Komplit 100% Fix 2
-
Upload
adam-bachtiar -
Category
Documents
-
view
48 -
download
9
description
Transcript of Komplit 100% Fix 2
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG
KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA
KEJANG DEMAM PADA BALITA
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Adam Bachtiar
NIM: 030 09 001
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA, FEBRUARI 2015
Bidang Ilmu : Pendidikan Kedokteran
PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA
KEJANG DEMAM PADA BALITA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Adam Bachtiar
NIM : 030.09.001
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, FEBRUARI 2015
i
PERSETUJUAN
Proposal Skripsi
Judul:
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA
KEJANG DEMAM PADA BALITA
Nama mahasiswa: Adam Bachtiar
NIM 030.09.001
Telah disetujui untuk diuji di hadapan
Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Pada Hari Rabu, Tanggal 25 Februari 2015
Pembimbing
dr. Firda Fairuza, Sp.A
ii
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Judul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA
KEJANG DEMAM PADA BALITA
Nama mahasiswa: Adam Bachtiar
NIM 030.09.001
Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji SkripsiFakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Pada Hari Rabu, Tanggal 25 Februari 2015
Ketua Tim Penguji
Nama: dr. Suriptiastuti, DAP&E,MS .......………
NIK: 1094/USAKTI
Penguji I
Nama: dr. Firda Fairuza, Sp.A …………….
NIK: 2623/USAKTI
Penguji II
Nama: Dr.dr.Assangga Guyansyah, Sp.OG(K),Fer …………….
NIK:
Jakarta, 25 Februari 2015
Dekan FK Trisakti
iii
dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS
NIK 1094/USAKTI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Adam Bachtiar
NIM : 030.09.001
Program Studi : Pendidikan Kedokteran
Alamat Korespondensi : Jl. Kemanggisan Ilir II F10, Slipi, Jakarta Barat
Telepon / mobile : 085217551566
E-mail : [email protected]
Judul skripsi : Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam
dengan Tatalaksana Kejang Demam pada Balita
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan
sebagai suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No. 17
tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya
Jakarta, 25 Februari 2015
Materai
iv
Adam Bachtiar
NIM 030.09.001
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim. Puji serta syukur dipanjatkan kepada Allah SWT
karena hanya dengan nikmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam dengan
Tatalaksana Kejang Demam pada Balita”.
Penulisan skripsi ini merupakan sebagian syarat untuk memperoleh derajat
Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Skripsi ini
selanjutnya akan disunting kembali dan disusun dalam bentuk manuskrip jurnal
yang akan dipublikasikan secara online (e-journal).
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis memperoleh banyak
dukungan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu, izinkan
penulis untuk mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. dr. Firda Fairuza, Sp.A selaku pembimbing skripsi yang selalu meluangkan
waktu, memberikan semangat, membantu memecahkan masalah selama
penyelesaian skripsi ini.
2. dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS, Dr.dr.Assangga Guyansyah, Sp.OG(K),Fer
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, bimbingan dan masukan
selama penyelesaian skripsi
3. dr. Oktavianus Ch. Salim, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
berbaik hati bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk bersedia
membimbing dan membantu dalam kegiatan akademik selama masa
perkuliahan.
4. Orang tua dari pasien anak di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung,
terimakasih atas kerjasamanya sebagai subjek penulis melakukan penelitian.
5. Keluargaku tercinta : Ayah, Bunda, Sara dan Zio yang selalu menjadi tujuan
hidup penulis, penyemangat dan penggugah hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semangat dan doa yang tidak
pernah berhenti.
vi
6. Sahabat-sahabat penulis yang selama ini menjadi tempat bersandar dan
berbagi: Dau, Dianca, Anggara, Icha, Mas Yan, Hario, Dimas dan Mas Eko.
Terimakasih atas canda tawa, suka duka, saran kritik dan kehangatannya
selama ini.
7. Seseorang yang setia menemani penulis menyelesaikan skripsi ini, Anna
Kautsaria Putri terimakasih untuk kasih sayang, semangat, dan kesabaran yang
telah diberikan selama ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Semoga sukses
selalu mengiringi kita semua. Amin.
Akhir kata peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 25 Februari 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI DAN DEKAN..............................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................1
1.2 Perumusan masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan penelitian..................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum.............................................................................2
1.3.2 Tujuan khusus............................................................................2
1.4 Hipotesis...............................................................................................3
1.5 Manfaat................................................................................................3
BAB II TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA...........................................4
2.1 Kejang Demam....................................................................................4
2.1.1 Definisi.......................................................................................4
2.1.2 Epidemiologi..............................................................................4
2.1.3 Etiologi.......................................................................................5
2.1.4 Patofisiologi...............................................................................5
2.1.5 Klasifikasi..................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinik......................................................................8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.............................................................8
2.1.8 Penatalaksanaan.......................................................................10
viii
2.1.9 Prognosis..................................................................................12
2.2 Ringkasan Pustaka.............................................................................14
2.3 Kerangka Teori..................................................................................16
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL..................17
3.1 Kerangka Konsep...............................................................................17
3.2 Variabel..............................................................................................17
3.3 Definisi Operasional..........................................................................18
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................20
4.1 Desain Penelitian................................................................................20
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................20
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................20
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian........................................................22
4.5 Analisis Data......................................................................................22
4.5.1 Analisis Univariat....................................................................22
4.5.2 Analisis Bivariat.......................................................................22
.....................................................................................................
4.6 Alur Kerja Penelitian.........................................................................23
4.7 Etika Penelitian..................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
LAMPIRAN...........................................................................................................28
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Ringkasan Pustaka....................................................................................14
Tabel 2 Definisi Operasional.................................................................................18
Tabel 3 Variabel UnivariatTabel 4 Variabel BivariatTabel 5 Tindakan yang direkomendasikan dan tidak direkomendasikan untuk dilakukan orangtua saat terjadinya KDTabel 6 Jawaban orangtua yang benar berdasarkan pengetahuan mengenai kejang demamTabel 7 Pendidikan IbuTabel 8
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka teori.......................................................................................16
Gambar 2 Kerangka Konsep..................................................................................17
Gambar 3 Alur Kerja Penelitian.............................................................................23
xi
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Penjadwalan......................................................................................28
Lampiran 2. Informed Consent.............................................................................30
Lampiran 3. Kuesioner...........................................................................................32
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada
kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang
tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah suatu bangkitan kejang
yang terjadi antara umur 6 bulan - 5 tahun yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1,2
Pendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan kejang demam
tidak sama. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia
antara 6 bulan-22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada
usia delapan belas bulan.3
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua jenis yang berbeda yaitu kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana yaitu
berlangsung kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang
berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang
dalam waktu 24 jam.1,4 Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara
seluruh kejang demam.5
Di berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda. Di
indonesia 2-4 %.31 Di Amerika Serikat dan Eropa, prevalensi kejang demam
berkisar 2-5 %.3,6 Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3-9,9 % dan di
India berkisar 5-10%.6-8 Kejadian cacat sebagai komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum
atau fokal.9
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Kecemasan ini
harus dikurangi dengan cara yang diantaranya meyakinkan bahwa kejang demam
1
umumnya mempunyai prognosis baik, memberitahukan cara penanganan kejang
dan memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.9,10 Pemberian
obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping.11
Atas dasar pertimbangan pertama bahwa demam memungkinkan terjadi
bangkitan kejang demam. Kedua adalah kekhawatiran dan kebingungan orang tua
terhadap anaknya saat mengalami bangkitan kejang, maka diperlukan tindakan
pencegahan terhadap bangkitan kejang demam.Tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para
ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik dapat diberikan.10-12
Jenis obat antikonvulsan yang sering digunakan adalah diazepam,
fenobarbital, asam valproat dan fenitoin. Pemberian obat antikonvulsan jangka
panjang itu sendiri mempunyai efek samping tidak baik dan diberikan atas
indikasi yang tepat. Untuk kepentingan tersebut diperlukan pengetahuan tentang
tatalaksana yang tepat dalam menangani bangkitan kejang demam.13
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang kejang deman dengan tatalaksana
kejang demam pada balita?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kejadian
kejang demam pada balita di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam
pada balita di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.
1.3.2.2 Untuk mengetahui sikap pengelolaan kejang demam yang dilakukan
ibu terhadap balita yang mengalami kejang demam di Rumah Sakit
Cahya Kawaluyan Bandung.
2
I.4. HIPOTESIS PENELITIAN
Pengetahuan ibu memengaruhi tatalaksana kejang demam pada balita.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam, maka pengelolaan
kejang demam pada balita akan semakin baik.
I.5. MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan ibu
tentang kejang demam dengan pengelolaan kejang demam pada balita.
1.5.2 Manfaat untuk profesi
Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru dalam melakukan
penelitian serta dapat mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang
kejang demam dan pengelolaan kejang demam pada balita. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti
sendiri dalam memahami hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam
dengan tatalaksana kejang demam pada balita.
1.5.3 Manfaat untuk masyarakat
Diharapkan dari hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai informasi
kesehatan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dan
meningkatkan keterampilan orang tua yang akan memungkinkan para orang
tua untuk mempunyai pengetahuan bagaimana penanganan pertama pada
balita yang terserang kejang demam sebelum balita tersebut dibawa ke
rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUAN, RINGKASAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1 Kejang Demam
2.1.1 Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38,5oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam ini terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan–
5 tahun 1,2. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, kemungkinan lain harus dipertimbangkan misalnya infeksi SSP,
atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.14 Definisi ini
menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,
ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis
berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya
mengenai sistem susunan saraf pusat.15
2.1.2 Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Indonesia.31 di Amerika
Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat 2-5%. Di Asia dilaporkan lebih
tinggi kira-kira 80% kasus merupakan kejang demam sederhana. Umumnya
kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang
demam sedikit lebih sering pada anak laki-laki.3,6-8
4
2.1.3 Etiologi
Hingga kini etiologi belum diketahui dengan pasti. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.16
2.1.4 Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak,
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses ini adalah
oksidasi, dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru – paru
dan diteruskan ke otak melalui kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari
sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na –K –ATPase yang terdapat pada permukaan
sel.. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya
perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang
datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya serta perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit atau keturunan.13,17
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi
pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
5
dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,
kejang telah terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang
kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari
kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah, sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita
kejang(6). Penelitian binatang menunjukkan bahwa vasopressin dan arginin
dapat merupakan mediator penting pada patogenesis kejang akibat
hipertermia.18,19
Kejang yang berlangsung lama ( > 15 menit) biasanya disertai
terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akibatnya terjadihipoksemia, hiperkapnea,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipertensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang”di kemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga
terjadi epilepsi.17-19
6
2.1.5 Klasifikasi
2.1.5.1 Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik
atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara
seluruh kejang demam. Suhu yang tinggi merupakan keharusan
pada kejang demam sederhana, kejang timbul bukan oleh infeksi
itu sendiri, akan tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi akibat
infeksi di organ lain, misalnya pada radang telinga tengah yang
akut, dan sebagainya. Bila dalam riwayat penderita pada umur –
umur sebelumnya terdapat periode dimana anak menderita suhu
yang sangat tinggi akan tetapi tidak mengalami kejang, maka pada
kejang yang terjadi kemudian harus berhati –hati, mungkin kejang
yang ini ada penyebabnya. Pada kejang demam yang sederhana
kejang biasanya timbul ketika suhu sedang meningkat dengan
mendadak, sehingga seringkali orang tua tidak mengetahui
sebelumnya bahwa anak menderita demam. Kejang pada kejang
demam sederhana selalu berbentuk umum, biasanya bersifat tonik
atau klonik seperti kejang grand mal; kadang – kadang hanya kaku
umum atau mata mendelik seketika. Kejang dapat juga berulang,
tapi sebentar saja, dan masih dalam waktu 16 jam meningkatnya
suhu, umumnya pada kenaikan suhu yang mendadak, dalam hal ini
juga kejang demam sederhana masih mungkin.1,4,20
2.1.5.2 Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang
berlangsung lebih dari 15 menit. Kejang berbentuk kejang fokal
atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial,
umumnya berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.1,4
Kejang yang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari
15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara
7
bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8%
kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau
kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang
adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan
kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% diantara anak
yang mengalami kejang demam.21,22
2.1.6 Manifestasi Klinik
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu rektal di atas 38oC yang disebabkan oleh infeksi,
misalnya tonsilitis, otitis media akut dan bronkitis. Serangan kejang
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak
tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan
saraf.13,21
Kriteria gejala kejang demam sederhana, umur anak ketika kejang
antara 6 bulan dan 5 tahun, kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak
lebih dari 15 menit, kejang bersifat umum, kejang timbul dalam 16 jam
pertama setelah timbulnya demam, pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang normal, pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukkan kelainan, frekuensi bangkitan kejang di
dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.23 Kejang demam yang tidak memenuhi
salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria di atas digolongkan pada epilepsi
yang diprovokasi oleh demam.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
2.1.7.1 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium
8
yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah.21
2.1.7.2 Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko
terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6-6,7%. Pada bayi
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu,
pungsi lumbal dianjurkan pada, bayi kurang dari 12 bulan sangat
dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi
lebih dari 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.24, 25
2.1.7.3 Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya
kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau
kejang demam fokal.
2.1.7.4 Radiologi
Foto X – ray kepala dan pencitraan seperti computed
tomography scan (CT –scan) atau magnetic resonance imaging
(MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi
seperti, kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis),
paresis nervus VI, papil edema.23
9
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.8.1 Penatalaksanaan Saat Kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu
pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam
keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang
adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan –lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal 20 mg.26
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di
rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-
0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10
kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah
usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Bila
setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit.Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.11, 26
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan
dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan
fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali
dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang
belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung
dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor resikonya.13,18
10
2.1.8.2 Pemberian Obat Pada Saat Demam
A. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan.
Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10–15 mg/kgBB/kali
diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis
ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.19
B. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam
pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada
30-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis
0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu di atas 38,50C. Dosis
tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan
sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,
karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna
untuk mencegah kejang demam.10,11
2.1.8.3 Pemberian Obat Rumat
A. Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam
menunjukkan ciri kejang lama lebih dari 15 menit, adanya
kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis todd, cerebral palsy, retardasi
mental, hidrosefalus, Kejang fokal.
a. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
a) Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
b) Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
c) Kejang demam > 4 kali per tahun.
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam lebih
dari 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat. Kelainan
neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan
11
ringan bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang
fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak
mempunyai fokus organik.
B. Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari
efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang.
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak
berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek
samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap
kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian
fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku
dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini
adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40
mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4
mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.
2.1.9 Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan
tidak menyebabkan kematian.
2.1.9.1 Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya
tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain
secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian
kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan
kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kejang
yang lebih dari 15 menit, diduga biasanya telah menimbulkan
kelainan saraf yang menetap. Apabila tidak diterapi dengan baik,
kejang demam dapat berkembang menjadi kejang demam berulang
dengan frekuensi berkisar antara 25-50% (umumnya terjadi pada 6
12
bulan pertama), epilepsi, kelainan motorik, serta gangguan mental
dan belajar.27
2.1.9.2 Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus.
Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah riwayat kejang
demam dalam keluarga, usia di bawah 12 bulan, temperatur yang
rendah saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam. Bila
seluruh faktor tersebut ada, kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut
kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%.
Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun
pertama.28,29
Faktor resiko menjadi epilepsi adalah kelainan neurologis
atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama,
kejang demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orang tua atau
saudara kandung. Masing –masing faktor resiko meningkatkan
kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari faktor
resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-
49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan
pemberian obat rumat pada kejang demam.30
13
2.2 Ringkasan Pustaka
Tabel 1. Ringkasan Pustaka
No Peneliti Lokasi Studi Desain Subjek Variabel Hasil
1. Ertan Kayserili,Aycan Unlap,Hursit Apa,Suna Asilsoy,Murat Hizarcioglu,Pamir Gulez,Hasan Agin.
Turki Metode potong silang (cross-sectional)
122 orang tua dari pasien kejang demam di unit gawat darurat rumah sakit behcet di turki
Pengetahuan,sikap,perha-tian dan tatalaksanakejang demam
Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, perhatian ibu dan tatalaksana kejang demam
2. Huang MC, Huang CC, Thomas K.
Unit Gawat Darurat di Taiwan Selatan
Metode potong silang (cross-sectional)
216 orang tua dari pasien kejang demam di 11 unit gawat darurat di Taiwan Selatan
Pengetahuan,sikap,perha-tian dan tatalaksanakejang demam
Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, perhatian ibu dan tatalaksana kejang demam
3. Tahmooreszadeh S, Kolahi AA.
Mofid Children’s Hospital, Iran
Studi Kohort (cohort study)
126 ibu dari pasien kejang demam di Mofid Children’s
Karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan) dan pengetahuan ibu
Tidak ada hubungan antara karakteristik ibu dan pengetahuan ibu tentang kejang demam
14
Hospital, Iran tentang kejang demam
15
2.3 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
16
Pengelolaan kejang demam pada balita
Tatalaksana medis /
ketersediaan fasilitas kesehatan
Derajat keparahan
Keterjangkauan fasilitas kesehatan
Pengetahuan ibu
Tempat tinggal dan lingkungan
Umur
Tingkat pendidikan
Tingkat ekonomi
Pekerjaan
Tradisi / kepercayaan
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
3.2 Variabel
3.2.1 Variabel Dependen :
Tatalaksana kejang demam pada balita
3.2.2 Variabel Independen :
Pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita
17
3.3 Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala Referensi
Pengetahuan ibu tentang kejang demam
Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang kejang demam, meliputi temperatur, obat untuk mengatasi kejang demam, penyebab kejang demam, gejala kejang demam, dampak lebih lanjut dari kejang demam, dan cara menentukan kejang demam.
Wawancara Kuesioner1. Baik, jika jawaban benar ≥ rerata
2. Kurang, jika jawaban benar < rerata
Ordinal Huang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:38–48 30
Pengelolaan kejang demam pada balita
Tindakan yang dilakukan ibu dalam upaya untuk menangani balita yang menderita kejang demam, yang dinilai dari ketepatan waktu pengelolaan kejang demam, ketepatan cara melakukan self management maupun upaya pencarian bantuan kepada tenaga kesehatan (non self management)
Wawancara Kuesioner1. Baik, jika jawaban benar ≥ rerata
2. Kurang, jika jawaban benar < rerata
Ordinal Huang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:38–48 30
18
Tingkat pendidikan ibu
Pendidikan formal yang telah ditempuh ibu hingga saat dilakukan wawancara
Wawancara Kuesioner Pendidikan tinggi:Perguruaan tinggiPendidikan sedang: SMA sederajatPendidikan rendah:SMP,SD
Ordinal Huang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:38–48 30
Tingkat ekonomi dan pekerjaan ibu
Kondisi ekonomi keluarga dan mencerminkan tingkat kesejahteraan keluarga
Wawancara Kuesioner Pekerjaan: -Ibu rumah tangga-Ibu bekerjaTingkat ekonomi:-Rendah: < UMR (2 juta)-Cukup:>UMR (2 juta)
Ordinal Huang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:38–48 30
Tradisi dan kepercayaan ibu
Adat kebiasaan turun – menurun yang dipercayai itu benar atau nyata oleh ibu
Wawancara Kuesioner 1. Baik, jika jawaban benar ≥ rerata
2. Kurang, jika jawaban benar < rerata
Ordinal Huang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:38–48 30
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain peneletian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti mencari hubungan
antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran pada saat
tertentu.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Jl. Parahyangan KM 3
Kota Parahyangan Padalarang, Bandung Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan dari
bulan Maret – Juli 2015.
4.3. Populasi dan sampel penelitian
Populasi adalah seluruh orang tua (ibu) pasien balita berusia 6 bulan sampai 5 tahun
dengan kejang demam sederhana yang datang ke RS. Cahya Kawaluyan Bandung untuk
berobat pada bulan Maret - Juli 2015. Pemilihan sampel secara consecutive non-random
sampling dan sampel dari penelitian adalah sebagian dari populasi yang memiliki
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
4.3.1 Kriteria inklusi
4.3.1.1 Seluruh ibu pasien kejang demam sederhana yang datang berobat ke RS.
Cahya Kawaluyan Bandung yang menandatangi informed consent
penelitian dan bersedia mengikuti proses penelitian
4.3.1.2 Pasien kejang demam sederhana dengan usia target 6 bulan – 5 tahun
4.3.2 Kriteria eksklusi:
4.3.2.1 Responden tidak mengembalikan kuesinoner sesuai waktu yang telah
ditentukan
4.3.2.2 Pasien dengan riwayat epilepsi atau kelainan neurologis lainnya
20
Perhitungan sampel pada penelitian ini dengan pencarian populasi infinit dan
dilanjuti dengan pencarian populasi finit.
n0 =Z 2 x p x q
d2
n0 = 1,96 2 x 0,04 x 0,96
0,052
n0 = 59
keterangan
n0 = besar sampel optimal yang dibutuhkan
Z = pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96
p = prevalensi yang menderita penyakit 4 % (Indonesia) 31
q = prevalensi yang tidak menderita penyakit (1- p)
d = akurasi dan ketepatan pengukuran
Setelah diketahui nilai n yaitu besar sampel optimal, yang dibutuhkan selanjutnya
angka tersebut dimasukan kedalam rumus populasi finit.
Rumus populasi finit:
Keterangan
n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 : Besar sampel dari populasi infinit
N : Besar populasi finit
Diketahui jumlah penderita kejang demam di RS Cahya Kawaluyan tahun 2013 -
2014 sebanyak 128 pasien. Maka besar sampel minimal adalah:
n = 59/(1+59/128)
= 59/1,46 = 40,41 (40)
21
n = n0 / (1+ n0/N)
Untuk mengantisipasi kejadian drop-out sampel karena tidak sesuai kriteria yang
diinginkan maka jumlah sampel ditambahkan 15% dari nilai n yang didapatkan,
sehingga jumlah sampel keseluruhan yang dibutuhkan menjadi (46)
4.4. Bahan dan instrument penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer. Data primer didapatkan
dari subjek penelitian yang diminta untuk mengisi kuesioner yang menggunakan
Questionnaire on Parental Knowledge, Attitudes, Concerns and Practices (KACP)
toward FC tentang pengetahuan ibu tentang tatalaksana kejang demam. 30
4.5. Analisis data
4.5.1 Analisis Univariat
Analisis univarat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel
dependen yaitu tatalaksana kejang demam pada balita dan variabel independen
yaitu pengetahuan ibu tentang kejang demam.
4.5.2 Analisis Bivarat
Analisis bivarat untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
variabel dependen dan independen. Analisis bivarat ini menggunakan uji statistik
Chi-Square. Analisa data dalam penelitian ini akan menggunakan program
Statistics Program for Social Science (SPSS) for Mac versi 20.0.
22
4.6. Alur kerja penelitian
Gambar 3. Alur kerja penelitian
4.7. Etika Penelitian
Proses penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat Persetujuan dari Komisi Etik
Riset. Surat Persetujuan dari Komisi Etik Riset diberikan oleh Tata Usaha Tim Skripsi
setelah melewati ujian proposal dan pengajuan Permohonan Kaji Etik Riset. Pada tahap
selanjutnya peneliti melakukan penelitian di RS. Cahya Kawaluyan Bandung. Penelitian
dimulai dengan informed consent (lampiran 1). Informed consent dalam penelitian ini
dengan memberikan penjelasan secara lisan kepada responden yaitu seluruh ibu pasien
dengan kejang demam sederhana mengenai tujuan serta manfaat dari penelitian yang
peneliti akan lakukan. Apabila responden setuju maka responden akan diberikan lembar
persetujuan untuk di tanda tangani oleh reponden sebagai tanda setuju ikut serta dalam
penelitian. Pada lembar persetujuan juga terdapat penjelasan mengenai proses
kelangsungan dari penelitian untuk menghindari kesalahpahaman dalam proses
penjelasan secara lisan. Setelah mendapatkan tanda persetujuan dari mahasiswa maka
penelitian akan dilanjutkan baik dengan wawancara ataupun kuesioner.23
Informed consent
Tidak bersedia
Wawancara dan kuesioner dengan :Questionnaire on Parental Knowledge, Attitudes, Concerns and Practices (KACP) toward FC 30
Analisis data
Bersedia
Pemilihan subjek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian
Pada penelitian ini responden akan mendapatkan jaminan kerahasiaan dari data
yang akan didapatkan dari responden. Data tersebut hanya dapat dilihat oleh seseorang
yang bersangkutan dari proses penelitian seperti peneliti dan dosen pembimbing.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Febrile Seizures: Guideline for the Neurodiagnostic Evaluation of the Child With a Simple Febrile Seizure. American academy of pediatrics.Pediatrics.2011;127;389-394.
2. Ali W, Bhat MA, Ahmad P, Iqbal J. Basics of convulsive disorders: febrile seizures. JK-Practitioner 2006;13:161-3.
3. Fuadi, Bahtera T, Wijayahadi N. Faktor resiko bangkitan kejang demam pada anak. Sari pediatri; Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang 2010;12(3):142–9.
4. Mohsen S, Mahboobeh SH. The Effect of Education Based on Health Belief Model (HBM) in Mothers about Behavior of Prevention from Febrile Convulsion in Children. Departement of Health Education, Faculty of Health, Arak University of Medical Science, Arak, Iran. World Journal of Medical Sciences 9 (1): 30-35, 2013.
5. Karimzadeh, P, et al. Febrile Convulsions: The Role Played By Paracinical Evaluation [Internet]. Iran J Child Neurology. 2008 [cited 2014 Dec 23]. Available from: http://journals.sbmu.ac.ir/ijcn/article/view/558/45.
6. Sillanpaa, M, et al. Incidence of Febrile Seizures in Finland: Prospective Population-Based Study. Pediatric Neurology. 2008;38:391–4.
7. Vebriasa A, Herini ES, Triasih R. Hubunganantara Riwayat Kejang pada Keluarga dengan Tipe Kejang Demam dan Usia Saat Kejang Demam Pertama. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada - RSUP DrSardjito, Yogyakarta. 2013;15(3):137–40.
8. Sugai K. Current management of febrile seizures in Japan: An overview. Department of Child Neurology, National Center Hospital of Neurology and Psychiatry. Brain & Development 32 (2010) 64–70.
9. Fetveit A. Assesment of febrile seizures in children. Eur J Pediatr. 2008;167:17–27.
25
10. Kolahi AA, Tahmooreszadeh S. First febrile convulsions: inquaery about the knowledge, attitudes and concerns of the patients’ mothers. Eur J Pediatr. 2009;168:167–71.
11. Rose W, Kirubakaran C, Scott JX. Intermittent clobazam therapy in febrile seizures. Indian J Pediatr 2005;72(1):31–3.
12. Esmaeili AA, Sharifirad GR, Dolatabadi NK, Najimi A. The effect of educational program on knowledge, attitude and practice of mothers regarding prevention of febrile seizure in children. J Educ Health Promot. 2013;2:26.
13. American Academy of Pediatrics Steering Committee on Quality Improvement and Management, Subcommittee on Febrile Seizures. Febrile seizures: clinical practice guideline for the long-term management of the child with simple febrile seizures. Pediatrics. 2008;121(6):1281-1286.
14. Steering Committee on Quality Improvement and Management, Subcommittee on Febrile Seizures American Academy of Pediatrics. Febrile seizures: clinical practice guideline for the long-term management of the child with simple febrile seizures. Pediatrics. 2008;121:1281–6.
15. Murakami K, Kita S, Iharada A, Fujii Y, Okuda K, Meguro T, et al. Study on the first aid for the children with seizures in asecondary emergent hospital (in Japanese). J JpnPediatrSoc (Nippon Shounika-GakkaiZasshi) 2005;109:1439–43.
16. IDAI. KejangDemam. 2012 Feb 22 [cited 2015 Jan 20]; Available from: http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp
17. Graves RC, Oehler K, Tingle LE. Febrile Seizures: Risks, Evaluation, and Prognosis. American Academy of Family Physicians. 2012;85(2):149-153.
18. Subcommittee on Febrile Seizures; American Academy of Pediatrics. Neurodiagnostic evaluation of the child with a simple febrile seizure. Pediatrics. 2011;127(2):389-394.
19. Strengell T, Uhari M, Tarkka R, et al. Antipyretic agents for preventing recurrences of febrile seizures: randomized controlled trial. Arch PediatrAdolesc Med. 2009;163(9):799-804.
20. Christopher FL, et al. Seizures in Children [Internet]. Emedicine health. 2012 [cited 2014 Dec 23]. Available from: http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm.
26
21. Shinnar S, Glauser TA. Febrile Seizures. In: PellockJM,Bourgeois BFD, Dodson WE, editors. Pediatric epilepsy: diagnosis and therapy. New York: Demos; 2008. p. 293–301.
22. Shinnar S, Hesdorffer DC, Nordli Jr DR, Pellock JM, O’Dell C, Lewis DV, et al. Phenomenology of prolonged febrile seizures: results of the FEBSTAT study. Neurology 2008;71(3):170–6.
23. Brenner DJ, Hall EJ. Computed tomography: an increasing source of radiation exposure. N Engl J Med. 2007;357(22):2277–2284.
24. Shaked O, Pena BM, Linares MY, Baker RL. Simple febrile seizures: are the AAP guidelines regarding lumbar puncture being followed. PediatrEmerg Care. 2009;25(1):8–11.
25. Kimia AA, Capraro AJ, Hummel D, Johnston P, Harper MB. Utility of lumbar puncture for first simple febrile seizure among children 6 to 18 months of age. Pediatrics. 2009;123(1):6 –12.
26. Madsen KA, Bennet JE. The role of parental preferences in the management of fever without source among 3 to 36 month old children: a decision analysis. J Pediatrics. 2006;117:1067–76.
27. Birca A, Guy N, Fortier I, Cossette P, Lortie A, Carmant L. Genetic influence on the clinical characteristics and outcome of febrile seizures--a retrospective study. Eur J PaediatrNeurol 2005;9:339-45.
28. Vestergaard, M, et al. The Danish National Hospital Register is Avaluable Study base for Epidemiologic Research in Febrile Seizures. J ClinEpidemiol. 2006;34:61–6.
29. Vestergaard, M, et al. Death in Children with Febrile Seizures : A Population-Based Cohort Study.The Lancet. 2008;372: 457-463.
30. Huang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:38–48.
31. Maryatun. Asuhan keperawatan klien dengan kejang demam pada anak di ruang lukman rumah sakit roemani (tesis). Semarang: universitas muhamadyah semarang; 2007.
27
32. Kayserili E, Unalp A, Apa H. Parental Knowledge and Practice Regarding Febrile Convulsion in Turkish Children. Turk J Med Sci. 2008; 38(4) : 343-50.
33. Notoatmodjo S, Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Rineka Cipta. Jakarta; 2010.
34. Karende S. Febrile seizures: a review for family physicians. Indian J Med Sci 2007; 61: 161-72.
35. Kayserili E, Unali A, Apa H, Asilsoy S, Hizarcioglu M, Gulez P, et al. Parental knowledge and practices regarding febrile convulsions in Turkish children. Turk J Med Sci 2008;38:343-50.
28
Lampiran 1
Penjadwalan Penelitian
Kegiatan
Waktu 2014 2015
DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS
1 15 7 15 5 25 10 25 1 31 1 30 1 31 1 31
4 19
Persiapan dan pengumpulan dataPenyusunan dan penyelesaianBAB I (Pendahuluan)Penyusunan dan penyelesaian BAB II(Tinjauan Pustaka)Penyusunan dan penyelesaian BAB III (Kerangka konsep & Definisi Operasional)Penyusunan dan penyelesaian BAB IV(Metodologi)
28
Penyerahan ProposalUjian ProposalPenyusunan dan penyelesaian BAB V (Hasil)Penyusunan dan penyelesaian BAB VI (Pembahasan)Penyusunan dan penyelesaian BAB VII (Kesimpulan dan Saran)Persiapan ujian skripsiUjian Skripsi
29
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Penjelasan mengenai penelitian
Penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang kejang deman dan
tatalaksana kejang demam pada balita dapat memberikan pengetahuan kepada
orang tua bagaimana tatalaksana menangani kejadian kejang demam pada
anaknya.
Oleh karena itu kami mengharapkan responden untuk ikut serta dalam
penelitian ini. Bila bersedia maka peneliti akan melakukan wawancara melalui
lembar kuesioner yang akan diberikan dan jika memenuhi persyaratan akan
dimasukan ke dalam data penelitian ini. Hasil dari kuesioner ini akan dirahasiakan
identitas responden.
Pada saat pengisian kuesioner mohon semua pertanyaan yang tertera dalam
kuesioner tersebut diisi dengan sebenar-benarnya.
Bila ada pertanyaan, responden dapat langsung menghubungi peneliti melalu
nomor telepon 085217551566.
Responden bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini. Bila responden
bersedia ikut serta dalam penelitian ini kami mohon untuk membubuhkan tanda
tangan pada formulir persetujuan berikut ini.
Jakarta, Februari 2015
Adam Bachtiar
30
FORMULIR PERSETUJUAN
Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya
pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut dalam
penelitian ini.
Nama peserta penelitian :
Tanda tangan :
Tanggal :
31
Lampiran 3
Kuesioner tentang Kejang Demam
Nama Pasien : ____________________________
Responden :
A. Karateristik keluarga
1. Ayah (umur,pendidikan terakhir,penghasilan > 2 juta / < 2 juta) :
2. Ibu (umur,pendidikan terakhir,penghasilan > 2 juta / < 2 juta) :
3. Agama :
B. Pengalaman keluarga tentang kejang demam
1. Usia anak pada saat pertama kali kejang demam :
___ tahun ___ bulan
2. Jumlah episode kejang demam yang dialami anak (dalam satu hari) :
□ satu □ dua □ tiga □ lebih dari tiga
3. Apakah anda melihat langsung saat anak anda terkena kejang demam?
: □ ya □ tidak
4. Saudara kandung pasien dengan riwayat kejang deman :
□ satu □ dua □ lebih dari dua
5. Anggota keluarga lainnya dengan riwayat kejang demam :
□ satu □ dua □ lebih dari dua
C. Menurut anda kejadian kejang demam disebabkan oleh :
(boleh lebih dari satu)
□ kelainan konduksi listrik pada otak
□ demam dan umur anak
□ kecenderungan anak
□ keturunan
□ gangguan makhluk halus
32
D. Penanganan kejang demam
1. Apa yang anda lakukan saat anak anda mengalami serangan kejang demam
yang pertama kalinya?
□ diam saja
□ mengguncang dan membangunkan anak
□ pijat dada
□ pindahkan anak ke tempat yang aman dan datar
□ memberi wewangian (contoh: minyak kayu putih)
□ memperhatikan gejala dan lama kejang
□ membawa langsung ke dokter
□ memasukan benda untuk di gigit pada saat serangan kejang demam
□ mengendalikan anak yang kejang
□ meletakan anak anda di samping anda
□ tetap tenang
□ memberikan bantuan nafas
□ menghisap
□ mengompres anak
□ lainnya ______________________________________________
2. Apa yang anda lakukan saat anak anda mengalami serangan kejang demam
yang kedua dan lebih?
(yang sebelumnya pernah mengalami serangan kejang demam)
□ diam saja
□ mengguncang dan membangunkan anak
□ pijat dada
□ pindahkan anak ke tempat yang aman dan datar
□ memberi wewangian (contoh: minyak kayu putih)
□ memperhatikan gejala dan lama kejang
□ membawa langsung ke dokter
□ memasukan benda untuk di gigit pada saat serangan kejang demam
□ mengendalikan anak yang kejang
□ meletakan anak anda di samping anda
33
□ tetap tenang
□ memberikan bantuan nafas
□ menghisap
□ mengompres anak
□ lainnya ______________________________________________
E. Pengetahuan mengenai kejang demam
Jawab pertanyaan dengan ‘benar’ atau ‘salah’ untuk setiap pertanyaan,jika
anda tidak terlalu mengetahuinya jawab dengan ‘tidak tahu’
1. Kejang demam adalah epilepsi/ayan : O benar O salah O tidak tahu
2. Obat antikejang dibutuhkan untuk kejang demam :
O benar O salah O tidak tahu
3. Kejang demam dapat berulang : O benar O salah O tidak tahu
4. Kejang demam jarang pada usia di atas 5 tahun :
O benar O salah O tidak tahu
5. Kejang demam berulang akan menyebabkan kerusakan pada otak :
O benar O salah O tidak tahu
6. Kejang demam jarang beresiko untuk menjadi :
O benar O salah O tidak tahu
7. Dibutuhkan alat pengaman di dalam mulut anak untuk menghindari lidah
tergigit : O benar O salah O tidak tahu
8. Perlu memijat saat anak kejang : O benar O salah O tidak tahu
9. Dibutuhkan bantuan nafas pada saat kejang :
O benar O salah O tidak tahu
10. Anak dengan kejang demam boleh di imunisasi secara berkala :
O benar O salah O tidak tahu
11. Pemeriksaan EEG dan CT scan dibutuhkan untuk anak kejang demam :
O benar O salah O tidak tahu
34
F. Pandangan anda terhadap kejang demam
Lingkari jawaban dibawah ini yang sesuai dengan pendapat anda tentang
kejang demam.
1 = sangat setuju
2 = setuju
3 = ragu-ragu
4 = tidak setuju
5 = sangat tidak setuju
6 = tidak tahu
o Kejang demam karena kerasukan roh jahat :1 2 3 4 5 6
o Kejang demam dapat menjadi epilepsi/ayan :1 2 3 4 5 6
o Orangtua berulang kali harus mengecek temperatur anak :1 2 3 4 5 6
o Suatu kejadian kejang demam dapat membahayakan nyawa anak :1 2 3 4 5 6
o Kejang demam dapat merusak otak :1 2 3 4 5 6
o Pengobatan tradisional juga di butuhkan :1 2 3 4 5 6
o Kejang demam dapat berkembang menjadi parah :1 2 3 4 5 6
o Perhatian lebih,dibutuhkan pada anak kejang demam :1 2 3 4 5 6
o Jika dibutuhkan,pengambilan sumsum tulang belakang di perlukan :1 2 3 4 5 6
o Sangat memalukan mempunyai anak dengan kejang demam :1 2 3 4 5 6
35