Kebijakan Isolasi - sampel

23
SURAT KEPUTUSAN DIREKSI RS.BELLA NO : /……../2014 TENTANG KEBIJAKAN ISOLASI RS.BELLA Menimbang : a . bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS.BELLA, maka diperlukan pengelolaan Isolasi rumah sakit yang bermutu tinggi; b . bahwa agar pengelolaan Isolasi di RS.BELLA dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan Chief Executive Officer RS.BELLA sebagai landasan bagi penyelenggaraan Isolasi di RS.BELLA; c . bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Chief Executive Officer RS.BELLA. Mengingat : 1 . Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2 . Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012/Menkes/Per/III/2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit 3 . Keputusan Direktur PT RS.BELLA Nomor 02/SK/DIR.PT.RS.BELLA/VIII/2013 tentang Struktur Organisasi RS.BELLA. MEMUTUSKAN Menetapka n Kesatu : PERATURAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER RS.BELLA TENTANG PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN ISOLASI RS.BELLA Kedua : Memberlakukan Kebijakan Isolasi RS.BELLA sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Ketiga : Dengan dikeluarkannya Peraturan Chief Executive Officer ini, maka apabila terdapat peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Chief Executive Officer ini maka peraturan-peraturan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku. Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan/atau kekeliruan dalam Peraturan Chief Executive Officer ini maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Transcript of Kebijakan Isolasi - sampel

Page 1: Kebijakan Isolasi - sampel

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI RS.BELLA

NO : /……../2014

TENTANG

KEBIJAKAN ISOLASIRS.BELLA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS.BELLA, maka diperlukan pengelolaan Isolasi rumah sakit yang bermutu tinggi;

b. bahwa agar pengelolaan Isolasi di RS.BELLA dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan Chief Executive Officer RS.BELLA sebagai landasan bagi penyelenggaraan Isolasi di RS.BELLA;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Chief Executive Officer RS.BELLA.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012/Menkes/Per/III/2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit

3. Keputusan Direktur PT RS.BELLA Nomor 02/SK/DIR.PT.RS.BELLA/VIII/2013 tentang Struktur Organisasi RS.BELLA.

MEMUTUSKANMenetapkanKesatu : PERATURAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER RS.BELLA TENTANG

PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN ISOLASI RS.BELLAKedua : Memberlakukan Kebijakan Isolasi RS.BELLA sebagaimana tercantum dalam

Lampiran Keputusan ini.Ketiga : Dengan dikeluarkannya Peraturan Chief Executive Officer ini, maka apabila

terdapat peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Chief Executive Officer ini maka peraturan-peraturan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku.

Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan/atau kekeliruan dalam Peraturan Chief Executive Officer ini maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Di JakartaPada tanggal : 12 Februari 2014 RS.BELLA

dr. Kristianto BudionoDirektur

Page 2: Kebijakan Isolasi - sampel

LAMPIRANPERATURAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER RS.BELLA NOMOR : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.BELLA/II/2014TANGGAL : 12 FEBRUARI 2014TENTANG : KEBIJAKAN ISOLASI

1. PENDAHULUAN1.1. Tindakan pencegahan standar merupakan strategi utama untuk pencegahan dan pengendalian

infeksi di rumah sakit. Namun, tindakan pencegahan tambahan diperlukan untuk perawatan pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi oleh patogen yang sangat menular atau impor secara epidemiologi. Tindakan pencegahan tersebut dikenal sebagai tindakan pencegahan dengan isolasi sumber.

1.2. Pasien yang terinfeksi, sebagai sumber infeksi, dipisahkan dari pasien tidak terinfeksi, biasanya di sebuah ruangan tersendiri tetapi, pada beberapa keadaan, bersamaan dengan pasien dengan infeksi yang sama. Pemisahan secara fisik, dan dikombinasikan dengan tindakan pencegahan lain seperti penggunaan pelindung atau pakaian pelindung, ditujukan untuk mengurangi kemungkinan infeksi menyebar melalui jalur udara, droplet atau kontak langsung.

1.3. Isolasi protektif kadang-kadang disebut sebagai barier keperawatan yaitu pemisahan fisik pasien yang berisiko tinggi terinfeksi organisme yang didapatkan dari orang lain. Tujuan isolasi proterktif untuk mencegah transmisi infeksi kepada pasien immunocompromised. Pasien yang sangat rentan terhadap infeksi, seperti pasien Neutropenia berat, Leukemia atau menerima obat imunosupresif, mungkin memerlukan isolasi dari pasien lain,staf atau lingkungan rumah sakit.

2 . T U J U A NTujuan dari kebijakan ini adalah untuk menjelaskan langkah-langkah pencegahan di RS.BELLA ketika pasien telah diidentifikasi diketahui atau diduga dalam kondisi atau memiliki organisme menular untuk mencegah infeksi silang.

3. RUANG LINGKUP3.1. Bukti menunjukkan bahwa beberapa infeksi berkaitan dengan tenaga kesehatan dapat dicegah

melalui kepatuhan terhadap prosedur pengendalian infeksi yang baik3.2. Kebijakan ini berlaku untuk semua karyawan dan karyawan kontrak yang bekerja di RS.BELLA3.3. Kebijakan ini menegaskan komitmen RS.BELLA untuk pencegahan dan pengendalian

infeksi. Hal ini dicapai melalui adanya kebijakan ini dan prosedur yang mendukung kebijakan ini dan promosi pendidikan dan pelatihan dalam pencegahan infeksi dan prosedur pengendalian

4. TANGGUNG JAWAB ORGANISASI4.1. Chief Executive Officer (CEO) RS.BELLA bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

mekanisme di tempat untuk pelaksanaan keseluruhan, pemantauan dan revisi kebijakan ini dan kebijakan-kebijakan yang menghormati hak-hak pasien berada di tempat, dapat diakses dan dipahami oleh semua staf yang relevan.

4.2. Kepala Divisi terlibat dalam lingkup kebijakan ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua Manajer Layanan

4.3.1.Diseminasi kebijakan di daerah tanggung jawab mereka4.3.2.Menerapkan kebijakan ini dalam wilayah tanggung jawab mereka4.3.3.Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang tepat untuk mematuhi kebijakan ini4.3.4.Memastikan bahwa semua staf di bawah pengawasan mereka telah mengikuti pelatihan pada

basis tahunan4.3.5.Memastikan bahwa semua staf informasi dari kebijakan ini

4.3. KUP bertanggung jawab untuk memastikan bahwa:4.3.1. Semua staf memiliki akses ke informasi tentang kebijakan ini dan prosedur yang terkait

dengan kebijakan4.3.2. Semua anggota staf mematuhi penanganan yang baik sesuai dengan kebijakan ini dan prosedur

terkait4.3.3. Pastikan staf untuk menghadiri sesi pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

4.4. Tanggung jawab semua staf Kesehatan4.4.1.Mengerti dan mematuhi kebijakan pengendalian infeksi demi mengurangi resiko infeksi silang dari

dan ke pasien4.4.2.Mempromosikan praktek yang baik dan menentang praktek yang buruk

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Hal. 2 dari 15

Page 3: Kebijakan Isolasi - sampel

4.4.3.Merujuk pada Tim Pengendalian dan pengontrolan Infeksi (IPCT) jika ada pedoman/kebijakan yang sulit untuk dilaksanakan

4.4.4.Biarkan pasien mengetahui status penyakitnya dan berikan informasi secukupnya.

