isolasi mikroba
-
Upload
kizunatocare -
Category
Documents
-
view
4.944 -
download
4
Transcript of isolasi mikroba
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan sangat komplek.
Beratus-beratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam
bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan dan kulit. Sebagai contoh,
sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme, satu tinja dapat
mengandung jutaan bakteri (Pleczar, 1986). Produk pangan jarang sekali steril
dan pada umumnya tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme (Buckie, 1978).
Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk memisahkan suatu mikroba salah
satu caranya ialah dengan mengisolasinya.
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakkan murni.
Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari
satu sel tunggal. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengisolasi
mikrooraganisme antara cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour
plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran ( dilution plate) serta
micromanipulator (Pleczar, 1986).
Kultur murni atau biakkan murni sangat berguna didalam mikrobiologi
yaitu untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan
ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis maupun serologis, memerlukan suatu
populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme (Hadioetomo, 1993).
Ada beberapa metode dalam mengisolasi bakteri, fungi, dan khamir
(mikroorganisme) yaitu dengan menggunakan metode gores, metode tuang,
metode sebar, metode pengenceran serta micromanipulator. Dua diantaranya
yang paling sering digunakan adalah teknik cawan dan cawan gores. Kedua
metode ini berdasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan
mikroorganisme sedemikian rupa sehingga tiap individu spesies dapat dipisahkan
dengan lainnya (Hadioetomo, 1993).
Pada pengisolasian bakteri dari tanah/benda padat yang mudah tersuspensi
atau terlarut atau zat cair, dilakukan serangkaian pengenceran terhadap zat
tersebut. Misalnya suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran yang
diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung
ke tabung lain (Dwidjoseputro, 1994).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba
yaitu antara lain :
a) sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi;
b) tempat hidup atau asal mikroba tersebut;
c) medium pertumbuhan yang sesuai;
d) cara menginokulasi mikroba;
e) cara menginkubasi mikroba;
f) cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan
sesuai dengan yang dimaksud ;
g) cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan kultur
murni.
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain, misalnya untuk
isolasi, seleksi, evaluasi dan deferensiasi biakkan yang didapatkan. Artinya
penggunaan jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangbiakkan mikroba banyak dilakukan dan dipergunakan sehingga
tiap-tiap media mempunyai sifat (spesifikasi) tersendiri sesuai dengan maksudnya
(Baker, 1986).
Medium pertumbuhan mikroba adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran nutrient yang diperlukan mikroba untuk pertumbuhannya. Dengan
menggunakan medium pertumbuhan, aktivitas mikroba dapat dipelajari dan
dengan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi mikroba menjadi kultur murni,
perbanyakan, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroba (Pelczar,
1986).
Pengukuran kuantitatif populasi suatu mikroba dapat dilakuakn dengan
penetuan jumlah sel dan penentuan sel (Fardiaz, 1992). Ada berbagai macam cara
untuk mengukur jumlah sel antara lain dengan hitungan cawan, hitungan
mikroskopis langsung atau dengan alat colony counter (Hadioetomo, 1993).
Perhitungan massa sel secara langsung maupun tidak langsung jarang
digunakan dalam uji mikrobiologi bahan, tetapi sering digunakan untuk mengukur
pertumbuhan sel selama proses fermentasi. Dalam perhitungan massa sel secara
langsung, jumlah sel jasad renik dapat dihitung jika medium pertumbuhannya
tidak menggangu pengukuran. Sedangkan dalam perhitungan tidak langsung,
dilakukan dalam mengamati pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana
komposisi subsrat atau bahan yang difermentasi dapat diamati dan diukur dengan
teliti (Fardiaz, 1992). Selain mengukur jumlah sel, juga diperlukan diperhatikan
pada koloni yang tumbuh dipermukaan medium yaitu besar kecil koloni, bentuk,
kenaikan permukaan, halus kasarnya permukaan, wajah permukaan, warna,
kesepakatan (Dwidjoseputro, 1994).
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari teknik-teknik isolasi mikroba dan pemurniannya.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada pukul 09.00 – 11.00 WITA, hari Selasa
tanggal 12 Oktober 2010. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Lab. Dasar
FMIPA UNLAM, Banjarbaru.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi steril,
cawan petri, vortex mixer, ependorp pipet, pipet volumetrik, lampu spiritus, kertas
label, alkohol 70 %, spiritus, alumunium foil, kapas dan karet. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah media nutrient agar, akuades, sumber
bakteri (air sumur, air kemasan, tanah kebun dan tanah sampah).
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Sampel Air (isolasi dan pemurnian bakteri)
Adapun prosedur kerja dalam praktikum kali ini adalah diambil 1 ml
sampel dengan mikropipet. Diencerkan sampai 10-6 khusus untuk sampel air
kemasan pengenceran dilakukan sampai 10-6, dengan mulut tabung reaksi yang
dipanaskan terlebih dahulu dengan api bunsen. Dimasukkan tabung reaksi ke
dalam vortex mixer. Diambil sampel sebanyak 1 ml dari pengenceran 10-4 – 10-6 ,
dengan sistem doplo. Dipanaskan cawan petri dengan api kemudian dimasukkan
sampel dan ditambahkan media sampai memenuhi sampai memenuhi dasar
cawan. Diputar cawan petri searah angka delapan.
2.3.2 Sampel Tanah (isolasi dan pemurnian fungi)
Disiapkan PDA yang sudah dalam keadaan steril. Dilarutkan sampel
tanah kebun dan tanah dekat sampah dengan akuades. Dilakukan pengenceran
terhadap sampel air tanah. Untuk air tanah kebun dan tanah dekat sampah
sebanyak 10-1 - 10-6. Dituangkan 1 ml sampel air tanah tersebut ke dalam cawan
petri pada pengenceran 10-4 - 10-6 masing-masing sebanyak 2 kali. Dituangkan
larutan PDA ke dalam cawan petri sebanyak 10-15 ml. Digoyang cawan petri
dengan membentuk angka delapan. Diinkubasi dalam keadaan terbalik pada suhu
30oC selama 2 x 24 jam. Dari koloni yang terpisah dimurnikan secara goresan
selanjutnya dipindahkan ke media agar miring.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah :
Tabel 1. Isolasi dan Pemurnian Bakteri
No Gambar Jumlah Koloni
Bentuk Tepian Warna Elevasi Ket
1 Air Sungai 10-4(1) 1 Bundar licin Putih
susudatar -
2 Air Sungai 10-4(2) 0 - - - - terkon
taminasi
fungi
3 Air Sungai 10-5(1) 7 1.Rizoid Berca
bangPutih susu
Putih susu
Datar
timbul
-
2.Bundar Licin
4 Air Sungai 10-5(2) 3 1.tidak
beraturan & menyekar2.bundar
berombak
Licin
Putih susu
datar
datar
-
5 Air Sungai 10-6(1) 8 1.tidak
beraturan & menyebar
2.bundar
Berlekuk
Licin
Putih susu
Putih susu
datar
datar
-
6 Air Sungai 10-6(2) 2 1.Rizoid Bercab
angPutih susu
Putih Susu
datar
cembung
-
2.Bundar Licin
7 Air Kemasan 10-4(1) 1 tidak
beraturan & menyebar
siliat Putih susu
datar -
8 Air Kemasan 10-4(2) 5 tidak
beraturan & menyebar
Berlekuk
Putih susu
datar -
9 Air Kemasan 10-5(1) 1 tidak
beraturanBerom
bakPutih susu
datar -
10 Air Kemasan 10-5(2) 2 rizoid Berca
bangPutih susu
datar -
11 Air Kemasan 10-6(1) 0 - - - - tidak
terkontamina
si
12 Air Kemasan 10-6(2) 0 - - - - tidak
terkon tamina
si
Tabel 2. Isolasi dan Pemurnian Fungi
No Gambar Jumlah Koloni
Bentuk Tepian Warna Elevasi Ket
1 Tanah bawah pohon 10-4
(1)
0 - - - - terkon tamina
si bakteri
2 Tanah bawah pohon 10-4
(2) 0 - - - - terkon
taminasi
bakteri
3 Tanah bawah pohon 10-5
(1)
2 Berbe nang - benang
siliat Putih susu
datar -
4 Tanah bawah pohon 10-5
(2) 1 Berbe
nang - benang
siliat Putih susu
datar -
5 Tanah bawah pohon 10-6
(1)
0 - - - -
terkon tamina
si bakteri
6 Tanah bawah pohon 10-6
(2) 0 - - - - terkon
taminasi
bakteri
7 Tanah Sampah 10-4
(1) 0 - - - - terkon
taminasi
bakteri
8 Tanah Sampah 10-4
(2)
0 - - - - terkon tamina
si bakteri
9 Tanah Sampah 10-5
(1) 0 - - - - tidak
tum buh
10 Tanah Sampah10-5
(2)
0 - - - - terkon tamina
si bakteri
11 Tanah Sampah 10-6
(1) 0 - - - - terkon
taminasi
bakteri
12 Tanah Sampah 10-6
(2)
0 - - - - terkon tamina
si bakteri
3.2 Pembahasan
Ada beberapa metode dalam mengisolasi mikroba bakteri, fungi dan
khamir (mikroorganisme) yaitu dengan menggunakan metode gores, metode
tuang, metode sebar, metode pengenceran dan micromanipulator. Dua diantaranya
yang paling sering digunakan adalah teknik cawan dan cawan gores. Kedua
metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme
sedemikian rupa sehingga tiap individu spesies dapat dipisahkan dengan lainnya.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik-teknik di dalam
pengisolasian mikroba beserta pemurniannya. Sampel tanah yang digunakan
untuk mendapatkan mikroba adalah sampel tanah kebun dan tanah disekitar
sampah. Sedangkan sampel air yang digunakan adalah sampel air kemasan dan
air sungai. Dilakukan serangkaian pengenceran pada sampel untuk mengisolasi
bakteri dari tanah/benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut atau zat
cair. .Untuk sampel air, diencerkan dari 10-1-10-6 dengan menggunakan larutan
garam fisiologis dan begitu juga pada sampel tanah. Pengenceran dilakukan
dengan suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran diencerkan dalam
suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung ke tabung lain.
