KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

19
KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Psikologi Industri dan Organisasi Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh: RIRIS ANGGRAINI S 300 140 011 PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

Page 1: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Jurusan Psikologi Industri dan Organisasi Magister Psikologi Sekolah

Pascasarjana

Oleh:

RIRIS ANGGRAINI

S 300 140 011

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

i

Page 3: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

ii

Page 4: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

iii

Page 5: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

1

KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana konsep diri pada konsumen

klinik kecantikan. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan

kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara.

Subjek terdiri dari 4 orang berkharakteristik perempuan berusia 20-28 tahun yang

mengunjungi klinik kecantikan. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh

didapatkan hasil bahwa subjek 1 dan 3 belum merasa memiliki diri yang ideal sehingga

subjek merasa tidak puas dengan keadaan dirinya dan melakukan treatment di klinik

kecantikan. Subjek 2 dan 4 sudah merasa memiliki diri yang ideal dengan menunjukkan

bahwa fisik bukanlah standar di dalam kehidupannya, sehingga mengunjungi klinik

kecantikan bukanlah sebuah keharusan baginya melainkan hanya sekedar menjaga saja.

Kata kunci : Konsep diri, klinik kecantikan, treatment

ABSTRACT

This study aims to identify self-concept of consumer in beauty clinic. This is a

descriptivere search and using qualitative approach. Observation and interview were

used as data collection techniques. The subjects consisted of 4 characteristic woman

aged 20-28 year swho visited the beauty clinic. Based on interview, the result are :

subject 1 and 3 don’t feel them-self as an ideal person so subject feel quite not satisfied

with their conditions and then decide to do treatment at beauty clinic to change them-

self. Subject 2 and 4 had a feeling that they are already ideal for them-self, and this is

indicating that physic is not a standard in their life, and visiting a beauty clinic is not

necessary for them and that’s just for taking care of what they already had.

Keywords: Self-concept, beauty clinic, treatment

1. PENDAHULUAN

Kecantikan sudah menjadi bagian dari setiap individu, cantik sudah menjadi

tuntutan yang harus terpenuhi. Meningkatnya keingininan seseorang untuk menjadi

lebih cantik dan ideal dibuktikan dengan banyaknya orang yang mulai berbondong-

bondong mengunjungi klinik kecantikan untuk mendapatkan bantuan profesional

sehingga membuat dirinya menjadi lebih ideal menurut versinya sendiri. Tekanan yang

ada untuk bisa bersaing atau beradaptasi dengan kemajuan standar kecantikan nyatanya

tidak bisa dihindarkan, yang kemudian memunculkan solusi tersendiri bagi individu

yang mengalami tekanan. Individu dituntut untuk memberikan yang terbaik dalam hal

penampilan ataupun kecantikan, salah satu caranya adalah dengan mengunjungi klinik

kecantikan.

Page 6: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

2

Setiap individu memiliki cara yang berbeda untuk mendapatkan kecantikannya,

dan setiap orang memiliki versi idealnya masing-masing sesuai dengan konsep dirinya

karena itulah fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep diri

seseorang yang mengunjungi klinik kecantikan. Mengapa sesorang merasa bahwa

dirinya perlu untuk mengunjungi klinik kecantikan? Dalam hal ini, banyak alasan

dibalik seseorang rela mengeluarkan uang dan mengorbankan waktu bahkan merasakan

sakit untuk menjalani treatment di klinik kecantikan. Karena itu dilakukanlah survey

awal untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi seseorang untuk bisa mendapatkan

penampilan yang ideal. Setelah melakukan survey dan menadapatkan masalahnya,

peneliti akan membahas masalah tersebut dan mengaitkannya dengan konsep diri

seseorang.

Survey awal dilakukan tanggal 8-12 Februari 2016. Survey awal dilakukan

dengan cara mewawancarai dokter kecantikan yang bekerja di salah satu Klinik

Kecantikan di daerah Cilegon yaitu Dokter L. Dokter L sudah 5 Tahun bekerja sebagai

Dokter kecantikan. Beliau mengatakan banyak problem yang dialami oleh klien yang

datang. Dari masalah keluarga dimana suami yang menuntut kecantikan istri, tuntutan

pekerjaan sebagai front runner di perusahaannya, pergaulan di Jakarta yang menuntut

kecantikan sebagai syarat utama berteman, persaingan di dalam pertemanan, keinginan

menjadi cantik yang berdasarkan pada virtual image, konsep cantik yang berbeda-beda

pada setiap klien, di satu sisi klien menganggap cantik adalah kurus, cantik adalah

memiliki hidung mancung, cantik adalah memiliki dada yang besar, dan muka tirus

serta lainnya. Menurut Dokter L masih banyak alasan lainnya mengapa para klien

datang ke klinik kecantikan.

Pada penelitian sebelumnya, Permatasari (2011) mengenai kecantikan menjelaskan

bahwa ada proses yang terjadi dalam pengambilan keputusan konsumen untuk memilih

klinik kecantikan. Penelitian ini juga menunjukan adanya perbedaan keputusan

memilih klinik kecantikan yang pertama kali dan yang selanjutnya. Disini juga akan

menjelaskan bagaimana harapan konsumen pada perubahan dan perpindahan klinik

kecantikannya.

Penelitian lainnya mengenai konsep diri pernah dilakukan oleh Ajeng Furida

Citra dan Retnaningsih, mengenai self-concept in early adolescence girls with obesity.

Dengan hasil peneliatian ahwa self-concept terbentuk melalui pengalaman dan interaksi

Page 7: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

3

subjek yang diperoleh dari lingkungan dan dan bagaimana individu tersebut

menafsirkan pengalaman tersebut, dan self-concept ini bisa berupa negatif ataupun

positif.

Muzayin Naszzarudin sebagai akademisi mengatakan bahwa cantik menurut

media adalah kurus, langsing, putih, berambut lurus hitam panjang, modis dan selalu

menjaga penampilan, serta rutin melakukan perawatan tubuh agar terlihat lebih awet

muda. Menurut Moore (2009) orang yang cantik di mata umum adalah yang paling

mirip dengan barbie yaitu yang berkulit putih, bermata biru, berambut pirang, dan

berubuh langsing. Standar kecantikan ini mempengaruhi pandangan perempuan

Indonesia pada kecantikan.

Di era modern ini standar kecantikan menjadi lebih beragam. Media dan arus

globalisasi memberikan celah untuk masuknya berbagai pemahaman cantik, seperti

cantik ala Korea dan cantik ala Eropa. Untuk mendapatkan kecantikan tersebut banyak

yang menghabiskan waktu di klinik kecantikan sehingga mencapai target cantik sesuai

yang di konstruksikan media.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui lebih dalam alasan konsumen memilih menggunakan klinik

kecantikan untuk mengubah dirinya menjadi lebih ideal. Dengan harapan dapat

memberikan manfaat teoritis penilitian, seperti sumbangan dan wawasan pengetahuan

dalam bidang psikologi serta diharapkan kajian teoritis dari penelitian ini dapat

digunakan untuk mengembangkan penelitian lainnya lebih lanjut. Di sisi lain manfaat

praktis yang di dapat dalam penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan informasi

yang luas mengenai segi positif dan negatif dalam melakukan tindakan di klinik

kecantikan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan gambaran

konsep diri pada konsumen klinik kecantikan. Teknik pengambilan data menggunakan

wawancara mendalam (in-depth interview), karena peneliti ingin menggali secara detail

mengenai pengalaman individu yang melakukan treatment di klinik kecantikan.

Wawancara mendalam juga dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai bagian

kehidupan yang lebih mendalam (Poerwandari, 2007). Peneliti juga akan melakukan

Page 8: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

4

observasi di klinik kecantikan, agar bisa mendeskripsikan setting ligkungan, aktivitas

yang berlangsung, dan orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut.

Kriteria pemilihan subjek dilakukan dengan teknik pengambilan sampel

purposive. Dimana subjek tidak diacak tetapi dipilih dengan kriteria yang sudah

ditentukan. Pendekatan ini termasuk non probabilitas sampling karena tidak bertujuan

mengeneralisasikan temuan penelitian (Mulyana, 2003). Peneliti melakukan wawancara

awal di Wijaya Skin Care Cilegon dengan salah satu dokter kecantikan, dan dengan

pengunjung klinik kecantikan yang kebetulan ada disana. Dari hasil wawancara

tersebut didapat 8 subjek yang bisa mewakili variasi data peneliti. Selama jalannya

penelitian 4 subjek mengundurkan diri. Disebabkan karena alasan tempat yang jauh,

tidak ada waktu, dan pulang ke negaranya sehingga tidak bisa dihubungi. 4 subjek yang

bertahan sebagai informan terdiri dari 4 wanita dewasa berusia 20 sampai 28 tahun yang

merupakan pengunjung atau konsumen di klinik kecantikan.

Tabel 1. Tabulasi Subjek Penelitian

Subjek 1 adalah wanita berusia 28 tahun yang memiliki pendidikan akhir

Sarjana Strata-1 dan sekarang bekerja sebagai wirausaha, yang bergelut di bidang

dagang dan subjek rutin menjalani treatment ke klinik kecantikan. Subjek 2 adalah

wanita yang berusia 25 tahun dan berpendidikan akhir Strata-1 yang sekarang sedang

menjalani program Magister S2 untuk melanjutkan pendidikannya, dan subjek 2 tidak

terlalu sering mengunjungi klinik kecantikan. Subjek 3 adalah wanita berusia 26 tahun,

dia bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), dan merupakan lulusan

dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dan memanfaatkan waktu untuk melakukan

treatment sesering mungkin saat berada di Indonesia. Subjek 4 adalah wanita berusia 28

tahun dengan pekerjaan sebagai karyawan di salah satu produk kecantikan, dia adalah

NO SUBJEK USIA JENIS

KELAMIN

TINGKAT

PENDIDIKAN PEKERJAAN

1 R 28 Wanita S1 Wirausha

2 N 25 Wanita S1 Mahasiswi

3 D 26 Wanita SMA TKI

4 A 28 Wanita SMA Sales

Page 9: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

5

tamatan SMA yang saat ditemui mengatakan jarang mengunjungi klinik kecantikan dan

memilih menggunakan yang herbal dan tradisional, sehingga mengunjungi klinik

kecantikan bersifat mejaga saja. Dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan mempengaruhi keinginan seseorang untuk mengunjungi

klinik kecantikan sehingga dapat merubah dirinya menjadi sosok ideal yang

diinginkannya.

Tabel 2. Tabulasi Treatment Subjek

No. Treatment Subjek

1 2 3 4

1 Facial

2 Masker

3 Peeling

4 Filler

5 Suntik Putih (Vit. C)

6 Botox

7 Eyelash Extention

8 Sulam Alis

9 Tanam Benang

Subjek 1 menjalani hampir semua treatment yang tidak biasa, sehingga bisa

dikatakan bahwa subjek 1 adalah yang paling merasa memiliki diri yang tidak ideal dan

tidak sesuai dengan diri ideal yang diinginkannya, sehingga dia berusaha untuk

merubah dirinya sesuai dengan standar yang dia inginkan. Subjek 2 menjalani hampir

semua treatment kecuali suntik putih, eyelash extention, sulam alis dan tanam benang,

sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek 2 juga merasa memiliki tubuh yang belum

ideal walaupun hanya sedikit dan dia mencoba merubah dirinya menjadi bentuk ideal

sesuai standarnya. Subjek ke 3 hanya menjalani facial, masker, peeling dan tanam

benang, hal ini dilakukannya hanya untuk menjaga keadaan dirinya, sehingga dapat

disimpulkan bahwa subjek 3 sudah merasa memiliki bentuk tubuh yang ideal menurut

standarnya. Subjek 4 hanya melakukan facial, masker dan peeling di klinik kecantikan,

hal ini dilakukan hanya sekedar menjaga apa yang sudah dianggapnya ideal, dari sini

Page 10: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

6

dapat disimpulkan bahwa subjek 4 yang menjalani paling sedikit treatment adalah dia

yang paling merasa memiliki tubuh yang ideal sehingga dia merasa tidak perlu merubah

keadaan dirinya lagi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil penelitian ini akan di mulai dari deskripsi umum mengenai profil dari ke-

empat subjek yaitu R, N, D dan A sekaligus untuk memperlihatkan perbedaan ke empat

subjek tersebut. Setelah menggambarkan profil subjek kemudian akan dilanjutkan

dengan analisis kasus yang ditemukan, kemudian akan di paparkan sebagai hasil

analisis dari masing-masing subjek. Deskripsi sebagai berikut:

R (28 tahun) adalah seorang wanita dan wirausaha, R merupakan pemilik salah

satu merchandise store yang ada di Jogja City Mall. R sudah menjadi pengunjung klinik

kecantikan sejak SMA dimana dulu klinik kecantikan sedang booming sebagai salah

satu solusi untuk meningkatkan penampilan. R sudah melakukan berbagai macam

treatment kecantikan dari facial, masked sheet, suntik vitamin, sulam alis, peeling, filler

pipi, dan eyelashed extention. Sebagai wanita tidak ada yang memaksa nya melakukan

treatment ke klinik kecantikan, sebagai wanita ada bagian yang dirasa kurang

memuaskan sehingga ingin dirubah menjadi lebih baik. R sering melakukan perawatan

di Wijaya Skin Care Cilegon di sela waktu luangnya, hanya treatment besar yang di

lakukannya di sana. Saat berada di Jogjakarta dan membutuhkan perawatan biasanya R

melakukan facial ataupun masked sheet ke klinik kecantikan yang dipercaya nya.

