Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

27
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB NOMOR ………………… / 20… TENTANG KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI Menimbang : a. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit harus selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan petugas di rumah sakit. b. Bahwa untuk menunjang penerapan kewaspadaan isolasi di setiap unit pelayanan harus tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan. c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

description

Kebijakan Kewaspadaan Isolasi Rumah sakit

Transcript of Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Page 1: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

NOMOR ………………… / 20…

TENTANG

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit harus selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan petugas di rumah sakit.

b. Bahwa untuk menunjang penerapan kewaspadaan isolasi di setiap unit pelayanan harus tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan.

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis.

4. Kebijakan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 / Menkes / SK / X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

5. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes RI, 2011.

Page 2: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB TENTANG KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB.

Kedua : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Ketiga : Kebijakan ini mengatur bagaimana penerapan kewaspadaan isolasi di unit pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Keempat : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Pekanbaru

Pada tanggal 17 Februari 2015

Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Zainab

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

Page 3: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Lampiran

Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab

Nomor :

Tanggal :

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

Kebijakan Umum

1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.

2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.

3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal punksi.

4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).

Kebijakan Khusus

1. Penempatan pasien tidak infeksius.

a. Menggunakan kewaspadaan standar :

Page 4: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

1) Penempatan Pasien. Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali ruang isolasi.

2) Kebersihan Tangan

a) Lakukan lima saat kebersihan tangan.

b) Gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan atau sabun antiseptik (handwash)

3) Alat Pelindung Diri (APD)a) Sarung Tangan.

Pakai sarung tangan bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan barang-barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka (non-intact skin). Ganti sarung tangan di antara dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama setelah menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak mikroorganisme. Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan tindakan, sebelum menyentuh barang dan permukaan lingkungan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain, dan cuci tangan segera untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.

b) Masker, Pelindung Mata,dan Pelindung Wajah. Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi.

c) Gaun. Gunakan gaun untuk melindungi kulit dan untuk mencegah ternodanya pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor sesegera mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.

4) Peralatan Perawatan PasienPenanganan peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi hendaknya diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian,

Page 5: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan. Pastikan bahwa peralatan yang dapat dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien lain sebelum dibersihkan dan diproses selayaknya. Pastikan bahwa peralatan sekali pakai, dan yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dibuang dengan cara yang benar.

5) Pengendalian LingkunganLakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan di samping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan lainnya yang sering disentuh, dan pastikan kegiatan ini dilaksanakan dan dimonitor. Rumah sakit harus mempunyai desinfektan standar.

6) LinenTangani, tranportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan baik sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.

7) Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatana) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap petugas

kesehatan dan pemeriksaan kesehatan khusus terhadap petugas yang bekerja di tempat berisiko tinggi serta pemberian imunisasi.

b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum, scalpel dan alat tajam lain ditangani sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) berkoordinasi dengan K3RS.

c) Pakai mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan ventilasi lain sebagai pengganti pernafasan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth resuscitation) dan hendaknya diletakkan di tempat yang sering dibutuhkan.

2. Penempatan pasien infeksius a. Transmisi Airborne

1) Penempatan Pasien.Tempatkan pasien di ruang terpisah (isolasi) yang memiliki syarat sebagai berikut :a) Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan dengan ruangan

sekitarnya.

Page 6: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

b) Bila ruangan dengan tekanan negatif penuh, tempatkan pasien di ruangan ventilasi alami dengan pertukaran udara 6 sampai 12 kali per jam.

c) Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang memadai atau memiliki sistem penyaringan udara yang efisien sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain. Pintu harus selalu tertutup dan pasien tersebut ada di dalamnya. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama dengan pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama. Dilarang menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak diinginkan, konsultasikan dengan petugas Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) sebelum menempatkan pasien.

2) Perlindungan Pernafasan (Masker)Gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai menderita airborne diseases (TBC, Varicella, Rubella, dll). Orang yang rentan dilarang memasuki kamar pasien kecuali petugas yang telah imun. Orang yang telah pernah terkena Varicella atau Campak tidak perlu memakai masker. Pasien harus selalu menggunakan masker medik/bedah.

3) Transport PasienBatasi gerakan dan transportasi pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila memang dibutuhkan transportasi, pasien diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet nuklei. Ambulans harus selalu didesinfeksi setelah mengantar pasien dengan penyakit menular maupun suspek. Peralatan di dalam mobil ambulans harus disterilisasi.

4) Hygiene Respirasi/Etika BatukUntuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu (pasien, petugas dan pengunjung) dengan gejala gangguan pada saluran nafas.

b. Transmisi Droplet. 1) Penempatan Pasien

Tempatkan pasien di ruang terpisah bila tidak dimungkinkan kohorting. Bila keduanya tidak memungkinkan, maka buat pemisah dengan jarak >1 meter antara tempat tidur pasien dengan pengunjung. Tidak dibutuhkan

Page 7: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

penanganan udara dan ventilasi yang khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.

2) Masker.Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien.

3) Transport PasienBatasi gerak dan transportasi pasien dengan mengenakan masker pada pasien dan menerapkan etika batuk.

c. Transmisi Kontak1) Penempatan Pasien

Tempatkan di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan kohorting. Bila keduanya tidak memungkinkan, maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar tempat tidur dan pengunjung. Bicarakan dengan petugas PPI. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.

2) Sarung Tangan, Gaun/Apron dan Cuci TanganPakailah sarung tangan (lateks bersih non steril) saat memasuki kamar dan merawat pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses dan drainase luka). Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan lingkungan pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci tangan atau handrub. Pakailah gaun (bersih non steril) saat memasuki kamar pasien dan lepaskan sebelum keluar kamar pasien.

3) Transport Pasien. Batasi gerak dan transportasi pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan, pastikan kewaspadaan tetap terjaga untuk meminimalkan risiko transmisi mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.

4) Praktek Menyuntik AmanPakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.

5) Peralatan Perawatan Pasien. Penggunaan peralatan non-kritikal hanya untuk satu pasien saja atau digunakan bersama dengan pasien yang terinfeksi mikroba yang sama. Bila penggunaan bersama tidak dapat dihindari, maka desinfeksi

Page 8: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

peralatan tersebut sebelum digunakan oleh pasien.

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

Page 9: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

NOMOR ………………… / 20…

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Menimbang : a. Bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang dikelola gizi rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi gizi agar tidak membahayakan kesehatan.

b. Bahwa persyaratan hygiene sanitasi gizi rumah sakit yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 715/Menkes/SK/V/2003 sudak tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab

Mengigat : 1. Undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan

2. Undang-undang no.4 tahun 1984 tentang Wabah penyakit menular

3. Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI tahun 2009 nomor 144, tambahan nomor 5063

4. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes RI, 2011

Menetapkan :

Pertama :

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN

Page 10: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Kedua :

Ketiga :

GIZI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB.

Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan pelayanan gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Kebijakan ini mengatur bagaimana penerapan sanitasi pelayanan gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di PekanbaruPada tanggal 17 Februari 2015

Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Zainab

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

NOMOR ………………… / 20…

Page 11: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

TENTANG

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Menimbang : a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari dampak lingkungan dari pembuangan limbah rumah sakit agar tidak membahayakan kesehatan.

b. Bahwa perlunya penangganan khusus dari pengelolaan limbah rumah sakit sehingga tingkat penularan penyakit dapat diturunkan

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab

Mengigat : 1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan2. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup3. Peraturan Pemerintah no. 40/1991 tentang Penyakit menular4. Peraturan Pemerintah no. 18/1999 jo PP no. 85 tahun 1999

tentang Pengelolaan Limbah berbahaya dab beracun5. Peraturan Pemerintah nomor 27/1999 tentang analisis

dampak lingkungan6. Peraturan Pemerintah nomor 74/2001 tentang pengelolaan

bahan berbahaya dan beracun7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 86/Men.

LH/10/2002 tentang pedoman pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

8. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

9. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 876/menkes/2001 tentang pedoman teknis analisis dampak lingkungan

Menetapkan :

Pertama :

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN

Page 12: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Kedua :

Ketiga :

Keempat :

LIMBAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB.

Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan pelayanan gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Kebijakan ini mengatur bagaimana pengelolaan limbah berbahaya dan beracun di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di PekanbaruPada tanggal 17 Februari 2015

Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Zainab

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

NOMOR ………………… / 20…

Page 13: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN LINEN RUMAH SAKIT

Menimbang : a. Bahwa salah upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui melalui penunjang medic khususnya dalam pengelolaan linen.

b. Bahwa perlunya penangganan khusus dari pengelolaan pelayanan linen untuk mendapat kualitas linen yang baik, nyaman, bersih dan siap pakai

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab

Mengigat : 1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan2. Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup Hidup3. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999

tentang Pengelolaan Limbah berbahaya dan beracun4. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran air5. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL6. Permenkes RI No. 472 /Menkes/Peraturan/V/1996 tentang

penggunaan bahan berbahaya bagi kesehatan7. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Penyehatan

Lingkungan Rumah sakit.

Menetapkan :

MEMUTUSKAN

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB TENTANG KEBIJAKAN PELAYAN LINEN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB.

Kedua : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan pelayanan gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Ketiga : Kebijakan ini mengatur bagaimana pengelolaan limbah berbahaya dan beracun di Rumah Sakit

Page 14: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Ibu dan Anak Zainab.

Keempat : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di PekanbaruPada tanggal 17 Februari 2015

Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Zainab

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

NOMOR ………………… / 20…

Page 15: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR JENAZAH

Menimbang : a. Bahwa perlunya memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban mati sehari hari dan pasca bencana

b. Bahwa perlunya standar kamar jenazah di rumah sakit yang dapat dipakai sebagai acuan dalam memberikan pelayanan yang baik bagi korban mati dan keluarganya.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab

Mengigat : 1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan2. Undang-undang nomor 8 tentang perlindungan konsumen3. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

106/Menkes/SK/I/2004 tentang SPGDT dan PPGD4. SKB Kapolri dan Menkes no. 1078/Menkes/SKB/VII/2003

tentang identifikasi korban mati pada bencana massal

Menetapkan :

Pertama :

Kedua :

Ketiga :

Keempat :

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR JENAZAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB.

Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan pelayanan gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Kebijakan ini mengatur bagaimana bisa memenuhi standar kamar jenazah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat

Page 16: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di PekanbaruPada tanggal 17 Februari 2015

Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Zainab

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

NOMOR ………………… / 20…

TENTANG

Page 17: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

KEBIJAKAN PERAWATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR

Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan Permenkes No. 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan, perlu menetapkan tata cara perawatan pasien penyakit menular

b. Bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VII/1989 tentang jenis Penyakit Menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah,tata cara penyampaian laporan, penanggulangan berbagai penyakit yang dapat menimbulkan penyakit.

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Kebijakan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Mengigat : 1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan2. Undang-undang nomor. 40 tahun 1991 tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular3. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemologi Penyakit Menular dan tidak Menular terpadu

4. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 949/Menkes/SK/VII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Kejadian Luar Biasa

Menetapkan :

Pertama :

Kedua :

Ketiga :

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB TENTANG KEBIJAKAN PENANGANAN KLB DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB.

Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan pelayanan gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian

Page 18: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Keempat :

Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Kebijakan ini mengatur bagaimana seharusnya perawatan dan penangganan pasien penyakit menular dan penanganan kejadian luar biasa di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di PekanbaruPada tanggal 17 Februari 2015

Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Zainab

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

Page 19: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB

NOMOR ………………… / 20…

TENTANG

KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Menimbang : a. Bahwa

Mengigat :

Menetapkan :

Pertama :

Kedua :

Ketiga :

Keempat :

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB TENTANG KEBIJAKAN PERAWATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ZAINAB.

Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan pelayanan gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Kebijakan ini mengatur bagaimana seharusnya perawatan dan penangganan pasien penyakit menular di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab.

Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Page 20: Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Ditetapkan di PekanbaruPada tanggal 17 Februari 2015

Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Zainab

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI