Kelompok 22 - KLOROKUIN (Gravimetri)
-
Upload
aprilia-ristian -
Category
Documents
-
view
115 -
download
6
description
Transcript of Kelompok 22 - KLOROKUIN (Gravimetri)
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS II
SENYAWA TURUNAN KUINOLIN (Penentuan Kadar Klorokuin Dalam Sediaan Tablet)
Disusun oleh :
CAHYA FAUZAN RAMADHAN 31111061
M. NOVA VAUZAN 31111087
NORRIES FACHLEVY 31111090
Farmasi-3B
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
I. TUJUAN
a. Dapat mengisolasi klorokuin yang terdapat pada sediaan farmasi
b. Dapat menetapkan kadar klorokuin secara kuantitatif dari sediaan farmasi
dengan metode Gravimetri
II. DASAR TEORI
a. Klorokuin Fosfat
7-kloro-4-[4-(dietilamino)-1-metilbutil)]amino] kuinolin fosfat.
BM = 515,87
Tablet Klorokuin fosfat
Tablet klorokuin fosfat mengandung klorokuin fosfat, kadar tidak kurang dari
93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Klorokuin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C18H12CIN3,dihitung terhadap zat yang dikeringkan.
Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih : tidak berbau : rasa pahit
Kelarutan : mudah larut dalam air : praktis tidaklarut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter (Farmkope Indonesia, Edisi IV, 1995).
Klorokuin merupakan obat antimalaria yang bekerja pada fase eritrosit dan tidak
efektif pada fase hepatis. Sehingga dalam pengobatan malaria setelah menggunakan
klorokuin dilanjutkan menggunakan primaquin untuk membasmi P. Vivak dan P. Ovale
dalam hati (fase hepatis).
b. Metode Gravimetri
Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara pengukuran berat
komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri
adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian
terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau
radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat
atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan, metode
elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya. Pengendapan merupakan metode
yang paling baik pada analisis gravimetri. Kita akan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan. Parameter-parameter yang penting adalah temperatur, sifat
pelarut, adanya ion-ion pengotor, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks, dan lain-lain .
(Svehla, 1990)
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetric memakan
waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu
factor-faktor koreksi dapat digunakan. Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan
endapan primernya. Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua penomena yang
berbeda. Sebagai contoh pada postpresipitasi , semakin lama waktunya maka
kontaminasi bertambah, sedangkan pada kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi
bertambah akibat pengadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi tidak pada
kopresipitasi (Khopkar, 1990).
Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan kation
anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida dan
isodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa organik pula ditentukan dengan mudah
secara gravimetrik (Underwood, 1986)
Prinsip Dasar dalam analisis Gravimetri
1. Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi
pengendapan
2. Secara umum dinyatakan dengan persamaan : aA + pP → AaPp
Keterangan :
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A),
“p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (P)
AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut
yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan
pengeringan
3. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai
proses pengendapan yang sempurna.
4. Misalnya pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat
C2O42- dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut :
Ca2+ + C2O4
2- → CaC2O4(s)
5. Reaksi yang menyertai pengeringan CaC2O4(s) → CaO(s) + CO2(g) + CO(g)
Pada gravimetri agar hasil analisa dianggap baik dan benar maka ada beberapa
factor yang harus diperhatikan, antara lain : kesempurnaan pengendapan, kemurnian
endapan dan susunan endapan. Yang dimaksud endapan murni adalah endapan yang
bersih yang artinya tidak mengandung molekul-molekul lain yang biasanya disebut
sebagai pengotor. Dan yang dimaksud dari kesempurnaan pengendapan adalah
pengendapan diusahakan sesempurna mungkin, oleh karena itu kelarutan endapan harus
dibuat sekecil mungkin ( Basset, 1994 ).
III. ALAT DAN BAHAN
a) Alat yang digunakan
Timbangan
Beaker glass
Erlenmeyer
Corong
Kaca arloji
Batang pengaduk
Oven
Tang krus
Loyang
Cawan penguap
Vortex
b) Bahan yang digunakan
Asam pikrat
Asam Asetat
Dragendroff
N-heksan
Aquadest
IV. PROSEDUR KERJA
a) Isolasi Sampel
Sampel dilarutkan dalam air
Di vortex kemudian disentrifius
Saring
ResiduFiltrat
(+) H2SO4 2-3tts
(+) As.Pikrat 25 ml
(+) as. Pikrat
(+) As.
Pikrat
(+) As.
Pikrat
(+) As. Pikrat
Diamkan sampai terbentuk endapan ± 2 jam
Saring kembali (dengan
memakai kertas saring abu )
Filtrat Residu
(+) H2SO4 2-3tts
(+) As.Pikrat 25 ml
(+) as. Pikrat
(+) As.
Pikrat
(+) As.
Pikrat
(+) As. Pikrat
Diamkan ± 2 jam
lalu saring
Filtrat Residu
Lakukan uji kualitatif dengan Dragendroff
(-) klorokuin warna kuning
(+) klorokuin warna coklat
Catatan : Penyaringan dilakukan pada satu kertas saring sama
Residu
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Residu beserta kertas saringnya dimasukan ke dalam krus yang
sudah konstan
Di oven selama 3 jam
Keluarkan krus kemudian (+) N-heksan dan biarkan menguap
Oven lagi selama ± 1 jam, Kemudian Timbang Krus
yang berisi sampel
BM Klorokuin = 656
BM Klorokuin fosfat = 782,96
Berat sampel = 1 gram
Berat Krus kosong = 32,6861 gram
Berat Krus Isi = 33,4023 gram
Berat analit sebenarnya= (Berat Krus Isi) – (Berat Kosong)
= 33,4023 gram – 32,6821 gram
= 0,7202 gram
Faktor Gravimetri = 0,4090
Berat Klorokuin Fosfat = Berat analit x Faktor gravimetri
= 1,7202 gram x 0,4090
= 0,2945 gram
`
VI. PEMBAHASAN
Pada analisis kuantitatif klorokuin ini menggunakan metode gravimetri.
Gravimetri merupakan merupakan salah satu metode kimia analitik untuk
menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara
mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses
pemisahan.
Pada umumnya klorokuin dalam sediaan famasi berupa bentuk fosfatnya
maka proses isolasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. Klorkuin
dilarutkan dalam air kemudian disentrifuge lalu kemudian filtrasi antara filtrat
(mengandung klorokuin) dan residu (berupa zat tambahan tablet). Setelah itu
filtrat tadi di tambahkan 2-3 tts Asam asetat dan 25ml Asam pikrat. Hal ini
bertujuan untuk merubah klorokuin dari bentuk fosfat menjadi bentuk bebasnya
karena pada praktikum ini yang akan kita identfikasi adalah klorokuin dalam
bentuk bebasnya. Dilakukanya penambahan asam sulfat pekat dimaksudkan
untuk memecahkan ikatan komplek dari klorokuin fosfat yang kemudian akan
dilepas dalam bentuk molekul bebasnya yaitu klorokuin. Kemudian
ditambahkan asam pikrat untuk penarikan klorokuin. Pada tahap ini klorokuin
dan asam pikrat akan membentuk endapan klorokuin dalam bentuk bebasnya,
endapan inilah yang nantinya akan kita identifikasi kadarnya menggunakan
metode gravimetri.
Sebelum dilakukan pengovenan krus kosong terlebih dahulu di isi sedikit etanol
kemudian di oven dengan suhu 100°C selama ± 1jam. Hal ini bertujuan supaya
tidak adanya pengotor pada alat yang digunakan. Setelah proses penguapan
etanol selesai, krus yang berisi sampel kemudian di oven pada suhu 105°C
selama ± 3jam dan kemudian di tambahkan etanol lagi kemudia dinginkan
dalam eksikator/desikator. Setelah itu di oven lagi untuk proses pengeringan
selama ± 1jam dengan suhu 105°C.
Gravimetri ini adalah cara pengeringan secara langsung karena tidak
dilakukan penambahan bahan atau reagent lain dalam proses pengeringan. untuk
bahan atau produk yang akan dilakukan pengeringan menggunakan metode
gravimetri tidak boleh mengandung karbohidrat yang tinggi karena
dikhawatirkan akan terjadi karamelisasi yang lama kelamaan akan membentuk
kerak jika proses pengeringan terus berjalan. Fungsi eksikator adalah untuk
menyerap uap air hasil pengeringan yang akan diserap oleh silica gel dalam
keadaan vaccum. Selain itu juga untuk mencegah bahan menyerap air yang ada
di udara (higroskopis) yang dapat menyebabkan penambahan bobot hasil
nantinya.
Adapun Faktor–faktor penyebabnya kesalahan pada analisis menggunakan metode ini adalah :
1. Kopresipitasi dari ion-ion pengotor (proses dimana biasanya komponen-komponen dari larutan terbawa oleh endapan atau ikut mengendap )
2. Peptisasi ( proses dimana koloid yang menggumpal atau mengkoagulasi larut kembali menjadi partikel-partikel dalam keadaan terdispersi).
3. Postpresipitasi (pengotor akan menempel pada permukaan endapan dan harus cepat dipisahkan dengan cara dekantasi) zat yang agak larut.
4. Kurang sempurna pencucian.
5. Kurang sempurna pemijaran.
6. Pemijaran berlebih sehingga sebagian endapan mengurai.
7. Reduksi dari karbon pada kertas saring.
8. Tidak sempurna pembakaran.
9. Penyerapan air atau karbondioksida oleh endapan (Underwood, 1986).
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang di lakukan dapat di simpulkan bahwa
1. Penentuan kadar klorokuin ini dapat dilakukan dengan metode Gravimetri
2. Diperoleh kadar klorokuin dalam sampel adalah 29,45 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DepKes RI
Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta
Sudjadi dan Abdul Rohman. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : UGM Press.
Day, RA dan Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.Erlangga. Jakarta
Basset, J, dkk. 1994. Kimia analisis kuantitatif anorganik. EGC. Jakarta
Ganjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.