Pengenceran ini bertujuan untuk mempermudah dalam perhitungan dalam jumlah
koloni mikroba yang tumbuh, baik warna maupun karakteristik lainnya.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa bentuk, tepian,warna dan
elevasi dari bakteri dan fungi. Untuk bakteri, bentuknya ada yang bundar, rizoid,
tidak beraturan dan menyebar dengan yang tepian siliat, berlekuk, bercabang,
berombak dan licin. Warna yang dapat dilihat dari koloni bakteri pada sampel air
ini adalah semua berwarna putih susu dan elevasi pada semua sampel air ini
adalah datar dan ada pula yang cembung. Akan tetapi terdapat sekitar dua sampel
air yang tidak terkontaminasi oleh bakteri. Sedangkan untuk fungi, berwana sama
dengan bakteri yaitu putih susu. Untuk bentuknya, fungi yang tumbuh di sampel
tanah adalah berbenang-benang dengan elevasinya datar dan tepian yang siliat.
Akan tetapi hanya di satu sampel tanah saja yang ditumbuhi fungi, di sampel
tanah lainnya telah terkontaminasi bakteri.
Koloni-koloni yang telah ditemukan pada masing-masing medium
kemudian diidentifikasikan morfologinya yaitu bentuk luar, warna, struktur dalam
koloni, tepi koloni, elevasi serta jumlah koloninya. Pada masing-masing media
sendiri terdapat keanekaragaman dalam morfologi tersebut.
Koloni bakteri dapat dengan mudah dibedakan dari koloni lainnya dengan
adanya penampakan umum berupa lender dan agak mengkilap. Bakteri adalah
salah satu contoh mikroorganisme yang penting dan memiliki bentuk yang
beragam. Pada umumnya bakteri berhubungan dengan makanan. Adanya bakteri
dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan
atau menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat
melangsungkan fermentasi yang menguntungkan.
Fungi dapat mudah dibedakan karena bentuk umumnya yang berupa
benang-benang dan biasanya berwarna putih. Fungi/kapang sangat berlawanan
dengan bakteri dan khamir/yeast, seringkali dapat dilihat oleh mata. Bentuk khas
yang dimiliki oleh kapang adanya adanya filamen (miselium). Inilah yang
membedakan dengan mikroorganisme lainnya. Fungi mempunyai bentuk seperti
kapas dan biasanya terlihat pada kertas-kertas Koran basah, kulit yang sudah
using, dinding basah, buah-buahan yang membusuk dan bahan pangan lainnya
seperti keju dan selai. Sumber fungi hampir sama dengan bakteri, hanya saja
perbedaannya populasi fungi di air lebih sedikit dan fungi lebih menyukai pH
lingkungan yang rendah.
Kontaminasi dalam praktikum isolasi dan pemurnian mikroba dapat
mungkin terjadi jika kondisi dari alat, bahan maupun praktikan tidak steril. Oleh
karena itu dalam setiap prosedur kerja, baik saat pengenceran ataupun saat
menyebar mikrobia ke dalam medium perlu kehati-hatian agar tidak terjadi
kontaminasi yang dapat merusak hasil percobaan.
]
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa isolasi mikroba sangat memerlukan keadaan steril baik alat maupun
lingkungan di sekitar proses pengisolasian untuk mendapatkan kultur murni.
Terdapat beberapa metode dalam isoalsi bakteri dan fungi yaitu dengan
menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran
dan micromanipulator. Media yang digunakan untuk isolasi berbagai mikroba
berbeda-beda tergantung pada jenis mikroba yang ingin diisolasi, bakteri dengan
NA dan fungi dengan PDA. Di dalam praktikum terdapat kemungkinan terjadinya
kontaminasi jka dalam alat, bahan, prosedur kerja tidak dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu.
4.2 Saran
Dalam pengerjaan isolasi dan pemurnian mikroba ini harus benar-benar
steril sehingga tidak tejadi kontaminasi dan kerusakan media dan dan didapatkan
kultur murni sesuai diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Balbach, M & L.C Bliss. 1996. A Laboratory Manual Botany. Saunders Collage Publishing. New York.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Malang.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.