Ketikan Laporan Tutorial ^^
description
Transcript of Ketikan Laporan Tutorial ^^
Prosedur Diagnostik ACS
Anamnesis
Anamnesis pada pasien harus dilakukan dengan cermat terutama pada pasien
penderita penyakit jantung dengan keluhan nyeri dada. Sebagian penderita menyangkal
adanya “nyeri” dada dan menjelaskan rasa kekakuan, rasa penuh, tertekan, atau berat pada
dada tanpa disertai nyeri, dapat juga dijumpai nyeri yang dijalarkan, atau nyeri yang seolah
berasal dari mandibula, lengan atas, atau pertengahan punggung. Terdapat juga “silent”
yang timbul tanpa disertai rasa tidak nyaman, tetapi disertai lemah dan lesu. Untuk tu
perlu dilakukan pertanyaan mengenai karakteristik “perasaan tidak nyaman pada dada”.
Bila pasien datang dan menunjukkan tanda-tanda khas infark – nyeri dada
substernal yang lama dan seperti tertindih atau diremas, menjalar ke mandilbula atau
lengan kiri, diserta dengan mual, berkeringat banyak, dan sesak nafas – tidak usah terlalu
ragu untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan Fisik
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istrahat (gelisah). Seringkali ekstremitas
pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak
keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior
mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan/atau hipotensi) dan
hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas parasimpatis
(bradikardia dan/atau hipotensi).
Tanda fisis lain pada disfungsi ventricular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan
intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat
ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apical yang bersifat sementara karena
disfungsi apparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai
380C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya
dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman.
Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi
tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau
depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada
sandapan yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen
S-T merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T
pada sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark
dinding inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III,
dan aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak
elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark
ventrikel kanan.
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk
itu dikemukakan beberapa patokan yaitu :
Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.
Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R
menyolok.
Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan
I,II, III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam
menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh
gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -
perubahan yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai
segmen S-T konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard.
Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan
dimana defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I
terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan adanya
insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua sandapan kecuali aVR
dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan
depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding posterior.
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari
jantung yang mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan iskemia.
Pemeriksaan Biokimia Serum
Untuk mendiagnosis suatu infark dapat dilakukan pemeriksaan enzim jantung
sitolitik. Keuntungan dari pemakaian protein jantung miofibril sebagai cardio spesific
isoform, konsentrasinya intraseluler yang tinggi dan pelepasannya secara kontinyu dari
miokard yang mengalami infark. Troponin T (+) merupakan petanda yang sensitif untuk
miokard infark dari pada CKMB. Troponin adalah merupakan kompleks tropomiosin yaitu
kelompok protein pada otot jantung, kompleks tersebut diperlukan dalam proses aktivasi
filamen tipis otot jantung yang terjadi selama kontraksi otot, sehingga dapat dibedakan
dengan otot rangka jika dibanding dengan CKMB, dengan pemeriksaan ini TnT ini
diagnostik menjadi lebih efektif pada rusaknya otot jantung minimal yang irreversible.
Peningkatan dan penurunan penanda biokimiawi serum pada cedera sel jantung tertera
pada grafik di bawah ini.
Komplikasi ACS
Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium.
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri, menimbulkan kongesti pada vena
pulmonalis dan gagal jantung kiri merupakan komplikasi mekanis yang paling sering
terjadi setelah infark miokardium.
Infark miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan
menurunnya kekuatan kontraksi, menimbulkan abnormalitas gerakan dinding, dan
mengubah daya kembang ruang jantung. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri
untuk mengosongkan diri, maka besar volume sekuncup berkurang sehingga volume sisa
ventrikel meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan jantung sebelah kiri.
Kenaikan tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik
kapiler paru melebihi tekanan onkotik vaskular maka terjadi proses transudasi ke dalam
Infark Miokard
↓Kontraktilitas Trombus
ventrikular
Emboli
Hipotensi
↓Tekanan perfusi koroner
↑ iskemiaSyok
kardiogenik
Elektrik tidak stabil
Aritmia
Nekrosis jaringan
Inflamasi perikardium
Infark/iskemia otot papiler
VSD Ventricular rupture
Perikarditis
Regurgitasi mitral
Gagal Jantung Kongestif
Cardiac tamponade
ruang interstisial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi edema paru-paru akibat
perembesan cairan ke dalam alveoli.
Penurunan volume sekuncup akan menimbulkan respons simpatis kompensatorik.
Kecepatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi meningkat untuk mempertahankan
curah jantung. Terjadi vasokonstriksi perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan
redistribusi aliran darah dari organ-organ yang tidak vital seperti ginjal dan kulit demi
mempertahankan perfusi organ-organ vital. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran
balik vena ke jantung kanan, sehingga akan meningkatkan kekuatan kontraksi.
Pengurangan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus akan mengakibatkan
pengaktifan RAAS, dengan terjadinya retensi natrium dan air oleh ginjal. Hal ini akan lebih
meningkatkan aliran balik vena.
Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat
meningkatnya tekanan vaskular paru hingga membebani ventrikel kanan. Selain secara tak
langsung melalui pembuluh paru tersebut, disfungsi ventrikel kiri juga berpengaruh
langsung terhadap fungsi ventrikel kanan melalu fungsi anatomis dan biokmiawinya.
Kedua ventrikel mempunyai satu dinding yang sama (yaitu septum interventrikularis)
yang terletak dalam perikardium. Selain itu, perubahan-perubahan biokimia seperti
berkurangnya cadangan norepinefrin miokardium selama gagal jantung dapat merugikan
kedua ventrikel. Yang terakhir, infark ventrikel kanan dapat timbul bersamaan dengan
infark ventrikel kiri, terutama infark dindng inferior. Infark ventrikel kanan jelas
merupakan faktor predisposisi terjadinya gagal jantung kanan. Kongesti vena sistemik
akibat gagal jantung kanan bermanifestasi sebagai pelebaran vena leher, hepatomegali, dan
edema perifer.
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi akibat disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami
infark yang masif, biasanya mengenai lebih dari 40 % ventrikel kiri. Syok kardiogenik
merupakan lingkaran setan perubahan hemodinamik progresif hebat yang ireversibel: (1)
penurunan perfusi perifer, (2) penurunan perfusi koroner, (3) peningkatan kongesti paru.
Hipotensi, asidosis metabolik dan hipoksemia selanjutnya makin menekan fungsi
miokardium.
Disfungsi otot papilaris
Penutupan katup mitralis selama sistolik ventrikel bergantung pada integritas
fungsional otot papilaris ventrikel kiri dan korda tendinea. Disfungsi iskemik atau ruptur
nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis, meningkatkan eversi daun
katup ke dalam atrium selama sistol. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran retrograd
dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat: pengurangan aliran ke aorta,
dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis. Volume aliran regurgitasi
tergantung dari derajat gangguan pada otot papilaris bersangkutan; iskemia biiasanya akan
menyebabkan gagal jantung kongestif ringan sampai sedang. Akan tetapi nekrosis dan
ruptur otot papilaris merupakan suatu peristiwa berbahaya dengan kemunduran fungsi
yang sangat cepat ke arah edema paru dan syok. Meskipun jauh lebih jarang terjadi, ruptur
otot papilaris dapat juga terjadi pada ventrikel kanan. Hal ini akan mengakibatkan
regurgitasi trikuspidalis berat dan gagal ventrikel kanan.
Defek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan ruptur dinding septum
sehingga terjadi defek septum ventrikel. Septum mendapatkan aliran darah ganda (yaitu
dari arteria yang berjalan turun pada permukaan anterior dan posterior sulkus
interventrikularis) sehingga ruptura septum menunjukkan adanya penyakit arteria
koronaria yang cukup berat, yang mengenai lebih dari satu arteri.
Ruptur jantung
Meskipun jarang terjadi, ruptur dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi
pada awal perjalanan infark transmural selama fase pembuangan jaringan nekrotik
sebelum pembentukan parut. Dinding nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi
perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang relatif tidak elastic dan tak dapat
berkembang. Kantong perikardium yang terisi darah menekan jantung, menimbulkan
tamponade jantung. Tamponade ini akan mengurangi aliran balik vena dan curah jantung.
Biasanya kematian terjadi dalam beberapa menit kecuali ini cepat diketahui dan dipulihkan
dengan perikardiosintesis transtoraks.
Perikarditis
Infark miokardium transmural dapat menyebabkan cedera lapisan epikardium
miokardium yang kontak dengan perikardium sehingga terjadi iritasi dan inflamasi
miokardium. Perikarditis dicirikan dengan nyeri dada berat yang berkaitan dengan
gerakan pasien.
REFERENSI:
Price & Wilson. 2006. Patofsiologi, ed. 6, vol. 1. EGC: Jakarta.
Lilly, S. 2007. Pathophysiology of Heart Disease, a Collaborative Project of Medical
Students and Faculty, 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Siegenthalers, W. 2007. Differential diagnosis in internal medicine: from symptoms to
diagnosis. Thieme: New York.
Tarigan, E. 2003. Hubungan kadar troponin-T dengan gambaran klinis penderita
sindroma koroner akut. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Diakses dari: http://library.usu.ac.id/ (13 Maret
2010)
Thaler, S. 2009. Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan, ed. 5. EGC: Jakarta.