SKENARIO 2 KGD

download SKENARIO 2 KGD

of 29

description

kuygytgf

Transcript of SKENARIO 2 KGD

  • BLOK KEGAWATDARURATAN LAPORAN PBL

    FAKULTAS KEDOKTERAN (6 DESEMBER 2014)

    UNIVERSITAS PATTIMURA

    LUKA BAKAR

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK 3

    Tutor:

    Dr. Sri Wahyuni Djoko

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PATTIMURA

    AMBON

    2014

  • NAMA KELOMPOK

    Ketua : Suman Jaro (2011-83-029)

    Sekretaris 1: Desya B. Silaya (2011-83-008)

    Sekretaris 2: Saribah Latupono (2011-83-04 )

    Anggota : Richel E. T. Pattikawa (2011-83-035)

  • SKENARIO 2

    Laki-laki 4 tahun masuk ke UGD RS dengan keluhan gelisah dan sesak napas. Menurut

    keluarga yang mengantar terjadi kebakaran di rumahnya dan OS terjebak di dalam kamarnya.

    Namun tidak diketahui berapa lama OS terjebak dalam kamar, dari hasil pemeriksaan didapatkan

    : anemi, suara napas stridor (+), produksi urine sedikit dan terdapat luka bakar disertai Bulla

    pada permukaan kepala, dada dan perut.

    STEP 1 ;

    MENEMUKAN KATA SUKAR DAN KATA KUNCI

    Kata Sukar :

    Stridor : merupakan suara napas yang kasar yang terdegar pada saat inspirasi yang

    disebabakan oleh obstruksi/ penyempitan jalan napas pada trakea, subglottis maupun

    orofaring.

    Kata Kunci :

    o Laki-laki 4 tahun masuk UGD dengan Gelisah dan sesak napas

    o Terjadi kebakaran dan Os terjebak dalam kamar

    o Tidak diketahui berapa lama Os terjebak di kamarnya.

    o Pemfis :

    Anemia

    Suara napas stridor (+)

    Produksi urine sedikit

    Luka bakar disertai bulla pada permukaan kepala, dada dan perut

  • STEP 2 :

    MENGIDENTIFIKASI MASALAH

    1. Apa yang menyebabkan produksi urin pasien sedikit ?

    2. Mengapa anak ini merasa sesak ?

    3. Jelaskan klasifikasi derajat luka bakar pada anak ?

    4. Bagaimana penanganan awal yang diberikan kepada anak pada kasus ini ?

    5. Apa makna pada pemfis yang didapatkan pasien mengalami anemia dan suara napasnya

    stridor?

    6. Bagaimana hubungan luka bakar dengan terjadinya bula bagaimana mekanismenya?

    7. Apa syok yang dialami pasien akibat luka bakar tersebut dan bagaimana

    penatalaksanaannya ?

    8. Bagaimana perkiraan luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar ?

    9. Apa prognosis dari kasus ini ?

    10. Apa saja obat yang dapat diberikan pada kasus luka bakar pada anak ? dan berapa lama

    terapi dapat diberikan ?

    11. Apakah ada hubungan sesak dengan trauma inhalasi (saluran pernapasan) ?

  • STEP 3

    BRAIN STORMING

    1. Urine sedikit : jumlah cairan yang terakumulasi pada daerah terbakar cairan menjadi

    sedikit karena banyak keluar melalui kulitlaju filtasi glomerulus menjadi berkurang

    produksi urine sedikit.

    2. Sesak napas :

    Kemungkinan anak ini menghirup gas CO yang sifatnya mengikat hemoglobin secara

    reversible, yang menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobn 230-270

    kali lebih kuat dari pada oksigen. CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan

    oksigen untuk jaringan menurun. CO mengikat myoglobin jantung lebih kuat daripada

    mengikat hemoglobin yang menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang

    menyebabkan hipoksia jaringan.

    o OS terlalu banyak menghirup gas CO2 dalam rumah pertukaran O2 dan CO2 dalam

    tubuh tidak seimbangsesak napas dan gelisah

    o Penumpukan CO2 di jaringan otak hiperkarbiakonsentrasi menurun/

    gelisahtidak adekuat asupanoksigen di dalam tubuh penumpukan semakin

    bertambah (CO2) alveoli menyempit/ kolapssesak napas

    3. Luka bakar derajat satu

    Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan epidermis.

    Tampak eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari. Pada proses

    penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan terkelupas dan terjadi

    regenerasi lapisan epitel yang sempurna dari epidermis yang utuh dibawahnya. Tidak

    terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dapat sembuh spontan

    selama 5-10 hari.

  • Luka bakar derajat dua

    Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa reaksi

    inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka bakar derajat dua ini ditandai dengan

    nyeri, bercak-bercak berwarna merah muda dan basah serta pembentukan blister atau

    lepuh.biasanya disebabkan oleh tersambar petir, tersiram air panas. Dalam waktu 3-4

    hari, permukaan luka bakar mengering sehingga terbentuklah krusta tipis berwarna

    kuning kecoklatan seperti kertas perkamen. Beberapa minggu kemudian, krusta itu akan

    mengelupas karena timbul regenerasi epitel yang baru tetapi lebih tipis dari organ epitel

    kulit yang tidak terbakar didalamnya. Oleh karena itu biasanya dapat terdapat

    penyembuhan spontan pada luka bakar superfisial atau partial thickness burn.

    Dibedakan menjadi 2 (dua):

    a. Derajat II dangkal (superfisial)

    Kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis

    Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea masih

    utuh

    Penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.

    b. Derajat II dalam (deep)

    Kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis

    Apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea sebagian

    utuh.

    Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya

    terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

    Luka bakar derajat tiga

    Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal

    kulit rusak, tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi

    untuk melakukan regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar itu juga

    termasuk derajat tiga. Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia. Mungkin akan

    tampak berwarna putih seperti mutiara dan biasnya tidak melepuh, tampak kering dan

    biasanya relatif anestetik. Dalam beberapa hari, luka bakar semacam itu akan

    membentuk eschar berwarna hitam, keras, tegang dan tebal.

  • Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk

    membedakan luka bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu

    ketiga pasca luka bakar di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka bakar

    derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa jaringan dibawahnya (biasanya lapisan

    subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa yang terdiri dari sel-sel

    fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh darah kapiler. Permukaan

    jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam

    waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.

    4. Airway and Breathing

    Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black

    sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada

    daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran

    napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap

    terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

    Circulation

    Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk

    perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila

    luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan

    merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik

    melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan

    mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar

    pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini

    terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam

    pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan

    mengganggu fungsi organ-organ tubuh.

    Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl

    0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan

    untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan

    formula dari Parkland : [3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA] + cairan rumatan

    (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama,

  • 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan

    formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama

    dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang

    diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.

    5. PemeriksaanFisis :

    a. Anemia : Akibat luka bakar dengan derajat cukup luasses-sel darah

    menjadi rusak anemia

    b. Stridor : Terjadi vasokontriksi jalan napasakibat epitel saluran napas

    yang rusak yang disebabkan oleh terhirupnya zat kimia pada saat

    anak tersebut terjebak di dalam kamarnya.

    6. Bulla merupakan Inflamasi pada daerah kulit akibat panas yang ditimbulkan oleh luka

    bakar. Berisi cairan jernih dengan diameter < 5 cm. Akibat pertama luka bakar adalah

    syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan

    permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi

    anemia. Meninggkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang

    mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan

    intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat

    penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula.

    7. Syok hipovolemik

    Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan

    resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang

    terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena

    keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,

    kebocoran kapiler.Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

    mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar

    adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada

    24 jam. Pemberian cairan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output

    urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.

  • 8. Luas luka bakar yang terjadi pada luka bakar adalah :

    9. Prognosis : Dubia

    o Lihat dari keadaan sekarang

    o Lihat dari cedera inhalasi yang dialami, keadaan luka bakar, luas, agen, riwayat

    penyakit dan trauma

    10. Bisa digunakan anti histamine untuk menghilangi rasa gatal dan ibuprofen untuk

    analgesiknya.

    STEP 4 :KLARIFIKASI BRAIN STORMING DAN

  • STEP 5 :

    PEMBUATAN MIND MAPPING

    Anak laki-laki umur 4 tahun di bawa ke

    Rumah Sakit

    Melakukan penangan awal di UGD :

    Primary survey

    Secondary survey

    Pemeriksaan didapatkan :

    anemi, suara napas stridor (+),

    produksi urine sedikit dan terdapat

    luka bakar disertai Bulla pada

    permukaan kepala, dada dan perut.

    Diketahui : telah terjadi

    kebakaran di rumahnya dan

    Os terjebak di dalam

    kamarnya.

    keluhan gelisah dan

    sesak napas

    Penatalaksanaan secara

    umum

    Prognosis

    patomekanisme

    Working diagnosis : Luka bakar derajat 3

    disertai trauma inhalasi

  • STEP 5 :LEARNING OBJECTIVE

    1. Menjelaskan anatomi dari kulit

    2. Menjelaskan patomekanisme timbul gejala dari kasus.

    3. Penjelasan derajat luka bakar pada anak dan pathogenesis dari luka bakar

    4. Penjelasan mengenai penanganan awal pada anak dengan kasus luka bakar

    5. Penjelasan mengenai penatalksanaan lebih lanjut dari kasus luka bakar

    STEP 6 :BELAJAR MANDIRI

    STEP 7 :HASIL

  • ANATOMI KULIT

    Pendahuluan

    Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup

    manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan

    organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga

    sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras,

    dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna

    terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna

    hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut,

    tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium,

    kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat

    pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala.Pembagian kulit secara garis besar

    tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kut ikel, lapisan dermis, dan lapisan

    subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan

    adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

  • STRUKTUR KULIT

    Kulit terdiri atas 3 lapisan utama :

    1. Epidermis pada bagian luar

    2. Dermis (korium atau kutis) pada bagian tengah

    3. Jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hypodermis atau subkutis)

    Lapisan Epidermis

    Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

    granulosum,stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang

    paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan

    protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung

    di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma

    yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di

    telapak tangan dan kaki. Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

    sitoplasma berbutir kasardan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas

    keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang

    besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak

    mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan

  • makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar

    sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan

    ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum

    terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.

    Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada

    perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan

    epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif.

    Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma

    basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel

    pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma

    basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).

    Lapisan Dermis

    Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh lebih

    tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan

    elemen-elemenselular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars

    papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh

    darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini

    terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar

    lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat

    pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen

    muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.

    Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan

    mudah mengembang serta lebih elastic.

    Lapisan Subkutis

    Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

    sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke

    pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan

  • satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus

    adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,

    pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada

    lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat

    sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus,

    yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di

    subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di

    papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di

    bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah

    teedapat saluran getah bening.

    Adneksa Kulit

    Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit terdapat

    di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2 macam kelenjar

    keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang

    encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.

    Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu

    setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan

    kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki,dahi, dan

    aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor

    panas, dan emosional.

    Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mame,

    pubis, labia minora,dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada

    waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat

    mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8.Kelenjar palit

    terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit

    disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasala dari

    dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palitbiasanya terdapat di samping akar rambut dan

    muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida,

    asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen,

  • pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta

    mulai berfungsi secara aktif.Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal.

    Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar

    jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling ujung adalah

    bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira

    1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang

    menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku

    bebas disebut hiponikium.

    Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada di luar

    kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mrngandung

    pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan

    banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain

    rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut

    yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain

    disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan

    kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa bulan. Di

    antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%,

    hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen 20,80%.

    Fungsi Kulit

    a. Pengontrol suhu tubuhSuhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan

    suhu lingkungan. Hal ini dapat dipertahankan karena ada penyesuaian antara panas yang

    hilang dan panas yang dihasilkan, diatur oleh pusat pengatur panas. Suhu normal (bagian

    dalam) tubuh, yaitu visera dan otak adalah 36 Celsius sampai 37,5Celsius. Suhu kulit

    sedilit lebih rendah. Persyarafan vasomotorik mengendalikan arteriol kutan dengan dua

    cara yaitu vasokontriksi dan vasodilatasi. Pada saat vasodilatasi, arteriol memekar, kulit

    menjadi lebih panas dan kelebihan panas cepat terpencar 4dan hilang, sedangkan pada

    saat vaokonstriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin,

    keringat hampir dihentikan dan hilangnya panas dibatasi. Pengendalian pelepasan panas,

    ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

    b. Pelindung atau proteksiSebagai penutup tubuh, kulit melindungi tubuh dari trauma

    mekanis, radiasi, kimiawi, dan dari kuman infeksius. Asam laktat dalam keringat dan

  • asam amino hasil perubahan keratinisasi mempertahankan PH permukaan kulit antara 4-6

    yang akan menghambat pertumbuhan kuman. Namun beberapa jenis streptokokus dan

    stafilokokus masih dapat hidup komensal di lapisan keratin, muara rambut dan kelenjar

    sebaseus.Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan

    tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar seperti luka

    dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis

    lemak, yang menjadikan kulit tahan air.

    c. Penerima rangsangRasa sentuhan yang disebabkan rangsangan pada ujung syaraf didalam

    kulit berbeda-beda menurut ujung syaraf yang dirangsang, yang berhubungan dengan

    sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa

    dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi

    d. Pengeluaran (ekskresi)Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-

    kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam,

    yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan

    melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermissebagai pembentukan

    keringat yang tidak disadari.

    e. Penyimpanan

    Kulit dan jaringan dibawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa

    di bawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak utama pada tubuh.

    f. Penunjang penampilan

    Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih dan

    bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat

    mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot

    penegak rambut.

    Klasifikasi Luka Bakar

    Luka bakar biasanya diklasifikasikan menurut kedalaman luka yaitu derajat satu, dua dan

    tiga. Kedalaman luka bakar sebagian besar dipengaruhi oleh durasi paparan sumber panas dan

    temperature agen pemanas.

  • First Second

    (Superficial or Deep) Third (Full Thickness)

    Depth (how

    deep the burn

    is)

    Epithelium Epithelium and top

    aspects of the dermis Epithelium and dermis

    How the wound

    looks No blisters; dry pink

    Moist, oozing blisters;

    Moist, white, pink, to red

    Leathery, dry, no elasticity;

    charred appearance

    Causes Sunburn, scald, flash

    flame

    Scalds, flash burns,

    chemicals

    Contact with flame, hot

    surface, hot liquids, chemical,

    electric

    Level of Pain

    (sensation)

    Painful, tender, and

    sore Very painful Very little pain, or no pain

    Healing Time Two to five days;

    peeling

    Superficial: five to 21

    days. Deep: 21-35 days

    Small areas may take months

    to heal; large areas need

    grafting.

    Scarring No scarring; may

    have discoloration

    Minimal to no scarring;

    may have discoloration Scarring present

    Tabel. Perbedaan derajat luka bakar menurut kedalamannya.

    Sumber: http://hospitals.unm.edu/burn/types.shtml

    Burn injury is the destruction of the layers of the skin and associated structures.

  • 1st Degree Burn 2nd Degree Burn 3rd Degree Burn

    Gambar. Derajat luka bakar menurut kedalamannya.

    Sumber: http://hospitals.unm.edu/burn/types.shtml

    Komplikasi Sistemik

    Korban luka bakar sering dihadapkan dengan instabilitas hemodinamik, penurunan fungsi

    pernapasan, respons hipermetabolik, disfungsi organ, dan sepsis. Hal ini berkaitan dengan

    luasnya kulit yang terbakar, >60% kulit terbakar, maka beratnya komlikasi mencapai fase plateu.

    Sebagai tambahan hilangnya kulit, akan ada penyakit atau cedera terkait hal tersebut.

    Instabilitas hemodinamik. Dimulai hamper seketika dengan cedera pada kapiler di area

    yang tebrakar dan jaringan yang mengelilinginya. Cairan hilang dari kompartemen vascular,

    interstisial dan selular. Karena hilangnya volume vascular, kebanyakan korban luka bakar

    biasanya datang dengan syok hipovolemik dikenal dengan burn shock. Pasien tersebut memiliki

    cardiac output yang menurun, peningkatan resistensi vascular, dan penurunan perfusi organ vital.

    Disfungsi system respirasi. Cedera lainnya sering berhubungan dengan luka bakar

    adalah inhalasi asap dan cedera paru pasca terbakar. Senyawa water-soluble, seperti ammonia,

  • sulfur dioxide, chlorine dari plastik dan karet yang terbakar dan bereaksi dengan mucosa

    membentuk asam kuat dan basa kuat sehingga membuat ulkus, bronkospasme, edema. Senyawa

    lipid-soluble, seperti nitrous oxide, hydrogen chloride langsung menuju saluran napas bawah

    sehingga merusak jaringan paru.

    Respon hipermetabolik. Stress akibat luka bakar meningkatkan kebutuhan metabolic

    dan nutrisional. Hal ini dicapai dengan pengeluaran hormone katekolamin dan kortisol. Produksi

    panas ditingkatan untuk mengimbangi kehilangan panas dari area yang terbakar. Kondisi ini

    mencapai puncak pada hari 7 17. Bila nutrisi enteral dan parenteral tidak mencukupi maka

    akan terjadi pemecahan jaringan tubuh (lemak dan otot) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,

    sehingga akan terjadi penurunan berat badan pasca luka bakar.

    Disfungsi organ. Hal ini termasuk insufisiensi renal, dimana ginjal memasuki fase

    hipoperfusi akibat hipovolemia yang dialaminya. Ginjal akan masuk ke tahap anuria baru

    kemudian tahap hipermetabolisme yang dikarakteristikan dengan peningkatan pengeluaran urin

    dan kehilangan nitrogen. Pada organ gastrointestinal, dapat menyebabkan curling ulcer pada

    gaster dan duodenum akibat stress yang meningkat dan iskemia gaster, hal ini dapat dikontrol

    dengan antagonis histamine reseptor A2 atau proton pump inhibitor NGT harus dipasang untuk

    mengadakan nutrisi yang cukup untuk keadaan hipermetabolik dan memelihara fungsi saluran

    cerna. Perubahan neurologis dapat terjadi akibat periode hipoksia. Kerusakan neruologis dapat

    terjadi akibat cedera kepala, penyalahgunaan obat dan alcohol, keracunan karbon monoksida,

    deficit volume cairan dan hipovolemia. Efek musculoskeletal termasuk fraktur yang terjadi saat

    kejadian, luka bakar dalam yang mencapai otot dan tulang, bekas luka hipertropik dan

    kontraktur. Efek hipermetabolisme dapat membuat wasting lemak dan protein.

    Anemia. Hal ini terjadi akibat stress yang berlebihan saat terjadi luka bakar karena stress

    oksidatif yang meningkat membuat pemecahan eritrosit dan membuat umurnya lebih pendek.

    Hal ini sejalan dengan sangat menurunnya kadar antioksidan (superoksida dismutase) saat terjadi

    luka bakar. Untuk proses inflamasi jaringan yang luas maka bagian eritroid dari sumsum tulang

    akan sangat mengecil dan bagian myeloid akan meluas sehingga leukosit akan sangat meningkat

    dan sebaliknya eritrosit akan sangat menurun.

  • Sepsis. Komplikasi signifikan dari fase akut luka bakar adalah sepsis. Hal ini dapat

    muncul dari luka bakarnya, pneumonia, ISK, infeksi di tempat lain di tubuh, atau penggunaan

    prosedur invasive atau dari alat monitor. Kulit yang merupakan barrier pertama dari infeksi

    sudah hancur pada luka bakar sehingga individu tersebut akan mudah menerima kuman pathogen

    masuk ke dalam tubuh, selain itu juga flora normal kulit juga hilang.

    DERAJAT LUKA BAKAR

    1. Luka BakarDerajat I :

    Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan epidermis.

    Tampak eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari. Pada proses

    penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan terkelupas dan terjadi

    regenerasi lapisan epitel yang sempurna dari epidermis yang utuh dibawahnya. Tidak

    terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dapat sembuh spontan

    selama 5-10 hari.

    2. Luka BakarDerajat II :

    Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa reaksi

    inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka bakar derajat dua ini ditandai dengan

    nyeri, bercak-bercak berwarna merah muda dan basah serta pembentukan blister atau

    lepuh.biasanya disebabkan oleh tersambar petir, tersiram air panas. Dalam waktu 3-4

    hari, permukaan luka bakar mengering sehingga terbentuklah krusta tipis berwarna

    kuning kecoklatan seperti kertas perkamen. Beberapa minggu kemudian, krusta itu akan

    mengelupas karena timbul regenerasi epitel yang baru tetapi lebih tipis dari organ epitel

    kulit yang tidak terbakar didalamnya. Oleh karena itu biasanya dapat terdapat

    penyembuhan spontan pada luka bakar superfisial atau partial thickness burn.

  • Gambar. bulapadatelapaktangankarenamemegangdandangpanas,

    lukainidigolongkankedalamlukabakarderajatdua, karena epidermis beradadiatasluka.

    Dibedakanmenjadi2 :

    A. Derajat II dangkal (Superfisial) :

    kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis

    apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea

    masih utuh

    penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.

    B. Derajat II dalam (deep) :

    kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis

    apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea

    sebagian masih utuh.

    Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.

    Biasanya terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

  • Gambar. lukabakarderajatduadalam, padaanak yang tersiram kopi panas,

    lukaberwarnamerahmuda, lunakpadapenekanan, dantampakbasah,

    sensasinyerisulitditentukanpadaanak.

    3. Luka BakarDerajat III :

    Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal kulit rusak,

    tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk

    melakukan regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar itu juga

    termasuk derajat tiga. Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia. Mungkin akan

    tampak berwarna putih seperti mutiara dan biasnya tidak melepuh, tampak kering dan

    biasanya relatif anestetik. Dalam beberapa hari, luka bakar semacam itu akan

    membentuk eschar berwarna hitam, keras, tegang dan tebal.

    Gambar, lulabakarderajattiga, padaanak

    yangmemegangpengeritingrambutlukakeringtidakkemerahandanberwarnaputih.

  • Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk

    membedakan luka bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu

    ketiga pasca luka bakar di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka bakar

    derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa jaringan dibawahnya (biasanya lapisan

    subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa yang terdiri dari sel-sel

    fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh darah kapiler. Permukaan

    jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam

    waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.

    Gambar. Klasifikasi lukabakarberdasarkan kedalaman luka.

    TRAUMA INHALASI

    Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang

    dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang berbahan dasar

    karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat organik lainnya. Setiap korban

    kebakaran api harus dicurigai adanya intoksikasi gas CO. Sekitar 50% kematian akibat luka

    bakar berhubungan dengan trauma inhalasi dan hipoksia dini menjadi penyebab kematian lebih

  • dari 50% kasus trauma inhalasi. Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus

    inhalasi asap dan diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang disebabkan oleh trauma

    inhalasi.

    Pathofisiologi

    Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu kerusakan

    jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia. Hipoksia jaringan terjadi

    karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Proses pembakaran menyerap banyak oksigen,

    dimana di dalam ruangan sempit seseorang akan menghirup udara dengan konsentrasi oksigen

    yang rendah sekitar 10-13%. Penurunan fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO2) akan

    menyebabkan hipoksia

    Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas transportasi oksigen

    dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di tingkat seluler. Karbonmonoksida

    mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh, organ yang paling terganggu adalah yang

    mengkonsumsi oksigen dalam jumlah besar, seperti otak dan jantung

    Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh gangguan

    transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang menyebabkan anemia

    relatif karena CO mengikat hemoglobn 230-270 kali lebih kuat daripada oksigen. Kadar HbCO

    16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis. CO yang terikat hemoglobin menyebabkan

    ketersediaan oksigen untuk jaringan menurun.

    CO mengikat cytochromes c dan P450 yang mempunyai daya ikat lebih lemah dari

    oksigen yang diduga menyebabkan defisit neuropsikiatris. Beberapa penelitian mengindikasikan

    bila CO dapat menyebabkan peroksidasi lipid otak dan perubahan inflamasi di otak yang

    dimediasi oleh lekosit. Proses tersebut dapat dihambat dengan terapi hiperbarik oksigen. Pada

    intoksikasi berat, pasien menunjukkan gangguan sistem saraf pusat termasuk demyelisasi

    substansia alba. Hal ini menyebabkan edema dan dan nekrosis fokal.

    Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide dari platelet

    dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada konsentrasi 100 ppm yang

    dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri.

  • CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruangan adalah 3 - 4

    jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi 30 90 menit, sedangkan

    dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan oksigen 100% dapat menurunkan waktu

    paruh samapai 15-23 menit.

    Proses kebakaran adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan api, bahan bakar,

    faktor iklim termasuk ketinggian dan meteorologi. Pembakaran bahan organic adalah proses

    oksidasi yang menghasilkan uap air dan karbondioksida (CO2) sehingga terbentuk senyawa yang

    tidak teroksidasi sempurna (misalnya karbon monoksida) atau terbentuk senyawa tereduksi

    (misalnya metana dan amonia). Senyawa ini ditemukan dalam asap yang terdiri dari partikel

    terhirup iritan dan gas serta dalam beberapa kasus mungkin karsinogenik. Asap sendiri adalah

    kompleks campuran dengan komponen yang bergantung pada jenis bahan bakar, kadar air, bahan

    bakar aditif seperti pestisida yang disemprot pada dedaunan atau pohon.

    Pengaruh asap terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, antara lain iritasi

    langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi toksin. Cedera

    termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada permukaan eksternal tubuh, termasuk

    hidung dan mulut; luka bakar di bawah trakea jarang terjadi karena adanya efisiensi saluran

    napas bagian atas yang menyerap panas. Kematian karena menghirup asap tanpa luka bakar

    jarang terjadi (sekitar

  • Sulfurdioksida (SO2), gas pedas yang bisa menimbulkan sesak napas, mengi karena

    bronkokonstriksi selanjutnya mengiritasi mukosa pernapasan.

    Nitrogendioksida (NO2) dikeluarkan selama kebakaran suhu tinggi seperti saat kebakaran

    badai.

    Ozon (O3) dapat mengiritasi tenggorokan.

    Sianida (CN-) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan alami dan sintetik bila kadar

    laktat tinggi; dapat berguna sebagai indikator di rumah sakit.

    Hidrokarbon, contohnya gas benzene hasil pembakaran bahan organik yang tidak

    sempurna.

    Aldehid (akrolin, formaldehid/HCHO) hasil pembakaran bahan organik yang tidak

    sempurna.

    Materi Partikulat (PM), bisa padat atau cair, dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna

    dengan ukuran dari 0,005 m sampai 100 m, dapat menembus saluran napas sampai ke

    paru.

    PENATALAKSANAAN

    Perawatan sebelum tiba di rumah sakit

    Memindahkan pasien dari paparan gas CO dan memberikan terapi oksigen dengan

    masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi diperlukan pada pasien dengan

    penurunan kesadaran dan untuk proteksi jalan nafas.

    Perawatan di unit gawat darurat

    Pemberian oksigen 100 % dilanjutkan sampai pasien tidak menunjukkan gejala dan tanda

    keracunan dan kadar HbCO turun dibawah 10%. Pada pasien yang mengalami gangguan jantung

    dan paru sebaiknya kadar HbCO dibawah 2%. Lamanya durasi pemberian oksigen berdasarkan

    waktu-paruh HbCO dengan pemberian oksigen 100% yaitu 30 - 90 menit.

    Pertimbangkan untuk segera merujuk pasien ke unit terapi oksigen hiperbarik, jika kadar

    HbCO diatas 40 % atau adanya gangguan kardiovaskuler dan neurologis. Apabila pasien tidak

    membaik dalam waktu 4 jam setelah pemberian oksigen dengan tekanan normobarik, sebaiknya

    dikirim ke unit hiperbarik.

  • Edema serebri memerlukan monitoring tekanan intra cranial dan tekanan darah yang

    ketat. Elevasi kepala, pemberian manitol dan pemberian hiperventilasi sampai kadar PCO2

    mencapai 28 - 30 mmHg dapat dilakukan bila tidak tersedia alat dan tenaga untuk memonitor

    TIK. Pada umumnya asidosis akan membaik dengan pemberian terapi oksigen.

    Terapi oksigen hiperbarik.

    Terapi oksigen hiperbarik (HBO) masih menjadi kontroversi dalam penatalaksanaan

    keracunan gas CO. Meningkatnya eliminasi HbCO jelas terjadi, pada beberapa penelitian

    terbukti dapat mengurangi dan menunda defek neurologis, edema serebri, perubahan patologis

    sistem saraf pusat. Secara teori HBO bermanfaat untuk terapi keracunan CO karena oksigen

    bertekanan tinggi dapat mengurangi dengan cepat kadar HbCO dalam darah, meningkatkan

    transportasi oksigen intraseluler, mengurangi aktifitas-daya adhesi neutrofil dan dapat

    mengurangi peroksidase lipid.

    Saat ini, indikasi absolut terapi oksigen hiperbarik untuk kasus keracunan gas CO masih

    dalam kontroversi. Alasan utama memakai terapi HBO adalah untuk mencegah defisit neurologis

    yang tertunda. Suatu penelitian yang dilakukan perkumpulan HBO di Amerika menunjukkan

    kriteria untuk HBO adalah pasien koma, riwayat kehilangan kesadaran , gambaran iskemia pada

    EKG, defisit neurologis fokal, test neuropsikiatri yang abnormal, kadar HbCO diatas 40%,

    kehamilan dengan kadar HbCO >25%, dan gejala yang menetap setelah pemberian oksigen

    normobarik.

  • Daftar pustaka

    Referensi:

    1. Porth CM, Matfin G. Pathophysiology. 8th ed, New York: Wolter Kluwer. 2012

    2. http://hospitals.unm.edu/burn/types.shtml

    3. Posluszny JA, Muthumalaiappan K, Shankar R. Burn Injury Dampens Erythroid Cell

    Production Through Repriotizing Bone Marrow Hematopoietic Response. PMC. 2011.

    Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3217199/

    4. Al-Kaisy AA, Sahib AS, AL-Biati HA. Anemia After Thermal Injury: Role of Oxidative

    Stress. University of Jordan. 2012.

    5. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka Bakar;

    Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

    6. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999

    7. Soekamto T H, David P. Intoksikasi karbon monoksida (C0). Departemen / SMF Ilmu

    Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

    8. Faisal F, Yunus F, Harahap F. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan.

    Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta, Indonesia. CDK-189/ vol. 39 no. 1, th.

    2012