ Mendesah

~ Sesak nafas

~ Tenggorokan sakit atau susah berbicara

~ Pingsan atau lemah

~ Infeksi

~ Kemerahan

~ Bengkak

~ Nyeri

~ Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan

Pada gigitan ular dapat ditemukan data :

~ Tampak kebiruan

~ Pingsan

~ Lumpuh

~ Sesak nafas

~ syok hipovolemik

~ nyeri kepala

~ mual dan muntah

~ nyeri perut

~ diare

~ keluarnya darah terus menerusdari tempat gigitan

~ flaccid paralysis

~ Miotoksisitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi

• Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan

• Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi

• Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin 

• Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus 

• Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

Page 11: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

INTERVENSI

Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi

Tujuan : Meredakan nyeri

Intervensi

1. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset

R/ : mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal

2. Berikan kompres dingin

R/ : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak

3. Lakukan tehnik distraksi relaksasi

R/ : mengurangi nyeri

4. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk

krim/salep atau pil, losion Calamine

R/ : mengurangi gatal – gatal

Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan

Tujuan : Menangani penyebab, Memperbaiki suplai darah ke jaringan

Intervensi

1. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di atasi(perdarahan luar)

R/: Mengurangi keparahan

2. Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.

R/: Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang kesadaran

3. Kaki di tinggikan dan di topang

R/: Meningkatkan suplai darah ke otak

4. Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi

R/: Sirkulasi tidak terganggu

5. Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit

R/: Mengetahui tingkat perkembangan pasien

Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Mencegah peradangan akut

Page 12: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Intervensi

1. Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan

R/: Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh

2. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang

terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).

R/: Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka

3. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular (ABU) polivalen i.v dan

disekitar luka. ATS dan penisilin procain 900.000 IU

R/: Mencegah terjadinya infeksi

Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin 

Intervensi

1. Auskultasi bunyi nafas 

2. Pantau frekuensi pernapasan 

3. Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi 

4. Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam 

5. Observasi warna kulit dan adanya sianosis 

6. Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot 

7. Batasi pengunjung klien 

8. Pantau seri GDA 

9. Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada) 

10. Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator) 

Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus

Intervensi

1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis 

2. Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur 

3. Beri kompres mandi hangat 

4. Beri antipiretik 

5. Berikan selimut pendingin 

Page 13: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

Intervensi

1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien

3. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali

4. Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan

5. Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari

6. Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan

7. Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi dari kontak

langsung dengan ekskresi atau sekresi

8. Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis

9. Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut

10. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)

Page 14: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

luka gigitan serangga new

A. PENDAHULUAN

Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang

disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang.

Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga biasanya untuk

melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang

tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita.

Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat. (1,2)

B. EPIDEMIOLOGI

Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama di seluruh dunia. Dapat terjadi

pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak menutup

kemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar kita. Prevalensinya sama antara pria dan wanita.

Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Salah satu

faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak

serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain. (1,3)

C. ETIOLOGI

Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun)

dan Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun biasanya menyerang dengan cara

menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni

dengan cara menyuntikan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang

Page 15: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

tidak beracun menggigit dan menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang

menimbulkan rasa gatal. (4)

Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan kelainan kulit yang

signifikan. Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :

(5,6)

I. Kelas Arachnida

A. Acarina 

B. Araneae (Laba-Laba)

C. Scorpionidae (Kalajengking)

II. Kelas Chilopoda dan Diplopoda

III. Kelas Insecta

A. Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et corporis)

B. Coleoptera (Kumbang)

C. Diptera (Nyamuk, lalat)

D. Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)

E. Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)

F. Lepidoptera ( Kupu-kupu)

G. Siphonaptera ( Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex 

D. PATOGENESIS

Page 16: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau

sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun tubuh. Racun dari

serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan

melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh

respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga.

Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2

kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed. (7,8)

Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi lokal atau

reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau sengatan

serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang

dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam

timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan

merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari racun tersebut.(8)

E. MANIFESTASI KLINIS

Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia, yang memberikan

respon yang berbeda pada masing-masing individu, reaksi yang timbul dapat berupa lokal atau

generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria

dapat langsung hilang atau juga akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak

seperti berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua

bagian tubuh atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan

yang sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang

mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat

muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga

tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing. Infeksi sekunder adalah

merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai folikulitis, selulitis atau limfangitis.

(3,5,7,9)

Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul terjadinya suatu reaksi

alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok biasanya disebabkan akibat

Page 17: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada

sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan mengakibatkan pembengkakan pada muka, kesulitan

bernapas, dan munculnya bercak-bercak yang terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh

permukaan badan. Prevalensi terjadinya reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira

0,4%, ada 40 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai

60 menit setelah sengatan. Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya syok dan

kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian nantinya. sehingga diperlukan penanganan

yang cepat terhadap reaksi ini. (4,5,9)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara sel-sel epidermis,

spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear. Infiltrat dapat berupa eosinofil,

neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan

sebukan sel radang akut. (1,6)

Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium dimana terjadi

peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan tes tusuk dengan

alergen tersangka. (1)

G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari

anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah yang mempunyai resiko

mendapat serangan serangga seperti di daerah perkebunan dan taman. Bisa juga ditanyakan

mengenai kontak dengan beberapa hewan peliharaan yang bisa saja merupakan vektor perantara

dari serangga yang dicurigai telah menggigit atau menyengat. (7)

Page 18: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

H. DIAGNOSIS BANDING

Reaksi yang diakibatkan oleh sengatan atau gigitan serangga kebanyakan menyerupai erupsi

kulit yang lainnya. Seperti yang dapat dilihat reaksi yang diakibatkan oleh serangga

menunjukkan adanya papul-papul. Bila kita menduga terjadi reaksi akibat gigitan atau sengatan

serangga, maka kita harus memperoleh anamnesis dengan cermat adanya kontak dengan

serangga, menanyakan tentang pekerjaan dan hobi dari seseorang yang mungkin dapat menolong

kita mendiagnosis kelainan ini. (1,2)

Dibawah ini merupakan beberapa diagnosis banding dari reaksi akibat gigtan atau serangan

serangga antara lain : 

1. Prurigo : Biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik yang gatal. Mengenai ekstremitas

terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah. (1, 13)

2. Dermatitis Kontak : Biasanya jelas ada bahan-bahan kontaktan atau alergen, lesi sesuai dengan

tempat kontak. (1,14)

I. PENATALAKSANAAN 

Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya infeksi sekunder

pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal sederhana seperti

menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat membantu untuk mengurangi gatal,

dan juga dapat diberikan antihistamin oral seperti diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi

rasa gatal. Steroid topikal dapat digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan

atau gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun oral,

dan dapat juga dikompres dengan larutan kalium permanganat. (1,5,8,9)

Page 19: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan pemasangan tourniket proksimal dari

tempat gigitan dan dapat diberikan pengenceran Epinefrin 1 : 1000 dengan dosis 0,3-0,5

mg/kgBB diberikan secara subkutan dan jika diperlukan dapat diulang sekali atau dua kali dalam

interval waktu 20 menit. Epinefrin dapat juga diberikan intramuskuler jika syok lebih berat. Dan

jika pasien mengalami hipotensi injeksi intravena 1 : 10.000 dapat dipertimbangkan. Untuk gatal

dapat diberikan injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau difenhidramin 50 mg.

Pasien dengan reaksi berat danjurkan untuk beristirahat dan dapat diberikan kortikosteroid

sistemik. (1,5,9) 

J. PROGNOSIS

Prognosis dari gigitan serangga sebenarnya baik, tapi tergantung jenis serangga serta racun yang

dimasukkannya ke dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi syok anafilaktik maka

prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan tepat. (1,9)

K. KESIMPULAN

Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang

disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang.

Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan

serangga dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini

yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan

lain-lain. Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous

(beracun) dan Non Venomous (tidak beracun).

Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2

kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat

berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap, biasa

disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada kulit.

Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau hanya muncul terbatas disekitar

area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan dan

Page 20: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan

menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai pemphigoid

bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita

masing-masing.

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari

anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah yang mempunyai resiko

mendapat serangan serangga. Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan

mengontrol terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama,

campuran topikal sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat

membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral. Steroid topikal

dapat digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan. Infeksi

sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun oral. Jika terjadi reaksi berat

dengan gejala sistemik dapat diberikan Epinefrin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta : EGC ; 2000

p. 174-175

2. Rohmi Nur. Insect Bites. [online] 2006 [cited 2008 June 04] : [ 3 screens]. Available from :

http://www.fkuii.org/tiki-index.php?page=Insect+Bites7

3. Bites and Sting. In: Bolognia JL Lorizzo JL, Rapini RP,eds. Dermatology Volume.1. London:

Mosby; 2003.p.1333-35

4. Ngan Vanessa. Insect Bites and Stings. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [4 screnns].

Available from : http://www.dermnet.com/image.cfm?imageID=1875

5. Rube J. Parasites, Arthropods And Hazardous Animals Of Dermatologic Significance. In:

Moschella SL, Hurley HJ, eds. Dermatology Volume 1. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders

Company; 1985.p.1923-88

Page 21: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

6. Wilson C.Arthropod Bites And Sting. In: Fitzpetrick TB Eisen AZ, Wolf K, Freedberg IM,

Austen KF.eds. Dermatology in General Medicine, 4th ed.USA: McGraw-Hill; 1993.p.2685-95

7. Burns.D.A. Dissease Caused by Arthropoda and other Noxious Animals. In: Rook, Wilkinson,

Ebling.eds. Textbook of Dermatology 7 th ed. London: Blackwell Science.1998.p.1085-1125. 

8. Elston Dirk M. Insect Bites. [Online] 2007. [cited 2008 June 4] : [16 screens]. Available

from : http://emedicine.com/derm/topic467.htm#section~Treatment.

9. Habif TP,ed.Clinical Dermatology: A. Color Guide To Diagnosis and therapy. 4th ed.

Edinburgh; Mosby; 2004.p.531-36 

10. Hardin MD. Fire Ant Bite. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen]. Available from :

http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/tamu/fireants5.html

11. Hardin MD. Bee Sting Picture. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen]. Available

from : http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/dermnet/beesting1.html

12. New Zealand Dermatological Society Incorporated. Prurigo Nodularis. [Online] 2008 [cited

2008 june 4] : [4 screens]. Availablel from : http://www.dermnet.com/image.cfm?

imageID=1875&moduleID=8&moduleGroupID=216&groupindex=0&passedArrayIndex=2

13. Wiryadi Be. Prurigo. In : Djuanda Adhi: Mochtar H, Siti A, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin 3th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1999.p.272-275

14. Kucenic MJ. Contact Dermatitis. [Online] 2007 [cited 2008 june 4] : [8 screens]. Available

from : http://www.umm.edu/imagepages/2387.htm

15. E. Duldner, Jr., MD. Insect Bites And Stings. [online] 2008 [cited 2008 june 4] : [5 screens].

Available from : http://about.com/adam_health_tropic:79/12.pages/342.htm

Page 22: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Insect Bites

Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkalimenyebabkan

bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang

biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi

dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.Insect bites adalah

gigitan atau sengatan serangga. Insect bites adalah gigitan yangdiakibatkan karena serangga yang

menyengat atau menggigit seseorang.Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh

gigitan atau serangan serangga diantaranya adalah:

1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).

Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kehidupan dan

membutuhkan pertolongan darurat.

Tanda-tanda atau gejalanya adalah:

•Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak

mendapatkanmasukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)

•Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut ataukerongkongan/tenggorokan

•Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaputlendir

(angioedema)

•Pusing dan kacau

•Mual, diare, dan nyeri pada perut

•Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala

lain dari beberapa reaksi.

Page 23: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

2. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.

Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:

•Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam

•Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat

•Laba-laba gembel (hobo)

•Kalajengking

3. Reaksi racun dari serangan labah, tawon, atau semut api.

Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebahmadu

afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah

madukebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak Tawon,

penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si jaket kuning

dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergiSerangan semut api kepada seseorang dengan

gigitan dari rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur

memutar dan berkali-kali

4. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.

5. infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.

6. Penyakit serum (darah)

Sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk mengobati gigitan atauserangan

serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak serta

diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah penggunaan anti serum.

Page 24: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

 7. Infeksi virus.

 Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada seseorang, menyebabkaninflamasi

pada otak (encephalitis).

8. Infeksi parasit.

 Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

Penyebab

Serangga tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu.Kebanyakan gigitan

dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang

mereka.Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari

proteindan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan

serangga jugamengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.Lebah, tawon,

penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau

sengatan darimereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi

terhadap mereka.Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada

kematian yangdiakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam

menyengat.Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia

matiketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon

tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.Semut api menyengatkan bisanya

dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-

kali.

Gejala

Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macamfaktor yang

mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak,nyeri, dan

gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut. Kulityang

terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka.Jika

Page 25: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.Rasa gatal dengan

bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan danhampir meninggal dalam 30

menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini jugadiakibatkan karena alergi pada

gigitan serangga.Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian

karenagangguan udara.Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah

jarang sekaliditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.

Pengobatan

Jika terjadi gejala seperti di atas maka carilah pengobatan. Gejala tersebut bisa jadianafilaksis

fatal.Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling

seringditemui. Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.Jika gigitan menyebabkan

infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuhtinggi, demam, atau kemerahan di

tubuh), pergilah ke dokter.Jika tidak diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk

menjaga area yang digigitagar tidak terjadi infeksi. Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka,

mungkin itu sengatan racunlaba-laba.Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat

serangga harus pergi ke rumahsakit terdekat jika mendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak

mempunyai riwayat tergigitserangga juga harus ke bagian gawat darurat jika:1. Mendesah2.

Sesak nafas3. Dada sesak atau sakit4. Tenggorokan sakit atau susah berbicara5. Pingsan atau

lemah6. InfeksiRedakan sakitnya dengan salep (beberapa jenis salep tersedia di apotek dan toko

obatterdekat) atau dengan kompres dingin.Jika Anda tahu bahwa Anda atau anak Anda

alergiterhadap gigitan atau sengatan serangga, mintalah nasihat dokter tentang

tindakan pencegahannya. Jangan mencabut sengat lebah. Hilangkan dengan ujung kuku atau

pisau.

Pengobatan pribadi di rumah

Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan nyeri

pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan area yang

Page 26: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

terkenagigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh

serangga(seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka

tidak dibersihkan.Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin

(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi

gatal-gatal.

  

Insect BiteA. PENDAHULUANInsect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat. (1,2)

Page 27: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

B. EPIDEMIOLOGIGigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama di seluruh dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar kita. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain. (1,3)

C. ETIOLOGISecara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit dan menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal. (4)Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas : (5,6)I. Kelas ArachnidaA. Acarina B. Araneae (Laba-Laba)C. Scorpionidae (Kalajengking)II. Kelas Chilopoda dan DiplopodaIII. Kelas InsectaA. Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et corporis)B. Coleoptera (Kumbang)C. Diptera (Nyamuk, lalat)D. Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)E. Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)F. Lepidoptera ( Kupu-kupu)G. Siphonaptera ( Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex 

D. PATOGENESISGigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed. (7,8)Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau sengatan

Page 28: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari racun tersebut. (8 )

E. MANIFESTASI KLINISBanyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia, yang memberikan respon yang berbeda pada masing-masing individu, reaksi yang timbul dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing. Infeksi sekunder adalah merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai folikulitis, selulitis atau limfangitis. (3,5,7,9)Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul terjadinya suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok biasanya disebabkan akibat sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan mengakibatkan pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan munculnya bercak-bercak yang terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh permukaan badan. Prevalensi terjadinya reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira 0,4%, ada 40 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai 60 menit setelah sengatan. Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya syok dan kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian nantinya. sehingga diperlukan penanganan yang cepat terhadap reaksi ini. (4,5,9)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGDari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear. Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan sebukan sel radang akut. (1,6)Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium dimana terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan tes tusuk dengan alergen tersangka. (1)

G. DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga seperti di daerah perkebunan dan taman. Bisa juga ditanyakan mengenai kontak dengan beberapa hewan peliharaan yang bisa saja merupakan vektor perantara dari serangga yang dicurigai telah menggigit atau menyengat. (7)

Page 29: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

H. DIAGNOSIS BANDINGReaksi yang diakibatkan oleh sengatan atau gigitan serangga kebanyakan menyerupai erupsi kulit yang lainnya. Seperti yang dapat dilihat reaksi yang diakibatkan oleh serangga menunjukkan adanya papul-papul. Bila kita menduga terjadi reaksi akibat gigitan atau sengatan serangga, maka kita harus memperoleh anamnesis dengan cermat adanya kontak dengan serangga, menanyakan tentang pekerjaan dan hobi dari seseorang yang mungkin dapat menolong kita mendiagnosis kelainan ini. (1,2)Dibawah ini merupakan beberapa diagnosis banding dari reaksi akibat gigtan atau serangan serangga antara lain : 1. Prurigo : Biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik yang gatal. Mengenai ekstremitas terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah. (1, 13)

2. Dermatitis Kontak : Biasanya jelas ada bahan-bahan kontaktan atau alergen, lesi sesuai dengan tempat kontak. (1,14)

I. PENATALAKSANAAN Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral seperti diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal. Steroid topikal dapat digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun oral, dan dapat juga dikompres dengan larutan kalium permanganat. (1,5,8,9)Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan pemasangan tourniket proksimal dari tempat gigitan dan dapat diberikan pengenceran Epinefrin 1 : 1000 dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB diberikan secara subkutan dan jika diperlukan dapat diulang sekali atau dua kali dalam interval waktu 20 menit. Epinefrin dapat juga diberikan intramuskuler jika syok lebih berat. Dan jika pasien mengalami hipotensi injeksi intravena 1 : 10.000 dapat dipertimbangkan. Untuk gatal dapat diberikan injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau difenhidramin 50 mg. Pasien dengan reaksi berat danjurkan untuk beristirahat dan dapat diberikan kortikosteroid sistemik. (1,5,9) 

J. PROGNOSISPrognosis dari gigitan serangga sebenarnya baik, tapi tergantung jenis serangga serta racun yang dimasukkannya ke dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi syok anafilaktik maka prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan tepat. (1,9)

K. KESIMPULANInsect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini

Page 30: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain. Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun).Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing.Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga. Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral. Steroid topikal dapat digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun oral. Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik dapat diberikan Epinefrin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta : EGC ; 2000 p. 174-1752. Rohmi Nur. Insect Bites. [online] 2006 [cited 2008 June 04] : [ 3 screens]. Available from : http://www.fkuii.org/tiki-index.php?page=Insect+Bites73. Bites and Sting. In: Bolognia JL Lorizzo JL, Rapini RP,eds. Dermatology Volume.1. London: Mosby; 2003.p.1333-354. Ngan Vanessa. Insect Bites and Stings. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [4 screnns]. Available from : http://www.dermnet.com/image.cfm?imageID=18755. Rube J. Parasites, Arthropods And Hazardous Animals Of Dermatologic Significance. In: Moschella SL, Hurley HJ, eds. Dermatology Volume 1. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1985.p.1923-886. Wilson C.Arthropod Bites And Sting. In: Fitzpetrick TB Eisen AZ, Wolf K, Freedberg IM, Austen KF.eds. Dermatology in General Medicine, 4th ed.USA: McGraw-Hill; 1993.p.2685-957. Burns.D.A. Dissease Caused by Arthropoda and other Noxious Animals. In: Rook, Wilkinson, Ebling.eds. Textbook of Dermatology 7 th ed. London: Blackwell Science.1998.p.1085-1125. 8. Elston Dirk M. Insect Bites. [Online] 2007. [cited 2008 June 4] : [16 screens]. Available from : http://emedicine.com/derm/topic467.htm#section~Treatment.

9. Habif TP,ed.Clinical Dermatology: A. Color Guide To Diagnosis and therapy. 4th ed. Edinburgh; Mosby; 2004.p.531-36 10. Hardin MD. Fire Ant Bite. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen]. Available from :

Page 31: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/tamu/fireants5.html11. Hardin MD. Bee Sting Picture. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen]. Available from : http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/dermnet/beesting1.html12. New Zealand Dermatological Society Incorporated. Prurigo Nodularis. [Online] 2008 [cited 2008 june 4] : [4 screens]. Availablel from : http://www.dermnet.com/image.cfm?imageID=1875&moduleID=8&moduleGroupID=216&groupindex=0&passedArrayIndex=213. Wiryadi Be. Prurigo. In : Djuanda Adhi: Mochtar H, Siti A, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 3th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1999.p.272-27514. Kucenic MJ. Contact Dermatitis. [Online] 2007 [cited 2008 june 4] : [8 screens]. Available from : http://www.umm.edu/imagepages/2387.htm15. E. Duldner, Jr., MD. Insect Bites And Stings. [online] 2008 [cited 2008 june 4] : [5 screens]. Available from : http://about.com/adam_health_tropic:79/12.pages/342.htm

2.3    Macam – macam sengatan serangga dan penatalaksaannya

1.      Sengatan serangga / hewan darat

Sengatan laba – laba

Page 32: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Sengatan laba – laba dapat menimbulkan rasa sakit bahkan dapat meninbulkan nekrosis kulit dan

keracunan sistemik. Cairan jernih dari laba – laba berisi esterase, fosfatase, alkalin protease dan

enzim lain yang menyebabkan nekrosis jaringan dan hemolisis. Mulanya gigitan laba – laba ini

tidak nyeri atau terasa panas,. Setelah beberapa jam terasa nyeri dan gatal dengan indurasi di

sekitar gigitanserta daerah pucat iskemik atau kemerahan pada bekas gigitan. Pada kasus tanpa

terapi akan sembuh dalam waktu 2- 3 hari. Pada kasus yang berat, kemerahan merata dan di

bagian tengah ada pendarahan atau nekrosisdisertai timbulnya bula. Timbul jaringan kehitaman

dan terkelupas yang beberapa minggu kemudian meinggalkan ulkus yang diameternya bisa

mencapai 25 cm dan kadang – kadang membuat jaringan cekung. Proses penyembuhan bisa 3 – 6

bulan. Bila mengenai jaringan lemak, penyembuhan dapat mencapai 3 tahun. Komplikasi lokal

dapat berupa infeksi sekunder, melukai jaringan saraf, demam, nyeri, lemah, mual, muntah.

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan

Gatal – gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

Amankan lingkungan

Nilai keadaan airway, breathing, circulation

Tenangkan penderita

Bersihkan gigitan dengan menggunakan menggunakan air sabun atau alkohol 70 % atau

antiseptik lainnya , balut dengan balutan dan diusahakan balutan steril dan beri kompres dingin,

angkat dan lakukan imobilisasi bagian yang terkena gigitan.

Bila ada indikasi, berikan analgesik, anthisitamin, antibiotik

Page 33: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Rujuk segera ke rumah sakit

Pasien dimonitor terhadap tanda – tanda hemolisis dan komplikasi sistemik lainnya.

Sengatan  lipan / kelabang

Sengatan kelabang dapat meninggalkan bekas luka berupa sepang luka, dan menyebabkan

pembengkakan, rasa sakit dan kemerahandi sekitar tempat luka. Rasa terbakar, pegal dan sakit

biasanya akan hilang dengan sendirnya setelah 4-5 jam kemudian. Gigitan kelabang walaupun

tidak selalu membahayakan jiwa, dapat menimbulkan reaksi alergi yang gawat dan kadang –

kadang dapat berakibat fatal

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan

Gatal – gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

 

Penatalaksaan :

-          Amankan diri dari lingkungan

-          Nilai status airway, breathing dan circulation

-          Tenangkan penderita

-          Ambil sengatnya kalau nampak ( hati – hati saat mencabut. Jangan sampai menekan

kantng bisa atau kalenjar bisa )

-          Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik lainnya.

-          Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

Page 34: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

-          Imobilisasikan daerah yang tergigit

-          Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin

-          Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

Sengatan tawon

Tanda dan gejala serta penatalaksaan pada kasus dengan gigitan tawon pada umumnya hampir

sama dengan tandan dan gejala serta penatalaksaan pada kasus gigitan lipan / kelabang

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan

Gatal – gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

-          Amankan diri dari lingkungan

-          Nilai status airway, breathing dan circulation

-          Tenangkan penderita

-          Ambil sengatnya kalau nampak ( hati – hati saat mencabut. Jangan sampai menekan

kantng bisa atau kalenjar bisa )

-          Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik lainnya.

-          Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

-          Imobilisasikan daerah yang tergigit

 

Page 35: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

-          Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin. rujuk

-          Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

 

Sengatan semut api dan semut lainnya

Semut merah coklat atau semut coklat hitam menyengat kulit manusia dengan kekuatan rahang

ketika menyemprotkan racun.

Penatalaksaan :

Pada kasus yang berat dapat terjadi penekanan saraf dan pembuluh darah. Jika keadaan seperti di

atas maka tempat sengatan diberi es batu, glukokortikoid topikal dan antihistamin oral. Pustula

ditutup dengan verban dan diberi antibiotik bila ada indikasi. Efineprin diberikan jika ada reaksi

anafilaktik.

Sengatan kalajengking

Kalajengking memliki sengatan penjepit yang digunakan untuk menggenggam mangsanya.

Kemudian melumpuhkan mangsanya dengan sengatan yang terdapat pada ujung ekornya.

Sengatan tersebut dapat menimbulkan rasa panas dan nyeri yang potensial menimbulkan

keracunan yang mematikan.

Gambaran klinis pada lokasi sengatan kadang – kadang terlihat minimal dengan secara umum

racun kalajengking menunjukan sifat hemolitik dan neurotoksik yang dapat menghasilkan

keracunan yang berat.

Gejala lokal yang dapat ditimbulkan antara lain :

-          Nyeri seperti terbakar

-          Gejala peradangan disertai parestesi loal

Gejala sistemik yang dapat ditimbulkan antara lain :

Page 36: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

-          Umunya ditemukan pada anak – anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Gejala yang

timbul antara lain gelisah, keluar keringat berlebihan, diplopia, nistagmus, fasikuli, opistotonus,

salivasi, hipertensi, takikardi dan kadang – kadang kejang, paralisis otot pernafasan

-          Gejala – gejala tersebut dapat pula disertai dengan edema paru, syok, koagulopati,

pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, ikterus, hipertermia.

 

 

 

 

 

Penatalaksaan :

 Bila sengatan berasal dari spesies yang tidak mematikan, Daerah sengatan dikompres dengan

menggunakan kompres dingin atau es batu, analgesik atau antihistamin.

Umumnya sengatan hanya menimbulkan nyeri lokal dapat ditangani di rumah dengan instruksi

kembali ke bagian gawat darurat bila terjadi perkembangan penyakit menjadi gangguan saraf dan

otot atau saraf kranial.

Perlakukan pasien dengan tenang, berikan tekanan dengan kompres dingin pada sengatan agar

mengurangi absorpsi racun. Berikan infus intravena midazolam untuk mengontrol agitasi,

gerakan otot yang tidak beraturan akibat sengatan tersebut.

Pemantauan selama pengobatan dapat diberi dan sedatif atau narkotik jika perlu terutama pasien

yang mengalami gejala – gejala neuromuskular untuk mencegah terjadinya henti nafas.

Secara umum penatalaksaan dapat dibagi menjadi 3 terapi yaitu :

Terapi supportif

Stabilisasi :

Page 37: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

-            Penatalaksaan jalan nafas

-            Penatalaksaan fungsi nafas : ventilasi dan oksigenasi

-            Penatalaksaan sirkulasi : pasang infus kristaloid

Dekontaminasi

-                                Cuci luka dan berikan tetanus profilaksis jika diperlukan

-                                Jangan melakukan pengisapan dan insisi lokal pada area sengatan

Terapi spesifik

Terapi antivenim dengan pemberian serum skorpion ( polivalen )

Terapi tingkat lanjut

Terapi ini dilakukan untuk mengatasi gejala sistemik akibat keracunan sengatan kalajengking

seperti hipertensi, edema paru, bradiritmia, gelisah dan syok

-   Hipertensi dan edema paru dapat diatasi dengan pemberian nifedipin, nitroprusside, atau

prazosin

-   Bradiaritmia dapat dikontrol dengan pemberian atropin

-   Pada penderita yang gelisah dengan gerakan – gerakan yang tidak terkontrol dapat diberikan

infus intravena kontinudengan midazolam.

-   Pemberian antivenim harus dilakukan hati – hati sebab dapat memberikan reaksi analilaksis.

-   Reaksi syok anafilaksis dapat dijumpai pada penderita yang sensitif terhadap racun

kalajengking.

Page 38: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KERACUNAN DAN GIGITAN BINATANG

BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan

Page 39: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan binatang yang menyebab infeksi yang menyerang susunan saraf pusat (rabies). Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan seperti gigitan anjing, kucing dan monyet  maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan binatang tersebut.

B.       TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1.    Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan pada keracunan dan gigitan seranggga

2.    Untuk mengetahui penyebab keracunan dan gigitan seranggga

3.    Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan dan gigitan seranggga

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS DENGAN KERACUNAN

A.       PENGERTIAN

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

B.       ETIOLOGI

Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :

Page 40: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

1.    Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).

2.    Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll

3.    Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll

4.    Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll

C.       PATOFISIOLOGI

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia

D.      MANIFESTASI KLINIK

1.    Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.

2.    Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.

3.    Mual, muntah, haus, buang air besar cair.

4.    Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.

5.     Bingung.

6.    Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan

7.     Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa

Page 41: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

E.       PENATALAKSANAAN

1.    Tindakan Emergenci

Airway                : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.

2.    Identifikasi Penyebab Keracunan

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.

3.    Eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan

kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.

4.    Anti dotum (Penawar Racun)

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.

a.    Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg

b.    Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).

c.    Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.

Page 42: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

d.   Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

F.        KOMPLIKASI

a.                   Kejang

b.                   Koma

c.                   Henti jantung

d.                  Henti napas

e.                    Syok

G.      ASUHAN KEPERAWATAN

1.    PENGKAJIAN

a.    Aktifitas dan Istirahat

Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise 

Tanda : Kelemahan,hiporefleksi

b.    Sirkulasi

Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.

c.    Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus menurun,kerusakan ginjal.

Tanda  :  Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat

d.   Makanan Cairan

Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati

Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak

e.    Neurosensori

Page 43: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram otot/kejang

Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia), koma,syok.

f.     Nyaman / Nyeri

Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala

Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah

g.    Pernafasan

Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia

Tanda  : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif

h.    Keamanan

Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia 

i.      Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.

2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.    Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan

b.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd

c.    Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

d.   Cemas  berhubungan dengan koping yang tidak efektif

3.    INTERVENSI

a.    Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan

Tujuan : Mempertahankan  pola napas tetap efektif

Intervensi :

v  Observasi tanda-tanda vital.

Page 44: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya

v  Berikan O2 sesuai anjuran dokter

Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung

v  Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.

Rasional :  Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas

v  Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual

Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard

b.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd

Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Intervensi :

v  Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.

Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi

v  Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis

Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan

v  Berikan kenyamanan dan istirahat

Rasional :  Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat mengurangi komsumsi oksigen

v  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum

Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun.

c.    Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat  mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)

Intervensi :

Page 45: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

v  Monitor vital sign tiap 15 menit

Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran

v  Catat tingkat kesadaran pasien

Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.

v  Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah

Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru.

v  Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran

Rasional : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi

v  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum

Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS DENGAN GIGITAN BINATANG

A.      PENGERTIAN

       Gigitan binatang adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan seperti anjing, kucing, monyet,dll. Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang salah satunya disebabkan oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan kucing. 

Page 46: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

B.       ETIOLOGI

     Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, famih Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret yang terinfeksi pada gigitan binatang atau ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Nama lainnya ialah hydrophobia la rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (spanyol), die tollwut (Jerman), atau di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila.Adapun penyebab dari rabies adalah :• Virus rabies.• Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.• Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.

C.       PATOFISIOLOGI

     Virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak utuh . Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.

     Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.

     Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia (takut air). Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot pernafasan sehingga menyebabkan depresi pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian.

D.      MANIFESTASI KLINIS

Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya, yaitu:• Gejala prodromal non spesifik• Ensefalitis akut• Disfungsi batang otak• Koma dan kematian

Page 47: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

STADIUM LAMANYA (% KASUS) MANIFESTASI KLINIS• Inkubasi < 30 hari (25%) 30-90 hari (50%) 90 hari-1 tahun (20%) >1 tahun (5%) Tidak ada• Prodromal 2-10 hari Parestesia, nyeri pada luka gigitan, demam, malaise, anoreksia, mual dan muntah, nyeri kepala, letargi, agitasi, ansietas, depresi, neurologik akut• Furious (80%)

• Paralitik

• Koma (0-14 hari)Halusinasi, bingung, delirium, tingkah laku aneh, takut, agitasi, menggigit, hidropobia, hipersaliva, disfagia, avasia, hiperaktif, spasme faring, aerofobia, hiperfentilasi, hipoksia, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma abnormalitas ADH.

E.       PENATALAKSANAAN

a.    Tindakan Pengobatan

1.    Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.

2.    Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.

3.    Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.

4.     Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).

5.    Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap

Page 48: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.

b.    Pencegahan

Ada dua cara pencegahan rabies yaitu:

1.    Penanganan Luka

Untuk mencegah infeksi virus rabies pada penderita yang terpapar dengan virus rabies melalui kontak ataupun gigitan binatang pengidap atau tersangka rabies harus dilakukan perawatan luka yang adekuat dan pemberian vaksin anti rabies dan imunoglobulin. Vaksinasi rabies perlu pula dilakukan terhadap individu yang beresiko tinggi tertular rabies.

2.    VaksinasiLangkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang

orang yang beresiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:

Ø  Dokter hewan Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi

Ø  Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan

Ø  Para penjelajah gua kelelawar

Ø  Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.

G.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ada beberapa pemeriksaan pada penyakit rabies yaitu:

1.    Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

2.    Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3.    Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.

Page 49: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

4.    Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.

5.    Uji laboratorium

·      Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

·      Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

·      Panel elektrolit

·      Skrining toksik dari serum dan urin GDA

·      Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang < 200 mq/dl

·      BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

·      Elektrolit : K, Na

·      Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 –)

H.      KOMPLIKASI

1.    Hiperaktif

2.    Hidrofobia

3.    Kejang fokal

4.    Gejala neurologi local

5.    Edema serebri

6.    Aerofobia

I.         ASUHAN KEPERAWATAN

1.    PENGKAJIAN

a.    Status Pernafasan• Peningkatan tingkat pernapasan• Takikardi

Page 50: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

• Suhu umumnya meningkat (37,9º C)• Menggigil

b.    Status Nutrisi• kesulitan dalam menelan makanan• berapa berat badan pasien• mual dan muntah• porsi makanan dihabiskan• status gizi

c.     Status Neurosensori• Adanya tanda-tanda inflamasi

d.    Keamanan• Kejang• Kelemahan

e.    Integritas Ego• Klien merasa cemas• Klien kurang paham tentang penyakitnya

 Pengkajian Fisik Neurologik :

a.    Tanda – tanda vital:• Suhu• Pernapasan• Denyut jantung• Tekanan darah• Tekanan nadi

b.    Hasil pemeriksaan kepala Fontanel :• menonjol, rata, cekung• Bentuk Umum Kepala

c.    Reaksi Pupil• Ukuran• Reaksi terhadap cahaya• Kesamaan respon

d.   Tingkat kesadaran Kewaspadaan :• respon terhadap panggilan• Iritabilitas

Page 51: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

• Letargi dan rasa mengantuk• Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

e.    Afek• Alam perasaan• Labilitas

f.     Aktivitas kejang• Jenis• Lamanya

g.     Fungsi sensoris• Reaksi terhadap nyeri• Reaksi terhadap suhu

h.    Refleks• Refleks tendo superficial• Reflek patologi

2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.    Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia

b.    Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan

c.    Demam berhubungan dengan viremia

d.   Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi tentang penyakit

e.    Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan

3.    INTERVENSI

a.    Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien bernafas tanpa ada gangguan

Intervensi :

Ø Obsevasi tanda-tanda vital pasien terutama respirasi.R/: Tanda vital merupakan acuan untuk melihat kondisi pasien.

Ø  Beri pasien alat bantu pernafasan seperti O2R/: O2 membantu pasien dalam bernafas.

Page 52: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Ø  Beri posisi yang nyaman.R/: Posisi yang nyaman akan membantu pasien dalam bernafas.

b.    Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Intervensi :

Ø Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.R/: Untuk menetapkan cara mengatasinya.

Ø  Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.R/: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien

Ø Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.R/: Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.

Ø Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.R/: Untuk menghindari mual.

Ø  Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.R/: Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Ø Kaloborasi pemberian obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.R/: Antiemetik membantu pasien mengurangi mual dan muntah dan diharapkan nutrisi pasien meningkat.

Ø Ukur berat badan pasien setiap minggu.R/: Untuk mengetahui status gizi pasien

c.    Demam berhubungan dengan viremia

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan demam pasien teratasi

Intervensi :

Ø Kaji saat timbulnya demamR/: Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

Ø Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jamR/: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

Page 53: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Ø Berikan kompres hangatR/: Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat Penurunan suhu badan.

Ø Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.R/: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

d.   Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi tentang penyakit.

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tingkat kecemasan keluarga pasien menurun/hilang

Intervensi :

Ø Kaji tingkat kecemasan keluarga.R/: Untuk mengetahui tingkat cemas dan mengambil cara apa yang akan digunakan.

Ø Jelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.R/: Informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi kecemasan keluarga.

Ø Berikan dukungan dan support kepada keluarga pasien.R/: Dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga pasien.

e.    Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien tidak mengalami cedera

Intervensi :

Ø Identifikasi dan hindari faktor pencetusR/: Penemuan factor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran virus.

Ø Tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang yang tenang dan nyaman.R/: Tempat yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau ransangan yang dapat menimbulkan kejang.

Ø Anjurkan klien istirahatR/: Efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolism.

Ø Lindungi klien pada saat kejang dengan :• longgarakan pakaian

Page 54: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

• posisi miring ke satu sisi• jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya• kencangkan pengaman tempat tidur• lakukan suction bila banyak secretR/: Tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik.

Ø Catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang timbul.R/: Dokumentasi untuk pedoman dalam tindakan berikutnya,

Ø Sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang.R/: Tanda-tanda vital indicator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran status umum pasien.

Ø  Observasi efek samping dan keefektifan obat.R/: Efeksamping dan efektifnya obat diperlukan motitorng untuk tindakan lanjut.

Ø Observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung.R/: Komplikasi kejang dapat terjadi depresi pernapasan dan kelainan irama jantung.

BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu. Salah satu penyebab keracunan adalah gigitan binatang. Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang salah satunya disebabkan oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan kucing.

            Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat

Page 55: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.

B.    SARAN

1.         Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat  memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan dan Gigitan Binatang.

2.         Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan dan Gigitan Binatang.

DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah.1996.Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.

FKUI : Jakarta

Suzanne C. Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Marilyn E. Doenges .1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah Kariasa I Made.

            EGC: Jakarta

Page 56: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Gigitan Ular dan Serangga

GIGITAN PADA ULAR DAN SERANGGA

A. DEFINISI

Semua orang tahu kecoa.  Setiap kali melihatnya orang cenderung bereaksi dengan perasaan

jijik.  Bahkan tidak segan untuk membunuhnya.  Kecoa memang banyak terdapat di sekitar

kita.  Pada umumnya kecoa tinggal di rumah-rumah atau tempat-tempat tersembunyi, memakan

hampir segala macam makanan.  Baunya yang tidak sedap ditambah kotoran dan kuman yang

ditinggalkan di setiap tempat yang ia hinggapi, membuat manusia menyebutnya sebagai

binatang yang menjijikkan.  Tak heran, keberadaan kecoa di anggap sebagai indikator sanitasi

yang buruk.  Kecoa kebanyakan hidup di daerah tropis yang kemudian menyebar ke daerah

sub tropis, bahkan sampai ke daerah dingin.  Serangga yang hidupnya mengalami

metamorfosis tidak sempurna ini memang sangat menyukai tempat-tempat yang kotor dan bau. 

Bergelut dengan kotoran dan bau tidak menjadikan kecoa rentan terhadap penyakit.

Page 57: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Sebaliknya, serangga ini justru termasuk serangga yang mampu bertahan hidup dalam kondisi

ekstrem.   Kemampuan beradaptasinya tidak perlu diragukan lagi.

Rayap merupakan serangga berukuran kecil yang hidup berkelompok dengan sistem kasta

yang berkembang sempurna.  Serangga ini masuk dalam ordo isoptera (dari bahasa Yunani,

iso = sama dan ptera = sayap).  Dijelaskan, di dalam biosfera, pada dasarnya rayap merupakan

bagian dari komponen lingkungan biotik yang memainkan peranan penting, seperti dapat

membantu manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk

mengembalikannya sebagai unsur hara dalam tanah.  Namun karena perubahan kondisi habitat

akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap menjadi serangga hama

yang merugikan.

Gigitan ular ini adalah sakit dan akan menjadi bengkak.  Sebagaimana keluarga Elapidae,

keparahan mangsa gigitan ular ini juga bergantung kepada jumlah racun yang disuntikkan ke

tubuhnya dan juga jenis ular yang menggigit.  Secara garis besar ular berbisa dapat di

kelompokkan kedalam 3 kelompok :

1.      Colubridae (mangroce cat snake, boiga dendrophilia, dll)

2.      Elapidae (king cobra, blue coral snake, Sumatra spitting cobra, dll)

3.      viperidae (borneo green pit viper, Sumatran pit viper, dll)

Pengelompokkan ini berguna bagi tenaga kesehatan untuk penanganan selanjutnya dalam

pemberian anti venom sesuai dengan pengelompokkan tersebut.

 

B. PATOFISIOLOGI

1. Patofisiologi Gigitan Pada Serangga

Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang disebut Pteromone.

Pteromone ini tersusun dari protein dan substansi lain atau bahan kimia yang mungkin memicu

reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan, bengkak,

dan rasa gatal di lokasi yang tersengat yang akan hilang dalam beberapa jam. Gigitan atau

sengatan dari lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api dapat menyebabkan

reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan

oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular.

Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.

Page 58: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Apabila gigitan terjadi pada area mulut atau kerongkongan, pteromone yang dikeluarkan oleh

serangga akan menyebabkan menyempitnya saluran pernafasan sehingga dapat

mengakibatkan susah bernapas yang akan berlanjut pada syok anafilaksis, dan bisa berakhir

pada kematian.

1. Patofisiologi Gigitan pada Ular

Mangsa gigitan ular jenis Elapidae, biasanya akan mengalami pendarahan kesan daripada luka

yang berlaku pada saluran darah dan pencairan darah merah yang mana darah sukar untuk

membeku.  Pendarahan akan merebak sertamerta dan biasanya akan berterusan selama

beberapa hari.  Pendarahan pada gusi, muntah darah, ludah atau batuk berdarah dan air

kencing berdarah adalah kesan nyata bagi keracunan bisa ular jenisElapidae.  Walaupun

tragedi kematian adalah jarang, kehilangan darah yang banyak akan mengancam nyawa

mangsa.  Ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis.  Ini biasanya berbahaya bila

terjadi paralysis pada pernafasan.  Biasanya tanda – tanda yang pertama kali di jumpai adalah

pada saraf cranial seperti ptosis, opthalmophlegia, progresif.  Bila tidak mendapat anti venom

akan terjadi kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan.  Biasaya full paralysis akan

memakan waktu lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3

jam setelah gigitan.  Beberapa Spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopathy.

Tanda – tanda klinis yang dapat ditemui adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat

gigitan, venipunctur dari gusi, dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria,

haematomisis, melena dan batuk darah.

 

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Gigitan Pada Serangga

Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam faktor

yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak,

nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut.

Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut

terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.

 

Page 59: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan dan

hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga

diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga.

2. Gigitan Pada Ular

Efek yang ditimbulkan akibat gigitan ular dapat dibagi 3 :

a.       Local efek

Beberapa spesies seperti coral snakes, krait akan memberikan efek yang agak sulit di deteksi

dan hanya bersifat minor tetapi beberapa spesies, gigitanya dapat menghasilkan efek yang

cukup besar seperti : bengkak, melepuh, perdarahan, memar sampai dengan nekrosis yang

mesti diwaspadai adalah terjadinya shock hipovolemik sekunder yang diakibatkan oleh

berpindah cairan vaskuler ke jaringan akibat pengaruh bisa ular tersebut.

b.      General efek

Gigitan ular ini akan menghasilkan efek sistemik yang non-spesifik seperti, nyeri kepala, mual

dan muntah, nyeri perut, diare sampai pasien menjadi kolaps.  Gejala yang ditemui seperti ini

sebagai tanda bahaya bagi tenaga kesehatan unuk memberi petolongan segera.

c.       Spesifik systemic efek

Dalam hal ini spesifik systemic efek dapat dibagi berdasarkan :

-          Koagulopathy

Beberapa spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopathy.  Tanda – tanda klinis yang

dapat ditemui adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan, venipuncture dari gusi,

dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria, haematomisis, melena dan batuk darah.

-          Neurotoxic

Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis.  Ini biasanya berbahaya bila

terjadi paralysis pada pernafasan.  Biasanya tanda – tanda yang pertama kali di jumpai adalah

pada saraf cranial seperti ptosis, opthalmophlegia, progresif.  Bila tidak mendapat anti venom

akan terjadi kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan.  Biasaya full paralysis akan

memakan waktu lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3

jam setelah gigitan.

Page 60: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

-          Myotoxicity

Myotoxiticty hanya akan di temui bila seseorang diserang atau digigit oleh ular laut.  Ular yang

berada didaratan biasanya tidak ada yang menyebabkan terjadinya myotoxicity berat.  Tanda

dan gejala adalah : nyeri otot, tenderness, myoglobinuria, dan berpotensi untuk terjadinya gagal

ginjal, hiperkalemia dan cardio toxicity.

Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan serangga

didantaranya adalah:

1.

1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).

Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan

pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:

-   Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapatkan

masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital).

-   Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau kerongkongan/tenggorokan

-   Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir

(angioedema)

-   Pusing dan kacau

-   Mual, diare, dan nyeri pada perut

-   Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak

-   Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.

1.

1. Reaksi Racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga. Serangga atau laba-

laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:

-   Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam

-   Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat

-   Laba-laba gembel (hobo)

-   Kalajengking

Page 61: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

1.

1. Reaksi Racun dari serangan labah, tawon, atau semut api.

-   Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah

madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah

madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak.

-   Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si jaket

kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi.

-   Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian memutar

kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali.

1.

1. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.

2. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.

3. Penyakit serum (darah)

Sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan

serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak

serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah penggunaan anti serum.

1.

1. Infeksi Virus

Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada seseorang, menyebabkan inflamasi

pada otak (encephalitis).

1.

1. Infeksi Parasit

Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

 

D. PENATALAKSAAN

1. Gigitan Pada Serangga

Kejadian gigitan / sengatan dari hewan maupun tumbuhan dapat terjadi pada rumah tangga. 

Mulai dari hewan kecil, seperti tungau, pinjal, lebah, nyamuk, kaki seribu, kelabang, sampai

Page 62: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

ular, anjing.  Akibat yang nyata terlihat adanya perlukaan pada kulit dan adanya tanda

peradangan ( merah bengkak, sakit/nyeri ).  Pada kondisi yang lebih buruk dapat terjadi

kekakuan / kelumpuhan bagian yang terluka.  Jika luka karena sengatan serangga, segera

lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan menggunakan minyak pelumas, atau terpentin

atau minyak cat kuku.  Setelah terlepas (kepala dan tubuh serangga) luka dibersihkan dengan

sabun dan diolesi calamine (berfungsi untuk mengurangi gatal) atau krim antihistamin seperti

diphenhidramin (Benadryl). Bila tersengat lebah, ambil sengatnya dengan jarum halus,

bersihkan dan oleskan krim antihistamin atau kompres es bagian yang tersengat.  Bila

menunjukkan adanya tanda-tanda membahayakan, seperti kepala berputar-putar, mual-

muntah, pucat apalagi sampai sesak napas, segera rujuk ke rumah sakit.

1. Gigitan Pada Ular

Pertolongan pertama pada gigitan ular :

-   Immobilisasi anggota tubuh yang di gigit.

-   Anjurkan pasien untuk tenang.

-   Bawa pasien yang mempunyai fasilitas kesehatan yang  memadai.

Balut tekan tidak semua digunakan pada semua kasus gigitan ular.  Walaupun demikian, jika

diketahui bahwa gigitan ular tersebut tidak termasuk kedalam non – necrotic spesies maka

pressure immobilasi teknik dapat digunakan.  Bila gigitannya disebabkan oleh King Kobra yang

menyebabkan local necrosis yang biasanya tidak berat, tetapi dapat menyebabkan paralysis

yang cepat dan berat, maka pressure immobilisasi methode mempunyai alasan untuk

digunakan.  Metode lama dalam pertolongaan pertama yang masih dipakai adalah memasang

torniquet, suction dengan alat atau menggunakan mulut (biasanya terinspirasi dari menonton

film yang bertemakan petualangan), pemberian bahan – bahan kimia yang semuanya

sebenarnya merupakan kontra indikasi.  Seandainya bila anti venom tidak tersedia ditempat

tersebut ini tidak menjadi kendala asal luka telah dibersihkan.

 

 

Managemen untuk gigitan ular :

a.       Selalu mengasumsikan bahwa semua gigitan ular dapat mengancam kehidupan.

Page 63: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

b.      Bila melakukan triage kasus gigitan ular maka selalu dimasukkan kedalam katagori

emergency.

c.       Pasang IV line pada semua kasus.

d.      Berhati – hati ketika memilih lokasi pemasangan IV line atau pengambilan sample darah

pada kasus koagulopahty, yang betujuan untuk mencegah pendarahan.  Khususnya pada

pembuluh darah subclavia, jugular, femur.

e.       Hindari melakukan penyuntikan intra muscular jika memungkinkan terjadinya

coagulopathy.

f.       Lakukan pemeriksaan whole blood clotting time (WBCT).

g.      Jika terjadi gangguan pada pernafasan akibat paralysis, persiapkan untuk intubasi dan

pemasangan ventilator eksternal.

h.      Jika terjadi shock, tangani dengan pemberian cairan.

Tips yang dapat dilakukan :

a.       Usahakan membunuh ular yang mengigit anda untuk memudahkan identifikasi ular dalam

pemberian anti venom.  Ketika membunuh ular tersebut jangan sampai anda tergigit lagi oleh

ular tersebut.

b.      Untuk membedakan antara ular berbisa dengan tidak adalah dengan melihat bekas

gigitan.  Gigitan yang terdiri dari 2 lubang gigitan layaknya gigitan vampire menandakan ular

tersebut memiliki racun (Bisa), sedangkan gigitan yang membentuk setengah lingkaran

cenderung tidak berbisa.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Page 64: Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga

Anonim.  Lebih Baik Mencegah Daripada

Mengobati. http://jakarta.indonetwork.co.id/pestcontrol_terminix/pest-control-

terminix.htm. Diakses pada tanggal 31 Desember 2007

 

Majid, Mohamed Isa Abd. 2002. Mengendalikan Sengatan Serangan Pada Anak –

Anak.http://www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/kosmik/2002/kosmik1.html

 

Riza.  Penanganan Pada Gigitan Ular.  http://ms.wikipedia.org/wiki.  Diakses pada tanggal 31

Desember 2007.

 

Rohmi, Nur. 17 Desember 2006. Insect Bites. http://www.fkui.org.htm.