4.5. Tanggung jawab staf medis :4.5.1.Memastikan kepatuhan pada kebijakan pengendalian infeksi4.5.2.Ikuti saran dari mikrobiologi dan IPCT berkaitan dengan isolasi pasien

4.6. Tanggung jawab Komite Pengendalian Infeksi4.6.1. Memastikan bahwa kebijakan ini mengacu pada pedoman akan mematuhi petunjuk dan

bimbingan dari departemen kesehatan dan badan-badan internasional4.6.2. Mengembangkan dan menerapkan kebijakan tentang Pengelolaan Pengendalian Infeksi 4.6.3.Tinjau Kebijakan penerimaan perubahan dalam nasihat atau bimbingan dari departemen kesehatan dan

badan-badan lainnya4.6.4. Mengembangkan dan menerapkan semua SOP yang relevan yang mendukung kebijakan

tersebut

5. DEFINISI5.1. Ruang isolasi infeksi yang menular lewat udara/ Airborne infection isolation room

(AIIR) yaitu ruangan isolasi yang menggunakan tekanan negatif, AIIR adalah ruang perawatan pasien tersendiri yang digunakan untuk mengisolasi pasien yang telah dikonfirmasi atau suspek memiliki penyakit infeksi yang menular lewat udara.

5.2. Kohort. Merupakan istilah untuk kelompok pasien yang terinfeksi atau terkolonisasi dengan agen infeksius yang sama, yang perawatannya dibatasi pada satu area dan mencegah kontak terhadap pasien yang rentan.

5.3. Kolonisasi. Adalah proliferasi dari mikroorganisme di atas atau di antara bagian tubuh tanpa adanya respon imun pejamu yang terdeteksi, kerusakan sel atau gejala klinis.

5.4. Droplet nuclei. Merupakan partikel mikroskopik berukuran < 5 pm yang merupakan residu dari droplet yang terevaporasi dan diproduksi pada saat seseorang batuk, bersin, berteriak, atau menyanyi.

5.5. Patogen penting secara epidemiologi. Agen infeksius yang mempunyai satu atau lebih dari karakteristik berikut:

5.5.1. Menular;5.5.2. mempunyai kecenderungan menyebabkan ledakan/ outbreaks; 5.5.3. dapat berhubungan dengan hasil yang parah; 5.5.4. sulit untuk diobati. Contohnya termasuk, Acinetobacter sp., Aspergillus sp., Burkholderia

cepacia, Clostridium difficile, Klebsiella atau Enterobacter sp., extended-spectrum-beta-lactamase producing gram negative bacilli [ESBLs], methicillin-resistant Staphylococcus aureus [MRSA], Pseudomonas aeruginosa, vancomycinresistant enterococci [VRE], vancomycin resistant Staphylococcus aureus [VRSA] influenza virus, respiratory syncytial virus [RSV], rotavirus, SARS-CoV, roviruses and the hemorrhagic fever viruses).

5.6. Infeksi akibat petugas kesehatan/ Healthcare-associated infection (HAl). infeksi yang terjadi pada pasien yang didapatkan dari petugas kesehatan yang merawatnya (contoh, di rumah sakit pelayanan akut, fasilitas perawatan penyakit kronis, klinik rawat jalan, pusat dialysis, pusat bedah, rumah) dan berhubungan dengan petugas kesehatan yang mendapatkan (contoh, tidak dalam masa inkubasi atau terdapat pada saat itu)

5.7. High-efficiency particulate air (HEPA) filter. Merupakan filter udara yang menghilangkan >99.97dari partikel berukuran 0.3pm (ukuran partikel yang sangat mudah berpenetrasi) pada rerata aliran udara minimal 12 kali perjam.

5.8. Pasien immunocompromised. Pasien-pasien yang memiliki mekanisme imun yang kurang karena penyakit imonologis congenital atau didapat ( contoh, infeksi HIV, sindrom defisiensi imun congenital), penyakit kronis (contoh, diabetes mellitus, kanker, emfisema, atau gaga) jantung, perawatan ICU, malnutrisi dan terapi imunosupresif dari proses penyakit lain ( contoh, radiasi, kemoterapi, kortikosteroid, antibody monoclonal yang menyerang sistem imun)

5.9. Infeksi. Transmisii dari mikroorganisme pada penjamu setelah menghadapi mekanisme pertahanan tubuh, dan menghasilkan proliferasi organisme tersebut dan invasi ke dalam jaringan pejamu.

5.10. Tindakan pencegahan standar. Praktik pencegahan infeksi yang diterapkan pada semua pasien, tanpa memperhatikan diagnosis pasti atau suspek dari status infeksi. Tindakan pencegahan standar merupakan kombinasi dan ekspansi dari tindakan pencegahan universal dan isolasi substansi tubuh. Tindakan pencegahan standar berdasarkan pada prinsip bahwa semua darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi kecuali keringat, kulit yang tidak intak dan membran mukosa dapat

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Hal. 3 dari 15

Page 4: Kebijakan Isolasi - sampel

mengandung agen infeksius yang dapat menular. Tindakan pencegahan infeksi termasuk kebersihan tangan dan tergantung dari paparan yang diantisipasi menggunakan sarung tangan, jubah, masker, pelindung mata, atau pelindung wajah.

6. RUTE TRANSMISIPengetahuan tentang kemungkinan rute penularan penting untuk menerapkan tindakan pencegahan Isolasi sumber dengan tepat dan khususnya, untuk memilih pakaian pelindung yang sesuai.

6.1. Penularan melalui kontaklni adalah cara penularan infeksi paling penting dan tersering. Yaitu dapat berupa kontak langsung seperti menyentuh, menggigit dan berciuman. Hal ini juga termasuk kontak tidak langsung melalui peralatan (termasuk benda tajam misalnya jarum dan pisau) serta rute fecal-oral.

6.2. Penularan DropletDroplet besar yang dihasilkan dari seseorang terutama saat batuk, bersin dan berbicara, dan selama prosedur yang merangsang batuk, seperti suction, dan bronkoskopi. Penularan terjadi ketika droplet yang mengandung mikro-organisme yang dihasilkan dari orang yang terinfeksi yang tersembur pada jarak dekat (sekitar 1 meter) dan mengendap pada konjungtiva, mukosa hidung atau mulut dari pejamu

6.3. Penularan lewat udaraRute transmisi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, droplet nuclei dan debu

6.4. Droplet NucleiDroplet pernapasan kecil menguap menjadi residu partikel kecil (berukuran 5 pm atau lebih kecil) yang dikenal sebagai droplet nuclei, yang mungkin mengandung mikro-organisme. Droplet nuklei tetap tersuspensi di udara untuk jangka waktu yang lama dan dapat menjadi terhirup oleh pejamu yang rentan dalam ruang yang sama atau jarak yang lebih jauh dari pasien sumber

6.5. DebuSkuama kulit yang terlepas dari permukaan kulit sekitar 300 juta per hari dan merupakan komponen utama dari debu. Beberapa squames membawa mikro-organisme. Partikel debu kecil dapat tetap di udara selama beberapa jam dan dapat dihirup atau menetap di luka.

7. ISOLASI SUMBER - KEPUTUSAN UNTUK ISOLASI7.1. Keputusan untuk mengisolasi pasien didasarkan pada risiko infeksi, gejala dan risiko penularan.

(Lihat Lampiran 2: Penyakit menular dan tindakan pencegahan).7.2. Untuk yang paling efektif dari isolasi adalah ruang isolasi atau jika tidak tersedia ruang tersendiri.7.3. Ruang isolasi harus menjadi pilihan pertama untuk penempatan pasien yang terinfeksi, jika ruang

tersendiri tidak tersedia staf Admission harus menghubungi Tim Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi untuk saran

7.4. Untuk isolasi penyakit anak (seperti campak, gondong, rubela yang pada vaksinasi rutin terjadi atau Varicella), hanya staf yang kebal terhadap penyakit tersebut yang akan menangani pasien tersebut. Pasien-pasien ini tidak dapat diterima ke bangsal maternity.

7.5. Isolasi harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam dari keputusan klinis bahwa dibutuhkan isolasi.

8. PENEMPATAN PASIEN8.1. Menentukan penempatan pasien yaitu berdasarkan prinsip berikut:

8.1.1.Jalur penularan dari agen infeksius yang diketahui atau suspek.8.1.2.Faktor risiko dari penularan pada pasien yang terinfeksi8.1.3.Faktor risiko dari HAI pada pasien lain di area atau ruangan telah dipertimbangkan untuk penempatan

pasien.8.1.4.Ketersediaan adanya ruangan untuk satu pasien.8.1.5.Pilihan pasien untuk berbagi ruangan (contoh, dengan pasien kohort dengan infeksi yang sama)

8.2. Pencegahan penularan melalui kontak8.2.1. Tempatkan pasien yang membutuhkan pencegahan kontak di ruangan untuk satu pasien jika

tersedia. Jika ruangan tersebut terbatas, prioritaskan pasien dengan kondisi yang dapat memfasilitasi penularan di dalam ruangan tersebut atau tempatkan bersama dengan pasien kohort yang terinfeksi atau terkolonisasi dengan pathogen yang sama.

8.2.2. Jika terpaksa menempatkan pasien yang membutuhkan pencegahan kontak dengan pasien yang tidak terinfeksi atau terkolonisasi dengan agen infeksius yang sama:

8.2.1.1. Hindari menempatkan pasien yang membutuhkan pencegahan kontak di dalam ruangan yang sama dengan pasien yang mempunyai kondisi yang dapat meningkatkan risiko keluaran yang buruk karena infeksi tersebut atau yang dapat memfasilitasi penularan (contoh, pasien immonucompromised, mempunyai luka terbuka, atau dalam masa perawatan yang panjang)

8.2.1.2. Pastikan bahwa pasien tersebut terpisah secara fisik (contoh terpisah >1 meter) satu

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Hal. 4 dari 15

Page 5: Kebijakan Isolasi - sampel

sama lain. Tutup tirai antara tempat tidur untuk meminimalkan kesempatan untuk melakukan kontak langsung)

8.2.1.3. Ganti pakaian pelindung dan lakukan prosedur mencuci tangan di antara kontak dengan pasien di ruangan yang sama, tanpa memperhatikan satu atau kedua pasien.

8.3. Pencegahan penularan melalui Droplet8.3.1.Tempatkan pasien yang membutuhkan pencegahan untuk droplet di ruangan tersendiri jika

memungkinkan. 8.3.2.Jika ruangan tersebut terbatas, prioritaskan untuk pasien yang mengalami batuk-batuk dan produksi

sputum yang banyak.8.3.3.Jika terpaksa menempatkan pasien yang membutuhkan pencegahan droplet dengan pasien yang

tidak memiliki infeksi yang sama:8.3.3.1. Hindari menempatkan pasien yang membutuhkan pencegahan droplet di dalam ruangan

yang sama dengan pasien yang mempunyai kondisi yang dapat meningkatkan risiko keluaran yang buruk karena infeksi tersebut atau yang dapat memfasilitasi penularan (contoh, pasien immonucompromised, mempunyai luka terbuka, atau dalam masa perawatan yang panjang)

8.3.3.2. Pastikan bahwa pasien tersebut terpisah secara fisik (contoh terpisah >1 meter) satu sama lain. Tutup tirai antara tempat tidur untuk meminimalkan kesempatan untuk melakukan kontak langsung)

8.3.3.3. Ganti pakaian pelindung dan lakukan prosedur mencuci tangan di antara kontak8.3.3.4. dengan pasien di ruangan yang sama, tanpa memperhatikan satu atau kedua pasien

tersebut dalam pencegahan droplet

8.4. Pencegahan penularan melalui udaraTempatkan pasien yang membutuhkan pencegahan ini di dalam ruangan isolasi infeksi yang menular melalui udara dengan tekanan negatif

8.4.1.Lakukan paling tidak enam (pada fasilitas kesehatanyang sudah ada) atau dua betas (pada kontruksi baru atau sedang renovasi) kali pergantian udara perjam

8.4.2.Exhaust langsung dari udara ke arah luar.8.4.3.Jika ruangan tersebut dipakai untuk pencegahan penularan lewat udara, pantau tekanan8.4.4.udara per hari dengan indicator visual contoh, smoke tubes, flutter strips), tanpa

memperhatikan adanya alat pengukur tekanan udara lainnya (contoh, manometer)8.4.5.Pintu ruangan harus selalu ditutup8.4.6.Jika ruangan tersebut tidak tersedia, pindahkan pasien ke fasilitas kesehatan lain yang memiliki

ruangan tersebut.8.4.7.Pada kejadian luar biasa yang melibatkan pasien yang melebihi kapasitas ruangan:

8.4.7.1. Konsultasikan dengan perawat pengendalian infeksi sebelum penempatan pasien atau ruangan alternative lain yang tidak memenuhi syarat ruangan isolasi penyakit menular lewat udara.

8.4.7.2. Tempatkan bersama pasien kohort yang dianggap memiliki infeksi yang sama (berdasarkan keadaan klinis dan diagnosis jika diketahui) di area yang jauh dari pasien lain di fasilitas kesehatan tersbut, terutama pasien yang mempunyai risiko infeksi yang meningkat (contoh pasien immunocompromised)

8.4.7.3. Gunakan ruangan dengan HEPA filter dengan pertukaran udara paling sedikit 12 kali per-jam

8.5. Jika terdapat gelombang pasien dengan penyakit menular maka lakukan :8.5.1.Kohort pasien dengan penyakit yang sama8.5.2.Isolasi precaution dilakukan secara tepat, termasuk penggunaan APD bagi petugas sesuai jenis

penyakit menular

8.6. Untuk pasien dengan kasus H1N1 atau H5N1:8.6.1.Ikuti petunjuk/pedoman DepKes, dimana pasien di rujuk ke RS Penyakit Infeksi atau RS lain yang di

tunjuk oleh pemerintah8.6.2.Lakukan pelaporan adanya penyakit tersebut ke DinKes

9.KOMUNIKASI9.1. Jelaskan alasan untuk isolasi untuk pasien dan jika memungkinkan, selama isolasi. Jika ada

berikan brosur informasi pasien9.2. Tidak diperlukan adanya persetujuan khusus (informed concent) dari pasien untuk dirawat di

ruang isolasi

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Hal. 5 dari 15

Page 6: Kebijakan Isolasi - sampel

9.3. Tempatkan kartu isolasi yang sesuai pada pintu ruangan dan menunjukkan tindakan pencegahan yang sesuai. Jangan memberikan label pada pasien sebagai pasien infeksius dan jagalah kerahasiaan

9.4. Catat dalam rekam medis pasien bahwa isolasi yang telah dimulai beserta alasannyaDokumentasikan di Trendcare pada setiap shift bahwa pasien tersebut dalam isolasi

9.5. Pada serah terima keperawatan saat pergantian shift - perawat harus serah terima bahwa pasien berada dalam isolasi dan isolasi yang sedang digunakan

9.6. Merevisi care plan keperawatan mengenai rencana pencegahan dan pengendalian infeksi untuk dipertahankan oleh staf, pasien dan pengunjung

9.7. Membatasi jumlah staf atau pengunjung yang datang, untuk kontak dengan pasien untuk mengurangi risiko penyebaran.

9.8. Memberitahukan perawat pengendalian infeksi bahwa ada seorang pasien dalam isolasi

10. PERAWATAN PASIEN DI KAMAR ISOLASI Kewaspadaan standar harus digunakan setiap saat :10.1. Kebersihan tangan — Staf

10.1.1. Segera sebelum memakai sarung tangan dan apron untuk masuk isolasi kamar.10.1.2. Segera setelah melepas sarung tangan dan apron (hand rub alkohol mungkin digunakan

sebagai alternatif untuk dekontaminasi tangan dalam hal ini kecuali pasien mengalami diare dan muntah-muntah)

10.1.3. Dilakukan antara aktivitas perawatan pasien yang berbeda untuk mencegah infeksi silang ke situs lain

10.1.4. Segera setelah meninggalkan ruangan

10.2. Kebersihan Tangan — PasienPasien adalah sumber potensial penyebaran organisme kepada staf, pengunjung dan lingkungan. Pasien harus diinstruksikan untuk dekontaminasi tangan sebelum makan dan setelah pergi ke toilet. Sabun cair dan air harus digunakan dalam keadaan ini

10.3. Kebersihan tangan — PengunjungLihat bagian 6.5.12

10.4. Alat Perlindungan Diri (APD)10.4.1. Jenis pakaian APD yang diperlukan tergantung pada tipe transmisi dan tipe kontak.

Semua yang biasanya diperlukan adalah sarung tangan sekali pakai dan apron.10.4.2. Pedoman untuk penggunaan APD dilihat dalam Lampiran 2 dan telah dibagi menjadi

kategori berikut:Terbatas untuk KewaspadaanStandar (LSP)

Jika agen infeksius ditransmisikan dalam darah atau bagian tubuh lainnya, maka pakaian pelindung hanya diperlukan bila kontak dengan bahan tersebut

Kontak langsung dandanUntuk banyak kondisi pakaian pelindung hanya

pembersihan diperlukan untuk kontak langsung dengan pasiendan kegiatan staf yang kontak dengan lingkunganpasien seperti membereskan tempat tidur danmembersihkan kamar. Dalam situasi ini pakaian pelindung tidak diperlukan untuk kontak sosial oleh pengunjung, kecuali mereka terlibat dalam perawatan pasien

Semua staf dan pengunjung Untuk sejumlah kecil kondisi ini sesuai untuk semua orang memasuki ruangan untuk mengenakan pakaian pelindung

10.4.3. Terkadang pakaian pelindung tambahan, seperti masker dan gaun yang diperlukan.Waktu yang tepat untuk penggunaannya dapat dilihat di Lampiran 2. Namun,

jarang diperlukan dan sedikit manfaatnya dalam melindungi terhadap infeksi rnenyebar melalui rute udara. Hal yang lebih penting bahwa staf yang merawat pasien dengan penularan infeksi lewat udara sudah imun/kebal.

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Hal. 6 dari 15

Page 7: Kebijakan Isolasi - sampel

10.4.4. Sarung tangan dan apron harus dibuang dalam kantong limbah klinis dalam ruang isolasi (pertama-tama buang apron kemudian sarung tangan) kecuali jika akan membuang pispot digunakan / urinal yang telah digunakan, gunakan sarung tangan plastik, kemudian letakkan di troli pispot di depan ruang isolasi kemudian akan dibawa ke ruang alat kotor.

10.4.5. Jika semprotan atau percikan darah / cairan tubuh kemungkinan terjadi,mungkin ada indikasi untuk menggunakan APD lain (misalnya kacamata, masker dan pelindung

10.4.6. Dokter harus melepaskan jas putih sebelum mengenakan peralatan pelindung. Hal ini mengurangi risiko kontaminasi dari jas putih.

10.5. PeralatanPeralatan sekali pakai harus digunakan bila memungkinkan. Peralatan yang tidak sekali pakai harus didekontaminasi sesuai dengan Kebijakan Dekontaminasi Peralatan Rumah Sakit. Jika memungkinkan peralatan digunakan untuk sekali penggunaan pada setiap pasien dan didekontaminasi ketika tidak lagi diperlukan

10.6. LinenSemua linen dari ruang isolasi harus dikelola sebagai barang kotor / terinfeksi dan ditempatkan di kantong kuning linen

10.7. Pembuangan limbah10.7.1. Perlakukan semua limbah yang berasal dari ruang isolasi sebagai barang terkontaminasi

10.7.2. Selalu gunakan kantung kuning untuk limbah klinis10.7.2. Tempatkan semua limbah dalam kantong sampah tanpa menyentuh bagian luar kantong

dan pastikan bahwa bagian luar kantong tidak terkontaminasi10.7.3. Setelah kantong sampah telah dikeluarkan dari tempat sampah gunaan kain sekali pakai

untuk menyeka tempat sampah secara menyeluruh dan buang kain yang digunakan ke dalam kantong sampah klinis

10.7.4. Kantong tersebut harus diletakkan di tempat pengumpulan yang telah ditentukan

10.8. Benda tajamSebuah wadah benda tajam harus disimpan di dalam ruang untuk pembuangan benda tajam, jika tidak, hal ini akan membahayakan pasien

10.9. Pengumpulan Spesimen10.9.1. Spesimen harus diambil di dalam ruangan. Perhatian khusus harus diberikan untuk

menghindari kontaminasi bagian luar wadah spesimen. Semua spesimen klinis harus dianggap dan ditangani sebagai berpotensi menular

10.9.2. Spesimen dari pasien yang kemungkinan mengandung organisme berikut harus diperlakukan sebagai "berisiko tinggi" dan diidentifikasi pada formulir yang menyertainya, tertulis "risiko tinggi" untuk menunjukkan hal ini.

Infeksi yang dicurigai Organisme SpesimenHepatitis Virus yang menular lewat

darahHepatitis B & C

Darah dan cairan tubuh

HIV / AIDS HIV I + II HTLV I + II Darah dan cairan tubuh

TB Mycobacterium tuberculosis (MTB)

Spesimen dari lokasiinfeksi misalnya dahak,urin

H5N1 & H1N1 Avian Virus & Swine Flu Hapusan Mucosa Hidung

10.10. Makanan dan Minuman10.10.1. Sajikan makanan dan minuman langsung ke pasien kecuali diarahkan oleh staf

keperawatan ,jangan tinggalkan di luar ruang isolasi di mana tidak terjangkau dan menjadi dingin

10.10.2. Tempat dan peralatan makan dapat didekontaminasi dalam mesin cuci piring dengan suhu bilas akhir 80 ° C

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Hal. 7 dari 15

Page 8: Kebijakan Isolasi - sampel

10.10.3. Setiap nampan yang telah digunakan di area ruang isolasi/juga harus didekontaminasi dalam mesin cuci piring dengan suhu bilas akhir 80° C.

10.11. Pemindahan pasien terinfeksi atau terkolonisasi10.11.1. Perpindahan pasien terinfeksi / terkolonisasi atau berpotensi menular harus

diminimalisasi. Bila harus dilakukan pemindahan pasien ke bangsal atau departemen lain, tindakan pencegahan untuk meminimalkan risiko penularan harus terus dilakukan

10.11.2. Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk menunda pemeriksaan penunjang jika tidak mempengaruhi tatalaksana pasien ini. Namun adanya penyakit menular hendaknya tidak menunda penyelidikan klinis yang mendesak

10.11.3. Area penerima harus diinformasikan sebelum transfer untuk memastikan bahwa mereka memiliki tindakan pencegahan yang tepat dan tersedia fasilitas yang sesuai

10.11.4. Pasien dengan infeksi diketahui atau dicurigai tidak ditinggalkan di dalam ruang tunggu. Hal ini akan memungkinkan pembersihan yang memadai dari lingkungan dan pengangkatan peralatan berikut dan mengurangi risiko terhadap pasien lain.

10.12. Pengunjung10.12.1. Pengunjung harus melapor ke nurse station sebelum memasuki ruangan isolasi 10.12.2. Dalam beberapa situasi mungkin kunjungan akan dibatasi.10.12.3. Jelaskan alasan untuk isolasi, jaga kerahasiaan. Jika ada, berikan brosur informasi

tentang infeksi terkait10.12.4. Pengunjung harus disarankan untuk mencuci tangan mereka dengan sabun cair dan air

dalam situasi berikut:10.12.4.1. Tangan terlihat kotor10.12.4.2. Setelah kontak fisik yang dekat (membantu perawatan fisik pasien) dengan pasien

atau lingkungan terdekat / nya10.12.4.3. Selain itu, pengunjung harus disarankan untuk membersihkan tangan mereka

dengan sabun cair dan air setelah melepas sarung tangan dan apron (jika dipakai, lihat di bawah) dan segera sebelum memasuki dan meninggalkan ruang isolasi (hand rub alkohol dapat digunakan sebagai alternatif untuk dekontaminasi tangan dalam hal ini kecuali untuk isolasi sumber untuk C. difficile atau diare)

10.12.5 Sarung tangan sekali pakai dan apron harus dipakai oleh pengunjung hanya jika mereka akan memiliki kontak dekat dengan pasien (misalnya membantu perawatan pasien). Lihat Lampiran 2 saat APD diperlukan untuk memakai bagi pengunjung. Pengunjung harus diberikan informasi mengenai pembuangan PPE yang tepat

10.12.6 Pengunjung disarankan untuk tidak makan dan minum saat berada di ruang isolasi10.12.7 Anak-anak tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruang isolasi.. Jika pengunjung

bersikeras pada membawa anak-anak ke dalam ruangan, mereka harus diberikan informasi mengenai semua risiko

10.13. Mengeluarkan Pasien dari Isolasi Sumber10.13.1. Seorang pasien harus dikeluarkan dari ruang isolasi jika pasien tidak lagi memiliki risiko

untuk menularkan infeksi kepada orang lain. Lihat Lampiran 210.13.2. Minimal, pengkajian setiap hari pasien penilaian sehari-hari diperlukan untuk memastikan

bahwa evaluasi gejala pasien adalah akurat saat pasien berada di ruang isolasi10.13.3. Ruang yang sudah dikosongkan harus dibersihkan secara menyeluruh menggunakan

solusi dan peralatan sesuai dengan SPO Terminal Cleaning. Semua peralatan dan barang harus dibersihkan sebelum dibawa keluar dari ruangan atau digunakan lagi. Setiap barang sekali pakai yang tidak terpakai, yang mungkin terkontaminasi dan tidak dapat dibersihkan, harus dibuang

10.14. Staf10.14.1. Tidak diperlukan kualifikasi khusus untuk staf yang bertugas di ruang kerawatal iso namun

staf harus mengikuti kebijakan dan SPO yang berlaku10.14.2. Staf yang bekerja di ruang isolasi sebaiknya mempunyai sistem imunitas yang baik

(terutama untuk golongan penyakit yang terkait)10.14.3. Staf yang sedang dalam keadaan hamil atau dengan daya tahan tubuh rendah dianjurkan untuk

tidak merawat pasien isolasi / infeksius

11. TINDAKAN PENCEGAHAN BERDASARKAN TRANSMISITindakan pencegahan berdasarkan cara transmisi adalah spesifik untuk setiap situasi. Tindakan pencegahan ini ditujukan hanya untuk pasien yang telah diketahui atau dicurigai terinfeksi oleh pathogen yang mudah menular atau penting secara epidemiologi dimana pencegahan tambahan

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Page 9: Kebijakan Isolasi - sampel

selain pencegahan standar dibutuhkan untuk mencegah transmisi di rumah sakit. tindakan pencegahan yang digunakan sesuai dengan risiko yang diidentifikasi dan cara penularan penyakit tersebut.

11.1 Pencegahan penularan lewat udara11.1.1. Ditujukan untuk pasien yang diketahui atau dicurigai terinfeksi oleh pathogen yang dapat menyebar

melalui udara. Kecuali TB pada anak-anak. Termasuk di dalamnya: Campak, Tuberculosis dan Cacar air

11.1.2. Pencegahan penularan lewat udara dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Kriteria AplikasiRuangan Tersendiri, dengan pintu yang tertutup. Ruangan dengan tekanan

negatif.

Ruangan tersebut tidak boleh menyimpan banyak peralatan yang tidak dapat dibersihkan, karena akan dibuang pada saat penghentian isolasi tersebut.Semua barang-barang dan peralatan pribadiharus dapat dicuci, dibersihkan atau sekali pakai.Pasien tidak boleh menyimpan barang-barang yang tidak terlalu penting di dalam ruanganJam dinding harus ditempatkan di ruangan pasien.Pasang tanda/ kartu isolasi yang sesuai di luar pintu. Pastikan wastafel dilengkapi dengan produk kebersihantangan dan handuk kertas yang cukup.

Peralatan yang sesuai pastikan semua peralatan yang dibutuhkan tersedia setiap saat.Di dalam ruangan:· Fasilitas mecuci tangan dan alcohol untuk membasuh lengan.· Tempat sampah klinis· Tempat untuk linen bekas beserta kantong kuning untuk linen· Wadah untuk benda tajam· Termometer· SphygmomaTidakmeter, stethoscope Antechamber atau di dalam troll di luar ruangan:· Pakaian pelindung yang sesuai· Sarung tangan dan apron· Tempat sampah klinis dan Tidakn-klinis· Alcohol hand rub

Pakaian pelindung. gaun pelindung.Masker.sarung tangan.kacamata pelindung.

dipakai oleh semua orang yang memasuki ruangan tersebut Filter medical N 95 sekali pakai (jika melakukan kontak yang dekat dengan pasien), masker operasi. Buka masker di luar ruanganDisposable atau sekali pakai.Jika potensial terjadi kontak pada mats.

Mencuci tangan. Sesuai dengan 5 langkah mencuci tangan

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Page 10: Kebijakan Isolasi - sampel

Staf Staf yang sedang hamil atau non-imun terhadap campak atau cacar air tidak boleh masuk ke dalam ruang perawatan pasien

Sampah. Kantong plastik kuning

Linen. Kantong Linen kuning

Benda tajam Buang ke wadah benda tajam.

Tempat dan peralatan makan Makanan dibersihkan di dalam ruangan, kemudian dikirim ke tempat pencucian seperti biasa.

Spesimen Laboratorium. Pastikan tertutup rapat, bawalah dengan kantong biohazard.

Yang diperlukan oleh pengunjung. Pakaian pelindung.

Pemindahan pasien Pemindahan hanya jika sangat dibutuhkan, Pasienmenggunakan masker.

Cairan tubuh Perlakukan semua darah dan cairan tubuh sebagai bahan terkontaminasi.

Tourniquet. Sekali pakai.

Sphygmomanometer & Stethoscope

Diperuntukkan untuk pasien, cuff dicuci dengan sabun dan air setelah pasien dipulangkan. Sphygmomanometer dicuci dengan hati-hati menggunakan sabun dan air dan dibasuh dengan alcohol.

Catatan dan file pasien Semua catatan pasien harus disimpan di luar ruangan untuk mengurangi kontaminasi, kecuali di ICU, dimana lembaran flow dan daftar obat yang ada di komputer harus diletakkan di dalam ruangan.

11.2. Pencegahan Penularan Melalui Droplet11.2.1. Pencegahan ini dilakukan pada situasi berikut:

11.2.1.1. Adenovirus.11.2.1.2. Pasien AIDS dengan infeksi paru dan produksi sputum yang banyak.11 . 2 . 1 .3 . D ip h t h e r i a .11.2.1.4. Haemophilus influenza (pada anak)11.2.1.5. Meningococcal Meningitis.11.2.1.6. MRSA (terkonfirmasi atau suspek) dengan infeksi saluran napas1 1 . 2 . 1 . 7 . M u m p s .11.2.1.8. Mycoplasma pneumonia.11 . 2 . 1 .9 . Pn e um on ia .1 1 . 2 . 1 . 1 0 . R u b e l l a .11.2.1.11. Streptococcal infections.11 . 2 . 1 .1 2 . Ba t uk re j a n

Tidak terbatas pada penyakit-penyakit di atas

11.2.2. Pencegahan penularan melalui droplet akan dilakukan seperti di bawah ini

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK.AKR.PPI/CEO/RS.XXX/II/2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: 11 Februari 2017

Tanggal Implementasi:12 Maret 2014

Hal. 10 dari 15

Page 11: Kebijakan Isolasi - sampel

Kriteria Aplikasi

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK............./2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: ………….

Tanggal Implementasi:...........

Hal. 11 dari 15

Ruangan Tersendiri, dengan pintu yang tertutup.Ruangan tersebut tidak boleh menyimpan banyak peralatan yang tidak dapat dibersihkan, karena akan dibuang pada saat penghentian isolasi tersebut.Semua barang-barang dan peralatan pribadiharus dapat dicuci, dibersihkan atau sekali pakai.Pasien tidak boleh menyimpan barang-barang yang tidak terlalu penting di dalam ruanganJam dinding harus ditempatkan di ruangan pasien. Pasang tanda/ kartu isolasi yang sesuai di luar pintu.Pastikan wastafel dilengkapi dengan produk kebersihantangan dan handuk kertas yang cukup.

Peralatan yang sesuai Pastikan semua peralatan yang dibutuhkan tersedia setiap saat.Di dalam ruangan:· Fasilitas mecuci tangan dan alcohol untuk membasuh lengan.· Tempat sampah klinis· Tempat untuk linen bekas beserta kantong kuning untuk linen· Wadah untuk benda tajam· Termometer· Sphygmomanometer, stethoscopeAntechamber atau di dalam troli di luar ruangan di ruang antara:· Pakaian pelindung yang sesuai· Sarung tangan dan apron· Tempat sampah klinis dan non-klinis· Alcohol hand rub •

Pakaian pelindung. - Gaun Pelindung.

- Masker.

- Sarung Tangan.- Kacamata pelindung.

Lengan panjang dipakai oleh semua orang yang memasuki ruangan tersebutFilter sekali pakai ( jika melakukan kontak yang dekatdengan pasien), masker bedah.Disposable atau sekali pakai.Jika potensial terjadi kontak pada mata.

Mencuci tangan. Sesuai dengan 5 langkah mencuci tangan bersihkan sebelum menyentuh pintu

Sampah. Kantong plastic kuning

Linen. Kantong linen kuning

Benda tajam Buang ke wadah benda tajam.

Tempat dan peralatan makan makanan dibersihkan di dalam ruangan, kemudian dikirim ke tempat pencucian seperti biasa.

Spesimen Laboratorium. Pastikan tertutup rapat, bawalah dengan kantong biohazard.

Yang diperlukan oleh pengunjung. Pakaian pelindung.

Pemindahan pasien Pemindahan hanya jika sangat dibutuhkan, Pasienmenggunakan masker.

Page 12: Kebijakan Isolasi - sampel

11.3. Pencegahan penularan melalui kontak11.3.1. Pencegahan penularan melalui kontak dilakukan untuk mencegah penularan infeksi (termasuk

bakteri dan penyakit menular) kepada anggota staf dan pasien lain dari luka dan kulit terinfeksi dengan adanya kontak langsung.

11.3.2. Pencegahan penularan melalui kontak dilakukan untuk situasi sebagai berikut:11 . 3 . 2 .1 . An t h r ax .11.3.2.2. Luka bakar/ luka (mayor) yang terinfeksi oleh Staph. Aureus,11.3.2.3. Group A Strep, Pseudomonas Aeruginosa atau pathogen lainnya1 1 . 3 . 2 . 4 . C h o l e r a .11.3.2.5. Diare (penyakit akut dengan suspek penyebabnya adalah infeksi) contoh,11.3.2.6. Clostridium difficle, Rotavirus, Campylobacter salmonella11.3.2.7. Herpes Zoster.11.3.2.8. Entercolitis — Staphylococcal.11.3.2.9. Gas Gangrene (Clostridium perfringens) .11.3.2.10. Gastroenteritis yang disebabkan oleh - Enter pathogenic atau Enterotoxic.11.3.2.11. Hepat i t is A.11.3.2.12. Herpes Simplex.11.3.2.13. Herpes Zoster atau cacar air terlokalisasi11.3.2.14. MRSA (terkonfirmasi atau suspek)11.3.2.15. Puerperal sepsis (Group A strep duh vagina).1 1 . 3 . 2 . 1 6 . R a b i e s .11.3.2.17. Skin infections with Staph Aureus or Group A Strep.11 . 3 . 2 .1 8 . Va c c in i a .11.3.2.19. Clostridium Dificil11.3.2.20. Pan resistant

11.3.3. Pencegahan kontak akan dilakukan sebagai berikut:

Kriteria Aplikasibantu pasien memakai gaun pelindung bersihkan peralatan setelah digunakan.

Cairan tubuh Perlakukan semua darah dan cairan tubuh sebagai bahan terkontaminasi.

Tourniquet. Sekali pakai.

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK............./2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: ………….

Tanggal Implementasi:...........

Hal. 12 dari 15

Ruangan tersendiri, dengan pintu yang tertutup.Ruangan tersebut tidak boleh menyimpan banyak peralatan yang tidak dapat dibersihkan, karena akan dibuang pada saat penghentian isolasi tersebut.Semua barang-barang dan peralatan pribadiharus Dapat dicuci, dibersihkan atau sekali pakai.Pasien tidak boleh menyimpan barang-barang yang tidak terlalu penting di dalam ruanganJam dinding harus ditempatkan di ruangan pasien.Pasang tanda/ kartu isolasi yang sesuai di luar pintu terkait penggunaan APD.Pastikan wastafel dilengkapi dengan produk kebersihan tangan dan handuk kertas yang cukup.

Peralatan yang sesu

Pastikan semua peralatan yang dibutuhkan tersedia setiap saat. Di dalam ruangan:· Fasilitas mecuci tangan dan alcohol untuk membasuh lengan.· Tempat sampah klinis· Clinical waste bin· Tempat untuk linen bekas beserta kantong kuning untuk linen· Wadah untuk benda tajam· Termometer· Sphygmomanometer, stethoscope Antechamber atau di dalam troli di luar ruangan:· Pakaian pelindung yang sesuai· Sarung tangan dan apron· Tempat sampah klinis dan non-klinis· Alcohol hand rub

Pakaia

Dipakai oleh semua orang yang memasuki ruangan Dipakai oleh semua orang yang memasuki ruangan Sekali pakai.Jika ada kemungkinan terjadi percikan ke mata

Page 13: Kebijakan Isolasi - sampel

Sphygmomanometer & Stethoscope Diperuntukkan untuk pasien, cuff dicuci dengan sabun dan air setelah pasien dipulangkan. Sphygmomanometer dicuci dengan hati-hati menggunakan sabun dan air dan dibasuh dengan alcohol.

Catatan dan file pasien Semua catatan pasien harus disimpan di luar ruangan untuk mengurangi kontaminasi, kecuali di ICU, dimana lembaran flow dan daftar obat yang ada di komputer harus diletakkan di dalam ruangan.

Pemindahan pasien Perlakukan semua darah dan cairan tubuh sebagai bahan terkontaminasi.

12. ISOLASI PROTEKTIF12.1. Pencegahan protektif dilakukan untuk mencegah kontak antara mikroorganisme pathogen yang

potensial dan individu tidak terinfeksi yang mempunyai resistensi berat.12.2. Pencegahan protektif dilakukan pada situasi berikut:

12.2.1. Agranutocytosis.12.2.2. AIDS — pada pasien imunosupresi berat.12.2.3. Luka bakar.12.2.4. Dermatitis- non-infeksi, bula atau penyakit eczematous berat dan luas. 12.2.5. Terapi imunosupresan

pada pasien.12.2.5. Lymphoma and Leukemia — sampai ada perbaikan klinis12.2.6. Neutropenia

12.3. Pasien immunocompromised bervariasi dalam kerentanan mereka terhadap infeksi, tergantung pada tingkat keparahan dan jenis imunosupresi. Langkah-langkah yang yang ada merupakan tambahan selain pencegahan dan pengendalian infeksi standar. Isolasi protektif dimaksudkan untuk mencegah pasien yang lebih rentan tertular infeksi

12.4. Sebuah kamar tersendiri dengan pintu tertutup diperlukan untuk pasien neutropenia (Neutropenia mengacu pada jumlah neutrofil <0,5) untuk mencegah akuisisi infeksi oleh pasien immunocompromised

12.5. Persiapan ruangan sebelum penerimaan pasien neutropenia12.5.1. Ruang tersendiri harus dibersihkan sebelum pasien masuk, menggunakan peralatan yang

ditujukan untuk penggunaan pembersih isolasi protektif12.5.2. Pastikan wastafel dilengkapi dengan perlengkapan mecuci tangan yang sesuai contoh, sabun cair,

hand rub alkohol, dan handuk kertas12.5.3. Pastikan ada yang apron plastik dan sarung tangan tersedia di luar ruangan12.5.4. Keluarkan semua peralatan yang tidak perlu dan furnitur dari ruangan untuk memfasilitasi kebersihan

bersih selama tinggal pasien12.5.5. Peralatan di ruang isolasi harus, sebisa mungkin, digunakan khusus untuk pasien tersebut12.5.6. Semua peralatan harus dibersihkan secara menyeluruh sebelum dan sesudah digunakan.12.5.7. Tempatkan Kartu Isolasi Biru luar pintu.12.5.8. Cegah pasien meletakkan barang-barang yang tidak perlu dalam ruangan untuk memungkinkan

pembersihan yang efektif untuk mengambil tempat, menyeimbangkan ini dengan kebutuhan psikologis pasien

12.5.9. Jaga pintu kamar tertutup.

12.6. Perawatan Pasien di Isolasi Protektif12.6.1. Kewaspadaan Umum12.6.2. Dekontaminasi tangan: selalu mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan alkohol

gosok tangan sebelum memasuki dan meninggalkan ruang isolasi12.6.3. Apron plastik harus dikenakan oleh staf dan pengunjung jika mereka melakukan perawatan klinis

atau membantu pasien dengan kegiatan kebersihan (tidak diperlukan untuk kunjungan sosial. apron harus dibuang sebagai Iimbah klinis di ruangan, kecuali ketika mengangkut pispot / urinal ke ruang kotor untuk pembuangan di mesin cuci pispot.

12.6.4. Staf

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK............./2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: ………….

Tanggal Implementasi:...........

Hal. 13 dari 15

Ruangan tersendiri, dengan pintu yang tertutup.Ruangan tersebut tidak boleh menyimpan banyak peralatan yang tidak dapat dibersihkan, karena akan dibuang pada saat penghentian isolasi tersebut.Semua barang-barang dan peralatan pribadiharus Dapat dicuci, dibersihkan atau sekali pakai.Pasien tidak boleh menyimpan barang-barang yang tidak terlalu penting di dalam ruanganJam dinding harus ditempatkan di ruangan pasien.Pasang tanda/ kartu isolasi yang sesuai di luar pintu terkait penggunaan APD.Pastikan wastafel dilengkapi dengan produk kebersihan tangan dan handuk kertas yang cukup.

Peralatan yang sesu

Pastikan semua peralatan yang dibutuhkan tersedia setiap saat. Di dalam ruangan:· Fasilitas mecuci tangan dan alcohol untuk membasuh lengan.· Tempat sampah klinis· Clinical waste bin· Tempat untuk linen bekas beserta kantong kuning untuk linen· Wadah untuk benda tajam· Termometer· Sphygmomanometer, stethoscope Antechamber atau di dalam troli di luar ruangan:· Pakaian pelindung yang sesuai· Sarung tangan dan apron· Tempat sampah klinis dan non-klinis· Alcohol hand rub

Pakaia

Dipakai oleh semua orang yang memasuki ruangan Dipakai oleh semua orang yang memasuki ruangan Sekali pakai.Jika ada kemungkinan terjadi percikan ke mata

Page 14: Kebijakan Isolasi - sampel

12.6.4.1. Memastikan bahwa semua staf mengetahui tindakan pencegahan yang diperlukan12.6.4.2. Batasi jumlah staf memasuki ruang isolasi12.6.4.3. Staf dengan infeksi tidak boleh dialokasikan untuk memberikan perawatan pada pasien ini

12.6.5. Pengunjung12.6.5.1. Mengurangi resiko infeksi silang dengan membatasi jumlah pengunjung12.6.5.2. Mencegah pengunjung dengan gejala infeksi atau diketahui terpapar infeksi misalnya

Varicella12.6.5.3. Pengunjung harus duduk di kursi yang disediakan bagi pengunjung, bukan di tempat tidur

pasien12.6.5.4. Mengedukasi pengunjung mengenai kebersihan tangan + / - penggunaan apron tergantung pada

kegiatan yang akan dilakukan12.6.5.5. Pastikan pengunjung mengetahui pembatasan kunjungan - maksimal 2 orang dan anak-anak

dilarang masuk12.6.5.6. Pastikan pengunjung mengetahui pembatasan bingkisan untuk pasien:

12.6.5.6.1. Catatan panduan makanan neutropenic12.6.5.6.2. Dilarang membawa bunga atau tanaman karena dapat menjadi sumber aspergilus

atau spora jamur lainnya. Bunga potong juga dapat menjadi reservoir untuk bakteri gram positif

12.6.6. Linen dan pakaian12.6.6.1. Seprai dan sarung bantal harus diganti setiap hari12.6.6.2. Selimut harus diganti jika terlihat kotor atau pada hari berikutnya12.6.6.3. Gorden di kamar pasien harus diganti setelah pasien dipulangkan12.6.6.4.Linen akan ditempatkan di kantong bergaris biru kecuali kotor karena cairan tubuh

harus di kantong linen warna kuning12.6.6.5. Pasien harus dianjurkan untuk mengganti pakaian setiap hari

12.6.7. Kebersihan Pasien12.6.7.1. Pasien harus mendapatkan edukasi mengenai menjaga kebersihan yang baik. Termasuk

mencuci tangan sebelum makan dan setelah ke toilet12.6.7.2. Tisu atau kain sekali pakai harus tersedia12.6.7.3. Kulit harus dijaga kebersihannya dengan mandi setiap hari12.6.7.4. Kebersihan mulut harus dilakukan seperti yang ditentukan; dua kali sehari menyikat gigi dan obat

kumur jika diresepkan.

12.6.8. Diet12.6.8.1. Pasien harus diedukasi mengenai "panduan makanan untuk pasien neutropenia" melibatkan ahli

gizi dan koki makanan sebagai diperlukan untuk memastikan bahwa pasien menerima gizi yang cukup

12.6.8.2. Kartu menu pasien harus tertulis kata neutropenia di sudut kanan dari kartu menu agar dapur mengetahui pembatasan diet Pasien

12.6.8.3. Makanan pasien harus makanan yang bersih yang dimasak atau disediakan oleh rumah sakit untuk melindungi makanan dari organisme

12.7. Membersihkan ruangan Pasien12.7.1. Ruang isolasi harus dibersihkan setiap hari menggunakan kain pel bersih.12.7.2. Air dan kain pel harus diganti untuk masing-masing ruang isolasi12.7.3. Semua permukaan horizontal dan furnitur harus dibersihkan menggunakan kain pembersih dan

deterjen netral12.7.4. Sarung tangan harus dikenakan saat membersihkan ruang isolasi dan cuci tangan saat meninggalkan

ruangan12.7.5. Ketika pasien dipulangkan ruangan harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum kembali digunakan

untuk pasien lain.

12.8. Pasien yang memerlukan investigasi sementara saat berada di ruang isolasi protektifIdealnya investigasi / prosedur harus dilakukan dalam ruang isolasi

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK............./2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: ………….

Tanggal Implementasi:...........

Hal. 14 dari 15

Page 15: Kebijakan Isolasi - sampel

12.8.1. Kunjungan ke departemen seharusnya hanya dengan izin dari staf medis atau staf perawat senior yang familiar dengan pengobatan pasien saat ini

12.8.2. Haruskah izin diberikan kepada pasien untuk mengunjungi departemen lain untuk pemeriksaan misalnya CT scan, departemen penerima harus diberitahu tentang status neutropenia dan memastikan bahwa pasien tidak dengan kontak dengan pasien atau staf yang diketahui atau dicurigai infeksi.

12.8.3. Pasien harus pergi langsung ke departemen dan kembali segera setelah penyelidikan selesai - menunggu di departemen atau koridor harus dihindari.

1 3 . P E L A T I H A N13.1. Setiap edukasi dan pelatihan pengendalian infeksi, yang diberikan oleh Dokter / petugas / perawat

pengendalian infeksi RS.BELLA akan memperkuat pentingnya praktik isolasi efektif dalam mencegah penyebaran infeksi sementara mendukung praktek yang baik dengan evidence based I pedoman praktek terbaik.

13.2. Pelatihan pengendalian infeksi adalah wajib bagi semua staf yang memiliki kontak langsung dengan pasien. .

13.3. Pengendalian infeksi juga merupakan komponen dari program induksi perusahaan dan pelatihan wajib. Setiap anggota staf memiliki tanggung jawab untuk menghadiri pelatihan dan menjaga pengetahuan mereka tentang pengendalian infeksi.

13.4. Staf yang memerlukan pelatihan lebih lanjut atau informasi harus menghubungi IPCT RS.BELLA13.5. Program edukasi berkelanjutan harus dilakukan terutama oleh perawat, dimana merupakan personel

dengan kontak paling tinggi dengan pasien.

1 4 . AUDIT DAN PEMANTAUAN14.1. Kepatuhan kebijakan ini adalah wajib, karena itu pemantauan kepatuhan kebijakan ini akan dilakukan

oleh tim audit klinis secara triwulanan akan dilakukan di semua area klinis.14.2. Jika didapatkan ketidakpatuhan tim audit klinis, hasilnya akan dilaporkan kepada CEO dan kemudian

ke bawah garis punggung komunikasi untuk staf klinis.14.3. Pemantauan kepatuhan pada tingkat lokal adalah tanggung jawab kepala unit.14.4. Ketidakpatuhan harus dilaporkan ke Service Manager dan tindakan Rencana disusun untuk

meningkatkan kepatuhan.14.5. Audit kepatuhan akan dilakukan oleh tim pengendalian infeksi untuk

14.5.1. Mengidentifikasi area perbaikan14.5.2. Menentukan apakah staf mematuhi kebijakan ini14.5.3. Membantu menentukan jika staf membutuhkan pendidikan lebih lanjut atau pelatihan di daerah yang

dicakup oleh kebijakan14.5.4. Membantu menentukan apakah kurangnya sumber daya yang merupakan hambatan bagi pelaksanaan

yang sesuai dengan kebijakan14.5.5. Membantu menentukan jika kebijakan berisi rekomendasi, yang perlu diubah.

14.6. Semua laporan audit ,kegiatan yang berkaitan dan hasil keluaran dilaporkan kepada Komite Pengendalian infeksi RS RS.BELLA

15. KEBIJAKAN DAN SPO TERKAIT15.1. Kebijakan dan Panduan Kebersihan Tangan15.2. Kebijakan Standar Pencegahan15.3. Kebijakan Penatalaksanaan Kebersihan Rumah Sakit 15.4. Kebijakan MRSA15.5. Kebijakan Linen15.6. Kebijakan Alat Pelindung Diri15.7. SOP Terminal cleaning15.8. SOP kebersihan tangan

RS.XXXNomor Surat Peraturan CEO : /SK............./2014

Tanggal Revisi: Ditinjau Kembali Pada: ………….

Tanggal Implementasi:...........

Hal. 15 dari 15