KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

12
Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 6 Nomor 3 Halaman 341-511 Malang, Desember 2015 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 373 KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT Nikmatuniayah Politeknik Negeri Semarang, Jl Prof. Sudarto SH Tembalang Semarang Surel: [email protected] Abstrak: Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya pengaruh prinsip etika profesi terhadap keper- cayaan masyarakat melalui pelayanan prima aparat kelurahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat diciptakan oleh pelayanan prima yang diberikan aparat kelurahan karena telah menerapkan prinsip etika profesi yaitu tanggung jawab dan integritas moral. Namun demikian, hasil lain menunjukkan bahwa kepercayaan mayarakat bukan diciptakan melalui pelayan prima yang diberikan oleh aparat kelurahan, melainkan oleh kemandirian aparat kelurahan dan legalisasi UU Desa. Abstract: Performance and Ethics of Public Sector Services in Effort to Improve Public Confidence. This study aims to prove the effect of pro- fessional ethics principles in public confidence through excellent service vil- lage officials. The data analysis was performed using multiple regression. The result shows that the public confidence is created by the excellence service provided by village officials because it has applied the professional ethics principles which consist in responsibility and moral integrity. How- ever, the other result shows that the public confidence is not created by the excellent of service (justice and autonomous) village officials, but by the independence of village officials and village law legalization. Kata kunci: Etika profesi, Pelayanan prima, Kepercayaan masyarakat Tujuan pemerintah daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik yang memuaskan di lingkungannya. Semenjak reformasi di- canangkan, pemerintah daerah telah banyak mengalami perubahan termasuk kelurahan. Dengan banyaknya program rakyat yang di- tawarkan seperti BPJS, Kartu Sakti, Kartu Pintar, Kartu Sehat, atau Bedah Rumah, aparat kelurahan mesti mendekatkan diri pada rakyat melalui pelayanan publik yang memuaskan. Pelayanan publik aparat kelu- rahan yang memuaskan adalah bagian dari kinerja pemerintah daerah. Namun pada kenyataayaannya rakyat masih mengalami ketidakpuasan dalam pelayanan pulik. Se- perti yang diungkapkan Sardjito (2000:139), bahwa ”beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pela- yanan publik maupun penggunaan anggar- an belanja daerah”. Kritik lain mengatakan bahwa organisasi sektor publik adalah or- ganisasi yang tidak produktif, tidak efisien, selalu merugi, berkualitas rendah, miskin inovasi, dan kreativitas. Kritik ini muncul sebagai dampak dari kekecewaan masyara- kat terhadap layanan publik yang tidak memuaskan dan berbelit-belit (Handajani 2010). Data kemendagri menyebutkan se- lama 2004-2013 tercatat 309 kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun walikota terjerat korupsi. Di lembaga legislatif sepan- jang 2004-2012 ada 349 kasus melibatkan anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota (Padmodiningrat 2014). Setelah UU tentang Desa diberlakukan pada 2014, pencegahan korupsi ditujukan sampai pada lini kelura- han/Desa. Komite Penyelidikan dan Pem- berantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme Tanggal Masuk: 22 Juni 2015 Tanggal Revisi: 11 Desember 2015 Tanggal Diterima: 18 Desember 2015 http://dx.doi.org/DOI: 10.18202/jamal.2015.12.6030

Transcript of KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

Page 1: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 6 Nomor 3 Halaman 341-511 Malang, Desember 2015 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879

373

KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

Nikmatuniayah

Politeknik Negeri Semarang, Jl Prof. Sudarto SH Tembalang SemarangSurel: [email protected]

Abstrak: Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya pengaruh prinsip etika profesi terhadap keper-cayaan masyarakat melalui pelayanan prima aparat kelurahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat diciptakan oleh pelayanan prima yang diberikan aparat kelurahan karena telah menerapkan prinsip etika profesi yaitu tanggung jawab dan integritas moral. Namun demikian, hasil lain menunjukkan bahwa kepercayaan mayarakat bukan diciptakan melalui pelayan prima yang diberikan oleh aparat kelurahan, melainkan oleh kemandirian aparat kelurahan dan legalisasi UU Desa.

Abstract: Performance and Ethics of Public Sector Services in Effort to Improve Public Confidence. This study aims to prove the effect of pro-fessional ethics principles in public confidence through excellent service vil-lage officials. The data analysis was performed using multiple regression. The result shows that the public confidence is created by the excellence service provided by village officials because it has applied the professional ethics principles which consist in responsibility and moral integrity. How-ever, the other result shows that the public confidence is not created by the excellent of service (justice and autonomous) village officials, but by the independence of village officials and village law legalization.

Kata kunci: Etika profesi, Pelayanan prima, Kepercayaan masyarakat

Tujuan pemerintah daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik yang memuaskan di lingkungannya. Semenjak reformasi di-canangkan, pemerintah daerah telah banyak mengalami perubahan termasuk kelurahan. Dengan banyaknya program rakyat yang di-tawarkan seperti BPJS, Kartu Sakti, Kartu Pintar, Kartu Sehat, atau Bedah Rumah, aparat kelurahan mesti mendekatkan diri pada rakyat melalui pelayanan publik yang memuaskan. Pelayanan publik aparat kelu-rahan yang memuaskan adalah bagian dari kinerja pemerintah daerah. Namun pada kenyataayaannya rakyat masih mengalami ketidakpuasan dalam pelayanan pulik. Se-perti yang diungkapkan Sardjito (2000:139), bahwa ”beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pela-

yanan publik maupun penggunaan anggar-an belanja daerah”. Kritik lain mengatakan bahwa organisasi sektor publik adalah or-ganisasi yang tidak produktif, tidak efisien, selalu merugi, berkualitas rendah, miskin inovasi, dan kreativitas. Kritik ini muncul sebagai dampak dari kekecewaan masyara-kat terhadap layanan publik yang tidak memuaskan dan berbelit-belit (Handajani 2010). Data kemendagri menyebutkan se-lama 2004-2013 tercatat 309 kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun walikota terjerat korupsi. Di lembaga legislatif sepan-jang 2004-2012 ada 349 kasus melibatkan anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota (Padmodiningrat 2014). Setelah UU tentang Desa diberlakukan pada 2014, pencegahan korupsi ditujukan sampai pada lini kelura-han/Desa. Komite Penyelidikan dan Pem-berantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme

Tanggal Masuk: 22 Juni 2015Tanggal Revisi: 11 Desember 2015Tanggal Diterima: 18 Desember 2015

http://dx.doi.org/DOI: 10.18202/jamal.2015.12.6030

Page 2: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

374 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

(KP2KKN) per 21 Juli 2013 melonjak tajam dibanding tahun lalu, yakni 143 kasus yang melibatkan 194 orang. Selama semester I/2013, Pengadilan Tinggi Tipikor Jateng menangani 52 kasus korupsi dengan 52 ter-dakwa. Tahun 2012, kasus korupsi tertinggi di Kota Semarang dengan 20 kasus (Padmo-diningrat 2013). Sementara kabupaten/kota dengan nilai kerugian tertinggi terjadi di Kota Semarang dengan Rp71.795.244.820.

Kebutuhan rakyat sekarang ini bukan lagi sekedar terpenuhinya hak-hak mereka untuk mendapatkan penghidupan yang la-yak, baik dari aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan, melainkan pelayanan publik yang memadai. Menurut Budiati (2013), nya tanya kinerja pemerintahan yang bersih (clean government) hingga kini belum dapat diwujudkan. Budaya organisasi dan tata ke-lola pemerintah yang baik (good governance) berjalan lamban, serta pelayanan prima (excellence of service) masih belum optimal. Semestinya di era reformasi ini aparat peme-rintah sebagai pelayan publik (public servant) semakin dekat dengan masyarakat yang notabene membutuhkan pelayanan cepat, sekaligus mampu memahami dan mengab-sorsi aspirasi dan kepentingan masyarakat lokal yang dilayaninya (Rustiana et al. 2010).

Berangkat dari perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintah dan indikasi pelayanan umum yang mendekat ke rak-yat, diharapkan pemerintah desa (peme-rintah di tingkat kelurahan sebagai ujung tombak pelayanan pemerintah kepada masyarakat), menerapkan pelayanan pri-ma (excellent service). Penerapan pelayan-an prima ini mengadopsi dari kebutuhan masyarakat dan kemampuan pemerin-tahan, sehingga akan menciptakan keadil-an (equity) yang ideal dalam pengelolaan pela yanan yang akhirnya akan berdam-pak pada kepercayaan (trust) masyarakat. Beberapa aspek yang dapat mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah pada pelayanan umum, diantaranya mem-perhatikan kepentingan umum, adanya keterbukaan dan profesionalisme.

Fakrulloh (2003) menyatakan bahwa salah satu kelemahan dasar dalam pela-yanan publik di Indonesia adalah masalah moralitas. Etika sering dilihat sebagai ele-men yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan publik. Semestinya dalam li-teratur pelayanan publik dan administrasi publik, etika merupakan salah satu ele-men yang sangat menentukan kepuasan

publik dan keberhasilan organisasi pela-yanan publik. Berdasarkan konsep etika dan relasinya dengan pelayanan publik, etika merupakan suatu praktek adminis-trasi publik dan atau pemberian pelayan-an publik (delivery system) yang didasar-kan atas serangkaian tuntunan perilaku (rules of conduct) atau kode etik yang mengatur hal-hal yang “baik” yang harus dilakukan atau sebaliknya yang “tidak baik” agar dihindarkan. Arbainah (2006) telah meneliti tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan aparat kelurah-an Tembalang. Penelitian menunjukkan, bahwa aparat kelurahan Tembalang telah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakatnya, namun masih ada sebagian dimensi yang masuk dalam kategori kurang memuaskan. Berdasarkan aspek keandalan, masyarakat kurang puas (score 2,78), ditun-jukkan dalam aspek ketepatan waktu aparat datang ke kantor. Arbainah (2006) menam-bahkan, bahwa pada dimensi kemudahan, aparat dinilai kurang memberikan perhatian secara individu atas kepentingan masyarakat. Berikutnya penelitian Pusat Studi Pengem-bangan Kawasan (Amiruddin 2002), me-nyebutkan bahwa kondisi pelayanan publik belum memuaskan warga. Selanjutnya Rus-tiana et.al. (2010) meneliti penerapan prinsip etika profesi terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan Gunungpati Semarang. Berdasarkan hasil analisis diperoleh temuan, bahwa masyarakat kelurahan se-kecamatan Gunungpati belum puas dengan pelayanan yang diberikan aparat kelurahan. Masyarakat menilai aparat kelurahan belum bertanggung jawab penuh dengan pekerjaannya, sehingga pelayanannya belum prima.

Demikian pentingnya pelayanan pu-blik yang diberikan pemerintah kepada ma-syarakat, sehingga sering dijadikan indika-tor keberhasilan suatu rejim pemerintahan. Demikian juga dengan program reformasi nasional, tidak akan ada artinya manakala pelayanan publik ternyata masih buruk di-mana kesadaran akan pemahaman etika profesi dalam diri pegawai sebagai abdi ma-syarakat masih rendah. Apa lagi dalam rang-ka mewujudkan good governance dimana akuntabilitas penyelenggaraan menjadi salah satu prinsip yang harus dikedepankan dalam penyelenggaraan pemerintah untuk meraih kepercayaan masyarakat. Pelayanan pu-blik yang akuntabel adalah pelayanan prima sektor publik menjadi keharusan yang tidak bisa ditunda-tunda dan tentunya diawali dari

Page 3: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam... 375

perlu di bangkitkannya kembali kesadaran dalam pemahaman etika profesi. Mendasar-kan pada latar belakang di atas, maka pene-litian ini bertujuan untuk menganalisis etika profesi aparat kelurahan atas pelayanan publik dalam upaya meningkatkan keper-cayaan masyarakat. Secara khusus peneli-tian ini bertujuan untuk menguji dan mem-buktikan adanya pengaruh penerapan prin-sip etika profesi terhadap pelayanan prima pada Aparat Kelurahan Kecamatan Banyu-manik Semarang. Kedua, untuk meng uji dan membuktikan adanya pengaruh prinsip etika profesi terhadap kepercayaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan. Prinsip etika profesi tersebut diukur dengan menggunakan indikator: dimensi tanggung jawab, keadilan, otonomi, dan integritas mo-ral. Bagaimana pengaruh prinsip etika pro-fesi terhadap kepercayaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung me-lalui pelayanan prima aparat kelurahan akan diulas dalam pembahasan berikutnya.

METODE Populasi yang digunakan dalam pene-

litian ini adalah seluruh masyarakat di kelurah an se-kecamatan Banyumanik Sema-rang. Kecamatan Banyumanik memiliki 11 kelurahan, yaitu Pudak payung, Geda-wang, Jabungan, Padangsari, Banyuma-nik, Srondol wetan, Pedalangan, Sumur boto, Srondol kulon, Tinjomoyo, dan Nge-srep. Target populasinya adalah masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan aparat kelurahan. Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2002:70). Teknik Sampling yang digunakan

adalah kuota sampling yaitu menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan. Jumlah sampel yang ditentukan 165 respon-den, dengan distribusi 15 responden kali 11 kelurahan di kecamatan Banyumanik.

Data penelitian dikumpulkan dengan metode survey dan contact person dengan menggunakan kuesioner. Metode ini meru-pakan metode data primer berdasarkan ko-munikasi antara peneliti dengan responden, dimana pertanyaan peneliti dapat dikemuka-kan secara tertulis melalui suatu kuesioner (indriantoro dan Supomo 1999). Kuesioner tersebut diserahkan langsung/melalui kurir pencacah ke responden terpilih, ditambah dengan wawancara secara mendalam (depth interview) data pelengkap. Pengumpulan da-ta dilakukan melalui kuesioner selama bu-lan Juni – Juli tahun 2014. Kriteria yang di-gunakan, yaitu: (1) penduduk yang menetap minimal 1 tahun, (2) penduduk yang pernah mendapatkan pelayanan aparat kelurahan.

Variabel prinsip etika profesi yang digu-nakan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini dikembangkan dalam teori Keraf (1998) antara lain: (1) Dimensi tanggung jawab, (2) Dimensi keadilan, (3) Dimensi otonomi, dan (4) Dimensi integritas moral. Kemudian Varia-bel Pelayanan Prima meliputi dimensi sebagai berikut: (1) Kesederhanaan, (2) Kejelasan dan kepastian, (3) Keamanan, (4) Keterbukaan, (5) Efisien, (6) Ekonomis, (7) Keadilan yang merata, dan (8) Ketepatan waktu. Sedang-kan Variabel Kepercayaan Masyarakat diteliti dengan tolak ukur meliputi: (1) Kredibilitas, (2) Kepedulian, dan (3) Dapat diandalkan. Pengukuran kuesioner dalam penelitian ini menggunakan poin skala likert dimana skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap,

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Page 4: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

376 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

pendapat dan persepsi seseorang atau seke-lompok tentang fenomena sosial. Segenap pertanyaan variabel yang dimaksud diadap-tasi dari Survai Diagnosis Organisasional (Mas’ud 2004).

Penelitian ini pertama menguji penga-ruh etika profesi terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan Kecamatan Banyu-manik Semarang. Pembuktian terhadap prinsip tanggung jawab, keadilan, otonomi, integritas moral menunjukkan pengaruh secara signifikan terhadap pelayanan prima pada aparat Kelurahan di Kecamatan Banyu-manik Semarang. Kedua, membuktikan se-cara empiris apakah prinsip tanggung jawab keadilan, otonomi, integritas moral berpe-ngaruh langsung terhadap kepercayaan ma-syarakat serta tidak langsung melalui pela-yanan prima aparat kelurahan di kecamatan Banyumanik Semarang.

Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi pear-son. Apabila semua pertanyaan terhadap total butir pertanyaan menunjukkan hasil signifikan, maka masing-masing perta nyaan tersebut valid. Sedangkan pengujian reliabi-litas dilakukan dengan menghitung alpha cronbach untuk menguji kelayakan terhadap konsisten seluruh skala yang digunakan. Suatu instrumen dikatakan reliable apa-bila memiliki cronbach alpha lebih dari 0,60 (Ghozali 2006). Semua perhitungan dilaku-kan dengan bantuan program SPSS.

Penelitian menggunakan metode regresi linier berganda baik secara parsial maupun simultan dengan model sebagai berikut (Gho-zali 2006):

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4, dimana Y = Pelayanan Prima, X1= Prinsip tanggung jawab, X2 = Prinsip keadilan, X3 = Prinsip otonomi, dan X4= Prinsip Integritas Moral. Berikutnya untuk mengetahui pengaruh langsung atau tidak langsung variabel inde-penden terhadap variabel kepercayaan (Z), dilakukan analisis jalur (path analysis). Se-belum dilakukan analisis jalur, terlebih da-hulu dilakukan analisis regresi antara Prin-

sip Tanggung jawab (X1), Prinsip Keadilan (X2), Prinsip Otonomi (X3), Prinsip Integrasi Moral (X4) dan Pelayanan Prima (Y) terhadap Kepercayaan Masyarakat (Z), dengan model sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + bzXz + b3X3 + baXa + byzY, dimana Z = Kepercayaan Masyarakat, Y = Pelayanan Prima, X1 = Prinsip Tanggung-jawab, X2 = Prinsip Keadilan, X3 = Prinsip Otonomi, X4 = Prinsip Integrasi Moral. Final uji t digunakan untuk mengetahui penga-ruh variabel bebas (prinsip tanggung jawab, prinsip keadilan, prinsip otonomi, prin-sip integrasi moral secara parsial terhadap variabel terikat (pelayanan prima). Kriteria pengujian apabila t hitung < t table maka H0 diterima dan Ha ditolak. Apabila t hitung > t table maka Ho ditolak dan Ha diterima. Taraf signifikansi = 0,05 derajad kebebasan (df)= n-k-1. Analisis Jalur (Path Analysis) digunakan untuk membuktikan pengaruh variabel independen (xi) terhadap keperca-yaan masyarakat (Z). Pengaruh langsung (xi) terhadap z adalah b1Xbyz. Total pengaruh (xi) terhadap z : bxiz + (bi X byz).

HASIL DAN PEMBAHASANDari 165 kuesioner yang dikirim, se-

jumlah 160 eksemplar berhasil diisi dengan lengkap dan dapat diolah, sehingga tingkat pengembalian kuesioner pada sebesar 96,97%. Pengiriman kuesioner dilakukan pada bulan Juni dan ditunggu pengumpul-annya bulan Juli 2014. Kuesioner tersebut disampaikan secara langsung oleh peneliti dan dibantu mahasiswa pencacah yang langsung menemui responden secara per-sonal. Pengembalian kuesioner dapat men-capai skor maksimal karena peneliti meng-gunakan strategi dengan mendistribusikan kuesioner pada mahasiswa yang tinggal di kelurahan setempat yang merupakan tokoh kunci pengumpul sampel.

Gambaran umum responden dapat ditinjau dari jenis kelamin, usia, lama pen-duduk, dan status perkawinan. Karakte-ristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah PersentasePria 70 43,7

Wanita 90 56,3

Jumlah 160 100,0Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Page 5: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam... 377

Tabel 1 menggambarkan bahwa seba-gian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita sebanyak 90 orang (56,3%), dan yang berjenis kelamin pria sebesar 70 orang (43,7%). Hal ini mengindi-kasikan, bahwa penduduk yang aktif dalam pergerakan kegiatan kelurahan, khususnya kumpulan PKK adalah ibu-ibu atau wanita usia dewasa. Para ibulah yang memiliki wak-tu luang, dan para ibu (wanita) yang memi-liki apresiasi pergerakan kegiatan sosial di kelurahan.

Tabel 2 menggambarkan dari 160 res-ponden yang dikelompokkan menurut umur. Sebagian besar responden masuk pada golongan umur antara 41-50 tahun, yaitu se-banyak 49 orang (30,63%), sedangkan yang paling sedikit berumur lebih dari 60 tahun sebanyak 3 orang (1,87%). Hal ini menanda-kan, bahwa responden sebagian besar pada usia dewasa (sekitar 31-50 tahun). Pada usia tersebut, dapat diasumsikan bahwa respon-den sudah pernah berhubungan dengan

aparat kelurahan kecamatan Banyumanik, minimal dalam urusan pembuatan KTP atau urusan surat perkawinan.

Data deskripsi Tabel 3 menunjukkan dari 160 responden yang dikelompokkan berdasarkan pekerjaan, paling banyak ber-asal dari pegawai swasta sebesar 50 orang (31,26%). Berikutnya yang paling banyak adalah ibu rumah tangga 35 (21,8%), dilan-jutkan wiraswasta sebesar 31 (19,37%). Dari tabel daftar pekerjaan tersebut dapat diketa-hui bahwa responden yang sudah bekerja (74,37%) menandakan mereka lebih banyak berhubungan dengan aparat keluarahan ter-kait dengan pekerjaannya.

Tabel 4 menggambarkan, bahwa seba-gian besar responden bermukim lebih dari 5 tahun sebesar 117 orang (73,12%) dan umur 4-5 tahun sebesar 22 orang (13,75). Hal ini mengindikasikan, bahwa responden benar-benar penduduk asli dan sudah bermukim lebih dari 5 tahun. Dengan lamanya pen-duduk bermukim lebih dari 5 tahun, berarti

Tabel 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden Jumlah Persentase< 21 tahun 7 4,37

21-30 tahun 38 23,75

31-40 tahun 40 25,00

41-50 tahun 49 30,63

51-60 tahun 23 14,38

> 60 tahun 3 1,87

Total 160 100,0Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Tabel 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah PresentaseBuruh 9 5,62

Dokter 3 1,87

Ibu Rt 35 21,88

Pns 23 14,38

Polri 3 1,87

Pelajar/ Mahasiswa 6 3,75

Swasta 50 31,26

Wiraswasta 31 19,37

Jumlah 160 100,0Sumber : Data primer yang diolah 2014

Page 6: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

378 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

penduduk tersebut lebih banyak mengenal dan berhubungan dengan aparat kelurahan setempat.

Tabel 5 menggambarkan, bahwa se-bagian besar responden dalam penelitian ini berstatus kawin sebanyak 129 orang (80,62%), dan yang belum kawin atau tidak kawin sebesar 31 orang (19,38%). Artinya responden yang terpilih adalah seorang yang sudah berusia dewasa dan sudah kawin. Status perkawinan menunjukkan, bahwa responden berada dalam tahap kedewasaan dan kematangan dalam berhubungan sosi-al di lingkungan kelurahan. Selain itu juga banyaknya responden yang telah kawin mengisyaratkan, bahwa penduduk telah banyak berinteraksi dengan aparat kelu-rahan sehubungan dengan urusan surat nikah, surat pindah, hingga akta kelahiran anak. Berdasarkan uji validitas, semua item yang menyusun masing-masing variabel mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (5%), maka semua item pada masing-masing variabel dinyatakan valid. Selan-jutnya semua item dapat digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil uji reliabilitas semua variabel mempunyai alpha cronbach dengan kisaran 0,639 sampai dengan 0,894. Nilai alpha cronbach yang menyusun semua variabel lebih besar dari 0,6 maka semua variabel pada penelitian ini dinyatakan re-liabel. Jadi semua variabel dapat digunakan untuk penelitian.

Hasil analisis regresi model I. Uji re-gresi linier multipel bertujuan untuk men-

getahui pengaruh variabel tanggung jawab, keadilan, otonomi dan integritas terhadap pelayanan prima secara simultan dan secara parsial. Uji regresi linier berganda meliputi uji koefisien determinasi, uji F dan uji t. Besarnya nilai Adjusted R Squared sebesar 0,097, yang berarti variasi pelayanan prima dapat dijelaskan oleh ke empat variabel be-basnya sebesar 9,7%, sedangkan sisanya (100% - 9,7% = 90,3%) dijelaskan oleh se-bab-sebab lain di luar penelitian. Hasil uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hi-tung sebesar 4,965 lebih besar dari F table (nilai F table dengan df1=4 dan df2= 144 yai-tu 2,4345) dengan tingkat signifikansi 0,001. Probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pelayanan prima.

Berdasarkan Tabel 6, hasil uji statis-tik regresi linier multipel didapatkan suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y1 = 0,205X1 + 0,135X2 – 0,129X3 + 0,171X4. Keterangan : X1 = Tanggung jawab, X2 = Ke-adilan , X3 = Otonomi, X4 = Integritas moral, dan Y1 = Pelayanan prima. Persamaan hasil analisis regresi dapat dijelaskan: Koefisien regresi variabel tanggung jawab (X1) sebesar 0,205, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, dan peningkatan tanggung jawab sebesar 1 satuan, maka pelayanan pri-ma akan bertambah sebesar 0,205 poin. Ni-lai t-hitung variabel tanggung jawab sebesar 2,305 > ± 1,9766 (t table) dan p value = 0,023 < 0,05 maka ada pengaruh positif dan sig-nifikan tanggung jawab terhadap pelayanan

Tabel 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Penduduk

Lama penduduk Jumlah Persentase0-1 tahun 4 2,5

2-3 tahun 17 10,63

4-5 tahun 22 13,75

> 5 tahun 117 73,12

Jumlah 160 100,0Sumber : Data primer yang diolah 2014

Tabel 5. Deskripsi Responden Berdasarkan Perkawinan

Status Jumlah PersentaseKawin 129 80,62

Tidak kawin 31 19,38

Jumlah 160 100,0Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Page 7: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam... 379

prima. Hipotesis pertama yang menyatakan diduga prinsip tanggung jawab berpengaruh secara signifikan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan Banyumanik, dapat diterima yaitu dengan ditunjukkan t-hitung > t-table dan signifikan < 0,05. Makna dari temuan ini adalah masyarakat kelurahan se kecamatan Banyumanik puas dengan pela-yanan yang diberikan aparat kelurahan. Ma-syarakat menilai aparat kelurahan bertang-gung jawab penuh dengan pekerjaannya, sehingga pelayanan yang diberikan prima.

Koefisien regresi variabel keadilan (X2) sebesar 0,135, artinya apabila variabel be-bas lain dianggap tetap, maka peningkatan keadilan sebesar 1 satuan akan diikuti pen-ingkatan pelayanan prima sebesar 0,135 poin. Nilai t hitung variabel keadilan sebe-sar 1,324 < ± 1,9766 (t table) dan p value = 0,188 > 0,05 berarti tidak ada pengaruh prinsip keadilan terhadap pelayanan prima. Hipotesis kedua yang menyatakan prinsip keadilan berpe ngaruh secara siknifikan ter-hadap pelayanan prima pada aparat kelu-rahan se-kecamatan Banyumanik, terbukti tidak dapat diterima, yaitu dengan ditun-jukkannya t-hitung < t-table. Makna dari temuan ini adalah masyarakat kelurahan di kecamatan Banyumanik menilai aparat kelurahan kurang berlaku adil dalam mem-berikan pelayanan, sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan dari sudut pandang keadilan kurang prima. Hal ini dikuatkan dengan wawancara dengan ma-syarakat Jabungan yang mengeluhkan, bah-wa pendistribusian kartu jaminan kesehatan atau bantuan sembako yang dirasa kurang adil. Pendistribusian tidak memperhatikan masyarakat golongan miskin atau bukan, melainkan orang–orang yang dekat dengan aparat yang memperolehnya. Sementara warga yang betul-betul miskin namun tidak dekat atau tidak memiliki pertalian keluarga diabaikan.

Koefisien regresi variabel otonomi (X3) sebesar -0,129, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, maka peningka-tan otonomi sebesar 1 satuan akan diikuti penurunan pelayanan prima sebesar 0,129 poin. Nilai t hitung variabel otonomi sebesar -1,348 < ± 1,9766 (t table) dan p value = 0,180 > 0,05 berarti tidak ada pengaruh otonomi terhadap pelayanan prima. Selanjutnya hi-potesis ketiga yang menyatakan prinsip oto-nomi berpengaruh secara siknifikan terha-dap pelayanan prima pada aparat kelurahan se-kecamatan Banyumanik, terbukti tidak dapat diterima, yaitu dengan ditunjukkan-nya t-hitung < t-table. Makna dari temuan ini adalah masyarakat kelurahan di kecamatan Banyumanik menilai aparat kelurahan tidak otonom dalam memberikan pelayanan, se-hingga berdampak pada pela yanan yang di-berikan dari sudut pandang otonomi kurang prima. Artinya aparat kelurahan belum sepenuhnya mandiri dalam pengambilan keputusan, melainkan tergantung dengan pimpinan kelurahan. Budaya patriaki masih kuat dan kental mempengaruhi masyarakat, artinya aparat masih tergantung dengan ke-pala kelurahan, dimana kepala kelurahan sendiri pun mendapat tekanan dari atasan.

Koefisien regresi variabel integritas moral (X3) sebesar 0,171, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, maka peningkatan integritas moral sebesar 1 satu-an akan diikuti peningkatan pelayanan pri-ma sebesar 0,171 poin. Nilai t hitung varia-bel integritas moral sebesar 1,821 < ± 1,9766 (t table) dan p value = 0,071 > 0,05 berarti integritas moral berpengaruh signifikan 10% terhadap pelayanan prima. Hipotesis ke empat yang menyatakan prinsip integritas moral berpengaruh secara siknifikan terha-dap pelayanan prima pada aparat kelurahan se kecamatan Banyumanik, terbukti dapat diterima, yaitu dengan ditunjukkannya t-

Tabel 6. Uji t Coefficientsa

ModelUnstandardized Coef-

ficientsStandardized Coefficients t Sig

B Std Error Beta(Constant) 12,518 4,836 2,589 ,011

Tanggung_jawab ,626 ,271 ,205 2,305 ,023

Keadilan ,378 ,286 ,135 1,324 ,188

Otonomi

Integritas_moral

-,331

,437

,245

,240

-,129

,171

-1,348

1,821

,180

,071

a. Dependent Variable: Pelayanan_prima

Page 8: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

380 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

hitung > t-table dan signifikan < 0,05. Ini artinya masyarakat kelurahan di kecamatan Banyumanik menilai aparat kelurahan jujur dalam menjalankan tugas, sehingga berdam-pak pada pelayanan yang diberikan menjadi prima.

Selanjutnya uji regresi model II ber-tujuan untuk mengetahui pengaruh tang-gung jawab, keadilan, otonomi, integritas dan pelayanan prima terhadap kepercayaan masyarakat. Uji regresi linier berganda me-liputi uji R, uji F, dan uji t. Besarnya nilai Ad-justed R Squared sebesar 0,509, berarti va-riasi kepercayaan masyarakat dapat dijelas-kan oleh variabel bebasnya sebesar 50,9%, sedangkan sisanya (100% - 50,9% = 49,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar penelitian. Berdasarkan hasil Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 31,705 lebih besar dari F table (nilai F table dengan df1=5 dan df2= 143 yaitu 2,2775) dengan tingkat signifikansi 0,000. Proba-bilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepercayaan masyarakat. Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh secara parsial tanggung jawab, keadilan, otonomi, integritas dan pelayanan prima terhadap ke-percayaan masyarakat, hasil selengkapnya lihat Tabel 7.

Berdasarkan tabel 7 yaitu uji t diper-oleh koefisien regresi yang akan disusun suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y2 = -0,020X1 + 0,146X2 -0,108X3 + 0,059X4 + 0,675Y1. Keterangan: X1 = Tanggung jawab, X2 = Keadilan, X3 = Otonomi, X4 = Integri-tas moral, Y1 = Pelayanan prima, dan Y2 = Kepercayaan masyarakat. Persamaan hasil analisis regresi dapat dijelaskan: Koefisien regresi variabel tanggung jawab (X1) sebesar

-0,020, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, dan peningkatan tanggung jawab sebesar 1 satuan, akan diikuti penu-runan kepercayaan masyarakat sebesar 0,020 poin. Nilai t hitung variabel tanggung jawab sebesar -0,300 < ± 1,9767 (t table dengan df = 143) dan p value = 0,764 > 0,05 maka tidak ada pengaruh tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat.

Koefisien regresi variabel keadilan (X2) sebesar 0,146, artinya apabila variabel be-bas lain dianggap tetap, dan peningkatan keadilan sebesar 1 satuan, akan diikuti pe-ningkatan kepercayaan masyarakat sebesar 0,146 poin. Nilai t hitung variabel keadilan sebesar 1,935 < ± 1,9767 (t table dengan df = 143) dan p value = 0,055 > 0,05 maka ada pengaruh positif pada tingkat signifikansi 10% variabel keadilan terhadap kepercayaan masyarakat. Sedangkan koefisien regresi variabel otonomi (X3) sebesar -0,108, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, dan peningkatan otonomi sebesar 1 satuan, akan diikuti penurunan kepercayaan ma-syarakat sebesar 0,108 poin. Nilai t hitung variabel otonomi sebesar -1,520 < ± 1,9767 (t table dengan df = 143) dan p value = 0,131 > 0,05 maka tidak ada pengaruh otonomi ter-hadap kepercayaan masyarakat.

Koefisien regresi variabel integritas moral (X4) sebesar 0,059, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, dan pe-ningkatan integritas moral sebesar 1 satuan, akan diikuti peningkatan kepercayaan ma-syarakat sebesar 0,059 poin. Nilai t hitung variabel tanggung jawab sebesar 0,849 < ± 1,9767 (t table dengan df = 143) dan p value = 0,397 > 0,05 maka tidak ada pengaruh integritas moral terhadap kepercayaan ma-syarakat. Koefisien regresi variabel pelay-

Tabel 7. Uji t Coefficientsa

ModelUnstandardized Coef-

ficientsStandardizedCoefficients t Sig

B Std Error Beta

(Constant) 3,934 3,742 -,020 1,051 ,295

Tanggung Jawab -0,63 ,209 ,146 -,300 ,764

Keadilan Otonomi

,421 -,284

,217,187

-,108,059

1,935-1,520

,055,131

Integritas moral Pelayanan prima

,156,693

,184,063

-,108,675

,84910,995

,397,000

Dependent Variable: kepercayaan_masyarakat

Page 9: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam... 381

anan prima (Y1) sebesar 0,675, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, dan pe ningkatan pelayanan prima sebesar 1 satuan, akan diikuti peningkatan keper-cayaan masyarakat sebesar 0,675 poin. Nilai t hitung variabel pelayanan prima sebesar 10,995 > ± 1,9767 (t table dengan df = 143) dan p value = 0,000 < 0,05 maka ada pen-garuh positif dan signifikan pelayanan prima terhadap kepercayaan masyarakat.

Analisis jalur bertujuan untuk me-ngetahui pengaruh langsung dan tidak lang-sung variabel bebas terhadap variabel teri-kat melalui variabel intervening. Variabel be-bas terbukti berpengaruh terhadap variabel terikat melalui variabel intervening apabila koefisien pengaruh tidak langsung lebih be-sar daripada koefisien pengaruh langsung. Perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung diketahui dari koefisien standar dari hasil analisis regresi model I dan model II, Selengkapnya nilai koefisien standar ter-cantum pada gambar 2.

Tabel 8 di atas menunjukkan penga-ruh langsung tanggung jawab terhadap ke-percayaan masyarakat sebesar -0,020 lebih kecil dari pada pengaruh tidak langsung sebesar 0,138. Jadi dapat disimpulkan bah-wa tanggung jawab berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat melalui pelayanan prima, atau dengan kata lain pelayanan prima terbukti sebagai variabel intervening antara tanggung jawab dengan kepercayaan masyarakat. Pengaruh langsung keadilan terhadap kepercayaan masyarakat sebe-sar 0,146 lebih besar dari pada pengaruh tidak langsung sebesar 0,091. Jadi dapat

disimpulkan bahwa keadilan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat tidak melalui pelayanan prima, atau dengan kata lain pelayanan prima tidak terbukti sebagai variabel intervening antara keadilan dengan kepercayaan masyarakat.

Pengaruh langsung otonomi terhadap kepercayaan masyarakat sebesar -0,108 le-bih besar daripada pengaruh tidak langsung sebesar 0,087. Jadi dapat disimpulkan bah-wa otonomi berpengaruh terhadap keper-cayaan masyarakat tidak melalui pelayanan prima, atau dengan kata lain pelayanan prima tidak terbukti sebagai variabel inter-vening antara otonomi dengan kepercayaan masyarakat. Lainnya pengaruh langsung integritas moral terhadap kepercayaan ma-syarakat sebesar 0,059 lebih kecil daripada pengaruh tidak langsung sebesar 0,115. Jadi dapat disimpulkan bahwa integritas moral berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat melalui pelayanan prima, atau dengan kata lain pelayanan prima terbukti sebagai variabel intervening antara integri-tas moral dengan kepercayaan masyarakat.

Hipotesis pertama yang menyatakan diduga prinsip tanggung jawab berpengaruh secara signifikan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan Banyumanik, dapat diterima yaitu dengan ditunjukkan t-hitung > t-table dan siknifikan < 0,05. Makna dari temuan ini adalah masyarakat kelurahan se-kecamatan Banyumanik puas dengan pelayanan yang diberikan aparat kelura-han. Masyarakat menilai aparat kelurahan bertanggung jawab penuh dengan peker-jaannya, sehingga pelayanan yang diberikan prima.

Gambar 2. Model penelitian

Page 10: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

382 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

Hipotesis kedua yang menyatakan prinsip keadilan berpengaruh secara siknifi-kan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan se kecamatan Banyumanik, ter-bukti tidak dapat diterima, yaitu dengan ditunjukkannya t-hitung < t-table. Makna dari temuan ini adalah masyarakat kelu-rahan di kecamatan Banyumanik menilai aparat kelurahan kurang berlaku adil dalam memberikan pelayanan, sehingga berdam-pak pada pelayanan yang diberikan dari sudut pandang keadilan kurang prima. Hal ini dikuatkan dengan wawancara dengan masyarakat Jabungan yang mengeluhkan, bahwa pendistribusian kartu jaminan kese-hatan atau bantuan sembako yang dirasa kurang adil. Pendistribusian tidak memper-hatikan masyarakat golongan miskin atau bukan, melainkan orang yang dekat dengan aparat yang memperolehnya. Sementara warga yang sebetulnya miskin namun tidak dekat atau tidak memiliki pertalian keluarga diabaikan.

Selanjutnya hipotesis ketiga yang me-nyatakan prinsip otonomi berpengaruh se-cara siknifikan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan se kecamatan Banyu-manik, terbukti tidak dapat diterima, yaitu dengan ditunjukkannya t-hitung < t-table. Makna dari temuan ini adalah masyarakat kelurahan di kecamatan Banyumanik me-nilai aparat kelurahan tidak otonom dalam memberikan pelayanan, sehingga berdam-pak pada pelayanan yang diberikan dari sudut pandang otonomi kurang prima. Arti-nya aparat kelurahan belum sepenuhnya mandiri dalam pengambilan keputusan, melainkan tergantung dengan pimpinan ke-

lurahan. Budaya patriaki masih kuat dan kental mempengaruhi masyarakat, artinya aparat masih tergantung dengan kepala ke-lurahan, dimana kepala kelurahan sendiri pun mendapat tekanan dari atasan.

Hipotesis ke empat yang menyatakan prinsip integritas moral berpengaruh secara siknifikan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan se kecamatan Banyuma-nik, terbukti dapat diterima, yaitu dengan ditunjukkannya t-hitung > t-table dan sig-nifikan < 0,05. Ini artinya masyarakat ke-lurahan di kecamatan Banyumanik menilai aparat kelurahan jujur dalam menjalankan tugas, sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan menjadi prima.

Uji hipotesis juga telah dilakukan untuk hipotesis ke lima, ke enam, ke tujuh, dan ke delapan. Hipotesis ke lima yang menyatakan Prinsip tanggungjawab berpengaruh lang-sung terhadap kepercayaan masyarakat ser-ta tidak langsung melalui pelayanan prima aparat Kelurahan di Kecamatan Banyumanik Semarang, terbukti dapat diterima. Temuan ini bermakna, bahwa masyarakat kelura-han kecamatan Banyumanik bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sehingga pelayanan yang diberikan prima, yang pada akhirnya kepercayaan masyarakat dapat terwujud.

Hasil uji untuk hipotesis ke enam, ke tujuh, dan ke delapan menunjukkan bahwa ketiga hipotesis dapat diterima. Hipotesis ke enam yang menyatakan Prinsip keadilan berpengaruh langsung terhadap keperca-yaan masyarakat serta tidak langsung me-lalui pelayanan prima aparat kelurahan di Kecamatan Banyumanik Semarang, terbukti

Tabel 8. Koefisien Analisis Jalur

Variabel Hubungan Pengaruh langsung

Pengaruh tak langsung

Pelayanan prima -> kepercayaan masyarakat 0,675

Tanggung jawab -> pelayanan prima 0,205

Tanggung jawab -> Kepercayaan masyarakat -0,020 0,138

Keadilan -> pelayanan prima 0,135

Keadilan -> Kepercayaan masyarakat 0,146 0,091

Otonomi -> pelayanan prima -0,129

Otonomi -> Kepercayaan masyarakat -0,108 -0,087

Integritas moral -> pelayanan prima 0,171

Integritas moral -> Kepercayaan masyarakat 0,059 0,115Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Page 11: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam... 383

dapat diterima. Hal ini berarti semakin baik penerapan prinsip keadilan, maka semakin baik pula pelayanan prima aparat kelurahan se kecamatan Banyumanik Semarang. Pene-rapan prinsip keadilan dengan memperlaku-kan secara adil dalam memberikan pelayanan pada masyarakat daripada kepentingan pri-badi/golongan akan menciptakan keperca-yaan masyarakat kepada aparat kelurahan.

Hipotesis ketujuh yang menyatakan Prinsip otonomi berpengaruh langsung ter-hadap kepercayaan masyarakat serta tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan di kecamatan Banyumanik Semarang, juga terbuti dapat diterima. Ha tersebut menunjukkan bahwa semakin baik penerapan otonomi maka semakin baik pula pelayanan prima yang diberikan oleh aparat kelurahan sehingga berdampak timbulnya kepercayaan masyarakat kecamatan Banyu-manik terhadap aparat kelurahan. Artinya, aparat kelurahan tidak semena-mena ke-pada masyarakat yang membutuhkan, tidak menyalahgunakan profesinya bahkan selalu berusaha meningkatkan kepercayaan ma-syarakat kecamatan Banyumanik terhadap aparat kelurahan.

Hipotesis ke delapan yang menyatakan prinsip integritas moral berpengaruh lang-sung terhadap kepercayaan masyarakat serta tidak langsung melalui pelayanan pri-ma aparat kelurahan di kecamatan Banyu-manik Semarang, dapat diterima. Hal ini menunjukkan semakin baik penerapan prin-sip integritas moral maka semakin baik pula pelayanan prima yang diberikan aparat kelu-rahan dalam sehingga berdampak timbulnya kepercayaan masyarakat kecamatan Banyu-manik keada aparat kelurahan. Temuan ini mengisyaratkan bahwa aparat kelurahan dalam menjalankan tugasnya berlaku jujur, amanah sesuai dengan SOP pelayanan pu-blik sehingga berdampak kepada pelayanan prima yang diberikan, yang pada akhirnya daat menciptakan kepercayaan masyarakat.

Tetapi untuk hipotesis 6 pelayanan prima tidak terbukti sebagai variabel inter-vening antara keadilan dengan kepercayaan masyarakat. Sedang untuk hipotesis 7 pela-yanan prima tidak terbukti sebagai variabel intervening antara otonomi dengan keperca-yaan masyarakat. Temuan ini menunjukkan, bahwa kepercayaan masyarakat kecamatan Banyumanik terhadap aparat kelurahan bu-kan disebabkan karena pelayanan prima, melainkan sebab-sebab lain. Sebab-sebab lain diduga karena kemandirian aparat kelu-

rahan dan legalisasi UU Desa yang mengatur pengelolaan anggaran desa secara mandiri. Dengan adanya legalisasi ini masyarakat memiliki kenyamanan legal terhadap aparat kelurahan. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prin-sip etika profesi belum diterapkan sepenuh-nya oleh kelurahan se-kecamatan Banyu-manik, sehingga pelayanan yang diberikan belum prima. Hasil ini sejalan dengan pene-litian Rustiana et al (2010) dan membuktikan pernyataan Budiati, Lilin (2013), “hingga kini belum dapat diwujudkan kinerja pemerin-tahan yang bersih (clean government), budaya organsiasi dan tata kelola pemerintah yang baik (good governance) berjalan lamban, dan pelayanan prima (excellence of service) masih belum optimal”. Akuntabilitasi dan pengu-kuran kinerja telah diteliti lebih lanjut oleh Handajani, Lilik (2010) & Sajiarto (2000).

SIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan se-

belumnya dapat diambil simpulan sebagai berikut. Pertama hasil menunjukkan ada pengaruh penerapan prinsip etika profesi (tanggung jawab dan integritas moral) terha-dap pelayanan prima pada aparat kelurahan kecamatan Banyumanik Semarang. Hal ini mengisyaratkan bahwa aparat kelurahan se-kecamatan Banyumanik Semarang telah menerapkan prinsip etika profesi (tang-gung jawab dan integritas moral), sehingga pela yanan yang diberikan menjadi prima. Temuan ini mengiringi pada simpulan bah-wa ada pengaruh penerapan etika profesi (tanggung jawab dan integritas moral) terha-dap kepercayaan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan di Kecamatan Banyu-manik Semarang. Hal ini menunjukkan bah-wa kepercayaan masyarakat tercipta oleh pelayanan yang diberikan aparat kelurahan dinilai sudah prima, karena telah diterapkan-nya prinsip etika profesi: tanggung jawab dan integritas moral.

Sebaliknya tidak ada pengaruh prinsip etika profesi (keadilan dan otonom) terha-dap pelayanan prima pada aparat kelurahan kecamatan Banyumanik Semarang. Hal ini mengisyaratkan bahwa aparat kelurahan se-kecamatan Banyumanik Semarang belum menerapkan prinsip etika profesi (keadi-lan dan otonom) sehingga pelayanan yang diberikan menjadi kurang prima. Temuan ini mengiringi pada simpulan bahwa ada pe ngaruh penerapan etika profesi (keadilan

Page 12: KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM …

384 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

dan otonom) terhadap kepercayaan ma-syarakat, tetapi tidak langsung melalui pela-yanan prima aparat kelurahan di Kecamatan Banyumanik Semarang. Hal ini menunjuk-kan bahwa kepercayaan masyarakat bukan disebabkan oleh pelayanan prima aparat kelurahan, melainkan diduga karena sebab-sebab lain: kemandirian aparat kelurahan dan legalisasi UU desa. Undang-undang No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah yang pada dasarnya berupaya memberdayakan komunitas daerah.

Penggunaan hanya aparat kelurahan se-kecamatan Banyumanik mungkin kurang akurat untuk memprediksikan pelayanan prima aparat kelurahan di Semarang. Un-tuk penelitian mendatang sampel dapat diperluas dengan kecamatan lain di Kota Semarang, sehingga dapat menggambarkan pelayanan prima di Semarang lebih tepat. Responden yang menjawab kuesioner bukan pada keadaan sebenarnya dapat menye-babkan respon bias. Instrumen lain dapat dikembangkan lagi dengan penambahan sumber-sumber lain, semisal locus of con-trol, komitmen, atau budaya kerja.

DAFTAR RUJUKAN Adhiani, B. 2013. Pengukuran Kepuasan

Pelanggan terhadap Layanan Bidang Akademik tahun 2013 Politeknik Nege-ri Semarang. Laporan Penelitian DIPA tidak dipublikasikan. Politeknik Negeri Semarang.

Arbainah, S. 2006."Tingkat Kepuasan Ma-syarakat terhadap Kualitas Layanan Aparat Kelurahan Tembalang". JABPI. Juli Vol. 14, No 2, Juli, Hlm 1-7.

Amiruddin, J. 2002. "Pelayanan Publik: An-tara Harapan Warga dan Performance Kinerja Pemerintah di Beberapa Kota di Indonesia". PSPK. Februari. Edisi Feb-ruari. hlm 114-123.

Budiati, L. 2013. Pemimpin Berkarakter dan Bermartabat. Suara Merdeka. Selasa, 12 Februari, Hlm 6.

Doney, P.M dan J.P, Cannon. 1997. "An Examination of the Nature of Trust in Buyer–Seller Relationships", Journal of Marketing, Vol. 61, No 2, Hlm 35-51.

Fakhrulloh, Z. A. 2003. "Etika Pelayanan Publik DPRD dan Akses Kontrol Pub-lik terhadap Keuangan DPRD dalam Mewujudkan Good Governance". Legal-ity. Vol. 10, No. 2, Hlm 141-150.

Ghozali, I. 2006. Structural Equation Model-ling- Metode Alternatif dengan Partial

Least Square (PLS). Badan Penerbit Yog yakarta. Yogyakarta.

Handajani, L. 2010. Menggagas "Akuntansi Publik Terintegrasi pada Organisa-si sektor publik- . Jurnal Akuntansi Multiparagigma,Vol. 1, No. 1 April, Hlm 121-140.

Mar’arti, S.F. 2006. "Pengaruh Etika Kerja Islam terhadap Sikap pada Perubahan Organisasional sebagai Variabel Media-si". Tesis tidak dipublikasikan. Univer-sitas Diponegoro. Semarang.

Mas’ud, F. 2004. Survei Diagnosis Organi-sasional: Konsep dan Aplikasi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Morgan dan Hunt. 1994. "The Commitment-Trust Theory of Relationship Market-ing", Journal of Marketing, Vol 58, Juli, Hlm 20-38.

Morgan dan Hunt. 2012. Analisis Evaluasi Etis, Intensi Etis, dan Orientasi Etis berdasarkan Gender dan Disiplin Ilmu: Potensi Rekrutmen Staf Profesional Kantor Akuntan Publik. Penelitian DIPA Polines 2012. Tidak dipublikasikan. Po-liteknik Negeri Semarang.

Indriantoro, N. dan Supomo, B.1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta

Padmodiningrat, S. 2013. Korupsi dan Ke-miskinan di Jateng. Suara Merdeka, Selasa 24 September 2013.

Padmodiningrat, S. 2014. Embrio Korupsi Masuk Desa. Suara Merdeka, Kamis 2 Januari 2014.

Rustiana, A, et. al. 2010. "Pengaruh Pene-rapan Prinsip Etika profesi terhadap Pelayanan Prima dalam Menciptakan Kepercayaan Masyarakat pada Aparat Kelurahan di Kecamatan Gunungpati Semarang". Dinamika Manajemen, Vol 2, No. 1, Hlm 1-11.

Sadjiarto, A. 2000. "Akuntabilitas dan Pen-gukuran Kinerja Pemerintah". Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 2, hlm 138-150.

Keraf, S.T. 1988. Etika Bisnis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Penerbit CV ALFABETA. Bandung

Sutopo dan A. Suryanto. 2003. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta.