Kgd Fraktur Sinistra

35
KGD FRAKTUR SINISTRA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN. Y DENGAN OPEN FRAKTUR FEMUR SINISTRA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO Disusun Oleh: Nilasari Sidik 11048 AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

description

maronk

Transcript of Kgd Fraktur Sinistra

KGD FRAKTUR SINISTRA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN. Y

 DENGAN OPEN FRAKTUR FEMUR SINISTRA

DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT

ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO

Disusun Oleh:

Nilasari Sidik

11048

AKADEMI  KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan

Gawat Darurat pada Tn. Y dengan Open Fraktur Femur Sinistra di Unit Gawat Darurat Rumah

Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo” selesai tepat pada waktunya.

Dalam penulis makalah ini penulis banyak menemukan hambatan namun berkat adanya

bimbingan dan arahan akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.        Direktur Akademi Keperawatan Hang Tuah Jakarta, Kolonel Laut (K/W) Rita Wismajuwani,

SKM, MAP

2.        Pudir III Akademi Keperawatan Hang Tuah Jakarta, Ns. Sugeng Haryono, S.Kep. selaku

pembimbing dan penguji.

3.        Dosen beserta staf Akademi Keperawatan Hang Tuah Jakarta yang telah memberikan

bimbingannya.

4.        Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan material maupun

spiritual.

5.        Seluruh Mahasiswa/I Angkatan XVI dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan

makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, oleh karena itu

penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi penulis dan pembaca pada

umumnya serta dapat menjadi bahan acuan yang bermanfaat di kemudian hari.

Jakarta,     Juni 2014

                                                                                                     Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I   PENDAHULUAN............................................................................................... 1

A.     Latar Belakang........................................................................................................ 1

B.       Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2

C.       Metode Penulisan.................................................................................................... 3

D.     Ruang Lingkup........................................................................................................ 3

E.       Sistematika Penulisan.............................................................................................. 3

BAB II   TINJAUAN TEORI............................................................................................ 4

A.     Pengertian................................................................................................................ 4

B.       Etiologi.................................................................................................................... 4

C.       Patofisiologi............................................................................................................ 5

D.     Klasifikasi Fraktur................................................................................................... 6

E.       Gambaran Klinik..................................................................................................... 7

F.       Komplikasi.............................................................................................................. 8

G.     Penatalaksanaan Kedaruratan................................................................................. 8

H.     Pengkajian............................................................................................................. 10

I.         Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 11

J.         Rencana Keperawatan........................................................................................... 11

BAB III   TINJAUAN KASUS....................................................................................... 14

A.     Identitas Mahasiswa.............................................................................................. 14

B.       Identitas Pasien..................................................................................................... 14

C.       Patoflow Gadar..................................................................................................... 15

D.     Pengkajian............................................................................................................. 15

E.       Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 16

F.       Rencana KGD....................................................................................................... 16

G.     Tindakan KGD...................................................................................................... 17

H.     Evaluasi KGD....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 18

BAB ITINJAUAN TEORI

A.       Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer

dan Bare, 2002).

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan adanya kekerasan

yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung maupun trauma tidak

langsung. (Paula Krisanty, dkk.)

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma

langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh

laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,

mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 2005:543)

B.         Etiologi

1.      Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian

demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. 

2.      Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya

kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor

kekerasan.

3.      Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,

penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

4.      Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur

tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi

seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik

adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat

terjadi akibat keganasan.

C.       Patofisiologi

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan

terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal

tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini

menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periostinum dengan

jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan

nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan

tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini

menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan

peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan

gumpalan lemak tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang

lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,

kemudian menstimulasi histamine pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma

hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk

akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrome

compartement.

(Musliha, 2010)

D.       Klasifikasi Fraktur

Berikut terdapat beberapa klasifikasi fraktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli :

1.      Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :

a.       Fraktur komplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua

bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.

b.      Fraktur inkomplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang,

sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).

2.      Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar,

meliputi :

a.       Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol

melalui kulit.

b.      Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan

lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka terbagi menjadi 3

grade yaitu :

1)      Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot

2)      Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot

3)      Grade III : Luka sebesar 6 – 8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.

3.      Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu :

a.       Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang

lembek

b.      Transverse yaitu patah melintang

c.       Longitudinal yaitu patah memanjang

d.      Oblique yaitu garis patah miring

e.       Spiral yaitu patah melingkar

4.      Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen

yaitu :

a.       Tidak ada dislokasi

b.      Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi :

1)      Dislokasi at axim yaitu membentuk sudut

2)      Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh

3)      Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang

4)      Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek

(Musliha, 2010)

E.         Gambaran Klinik

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut :

1.      Nyeri

Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot,

tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.

2.      Bengkak /edema

Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan

extravasasi daerah di jaringan sekitarnya.

3.      Memar/ekimosis

Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasasi daerah di jaringan sekitarnya.

4.      Spasme otot

Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.

5.      Penurunan sensasi

Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.

6.      Gangguan fungsi

Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot. Paralysis dapat terjadi

karena kerusakan syaraf.

7.      Mobilitas abnormal

Adalah pergerakan yang terjdi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi

pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.

8.      Krepitasi

Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.

9.      Deformitas

Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot

yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan

bentuk normalnya.

10.  Shock hipovolemik

Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

11.  Gambaran X-ray menentukan fraktur

Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur.

F.         Komplikasi

Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:

1.      Shock

2.      Infeksi

3.      Nekrosis divaskuler

4.      Cedera vaskuler dan saraf

5.      Mal union

6.      Borok akibat tekanan

G.       Penatalaksanaan Kedaruratan

1.      Inspeksi bagian tubuh yang fraktur

a.       Inspeksi adanya laserasi, bengkak dan deformitas

b.      Observasi angulasi, pemendekan dan rotasi

c.       Palpasi nadi distal untuk fraktur dan pulsasi semua perifer

d.      Kaji suhu dingin, pemucatan, penurunan sensasi atau tidak adanya pulsasi; hal tersebut

menandakan cedera pada saraf atau suplai darah terganggu

e.       Tangani bagian tubuh dengan lembut dan sesedikit mungkin gerakan yang kemungkinan dapat

menyebabkan gerakan pada tulang yang fraktur

2.      Berikan bebat sebelum klien dipindahkan; bebat dapat mengurangi nyeri, memperbaiki sirkulasi,

mencegah cedera lebih lanjut, dan mencegah fraktur tertutup menjadi fraktur terbuka.

a.       Imobilisasi sendi diatas dan dibawah daerah fraktur. Tempatkan satu tangan distal terhadap

fraktur dan berikan satu penarikan ketika menempatkan tangan lain diatas fraktur untuk

menyokong.

b.      Pembebatan diberikan diberikan meluas sampai sendi dekat fraktur.

c.       Periksa status vaskuler ekstremitas setelah pembebatan; periksa warna, suhu, nadi dan

pemucatan kuku.

d.      Kaji untuk adanya deficit neurologi yang disebabkan oleh fraktur.

e.       Berikan balutan steril pada fraktur terbuka.

3.      Kaji adanya keluhan nyeri atau tekanan pada area yang mengalami  cedera.

4.      Pindahkan klien secara hati-hati dan lembut, untuk meminimalisasi gerakan yang dapat

menyebabkan gerakan pada patahan tulang.

5.      Lakukan penanganan pada trauma yang spesifik

Trauma Femur

Femur biasanya patah pada sepertiga tengah, walaupun pada orang tua selalu dipikirkan patah

pangkal tulang paha (collum femoris). Fraktur ini dapat menjadi fraktur terbuka dan kalau hal ini

terjadi harus ditangani sebagai fraktur terbuka. Banyak otot disekeliling femur dan perdarahan

massif dapat terjadi pada paha. Fraktur femur bilateral dapat menyebabkan kehilangan sampai

dari 50% volume sirkulasi darah.

(Paula Kristanty, 2009)

H.       Pengkajian

1.      Pengkajian primer

a.       Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek

batuk.

b.      Breathing

Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak

teratur, suara napas terdengar rochi/aspirasi.

c.       Circulation

TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardia, bunyi jantung

normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap

lanjut.

2.      Pengkajian sekunder

a.       Aktivitas/istirahat

1)      Kehilangan fungsi pad bagian yang terkena

2)      Keterbatasan mobilitas

b.      Sirkulasi

1)      Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)

2)      Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)

3)      Tachikardia

4)      Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera

5)      Capillary refill melambat

6)      Pucat pada bagian yang terkena

7)      Masa hematoma pada sisi cedera

c.       Neurosensori

1)      Kesemutan

2)      Deformitas, krepitasi, pemendekan

3)      Kelemahan

d.      Kenyamanan

1)      Nyeri tiba-tiba saat cedera

2)      Spasme/kram otot

e.       Keamanan

1)      Laserasi kulit

2)      Perdarahan

3)      Perubahan warna

4)      Pembengkakan lokal

(Musliha, 2010)

I.             Diagnosa Keperawatan 1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang

2.      Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan pada area fraktur

3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan nyeri

4.      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan

J.           Rencana Keperawatan

1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang

Tujuan : gangguan perfusi jaringan dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

a.       Meningkatkan perfusi jaringan

b.      Tingkat kesadaran composmentis

Intervensi :

a.       Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam

b.      Observasi dan periska bagian yang terlukan atau cedera

c.       Kaji kapilari refill tiap 2 jam

d.      Kaji adanya tanda-tanda gangguan perfusi jaringan; keringat dingin pada ekstremitas bawah,

kulit sianosis, baal

e.       Amati dan catat pulsasi pembuluh darah dan sensasi (NVD) sebelum dan sesudah manipulasi

dan pemasangan splinting.

f.       Luruskan persendian dengan hati-hati dan seluruh splint harus terpasang dengan baik.

2.      Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan pada area fraktur

Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

a.       Klien menyatakan nyeri berkurang

b.      Rampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat

c.       Tekanan darah normal

d.      Tidak ada peningkatan nadi

Intervensi :

a.       Kaji rasa nyeri pada area di sektiar fraktur

b.      Atur posisi klien sesuai kondisi, untuk fraktur ekstremitas bawah sebaiknya posisi kaki lebih

tinggi dari badan

c.       Ajarkan relaksasi untuk mengurangi nyeri

d.      Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam

e.       Berikan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri

3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan nyeri

Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

a.       Meningkatkan mobilitas pada tingakt paling tinggi yang mungkin

b.      Mempertahankan posisi fungsional

c.       Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit

d.      Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas

Intervensi :

a.       Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

b.      Tinggikan ekstremitas yang sakit

c.       Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit

d.      Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di atas dan di bawah fraktur ketika bergerak

e.       Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

f.       Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri

bantuan sesuai kebutuhan. Awasi tekanan darah, nadi dengan melakukan aktivitas

g.      Ubah posisi secara periodic

h.      Kolaborasi fisioterapi/okuasi terapi

4.      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan

Tujuan : kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan

Kriteria hasil :

a.       Penyembuhan luka sesuai waktu

b.      Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi :

a.       Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage

b.      Monitor suhu tubuh

c.       Lakukan perawatan kulit dengan sering pada patah tulang yang menonjol

d.      Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh

e.       Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan

f.       Massage kulit sekitar akhir gips dengan alkohol

g.      Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi

h.      Kolaborasi pemberian antibiotic

(Musliha, 2010 dan Paula Krisanty, 2009)

BAB IITINJAUAN KASUS

A.       Identitas Mahasiswa

Nama Mahasiswa  : Nilasari Sidik                        Tanggal Pengkajian : 05 April 2014

Tingkat                  : III

Triage                    : Gawat Darurat

B.         Identitas Pasien

Nama Pasien/Usia             : Tn Y/28 tahun

No Register                       : 098765

Tanggal Masuk                  : 05 April 2014

Nama Dokter                    : dr. E

Diagnosa Medis                : Open Fraktur Femur Sinistra

Data diambil dari              : Klien

Agama                               : Islam

Pendidikan                                    : SMA

Pekerjaan                           : Karyawan swasta

Pangkat/Golongan                        : Tidak ada                                   Nrp/Nip : tidak ada

Alamat                              : Gg. Saidin No. 83 Pamulang     No Tlp : 0856 9591 2029

Keluhan Masuk                 : Dengan open fraktur sinistra, terdapat pendarahan 300cc,

klien tampak nyeri kesakitan, klien tampak lemas

Kategori Triage                : Gawat Darurat

C.    Patoflow Gadar

(terlampir)

D.       Pengkajian

1.      Airway

Tidak terdapat sumbatan pada jalan napas

2.      Breathing

Inspeksi :

Frekuensi napas : 20x/menit, teratur, tidak terdapat batuk, nafas tidak sesak, tidak menggunakan

otot bantu pernapasan

Auskultasi :

Bunyi napas vesikuler, pola napas teratur

Perkusi :

Suara sonor

Palpasi :

Vocal Fremitus positif, tidak terdapat nyeri

3.      Circulation

Suhu 37,5ºC, Tekanan darah 100/70 mmHg, MAP 80, Nadi 100 x/menit, nadi kuat, turgor kulit

baik, mata cekung, tidak ada sianosis, capillary refill < 3 detik, ekstremitas dingin, tidak ada

mual muntah, terjadi perdarahan 300 cc melalui pembuluh darah arteri yang terdapat pada femur.

Masalah keperawatan yang timbul yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya

perdarahan, resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, nyeri berhubungan

dengan adanya fraktur.

Pemeriksaan penunjang

a.      Laboratorium

Darah rutin : Hb 14,6 g/dl, Eritrosit 4,7µL, Leukosit 11.000 g/dl

b.      Radiologi

Dilakukan pemeriksaan rontgen pada femur sinistra

4.      Disability

Pupil anisokor, reflek cahaya positif, keadaan umum klien sedang, GCS : M 6, V 5, E 4,

kekuatan otot menurun  

5.      Eksposure & Emosi

Tidak terdapat luka / jejas pada daerah klafikula keatas, dada, abdomen. Terdapat luka open

fraktur femur sinistra. Keadaan emosional klien gelisah.

6.      Folley Katter

Klien tidak terpasang Katter dan NGT

E.         Diagnosa Keperawatan

1.      Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan

2.      Kurang volume cairan berhubungan dengan adanya perdarahan

3.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya fraktur

4.      Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan adanya fraktur

F.         Rencana KGD

1.      Anjurkan klien tirah baring

2.      Observasi TTV

5    5    5   5 5    5    5    55    5    5   0 5    5    5    5 

3.      Klem arteri (menghentikan perdarahan)

4.      Lakukan perawatan luka dengan NaCl

5.      Pertahankan imobilisasi

6.      Pasang infus RL 1 : 3 cc atau loss

7.      Lakukan pembidaian

8.      Berikan antibiotik Ceftriaxone 1 x 1 gr melalui IV

9.      Berikan injeksi TT 1 cc melalui IM

10.  Berikan analgetik ketorolac 60 mg drip RL

11.  Lakukan pemeriksaan darah lengkap

12.  Lakukan pemeriksaan rontgen

13.  Konsul dokter ortopedik

G.       Tindakan KGD

1.      Menganjurkan klien tirah baring

2.      Melakukan klem pada pembuluh darah arteri di femur untuk menghentikan perdarahan

3.      Memasang infus RL loss

4.      Melakukan observasi TTV : TD 100/70 mmHg, N : 100 x/menit, S : 37,5ºC, RR 20 x.menit

5.      Membersihkan luka dengan NaCl dan prinsip steril (tidak dilakukan hecting)

6.      Melakukan pembidaian melewati dua sendi

7.      Menganjurkan klien pertahankan imobilisasi

8.      Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gram melalui IV

9.      Memberikan injeksi TT 1 cc melalui IM

10.  Memberikan obat ketorolac 60 mg drip

11.  Melakukan pemeriksaan darah lengkap

12.  Melakukan pemeriksaan rontgen

13.  Melaporkan keadaan klien pada dokter ortopedik

H.       Evaluasi KGD

S    : Klien mengatakan nyeri pada paha kirinya

Klien mengatakan skala nyeri 7

O   : Klien tampak lemas

Klien tampak pucat

Klien terpasang bidai

Klien terpasang infus RL + ketorolac

A   : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi

P    : Intervensi dilanjutkan

Going to Rujuk RS lain

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan yang dibuat pada BAB III berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus.

A.  Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. Y maka ditarik kesimpulan penyebabnya

karena klien mengalami kecelakaan kemudian datang ke UDG RSAL Dr. Mintohardjo dengan

keluhan terdapat pendarahan 300cc, klien tampak nyeri kesakitan, klien tampak lemas.

Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus ada 4 (empat) yaitu, Resiko tinggi syok hipovolemik

berhubungan dengan adanya perdarahan, Kurang volume cairan berhubungan dengan adanya

perdarahan, Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya fraktur, Gangguan

mobillitas fisik berhubungan dengan adanya fraktur.

Tahap perencanaan sesuai dengan rencana keperawatan gawat darurat, seperti primary survey,

airway, breathing, circulation, disability, exposure, folley catether, dan going to. Dan

didokumentasikan dalam pelaksanaan, perencanaan yang ada dilakukan semua sesuai dengan

rencana.

Tahap evaluasi, dari diagnosa keperawatan pada kasus ada 4 (empat), dimana keempatnya belum

teratasi yaitu Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan, Kurang

volume cairan berhubungan dengan adanya perdarahan, Gangguan rasa nyaman nyeri

berhubungan dengan adanya fraktur, Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan adanya

fraktur. Rencana tindak lanjut dilakukan di ruangan.

B.  Saran

Untuk Mahasiswa/ i

Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkam asuhan

keperawatan gawat darurat pada klien khususnya pada klien dengan Open Fraktur Femur

Sinistra.

DAFTAR PUSTAKA

Krisanty. Paula, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Paula Krisanty.

Jakarta: EGC

Lewis, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Musliha. 2009. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC

Suzanne, Smeltzer C dan Brenda G. Bare. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta:

EGC