N seorang wanita (25 tahun) disini sebagai Mahasiswa tingkat S2 di Yogyakarta

N tidak terlalu peduli dengan treatment apa yang dilakukan dan dimana melakukannya,

karena dari SMA N sudah di perkenalkan oleh orang tuanya mengenai facial dan

masking sheet yang bisa dilakukan di rumah, tidak harus ke klinik kecantikan. Tapi ada

beberapa hal yang tidak bisa dilakukan dirumah seperti filler hidung yang pernah

dicobanya sekali. N bukan tipe orang yang memikirkan kecantikan adalah segalanya

tetapi N lebih cendrung merasa bahwa personality adalah yang terbaik. Bagaimana

sikap dapat menunjukan kepribadian seseorang, jika baik maka orang tersebut akan

terlihat menarik.

Page 11: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

7

D (26 tahun) adalah seorang tenaga kerja wanita (TKW) yang baru saja pulang

untuk menikmati liburnya, tentunya D ingin memanfaatkan waktu liburnya untuk

merawat diri, maka penampilan menjadi nomor satu yang ingin dirubahnya. Karena

itulah D melakukan perawatan di klinik kecantikan. D hidup di Jakarta dan merasa

bahwa Jakarta adalah kota metropolitan yang semua wanita terlihat menarik sehingga D

tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya

semakin putih dan peeling yang membuat kulit wajah lebih cerah, serta facial dan filler

di hidungnya. Masih ada banyak hal yang ingin dilakukan oleh D untuk dirinya, namun

semua itu butuh tahap dan uang yang tidak sedikit apalagi D hanya seorang TKW biasa.

Sehingga butuh budget khusus untuk melakukan treatment lainnya.

A (28 tahun) adalah karyawan dari Viva Cosmetic di Jogjakarta. Sebagai

karyawan produk kecantikan A dituntut untuk berpenampilan menarik. sehingga A

selalu menjaga badannya, A pernah mencoba treatment ke klinik kecantikan dan

mencoba cream-cream yang disarankan dokter namun hasilnya bertolak belakang, A

mengalami breakdown yaitu kondisi dimana wajah menjadi banyak jerawat dan

memerah. Sejak itu A mencoba produk-produk lokal untuk mengembalikan

kecantikannya. Hingga sekarang A hanya melakukan perawatan simpel seperti pearl

masked, facial dan peeling. Sebagai karyawan produk kecantikan A diberikan uang

lebih untuk modal perawatan dari tempatnya bekerja, dan terkadang mendapatkan jatah

kosmetik merek dagangnya. A bukan tipe yang melulu harus treatment, A melakukan

treatment apabila dia merasa butuh saja, apabila merasa wajahnya mulai sudah tidak

enak.

Dari hasil wawancara dengan ke empat subjek didapat bahwa ternyata subjek 2

dan 4 sudah merasa memiliki diri yang ideal dibuktikan dengan kunjungan mereka ke

klinik kecantikan yang bertujuan untuk menjaga saja shape yang sudah dimiliki,

sedangkan subjek 1 dan 3 belum merasa memiliki diri yang ideal, dibuktikan dengan

subjek 1 dan 3 mendatangi klinik kecantikan untuk merubah bagian tubuhnya menjadi

bentuk yang sesuai dengan idealnya

3.2 Pembahasan

Gambaran Konsep Diri Konsumen Klinik Kecantikan

Penelitian ini membahas tentang konsep diri seseorang terhadap fenomena klinik

kecantikan yang menjadi viral sebagai bentuk upaya instant yang dilakukan untuk

Page 12: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

8

mendapatkan bentuk ideal diri. Dengan gambaran (a) Self-Ideal (diri ideal) sosok seperti

apa yang paling diinginkan untuk bisa menjadi diri sendiri di segala bidang kehidupan.

Bentuk ideal akan muncul dan menuntun dalam membentuk perilaku, (b) Self-Image

(citra diri) menunjukkan bagaimana membayangkan diri sendiri dan menentukan

bagaimana individu akan bertingkah laku dalam situasi tertentu, (c) Self-Esteem (jati

diri) seberapa besar individu menyukai dirinya sendiri.

Penelitian ini awalnya dilakukan di salah satu klinik kecantikan yang terdapat di

Cilegon Jakarta, hal ini mempertimbangkan bahwa jakarta adalah pusat dari segala

industri termasuk kecantikan. Setelah menjalani penelitian, peneliti kemudian

mendapatkan 8 subjek dari bermacam latar belakang yang akhirnya berkurang menjadi

4 subjek mereka tidak semata yang menjalani perawatan di klinik Jakarta tersebut tetapi

subjek tetaplah harus seseorang yang menjalani perawatan di klinik kecantikan. Hal ini

dikarenakan peneliti memiliki keterbatasan untuk menyesuaikan waktu dengan subjek

yang berada di Jakarta. Pada akhirnya penelitian dilakukan di Jakarta dan Yogyakarta,

di mana subjek sering melaksanakan aktivitasnya.

Burns (1993) menyebutkan bahwa faktor yang menjadi sumber pembentukan

konsep diri seseorang adalah citra tubuh, keterampilan berbahasa, orang tua dan teman

sebaya. Berdasarkan penelitian, konsep diri yang adapada konsumen klinik kecantikan

dipengaruhi oleh orangtua, kawan sebaya, masyarakat dan citra tubuh. Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri terhadap ketiga subjek dalam

menjalani treatment di klinik kecantikan yang pertama adalah orangtua. Dimana orang

tua sangat mempengaruhi terbentuknya konsep diri pada subjek D, N, dan A.

Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa hubungan subjek D dengan orang

tua, kurang begitu dekat dan komunikasi diantaranya juga kurang begitu baik. Hal yang

hampir sama juga didapati pada subjek A, dimana hubungan komunikasi dengan

orangtuanya kurang berjalan dengan baik. Subjek N juga didapati memiliki hubungan

yang kurang dekat dengan orangtuanya. Hal tersebut menjadikan ketiganya cenderung

lebih dekat dengan teman sepergaulannya dibandingkan dengan kedua orang tua

mereka. Subjek merasa orang tua mereka belum memahami apa itu treatment di klinik

kecantikan, subjek mengungkapkan bahwa orang tua nya merasa bahwa treatment

klinik kecantikan sama seperti operasi plastik

Page 13: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

9

Memberi pengertian tentang kecantikan bukanlah perkara mudah, karena kondisi

ini sudah menyangkut estetika yang mengandung unsur obyektif dan subyektif. Burns

(dalam Haryono, 2014) mengatakan bahwa interaksi merupakan cara menimbulkan

kesadaran diri dan identitas terhadap pemahaman diri seseorang, hal ini lah yang

nantinya akan membentuk penilaian seseorang terhadap dirinya.

Konsep cantik itu memang relatif, karena cantik bagi satu orang belum tentu

cantik bagi orang lain. Perubahan diri seseorang dapat dilihat dari aspek berikut (a) Self-

Ideal (diri ideal) sosok seperti apa yang paling diinginkan untuk bisa menjadi diri

sendiri di segala bidang kehidupan. Bentuk ideal akan muncul dan menuntun dalam

membentuk perilaku, (b) Self-Image (citra diri) menunjukkan bagaimana

membayangkan diri sendiri dan menentukan bagaimana individu akan bertingkah laku

dalam situasi tertentu, (c) Self-Esteem (jati diri) seberapa besar individu menyukai

dirinya sendiri. Oleh karena itu, cantik memiliki sifat sangat relatif dan kontekstual.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung klinik kecantikan peneliti

mendapatkan konsep diri yang negatif dari pengunjungan klinik kecantikan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Song dan Hattie (dalam Hurlock, 2008) yang mengatakan

bahwa secara umum konsep diri dapat dilihat dari penampilan dirinya, yang terbentuk

dari pengalaman masa lalu serta interaksi dengan orang lain. Saat subjek mengunjungi

klinik kecantikan hal ini dapat meningkatkan kepercayaan dirinya, sehingga disini

menujukkan bahwa konsep diri yang positif ditunjukkan dengan adanya kepuasan

terhadap dirinya, dan konsep diri negatif ditunjukkan dengan ketidakpuasan terhadap

dirinya.

Peneliti menemukan fakta bahwa konsep diri yang negatif menggiring

ketidakpercayaan diri para konsumen klinik kecantikan, mereka merasa tidak puas

dengan penampilan dirinya, sehingga menilai dirinya rendah dan memilih untuk

melakukan treatment di klinik kecantikan. Subjek sebagai konsumen klinik kecantikan

mengaku mengalami kecemasan terhadap berat tubuhnya, dengan selalu menimbang

dan melihat ke cermin dan memperhatikan bentuk tubuhnya. Subjek merasa ada

kidakpuasannya terhadap bagian tubuh dari hidung, pipi, kulit, bahkan hampir pada

semua bagian tubuhnya. Sehingga subjek kerap kali melakukan treatment di kilinik

kecantikan secara berulang.

Page 14: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

10

Di dalam hubungan sosial, subjek tidak menghindari situasi sosial apapun,

bahkan teman – teman subjek merupakan motivasi subjek untuk juga berubah menjadi

lebih baik. Subjek senang berkumpul dengan teman-teman nya, namun tidak ada

perasaan minder disana, mereka bahkan bersama-sama menjalani treatment ke klinik

kecantikan.

Disini ada perasaan dan emosi yang terlibat, berbentuk emosi negatif di mana

subjek merasa harus menutupi kekurangannya dan mengubah penampilannya sesuai

dengan standar kecantikan yang dimilikinya. Cattel (dalam Hurlock, 2008) menjabarkan

bahwa kepribadian merupakan salah satu prediksi tentang apa yang dilakukan seseorang

di dalam situasi tertentu. Menurut Allport (dalam Hurlock, 2008) kepribadian adalah

dinamika individu dalam menentukan penyesuaian dirinya terhdap lingkungan

sekitarnya. Penjabaran dua tokoh diatas sesuai dengan pemaparan mengenai konsep diri

seseorang menurut Hurlock (2008) yang mengatakan bahwa konsep diri merupakan

gabungan dari keyakinan mengenai dirinya sendiri yang meliputi karakter fisik,

psikologis dan sosial. Hal ini juga memperkuat hasil yang didapat peneliti, bahwa

konsumen pengunjung klinik kecantikan ini memiliki konsep diri yang negatif, dengan

subjek yang merasa bahwa dia tidak puas dengan keadaan dirinya secara fisik, sehingga

melakukan beberapa treatment di klinik kecantikan. Subjek juga merasa dirinya belum

memenuhi standar kecantikan yang ia percayai, ditambah dengan lingkungan

pertemanan nya yang juga melakukan treatment di klinik kecantikan. Karena hal ini

juga subjek berusaha memenuhi kepuasaan akan keadaan dirinya. Kondisi ini sesuai

dengan pendapat Shalvenson (1996) yang mengatakan bahwa konsep diri adalah

persepsi individu tentang dirinya sendiri yang diperoleh melalui intepretasi terhadap

pengalamannya dengan lingkungannya. Dengan lingkungannya dimana sekarang

kebanyakan kecantikan menjadi patokan maka subjek merasa tidak ingin dikucilkan dari

lingkungannya, dan hal ini juga sesuai dengan Grum dan Kolenc (2008) yang

mengatakan bahwa lingkungan merupakan tempat bagaimana seseorang nantinya

menemukan dirinya berubah mengikuti lingkungan dimana dia tinggal. Sehingga hal ini

semakin mempertegas bahwa konsep diri bisa mempengaruhi sesorang untuk berubah

sesuai dengan standar nya sendiri, sehingga klinik kecantikan bisa menjadi salah satu

pilihan instan nya.

Page 15: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

11

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

diambil kesimpulan bahwa :

Subjek 1 dan 3 belum merasa memiliki diri yang ideal sedangkan subjek 2 dan 4

sudah merasa memiliki diri yang ideal.

Ada dua alasan mengapa seseorang mengunjungi klinik kecantikan yang

pertama adalah untuk menjaga dirinya agar tetap berada di shape nya dan yang kedua

adalah untuk merubah diri menjadi bentuk ideal sesuai dengan yang diinginkan.

Dari segi usia terlihat mereka yang berusia lebih tua memiliki keinginan yang

lebih untuk melakukan perubahan di klinik kecantikan, sedangkan yang berusia lebih

muda tidak terlalu terpengaruh untuk merubah diri menjadi idealnya. .

Pendidikan juga berpengaruh terhadap subjek yang mengunjungi klinik

kecantikan, subjek 1 dan 2 memiliki pendidikan lulusan Sarjana strata 1, mereka

menyikapi diri dengan mempertimbangan kunjungan ke klinik kecantikan. Semakin

tinggi pendidikan semakin realistis sikap yang ditunjukan.

Pekerjaan subjek 3 dan 4 adalah lulusan SMA, subjek 3 yang bekerja sebagai

TKW yang mengandalkan diri dan fisik hal ini menuntut nya untuk merawat diri.

Sedangkan subjek 4 mengunjungi klinik kecantikan karena dia bekerja di dunia

kosmetik sehingga ini menjadi tuntutan perannya, dengan fisik yang cantik tentunya

akan mengundang customer untuk tertarik membeli barang yang di jualnya.

Semakin banyak treatment yang dilakukan seseorang ke klinik kecantikan maka

orang tersebut semakin berkemungkinan memiliki perasaan tidak puas terhadap dirinya

sehingga mempengaruhi konsep dirinya. Semakin sedikit treatment yang dilakukan

seseorang ke klinik kecantikan maka menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki diri

ideal yang baik sehingga tidak mempengaruhi keadaan konsep dirinya.

Peneliti merasa bahwa di sini mediamassa berperan penting dalam membentuk

konsep diri yang ideal bagi seseorang, karena disinimedia massamembangun dan

membentuk konsep kecantikan yang disebarluaskan melalui program acara TV ataupun

artikel dan iklan. Media massa menciptakan stereotipe terhadap orang-orang yang

bertubuh ideal dan bertubuh besar, seolah yang bertubuh ideal lebih baik dibandingkan

dengan yang bertubuh besar dalam kehidupan.

Page 16: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

12

Perlakuan tidak menyenangkan yang dialami subjek pada masa pertumbuhannya

seperti ejekan verbal ataupun fisik juga menjadi salah satu penyebab yang dapat

mempengaruhi konsep diri seseorang.

4.2 Saran

Adapun saran yang bisa diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Bagi peneliti selanjutnya agar bisa melalakukan penelitian dalam bentuk

kuantitatif agar dapat melihat dari variabel-variabel lain yang berpengaruh dalam

konsep diri subjek.

Untuk subjek diharapkan dapat menerima keadaan diri nya, sehingga tidak

terjadi ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri.

Diharapkan individu tidak terlalu melihat fisik atau memantau media massa,

peneliti berharapp individu dapat merasa puas dengan apapun keadaan didirnya tanpa

harus terbujuk rayu media massa dan stereotipe tentang kecantikannya.

Disarankan bagi individu untuk menanamkan sikap memandang positif pada

keadaan fisiknya, karena perubahan pasti terjadi dimana pun, dan pada saatnya semua

akan berubah. Karena itu diharapkan tidak terlalu fokus pada model yang dianggap

sebagai acuan kecantikan.

Orangtua juga disarankan untuk memperhatikan dan mengontrol putra putrinya

dalam pola perkembangan, perubahan akan terlihat maka ada baiknya jika orangtua bisa

mengarahkan hal itu ke hal-hal yang lebih positif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2006. Studi Tubuh, Nalar dan Masyarakat: Perspektif Antropologi.

Yogyakarta: Tici Press.

Akhlaghi, Fahemeh., Zadehmohammad, Ali., Ahmadabadi, Zohreh., Mohammad, G.M.,

& Motamedi, Hosein, K. Effeect of Cosmetic Surgery on Self-Concept and Self-

esteem. International Journal of Emergency Mental Health and Human

Resilience, Vol (17), No (3), 847-851.

Almunawaroh, E. H. K., Lestari, M. T., & Nasionalita, Kharisma. 2016. Self-Concept

Gym Freak Woman About Beauty. E-Proceeding of Management, Vol (3), No

(2), 2392-2398.

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadiyah

Malang.

Page 17: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

13

Ardi, Prabangkoro. 2008. Hubungan Antara Citra Diri dengan Aspirasi Kerja pada

Salesman. Skripsi.

Berk, LL. E. 2012. Development Throught the Lifespan. Edisi Kelima. Yogyakarya:

Pustaka Pelajar.

Britt, Rebecca. 2015. Effect of Self-Presentation and Social Media Use in Attainment of

Beauty Ideals. Studies in Media and Communication, Vol (3), No (1), 79-88.

Cash, T. F., & Smolak, L. 2011. Body-image: A Handbook of Science, Practice, and

Prevention. Second Edition. New York: Guilford Press.

Chaplin, J. P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Citra, A.F. & Retnaningsih. 2009. Konsep Diri Remaja Awal Putri yang Mengalami

Obesitas. Jurnal Psikologi, Vol (2), 166-171.

Dittmar, H., Halliwell, E., & Ive, S. (2006) Does Barbie make girls want to be thin? The

Effect of Experimental Exposure to Images of Dolls on the Body Image of 5 to 8

year old girls. Journal of Developmental Psychology, Vol. 42, No. (2).

Ermawati, Erli. & Indriyati, E.P. 2011. Hubungan Konsep Diri dengan Perilaku

Konsumtif Pada Remaja di SMPN 1 Piyungan. Jurnal Spirits, Vol (2), No (1), 1-

12.

Friedman, H., & Schustack, M. W. 2006). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern.

Jakarta: Erlangga.

Gunawan, Rinawati., & Anwar, Amanah. 2012. Kecemasan Body-image pada

Perempuan Dewasa Tengah yang Melakukan Bedah Plastik Estetik. Jurnal

Psikologi, Vol (10), No (2).

Hawks, Steven R. (2008). Class Room Approach for Managing Dietary Restraint,

Negative Eating Styles, and Body Image Concerns Among College Women.

Journal of American College Health, Vol. (56), No. (4).

Helmi, A.F, Handayani M.M, Ratnawati. S. 1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri

Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri. Jurnal Psikologi 2 : (47-

48).

Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan.Edisi kelima.Jakarta : Bina Aksara.

Hurlock, E.B. 1992. Perkembangan Anak Jilid I. Edisi keenam. Alih Bahasa: dr.Med

Meitasari Jjandarsa. Jakarta : Erlangga.

Page 18: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

14

Hurlock, E.B. 1992. Perkembangan Anak Jilid II. Edisi keenam. Alih Bahasa: dr.Med

Meitasari Jjandarsa. Jakarta : Erlangga.

Ivtzan, Itai. & Moon, Hee-Sun. (2008). The Beauty of Self-Actualisation: Linking

Physical Attractiveness and Self-Fullfilment. Europes Journal of Psychology,

Vol. (4), No. (4).

Jung, Jaehee. & Lee, Hee-Sung. (2006). Cross Cultural Comparison of Appearance

Self-Schema, Body-Image, Self-Esteem, and Dieting Behavior Between Korean

and U.S Women. Family and Consumer Sciences Research Journal, Vol. (34),

No. (4).

Kasih, Sari C. & Yahya, Kresnayana. (2012). Analisis Statistik Kepuasan Pelayanan

Klinik Kecantikan London Beauty Centre Cabang Manyar Kertoajo Surabaya.

Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. (1), No. (1).

Maghfur. 2007. Konsep Diri, Percaya Diri, Inner Beauty.

https://magfur24.wordpress.com/2007/03/09/konsep-diri-percaya-diri-inner-

beauty/. Diakses pada tanggal 29 September 2017.

Marlianti, Nerli. & Suryani, Ade. (2011). Representasi Tubuh Perempuan dalam Rubrik

Kecantikan di Majalah Femina Edisi Mei 2011. Jurnal Komunikasi, Vol. (9),

No. (2).

Murlianti, Sri. 2014. Cycles of Beauty Culture: Ethnography of Beauty Clinics

Commodification. Jurnal Komunitas, Vol (6), No (2), (189-196).

Nevid, J. S, Spencer A. Rathus, Beverly Greene. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta:

Erlangga.

Nivoiq. Januari, 2015. Cantik, Haruskan Putih dan Langsing?.

http://republika.co.id/berita/koran/gen-1/15/01/28/nivoiq-cantik-haruskah-putih-

dan-langsing. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017.

Nugraha, Julhairman Agung. (2010). Pengaruh Kepuasan Citra Tubuh terhadap

Kepercayaan Diri Orang yang Mengikuti Fitness Center. Skripsi.

Papalia, D.E, Olds, S.W & Feldman, R.D. 2004. Human Development (Psikologi

Perkembangan). Jakarta : Kencana

Papalia, Old. & Feldman. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).

Jakarta : Kencana.

Parker, Ian. 2005. Psikologi Kualitatif. Yogyakarta : ANDI.

Raharni. 2014. Beauty Clinic Services and Using of Cosmetic for Beauty Clinic

Attendences at Jakarta. International Journal of Sciences: Basic and Applied

research, Vol (13), No (2), (77-87).

Page 19: KONSEP DIRI PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKANeprints.ums.ac.id/56807/13/01.NASKAH PUBLIKASI.pdf · tidak ingin kalah. D melakukan treatment suntik vitamin untuk membuat kulitnya semakin

15

Rahmaningsih, N.D. & Martani, Wisjnu. 2014. Dinamika Konsep Diri pada remaja

Perempuan Pembaca Teenlit. Jurnal Psikologi, Vol (41), No (2), 178-189.

Rombe, Sufrinah. 2014. Hubungan Body-image dan Kepercayaan Diri Dengan Perilaku

Konsumtif Pada Remaja Putri Di SMA Negri 5 Samarinda. Jurnal Psikologi, Vol

(2), No (1). (76-91).

Santrock, J. W. 2002. Life Spam Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta :

Erlangga.

Santrock, J. W. 2003. Adolescent: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.Mukhlis,

Ahmad. 2013. Berfikir Positif Pada Ketidakpuasan Terhadap Citra Tubuh. Jurnal

Psikoislamika, Vol (10), (5-14).

Sarwono, S., & Meinarno, E. A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.

Srivastava, Rekha. & Joshi, Shoba. (2014). Relationship Between Self-Concept and Self-

Esteem in Adolescents. Interntional Journal of Advanced Research, Vol. (2),

No. (2).

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :

Alfabeta.

Yulfajar, Amrina., & Rofianty. 2014. Switching Behavior pada Konsumen Klinik

Kecantikan di Kota Surabaya. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol (12), No (1).

Yusuf, Samsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : Remaja

Rosdakarya.