KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON ...KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID...
Transcript of KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON ...KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID...
KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID
(OAINS) PADA PASIEN GERIATRI DENGAN KELUHAN NYERI
DISERTAI KOMORBIDITAS KARDIOVASKULAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kornela Mira Pratiwi Penois
NIM : 148114119
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID
(OAINS) PADA PASIEN GERIATRI DENGAN KELUHAN NYERI
DISERTAI KOMORBIDITAS KARDIOVASKULAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Kornela Mira Pratiwi Penois
NIM : 148114119
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat, penyertaan dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Ketepatan Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS) pada Pasien Geriatri dengan Keluhan Nyeri Disertai Komorbiditas
Kardiovaskular” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan penulis dalam penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik
serta Kepala Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes., SpS. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran,
bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk berdiskusi, selalu
memberikan motivasi dan membantu mengarahkan penulis selama proses
penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Bapak Christianus Heru Setiawan,
M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, kritik
dan saran yang membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Direktur Rumah Sakit Bethesda, Poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam
yang memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan
pengambilan data. Dan seluruh perawat Poliklinik Sarat dan Penyakit
Dalam di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas kesediaannya
membantu dalam pengambilan data selama proses penelitian.
6. Orang tua tercinta Bapak Petrus Itus dan Ibu Marsia Nonis yang selalu
mendoakan dan memberikan kasih sayang, yang tidak pernah lelah
memberikan motivasi, nasehat, dukungan moril serta material sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................... v
PRAKATA ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
ABSTRACT ............................................................................................................ xii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 4
KESIMPULAN ...................................................................................................... 15
SARAN .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16
LAMPIRAN ........................................................................................................... 19
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Umum Pasien Lanjut Usia ........................................... 5
Tabel II. Karakteristik Klinis Pasien Lanjut Usia ............................................. 6
Tabel III. Gambaran Umum Pengggunaan Obat Anti Nyeri ............................. 8
Tabel IV. Pola Peresepan OAINS ...................................................................... 9
Tabel V. Ketepatan Penggunaan OAINS berdasarkan Faktor Resiko GI ...... 10
Tabel VI. Ketepatan Pengobatan Nyeri berdasarkan Tipe Nyeri ..................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Faktor Risiko CV ............................................................................. 19
Lampiran 2. Faktor Risiko GI .............................................................................. 21
Lampiran 3. Ethical Clearance ............................................................................ 23
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 24
Lampiran 5. Informed Consent ............................................................................. 25
Lampiran 6. Lembar Esesmen Nyeri .................................................................... 29
Lampiran 7. Besar Sampel Minimal ..................................................................... 32
Lampiran 8. Definisi Operasional ........................................................................ 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRAK
Pendahuluan: Pada populasi lanjut usia, nyeri merupakan salah satu keluhan yang
sering mereka alami. Nyeri itu sendiri sering diabaikan karena pasien sebelumnya
sudah mengalami penyakit penyerta lain yang lebih harus dipertimbangkan, seperti
penyakit kardiovaskular. Penggunaan OAINS pada pasien dengan komorbiditas
kardiovaskular perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya efek samping
ataupun interaksi dalam pengobatan, sehingga diperlukan pengobatan nyeri yang
tepat sesuai dengan komorbiditas kardiovaskular serta tipe nyeri yang dialami
pasien. Tujuan: Mengidentifikasi serta menganalisis ketepatan penggunaan obat
anti inflamasi non steroid pada pasien lanjut usia dengan keluhan nyeri disertai
komorbiditas kardiovaskular. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional
deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional yang menggunakan data
prospektif dari hasil wawancara pasien melalui lembar esesmen nyeri. Ketepatan
pola pengobatan nyeri dilihat berdasarkan acuan American Geriatrics Society’s dan
beberapa acuan lain yang mendukung. Hasil: Data 48 pasien lansia yang
mengalami nyeri terdiri dari 19 laki-laki (40%) dan 29 perempuan (60%);
komorbiditas kardiovaskular yang paling sering terjadi adalah hipertensi (77%);
ketepatan pengobatan nyeri pada pasien lansia berdasarkan komorbiditas dan risiko
GI sebesar 52,1%; ketepatan pengobatan nyeri pada pasien lansia berdasarkan tipe
nyeri sebesar 77,1%. Kesimpulan: Pemberian terapi OAINS pada pasien lanjut
usia dengan keluhan nyeri disertai komorbiditas kardiovaskular dan risiko GI
sebesar 52,1% dan ketepatan pengobatan berdasarkan tipe nyeri sebesar 77,1%.
Kata kunci: Nyeri; lanjut usia; OAINS; kardiovaskular; ketepatan pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
Introduction: In the elderly population, pain is one of their frequent complaints.
The pain itself is often neglected because the patients also have another
accompanying comorbidity to be consitered more, such as cardiovascular disease.
The use of NSAIDs in patients with cardiovascular comorbidity should be observed
to prevent adverse effects or interactions in treatment, so that the right treatment
of pain is required based on the type of pain and the presence of comorbidities of
the patient. Aim: To identify and analyze the accuracy of the use of non-steroidal
anti-inflammatory drugs in geriatric patients with pain and cardiovascular
comorbidity. Methods: The method used for this study was descriptive
observational with cross sectional study design using prospective data from
interview result through pain assessment sheet. The accuracy of pain treatment
patterns was seen with the reference of American Geriatrics Society’s and other
supporting references. Results: Data of 48 geriatric patients with pain and
cardiovasculer comorbidities consisted of 19 men (40%) and 29 women (60%); the
most common cardiovascular comorbidities are hypertension (77%); the accuracy
of pain treatment in geriatric patients based on comorbidity and GI risk is 52,1%;
accuracy of treatment of pain in geriatric patients based on the type of pain is
77,1%. Conclusion: The accuracy of NSAIDs therapy to geriatric patients with
pain accompanied by cardiovascular comorbidity and GI risk is 52,1% and the
accuracy based on the type of pain is 77,1%.
Keywords: Pain; geriatric; NSAIDs; cardiovascular comorbidities
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Nyeri merupakan suatu keluhan umum yang sering dialami oleh pasien
geriatri, nyeri itu sendiri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan biasanya berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan aktual
maupun potensial. Tanpa pengobatan yang tepat, nyeri yang dialami oleh pasien
geriatri dapat menurunkan kualitas hidup dan menyebabkan gangguan fungsional
seperti gangguan tidur, disfungsi kognisi ataupun kejadian polifarmasi. Kondisi
medis pada pasien geriatri seperti derajat nyeri pasien ataupun penyakit penyerta
yang dialami pasien harus menjadi pertimbangan dalam melakukan
penatalaksanaan nyeri (Asbury et al., 2013; Kaye et al., 2014).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan
data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa
penduduk lansia di Indonesia atau setara dengan 9,03% (Kemenkes RI, 2017).
Menurut data dari Susenas Tahun 2012, Yogyakarta merupakan provinsi dengan
persentase penduduk lansia yang paling tinggi di Indonesia, yaitu 13.04%. Sejalan
dengan meningkatnya populasi lansia, maka meningkat pula jumlah kasus nyeri
terkait disabilitas dan perubahan degeneratif pada kelompok lansia. Prevalensi
kasus nyeri khususnya nyeri kronis pada lansia berkisar antara 25-89% (Barus,
2015). Penelitian di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada tahun 2015 juga
menunjukkan bahwa proporsi pasien yang datang dengan intensitas nyeri ringan
adalah 19%, nyeri sedang 60% dan nyeri berat 21% (Pinzon, 2015).
Penanganan nyeri pada pasien usia lanjut sangat kompleks, hal ini
disebabkan karena adanya perubahan fisiologis terkait usia yang menyebabkan
terjadinya penurunan dalam ekskresi obat di ginjal dan penyerapan obat dalam
tubuh, kerusakan saraf sensorik, kejadian polifarmasi dan multimorbiditas. Selain
itu, acuan dalam penanganan nyeri pada lansia juga terbatas karena pada subjek
dengan usia lansia kurang terwakili populasinya dalam penelitian atau sering
dikeluarkan dari uji klinis suatu penelitian dikarenakan penurunan fungsi organ
yang mereka alami ataupun adanya kondisi komorbiditas seperti gangguan kognitif
ataupun penyakit kardiovaskular yang sering menjadi kriteria eksklusi sebuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penelitian (Galloway et al., 2016). Obat anti inflamasi non steroidal (OAINS) atau
yang biasa dikenal dengan NSAIDs merupakah salah satu obat yang sering
digunakan untuk mengatasi nyeri yang digunakan sebagai obat lini kedua apabila
asetaminofen atau parasetamol tidak mampu mengatasi rasa nyeri (Koes et al.,
2010). Berdasarkan data dari Badan POM RI tahun 2014 menunjukkan penggunaan
OAINS masuk dalam 10 besar golongan obat yang diduga dapat menimbulkan efek
samping bagi penggunanya terutama pada pasien geriatri yang telah mengalami
penurunan fungsi organ (Badan POM RI, 2015). Efek samping OAINS pada lansia
adalah dispepsia, ulkus saluran pencernaan, kolitis, perdarahan, hipertensi, retensi
cairan dan garam, nefritis interstitial, nekrosis papilaris, gagal ginjal akut,
peningkatan serum transaminase, serangan asma, hipersensitivitas, trombosis, dan
vertigo (Anonim, 2014). OAINS juga dapat menyebabkan peningkatan risiko
trombotik kardiovaskular serius, infark miokard dan stroke yang dapat berakibat
fatal, risiko dapat meningkat dengan lamanya penggunaan pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular atau yang memiliki faktor risiko (Pionas,2015).
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi serta menganalisis
karakteristik, pola pengobatan OAINS pada pasien geriatri dengan keluhan nyeri
dan ketepatan pemberian OAINS terhadap pola pengobatan nyeri pada pasien
geriatri dengan komorbiditas kardiovaskular di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan
rancangan cross-sectional dan pengambilan data secara prospektif. Data diperoleh
dari hasil wawancara serta pengamatan rekam medis pasien. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar esesmen nyeri yang sesuai dengan
Panduan Managemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Data yang didapat
diperoleh melalui hasil wawancara dengan pasien yang kemudian dilanjutkan
dengan melihat rekam medis pasien untuk memastikan pengobatan anti nyeri yang
diterima pasien, riwayat serta komorbiditas pasien.
Jumlah subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 48
responden, dimana sudah sesuai dengan besar sampel minimal yang diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dalam penelitian adalah 48 responden. Pada pemilihan subjek penelitian ini, peneliti
menggunakan metode non random sampling dengan jenis consecutive sampling,
dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria pasien yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini
adalah geriatri dengan keluhan nyeri nyeri disertai komorbiditas kardiovaskular
dengan usia ≥ 60 tahun, pasien yang menerima peresepan OAINS, bersedia menjadi
subjek penelitian dengan menandatangani informed consent, sedangkan kriteria
eksklusi penelitian ini adalah pasien dengan catatan rekam medik yang tidak
lengkap, pasien yang tidak memiliki riwayat komorbiditas dan pasien yang tidak
menerima peresepan OAINS. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dengan
Microsoft Excel sehingga data dapat disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa
keterangan seperti pada lampiran.
Pasien dinyatakan memiliki komorbiditas kardiovaskular apabila pasien
memiliki riwayat hipertensi, dislipidemia, Ischemic Heart Disease, miokard infark,
gagal jantung dan tekanan darah yang tidak terkontrol. Pasien dinyatakan positif
berisiko efek samping gastrointestinal jika subjek memiliki lebih dari 2 faktor risiko
berikut: 1) pasien berusia ≥65 tahun; 2) mendapatkan terapi. OAINS bersamaan
dengan acetyl salicylic acid (ASA), kortikosteroid, antikoagulan; 3) memiliki
riwayat perdarahan pada gastrointestinal, ulkus peptikum, dispepsia; 4)
menggunakan OAINS dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat
kombinasi OAINS (Lanas et al., 2011).
Tipe nyeri dikelompokkan menjadi nyeri neuropatik, inflamatorik dan
campuran. Untuk membedakan tipe nyeri neuropatik dan non-neuropatik digunakan
skor ID pain yang dinyatakan oleh pasien pada lembar esesmen, apabila skor ID
pain nyeri > 2 (nilai menunjukkan skor 3, 4 atau 5), maka dapat dinyatakan bahwa
pasien mengalami nyeri neuropatik (Portenoy, 2006). Untuk nyeri campuran dapat
dilihat dari esesmen deskripsi rasa nyeri serta skor ID pain pasien. Ketepatan pola
pengobatan nyeri pada pasien geriatri disertai komorbiditas kardiovaskular
dianalisis dengan membandingkan ketepatan penggunaan obat anti inflamasi non
steroid (OAINS) terhadap tipe nyeri dan faktor risiko gastrointestinal yang dialami
pasien berdasarkan beberapa guideline dimana terapi dinyatakan tepat apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pasien menerima analgesik non opioid, baik acetaminofen ataupun OAINS sesuai
dengan tipe nyeri disertai dengan pemberian gastroprotektan, tidak menerima lebih
dari satu terapi OAINS, tidak menerima peresepan OAINS dengan antiplatelet,
kortikosteroid dan ACEi, serta tidak mengalami efek samping obat saat penelitian
dilakukan (Cavalieri, 2007; Fine, 2012; Galloway et al., 2016; Ong et al., 2007).
Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.
Penelitian ini telah mendapat ijin dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Keaslian
penelitian telah disetujui oleh Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data pasien geriatri yang
mengalami nyeri dengan komorbiditas kardiovaskular sejumlah 48 pasien di
poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Data
yang diambil telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian, yaitu
pasien laki-laki atau perempuan yang berusia ≥ 60 tahun dengan keluhan nyeri
disertai komorbiditas kardiovaskular (hipertensi, dislipidemia, miokard infark,
penyakit jantung, IHD dan AF). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
serta menganalisis karakteristik, pola pengobatan OAINS pada pasien geriatri
dengan keluhan nyeri dan ketepatan pemberian OAINS terhadap pola pengobatan
nyeri pada pasien geriatri dengan komorbiditas kardiovaskular di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta.
A. Karakteristik Pasien
Data pada tabel I menunjukkan bahwa kejadian nyeri pada pasien geriatri
perempuan adalah 29 orang (60%) dan pada pasien laki-laki adalah 19 orang (40%).
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa prevalensi nyeri pada perempuan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan laki-laki (Fillingim et al., 2009; Kress et al.,
2014; Pinzon, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pasien dengan usia yang sudah memenuhi kriteria inklusi dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu pasien dengan usia 60–69 tahun, 70-79 tahun dan 80-
89 tahun. Persentasi terbesar nyeri dialami oleh pasien dengan usia 60-69 tahun,
yaitu sebesar 29%. Hal ini dapat membuktikan bahwa subjek penelitian telah
mengalami nyeri pada awal masa lanjut usia, dimana pada masa lanjut usia tersebut
pasien mengalami penurunan fungsi organ, adanya komorbiditas serta kerentanan
terhadap efek samping (Kress et al., 2014).
Tabel I. Karakteristik Pasien Lanjut Usia
Karakteristik Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
19
29
40
60
Usia
60-69
70-79
80-89
29
12
7
60,4
25
14,6
Karakteristik pasien dapat dilihat pula dari segi klinis yaitu berdasarkan
derajat nyeri, tipe nyeri, sifat nyeri, lokasi nyeri serta komorbiditas yang dialami
pasien. Untuk meggambarkan derajat nyeri pada pasien digunakan NRS (Numeric
Rating Scale) pada lembar esesmen dan berdasarkan derajat nyeri tersebut, pasien
sebagian besar mengalami nyeri sedang dengan persentase sebesar 24%. Hal ini
sejalan dengan penelitian Pinzon (2015), yang menyatakan bahwa sebagian pasien
lanjut usia memiliki derajat nyeri sedang pada penelitian yang dilakukan di RS
Bethesda Yogyakarta periode Februari 2013 (Pinzon, 2015). Berdasarkan tipe
nyeri, prevalensi pasien dengan nyeri campuran lebih banyak bila dibandingkan
dengan nyeri neuropatik dan inflamatorik, yaitu sebanyak 37 pasien dengan
persentase 77%.
Dan bila dilihat berdasarkan sifat nyeri, nyeri yang paling banyak terjadi
adalah nyeri kronis, yaitu sebesar 62,5%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bruckenthal (2008), prevalensi nyeri terbanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
adalah nyeri kronis yaitu nyeri yang terjadi lebih dari 3 bulan, ditunjukkan dengan
persentase sebesar 25-80% pada pasien dengan nyeri kronis (Bruckenthal, 2008).
Tabel II. Karakteristik Klinis Pasien Lanjut Usia
Karakteristik Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Derajat Nyeri
Ringan (skala 1-3)
Sedang (skala 4-6)
Berat (skala 7-10)
16
24
8
33
50
17
Tipe Nyeri
Neuropatik
Inflamatorik
Campuran
2
9
37
4
19
77
Sifat Nyeri
Akut
Kronis
18
30
37,5
62,5
Lokasi Nyeri
Multiple site pain
Nyeri tangan
Nyeri leher
Nyeri punggung bawah
Nyeri kaki
Lain-lain
14
4
3
11
7
7
33,3
8,3
6,3
22,9
14,6
14,6
Komorbiditas Kardiovaskular
Hipertensi
Dislipidemia
Riwayat Penyakit Jantung
Ischemic Heart Disease
Miokard Infark
Atrial Fibrilation
37
15
4
3
3
1
77
31,3
8,3
6,3
6,3
2,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Letak lokasi nyeri yang paling sering dijumpai menurut penelitian ini
adalah pasien yang memiliki diagnosis nyeri lebih dari satu lokasi (multiple-site
pain) yaitu sebesar 33,3% dan kemudian disusul dengan nyeri punggung bagian
bawah sebesar 22,9%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Patel et al., (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien dengan
lanjut usia mengalami nyeri dibeberapa lokasi dengan persentase 74,9% (Patel et
al., 2014). Nyeri punggung bawah yang menempati urutan kedua setelah multiple-
site pain disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat pada setiap individu seperti
aktivitas fisik, durasi aktivitas, faktor penuaan, ataupun kekuatan otot dan mobilitas
tulang belakang tiap individu yang mungkin kurang memadai (Norasteh, 2012).
B. Gambaran Umum Penggunaan OAINS pada Pasien Geriatri Nyeri
dengan Komorbiditas Kardiovaskular
Kejadian komorbiditas kardivaskuler tertinggi terjadi pada pasien dengan
riwayat hipertensi sebesar 77%, disusul dengan dislipidemia 31,3%, riwayat
penyakit jantung 8,3%, Ischemic Heart Disease dan miokard infark masing-masing
6,3% dan atrial fibrilation sebesar 2,1% (Tabel II). Penatalaksanaan pengobatan
nyeri perlu dipertimbangkan pada pasien dengan komorbiditas kardiovaskular
untuk mencegah terjadinya efek samping obat dan keterulangan atau peningkatan
kejadian kardiovaskular sehingga penggunaan OAINS selektif maupun nonselektif
harus dibatasi (Pinzon & Sanyasi, 2018).
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel III, seluruh pasien menerima
peresepan OAINS dimana penggunaan terbesar ditunjukkan oleh peresepan
ibuprofen (52%). Jenis OAINS lain yang diresepkan dalam penelitian ini adalah
metampiron, meloxicam dan diklofenak. Selain menerima peresepan OAINS, obat
yang banyak digunakan untuk mengatasi nyeri dalam penelitian adalah gabapentin
(60,4%) dan parasetamol (47,9%). Parasetamol relatif aman untuk diberikan pada
pasien lanjut usia dan tidak memiliki efek yang signifikan pada kardiovaskular,
ginjal, ataupun gastrointestinal sehingga selain pemberian OAINS.
Dari data yang ditunjukkan pada tabel II, diketahui bahwa pada penelitian
sebagian besar pasien mengalami nyeri campuran (nyeri nosiseptik dan neuropatik),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sehingga pada peresepan dapat dilihat bahwa pasien diberikan adjuvan seperti
antikonvulsan, antianxietas dan kortikosteroid. Adjuvan sendiri merupakan
golongan obat yang dikembangkan untuk mengubah atau mengurangi persepsi
nyeri pada banyak kondisi nyeri dimana obat tersebut dapat mengubah potensi
membran saraf, saluran ion, permukaan sel situs reseptor, tingkat neurotransmiter
sinaptik dan proses neuron lainnya yang terlibat dalam pemrosesan sinyal nyeri.
(Kukkar et al., 2013; Votrubec & Thong, 2013).
Tabel III. Gambaran Umum Penggunaan Obat Anti Nyeri
Golongan dan Jenis Obat Jenis Obat Jumlah (%)
Analgesik Parasetamol 23 47,9
OAINS
Ibuprofen 25 52
Metampiron 9 18,8
Meloxicam
Na Diklofenak
12
2
25
4,2
Adjuvan
Kortikosteroid Metilprednisolone 2 4,2
Triamcinolone 1 2,1
Antikonvulsan Gabapentin 29 60,4
Antianxietas Diazepam
Alprazolam
20
1
41,7
2,1
Menurut acuan American Geriatrics Society’s, obat golongan
kortikosteroid digunakan pada populasi kecil pasien dimana subjek tersebut
mungkin kurang responsif terhadap obat lain ataupun terdapat kemungkinan yang
cukup besar untuk terkena efek samping. Golongan kortikosteroid ini diberikan
untuk pasien dengan gangguan nyeri inflamasi diberikan dengan dosis rendah untuk
mencegah efek steroid dan diberikan dengan jangka pendek untuk antisipasi retensi
cairan (Ferrell et al., 2009).
OAINS dapat menyebabkan peningkatan risiko trombotik kardiovaskular
serius dan infark miokard yang dapat berakibat fatal, risiko dapat meningkat seiring
dengan lamanya penggunaan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular atau
yang memiliki faktor risiko (Pionas, 2015). FDA juga menyarankan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
peresepan OAINS harus diberikan pada dosis efektif terendah untuk lama
pemberian yang singkat dengan memperhatikan tujuan terapi setiap individu pasien
(Galloway et al., 2016).
Tabel IV. Pola Peresepan OAINS
Golongan dan Jenis Obat Jumlah (%)
OAINS tunggal 11 22,9
OAINS + Parasetamol 2 4,2
OAINS + Adjuvan
OAINS + Parasetamol + Adjuvan
12
23
25
47,9
Pada tabel IV menunjukkan bahwa pola peresepan OAINS pada pasien
lansia tidak hanya diberikan terapi tunggal, tetapi juga mengggunakan kombinasi
terapi (77,1%). Pemberian kombinasi terapi diperbolehkan selama perhitungan
efektivitas dan efek samping diperhatikan dengan baik, namun pemberian
kombinasi analgesik yang berasal dari golongan yang sama harus dihindari (Barus,
2015). Terapi kombinasi diberikan dengan menggunakan obat yang mekanisme
aksinya kemungkinan besar memiliki efek sinergis, sehingga dapat memberikan
efek penghilang rasa nyeri yang lebih besar dengan efek samping yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan dosis obat tunggal yang tinggi (Abdulla et al., 2013).
Pola peresepan kombinasi tersebut antara lain adalah OAINS dengan parasetamol
(4,2%), OAINS dengan adjuvan (25%) dan pola peresepan kombinasi tertinggi
yaitu OAINS dengan parasetamol dan adjuvan (47,9%).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross-sectional dengan
pengambilan data secara prospektif, dimana data yang didapat hanya menunjukkan
kejadian yang terjadi selama proses pengambilan data, sehingga tidak dapat
diketahui apakah terapi tunggal ataupun kombinasi lebih baik dalam memberikan
efek penghilang rasa nyeri ataupun dalam meminimalisir efek samping yang
dialami pasien saat mendapatkan terapi untuk mengatasi nyeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
C. Ketepatan Pengobatan Nyeri
Penatalaksanaan nyeri dilakukan berdasarkan terapi analgesik non-opioid,
opioid dan adjuvan sesuai dengan tipe nyeri yang dialami pasien (Lanas et al.,
2011). Ketepatan pemilihan terapi dinilai berdasarkan panduan dari Panduan
Manajemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dan Guidance on
Management of Pain in Older People. Berdasarkan komorbiditas kardiovaskular
serta risiko gastrointestinal yang dialami pasien, terapi dinyatakan tepat apabila
pasien menerima OAINS non selektif dengan gastroprotektan, tidak menerima
OAINS bersamaan dengan antiplatelet, kortikosteroid dan ACEi serta tidak
mengalami efek samping gastrointestinal maupun kardiovaskular saat penelitian
berlangsung (Cavalieri, 2007; Fine, 2012; Galloway et al., 2016; Ong et al., 2007).
Tabel V. Ketepatan Penggunaan OAINS berdasarkan komorbiditas
kardiovaskular dan risiko gastrointestinal
Golongan Obat
TOTAL
Tepat Tidak Tepat
n % n %
OAINS 25 52,1 23 47,9
Dari hasil penelitian didapatkan pasien lanjut usia dengan keluhan nyeri
disertai komorbiditas CV memiliki risiko GI adalah sebanyak 8 orang pasien
dengan persentase sebesar 16,7%. Sebanyak 75% pasien dengan risiko GI tinggi
juga mendapat terapi kombinasi antara OAINS dengan aspirin dosis rendah pada
pengobatannya dan 25% mendapatkan terapi kortikosteroid bersamaan dengan
OAINS. Penggunaan OAINS bersamaan dengan obat antiplatelet dan
kortikosteroid memiliki interaksi obat yang berhubungan dengan risiko
gastrointestinal. Terapi kortikosteroid dikaitkan dengan adanya peningkatan risiko
GI yang merugikan termasuk gastritis, ulkus lambung, perdarahan serta dispepsia
apabila pemberian kortikosteroid dikombinasikan dengan OAINS (Liu et al., 2013).
Beberapa penelitian juga menunjukkan penggunaan OAINS bersamaan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
aspirin dosis rendah dapat meningkatkan risiko perdarahan GI dua kali lipat dan
dapat meningkatkan risiko keterulangan miokard infark (Lanas et al., 2011).
Dalam Precision Trial penggunaan OAINS selektif COX-2 seperti
celecoxib menunjukkan kejadian gastrointestinal yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan ibuprofen dan naproxen (Nissen et al., 2016). Demikian pula
dalam studi MEDAL, ditunjukkan bahwa penggunaan diklofenak menyebabkan
risiko gastrointestinal atas lebih besar bila dibandingkan dengan etoricoxib. Risiko
kardiovaskular seperti hipertensi, retensi cairan dan gagal jantung lebih tinggi pada
penggunaan etoricoxib bila dibandingkan dengan naproxen (Psaty and Weiss,
2007). Golongan OAINS selektif dikatakan memiliki efek samping GI yang lebih
minimal, namun memiliki risiko efek samping CV yang lebih besar (Pinzon, 2015).
Oleh karena itu pasien dengan komorbiditas kardiovaskular pemberian terapi harus
diperhatikan dan berfokus pada terapi yang memiliki risiko kardiovaskular yang
rendah yaitu OAINS non selektif, kemudian apabila nyeri tidak berkurang dapat
diberikan OAINS non selektif dengan aktivitas lebih pada COX-2 inhibitor dan
pilihan OAINS selanjutnya adalah OAINS selektif COX-2, pemilihan OAINS ini
juga didasari dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat terapi (FitzGerald,
2007).
Pada pasien yang mengalami risiko GI sebaiknya pasien diberikan terapi
gastroprotektan seperti obat golongan PPI yang dapat berikatan dengan H+/K+
ATPase (pompa proton) pada permukaan kelenjar sel parietal lambung,
menghasilkan penghambatan sekresi asam lambung. Pada pasien yang tidak
mengalami risiko GI tinggi (< 2 faktor risiko) juga perlu menerima peresepan
gastroprotektan untuk mencegah terjadinya efek samping pada GI yang dapat
disebabkan oleh terjadinya penurunan fungsi organ (Galloway et al., 2016). Hal ini
sudah tepat dimana penggunaan OAINS bersamaan dengan terapi gastroprotektan
berupa PPI (lansoprazole) mencapai persentase tertinggi yaitu 52,1% yang
menunjukkan bahwa peresepan yang diterima oleh pasien dapat membantu
mengurangi terjadinya risiko perdarahan pada gastrointesinal baik pada pasien
tanpa risiko GI ataupun dengan risiko GI (Ong et al., 2007)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dilihat dari kondisi komorbiditas kardiovaskular yang dialami oleh pasien,
penggunaan OAINS seperti ibuprofen bersamaan dengan aspirin dapat menurunkan
efek kardioprotektif aspirin dengan menurunkan efek antiplatelet dari aspirin dosis
rendah dengan memblok sisi aktif dari platelet siklooksigenase, apabila pemberian
harus tetap dilakukan maka pemberian ibuprofen dilakukan 8 jam sebelum
pemberian aspirin atau sekurang-kurangnya 2 sampai 4 jam setelah mengkonsumsi
aspirin (Medscape, 2017). Terapi pada pasien dengan hipertensi juga harus
diperhatikan, dimana OAINS dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
darah melalui jalur renin angiotensin, perubahan pada sodium dan retensi cairan,
menghambat vasodilatasi prostaglandin dan mempengaruhi produksi dari berbagai
faktor vasokontriksi (Stollberger & Finsterer, 2003).
Penggunaan OAINS dengan obat antihipertensi golongan ACEi juga harus
dihindari, dalam penelitian terdapat pemberian terapi meloxicam bersamaan dengan
lisinopril dimana kedua obat tersebut berinteraksi secara farmakodinamik, OAINS
dapat menyebabkan ACEi kehilangan efek antihipertensi dan saling meningkatkan
toksisitas satu sama lain, sehingga pemberian terapi dapat dinyatakan tidak tepat
(Medscape, 2017). Sebuah penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi
OAINS tidak berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya gagal jantung pada
orang yang tidak memiliki penyakit jantung sebelumnya, namun dilaporkan bahwa
edema terjadi pada 5-10% pasien yang mengkonsumsi OAINS baik yang selektif
maupun non-selektif. Edema ini dapat disebabkan karena adanya hipertensi,
peningkatan permeabilitas kapiler dan retensi natrium yang dapat dianggap sebagai
efek samping terhadap ginjal dari penggunaan OAINS (Zahra et al., 2017).
Ketepatan penggunaan OAINS pada pasien geriatri dengan keluhan nyeri
disertai komorbiditas kardiovaskular juga dinilai berdasarkan tipe nyeri yang
dialami oleh pasien. Berdasarkan data yang diperoleh, pasien paling banyak
mengalami nyeri campuran yaitu sebesar 77%, diikuti dengan nyeri inflamatorik
(non-neuropatik) sebesar 18,8% dan nyeri neuropatik sebesar 4,2%. Tabel VI akan
menjelaskan ketepatan pengobatan nyeri pada pasien geriatri dengan komorbiditas
kardiovaskular berdasarkan tipe nyeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel VI. Ketepatan Pengobatan Nyeri berdasarkan Tipe Nyeri
Ketepatan Pengobatan n
(%)
Tepat
(%)
Tidak Tepat
(%)
Neuropatik 2
(4,2)
1
(2,1)
1
(2,1)
Inflamatorik 9
(18,8)
7
(14,6)
2
(4,2)
Campuran 37
(77)
30
(62,5)
7
(14,6)
Total 48
(100)
38
(79,2)
10
(20,8)
Pada pasien dengan nyeri neuropatik, terapi dikatakan tepat apabila pasien
menerima adjuvan seperti gabapentin atau pregabalin sebagai terapi lini pertama,
dimana gabapentin lebih efektif dan lebih dapat ditoleransi pada pasien lansia
(Cavalieri, 2007; Finnerup et al., 2016). Berdasarkan hasil yang diperoleh,
ketepatan pengobatan nyeri neuropatik adalah sebesar 2,1%. Terapi yang diterima
oleh pasien dinyatakan tepat karena pasien pada penelitian ini pasien menerima
peresepan terapi adjuvan dan terapi dinyatakan tidak tepat karena pasien tidak
menerima peresepan terapi adjuvan dalam penanganan nyeri neuropatik yang
mereka alami.
Pada nyeri inflamatorik, terapi dinyatakan tepat bila pasien mendapatkan
terapi analgesik non opioid, opioid dan atau kortikosteroid, tetapi bila nyeri belum
teratasi dapat ditambahkan terapi adjuvan lain untuk mengurangi persepsi nyeri
pasien. Adjuvan tersebut dapat diberikan bersamaan dengan analgesik opioid
ataupun nonopioid. Pemberian terapi pada pasien lansia, komorbiditas tidak boleh
diabaikan begitu saja. Selain dilihat dari sisi ketepatan berdasarkan acuan,
ketepatan pengobatan juga dilihat berdasarkan komorbiditas ataupun efek samping
yang dapat terjadi selama pengobatan diberikan. Ketepatan penatalaksanaan terapi
nyeri pada nyeri inflamatorik 14,6% dari total keseluruhan pasien. Ketidaktepatan
pengobatan yang terjadi sebanyak 4,2% dari total keseluruhan pasien yang
mengalami nyeri inflamatorik disebabkan oleh adanya interaksi OAINS dengan
aspirin yang dapat menyebabkan peningkatan risiko perdarahan GI, sehingga
sebaiknya pemberian kedua obat secara bersamaan harus dihindari walaupun saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
penelitian dilakukan, efek samping ataupun peningkatan risiko tidak dapat diamati
dikarenakan terbatasnya penelitian.
Pada pasien dengan nyeri campuran, terapi dikatakan tepat apabila pasien
mendapatkan terapi dari kedua tipe nyeri tersebut (nosiseptik dan neuropatik), yaitu
pasien menerima analgesik opioid ataupun nonopioid (tergantung kondisi pasien)
dengan adjuvan (kortikosteroid, antikonvulsan). Ketepatan penatalaksanaan terapi
nyeri pada nyeri campuran sebesar 62,5%. Dalam penelitian ini masih terdapat
pemilihan obat yang tidak tepat terutama pada nyeri campuran. Pemilihan obat yang
kurang tepat ini akan mempengaruhi ketercapaian yang diinginkan oleh pasien
seperti nyeri berkurang atau hilang, efek samping kecil serta tidak terjadi
peningkatan risiko.
Kelemahan dari penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan metode
cross sectional tanpa melakukan follow up pada pasien, sehingga peneliti tidak
dapat melihat outcome atau luaran pasien setelah menerima terapi OAINS serta
dampak jangka panjang dari pengobatan tersebut. Keunggulan dari penelitian ini
adalah data penelitian didukung dengan rekam medis pasien untuk memastikan
jawaban responden terkait data penggunaan OAINS dan obat anti nyeri lainnya
serta mengetahui riwayat penyakit atau komorbiditas lain yang dialami oleh pasien,
sehingga terjadinya bias dapat terminimalisir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
KESIMPULAN
Karakteristik pasien nyeri berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sebesar
40% dan perempuan sebesar 60%. Nyeri disertai komorbiditas kardiovaskular
paling banyak dialami oleh pasien dengan rentang usia 60-69 tahun sebesar 60,4%.
OAINS yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah ibuprofen yaitu
sebesar 52% dan pola peresepan OAINS dengan kombinasi sebesar 77,1%.
Ketepatan pola pengobatan OAINS pada pasien lansia dengan keluhan nyeri
disertai komorbiditas kardiovaskular berdasarkan faktor risiko GI sebesar 42,1%
dari total seluruh pasien dan ketepatan pola pengobatan nyeri berdasarkan tipe nyeri
sebesar 81,3% dari total keseluruhan.
SARAN
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko
gastrointestinal dan kardiovaskular terhadap pasien lansia dengan keluhan nyeri
disertai komorbiditas kardiovaskular dengan periode penelitian yang lebih lama
agar dapat melihat luaran dari pengobatan yang diterima oleh pasien. Untuk praktek
klinis, penggunaan atau peresepan OAINS pada pasien geriatri dengan keluhan
nyeri disertai komorbiditas kardiovaskular sebaiknya lebih memperhatikan kondisi
komorbiditas serta faktor risiko yang dialami oleh pasien, sehingga dapat mencegah
terjadinya efek samping pengobatan, keterulangan penyakit penyerta atau adanya
kemungkinan peningkatan risiko komorbiditas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdulla, A. et al. (2013) ‘Guidance on the management of pain in older people.’,
Age and ageing, 42 Suppl 1. doi: 10.1093/ageing/afs200.
Anonim (2014) Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Untuk
Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid.
Asbury, M. et al. (2013) ‘Experience of Pain in the Elderly in Relation to Mood,
Anxiety and Physical Quality of Life in a PACE/BHL Program’, The
American Journal of Geriatric Psychiatry. Elsevier Inc, 21(3), pp. S109–
S110. doi: 10.1016/j.jagp.2012.12.146.
Badan POM RI (2015) Bulletin Berita MESO Drug for Patient Safety, Badan POM
RI, 33(1): 1-12.
Barus, J. (2015) ‘CONTINUING CONTINUING MEDICAL MEDICAL
EDUCATION Penatalaksanaan Farmakologis Nyeri pada Lanjut Usia’,
42(3), pp. 167–171.
Bruckenthal, P. (2008) ‘Assessment of Pain in the Elderly Adult’, Clinics in
Geriatric Medicine, 24(2), pp. 213–236. doi: 10.1016/j.cger.2007.12.002.
Cavalieri, T. a (2007) ‘Managing Pain in Geriatric Patients’, The Journal of the
American Osteopathic Association, 107(6), pp. 10–16.
Ferrell, B., Argoff, C. and Epplin, J. (2009) ‘Pharmacological Management of
Persistent Pain in Older Persons’, Journal of the American Geriatrics
Society, 57(6 Suppl), pp. 1331–1346. doi: 10.1111/j.1532-
5415.2009.02376.x.
Fillingim, R. B. et al. (2009) ‘Sex, Gender, and Pain: A Review of Recent Clinical
and Experimental Findings’, Journal of Pain. Elsevier Ltd, 10(5), pp. 447–
485. doi: 10.1016/j.jpain.2008.12.001.
Fine, P. G. (2012) ‘Treatment guidelines for the pharmacological management of
pain in older persons.’, Pain medicine (Malden, Mass.), 13 Suppl 2(May),
pp. S57-66. doi: 10.1111/j.1526-4637.2011.01307.x.
Finnerup, N. B. et al. (2016) ‘Pharmacotherapy for neuropathic pain in adults:
systematic review, meta-analysis and updated NeuPSIG
recommendations’, 14(2), pp. 162–173. doi: 10.1016/S1474-
4422(14)70251-0.Pharmacotherapy.
FitzGerald, G. A. (2007) ‘COX-2 in play at the AHA and the FDA’, Trends in
Pharmacological Sciences, 28(7), pp. 303–307. doi:
10.1016/j.tips.2007.05.007.
Galloway, D. A. et al. (2016) ‘HHS Public Access’, 32(4), pp. 87–92. doi:
10.1016/j.coviro.2015.09.001.Human.
Kaye, A. D. et al. (2014) ‘Geriatric pain management, pharmacological
nonpharmacological considerations’, Psychology and Neuroscience, 7(1),
pp. 15–26. doi: 10.3922/j.psns.2014.1.04.
Kemenkes RI (2017) ‘Analisis lansia di Indonesia’, Pusat data dan informasi, pp.
1–2. www.depkes.go.id/download.php?file=download/.../infodatin lansia
2016.pdf%0A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Koes, B. W. et al. (2010) ‘An updated overview of clinical guidelines for the
management of non-specific low back pain in primary care’, European
Spine Journal, 19(12), pp. 2075–2094. doi: 10.1007/s00586-010-1502-y.
Kress, H.-G. et al. (2014) ‘Managing chronic pain in elderly patients requires a
CHANGE of approach’, Current Medical Research and Opinion, 30(6),
pp. 1153–1164. doi: 10.1185/03007995.2014.887005.
Kukkar, A. et al. (2013) ‘Implications and mechanism of action of gabapentin in
neuropathic pain’, Archives of Pharmacal Research, 36(3), pp. 237–251.
doi: 10.1007/s12272-013-0057-y.
Lanas, A. et al. (2011) ‘Prescription patterns and appropriateness of NSAID therapy
according to gastrointestinal risk and cardiovascular history in patients
with diagnoses of osteoarthritis’, BMC Medicine, 9. doi: 10.1186/1741-
7015-9-38.
Liu, D. et al. (2013) ‘A practical guide to the monitoring and management of the
complications of systemic corticosteroid therapy’, Allergy, Asthma and
Clinical Immunology. Allergy, Asthma & Clinical Immunology, 9(1), p.
1. doi: 10.1186/1710-1492-9-30.
Medscape (2017) Drug Interaction Checker. Available at:
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker (Accessed: 20
May 2017).
Norasteh, A.S (2012) Low Back Pain. Edited by A. A. Norasteh. Iran: Guilan
University. doi: 10.5772/3151.
Nissen, S. E. et al. (2016) ‘Cardiovascular Safety of Celecoxib, Naproxen, or
Ibuprofen for Arthritis’, New England Journal of Medicine, 375(26), pp.
2519–2529. doi: 10.1056/NEJMoa1611593.
Ong, C. K. S. et al. (2007) ‘An evidence-based update on nonsteroidal anti-
inflammatory drugs’, Clinical Medicine and Research, 5(1), pp. 19–34.
doi: 10.3121/cmr.2007.698.
Patel, K. V. et al. (2014) ‘Prevalence and Impact of Pain among Older Adults in the
United States: Findings from the 2011 National Health and Aging Trends
Study’, 154(12), pp. 1–22. doi: 10.1016/j.pain.2013.07.029.Prevalence.
Pinzon, R. (2015) ‘Komorbiditas Nyeri pada Pasien Lanjut Usia’, Cdk-226, 42(3),
pp. 173–175.
Pinzon, R. dan Rosa D.L.Sanyasi. (2018) Nyeri. Cetakan I. Yogyakarta: Sumber
Aksara, Yogyakarta.
PIONAS (2015) Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Badan POM RI. Available at:
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-
reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains (Accessed: 30
March 2018).
Portenoy, R. (2006) ‘Development and testing of a neuropathic pain screening
questionnaire: ID Pain’, Current Medical Research and Opinion, 22(8),
pp. 1555–1565. doi: 10.1185/030079906X115702.
Psaty, B. M. and Weiss, N. S. (2007) ‘NSAID trials and the choice of comparators-
-questions of public health importance.’, The New England journal of
medicine, 356(4), pp. 328–30. doi: 10.1056/NEJMp068286.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Stollberger, C. and Finsterer, J. (2003) ‘Nonsteroidal anti-inflammatory drugs in
patients with cardioor cerebrovascular disorders’, Zeitschrift for
Kardiologie, 92(9), pp. 721–729. doi: 10.1007/s00392-003-0964-x.
Votrubec, M. and Thong, I. (2013) ‘Neuropathic pain--a management update.’,
Australian family physician, 42(3), pp. 92–7. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23529516.
Zahra, A. P. et al. (2017) ‘Obat Anti-inflamasi Non-steroid ( OAINS ):
Gastroprotektif vs Kardiotoksik Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs (
NSAIDs ): Gastroprotective vs Cardiotoxic’, 6, pp. 153–158.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 1. Faktor Risiko Kardiovaskuler (CV)
Keterangan :
Faktor risiko CV : 0 = tidak, 1 = ya
No RM
HT Dislipidemia Jantung MI IHD AF
37
(77%)
15
(31,3%)
4
(8%) 3 (6,3%) 3 (6,3%) 1 (2,1%)
1 00-96-60-05 0 1 0 0 0 0
2 00-94-41-70 1 0 0 0 0 0
3 00-45-10-37 1 0 0 0 0 0
4 00-53-33-07 1 0 0 0 0 0
5 00-75-78-86 1 0 0 0 0 0
6 01-93-82-98 1 1 0 0 0 0
7 01-98-34-41 1 0 0 1 0 0
8 01-00-35-22 1 0 0 0 0 0
9 02-03-65-24 0 0 0 1 0 0
10 01-91-50-16 1 0 0 0 0 0
11 00-15-58-72 1 1 0 0 0 0
12 01-05-92-46 1 0 0 0 1 0
13 00-30-86-43 1 1 0 0 1 0
14 01-02-25-36 1 0 0 0 0 0
15 00-15-10-36 0 0 0 0 0 0
16 00-29-92-68 1 0 0 0 0 0
17 00-74-95-17 1 0 0 0 0 0
18 00-54-32-97 1 0 0 1 0 0
19 00-63-93-27 1 0 0 0 0 0
20 00-58-07-63 0 0 0 0 0 0
21 00-26-80-97 1 1 0 0 0 0
22 01-16-24-75 0 1 0 0 0 0
23 00-65-42-34 0 0 0 0 0 0
24 00-97-01-97 1 0 0 0 0 0
25 01-00-19-56 1 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
26 00-32-31-89 1 1 1 0 0 0
27 01-13-58-24 1 0 0 0 0 0
28 00-94-78-80 0 0 0 0 0 0
29 02-01-29-24 1 0 0 0 0 0
30 01-12-10-63 1 1 1 0 0 0
31 01-11-53-72 1 0 0 0 0 0
32 01-10-65-46 1 1 0 0 0 0
33 01-12-33-21 1 0 1 0 1 1
34 00-69-66-58 1 0 0 0 0 0
35 00-66-13-21 1 1 0 0 0 0
36 00-67-65-20 0 1 0 0 0 0
37 00-67-77-59 1 0 0 0 0 0
38 00-74-26-13 1 0 0 0 0 0
39 00-92-47-08 1 1 0 0 0 0
40 01-96-76-13 1 1 0 0 0 0
41 01-97-08-32 1 0 0 0 0 0
42 02-04-22-08 1 0 0 0 0 0
43 00-15-59-70 0 1 1 0 0 0
44 00-31-20-64 1 0 0 0 0 0
45 00-49-33-54 1 0 0 0 0 0
46 00-50-04-06 0 1 0 0 0 0
47 01-09-87-22 1 0 0 0 0 0
48 00-14-06-57 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 2. Faktor Risiko Gastrointestinal (GI)
Keterangan :
Faktor risiko GI : 0 = tidak, 1 = ya
Kesimpulan risiko GI : 0 = tidak terdapat faktor risiko; 1 = terdapat lebih
dari 2 faktor risiko; atau yang menggunakan NSAIDs dengan kortikosteroid
dan antikoagulan; atau dua obat NSAIDs; atau riwayat perdarahan ulkus;
atau riwayat dispepsia
No
Usia
≥65
th
Aspirin Kortikosteroid Antikoagulan
Riwayat
ulkus
peptikum
Riwayat
dispepsia
Dua
terapi
OAINS
Kesimpulan
resiko GI
tinggi
35 12 3 0 0 0 0 8
1 0 1 0 0 0 0 0 0
2 1 0 1 0 0 0 0 1
3 1 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0
5 1 0 0 0 0 0 0 0
6 1 0 0 0 0 0 0 0
7 1 1 0 0 0 0 0 1
8 1 0 0 0 0 0 0 0
9 1 1 0 0 0 0 0 1
10 1 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 0 0 0 0 0 0 0
13 1 0 0 0 0 0 0 0
14 1 0 0 0 0 0 0 0
15 1 0 0 0 0 0 0 0
16 1 0 0 0 0 0 0 0
17 1 0 0 0 0 0 0 0
18 1 1 0 0 0 0 0 1
19 1 0 0 0 0 0 0 0
20 1 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
21 1 0 0 0 0 0 0 0
22 1 1 0 0 0 0 0 1
23 1 0 0 0 0 0 0 0
24 1 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 1 0 0 0 0 0
26 0 1 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0
28 1 0 0 0 0 0 0 0
29 1 0 0 0 0 0 0 0
30 1 0 0 0 0 0 0 0
31 1 0 0 0 0 0 0 0
32 1 1 0 0 0 0 0 1
33 1 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0
36 1 0 0 0 0 0 0 0
37 1 0 0 0 0 0 0 0
38 1 0 0 0 0 0 0 0
39 0 1 0 0 0 0 0 0
40 1 0 1 0 0 0 0 1
41 0 1 0 0 0 0 0 0
42 0 1 0 0 0 0 0 0
43 0 1 0 0 0 0 0 0
44 1 1 0 0 0 0 0 1
45 1 0 0 0 0 0 0 0
46 1 0 0 0 0 0 0 0
47 0 0 0 0 0 0 0 0
48 1 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 3. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 5. Informed Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 6. Lembar Esesmen Nyeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 7. Besar Sampel Minimal
Besar Sampel Minimal
Besar sampel ditentukan dengan rumus berikut:
𝑛 =𝑍2 𝛼 ∙ 𝑝(1 − 𝑝)
𝑒2
Keterangan:
𝑍2 𝛼 : Nilai Z pada derajat kemaknaan 95% : 1,96
p : proporsi sebesar 14,6%
e : presisi diasumsikan 10%
(Swarjana, 2012)
𝑛 =1,962 ∙ 0.146(1 − 0,146)
0,12= 47,898 ≈ 48
Perhitungan besar sampel minimal menggunakan proporsi 14,6%
berdasarkan data penelitian Pinzon (2015) yang menyatakan persentase
kerjadian nyeri disertai komorbiditas hipertensi, riwayat sakit jantung
dan stroke (penyakit kardiovaskular), dengan presisi yang diasumsikan
peneliti sebesar 10% kesalahan yang dapat diterima dalam penelitian.
Jumlah sampel minimal yang diperoleh dari perhitungan besar sampel,
yaitu 48 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 8. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Ketepatan penggunaan
obat anti inflamasi non
steroid
Ketepatan penggunaan OAINS merupakan tinjauan
ulang untuk mengetahui dan menginterpretasi
penggunaan OAINS untuk menjamin ketepatan
dalam memutuskan pengobatan sesuai dengan
guideline, tipe nyeri serta komorbiditas yang dialami
oleh pasien. Terapi dinyatakan tepat apabila pasien
menerima analgesik non opioid, baik acetaminofen
ataupun OAINS sesuai dengan tipe nyeri disertai
dengan pemberian gastroprotektan dan tidak
menerima lebih dari satu terapi OAINS.
Tipe nyeri Tipe nyeri yang dialami pasien lansia dengan peyakit
penyerta berupa nyeri nosiseptif, neuropati atau
campuran. Nyeri digolongkan sebagai nyeri
nosiseptif apabila skor menunjukkan angka -1
sampai dengan 2, dan apabila skor > 2 maka
dinyatakan sebagai nyeri neuropati (Portenoy, 2006).
Tipe nyeri diukur dengan ID Pain yang terdiri dari 5
komponen nyeri neuropatik, yaitu rasa kesemutan,
panas terbakar, kebas/baal, rasa kesetrum, nyeri
bertambah bila disentuh dan 1 komponen nyeri
nosiseptik yaitu nyeri yang terbatas pada
persendian/otot/gigi/lainnya.
Derajat nyeri Derajat nyeri yang dialami pasien lansia dengan
penyakit penyerta berupa nyeri ringan, sedang atau
berat. Derajat nyeri diukur dengan NRS (Numeric
Rating Scale) yang terdapat pada lembar
esesmen.Nyeri ringan apabila skala nyeri yang
dialami pasien berkisar antara 1 – 3. Nyeri sedang
apabila skala nyeri yang dialami pasien berkisar
antara 4 – 6, dan nyeri berat apabila skala nyeri yang
dialami pasien berkisar antara 7 – 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BIOGRAFI PENULIS
Kornela Mira Pratiwi Penois, lahir di Pontianak, 21 Maret
1996. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak
Petrus Itus, G. dan Ibu Marsia Nonis. Riwayat pendidikan
formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah TK Bruder
Nusa Indah Pontianak (2001-2002), SD Bruder Nusa Indah
Pontianak (2002-2008), SMP Bruder Pontianak (2008-2011),
SMA Santo Paulus Pontianak (2011-2014) dan pada tahun
2014 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti Anggota
Divisi Dana dan Usaha PPRTOS tahun 2015, Anggota Divisi Liaison Officer 3on3
Farmasi tahun 2015 dan 2016, Bendahara Lomba Cerdas Cermat Kimia tahun 2016,
Bendahara Pharmacy Performance tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI