Kehamilan Dgn Penyakit Gangguan Jiwa

download Kehamilan Dgn Penyakit Gangguan Jiwa

of 32

Transcript of Kehamilan Dgn Penyakit Gangguan Jiwa

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis danaadaptasi dari seorang wanitayang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri ( misalnya adanya perubahan tubuh dan hormonal, kehamilannya tersebut tak diinginkan, jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat keguguran ataupun riwayat obstetric buruk lainnya ) dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa ( psikosis ) yang berat. Namun, ini bukan lah hal yang mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis. Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklamsia dan

infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh psikosis. Selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kehamilan .Berdasar dar masalah di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai kelainan jiwa dalam kehamilan ( depresi, psikosa dan psikoneurosa ) dengan tujuan agar masyarakat,

terutama wanita hamil lebih banyak tentang hal tersebut, mulai dari bentuk-bentuk atau jenisnya sampai cara penanganannya. Dengan mengetahuinya, maka diharapkan mereka yang menganggap kehamilan adalah boomerang dapat meyadari bahwa hal itu adalah fisiologis dan peristiwa kodrati yang harus dilalui dan agar mereka dapat menyesuaikan diri sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hubungannya dengan perubahan emosional. 1.2 Rumusan Masalah Berdasar dari latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1

1. Apa definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa? 2. Bagaimana gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa? 3. Apa saja yang termasuk jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa? 4. Apa pengaruh atau dampak dari depresi, psikosa dan psikoneurosa? 5. Bagaimana penangana depresi, psikosa dan psikoneurosa? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui seputar penyakit gangguan jiwa yang menyertai kehamilan, yakni : 1. Untuk mengetahui definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa. 2. Untuk mengetahui gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa. 3. Untuk mengetahui jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa. 4. Untuk mengetahui pengaruh atau dampak dari depresi, psikosa dan psikoneurosa. 5. Untuk mengetahui cara penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Depresi Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu : a. Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit tubuh yang menyeluruh ( wholebody ), yang meliputi tubuh,suasana perasaan(mood),dan pikiran. b. Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan untuk menoba lebih keras. c. Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan. Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal. 2.1.1 Gejala-gejala Depresi Menurut Diagnostik dan statistikal manual IV Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika, lima atau lebih gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilanga minat atau kemampuan menikmati sesuatu.

3

1. Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis). 2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain). 3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan). 4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat). 6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari. 7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari. 8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain). 9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri. Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut : a. Ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. b. Teganggu calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas. c. Kadang-kadang tegang, kaku, dan menolak intervensi terpeutik. Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.

4

2.1.2 Bentuk-bentuk Depresi Terdapat berbagai bentuk depresi, tergantung dari vartiasi dalam jumlal simptom, tingkat keparahan dan persistensinya. Namun, secara umum dapat digolongkan menjafi dua yakni : a. Depresi Unipilar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi Unipolar terdiri atas : 1. Depresi Mayor Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau depresi mayor. Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.

2. Distimia Merupakan bentuk depresi yang kurang parah karena simptom atau gejala-gejala yang ditunjukkan tidak membuat orang yang mengalaminya menjadi tidak mampu tetapi yang menghindarkan orang yang bersangkutan untuk berfungsi pada tingkat yang penuh atau menghalanginya dari perasaan baik.

5

b. Depresi Bipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh pergantian antara suasana perasaan depresif dan mania, artinya selain depresi, di sisi lain terkadang merasa gembira. 2.1.3 Penyebab Terjadinya Depresi Pada Kehamilan Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi biang keladinya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gama aminobutrik.Selain itu,ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut. Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal. Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya. Faktor lain yang menyumbang peran dalam terjadinya depresi pada ibu hamil antara lain: 1. Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan. 2. Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga. 3. Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin. 4. Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya. 5. Sedang menghadapi masalah keuangan. 6. Usia ibu hamil yang terlalu muda. 7. Adanya komplikasi selama kehamilan. 8. Keadaan rumah tangga yang tidak harmoni. 9. Perasaan calon ibu yang tidak menghendaki kehamilan.6

2.1.4 Dampak Atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu : 1. Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan. 2. Kedua muncul nya gangguan kesehatan pada mental sianak nantinya. Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri 2.1.4 Cara Penanganan Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang

menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.

7

Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif ( depresi ) rekuren. Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi ( Depression Guideline Panel ) : 1. Fase Akut Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.

2. Fase Lanjut Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat. Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan. Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri. Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin ( MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi.Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara rutin harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien samping ingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan.Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan8

mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.

2.2 Psikosa Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum. Tanda-tanda atau gejala-gejala psikosa yaitu : pada umum nya gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi sosial-halusinasi. Sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi psikomotor dan perilaku katatonik. Sering ada gangguan lingkungan. sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri. adanya gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan. Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu: 1. Psikosa fungsional Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal pengahantar saraf ( neurotransmitter ). Factor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau penglaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.

2. Psikosa organik Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAZA.

9

2.2.1 Jenis-jenis psikosa Adapun jenis-jenis psikosa yaitu terdiri atas : a. Skizofrenia merupakan jenis psikosa yang paling sering dijumpai. Skizofrenia pada kehamilan. dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan : a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin. b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan. c) d) Komplikasi kandungan. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.

b. Paranoid Paranoid ditandai adanya kecurigaan yang tidak beralasan terus menerus yang pada puncaknya bisa menjadi tingkah laku yang agresif. Emosi dan pikiran penderita masih berjalan baik dan saling berhubungan. Jalan pikiran cukup sistematis, mengikuti suatu logika yang baik dan teratur, tetapi berakhir dengan interpretasi yang menyeleweng dari kenyataan.

2.2.2 Gejala Klinis Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup perasaan tidak sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap implus-implus serta waham dan halusinasi. Gejala psikosa dapat berupa: 1. Halusinasi 2. Sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat 3. Gelisah 4. Retardasi psikomotor 5. Perilaku katatonik 2.2.3 Dampak Psikosa Dalam Kehamilan10

Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain : 1. Gangguan afektif pada kehamilan. 2. Gangguan bipolar 3. Skizofrenia 4. Gangguan cemas menyeluruh 5. Gangguan panik 6. Gangguan obsesif konvulsif Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik: a. Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam b. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan c. Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial. d. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran e. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi. Proses kejiwaan dalam kehamilan 1. Triwulan I a. Cemas ,takut, panik, gusar b. Benci pada suami c. Menolak kehamilan d. Mengidam 2. Triwulan II a. Kehamilan nyata

11

b. Adaptasi dengan kenyataan c. Perut bertambah besar d. Terasa gerakan janin 3. Triwulan III a. Timbul gejolak baru menghadapi persalinan b. Perasaan bertanggung jawab c. Golongan ibu yang mungkin merasa takut d. Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang lalu e. Multipara agak berumur f. Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan menakutkan dari teman-teman lain 2.2.4 Pencegahan dan Penanganan Psikosa Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut : a. Informasi b. ANC rutin c. Nutrisi d. Penampilan e. Aktivitas f. Relaksasi

g. Senam hamil h. Latihan pernafasan

Sedangkan cara penanganan adalah dengan melakukan konsultasi pada dokter, bidan, psikologa atau psikiater. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh petugas keshatan dalam menangani atau menghadapi penderita psikosa adalah : Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali tenaga medis harus dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar. Ajarkan dan berikan

12

latihan-latihan untuk dapat menguasai otot-otot, istirahat dan pernafasan. Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si wanita. 2.3 Psikoneurosa Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya.Oleh karena ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Oleh karena itu, psikoneurosis bukanlah suatu penyakit. Penderita psikoneurosis biasanya adalah orang yang taraf kecerdasannya cukup tinggi. Mereka cukup kritis untuk menilai situasi atau motif-motif yang saling bertentangan sehingga mereka sangat merasakan adanya konflik. Sebaliknya, orang yang tidak cukup tinggi taraf kecerdasannya, kurang kritis untuk mengerti konflikkonflik yang ada. Berbeda dengan gangguan psikotik, pada psikoneurosa tidak terjadi disorganisasi kepribadiaan yang serius dalam kaitannya dengan realitas eksternal. Biasanya penderita memiliki sejarah hidup penuh kesulitan, dibarengi tekanan-tekanan batin dan peristiwa yang luar biasa. Atau mengalami kerugian psikis yang besar sekali, karena terampas dari lingkungan sosial yang baik kasih sayang sejak usia yang sangat muda. Proses pengkondisian yang buruk terhadap mental pasien itu menumbuhkan simpton-simpton mental yang patologis atau menimbulakan macam-macam bentuk gangguan mental. Dengan demikian, gejala atau karakteristik dari penderita psikoneurosa diantaranya : penderita tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya, tingkah lakunya jadi abnormal dan aneh-aneh serta penderita biasanya tidak mengerti dirinya sendiri dan membenci pula diri sendiri. Sebab-sebab yang utama penyakit psikoneurosa atau lebih popular disingkat dengan neurosa, antara lain ialah: factor-faktor psikologis dan cultural, yang menyebabkan timbulnya banyak stress dan ketegangan-ketegangan kuat yang khronis pada seseorang. Sehingga pribadi mengalam frustasi dan konflik-konflik emosional dan pada akhirnya mengalami satu mental breakdown. Sebab-sebab lainnya adalah diantaranya : a. Ketakutan terus menerus dan sering tidak rasional. Misalnya : bagi ibu hamil, takut memikirkan terus sakitnya melahirkan. b. Ketidakseimbangan pribadi.13

c. Konflik-konflik internal yang serius, khususya yang sudah diimulai sejak masa kanak-kanak. d. Kurang adanya usaha dan kemauan. e. Lemahnya pertahanan diri ( memakai defence mechanism yang negative ). 2.3.1 Jenis-jenis Neurosis A. Neurosis Cemas 1. Gejala neurosis a. Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, mudah lelah, keringat dingin b. Gejala psikologis berupa kecemasan, keteganggan, panik, depresi

2. Faktor penyebab Faktor pencetus neurosis cemas seing jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam. 3. Terapi Neurosis Cemas Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu : a) Psikoterapi indifidual b) Psikoterapi kelmpok c) Psikoterapi analitik d) Sosioterapi e) Farmakoterapi

B. Histeria 1. Gejala-gejala Histeria Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala ini sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat. 2. Jenis-jenis Histeria a) Histeria Minor atau reaksi konfersi

14

Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, dll b) Histeria mayor atau reaksi disosiasi Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang dialami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan yang lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala: amnesia, somnabulisme, fugue dan kepribadian ganda. 3. Sebab-sebab Hysteria: a) Ada presdiposisi pembawaan berupa system saraf yang lemah. b) Tekanan mental yang disebabkan oleh, kesusahan, kekecewaan, shock, dan pengalaman traumatis. c) Kondisi fisik yang buruk seperti sakit-sakitan, gangguan pikiran dan badaniah. 4. Terapi terhadap penderita hysteria Ada beberapa tehnik terapi yang dapat dilakukan antara lain: a) Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer) b) Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud) c) Psikoterapi suportif d) Farmakoterapi C. Neurosis Fobik 1. Gejal neurosis fobik Neurosis fobik merupakan gangguan jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. 2. Faktor penyebab neurosa fobik Neurosa fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutandan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian dipresi. Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bbila ada rangsagan serupa.

15

3. Terapi untuk penderita neurosa fobik Menurut maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan samasekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Tehnik terapi yang dapat dilakukan antara lain : 1. Psikoterapi memahami suportif, apa upaya untuk mengajar dia alam penderita beserta

yang

sebenarnya

psikodinamikanya. 2. Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut di diberi rangsangan yang tidak menyenangkan. 3. Terapi kelompo 4. Manipulasi lingkungan D. Neurosis Obsesif-Kompulsif 1. Gejala neurosis obsesif-kompulsif Istilah obsesi menujuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompusif menunjuk pada dorongan atau implus yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuata tersebut tidak perlu dilakukan. 2. Faktor penyebab Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor berikut (Yulia D, 2000). a. Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan b. Trauma mental emosional, yaitu depresi pengalaman masa lalu (masa kecil)

16

3. Terapi a. Psikoterapi suportif b. Penjelasan dan pendidikan c. Terapi perilaku E. Neurosis Depresif 1. Gejala neurosis depresif Neurosis depesif merupakan neursis dengan gangguan utama pada perasaan. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah gejala jasmaniah yang senantiasa lelah, gejala psikologis yaitu sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, ingin mengahiri hidupnya. 2. Terapi Untuk menyembuhkan depresi, Burns(1988) telah mengembangkan teknik terapi dengan prinsip yang dibuat terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut : a. Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran yang bersangkutan. b. Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam. c. Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional. F. Neurasthenia 1. Gejala neurasthenia Gejala utama : tidak bersemangat, cepat lelah, kemampuan berpikir menurun Gejala tambahan : insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi berbagai macam penyakit. 2. Faktor penyebab

17

Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Darajat, 1983), yaitu sebagai berikut : a. Terlalu lama menekan perasaan b. Kecemasan c. Terhalanginya keinginan-keinginan d. Sering gagal dalam menghadapi persaingan 3. Terapi a. Psikoterapi supportif b. Terapi olah raga c. Farmak terapi G. Psikotenis 1. Gejala Gejal penyakit ini ialah kelesuan mental, phobia. Selain phobia timbul obsesi yang disertai compulsion (kecenderungan untuk melakukan sesuatu tanpa dapat dicegah). 2. Sebab-sebab psikotenis a. Represi terhadap pengalama-pengalaman traumatis yang sangat menakutkan pada masa silam. b. Ada konflik antar untuk berani melawan rasa takut yang merenggut, yang dicobanya menekan kuat-kuat dalam alam tidak sadar. H. Neurastania Penyakit ini ditandai oleh kelelahan yang terus menerus, wajah murung, nafsu makan menurun, sulit tidur. Risau disebabkan oleh kesibukan.Banyak menderita ketegangan emosional karena konflik-konflik internal, kesusahan. Faktor-faktor herediter diperkirakan juga menjadi penyebabnya.

18

I. Hipokondria Adalah kondisi kecemasan yang kronis, dimana pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis terhadap kesehatan sendiri. Individu yang bersangkutan merasa yakin betul bahwa dirinya mengidap suatu penyakit yang kronis. Kesehatan emosional berakitan erat dengan kesehatan dan kondisi jiwa seseorang, cara untuk mengatasi kelabilan dari kesehatan emosi ini dapat dilakukan dengan cara memakan makanan yang sehat yang disertai asupan gizi yang cukup, malakukan olah raga secara teratur, dan istirahat yang proposioanal.

19

CONTOH KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

1. Psikosa Ny S umur 20 tahun G1P0Ab0Ah0 UK 20 minggu dengan psikosa kehamilan di RSUD Wonosari.

DATA SUBJEKTIF

Ny. Sumarni (20 tahun) mengatakan hamil ke-1, umur kehamilan 5 bln,, HPMT 8 November 2009.

Keluhan utama ;

Ibu mengatakan merasa sangat bersalah, sedih dengan kehamilannya saat ini Ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini beban untuknya dan kadang ibu berusaha menyakiti dirinya sendiri

Ibu mengatakan sering mengkhayal bayinya sudah mati. Pola aktivitas

Istirahat/tidur : 5 jam tidur malam, jarang tidur siang. Pola hubungan seksualitas : ibu enggan untuk berhubungan seks.

Riwayat Kesehatan

20

Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita, Tidak ada Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga. Nenek ibu pernah mengalami gangguan jiwa. Kebiasaan kebiasaan

Perubahan pola makan ( termasuk nyidam, nafsu makan turun,dan lain lain) Nafsu makan ibu turun kadang hanya satu kali sehari, nyidam

Keadaan Psikososiokultural

Kehamilan ini tidak diinginkan Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini. Ibu merasa kehamilannya ini hanya beban untuk semuanya sehingga ibu merasa tidak ingin melanjutkan kehamilannya.

Penerimaan keluarga terhadap kehamilan ibu. Suami dan keluarga tidak menginginkan kehamilan ibu karena keadaan ekonomi keluarga dan suami yang kurang mendukung. DATA OBJEKTIF

Keadaan umum agak lemah, ekspresi wajah tegang, cemas dan gelisah, ibu tampak berusaha menyakiti dii sendiri dengan memukul mukul perutnya.

BB

: 47 kg

LILA : 23 cm

Tanda Vital:

TD

: 120/90 mmHg

S

: 36C

N

: 100 x/menit

21

RR

: 22 x/ menit

Palpasi Leopold :

Leopold ! : teraba ballothement (+)

ASSESMENT

1. Diagnosa Kebidanan : Seorang wanita usia 20 tahunG0P1Ab0Ah1 UK 20 minggu dengan psikosa kehamilan

1. Masalah Ibu merasa cemas, sulit tidur, panic, ingin menyakiti diri sendiri dan kadang berhalusinasi.

1. Kebutuhan segera Meyakinkan ibu bahwa bidan akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu ibu

mengatasi masalahnya dan ibu tidak perlu takut.

-

Memberikan penyuluhan tentang maksud, tujuan dilakukan terapi serta prosesnya.

1. Diagnosa Potensial Terjadi paranoid dan selanjutnya dapat terjadi psikoneurosa

1. Masalah Potensial Tidak ada

1. Kebutuhan tindakan segera Berkolaborasi dengan dokter dan psikiater untuk pemberian terapi.

22

PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan ibu TD : 110/70 mmHg

S

: 36C

N

: 84 x/menit

RR

: 22 x/ menit

2. Mendengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.

E : Ibu terlihat agak tenang

3. Memberitahu ibu resiko bunuh diri/melukai diri sendiri baik bagi ibu maupun janinnya. E : Ibu histeris mendengarnya dan masih berusaha melukai diri sendiri

4. Memberikan konseling kepada keluarga tentang keadaan ibu, penyebabnya, dan berusaha memotivasi keluarga agar menerima kehamilan ibu. E: awalnya keluarga menolak namun setelah mendengar konseling, mau merubah sikap terhadap kehamilan ibu. 5. Menganjurkan keluarga untuk menjauhkan dan menyimpan alat-alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci. E : Keluarga mengerti dan akan melakukan saran bidan.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan sering berkomunikasi dengan orang lain. 7. Memberikan penyuluhan tentang maksud, tujuan dilakukan terapi serta prosesnya kepada klien dan keluarga untuk diminta persetujuan dan dukungannya. E : Keluarga menyetujui tindakan terapi 8. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan psikiater untuk pelaksanaan terapi seperti pemberian obat anti depresan dan anti psikotik.23

9. Memberikan dorongan moril pada klien, mendengarkan cerita keluhan keluhan pasien dan menganjurkan untuk berdoa.

2. CONTOH KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN NEUROSIS CEMAS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. M usia 26 tahun G2P1Ab0Ah1 UK 13 minggu dengan Neurosis Cemas

NO. REGISTER

: 224455

MASUK RS TANGGAL, JAM

: 28 Maret 2010, 11.00 WIB

DI RUANG

: RB Karya Rini

TANGGAL PENGKAJIAN

: 28 Maret 2010, 11.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering merasa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingin, cemas, tegang, anorexia dan cepat panik.

B. DATA OBJEKTIF

1)

Keadaan umum lemah dan pucat, kesadaran compos mentis, ekspresi murung

2)

Tanda vital

24

a. Tekanan darah

: 120/80 mmHg

b. Nadi

: 80 kali per menit

c. Pernafasan

: 24 kali per menit

d. Suhu

: 38,3 C

3) Edema wajah

: tidak ada

4) Abdomen

a. Bentuk

: masih tampak datar

b. Bekas luka

: tidak ada

c. Strie gravidarum

: ada

Palpasi Leopold

Leopold I

: TFU 3 jari di atas simpisis

Leopold II

: tidak dilakukan

Leopold III

: tidak dilukukan

Leoplod IV

: tidak dilakukan

5) Ekstremitas

Edema

: tidak ada

25

6)

Pemeriksaan Penunjang Protein urine ( )

a.

b.

Pemeriksaan haemoglobin tanggal 28 Maret 2010 9,6 gr%

C. ASSESMENT Diagnosis kebidanan : Ny M usia 26 tahun G2P1Ab0Ah1 UK 13 minggu dengan neurosis cemas

Masalah

: Ibu mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering merasa sesak nafas, dada

tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingin, cemas, tegang, anorexia dan cepat panik.

Kebutuhan Suharto,Sp.KJ

: KIE tentang neurosis cemas, pemberian tablet besi dan kolaborasi dengan dr.

D. PLANNING

Tanggal 28 Maret 2010, jam 11.15 WIB

1) Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi ibu kurang baik. Sekaligus memberi KIE tentang penyakit yang diderita ibu yaitu neurosis cemas, sejenis gangguan jiwa yang menyebabkan kecemasan, kepanikan maupun masalah-masalah emosional yang dihadapi ibu. Ibu paham dengan penjelasan bidan.

2) Memberikan ibu tablet besi sebanyak 10 tablet untuk diminum setiap hari 1 kali, ibu dianjurkan untuk meminumnya sebelum tidur pada malam hari dengan sari buah atau air putih jika tidak ada sari buah karena sari buah / jus yang mengandung vitamin C dapat mempercepat penyerapan tubuh terhadap tablet besi dan mengurangi rasa mual. Ibu bersedia untuk meminumnya.

26

3) Memotivasi ibu agar tidak memikirkan hal-hal yang dapat cepat memicu perasaan cemas, tegang, sesak nafas, tegang karena sebenarnya apa yang dirasakan ibu terlalu berlebihan dan dapat mempengaruhi psikologis ibu sehingga dapat mengganggu pertumbuhan janin. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan berusaha untuk bersikap rileks.

4) Bidan

memberikan

konseling

mengenai

cara

mengatasi/mengurangi

kecemasan,kepanikan/emosional yaitu dengan mengajari ibu hamil memahami apa yang sebenarnya sedang dialaminya, sehingga dapat dicari jalan keluar untuk masalahnya. Serta mengajari ibu teknik relaksasi dan napas dalam untuk mengurangi ketegangan sehingga membuat perasaan ibu lebih nyaman. Ibu mau bercerita kepada bidan dan belajar teknik relaksasi.

5) Menganjurkan klien istirahat ditempat tidur untuk mengurangi intesitas kecemasan. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin, posisi yang tepat mengurangi kepanikan dan kecemasan yang dialami. Klien berbaring ditempat tidur.

6) Memotivasi ibu untuk menambah asupan gizi/nutrisinya, makan-makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran hijau, daging, telur, ikan dan kacang-kacangan, maupun buah-buahan sehingga perkembangan janin dalam kandungan dapat optimal. Ibu bersedia untuk menambah asupan nutrisinya.

7) Dengan kondisi kehamilan ibu saat ini, apabila bidan belum bisa menangani masalah yang dihadapi ibu hamil tersebut ibu dianjurkan untuk konsultasi kepada dr. Suharto SpKJ. Ibu mengerti dan bersedia untuk berkonsultasi pada dr. Suharto SpKJ apabila kondisi emosional dan kecemasannya belum bisa teratasi.

3. Contoh Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Depresi Seorang ibu hamil, Ny. X usia 23 tahun dengan umur kehamilan 8 minggu datang ke bidan Asri.

27

Data Subjektif

Keluhan utama : Ibu mengatakan cemas dan takut, serta sulit tidur. mengeluh takut dan cemas terhadap kehamilannya. Ibu mengatakan sulit tidur dan nafsu makan berkurang.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum : lemas b. Kesadaran : CM c. Status emosional : cemas Tanda Vital a. Tekanan Darah : 100/70 mmHg b. Nadi c. Pernapasan d. Suhu e. TB / BB f. Mata : 80 x/menit : 18 x/menit : 37 0C : 154 cm / 50 kg : sklera putih, konjuntiva pucat

2. Pemeriksaan Penunjang Hb : 10,8 gr%

ASSESMENT

Diagnosis Kebidanan Seorang primigravida usia 23 tahun, G1P0Ab0Ah0, UK 8 minggu dengan depresi ringan

Masalah Ibu sulit tidur dan nafsu makan berkurang28

Kebutuhan a. KIE pemenuhan nutrisi b. KIE istirahat c. KIE mengurangi rasa cemas Diagnosis Potensial Potensial terjadi depresi berat atau psikosis

Masalah Potensial Saat ini tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien Mandiri Saat ini tidak ada

Kolaborasi Kolaborasi dengan psikiater

Merujuk Saat ini tidak ada

PLANNING

1)

Memberitahu ibu kondisinya saat ini kurang baik yaitu ibu mengalami gangguan

kejiwaan ringan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan mau menerima keadaannya saat ini.

2)

Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

karbohidrat, protein, vitamin dan zat besi seperti susu, telur, daging, sayuran hijau, buahbuahan dan kacang-kacangan.

29

Evaluasi : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan seperti yang sudah dijelaskan bidan.

3)

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 1 jam di siang hari dan 8 jam di

malam hari, serta mengurangi aktifitas yang berat.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk tidur cukup dan akan mengurangi maupun di luar rumah.

aktifitasnya di dalam

4)

Memberikan ibu support mental dengan meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak

pikiran dengan mengalihkan pada kegiatan bersama keluarga, serta memberitahu ibu untuk menceritakan semua hal yang dirasakan kepada orang terdekat ibu.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan kegiatan bersama-sama keluarganya menceritakan semua perasaannya kepada orang terdekat yaitu suami

5)

Menganjurkan ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan

hatinya agar rasa cemas dan takutnya berkurang, seperti Yoga atau pijat refleksi.

Evaluasi : bersedia mengikuti kegiatan Yoga atau pijat refleksi

6)

Menganjurkan ibu datang berkonsultasi dengan psikiater untuk mengetahui dan

mengatasi keadaannya lebih lanjut.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk berkonsultasi dengan psikiater Memberikan suplemen Fe Hemavort sebanyak 10 tablet, 11, diminum sebelum tidur

7)

Evaluasi : Ibu bersedia meminum suplemen yang sudah diberikan bidan

sesuai aturan

8)

Meminta ibu untuk datang kembali 2 minggu lagi atau segera jika ada keluhan.

Evaluasi : Ibu bersedia datang 2 minggu lagi atau jika ada keluhan

30

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya sembuh setelah bayi lahir namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat muncul kembali. Wanita dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Peran tenaga kesehatan di sini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan. 3.2 Saran

31

Diharapkan kepada para wanita agar menepis semua perasaan dan pikiran yang bias memicu terjadinya penyakit gangguan jiwa. Misalnya mensyukuri bahwa kehamilan adalah anugerah dari Allah SWT sehingga kehamilan dapat menjadi hal yang menyenangkan selain itu, diharapkan adanya partisipasi parakeluarga dan orang-orang di sekitar dengan pemberian dukungan / motivasi dan segala macam bantuan positif lainnya yang mampu mensejahterahkan wanita hamil tersebut.

32