KGD JIWA

26
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT JIWA PSIK UNSRI 2010 Ns. Darsono, S.Kep

description

KGD JIWA

Transcript of KGD JIWA

Page 1: KGD  JIWA

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT JIWA

PSIK UNSRI 2010

Ns. Darsono, S.Kep

Page 2: KGD  JIWA

TUJUAN KHUSUS

1. Menjelaskan konsep gangguan jiwa

2. Melakukan pengkajian fisik dan mental

3. Melakukan pengkajian pasien dengan usaha bunuh diri

4. Melakukan tindakan keperawatan pasien dengan usaha bunuh diri

5. Melakukan pengkajian pasien dengan amuk

6. Melakukan tindakan keperawatan pasien dengan amuk

Page 3: KGD  JIWA

POKOK BAHASAN

A.Konsep gangguan jiwaB. Pengkajian C.Bunuh diriD.Amuk

Page 4: KGD  JIWA

PENDAHULUAN

• Kecendrungan insiden penyakit jiwa meningkat dari 1.6% (1997) menjadi 2.0% (2001), Depkes 2001.

• Jenis gangguan jiwa yang dapat mengancam jiwa (gawat darurat) dan diperlukan perawatan terutama adalah amuk 90% dan bunuh diri 40 - 50% sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam penatalaksanaan gangguan jiwa.

Page 5: KGD  JIWA

Gangguan Jiwa

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa:

1. Faktor antropologi,

2. Faktor sosiologi,

3. Faktor psikologi

4. Faktor biologi.

Page 6: KGD  JIWA

Etiologi Gangguan JiwaAntropologi budaya suatu bangsa dapat mempengaruhi kejiwaan individu antara lain: cara berespon terhadap penyakit, berespon terhadap nyeri, kebutuhan ritual, penerimaan perubahan makanan, kebutuhan dukungan keluarga, kemampuan berkomunikasi, respon kehilangan kemandirian, perasaan kehilangan privasi, dan kebutuhan ritual yang berhubungan dengan sakaratul maut.

Sosiologi Keluarga

merupakan kelompok utama guna membantu sosialisasi untuk menentukan dan mempertahankan bentuk perilaku. Keluarga yang tidak baik maka akan mempengaruhi anggota keluarga, salah satunya gangguan jiwa.

Biologi Gangguan mental dapat disebabkan oleh adanya kelainan struktur anatomi otak, fisiologi otak, biokimia darah (endokrin dan obat).

Psikologi Pengalaman psikologi yang baik memberikan kekuatan untuk transformasi perilaku yang baik. Apabila individu secara terus menerus mendapat tekanan psikologi maka akan terjadi gangguan jiwa.

Page 7: KGD  JIWA

Pengkajian UmumDi ruang gawat darurat umum pengkajian primer dan sekunder tetap dilakukan pada pasien dengan gangguan kesehatan mental (jiwa).

1. Pengkajian Primer : - A : airway buka jalan nafas apakah adekuat atau mengalami

obtruksi.- B : breathing periksa pola nafas apakah nafasnya ada atau

tidak ada.- C : circulation periksa nadi carotis apakah ada denyutan

nadinya atau tidak ada.- D : disability periksa tingkat kesadaran dan pupil- E : expose periksa area badan dan anggota gerak apakah

ada luka atau fraktur.

Page 8: KGD  JIWA

Pengkajian umum

2. Pengkajian sekunder• Riwayat penyakit sekarang : keluhan utama

dan perjalanan penyakit + keluhan tambahan.• Riwayat penyakit masa lalu• Tanda-tanda vital• Pemeriksaan status mental• Pemeriksan fisik umum• Pemeriksaan penunjang

Page 9: KGD  JIWA

ad. Riwayat penyakit sekaranga. Keluhan utama : apa yang dirasakan pasien saat ini sehingga

minta pertolongan rumah sakit.b. Perjalanan penyakit : intrograsi keluhan utama dengan PQRST +

keluhan tambahan serta :Gejala yang berhubungan – kehilangan berat badan saat ini, gangguan tidur, perubahan kebiasaan makan, perubahan hubungan antar keluarga saat ini dan perubahan personal higiene pada saat iniObat-obat saat ini – termasuk obat-obat penyakit dalam/bedah atau psikiatri.Adanya gangguan pendengaran dan penglihatan – halusinasi dapat disebabkan oleh penyakit gangguan jiwa atau mengkonsumsi obat-obat halusinogen.Pikiran ingin bunuh diri – jika pasien tidak realistik adanya rencana bunuh diri

Page 10: KGD  JIWA

ad. Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat psikiatrik dan pengobatan – penyebab organik gejala psikiatri termasuk intoksikasi alkohol, keracunan obat, kelainan endokrin, head injuri, gagal liver, infeksi neurologi, hipoxia cerebral, defisiensi nutrisi, gagal ginjal, dan epilepsi. Informasi masa lalu pernah mengalami kelainan jiwa ini adalah sangat penting

Page 11: KGD  JIWA

ad. Status mental1. Perilaku dan keadaan umum – tentukan dengan melihat cara

berpakaian, higiene, posture, cara berjalan, aktivitas motorik2. Bicara – dengarkan volume, rate, kejelasan, dan kualitas

pembicaraan dan pola bicara3. Mood dan affek – tanyakan kepada pasien untuk dapat

menggambarkan merasaannya dan keadaan affeknya. Afek yang labil atau meningkat dapat terjadi dengan kondisi agitasi

4. Proses pikir – tentukan jika pasien mengalami halusinasi dengan menanyakan kekuatan atau ketidakbiasaan yang dialami pasien.

5. Dengarkan rasional dan oraginasi pola berfikirnya Pengambilan keputusan – tanyakan pada pasien jika mereka mengerti mengapa masuk ke bagian emergenci dan apakah mereka yakin dan menolongnya

6. Kemampuan kogknitif – tentukan dengan mengevaluasi attensi pasien dan konsentrasinya, pengetahuan dasar, keadaan yang abtraks, orientasi dan kemampuan memori

Page 12: KGD  JIWA

ad. Pemeriksaan fisik1. Tingkat kesadaran – keracunan obat atau komsumsi obat dapat

menyebabkan agitasi atau rekasi letahargi. Hipoxia serebral menyebabkan penurunan tingkat kesadaran

2. Aktivitas psikomotor – penggunaan obat psikotropik dan fenothiazine dapat mengalami efek terhadap extrapiramidal seperti ”tics”, tremor, perubahan gaya berjalan dan pergerakan lambat

3. Injuri fisik – injuri neurologi dapat dimanifestasikan dengan kelainan perilaku

4. Respirasi – kecemasan dapat menimbulkan hiperventilasi5. Tekanan darah – pasien yang minum antidepresan monoamine

oxidase (MAO) inhibitor seperti fenerzine akan mengalami hipertensi krisis

Page 13: KGD  JIWA

ad. Pemeriksaan penunjang

1. EKG – EKG dapat membantu menentukan adanya disritmia jantung dan kelainan konduksi yang disebabkan oleh keracunan obat atau minum obat

2. Pemeriksaan darah – termasuk darah lengkap, elektrolit, gula darah, screenning toxic urin, fungsi liver

Page 14: KGD  JIWA

Bunuh diri

Tindakan merusak diri sehingga mengakibatkan terjadinya kematian.

Page 15: KGD  JIWA

BUNUH DIRI

Tindakan merusak diri sehingga mengakibatkan terjadinya kematian.

KLIK DUA KALI

Page 16: KGD  JIWA

Etiologi Bunuh diri

• FAKTOR BIOLOGIS– NEUROTRANSMITER : SEROTONIN, DOPAMIN,

NOREPINEPRIN, ASAM AMINO BUTIRIK.– PENGARUH GENETIC : GEN YANG CENDERUNG BUNUH

DIRI.– GANGGUAN STRUKTUR OTAK.

• FAKTOR PSIKOLOGIS– AGRESIF MERUSAK DIRI– TIDAK TERPECAHKAN KONFLIK PERSONAL– POLA FIKIR NEGATIF– MENURUNNYA REINFORCEMEN POSITIF.

• FAKTOR SOSIOLOGI– ISOLASI SOSIAL– PENGARUH BIOPSIKOSOSIAL.

Page 17: KGD  JIWA

Faktor resiko bunuh diri

• Individu berusia lebih dari 40 tahun, single, janda/duda, pisah ranjang, alkoholik, depresi.

• Merencanakan tindakan bunuh diri melalui ucapan.• Ada riwayat mencoba bunuh diri• Umumnya ada usaha merusak diri dengan cara

minum obat yang melebihi dosis.• Ada riwayat perilaku merusak diri.• Terdiagnosa saat ini menderita penyakit serius.• Kehilangan salah satu yang dicintai saat ini.• Kehilangan pekerjaan dan hukuman penjara.

Page 18: KGD  JIWA

Tanda dan gejala bunuh diri

• Perilaku pasien : impulsif, reslessness, agitasi, apatis, mudah marah, immobilitas.

• Informasi dari teman dekat atau keluarga ada : suka marah-marah dan frustasi.

• Riwayat mencoba bunuh diri • Status mental : gangguan konsentrasi,

orientasi, dan gangguan memory.• Secara fisik dapat dihubungkan dengan tanda

dan gejala drug abuse.

Page 19: KGD  JIWA

Masalah Keperawatan

Resiko bunuh diri/mencederai diri sendiri berhubungan dengan : tidak efektifnya koping, ketidakberdayaan, harga diri rendah yang kronik, isolasi social dan terganggunya proses fakir.

Page 20: KGD  JIWA

PENATALAKSANAAN

– Mengamankan lingkungan, waspada terhadap perilaku setiap saat.

– Awasi secara ketat.– Berikan suport verbal– Lakukan pengikatan (restrain) jika

diperlukan– Berikan obat psikotik (Haldol 2-5 mg IM,

atau sesuai program pengobatan)

Page 21: KGD  JIWA

AMUK

• suatu perasaan/emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman serta cenderung untuk melukai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

• sebagai ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan seperti kecewa, tidak puas, tidak tercapai keinginan.

Page 22: KGD  JIWA

Penyebab Amuk

1. Kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, cepat tersinggung dan lekas marah.

2. Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat sehingga individu merasa cemas dan terancam. Individu akan berusaha mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.

3. Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung.

Page 23: KGD  JIWA

Tanda dan gejala amuk • Fisiologi

Tekanan darah meningkat, RR meningkat, napas dangkal, tonus otot meningkat, muka merah, peningkatan saliva, mual, peningkatan frekuensi berkemih dan dilatasi pupil.

• EmosiJengkel, labil, tidak sabar, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam, merasa tidak aman, bermusuhan, marah, bersih keras, dendam, menyerang, takut, cemas, merusak benda.

• IntelektualBicara mendominasi, kasar, mengancam, berdebat, meremehkan.

• SosialMenarik diri, agresif, menolak.

• SpiritualRagu-ragu, menyalahkan tuhan, maha kuasa.

Page 24: KGD  JIWA

Masalah Keperawatan

• Perilaku kekerasan : merusak diri dan lingkungan

• Perubahan persepsi sensorik.

• Tidak efektifnya koping

Page 25: KGD  JIWA

PENATALAKSANAAN

• Monitoring perkembangan tanda-tanda vital.

• Menenangkan emosi : sikap yang empati

• Isolasi

• Tindakan fiksasi.

• Pemberian obat penenang (sesuai dengan program)

• Rujuk bila diperlukan.

Page 26: KGD  JIWA

FILM PASIEN MARAH

Klik dua kali