KIMIA SKL

77
KIMIA SKL No. 1 Pada tabel periodik unsur, unsur-unsur dikelompokkan dalam golongan dan periode. Setiap lambang unsur dilengkapi dengan nomor atom, nomor massa atau massa atom relatif. Periode Berapa jumlah periode pada tabel periodik dan berapa unsur yang terdapat pada masing-masing periode? Coba amati tabel periodik pada Gambar 1.2! Tabel periodik unsur terdiri dari 7 periode dan dua deret unsur terpisah di bawah yaitu deret lantanida danaktinida. Tiap periode terdiri dari beberapa unsur dengan jumlah yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut. 1) Periode kesatu terdiri dari dua unsur yaitu H dan He. 2) Periode kedua terdiri dari 8 unsur yaitu: Li, Be, B, C, N, O, F, Ne. 3) Periode ketiga terdiri dari 8 unsur. 4) Periode keempat 18 unsur. 5) Periode kelima 18 unsur. 6) Unsur pada periode keenam terdiri dari unsur yang ada pada tabel utama ditambah unsur-unsur pada deret

Transcript of KIMIA SKL

KIMIA

SKL No. 1

Pada tabel periodik unsur, unsur-unsur dikelompokkan dalam golongan danperiode. Setiap lambang unsur dilengkapi dengan nomor atom, nomor massaatau massa atom relatif.

PeriodeBerapa jumlah periode pada tabel periodik dan berapa unsur yang terdapat

pada masing-masing periode? Coba amati tabel periodik pada Gambar 1.2!Tabel periodik unsur terdiri dari 7 periode dan dua deret unsur terpisah di

bawah yaitu deret lantanida danaktinida. Tiap periode terdiri dari beberapa unsurdengan jumlah yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.

1) Periode kesatu terdiri dari dua unsur yaitu H dan He.2) Periode kedua terdiri dari 8 unsur yaitu: Li, Be, B, C, N, O, F, Ne.3) Periode ketiga terdiri dari 8 unsur.4) Periode keempat 18 unsur.5) Periode kelima 18 unsur.6) Unsur pada periode keenam terdiri dari unsur yang ada pada tabel utama ditambah

unsur-unsur pada deret lantanida (no. 57 - 71), sehingga jumlahnya menjadi 32 unsur.7) Unsur pada periode ketujuh juga terdiri dari unsur pada tabel utama ditambah unsur

pada deret aktinida (no. 89 - 103), sampai saat ini jumlahnya 28 unsur. Dengan ditemukannya unsur baru maka jumlah unsur dalam periode ini akan bertambah terus.

Nomor Atom dan Nomor MassaLambang atom yang dilengkapi nomor atom dan nomor massa dapat dituliskandengan notasi sebagai berikut.

X = lambang atomZ = nomor atom

A = nomor massa

Atom memiliki partikel-partikel penyusun atom yaitu proton, neutron, dan elektron.Proton bermuatan positif, neutron bersifat netral, dan elektron bermuatan negatif.

Hubungan jumlah partikel dasar dengan nomor atom dan nomor massa unsurdapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Hubungan partikel dasar dengan nomor atom dan nomor massa

Jumlah partikel dasar pada atom berhubungan dengan nomor atom dan nomor massa unsur. Dari Tabel 1.5 dapat disimpulkan hubungan antara nomor atom dengan partikel-partikel dasar atom dan hubungan nomor massa dengan partikelpartikel dalam atom yaitu sebagai berikut.

Jumlah neutron adalah selisih nomor massa dengan nomor atom.

Struktur AtomMenurut Bohr elektron mengelilingi inti atom pada tingkat-tingkat energi tertentu

yang disebut kulit elektron.Bagaimana penyebaran elektron pada masing-masing kulit elektron tersebut? Elektron

tersusun pada masing-masing kulit dalam suatu konfigurasi elektron. Untuk mempelajarinya, simaklah uraian berikut ini!

Konfigurasi ElektronElektron bergerak mengelilingi inti atom pada masing-masing orbitnya yang dikenal

sebagai kulit elektron. Jumlah kulit elektron suatu atom pada tabel periodik unsur sesuai dengan nomor periode unsur atom tersebut, sedangkan jumlah seluruh elektron sama dengan nomor atomnya.

Kulit elektron diberi lambang K, L, M, N. Sesuai dengan posisinya dari inti, K untuk kulit pertama, L kulit kedua, M kulit ketiga, dan N kulit keempat. Perhatikan Gambar 1.6.

Berapa jumlah elektron yang terdapat pada masing-masing kulit? Untuk mempelajari jumlah elektronpada kulitnya perhatikan Gambar 1.6!

Tentukan jumlah elektron maksimum pada masing-masing kulit! Berdasarkan gambar tersebut jumlah elektron maksimum pada masingmasing kulit berbeda-beda yaitu sebagai berikut.

Pada kulit K jumlah maksimum elektron = 2 elektronPada kulit L jumlah maksimum elektron = 8 elektronPada kulit M jumlah maksimum elektron = 18 elektronPada kulit N jumlah maksimum elektron = 32 elektron

Oksigen memiliki 2 kulit elektron, maka oksigen terletak pada periode 2. Pada kulit pertama berisi 2 elektron, kulit kedua berisi 6 elektron. Konfigurasi elektron oksigen ditulis 2.6.

Argon memiliki 3 kulit elektron, terletak pada periode 3. Pada kulit pertama berisi 2 elektron, kulit kedua 8 elektron, kulit ketiga 8 elektron. Konfigurasi elektronnya ditulis 2.8.8.

Mengapa konfigurasi atom kalium 2.8.8.1 bukan 2.8.9? Hal ini karena ada aturan yang menyatakan bahwa penyusunan konfigurasi elektron pada kulit terluar maksimal 8 elektron. Demikian juga pada kalsium, konfigurasi elektron 20Ca adalah 2.8.8.2 bukan 2.8.10.

Bagaimana konfigurasi elektron unsur lainnya? Perhatikan konfigurasi elektron beberapa unsur pada Tabel 1.10.

Tabel 1.10 Konfigurasi elektron beberapa unsur

SKL No. 2 Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen

Untuk mencapai kestabilan, unsur-unsur dapat membentuk senyawa dengan unsur yang sejenis, contohnya O2, N2, dan H2 atau bergabung dengan unsur yang berbeda, contohnya H2O, NaCl, dan CH4.

Ikatan yang dibentuk pada penggabungan unsur-unsur bergantung pada bagaimana cara unsur-unsur tersebut mencapai konfigurasi elektron yang stabil yaitu dengan menarik atau melepaskan elektron dan dengan penggunaan bersama elektron valensi. Ikatan yang terjadi berupa ikatan ion dan ikatan kovalen.

Senyawa yang mengandung ikatan ion disebut senyawa ion, sedangkan senyawa yang mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.

1. Ikatan IonGaram dapur atau natrium klorida yang banyak dalam air laut merupakan contoh

senyawa ion. Senyawa ion terbentuk dari kation dan anion, kation merupakan ion yang bermuatan positif sedangkan anion merupakan ion yang bermuatan negatif.

Senyawa ion lainnya misalnya KCl, KI, NaBr, dan CaCl2. Pada senyawa ion terdapat ikatan ion. Apa yang dimaksud dengan ikatan ion dan bagaimana pembentukan senyawa ion? Perhatikan pembentukan beberapa senyawa berikut ini.

a. Pembentukan Senyawa NaClPada tabel periodik unsur, Na terletak pada golongan IA dan Cl pada golongan VIIA. Perhatikan susunan elektron Na dan Cl pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Susunan elektron Na dan Cl

Natrium mempunyai kecenderungan untuk melepaskan elektron terluar daripada klor karena energi ionisasinya lebih rendah dibandingkan dengan klor. Untuk mencapai konfigurasi elektron stabil natrium melepaskan satu elektron terluarnya sedangkan klor menerima elektron. Pada pembentukan NaCl, satu elektron dari Na akan diterima oleh Cl. Perhatikan diagram pembentukan NaCl berikut.

Setelah terjadi perpindahan elektron, atom-atom tidak lagi bersifat netral tapi menjadi ion yang bermuatan. Atom Na melepaskan satu elektron menjadi ion Na+, sedangkan klor menerima satu elektron menjadi ion Cl–. Ion Na+ dan Cl– akan tarik-menarik dengan gaya elektrostatik sehingga berikatan. Ikatan antara ion-ion tersebut dinamakan ikatan ion dan terbentuklah senyawa NaCl.

b. Pembentukan Senyawa CaCl2

Pada tabel periodik unsur Ca terletak pada golongan IIA dan Cl golongan VIIA. Susunan elektron Ca dan Cl dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Susunan elektron Ca dan Cl

Sumber: Ebbing, General Chemistry

Bagaimana terjadinya ikatan ion pada CaCl2? Perhatikan diagram pembentukan CaCl2 berikut ini.

Gambar 2.2 Diagram pembentukan CaCl2

Kalsium melepaskan dua elektron membentuk ion Ca2+, sedangkan masingmasing atom Cl menerima satu elektron membentuk ion Cl–. Akibat gaya tarikmenarik elektrostatik antara ion Ca2+ dan ion Cl–, maka terbentuklah senyawa CaCl2.

Berdasarkan contoh di atas maka dapat disimpulkan:Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat gaya elektrostatik antara ion positif dan ion negatif.

Pada ikatan ion, untuk mencapai kestabilannya terjadi pelepasan dan penerimaan elektron. Ikatan ion pada umumnya mudah terjadi pada senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur golongan logam alkali (IA) dan logam alkali tanah (IIA) dengan golongan halogen (VIIA) dan golongan VIA. Beberapa contoh senyawa ion berdasarkan unsur pembentuknya dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Contoh senyawa ion berdasarkan unsur pembentuknya

Coba kamu perhatikan contoh senyawa ion pada Tabel 2.6. Pada umumnya ikatan ion terbentuk dari unsur logam dan bukan logam.

2. Ikatan KovalenPada ikatan ion terjadi pelepasan dan penerimaan elektron agar unsure mencapai

kestabilan. Ikatan ini umumnya terjadi pada senyawa yang dibentuk oleh unsur logam dan nonlogam. Bagaimana senyawa yang dibentuk oleh unsur-unsur nonlogam? Ikatan apa yang terjadi?

Unsur nonlogam umumnya mempunyai keelektronegatifan tinggi artinya mudah menarik elektron. Masing-masing unsur nonlogam pada senyawanya tidak akan melepaskan elektron, sehingga untuk mencapai kestabilannya, unsur-unsur tersebut akan menggunakan bersama pasangan elektron membentuk ikatan kovalen.

Pada suatu senyawa, ikatan dapat berupa ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap. Jumlah ikatan bisa hanya satu atau lebih.

Bagaimana terjadinya ikatan kovalen? Perhatikan contoh terjadinya ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap berikut ini.a. Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal dapat terjadi baik pada senyawa yang terdiri dari atom sejenis maupun dari atom yang berbeda, contoh senyawa ini adalah Cl2, H2, O2,

HCl, dan CH4. Untuk mempelajarinya perhatikan pembentukan ikatan kovalen pada molekul berikut.

1) Pembentukan Molekul Klor, Cl2

Konfigurasi Cl : 2.8.7Susunan elektron Cl :

Pembentukan Cl2 :

Masing-masing atom Cl menyumbangkan satu elektron untuk dipakai bersama sehingga masing-masing atom mempunyai konfigurasi elektron seperti gas mulia.

Struktur Lewis molekul Cl2 dituliskan sebagai berikut.

Cara lain untuk menuliskan ikatan kovalen Cl2 adalah sebagai berikut.Cl : Cl atau Cl – Cl

↑ ↑ Ikatan kovalen Ikatan kovalen

2) Pembentukan Molekul H2

Pembentukan molekul hidrogen tidak menggunakan aturan oktet karena masing-masing hanya mempunyai 1 elektron. Masing-masing hidrogen akan stabil dengan dua elektron pada kulit terluarnya sesuai dengan aturan duplet.

Susunan elektron H :

Pembentukan H2 :

Struktur Lewis molekul H2 : H˸HPenulisan ikatan kovalen : H – H

3) Pembentukan Ikatan Kovalen pada Molekul Hidrogen Klorida, HClPerhatikan pembentukan ikatan kovalen pada HCl berikut ini.

Atom H dan Cl masing-masing menyumbangkan satu elektron dalam HCl dan membentuk satu ikatan kovalen. Atom H stabil dikelilingi 2 elektron dan Cl dikelilingi 8 elektron. Ikatan yang terjadi pada HCl dapat dituliskan dengan struktur Lewis dan ikatan kovalen seperti berikut.

b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua dan TigaIkatan kovalen rangkap dapat terjadi antara unsur-unsur yang sejenis atau berbeda.

Untuk mempelajarinya perhatikan pembentukan ikatan pada molekul berikut.1) Pembentukan Ikatan Kovalen pada Molekul Oksigen, O2

Perhatikan pembentukan ikatan kovalen pada molekul oksigen berikut ini.Konfigurasi elektron : 2.6

Susunan elektron O :

Pembentukan O2 :

Masing-masing atom oksigen mempunyai 6 elektron valensi. Untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia dibutuhkan dua elektron lagi yang dapat diperoleh dari masing-masing atom oksigen. Akibatnya molekul O2 mempunyai dua ikatan kovalen yang dihasilkan dari penggunaan bersama dua pasang elektron. Ikatan kovalen pada molekul O2

disebut ikatan kovalen rangkap dua.Ikatan yang terjadi pada O2 dapat dituliskan dengan struktur Lewis dan ikatan

kovalen seperti berikut.

Penulisan dengan struktur Lewis Penulisan dengan ikatan kovalenO = O

ikatan kovalen rangkap dua

2) Pembentukan Ikatan Kovalen pada Molekul Karbon Dioksida, CO2Pada molekul CO2, karbon membentuk 2 ikatan kovalen rangkap dua denganoksigen.

Pembentukan ikatan kovalen pada CO2 digambarkan sebagai berikut.

Ikatan yang terjadi pada CO2 dapat dituliskan dengan struktur Lewis dan ikatan kovalen seperti berikut.

Struktur Lewis molekul CO2 Penulisan dengan ikatan kovalenO = C = O

3. Ikatan Kovalen KoordinatPada beberapa senyawa terdapat pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom.

Ikatan kovalen pada senyawa demikian disebut ikatan kovalen koordinat.Bagaimana terjadinya ikatan kovalen koordinat? Perhatikan contoh-contoh

pembentukan ikatan koordinat berikut ini.a. Pembentukan Ion Hidronium

Ion hidronium, H3O+ dibentuk dari molekul air yang mengikat ion hidrogen melalui reaksi: H2O + H+ H3O+. Struktur Lewisnya ditulis sebagai berikut

Pada molekul H2O, atom oksigen mempunyai dua pasang elektron bebas. H+ tidak mempunyai elektron.

Untuk membentuk ikatan digunakan salah satu pasangan elektron bebas dari oksigen sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinat. Ikatan ini bisa dituliskan sebagai berikut.

Tanda panah (→) menunjukkan pasangan electron ikatan kovalen koordinat berasal dari atom oksigen.

b. Pembentukan Ion Amonium, NH4+

NH4+ dibentuk dari NH3 dan ion H+ melalui reaksi: NH3 + H+ NH4

+.Struktur Lewisnya ditulis sebagai berikut.

Pada molekul NH3, atom N mempunyai 1 pasang elektron bebas. Pasangan elektron tersebut digunakan untuk mengikat ion H+ sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinat. Ikatan ini bisa digambarkan sebagai berikut.

Tanda panah (→) menunjukkan pasangan elektron ikatan kovalen koordinat berasal dari atom nitrogen.

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan:Ikatan kovalen koordinat terbentuk jika pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom.

SKL No. 3 Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia

Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) berbunyi: Jumlah massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.Zat A + Zat B → Zat CMassa A + B = massa C Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust) berbunyi: Perbandingan massa unsur-unsur penyusun dalam tiap senyawa selalu tetap.Unsur A + Unsur B → Senyawa CMassa A: massa B selalu tetap membentuk senyawa C

Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton) berbunyi Jika ada dua senyawa yang dibentuk dari dua unsur yang sama dan massa satu unsur pada kedua senyawa itu sama maka massa unsur yang lainnya mempunyai angka perbandingan yang sederhana dan bulat.

Unsur A + Unsur B → Senyawa I: ABSenyawa II: A2B3

Massa unsur A sama, maka massa unsur BI : BII = 2 : 3

Hukum Perbandingan Volum (Hukum Gay Lussac) berbunyi Pada temperatur dan tekanan yang sama perbandingan volum gas-gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan mudah.1 volum gas A + 1 volum gas B → 2 volum gas CVolum A : Volum B : Volum C = 1 : 1 : 2

Hukum Avogadro berbunyi Pada temperatur dan tekanan yang sama, semua gas pada volum yang sama mengandung jumlah molekul yang sama pula.P dan T sama: A2 + B2 → 2ABJumlah molekul A2 : Jumlah molekul B2 : Jumlah molekul AB → 1 : 1 : 2

SKL No. 5Larutan yang dapat menyebabkan lampu menyala dan gelembung gas di sekitar

elektrode. Larutan tersebut dapat menghantarkan listrik atau disebut larutan elektrolit.Larutan yang tidak menyebabkan lampu menyala dan gelembung gas adalah larutan

yang tidak dapat menghantarkan listrik atau disebut larutan nonelektrolit. Sekarang coba kamu perhatikan hasil pengujian daya hantar listrik terhadap beberapa larutan pada tabel berikut.

Tabel 6.1 Pengujian daya hantar listrik beberapa larutan

Berdasarkan data pada Tabel 6.1 kamu dapat menggolongkan larutan berdasarkan daya hantar listriknya yaitu sebagai berikut.1. Larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, seperti larutan garam dapur, natrium hidroksida, hidrogen klorida, amonia, dan cuka.2. Larutan nonelektrolit yaitu larutan yang tidak menghantarkan arus listrik, seperti air suling, larutan gula, dan alkohol.Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik?

Bila larutan elektrolit dialiri arus listrik, ion-ion dalam larutan akan bergerak menuju elektrode dengan muatan yang berlawanan. Melalui cara ini arus listrik akan mengalir dan ionbertindak sebagai penghantar, akibatnya larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik.

Gula pasir, urea, dan alkohol jika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion. Dalam larutan itu, zat-zat tersebut tetap berwujud molekul-molekul netral yang tidak bermuatan listrik, maka larutan-larutan tersebut tidak menghantarkan arus listrik atau nonelektrolit.

Berdasarkan penjelasan ini maka penyebab larutan dapat menghantarkan listrik adalah karena adanya ion-ion positif dan ion negatif yang berasal dari senyawa elektrolit yang terurai dalam larutan.

Penguraian senyawa elektrolit menjadi ion-ionnya disebut reaksi ionisasi. Contohnya NaCl dalam air terurai menjadi Na+ dan Cl–. Cara penulisan reaksi ionisasinya adalah sebagai berikut:

Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang daya hantar listriknya kuat, contohnya larutan NaCl, NaOH, HCl, dan H2SO4.Larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang daya hantar listriknya lemah, contohnya larutan CH3COOH dan NH3.

Secara garis besar, perbedaan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapatdilihat pada Tabel 6.2.

SKL No. 6 mendeskripsikan Konsep pH LarutanpH larutan ditentukan oleh besarnya konsentrasi ion H+ yang terdapat pada larutan.

Bagaimana hubungan harga pH dengan konsentrasi ion H+ ini? Coba perhatikan data hasil pengujian pH asam dan basa pada berbagai konsentrasi pada Tabel 7.3.

Tabel 7.3 pH beberapa asam dan basa dalam berbagai konsentrasiLarutan

Hcl0,1M

Hcl0,01M

CH3COOH0,1M

Airmurni

NH3

0,1MNaOH0,01M

NaOH0,1M

[H+] (M)

pH

10-1

1

10-2

2

10-3

3

10-7

7

10-11

11

10-12

12

10-13

13

Dari data percobaan didapat hubungan sebagai berikut:[H+] = 0,1 M = 10-1, pHnya = 1[H+] = 0,01 M = 10-2, pHnya = 2[H+] = 0,001 M = 10-3, pHnya = 3

Secara matematika hubungan harga pH dengan [H+], yaitu:1 = –log 10-1

2 = –log 10-2

3 = –log 10-3

Maka dapat disimpulkan: pH = – log [H+]

Bagaimana hubungan [OH-] dengan pOH? Seperti pada pH hubungan [OH-] dengan pOH ditulis:

pOH = – log [OH-]

Bagaimana hubungan pH dengan pOH larutan?

Kw = [H+] [OH-]– log Kw = – log[H-] + –log [OH-]

Jadi pKw = pH + pOH

Berdasarkan hubungan pH dan pOH di atas diperoleh kesimpulan sebagaiberikut.1. Larutan bersifat netral, jika [H+] = [OH+] atau pH = pOH = 72. Larutan bersifat asam, jika [H+] > [OH+] atau pH < 73. Larutan bersifat basa, jika [H+] < [OH+] atau pH > 7

Harga pH dari berbagai larutan dan bahan-bahan di sekitar kita dapat dilihatpada Tabel 7.4.

Tabel 7.4 Harga pH berbagai larutan/bahan

SKL No. 8

SKL No. 11 Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya

PENGERTIAN KOLOIDKoloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.

Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer (µm).perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :1. Campuran antara air dengan sirup.2. Campyuran antara air dengan susu.3. Campuran antara air dengan pasir.

Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan air secara homogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak homogen, tidak dapat dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang disebut larutan.

Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan

mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid.

Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air secara heterogen dan langsung  memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.

Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air.

PEMBUATAN KOLOIDCara KondensasiCara kondensasi termasuk cara kimia.Partikel molekular ------> Partikel koloidcontoh :Reaksi Redoks2 H2S(g) + SO2(aq)  ------>   3 S(s) + 2 H2O(l)Reaksi HidrolisisFeCl3(aq) + 3 H2O(l)  ------>   Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)Reaksi Substitusi2 H3AsO3(aq) + 3 H2  ------> S(g)   As2S3(s) + 6 H2O(l) Reaksi PenggaramanBeberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4 dapat membentuk partikel koloid dengan pereaksi yang encer.AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer)  ------>  AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)

Cara DispersiCara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara fisika:Partikel Besar  ------> Partikel Koloid

Cara MekanikCara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau penggilingan.

Cara Busur BredigCara ini digunakan untak membuat sol-sol logam.

Cara PeptisasiCara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).Contoh:- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3

SIFAT KOLOID

Efek TyndallEfek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

Gerak BrownGerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.AdsorbsiBeberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain.Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).Contoh :(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.

KoagulasiKoagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan

terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan

atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.Koloid Liofil dan Koloid LiofobKoloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.

Koloid Liofil:sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, catKoloid Liofob:sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.Contoh: sol belerang, sol emas.

EektroforesisElektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda.Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan negatif dan jika partikel koloid berkumpul di elektroda negatif berarti koloid bermuatan positif.Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu industri dengan alat Cottrell.

DialisisDialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya.Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.

JENIS KOLOIDJenis jenis koloidNo Terdispersi Pendispersi Sistem koloid contoh1 Gas Cair Buih atau

busa-Putih telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi, whipped(cream)

-Buih sabun, ombak, limun2 Gas Padat Buih, busa

padatBatu apung, karet busa

3 Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan, pengeras rambut, oat, parfum semprot

4 Cair Cair Emulsi Minyak dalam air, susu, santanAir dalam minyak, mayonaise,minyak bumi, minyak ikat

5 Cair Padat Gel (emulsi padat

Keju, mentega,jeli, mutiara, opal, semir, padat, lem padat

6 Padat Gas Aerosol padat Asap, debu diudara, 7 Padat Cair Sol agar agar panas, cat, kanji,

protoplasma, putihtelur, sol emas, sol belerang lem, semir cair, lumpur

8 Padat Padat Sol padat Batuan berwarna, gelas berwarna, tanah, permata, perunggu, kuningan intan hitam

Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Contoh : debu, kabut, dan awan.

Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair. Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair. Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi dan (Sabun adalah emulgator

campuran air dan minyak dan Kasein adalah emulgator lemak dalam air?. Gel : koloid liofil yang setengah kaku. Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga terjadi

koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.

RINGKASAN MATERI

1. Pengelompokkan Koloid1 Pengelompokkan koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium dispersi2 Seluruhnya ada 8 jenis koloid, diantaranya: aerosol, sol, emulsi, buih dan gel

2. Sifat-sifat Koloid1 Sifat-sifat penting koloid: efek Tyndall, gerak Brown, elektroforesis dan adsorpsi2 Pemurnian koloid: salah satunya adalah dialisis3 Koloid dapat mengalami koagulasi karena berbagai sebab, diantaranya karena

penambahan elektrolit

3. Pembuatan Koloid1 Cara dispersi : mekanik, peptisasi dan busur bredig2 Cara Kondensasi : redoks, hidrolisis dan dekomposisi rangkap

SKL No. 13 Senyawa Karbon Termasuk Identifikasi, Reaksi Dan Kegunaannya

Senyawa Hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun oleh Carbon dan Hidrogen dengan atau tanpa Oksigen, Nitrogen atau unsur lainnya. Senyawa ini sering disebut sebagai senyawa organik. tabel berikut menyajikan perbedaan antara senyawa organik dan anorganik :senyawa hidrokarbon disebut senyawa organik karena para ahli mengasumsikan bahwa senyawa hidrokarbon terdapat dalam makhluk hidup. Sampai Friedric berhasil mensintesis urea yang biasanya terdapat dalam urine makhluk hidup. Dia membuat ure dengan memanaskan Amonium sianidaNH4CNO –> CO(NH2)2Sejak penemuan, dibuat berbagai senyawa organik. bagaimanapun juga, istilah organik masih digunakan karena pengelompokkan senyawa hidrokarbon dalam senyawa organik bukan karena adanya atom karbon tapi karena karakteristik senyawa. ini dibuktikan adanya senyawa yang terdiri dari atom C seperti CO2 tapi bukan termasuk dalam senyawa anorganik.Adanya Hidrogen, Karbon dan oksigen bisa diidentifikasi dengan memanaskan senyawa hidrokarbon. adanya carbon dalam senyawa organik ditunjukkan dengan bisa tidaknya mengkeruhkan air kapur. karena senyawa hidrokarbon yang dipanaskan akan menghasilkan CO2 yang bisa mengkeruhkan air kapur. keberadaan H bisa dilihat dari bisa tidaknya hasil pemanasan merubah warna kertas kobalt dari biru menjadi pink karena kertas kobalt akan berubah menjadi pink jika bereaksi dengan H2O .

Reaksi-reaksi Senyawa KarbonPost under Hidrokarbon, Kimia, Kimia SMA, Materi Pelajaran, Materi SMA

Materi kimia hidrokarbon merupakan salah satu materi yang bahannya relatif banyak. sehingga di SMA di bagi lagi dalam beberapa bab yang disampaikan di kelas 1 dan 3. dan diantara materi hidrokarbon tersebut yang perlu mendapat perhatian lebih adalah materi mengenai reaksi2 senyawa karbon. reaksi senyawa karbon antara lain reaski oksidasi, subtitusi, adisi dan eliminasi. mengenai reaksi oksidasi telah saya bahas dalam artikel stokiometri sehingga sekarang tinggal kita bahas reaksi yang lainnya saja......

1. Reaksi subtitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan oleh atom atau gugus atom yang lain. sebagai contoh : 2. Reaksi adisi, adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap

pada prinsipnya dalam reaksi ini terjadi pemutusan ikatan rangkap dan ikatan yang terputus digantikan dengan mengikat atom atau gugus atom lain. dalam contoh di atas ikatan rangkap dua mengalami pemutusan kemudian digantikan dengan mengikat -H dan -Cl dari HCl. cara pemilihan letak ikatan -H dan -Cl menggunakan aturan Markovnikov yakni "atom H akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak H nya". pada contoh di atas atom C di sebelah kiri ikatan rangkap tidak mengikat H sedangkan atom C di sebelah kanan ikatan rangkap mengikat 1 atom H sehingga atom H

dari HCl akan diikat oleh atom C di sebelah kanan ikatan rangkap dan Cl dari HCl akan diikat oleh aotm C di sebelah kirinya. aturan ini juga berlaku untuk reaksi adisi dengan senyawa lain selain HCl.Dengan reaksi adisi dan aturan markovnikov ini kita dapat menentukan letak ikatan rangkap.

3. Reaksi Eliminasi, adalah reaksi pembentukan ikatan rangkap. reaksi ini merupakan reaksi kebalikan dari reaski adisi.Untuk membedakan ketiga jenis reaski di atas dapat dilakukan dengan melihat ciri2nya yang dengan mudah akan teramati :

* Pada reaksi subtitusi ruas kanan dan ruas kiri tidak terdapat ikatan rangkap atau bila di ruas kiri ada ikatan rangkap maka ruas sebelah kanan masih ada ikatan rangkap tersebut. * sedangkan pada reaksi adisi mempunyai ciri ruas sebelah kanan (sebelum reaksi) terdapat ikatan rangkap sedangkan di ruas sebelah kiri (setelah reaksi) ikatan rangkap tersebut hilang atau berkurang dari rangkap 3 menjadi rangkap 2. * kemudian pada reaksi eliminasi mempunyai ciri2 kebalikan dari reaksi adisi, yakni di ruas sebelah kiri tidak ada ikatan rangkap kemudian di ruas sebelah kanan menjadi ada ikatan rangkapnya.

tanda2 ini dapat kalian terapkan pada contoh2 reaksi diatas.

sekarang pembahasan kita beralih pada Alkohol dan isomer gugus fungsinya yakni eter (alkoksi alkana).

ALKOHOLsecara umum berdasarkan letak gugus fungsinya alkohol dibedakan menjadi 3 jenis yakni:

(1) Alkohol primer, gugus -OH diikat oleh C primer yakni atom C yang hanya mengikat 1 atom C lain sehingga letaknya berada di pinggir rantai C (2) Alkohol sekunder, gugus -OH diikat oleh C sekunder yakni atom C yang mengikat dua atom C lainnya sehingga letaknya berada ditengah2 rantai C yang lurus(3) Alkohol tersier, gugus -OH diikat oleh C tersier yakni atom C yang mengikat tiga atom C lainnya, alkohol tersier ini mempunyai ciri awalan namanya kembar. sebagai contoh nama alkohol tersier diatas adalah 2 metil 2 propanol.

Reaksi2 Pada Alkohola. dapat bereaksi dengan logam Na membentuk H2b. dapat bereaksi dengan HCl pekat menghasilkan H2Ocoba kalian perhatikan hasil dari kedua reaksi di atas.....walau sama2 reaski subtitusi namun hasil sampingannya berbeda. Pada reasksi dengan logam Na terjadi subtitusi Na dengan H yang diikat O dan menghasilkan H2 sedangkan pada reaksi dengan HCl terjadi subtitusi gugus OH dengan Cl dan menghasilkan H2Oc. dapat bereaksi dengan PCl3 dan PCl5reaksi ini bersifat khas sehingga kalian harus menghafal masing2 hasil reaksinya..... d. Reaksi oksidasi/pembakaran Alkohol

semua senyawa karbon yang bereaksi dengan oksigen dengan jumlah yang mencukupi sering dikenal dengan reaksi pembakaran sempurna akan menghasilkan hasil akhir berupa CO2 dan H2O. sedangkan pada reaksi pembakaran tidak sempurna (kekurangan oksigen) CO2 tidak akan terbentuk namun akan terbentuk CO. sehingga reaksi oksidasi alkohol juga menghasilkan hasil akhir CO2 dan H2O, sebagai contoh :

namun reaksi oksidasi ini sebenarnya terdiri dari beberapa tahapan yang hasilnya berbeda-beda. Hal ini dapat digunakan untuk membedakan jenis2 alkohol. reaksi yang terjadi...

1. Alkohol primer akan melalui 2 tahapan pada tahap pertamaakan menghasilkan aldehida/alkanal, kemudai apabila dioksidasi lagi akan menghasilkan asam karbosilat. 2. Alkohol sekunder akan melalui 1 tahapan menghasilkan keton/alkanonR dan R' adalah rantai C 3. Alkohol tersier ridak dapat terjadi reaksi oksidasi

e. dengan H2SO4 pada suhu tinggi akan melepas air/H2O (reaksi dehidrasi)dengan dua jenis reaksi berdasarkan suhunya :(1) pada suhu 130 - 140 C akan menghasilkan eter(2) pada suhu 170 - 180 akan menghasilkan alkena

f. dengan asam karboksilat akan menghasilkan ester, reaksinya disebut Esterifikasi

reaksi di atas sering sekali dalam soal2 ujian jadi sebaiknya dihafalkan.....

ETER / ALKOKSI ALKANAeter merupakan pasangan isomer gugus fungsi dari alkohol. cara membedakan alkohol dan eter adalah dengan mereaksikannya dengan logam Na an PCl3. pada alkohol akan terjadi reaksi sedangkan eter tidak terjadi reaksi. selain itu titik didih alkohol lebih tinggi dari eter karena alkohol mempunyai ikatan hidrogen. perbedaan yang lainnya adalah kelarutannya dalam air, alkohol mudah larut dalam air sedangkan eter sukar larut dalam air.

Reaksi2 dalam Etera. reaksi oksidasiseperti halnya alkohol dan senyawa2 karbon yang lain reaksi oksidasi akan menghasilkan hasil akhir CO2 dan H2Ob. dengan PCl5ingat eter tidak dapat bereaksi dengan PCl3 namun dapat bereaksi dengan PCl5, hal ini juga berlaku untuk unsur halida yang lain seperti F, Br dan I. misalnya PBr3, PBr5 dsbc. dengan Asam Halida (HF, HBr, HCl dan HI) akana menghasilkan alkil halida dan alkohol

sekarang kita bahas aldehid/alkanal dan gugus fungsinya keton ALDEHID/ALKANAL

a. dapat bereaksi dengan Fehling (CuO) dan Tollens (Ag2O)b. direduksi dengan H2 menghasilkan alkohol primerc. dioksidasi dengan O2 menghasilkan asam karboksilat/asam alkanoat

perhatikan...kedua reaksi di atas merupakan reaksi yang sama dengan reaksi alkohol primer....

KETONketon merupakan isomer gugus fungsi dari aldehid/alkanal. Perbedaannya terletak pada reaksinya dengan fehling dan keton....

Reaksi reduksi keton dengan H2 menghasilkan alkohol sekunderpasangan isomer gugus fungsi selanjutnya adalah asam karboksilat/asam alkanoat dengan ester/alkil alkanoat

ASAM KARBOKSILATreaksi2 yang dapat terjadi dalam asam karboksilat antara lain :

a. Reaksi Esterifikasiyakni reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol....reaksi ini telah dijelaskan dalam reaksi2 alkohol di atas.b. Reaksi Saponifikasi (Penyabunan)

yakni reaksi antara asam karboksilat dengan NaOH

ESTERreaksi2 yang dapat trerjadi pada ester

a. reaksi hidrolisi ester, yakni kebalikan dari reaksi esterifikasib. reaksi saponifikasi seperti halnya asam karboksilat, ester juga dapat terjadi reaksi saponifikasi...namun hasil sampingannya bukan air (H2O) namun alkohol.

SKL No. 13 BENZENA DAN TURUNANNYA

1. RUMUS STRUKTUR BENZENA MENURUT KEKULEMenurut Friedrich August Kekule, Jerman (1865), strukur Benzena dituliskan sebagai cincin dengan enam atom karbon yang mengandung tiga buah ikatan tunggal dan tiga buah ikatan rangkap yang berselang seling. Kerangka atom karbon dalam benzena membentuk segienam beraturan dengan sudut ikatan sebesar 1200.(Benzena tidak sama dengan bensin. Benzena merupakan senyawa golongan aromatik dikenal aromatik karena berbau sedap, sedangkan bensin merupakan campuran senyawa alkana.Rumus molekul : C6H6Rumus struktur :

H│C

H− C C −H

H − C C−H

C│HKekule mempunyai kelemahan terhadap teorinya antara lain :a. Ikatan rangkap pada benzena seharusnya mempunyai kecenderungan bereaksi secaraadisi. Kenyataannya, banyak benzena terlibat pada reaksi substitusi.b. Jika benzena memiliki struktur Kekule, maka benzena akan mempunyai 2 panjangikatan yang berbeda, yaitu ikatan tunggal dan ikatan rangkap. Namun kenyataannya menurut eksperimen, benzena hanya memiliki satu panjang ikatan sebesar 0,139 nm. Hal ini menunjukkan semua ikatan dalam benzena sama.c. Perhitungan termokimia menurut Kekule kalor pembentukan gas benzena dari unsure-unsurnya adalah sebesar +252 kJ/mol. Namun nilai sebenarnya berdasarkan eksperimen hanya +82kJ/mol.

Pada tahun 1931, Linus Pauling membuat suatu teori yang dikenal dengan Teori Hibrida Resonansi / Teori Resonansi. Teori ini merumuskan struktur benzena sebagai suatu struktur yang berada di antara dua struktur Kekule yang memungkinkan, sehingga ikatan rangkap pada benzena tidak nyata, berbeda dengan teori Kekule yang menyatakan bahwa tiga ikatan rangkap pada benzena berpindah secara

cepat.

⇔Teori ResonansiRumus struktur yang diusulkan Pauling adalah :

Terlihat bahwa semua ikatan antara atom-atom C dalam cincin sama.Hal ini menunjukkan bahwa benzena merupakan molekul non polar.Elektron-elektron yang membentuk ikatan-ikatan antar atom C digunakan bersama-sama oleh seluruh atom C, membentuk apa yang disebut sebagai sistem delokalisasi. Susunan electron-elektron ini sangat stabil. Titik didih benzena adalah 800C dan titik bekunya 5,50C.

Rumus Kekule juga dapat menjelaskan tiga jenis isomer turunannya yaitu disubstitusi benzena, C6H4X2. Ketiga isomer itu ditandai dengan orto (o), meta (m), dan para (p).

X

X

orto (o)XX

X X

meta (m) para (p)

2. Tatanama Senyawa Turunan BenzenaTatanama senyawa turunan benzena, demikian pula senyawa aromatik pada umumnya tidak begitu sistematis. Masing-masing senyawa lebih dikenal dengan nama lazim atau nama turunannya.a. Senyawa turunan benzena dengan satu gugus fungsi

CH3 NH2

metil benzena amino benzena(toluena) (anilin)

OOH C OH

hidroksi benzena asam benzoat(fenol)O NO2C H

Benzaldehida Nitro benzena

SO3H O – CH3

Asam Benzensulfonat metil fenil eter(Anisol)

OC Cl

CH3

Metil fenil keton Klorobenzena(Asetofenon) (Fenil klorida)

b. Senyawa turunan benzena dengan gugus fenil (C6H5-)Gugus fenil terjadi jika benzena melepaskan satu atom H. Dalam kelompok senyawa ini, gugus fenil dianggap sebagai substituen. Penamaan dilakukan dengan cara menyebutkan posisi gugus fenil, diikuti oleh nama rantai induknya.

H

Benzena gugus fenil

CH3-CH-CH2-CH3 CH3-C=CH-CH3

2-fenil butana 2-fenil-2-butena

CH3-CH-CH2-CH2-OH CH2-CH2 -Cl

3-fenil-1-butanol 2-fenil-1-kloroetanaOCH3-CH2-CH-Br ∥CH3-CH- C-H

1-fenil-1-bromopropana 2-fenil propanal

c. Senyawa Turunan Benzena dengan Gugus Benzil (C6H5 – CH2 – )Gugus benzil terjadi jika senyawa toluena (C6H5-CH3) melepaskan satu atom H dari metil. Atomatau gugus atom yang menggantikan hidrogen ini dapat berupa klorin (Cl), hidroksi (-OH), danamina (-NH2)

CH3 CH2

Toluena Gugus benzil

CH2 – Cl CH2 – OH

Benzil klorida Benzil alkoholJika terdapat dua jenis substituen, maka posisi substituen dapat dinyatakan dengan awalan o (orto), m (meta), p (para) atau dengan menggunakan angka.

SKL No. 14 Mendeskripsikan Makromolekul Termasuk Identifikasi Dan Kegunaannya

Makromolekul adalah molekul yang sangat besar. Polimer baik itu alami maupun sintetik merupakan makromolekul, misalnya hemoglobin. Beberapa senyawa non-polimer juga ada yang termasuk ke dalam makromolekul, misalnya lipid. Bagaimanapun juga, sistem jaringan atom besar lainnya seperti ikatan kovalen logam tidak dapat dikatakan sebagai makromolekul. Istilah makromolekul ini pertama kali diperkenalkan oleh pemenang hadiah nobel Hermann Staudinger sekitar tahun 1920an.

Identifikasi unit makromolekul dalam batubara telah dilakukan dengan metoda degradasi kimia denganoksidator RuO4 dan NaIQ4 sebagai katalisator. Sampel uji yang digunakan adalah batubara yang diambil

dari sumur SF-1 dari Formasi Talang akar Cekungan Arjuna Jawa Barat. Karakter geokimia sampel SF-Imenunjukkan bahwa Sampel batubara telah diendapkan pada kondisi relatif oksidatif dari suatu lingkungandelta.<br /><br />Hasil degradasi makromolekul dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yang masing-masing berasal darifraksi ester hash degradasi kerogen (residu), fraksi ester dalam ekstraksi asam (bitumen) dan fraksi ester darifraksi polar pelarut kloroforomlmetanol. Identifikasi dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensikromatogram senyawa ester relatif terhadap kromatogram fraksi saturat dengan kromatogram fraksi esterdari fraksi saturat terpublikasikan. Kromatogram senyawa ester yang di identifikasi memperlihatkan tinggipuncak yang bervariasi, hal ini menunjukkan bahwa bervariasinya panjang rantai aikil yang membangununit makromolekul dalam batubara SF-1.

SKL No. 15 Menyimpulkan Peristiwa Eksoterm/Endoterm Pada TermokimiaSecara umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom (SSA) adalah sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai komponen yang terdiri dari sumber cahaya, tempat sample, monokromator, dan detektor. Analisa sample di lakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi konsentrasi standard dan menggunakan hukum Beer untuk menentukan konsentrasi sample yang tidak diketahui. Walaupun komponen-komponenya sama, akan tetapi sumber cahaya dan tempat sampel yang digunakan pada SSA memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari yang digunakan dalam spektrometri molekul (misal: UV/Vis).

PERISTIWA EKSOTERM

Sumber CahayaKarena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak mungkin untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada spektrometri molekuler dengan dua alasan utama sebagai berikut:

* Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari pita-pita yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya kontinyu digunakan, maka pita radiasi yang diberikan oleh monokromator jauh lebih lebar daripada pita absorpsi, sehingga banyak radiasi yang tidak mempunyai kesempatan untuk diabsorpsi yang mengakibatkan sensitifitas atau kepekaan SSA menjadi jelek. * Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh atom, maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk menghasilkan energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang yang sangat sempit atau perlu menggunakan detektor yang jauh lebih sensitif dibandingkan detektor fotomultiplier biasa, akan tetapi di dalam prakteknya hal ini tidak efektif sehingga tidak dilakukan.

Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita emisi lebih sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang gelombang yang dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh sampel tersebut. Gambar17.2 menunjukkan perbandingan pita absorpsi atom dan pita spektrum sumber cahaya kontinyu yang dihasilkan oleh monokromator. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar radiasi tidak dapat diabsorpsi karena panjang gelombangnya tidak

berada pada daerah pita absorpsi atom yang sangat sempit dan dapat dikatakan bahwa sangat banyak cahaya yang tidak digunakan atau menyimpang.

Masalah ini dapat diatasi oleh Alan Walsh pada tahun 1953, dengan menggunakan sumber cahaya tunggal (line source) sebagai pengganti sumber cahaya kontinyu. Sebagian besar sumber cahaya tunggal yang digunakan berasal dari lampu katode berongga (hollow chatode lamp) yang memancarkan spektrum emisi atom dari elemen tertentu, misalnya lampu katodeberongga Zn digunakan untuk menganalis Zn. Gambar 3a dan 3b menunjukkan cahaya tunggal mengatasi masalah yang telah diuraikan di atas.

Spektrum Zn diamati pada panjang gelombang 213,4 nm sebelum dan sesudah transmisi melalui monokromator konvensional. Walaupun lebar pita dari monokromator tidak lebih kecil dari sebelum transmisi, akan tetapi sampel yang diukur berada dalam daerah panjang gelombang yang diinginkan. Dengan memilih lampu yang mengandung analit yang diukur, maka kita dapat mengetahui bahwa panjang gelombang yang digunakan sama dengan dengan pita absorpsi analit yang diukur. Ini berarti bahwa semua radiasi yang dipancarkan oleh sumber cahaya dapat diabsorpsi sampel dan hukum Beer dapat digunakan.

Dengan menggunakan sumber cahaya tunggal, monokromator konvensional dapat dipakai untuk mengisolasi satu pita spektra saja yang biasanya disebut dengan pita resonansi. Pita resonansi ini menunjukkan transisi atom dari keadaan dasar ke keadaan transisi pertama, yang biasanya sangat sensitif untuk mendeteksi logam yang diukur.

Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp)

Bentuk lampu katode dapat dilihat pada gambar 17.4.Ciri utama lampu ini adalah mempunyai katode silindris berongga yang dibuat dari logam tertentu. Katode and anode tungsten diletakkan dalam pelindung gelas tertutup yang mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan tekanan 1-5 torr. Lampu ini mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2 – 20 mA.

Adapungas pengisi terionisasi pada anode, dan ion-ion yang hasilkan dipercepat menuju katode dimana bombardemen ion-ion ini menyebabkan atom-atom logam menjadi terlepas ke permukaan dan terbentuk awan/populasi atom. Proses ini disebut dengan percikan atom (sputtering). Lebih jauh lagi, tumbukan ini menyebabkan beberapa atom tereksitasi dan kemudian kembali pada keadaan dasar dengan memancarkan spektrum atom yang spesifik. Spektrum gas pengisi (dan komponen lain yang terdapat dalam katode) juga dipancarkan. Jendela atau tempat dimana radiasi keluar dari lampu biasanya dibuat dari silika sehingga dapat menggunakan panjang gelombang di bawah 350 nm.

Nyala

Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat mengabsorpsi radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung.

Pada umumnya, peralatan yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju nyala adalah nebulizer pneumaticyang di hubungkan dengan pembakar (burner). Diagram nebulizer dapat di lihat padaGambar17.5. Sebelum menuju nyala, sample mengalir melalui pipa kapiler dan dinebulisasi oleh aliran gas pengoksidasi sehingga menghasilkan aerosol. Kemudian, aerosol yang terbentuk bercampur dengan bahan bakar menuju ke burner. Sample yang menuju burner hanya berkisar 5-10% sedangkan sisanya

(90-95%) menuju tempat pembuangan (drain). Pipa pembuangan selalu berbentuk”U” untuk menghindari gas keluar yang dapat menyebabkan ledakan serius. Sample yang berada pada nyala kemudian diatomisasi, dan cahaya darilampu katode tabung dilewatkan melalui nyala. Sample yang berada pada nyala akan menyerap cahaya tersebut.

Mengubah Polusi Panas Menjadi Energi Listrik

knalpot

Peneliti dari Northwestern University telah menemukan suatu material yang dapat memanfaatkan polusi panas yang dihasilkan dari mesin kalor untuk menghasilkan listrik. Para peneliti tersebut menempatkan nanokristal garam batu (stronsium tellurida, SrTe) ke dalam timbal tellurida (PbTe). Material ini telah terbukti dapat mengkonversi kalor yang dihasilkan sistem pembuangan kendaraan (knalpot), mesin-mesin dan alat-alat industri yang menghasilkan kalor, hingga cahaya matahari dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi dibanding penemuan-penemuan serupa sebelumnya.

Paduan material ini menunjukkan karakteristik termoelektrik yang cukup tinggi dan dapat mengubah 14% dari polusi kalor menjadi listrik, tanpa perlu sistem turbin maupun generator. Kimiawan, fisikawan, dan ilmuwan material dari Northwestern University berkolaborasi untuk mengembangkan material dengan kemampuan luar biasa ini. Hasil studi mereka telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Chemistry.

“Hal ini telah diketahui selama 100 tahun belakangan, bahwa semikonduktor memiliki karakteristik dapat mengubah panas menjadi listrik secara langsung,” jelas Mercouri Kanatzidis, seorang Professor Kimia di The Weinberg College of Arts and Sciences. “Untuk membuat proses ini menjadi suatu proses yang efisien, yang dibutuhkan hanyalah material yang tepat. Dan kami telah menemukan resep atau sistem untuk membuat material dengan karakter tersebut.”

Mercouri Kanatzidis, co-author dari studi ini bersama dengan tim risetnya mendispersikan nanokristal garam batu stronsium tellurida, SrTe ke dalam material timbal (II) tellurida, PbTe. Percobaan sebelumnya pada penyertaan material berskala nano ke dalam material bulk telah meningkatkan efisiensi konversi kalor menjadi energi listrik dari material timbal (II) tellurida. Tetapi penyertaan material nano ke dalamnya juga meningkatkan jumlah penyebaran elektron, sehingga secara keseluruhan konduktivitas material ini berkurang. Pada studi ini, tim riset dari Northwestern menawarkan suatu model penggunaan material nano pada timbal (II) tellurida untuk menekan penyebaran elektron dan meningkatkan persentase konversi kalor menjadi energi listrik dari material ini.

“Kami dapat menggunakan material ini dengan menghubungkannya dengan peralatan yang cukup murah dengan beberapa kabel listrik dan dapat langsung digunakan, misalnya untuk menyalakan bola lampu,” terang Vinayak Dravid, Professor Ilmu Material dan Teknik di Northwestern’s McCormick School of Engineering and Applied Science dan juga merupakan co-author dari publikasi ilmiah ini. “Perangkat ini dapat membuat bola lampu menjadi lebih efisien dengan memanfaatkan polusi kalor yang dihasilkan dan mengubahnya menjadi energi yang lebih berguna seperti energi listrik, dengan persentase konversinya sekitar 10 hingga 15 persen.

Industri otomotif, kimia, batu bata, kaca, maupun jenis industri lainnya yang banyak membuang panas dalam proses produksinya dapat membuat sistem produksinya lebih efisien dengan menggunakan terobosan ilmiah ini dan dapat menuai keuntungan lebih, kata Kanatzidis yang juga mengadakan perjanjian kerjasama dengan Argonne National Laboratory.

“Krisis energi dan lingkungan adalah dua alasan utama ditemukannya terobosan ilmiah ini, tetapi ini tentu hanyalah permulaan,” kata Dravid. “Tipe struktur material seperti ini dapat saja menimbulkan dampak lain bagi komunitas sains yang tidak kami duga sebelumnya, mungkin saja di bidang mekanik seperti untuk menguatkan dan meningkatkan kinerja sistem mesin. Saya berharap, bidang lainnya dapat mengaplikasikan terobosan ilmiah ini dan menggunakannya untuk kebaikan.”

Panas Reaksi dan Termokimia

Hubungan sistem dengan lingkungan

Pelajaran mengenai panas reaksi dinamakan termokimia yang merupakan bagian dari cabang ilmu pengetahuan yang lebih besar yaitu termodinamika. Sebelum pembicaraan mengenai prisip termokimia ini kita lanjutkan, akan dibuat dulu definisi dari beberapa istilah. Salah satu dari istilah yang akan dipakai adalah sistim. Sistim adalah sebagian dari alam semesta yang sedang kita pelajari. Mungkin saja misalnya suatu reaksi kimia yang terjadi dalam suatu gelas kimia. Di luar sistim adalah lingkungan. Dalam menerangkan suatu sistim, kita harus memperinci sifat-sifatnya secara tepat. Diberikan suhunya, tekanan, jumlah mol dari tiap zat dan berupa cairan, padat atau gas. Setelah semua variabel ini ditentukan berarti semua sifat-sifat sistim sudah pasti, berarti kita telah menggambarkan keadaan dari sistim.

Bila perubahan terjadi pada sebuah sistim maka dikatakan bahwa sistim bergerak dari keadaan satu ke keadaan yang lain. Bila sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tak ada panas yang dapat mengalir maka perubahan yang terjadi di dalam sistim adalah perubahan adiabatik. Selama ada perubahan adiabatik, maka suhu dari sistim akan menggeser, bila reaksinya eksotermik akan naik sedangkan bila reaksinya endotermik akan turun. Bila sistim tak diisolasi dari lingkungannya, maka panas akan mengalir antara keduanya, maka bila terjadi reaksi, suhu dari sistim dapat dibuat tetap. Perubahan yang terjadi pada temperatur tetap dinamakan perubahan isotermik. Telah dikatakan, bila terjadi reaksi eksotermik atau endotermik maka pada zat-zat kimia yang terlibat akan terjadi perubahan energi potensial. Panas reaksi yang kita ukur akan sama dengan perubahan energi potensial ini. Mulai sekarang kita akan menggunakan perubahan ini dalam beberapa kuantitas sehingga perlu ditegakkan beberapa peraturan untuk menyatakan perubahan secara umum.

Simbol Δ (huruf Yunani untuk delta) umumnya dipakai untuk menyatakan perubahan kuantitas. Misalnya perubahan suhu dapat ditulis dengan ΔT, dimana T menunjukkan temperatur. Dalam praktek biasanya dalam menunjukkan perubahan adalah dengan cara mengurangi temperatur akhir dengan temperatur mula-mula.

ΔT = Takhir – Tmula-mula

Demikian juga, perubahan energi potensial

(Ep) Δ(E.P) = EPakhir – EPawal

Dari definisi ini didapat suatu kesepakatan dalam tanda aljabar untuk perubahan eksoterm dan endoterm. Dalam perubahan eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi potensial pereaksi berarti EPakhir lebih rendah dari EPmula-mula. Sehingga harga ÷EP mempunyai harga negatif. Kebalikannya dengan reaksi endoterm, dimana harga ÷EP adalah positif.Reaksi Eksoterm dan EndotermPeristiwa endoterm (kanan) dan eksoterm (kiri)

Peristiwa endoterm (kanan) dan eksoterm (kiri)Reaksi Eksoterm

Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga ΔH = negatif ( – )

Contoh :

C(s) + O2(g) → CO2(g) + 393.5 kJ ;

ΔH = -393.5 kJReaksi Endoterm

Pada reaksi terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endoterm harga ΔH = positif ( + )

Contoh :

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)- 178.5 kJ ; ΔH = +178.5 kJ

Proses eksoterm dan proses endoterm

Reaksi Endoterm atau Endotermal

Reaksi endoterm adalah reaksi yang memerlukan energi atau menyerap energi dari lingkungan ketika reaksi terjadi,Umumnya reaksi ini menghasilkan suhu dingin.atau Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang menyerap kalor. Kalor diambil dari lingkungan sehingga entalpi bertambah.Pada Reaksi Endoterm sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah, artinya entalpi produk (HP) lebih besar daripada entalpi pereaksi (HR).Akibatnya, perubahan entalpi (∆H), yaitu selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi bertanda positif. Sehingga :

∆H =HP – HREnergi AktivasiΔH > 0

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa ∆H =HP – HR. Karena HR lebih kecil daripada HP. Maka ∆H > 0Contoh dari reaksi endoterm adalah reaksi mencairnya es dalam suatu wadah.Contoh Reaksi kimia dari peristiwa es mencair adalah :

Tanda (+) pada 6,02 kJ disebelah kiri panah menunjukkan bahwa kalor yang diserap sebesar 6,02 kJ.

REAKSI ES MENCAIRDengan demikian, reaksi tersebut juga dapat dituliskan sebagai berikut :Pada reaksi endoderm, kalor (q) diserap sehingga perubahan entalpinya positif (ΔH > 0). Reaksi tersebut dapat digambarkan pada grafik disamping.

CONTOH REAKSI ENDOTERMContoh lain dari reaksi endoterm dalam kehidupan sehari-hari antara lain :- Pelarutan gula. Jika gula dilarutkan, dapat dirasakan ada sedikit rasa dingin ketika gelas dipegang Tangan yang terasa dingin ketika bersentuhan dengan alkohol- Asimilasi - Fotosintesis- Membakar minyak tanah di kompor minyak - Nyala api unggun di saat kemping

Perbedaan antara reaksi Eksoterm dan EndotermA. Reaksi EksotermReaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga DH = ( – )

Contoh : C(s) + O2(g) → CO2(g) + 393.5 kJ ; DH = -393.5 kJB.Reaksi EndotermReaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endoterm harga DH = ( + )

Contoh : CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) – 178.5 kJ ; DH = +178.5 kJ

Pemahaman Sederhana tentang Reaksi Endoterm1. Reaksi yang memerlukan kalor2. Suhu sistem C A + B ---->C - 25 kjC diserap kalor 25 kj r = p - 25 kj r < h =" Hp">il ΔH = +

2.1.Reaksi Endoterm atau Endotermal

Reaksi endoterm adalah reaksi yang memerlukan energi atau menyerap energi dari lingkungan ketika reaksi terjadi,Umumnya reaksi ini menghasilkan suhu dingin.atau Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang menyerap kalor. Kalor diambil dari lingkungan sehingga entalpi bertambah.Pada Reaksi Endoterm sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah, artinya entalpi produk (HP) lebih besar daripada entalpi pereaksi (HR).Akibatnya, perubahan entalpi (∆H), yaitu selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi bertanda positif. Sehingga :

∆H =HP – HREnergi AktivasiΔH > 0

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa ∆H =HP – HR. Karena HR lebih kecil daripada HP. Maka ∆H > 0Contoh dari reaksi endoterm adalah reaksi mencairnya es dalam suatu wadah.Contoh Reaksi kimia dari peristiwa es mencair adalah :

Tanda (+) pada 6,02 kJ disebelah kiri panah menunjukkan bahwa kalor yang diserap sebesar 6,02 kJ.

REAKSI ES MENCAIRDengan demikian, reaksi tersebut juga dapat dituliskan sebagai berikut :Pada reaksi endoderm, kalor (q) diserap sehingga perubahan entalpinya positif (ΔH > 0). Reaksi tersebut dapat digambarkan pada grafik disamping.

CONTOH REAKSI ENDOTERMContoh lain dari reaksi endoterm dalam kehidupan sehari-hari antara lain :- Pelarutan gula. Jika gula dilarutkan, dapat dirasakan ada sedikit rasa dingin ketika gelas dipegang Tangan yang terasa dingin ketika bersentuhan dengan alkohol- Asimilasi - Fotosintesis- Membakar minyak tanah di kompor minyak - Nyala api unggun di saat kemping

Perbedaan antara reaksi Eksoterm dan EndotermA. Reaksi EksotermReaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga DH = ( – )

Contoh : C(s) + O2(g) → CO2(g) + 393.5 kJ ; DH = -393.5 kJB.Reaksi EndotermReaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endoterm harga DH = ( + )

Contoh : CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) – 178.5 kJ ; DH = +178.5 kJ

Pemahaman Sederhana tentang Reaksi Endoterm1. Reaksi yang memerlukan kalor2. Suhu sistem C A + B ---->C - 25 kjC diserap kalor 25 kj r = p - 25 kj r < h =" Hp">il ΔH = +

SKL No. 16. Menentukan Kalor Reaksi

Perubahan entalpi (∆H) suatu reaksi dapat ditentukan melalui berbagai cara yaitu melalui eksperimen, berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan (∆Hf

o), berdasarkan hukum Hess, dan berdasarkan energi ikatan.

1. Penentuan H Melalui Eksperimen

Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan suatu alat yang disebut kalorimeter (alat pengukur kalor). Dalam kalorimeter, zat yang akan direaksikan dimasukkan ke dalam tempat reaksi. Tempat ini dikelilingi oleh air yang telah diketahui massanya. Kalor reaksi yang dibebaskan terserap oleh air dan suhu air akan naik. Perubahan suhu air ini diukur dengan termometer. Kalorimeter ditempatkan dalam wadah terisolasi yang berisi air untuk menghindarkan terlepasnya kalor.

Gambar 3.4 Kalorimeter

Berdasarkan hasil penelitian, untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1oC diperlukan kalor sebesar 4,2 kJ atau 1 kkal.

Untuk 1 gram air diperlukan kalor sebesar 4,2 J atau 1 kal. Jumlah kalor ini disebut kalor jenis air dengan lambang c.

c = 4,2 J g-1 oC-1

Jumlah kalor yang terserap ke dalam air dihitung dengan mengalikan 3 faktor yaitu massa air dalam kalorimeter (gram), perubahan suhu air (oC), dan kalor jenis air. Rumusnya ditulis:

q = kalor yang dibebaskan atau diserap c = kapasitas kalor air (J)m = massa air (gram) ∆t = perubahan suhu (oC)

2. Penentuan ∆H Berdasarkan ∆Hfo

Berdasarkan perubahan entalpi pembentukan standar zat-zat yang ada dalam reaksi, perubahan entalpi reaksi dapat dihitung dengan rumus:

∆HRo = perubahan entalpi reaksi standar

3. Penentuan ∆H Berdasarkan Hukum Hess

Perubahan entalpi reaksi kadang-kadang tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi harus melalui tahap-tahap reaksi. Misalnya untuk menentukan perubahan entalpi pembentukan CO2 dapat dilakukan dengan berbagai cara.Cara 1 C(g) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -394 kJCara 2 C dengan O2 bereaksi dulu membentuk CO, tahap berikutnya CO bereaksi dengan O2

menghasilkan CO2.Perhatikan diagram berikut

Cara 3

Pada cara 1, reaksi berlangsung satu tahap, sedangkan cara 2 dan cara 3 berlangsung dua tahap. Ternyata dengan beberapa cara, perubahan entalpinya sama yaitu –394 kJ.

Seorang ilmuwan, German Hess, telah melakukan beberapa penelitian perubahan entalpi ini dan hasilnya adalah bahwa perubahan entalpi reaksi dari suatu reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, apakah reaksi tersebut berlangsung satu tahap atau beberapa tahap. Penemuan ini dikenal dengan Hukum Hess yang berbunyi:

Perubahan entalpi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhirreaksi.

Berdasarkan penelitian Hess ini, perubahan entalpi suatu reaksi yang tidak dapat ditentukan dengan kalorimeter dapat ditentukan dengan perhitungan.

SKL No. 17 Menentukan Laju Reaksi

Apa yang dimaksud dengan laju reaksi? Di dalam reaksi kimia pereaksi berubah menjadi hasil reaksi. Laju dari perubahan zat adalah ukuran jumlah perubahan zat yang terjadi tiap satuan waktu.

Bagaimana cara mengukur laju reaksi ini? Untuk mempelajarinya perhatikan ilustrasi berikut.

Gambar 4.1 Membandingkan laju reaksi air pada botol A dan B

Pada Gambar 4.1, air dialirkan dari botol besar ke gelas kimia. Lubang untuk aliran kedua botol tersebut berbeda. Pada botol yang mana laju aliran air yang lebih cepat? Dari percobaan ini, laju dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan mengukur volum air yang berkurang dari botol per satuan waktu dan volum air yang bertambah pada gelas kimia per satuan waktu.

Dari ilustrasi tersebut maka untuk mengukur laju reaksi dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan mengukur:1. jumlah pereaksi yang digunakan atau bereaksi per satuan waktu, dan2. jumlah hasil reaksi yang terbentuk per satuan waktu.

Misalnya pada saat mereaksikan logam magnesium dengan asam klorida dengan reaksi: Mg(s) + 2 HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)

Laju reaksi dapat dihitung dengan mengukur jumlah magnesium atau asam klorida yang digunakan dalam waktu tertentu atau jumlah magnesium klorida atau gas hidrogen yang terbentuk dalam waktu tertentu.

Bagaimana cara mengukur jumlah pereaksi atau hasil reaksi dalam suatu reaksi? Dalam beberapa reaksi, pereaksi dan hasil reaksi dalam keadaan bercampur dan dalam wujud yang sama. Untuk memisahkannya cukup sulit. Oleh karena itu, pengukuran laju reaksi akan lebih mudah pada reaksi yang wujud hasil reaksinya berbeda dengan pereaksi.

Pengukuran laju reaksi yang menghasilkan gas dapat dilakukan dengan mengukur volum gas yang terjadi dalam waktu yang ditentukan atau mengukur massa setelah beberapa waktu yang ditentukan.

1. Menghitung Laju Reaksi dengan Mengukur PerubahanVolum

Sebagai contoh pengukuran laju reaksi untuk reaksi logam dengan asam. Perhatikan Gambar 4.2.

Sumber: Lewis, Thinking Chemistry

Gambar 4.2 Mengukur laju reaksi dengan mengukur perubahan volum

Pada percobaan ini digunakan labu erlenmeyer berlengan. Pada saat logam dimasukkan ke dalam larutan asam, labu erlenmeyer segera di tutup. Asam dan logam akan bereaksi menghasilkan gas. Gas yang

terbentuk akan menekan air sehingga volum gas dapat diukur. Volum gas diukur tiap menit. Hasil percobaannya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran volum gas yang terbentuk dari reaksi asam dan logam

Dari data percobaan dapat dilihat reaksi mula-mula sangat cepat gas yang dihasilkan 12 mL dalam waktu 1 menit. Tetapi setelah 5 menit hanya 3 mL dan setelah 9 menit tidak ada lagi gas yang dihasilkan, artinya reaksi telah selesai.

Untuk menentukan laju reaksinya diambil dari kemiringan (gradien) kurva pada waktu-waktu tertentu dan menggambarkan tangens pada kurva. Langkah-langkahnya yaitu:a. Buat garis miring pada titik yang menunjukkan waktu 2 menit.b. Gambarkan tangens pada kurva.c. Ukur perubahan jarak vertikel dan perubahan jarak horisontal.

Hitung kemiringan (gradien) dengan rumus:

2. Menghitung Laju Reaksi melalui Perubahan MassaMetode ini cocok untuk reaksi yang menghasilkan gas dengan massa cukup tinggi seperti

CO2. Misalnya reaksi antara CaCO3 dengan HCl.Persamaan reaksi: CaCO3(s) + HCl(aq) CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)

Berikut ini adalah cara mengukur perubahan massa zat selama reaksi dan perhitungan laju reaksinya berdasarkan grafik perubahan massa zat selama reaksi.Perhatikan Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Mengukur laju reaksi melalui perubahan massa

Pada percobaan ini sistem yang terdiri dari zat yang direaksikan dan peralatan diletakkan pada timbangan digital. Kaca arloji penutup gelas kimia diganjal sehingga ada celah kecil agar gas dapat keluar. Akibat gas hasil reaksi keluar maka massa sistem setiap waktu akan berkurang. Hasil pengamatan pengukuran massa setiap menit dibuat grafik misalnya seperti Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Menentukan gradien Sumber: Lewis, Thinking Chemistry

Laju reaksi = 0,03 gram CO2 yang dihasilkan per menit.

Laju reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut.

• Untuk perubahan konsentrasi pereaksi:

Tanda negatif menunjukkan konsentrasi pereaksi berkurang selama bereaksi.• Untuk perubahan konsentrasi hasil reaksi :r = laju reaksi

∆C = perubahan konsentrasi∆t = perubahan waktu

Satuan untuk laju reaksi adalah mol liter–1 detik–1 atau M detik–1.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju ReaksiMengapa gula lebih mudah larut dalam air panas? Suhu merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kelarutan zat. Suhu juga merupakan faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Faktor lain yang mempengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan, konsentrasi, dan katalis.

Ada berbagai percobaan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Percobaan ini melibatkan berbagai variabel, seperti variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol.

Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada keadaan tertentu. Variabel manipulasi yaitu variabel yang sengaja diubah. Variabel respon yaitu variabel yang berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi. Variabel kontrol yaitu variabel yang sengaja dikontrol agar tidak mempengaruhi hasil eksperimen.

SKL No. 18 Mendeskripsikan factor-faktor yang dapat memengaruhi kinetika reaksi

1. Pengaruh KonsentrasiUntuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi lakukan kegiatan berikut

ini.

KEGIATAN 4.1 Eksperimen

Pada data percobaan terlihat

makin besar konsentrasi HCl laju reaksi makin cepat, maka dapat disimpulkan:Makin besar konsentrasi, laju reaksi makin cepat

Variabel-variabel pada percobaan tersebut adalah:Variabel manipulasi : KonsentrasiVariabel respon : WaktuVariabel kontrol : Massa logam seng, elastisitas, ukuran balon, volum HCl, cara

pengukuran, waktu, dan suhu.

2. Pengaruh Luas PermukaanPernahkah kamu membandingkan kelarutan gula yang bentuk kristalnya besar dan

kecil? Luas permukaan bidang sentuh antar pereaksi yang heterogen seperti padat dengan cair atau padat dengan gas mempengaruhi laju reaksi.

Untuk menyelidikinya dapat dilakukan percobaan reaksi antara batu pualamdengan larutan HCl berikut ini.Persamaan reaksi:CaCO3(s) + 2 HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)

Misalkan data hasil eksperimen adalah sebagai berikut.

Pada percobaan, pualam berbentuk butiran akan bereaksi lebih cepat dengan pualam bentuk kepingan.

Luas permukaan bidang sentuh pualam dalam bentuk butiran lebih besar daripada pualam bentuk kepingan dalam massa yang sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:Makin luas permukaan bidang sentuh, makin cepat laju reaksinya.

3. Pengaruh TemperaturUntuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap laju reaksi, perhatikan data reaksi

antara larutan Na2S2O3 dengan larutan HCl pada temperatur yang berbeda.Persamaan reaksi: Na2S2O3(aq) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2O(l) + S(s) + SO2(g).

Percobaan dapat dilakukan seperti Gambar 4.12.

Catat waktu mulai dari penambahan larutan HCl pada larutan Na2S2O3 sampai tanda silang tidak kelihatan.

Berdasarkan percobaan ternyata HCl dengan temperatur yang paling tinggibereaksi paling

cepat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:Makin tinggi temperatur pereaksi, makin cepat laju reaksinya.

Untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 10OC, laju reaksi menjadi dua sampai tiga kali lebih cepat dari semula.

Secara umum, rumus untuk menghitung laju reaksi pada suhu tertentu adalahsebagai berikut.

dengan: r2 = laju reaksi pada suhu tertentur1 = laju reaksi awal

T1 = suhu awalT2 = suhu pada v2

A = kelipatan laju reaksi

Untuk menghitung lamanya waktu reaksi dapat digunakan rumus sebagai berikut.

dengan: T1 = suhu awalT2 = suhu setelah dinaikkanA = kelipatan laju reaksit = rata-rata kenaikan suhu

4. Pengaruh KatalisReaksi-reaksi kimia di dalam proses pembuatan suatu produk misalnya gas amonia

harus dilakukan dengan laju reaksi yang tinggi untuk mendapatkan produk yang banyak dalam waktu singkat. Dengan cara meningkatkan suhu ternyata memerlukan biaya tinggi dan kadang-kadang produk tidak tahan suhu tinggi. Alternatif lain yaitu dengan memberikan katalis. Apa yang dimaksud dengan katalis?

Di laboratorium pengaruh katalis terhadap laju reaksi dapat dibuktikan denganpercobaan, misalnya penguraian H2O2 oleh kalium natrium tartrat, dengankatalis larutan CoCl2.

Pada reaksi H2O2 dengan kalium natrium tartrat, mula-mula gelembung gas O2 tidak kelihatan, tetapi setelah ditetesi larutan kobalt(II) klorida yang berwarna merah muda, gelembung gas O2 timbul dengan jumlah yang banyak.

Pada reaksi tersebut, larutan kobalt(II) klorida bertindak sebagai katalis. Kobalt(II) klorida turut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi zat itu terbentuk kembali. Hal ini dapat terlihat pada perubahan warna larutan kobalt(II) klorida dari merah muda menjadi kuning, kemudian hijau, dan akhirnya kembali merah muda. Berdasarkan percobaan ini maka dapat disimpulkan katalis adalah zat yang dapat mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi.

SKL No. 19 Menentukan Kc/Kp

Konstanta kesetimbangan berdasarkan konsentrasi dinyatakan dengan notasi Kc, yaitu hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi hasil kali zat-zat pereaksi, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan koefisiennya pada reaksi tersebut.Jadi, pada kesetimbangan m A(g) + n B(g) p C(g) + q D(g), harga KC adalah:

Untuk menentukan Kc konsentrasi zat dinyatakan dalam mol.L–1.Contoh penulisan rumus kesetimbangan dapat dilihat berikut ini.

Konstanta Kesetimbangan Berdasarkan TekananKonstanta kesetimbangan berdasarkan tekanan dinyatakan dengan simbol Kp, yaitu

hasil kali tekanan parsial gas-gas hasil reaksi dibagi dengan hasil kali tekanan parsial gas-gas pereaksi, setelah masing-masing gas dipangkatkan dengan koefisiennya menurut persamaan reaksi. Jadi, konstanta kesetimbangan pada reaksi: m A(g) + n B(g) p C(g) + q D(g) yaitu:

PA = tekanan parsial APB = tekanan parsial BPC = tekanan parsial CPD = tekanan parsial D

Tekanan parsial diberi lambang P dan ditentukan dengan rumus:

Untuk menentukan Kp tekanan gas dapat dinyatakan dengan cm Hg atau atmosfer (atm).

SKL No. 20Penyetaraan Reaksi Redoks

Masih ingatkah Anda bagaimana cara menyetarakan reaksi? Pada dasarnya menyetarakan reaksi adalah menyetimbangkan atau menyamakan jumlah atom dan muatannya. Untuk reaksi redoks yang sederhana, dapat menebak koefisien masing-masing secara langsung, sedangkan reaksi redoks yang rumit dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi danmetode bilangan oksidasi.

1. Metode Setengah ReaksiUntuk menyetarakan reaksi redoks dengan metode setengah reaksi, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.a. Tulislah setengah reaksi oksidasi dan reduksi.b. Setarakan jumlah atom yang mengalami oksidasi dan reduksi.c. Setarakan jumlah atom O dengan memperhitungkan lingkungannya.

- Lingkungan asam : kurang O ditambah H2O, kurang H ditambah H+ .- Lingkungan basa : kurang dari O ditambah OH-, kurang ditambah H2O.

d. Setarakan muatannya dengan menambahkan elektron pada ruas yang kelebihan muatan positif.

e. Samakan jumlah elektron yang dilepas dan diterima dengan mengalikan.f. Jumlahkan kedua reaksi tersebut.

2. Metode

Perubahan Bilangan OksidasiUntuk menyetarakan rekasi redoks dengan metode perubahan bilangan oksidasi, perlu

ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.a. Tentukan bilangan oksidasi atom-atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi dan tuliskan perubahannya.b. Samakan jumlah elektron yang dilepas dan yang diterima dengan mengisikan koefisien.c. Samakan jumlah muatan.- Bila muatan ruas kiri lebih kecil, tambahkan H+ .- Bila muatan ruas kiri lebih besar, tambahkan OH-.d. Samakan jumlah atom H, dengan menambahkan H2O di ruas kanan

SKL No. 21 Mendeskripsikan Diagram sel

Untuk menggambarkan sel galvanik secara lengkap maka perlu diketahui: (a) sifat elektroda, (b) sifat larutan tempat elektroda, termasuk konsentrasi ion dalam larutan, (c) mengetahui ½-sel yang menjadi anoda dan katoda, dan (d) pereaksi dan hasil reaksi setiap ½-sel.

Ahli elektrokimia atau Elektrochemist telah mengembangkan notasi standar untuk memberi informasi tentang ke empat hal diatas yang disebut diagram sel. Pada diagram sel, urutan susunannya adalah sebagai berikut:1. Sebelah kiri: ½-sel menyatakan anoda.2. Sebelah kanan: ½-sel menyatakan katoda.

Kedua ½-sel ini dibatasi oleh pasangan garis vertikal sejajar yang menyatakan jembatan garam diantara kedua hasil reaksi. Garis vertikal tunggal menyatakan batas fasa antara larutan dan e1ektroda. Untuk larutan maka konsentrasinya ditempatkan dalam tanda kurung. Contoh susunan diagram sel untuk sel Zn-Cu adalah,Zn(s)│Zn2+ (1,00 M)║Cu2+(1,00 M)│Cu(s)Anoda Katoda(oksidasi) (reduksi)

SKL No. 22 Potensial Elektroda dan Hukum FaradayKata Kunci: elektroda hidrogen, elektroda logam, hukum Faraday, mol elektron, potensial elektroda

Potensial Elektroda

Pengertian

Merupakan ukuran terhadap besarnya kecenderungan suatu unsur untuk melepaskan atau mempertahankan elektron

Elektroda Hidrogen

- E° H2 diukur pada 25° C, 1 atm dan {H+} = 1 molar

- E° H2 = 0.00 volt

Elektroda Logam

- E° logam diukur terhadap E° H2

- Logam sebelah kiri H : E° elektroda < 0

Cara Menghitung Potensial Elektroda Sel

1.  E° sel = E° red – E° oks

2.  E sel = E°sel – RT/nF lnC

Pada 25° C :

E sel = E°sel – 0.059/n log C

Elektroda tergantung pada :

•  Jenis Elektroda

•  Suhu

•  Konsentrasi ionnya

Catatan :

E° = potensial reduksi standar (volt)

R  = tetapan gas- volt.coulomb/mol.°K] = 8.314

T  = suhu mutlak (°K)

n  = jumlah elektron

F  = 96.500 coulomb

C  = [bentuk oksidasi]/[bentuk reduksi]

Hukum Faraday

Banyaknya zat yang dihasilkan dari reaksi elektrolisis sebanding dengan banyaknya arus listrik yang dialirkan kedalam larutan. Hal ini dapat digambarkan dengan hukum faraday 1

W = massa zat yang dihasilkan

i = arus dalam ampere

t = waktu dalam satuan detik

F = tetapan Farady,

1 F = 96500 C

i.t = Q = arus dalam satuan C

Mol elektron dari suatu reaksi sama dengan perubahan biloks 1 mol zat. Dari rumusan diatas diperoleh :

Jumlah Faraday = mol elektron

= perubahan bil.oksidasi 1 mol zat

Dalam penentuan massa zat yang dihasilkan dalam reaksi elektrolisis, biasanya data yang diketahui adalah Ar bukan e, sedangkan

sehingga rumusan Hukum Faraday 1 menjadi :

n = valensi atau banyaknya mol elektron untuk setiap mol zat.

PRINSIP PERHITUNGAN ELEKTROLISIS

1. Hukum Faraday I

"Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut".

Rumus:

m = e . i . t / 96.500

q = i . t

m = massa zat yang dihasilkan (gram)e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensii = kuat arus listrik (amper)t = waktu (detik)q = muatan listrik (coulomb)

 2. Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."

Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2

m = massa zat (garam)e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Contoh:

Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda inert, dialirkan listrik 10 amper selama 965 detik.

Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume gas oksigen yang terbentuk di anoda pada (O°C, 1 atm), (Ar: Cu = 63.5 ; O = 16).

Jawab:

CuSO4 (aq) ® Cu2+(aq) + SO42-(aq)

Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu2+(aq) + 2e- ® Cu(s)

Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H2O(l) ® O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-

a. massa tembaga:

m = e . i . t/96.500 = (Ar/Valensi) x (10.965/96.500) = 63.5/2 x 9.650/96.500 = 31.25 x 0,1 = 3,125 gram

 b. m1 : m2 = e1 : e2

mCu : mO2 = eCu : eO2

3,125 : mO2 = 6.32/2 : 32/4

3,125 : mO2 = 31,25 : 8

mO2 = (3.125 x 8)/31.25 = 0.8 gram

mol O2 = 0.8/32 = 8/320 = 1/4 mol

volume O2 (0°C, 1 atm) = 1/40 x 22.4 = 0.56 liter

23. Mendeskripsikan Fenomena Korosi

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)

atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

24. Unsur kimia

Unsur kimia, atau hanya disebut unsur, adalah zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih kecil, atau tidak dapat diubah menjadi zat kimia lain dengan menggunakan metode kimia biasa.

Partikel terkecil dari unsur adalah atom. Sebuah atom terdiri atas inti atom (nukleus) dan dikelilingi oleh elektron. Inti atom terdiri atas sejumlah proton dan neutron. Hingga saat ini diketahui terdapat kurang lebih 117 unsur di dunia.

Gambaran umum

Hal yang membedakan unsur satu dengan lainnya adalah "jumlah proton" dan jumah elektron suatu unsur atau ikatan dalam inti atom tersebut. Misalnya, seluruh atom karbon memiliki proton sebanyak 6 buah, sedangkan atom oksigen memiliki proton sebanyak 8 buah. Jumlah proton pada sebuah atom dikenal dengan istilah nomor atom (dilambangkan dengan Z).

Namun demikian, atom-atom pada unsur yang sama tersebut dapat memiliki jumlah netron yang berbeda; hal ini dikenal dengan sebutan isotop. Massa atom sebuah unsur (dilambangkan dengan "A") adalah massa rata-rata atom suatu unsur pada alam. Karena massa elektron sangatlah kecil, dan massa neutron hampir sama dengan massa proton, maka massa atom biasanya dinyatakan dengan jumlah proton dan neutron pada inti atom, pada isotop yang memiliki kelimpahan terbanyak di alam. Ukuran massa atom adalah satuan massa atom (smu). Beberapa isotop bersifat radioaktif, dan mengalami penguraian (peluruhan) terhadap radiasi partikel alfa atau beta.

Unsur paling ringan adalah hidrogen dan helium. Hidrogen dipercaya sebagai unsur yang ada pertama kali di jagad raya setelah terjadinya Big Bang. Seluruh unsur-unsur berat secara alami terbentuk (baik secara alami ataupun buatan) melalui berbagai metode nukleosintesis. Hingga tahun 2005, dikenal 118 unsur yang diketahui, 93 unsur diantaranya terdapat di alam, dan 23 unsur merupakan unsur buatan. Unsur buatan pertama kali diduga adalah teknetium pada tahun 1937. Seluruh unsur buatan merupakan radioaktif dengan waktu paruh yang pendek, sehingga atom-atom tersebut yang terbentuk secara alami sepertinya telah terurai.

Daftar unsur dapat dinyatakan berdasarkan nama, simbol, atau nomor atom. Dalam tabel periodik, disajikan pula pengelompokan unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat kimia yang sama.

Tata nama

Penamaan unsur telah jauh sebelum adanya teori atom suatu zat, meski pada waktu itu belum diketahui mana yang merupakan unsur, dan mana yang merupakan senyawa. Ketika teori atom berkembang, nama-nama unsur yang telah digunakan pada masa lampau tetap dipakai. Misalnya, unsur "cuprum" dalam Bahasa Inggris dikenal dengan copper, dan dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah tembaga. Contoh lain, dalam Bahasa Jerman "Wasserstoff" berarti "hidrogen", dan "Sauerstoff" berarti "oksigen".

Nama resmi dari unsur kimia ditentukan oleh organisasi IUPAC. Menurut IUPAC, nama unsur tidak diawali dengan huruf kapital, kecuali berada di awal kalimat. Dalam paruh akhir abad ke-20, banyak laboratorium mampu menciptakan unsur baru yang memiliki tingkat peluruhan cukup tinggi untuk dijual atau disimpan. Nama-nama unsur baru ini ditetapkan pula oleh IUPAC, dan umumnya mengadopsi nama yang dipilih oleh penemu unsur tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kontroversi grup riset mana yang asli menemukan unsur tersebut, dan penundaan penamaan unsur dalam waktu yang lama (lihat kontroversi penamaan unsur).

Lambang kimia

Sebelum kimia menjadi bidang ilmu, ahli alkemi telah menentukan simbol-simbol baik untuk logam maupun senyawa umum lainnya. Mereka menggunakan singkatan dalam diagram atau prosedur; dan tanpa konsep mengenai suatu atom bergabung untuk membentuk molekul. Dengan perkembangan teori zat, John Dalton memperkenalkan simbol-simbol yang lebih sederhana, didasarkan oleh lingkaran, yang digunakan untuk menggambarkan molekul.

Sistem yang saat ini digunakan diperkenalkan oleh Berzelius. Dalam sistem tipografi tersebut, simbol kimia yang digunakan adalah singkatan dari nama Latin (karena waktu itu Bahasa Latin merupakan bahasa sains); misalnya Fe adalah simbol untuk unsur ferrum (besi), Cu adalah simbol untuk unsur Cuprum (tembaga), Hg adalah simbol untuk unsur hydrargyrum (air raksa), dan sebagainya.

Simbol kimia digunakan secara internasional, meski nama-nama unsur diterjemahkan antarbahasa. Huruf pertama simbol kimia ditulis dalam huruf kapital, sedangkan huruf selanjutnya (jika ada) ditulis dalam huruf kecil.

Simbol non-unsur

Non unsur, khususnya dalam kimia organik dan organometalik, seringkali menggunakan simbol yang terinspirasi oleh simbol-simbol unsur kimia. Berikut adalah contohnya:

Cy - sikloheksil; Ph - fenil; Bz - benzoil; Bn - benzil; Cp - Siklopentadiena; Pr - propil; Me - metil; Et - etil; Tf - triflat; Ts - tosil; Hb - hemoglobin.

Kelimpahan

Unsur Ppm (w/w)Hidrogen 739,000Helium 240,000Oksigen 10,400Karbon 4,600Neon 1,340Besi 1,090Nitrogen 960Silikon 650Magnesium 580Sulfur 440Kalium 210

Nikel 100

Logam alkali terdiri dr Litium (Li), Natrium (Na), & rubidium (Rb).

Logam Alkali, Unsur Gol. I A, mrupakan unsur logam alkali, kcuali unsur hidrogen yg mrupakan unsur non logam. Unsur-unsur logam alkali yg merupakan unsur yg elektropositif dibandingkan dgn unsur-unsur lain yg seperiode, artinya unsur-unsur logam alkali mudah melepaskan 1 elektron valensi utk mncapai konfigurasi elektron gas mulia yg lebih stabil & m’bentuk ion positif.

Ciri Logam Alkali

Unsur alkali merupakan logam lunak bewarna putih mengilap & mmpunyai titik leleh yg rendah. Unsur-unsur logam alkali merupakan unsur yg sangat reaktif & mudah breaksi dgn unsur-unsur lain. Selain itu, unsur-unsur logam alkali bersifat sebagai reduktor yg kuat & dlm satu golongan semakin ke bawah semakin kuat sifat reduktornya.

Kelimpahan logam alkali

Di alam, logam alkali t’dapat dlm keadaan sbg senyawa bilangan oksidasi +1, krn kereaktifannya. Selain di air laut sebagai NaCl & KCl, natrium & kalium t’dapat melimpah di Litosfer (2,6% dan 2,4%), terutama sebagai NaCl & karnalit. Logam Li, Rb, Cs terdapat dlm jumlah yg lebih sedikit sbg senyawa klorida & oksidasi dlm batuan lepidolite & pollucite.

Jenis senyawa logam alkali

1. Senyawaan BinerLogam-logam breaksi lgsg dgn sebagian unsur-unsur menghasilkan senyawaan biner atau aliasi. Sebagian besar diberikan utk unsur yg tepat. Yg paling penting adalah oksida, diperoleh dgn pembakaran. Mereka dgn mudah terhidrolisis oleh air :M2O + H2O 2M+ + 2OH-M2O2 + 2H2O 2M+ + 2OH- + H2O22MO2 + 2H2O O2 + 2M+ + 2OH- + H2O2

2. HidroksidaHidroksidanya putih, mrupakan padatan Kristal NaOH yg menyerap air (titik leleh 3180) & KOH (titik leleh 3600). Padatan & larutan akuanya menyerap CO2 dari atmosfir. Juga larutan secara bebas & eksotermis dlm air & dlm alkohol juga digunakan bilamana dibutuhkan basa alkali yg kuat.

3. Garam-garam ionikSifat-sifat sejumlah senyawaan litium b’beda dari senyawaan unsur-unsur golongan I lainnya, namun mirip dengan senyawaan Mg2+. Banyak sifat anomali timbul dari ukuran Li+ yg paling kecil & pengaruhnya dlm energi kisi. Sebagai tambahan bagi contoh yg telah diberikan, dicatat bahwa LiH stabil sampai kira-kira 9000 sedangkan NaH terdekomposisi pada 3500. Li3N stabil sedangkan Na3N tidak terdapat pada 250. Litium Hidroksida

terdekomposisi pada nyala merah menjadi Li2O, seangkan hidroksida lainnya MOH tersublimasi tanpa berubah; LiOH dpt dianggap kurang larut dibandingkan hidroksida lainnya. Karbonatnya, Li2CO3, secara termal kurang stabil relatif terhadap Li2O dan CO2 dari pada karbonat logam alkali yang lain. Kelarutan garam Li+ mirip dengan Mg2+. Jadi LiF cukup larut (0,27 g/100 g H2O pada 180) dan mengendap dlm laiutan NH4F dlm amonia; LiCl, LiBr, LiI dan khususnya LiClO4 larut dalam etanol, aseton, dan asetil asetat; LiCl larut dlm piridin.

SKL No. 25 Mendeskripsikan cara memperoleh unsure dan kegunaannya Unsur-unsur transisi adalah Terletak antara unsur golongan alkali tanah dan golongan

boron. Merupakan unsur logam Merupakan unsur-unsur blok d dalam sistem periodik Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi Mempunyai berbagai bilangan oksidasi

Kebanyakan senyawaannya bersifat paramagnetik Kebanyakan senyawaannya berwarna Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks

BEBERAPA SENYAWAAN YANG DAPAT DIBENTUK OLEH UNSUR TRANSISI Tingkat Oksidasi <2 - Dengan ligan Aseptor - Ligan-ligan Organik - Ligan Hidrogen Tingkat Oksidasi 2 - Biasanya bersifat ionik - Oksidanya (MO), bersifat basa - Memiliki struktur NaCl - Mampu membentuk kompleks Aquo, dengan jalan mereaksikan, logam, oksida, karbonat dalam larutan asam dan melalui reduksi katalitik.

Tingkat Oksidasi 3 - Beberapa senyawaan bersifat stabil terhadap air, kecuali kompleks dari logam Cu. - Flourida (MF 3 ) dan oksidanya (M 2 O 3 ) bersifat ionik. - Senyawaan klorida, bromida, iodida dan sulfida bersifat kovalen. - Unsur-unsur Ti – Co membentuk ion-ion oktahedral [M(H 2 O)] 3+ - Ion Co 3+ dan Mn 3+ mudah direduksi oleh air. - Ion Ti 3+ dan V 3+ teroksidasi oleh udara . 4. Tingkat Oksidasi 4 - Beberapa contoh senyawaannya antara lain : TiO2, TiCl4, VCl4, VO2+(Vanadil) dapat berperilaku seperti M2+. - Logam-logam dengan tingkat oksidasi 4 dapat membentuk senyawaan kompleks yang bersifat kation, netral dan anion tergantung ligannya. - Diluar unsur Ti dan V, umumnya dikenal sebagai komplek fluoro, dan anion okso. - Beberapa kompleks tetrahedral dapat dibentuk dengan ligan : OR, - NR2, - CR3, seperti : Cr(OCMe3)4 5. Tingkat Oksidasi 5 , dikenal untuk unsur-unsur V, Cr, Mn, dan Fe dalam kompleks flouro, amin okso, misal : CrF5, KmnO4, dan K2FeO4 dan s s emuanya merupakan zat pengoksidasi yang kuat.

UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE IV

Pengolahan dan Penggunaan Unsur Transisi Periode Keempat Pada umumnya unsur-unsur transisi periode keempat di alam terdapat dalam bentuk senyawa oksida dan sulfida. Hanya unsur-unsur tertentu yang dapat diperoleh dalam keadaan bebas dan dalam bentuk senyawa.

Beberapa sifat logam transisi

Skandium Limpahan skandium di kulit bumi sekitar 0,0025%. Secara ilmiah skandium terdapat sebagai mineral thortveitite (Sc 2 Si 2 O). Salah satu manfaatnya digunakan pada lampu intensitas tinggi.  

Titanium Kelimpahan titanium menempati urutan ke-9 terbanyak di kulit bumi, yaitu 0,6%. Titanium banyak digunakan di industri pesawat terbang dan industri kimia. Digunakan sebagai katalis pada industri plastik Titanium dioksida (TiO 2 ) bersifat inert, putih cerah, tidak tembus cahaya, dan tidak berbau (nontosik).

Ada dua bentuk allotropik dan lima isotop dari titanium. 45 Ti 8,0% (Titanium stabil dengan 24 neutron), 47 Ti 7,3% (Ti stabil dengan 25 neutron), 48 Ti 73,8% (Ti stabil 26 neutron), 49 Ti 5,5% (Ti 27 neutron), dan 50 Ti 5,4% (28 neutron). 2. Titanium paling BANYAK terdapat di alam

Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah biji rutil yang mengandung TiO 2 menjadi TiCl 4, Kemudian TiCl 4 direduksi dengan magnesium pada temperatur tinggi yang bebas oksigen. TiO 2 (s) + C (s) + 2 Cl 2 (g) -> TiCl 4 (g) + CO 2 (g) TiCl 4 (g) + 2 Mg (s) Ti (s) + 2 MgCl 2 (g) 2. Titanium 850° He

TITANIUM (Ti) KELIMPAHAN : 1. Ilmenite 2. Rutil BEBERAPA PROSES UNTUK M EMPEROLEH LOGAM TITANIUM : 1. Proses Kroll 2. Proses van Arkel de Boer BEBERAPA SIFAT DARI LOGAM TITANIUM : 1. Logamnya berstruktur heksagonal memiliki kemiripan sifat dengan logam besi dan nikel. 2. Keras, tahan panas (mp 1680 0 C, bp 3260 0 C) 3. Penghantar panas dan listrik yang baik 4. Tahan terhadap korosi, sehingga banyak digunakan untuk mesin turbin, industri kimia, pesawat terbang, dan peralatan laut. 5. Meskipun merupakan unsur yang tidak reaktip dapat bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti : hidrogen (H 2 ), Halogen, oksigen, nitrogen, karbon, boron, silikon dan sulfur pada temperatur tertentu.

SENYAWAAN TITANIUM (IV) a. Halida, - TiCl4 (larutan tidak berwarna) terhidrolisis oleh air (mp -230, bp 1360C) TiCl4 + H2O TiO2 + 4HC l - Ti Br4 tidak stabil - TiI4 berbentuk kristal pada temperatur kama r - T iF4 bubuk putih yang higroskopis b. Titanium oksida dan kompleks oksida - Titanium Oksida - Kompleks Titanium SENYAWAAN TITANIUM (III) Senyawa Biner Senyawa Halida Senyawa Kompleks

TiCl 4 Titanium tetraklorida merupakan senyawa titanium terpenting, karena merupakan bahan baku untuk membuat senyawa titanium lainnya, serta memegang peranan penting pada metalurgi titanium dan digunakan dalam pembuatan katalis. Pembuatan TiCl 4 umumnya berdasarkan reaksi antara rutil (TiO 2 ) dengan atom karbon (C) dan diklorin (Cl 2 ). TiO 2 (s) + 2 C (s) + 2 Cl 2 (g) -> TiCl 4 (g) + 2 CO (g) 2. Titanium

TiO 2 Senyawa titanium dioksida berwarna putih dan tidak larut dalam air, berindeks bias besar sehingga lebih cermelang dari intan, digunakan sebagai perhiasan karena lebih lunak dari intan. TiO 2 bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam kuat dan basa kuat), tidak beracun, dan tidak tembus cahaya. TiCl 4 (g) + O 2 (g) -> TiO 2 (s) + 2 Cl 2 (g) 2. Titanium

Dalam industri, digunakan sebagai pigmen pemutih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik. 2. Titanium

Vanadium Vanadium terdapat di alam sebagai vanadit 3Pb 3 (VO 4 ) 2. PbCl 2 sebagai vanadium (V 2 O 5 ). Vanadium dipakai sebagai logam campur, misalnya alisai besi vanadium (ferovanadium) yang keras, kuat, dan tahan karat. Baja vanadium antara lain digunakan untuk membuat per mobil. Vanadium pentoksida (V 2 O 5 ) digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat menurut proses kontak (lihat pembuatan belerang).

VANADIUM (V) KELIMPAHAN : 1. Patronite (kompleks sulfida) 2. Vanadinite 3. Carnotite 4. Bijih Uranium Beberapa sifat dari logam vanadium Keras, tahan terhadap korosi Pada keadaan massive tahan terhadap udara, air, basa, asam non oksidator. Larut dalam asam nitrat dan aquaregia. Pada kondisi temperatur terkontrol dapat bereaksi dengan oksigen (V2O5) dan nitrogen nitrida (VN)

SENYAWAAN VANADIUM Senyawa Biner Halida, halida dengan tingkat oksidasi +5 VF 5 (merupakan cairan tak berwarna (titik leleh 480C). VCl 4 diperoleh dengan mereaksikan logam vanadium dengan gas klor (Cl 2 ), pada kondisi penyimpanan dapat kehilangan Cl. VCl 4 (Merah) VCl 3 (ungu) VCl 2 (hijau pucat) Vanadium Oksida (V2O5) diperoleh melalui penambahan H2SO4 encer dalam larutan amonium vanadat. 2NH 4 VO 3 V 2 O 5 + 2 NH 3 + H 2 O Vanadat dibuat dengan melarutkan vanadium pentoksida pada larutan NaOH V 2 O 5 + NaOH VO 4 3- + Na + Vanadium oxo halida : Contoh : VOX 3 (X = F, Cl, Br), VO 2 F, VO 2 Cl, VOF 3 , dibuat dengan mereaksikan antara V2O5 dengan F2 pada temperatur tertentu. Ion dioksovanadium dan vanadium kompleks . Dibuat melalui pengasaman ion vanadat VO 4 3- + H + VO 2+ , (VO 2 (H 2 O) 4 ] +

Pembuatan vanadium sebagian besar digunakan untuk pembuatan baja. Dalam penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Ferovanadium mengandung 35% - 95% vanadium yang dihasilkan dengan mereduksi V 2 O 5 dengan pereduksi campuran silicon dan besi. Silikon dioksida (SiO 2 ) yang dihasilkan direaksikan dengan kalsium oksida (CaO) membentuk kerak CaSiO 3 (l) . Kemudian dipisahkan antara kerak dengan ferovanadium   2 V 2 O 5 (s) + 5 Si (s) -> {4 V (s) + Fe (s) } + 5 SiO 2 (s) Ferovanadium SiO 2 (s) + CaO (s) -> CaSiO 3 (l) 3. Vanadium

Kromium Walaupun kelimpahannya di kulit bumi hanya 0,0122%, namun kromium merupakan salah satu komponen paling penting dalam industri logam. Sumber kromium adalah tambang kromite [Fe(CrO 2 ) 2 ], yang dapat direduksi menghasilkan alloy Fe dan Cr yang disebut ferrokrom. Logam kromium sangat keras, memiliki warna cemerlang, dan tahan terhadap korosi. Oleh karena sifat-sifat ini, kromium banyak digunakan sebagai plating logam-logam lainnya.

KROMIUM (Cr) Kelimpahan unsur kromium didapat sebagai mineral Chromite (FeCr 2 O 4 ) Untuk memperoleh kromium murni dapat dilakukan dengan Mineral Kromite direaksikan dengan basa dan oksigen untuk mengubah Cr(III) menjadi Cr(VI) Reduksi Cr(VI) menjadi Cr(III) dengan karbon Reduksi Cr(III) menjadi Cr(0) dengan aluminium Beberapa sifat dari logam kromium : Logam berwarna putih, keras (mp 19030C). Tahan terhadap korosi (digunakan sebagai bahan pelapis melalui proses elektroplating). Larut dalam asam-asam mineral (HCl, H2SO4) Pada temperatur yang terkontrol kromium dapat bereaksi dengan unsur halogen, belerang, silikon, boron, nitrogen, karbon dan oksigen.

Senyawaan Kromium 1. Halida - Halida dari kromium (II) dapat dibuat dengan mereaksikan antara logam kromium dengan asam HF, HCl, HBr dan I2 pada temperatur 6000 – 7000C atau reduksi trihalida dengan H2 pada 500 – 6000C. - Halida dari Cr(III) dapat dibuat dengan melalui : a. Mereaksikan dengan SOCl2 pada hidrat klorida. b. Sublimasi dengan gas klor pada 6000C. 2. Oksida - Oksida terpenting dari krom : Cr2O3, CrO2 dan CrO3. - Cr2O3 dapat dibuat dengan membakar logam kromium dalam oksigen, dekomposisi termal dari Cr(IV) oksida. - CrO2 dibuat melalui reduksi hidrotermal dari CrO3. - CrO3 dibuat dengan jalan mereaksikan antara larutan asam dengan Na/K dikromat. 3. Senyawa biner dari krom yang lain Senyawaan sulfida Cr2S3.

Mangan Di alam mangan terdapat dalam bentuk senyawa, seperti batu kawi atau pirolusi (MnO 2 ), spat mangan (MnO 3 ), dan manganit (Mn 2 O 3 .H 2 O). Mangan ternyata banyak digunakan pada produksi baja dan umumnya sebagai alloy mangan-besi atau ferromanganese. Mangan meningkatkan kekerasan baja yang dihasilkan. Baja yang mengandung kadar mangan tinggi bersifat sangat keras, kuat serta tahan gesekan. Baja jenis ini digunakan pada kontruksi rel kereta api, bulldozers, dan alat pengeras jalan.

MANGAN (Mn) KELIMPAHAN, ISOLASI, DAN SIFAT-SIFAT UNSURNYA Mangan relatip melimpah dialamsekitar 0,085%. Diantara beberapa logam hanya besi yang kelimpahannya melebihi mangan terdapat dalam sejumlah deposit terutama dalam bentuk oksida, oksida hidrat, atau karbonat. Mangan juga terdapat dalam nodule pada dasar laut pasifik bersama-sama dengan Ni, Cu, dan Co. Logam Mn dapat diperoleh dari oksidanya dengan mereaksikan dengan menggunakan aluminium. Penggunaan yang luas dari Mn adalah dalam ferromangan untuk baja. Mangan memiliki kemiripan sifat kimia dan fisika dengan besi, dengan perbedaan utama dalam hal kekerasan dan lebih rapuh tetapi sedikit lebih tahan panas (mp 12470 C). Mangan lebih elektropositip dan lebih mudah larut dalam larutan encer asam non oksidasi.

SENYAWAAN MANGAN ( II) 1. SENYAWA BINER - Mangan(II) oksida merupakan bubuk berwarna hijau gelap yang dibuat dari pemanggangan senyawa karbonat dalam hidrogen atau nitrogen atau dapat juga dibuat dari pemanasan MnCl2 pada 600 0 C. - Mangan (II) sulfida senyawa berwarna merah muda kenuning-kuningan yang diperoleh melalui pengendapan dengan larutan sulfida basa 2. GARAM DARI MANGAN(II) , Garam mangan (II) dapat dibentuk dengan hampir semua anion. Garam mangan(II) larut dalam air, walaupun phospat dan karbonat hanya sedikit larut. Hampir semua garam kristal berbentuk hidrat. SIFAT KIMIA DARI MANGAN (III) SENYAWA BINER . Oksida merupakan senyawa terpenting, mangan (III)oksida merupakan hasil akhir dari oksidasi Mn atau MnO pada 470 – 6000C membentuk Mn2O3. Mangan(III) flourida dibuat dengan flourinasi dari MnCl2 atau senyawa lain dan membentuk padatan merah anggur yang secara sertamerta terhidrolisis oleh air. SIFAT KIMIA MANGAN (IV) SENYAWA BINER. Senyawa biner terpenting mangan dioksida yang merupakan padatan berwarna abu-abu sampai hitam yang dialam terdapat sebagai bijih pyrolusite TETRAFLOURIDA MnF4, didapat melalui interaksi langsung merupakan padatan biru yang tidak stabil secara lambat terdekomposisi menjadi MnF3 dan F2. SIFAT KIMIA MANGAN (VI-VII) Mangan (VI) yang dikenal sebagai ion manganat MnO42- yang berwarna hijau. Ion ini dibentuk pada oksidasi MnO2 dalam lelehan KOH dengan KNO3, udara atau zat pengoksidasi lain atau melalui penguapan KMnO4 dan larutan KOH

Besi Di alam besi terdapat dalam bentuk senyawa, antara lain sebagai hematit (Fe 2 O 3 ), magnetik (Fe 3 O 4 ), pirit (FeS 2 ), dan siderit (FeCO 3 ).Unsur ini merupakan bagian unsur keempat terbanyak dibumi.

BESI (Fe) KELIMPAHAN : Besi merupakan logam yang melimpah nomor dua (2) setelah logam aluminium dan merupakan unsur melimpah nomor 4 penyusun kulit bumi. Bahkan inti bumi diyakini mayoritas unsu r p enyusunnya adalah bes i dan nikel. Mineral sumber utama besi (Fe) : 1. Hematite 2. Magnetit (Fe 3 O 4 ) 3. Limonit (FeO(OH)) 4. Siderit (FeCO 3 ) Beberapa metode untuk memperoleh logam besi murni antara lain : 1. Reduksi besi oksida dengan hidrogen Didapat dari dekomposisi termal dari besi (II) oksalat, karbonat dan nitrat 2. Elektrodeposisi dari larutan garam besi 3. Dekomposisi termal dari besi karbonil BEBERAPA SIFAT DARI LOGAM BESI Merupakan logam berwarna putih mengkilap (mp 1528 0 C) Tidak terlalu keras dan agak reaktip, mudah teroksidasi Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti : halogen, sulfur, pospor, boron, karbon dan silikon. Kelarutan : larut dalam asam-asam mineral encer.

SENYAWAAN BESI Besi hidroksida dan Oksida 1. Besi hidroksida dibuat dengan menambahkan larutan hidroksida kedalam larutan besi (II). 2. Besi(II)oksida diperoleh melalui proses dekomposisi termal besi(II) oksalat pada kondisi vakum. 3. Besi (III) oksida [FeO(OH)] dapat dibuat dengan cara : - Hidrolisis larutan besi(III) klorida pada temperatur tertentu. - Oksidasi dari besi(II) hidroksida. 4. Fe 2 O 3 dibuat dengan memanaskan Besi (III) oksida pada temperatur 200 0 C. 5. Fe 3 O 4 dibuat dengan memanaskan Fe2O3 pada temperatur 1400 0 C Halida , umumnya hanya berasal dari besi(II) dan besi (III ) - Halida dari besi tiga dapat dibuat dengan mereaksikan antara unsur halogen dengan logam besi. - FeI dan FeBr dibuat dengan mereaksikan langsung antar unsur-unsurnya. - FeF2 dan FeCl2 direaksikan dengan HF dan HCl untuk memperoleh trihalida yang selanjutnya direduksi dengan hidrogen melalui proses pemanasan.

Kobalt Di alam, Kobalt terdapat dalam bentuk senyawa seperti kobalt glans (CoAsS), lemacitte (Co 2 S 4 ), dan smaltit (CoAs 2 ).Sepertu nikel, kobalt digunakan untuk membuat aliasi (paduan) logam. Besi yang dicampur dengan kobalt mempunyai sifat tahan karat.

KOBAL (Co) KELIMPAHAN : Unsur kobal dialam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan biasanya juga dengan arsenik. Mineral kobal terpenting antara lain Smaltite (CoAs2) dan kobaltite (CoAsS). Sumber utama kobal disebut “Speisses” yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb. SENYAWAAN KOBAL 1. OKSIDA. Kobal (II) oksida merupakan senyawa berwarna hijau dibuat melalui pemanasan logam, kobal karbonat, atau nitrat pada suhu 1100 0 C 2. HALIDA . Halida anhidrat CoX 2 dapat dibuat dengan dehidrasi dari hidrat halida dan untuk CoF 2 dibuat dengan mereaksikan antara HF dengan CoCl 2 3. SULFIDA . Dibentuk dari larutan Co 2+ yang direaksikan dengan H2S membentuk endapan CoS berwarna hitam. 4. GARAM. Bentuk garam kobal(II) yang paling sederhana dan merupakan garam hidrat. Semua garam hidrat kobal berwarna merah atau pink dari ion [Co(H2O)6]2+ yang merupakan ions terkoordinasi oktahedral. 5. KOMPLEKS-KOMPLEKS DARI KOBAL(II) , Ion akuo (Co(H 2 O) 6 ] merupakan kompleks kobal(II) paling sederhana.

Nikel Di alam nikel terdapat dalam bentuk senyawa, misalnya pentlandite (FeS.NiS). Deposit nikel banyak terdapat di Kanada. Nikel merupakan logam putih mengkilat seperti perak dan dapat dijadikan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.

NIKEL (Ni) KELIMPAHAN : 1. Smaltite [Fe,Co,Ni]As 2. Nikolit [NiAs] 3. Pentlandite [Ni,Co,Fe]S 4. Garnierite [Ni,Mg]SiO3xH 2 O SIFAT Ni : 1. logam putih mengkilap 2. pada t kamar tidak bereaksi dengan udara dan air 3. larut dalam HNO3 encer 4. mp 14500C , bp 28000C 5. bereaksi dengan H2S menghasilkan endapan hitam 6 . dalam larutan akuatik SENYAWAAN NIKEL (Ni) 1. Hidroksida [Ni(OH) 2 ] 2. Klorida [NiCl 2 ] 3. Sulfat [NiSO 4 .7H 2 O] 4. Senyawa Kompleks

Tembaga Tembaga merupakan penghantar panas dan listrik yang sangat baik. Oleh karena itu, tembaga banyak digunakan untuk alat-alat elektronik. Tembaga terdapat di alam dalam keadaan bebas dan juga dalam bentuk senyawa.

TEMBAGA (Cu) KELIMPAHAN : - Tembaga tersebar luas dialam sebagai logam, dalam bentuk sulfida, arsenida, klorida dan karbonat. - Mineral yang paling umum adalah Chalcopyrite (CuFeS2). - Tembaga dapat diisolasi dari mineralnya melalui pemanggangan dan peleburan oksidatip, pencucian dengan bantuan mikroba yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat. - Tembaga banyak digunakan dalam aliansi seperti kuningan dan bahan campuran emas. SENYAWAAN TEMBAGA (I) - SENYAWAAN BINER TEMBAGA (I). Oksida dan sulfida lebih stabil daripada senyawa Cu ( II ) pada temperatur tinggi - KOMPLEK TEMBAGA(I). Jenis kompleks tembaga(I) yang paling umum adalah kompleks yang dibentuk dari ligan halida atau amina dan mempunyai struktur tetrahedral. SENYAWAAN KIMIAWI TEMBAGA (II) SENYAWA BINER. Tembaga oksida CuO merupakan kristal hitam yang diperoleh melalui pirolisis dari garam nitrat atau garam-garam okso yang lain. CuO terdekomposisi pada suhu diatas 8000C menjadi Cu 2 O HALIDA . CuF 2 tidak berwarna dengan struktur rutil terdistorsi CuCl 2 berwarna kuning, dan CuBr 2 berwarna hitam KIMIAWI ION AKUO DAN LARUTAN AKUO . Pelarutan tembaga, hidroksida, karbonat, dan senyawa-senyawa Cu(II) dalam asam akan membentuk ion akuo yang berwarna hijau kebiruan [Cu(H 2 O) 6 ] 2+ .

Tembaga Seng adalah unsur kimiadengan lambang kimia Zn , nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksida +2. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah slaferit (seng sulfida).

Pada abad 12, di India diproduksi logam zink dengan membakar material organik dengan smithsonite (ZnCO 3 , zink karbonat). Zink telah digunakan sejak dahulu kala sebelum dikenal sebagai zink. 10. Zink Zink berwarna biru-abu-abu, unsur logam, dengan nomor atom 30. Pada suhu ruangan, berbentuk rapuh dan menjadi lunak pada suhu 100ºC. Maksud dari lunak, yakni dapat ditekuk atau dibentuk tanpa menghancurkannya. Zink termasuk konduktor, tahan korosi udara maupun air. Hal ini disebabkan zink di udara lembab membentuk zink karbonat basa, Zn 2 (OH) 2 CO 3 yang merupakan lapisan tipis di permukaan logam zink. Sehingga biasa digunakan sebagai pelindung produk dari bahan besi. 2 Zn (s) + CO 2 (g) + O 2 (g) + H 2 O (l) -> Zn 2 (OH) 2 CO 3 (s)

Berasal dari bahasa latin Argentum. Dalam tabel periodik, perak (Ag) terdapat dalam golongan 1B dan periode kelima. Memiliki nomor atom 47 dan masa atom relatif 108. Perak terdapat di mineral dan dalam bentuk bebas. Ditemukan bergabung dengan emas dalam bentuk aloi, yang dikenal dengan electrum. Perak yang membentuk aloi (paduan logam) dengan merkuri, disebut amalgam . Argentum juga termasuk logam mulia (logam tahan korosi) seperti emas dan platina. Memiliki sifat konduktivitas (daya hantar listrik) yang lebih baik dibanding logam lain, lunak, mengkilap, tidak aktif, tidak larut dalam asam encer dan alkali (kecuali dalam asam oksidator, H 2 SO 4 pekat), serta tidak bereaksi dengan oksigen dan udara pada temperatur biasa. Di alam, ditemukan dalam bijih serargirit (AgCl) dan argentite (Ag 2 S). Adanya sulfur dan sulfida dapat memudarkan perak karena terbentuknya AgS pada permukaan logam. 2 Ag (s) + H 2 S (g) -> Ag 2 S (s) + H 2 (g)