Kearifan Lokal
-
Upload
imam-buchori -
Category
Documents
-
view
131 -
download
0
description
Transcript of Kearifan Lokal
Kesantunan Berbahasa Dalam Kearifan Lokal
Oleh: Christyan Aditya C.P (11506080011108)
Kearifan atau kebijaksanaan adalah sesuatu yang didambakan umat manusia di dunia
ini. Kearifan dimulai dari gagasan-gagasan dari individu yang kemudian bertemu dengan
gagasan individu lainnya, seterusnya berupa gagasan kolektif. Kearifan lokal ini biasanya
dicipta dan dipraktikkan untuk kebaikan komunitas yang menggunakannya. Ada kalanya
kearifan lokal itu hanya diketahui dan diamalkan oleh beberapa orang dalam jumlah yang
kecil, misalnya desa. Namun ada pula kearifan lokal yang digunakan oleh sekelompok besar
masyarakat, misalnya kearifan lokal etnik.
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan
(wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia—yang kita kenal sebagai Nusantara—kearifan
lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat
dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang
bersifat nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan
lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada umumnya
etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun,
diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk pepatah
dan peribahasa, folklore), dan manuskrip.
Kearifan lokal ini tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan masyarakat yang
mendukungnya. Kearifan lokal, biasanya mencakup semua unsur kebudayaan manusia, yang
mencakup: sistem religi, bahasa, ekonomi, teknologi, pendidikan, organisasi sosial, dan
kesenian. Kearifan lokal bermula dari ide atau gagasan, yang kemudian diaplikasikan dalam
tahapan praktik, dan penciptaan material kebudayaan. Ia akan terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman, intensitas pergaulan sosial, dan enkulturasi sosiobudaya.
Apalagi dalam dunia yang tidak mengenal batas seperti sekarang ini, kearifan lokal sangat
diwarnai oleh wawasan manusia yang memikirkan dan menggunakannya.
Kearifan lokal di peringkat etnik juga bisa bermacam-macam bidang. Misalnya untuk
merespons alam sekitar manusia membuat rumah sekalian dengan aspek-aspek spiritual untuk
menjaganya. Begitu juga dengan sistem perkawinan, ada yang mendasarkan kepada
perkawinan di luar klen (eksogamus), perkawinan untuk kepentingan politik kekuasaan,
perkawinan perempuan melamar lelaki atau sebaliknya. Selain itu, kearifan lokal juga
tercermina dalam filsafat atau pandangan hidup manusia yang memikirkan dan
menggunakannya. Sebagai contoh dalam masyarakat Batak Toba dikenal dengan filsafat
dalihan na tolu (DNT), dalam masyarakat Aceh dikenal adat bak petumeuruhom hukom bak
syaiah kuala, dalam kebudayaan Minangkabau ada filsafat alam nan takambang menjadi
guru, dalam kebudayaan Jawa terdapat filsafat alon-alon waton kelakon dan sederek, dalam
masyarakat Sulawesi ada filsafat persaudaraan universal pelagandong, dan lain-lainnya.
Kearifan lokal dapat mendukung kepada keberadaan negara bangsa (nation state)
tertentu. Bahkan dalam merumuskan sebuah negara bangsa, selalunya diwarnai oleh kearifan-
kearifan lokal yang tumbuh dalam masyarakat yang membentuk dan mencita-citakan negara
bangsa tersebut. Misalnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mempunyai
dasar negara Pancasila, sebenarnya adalah proses pemikiran para pendiri bangsa ini untuk
membuat dasar negara yang diambil dan digali dari nilai-nilai kearifan lokal Nusantara.
Kearifan-kearifan lokal ini kemudian dirumuskan menjadi lima sila yang berdasar kepada
bentuk “ikatan sosial budaya” meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu (Bhinneka Tunggal
Ika).
Kearifan Lokal juga tertcermin dalam proses komunikasi yang terjadi di bangsa ini.
Sehingga kearifan lokal dapat ditemukan dalam kosakata bahasa daerah/ibu. Setiap kelompok
masyarakat memiliki cara yang khas dalam mengungkapkan kandungan kearifan lokalnya,
yang mencerminkan cara pandangnya tentang dunia.
Kesantunan berbahasa tidak hanya diartikan sebagai cara-cara berperilaku santun
tetapi juga berkaitan dengan terbentuknya peradaban sebagai keterkaitan antar seperangkat
nilai yang dimaknai secara kolektif sebagai masyarakat dan budaya modern yang ideal.
Kesantunan tidak hanya berkaitan dengan aspek personal, tetapi juga berkaitan dengan nilai-
nilai social budaya yang disepakati oleh suatu masyarakat.
Kesantunan dalam berkomunikasi secara linguistic dibedakan menjadi 3 bagian yaitu
kesantunan ekspresif, klasifikatoris dan metapragmatik. Kesantunan ekspresif mengacu pada
kesantunan yang disandikan dalam tuturan yang bertujuan untuk berperilaku santun. Misalnya
bentuk sapaan secara umum, ucapan terima kasih, bentuk permohonan, permintaan maaf dan
sebagainya. Klasifikatoris mengacu pada kesantunan yang digunakan sebagai alat
pengategorian perilaku interaksional yang dianggap santun atau tidak santun. Kesantunan
metapragmatik merupakan contoh-contoh percakapan kesantunan sebagai sebuah konsep
tentang apa yang dipersepsikan sebagai kesantunan.
Kearifan Lokal yang terkandung dalam bahasa daerah/ibu, memiliki makna yang
sangat esinsial pada penggunaannya. Bahasa yang dituturkan secara lisan dalam bahasa
daerah/ibu berunsur siloka (makna yang tersampaikan/tersirat secara kiasan). Penuturan
bahasa yang terkandung memiliki unsur pendidikan yang bermakna, sehingga memiliki unsur
ruang dan waktu untuk memaknainya. Dalam konteks ini bahasa lisan nusantara mengajarkan
masyarakatnya untuk mencoba memaknai sesuatu yang tersirat dari apa yang terucapkan
sehingga pemaknaandalam siloka memiliki kaidah-kaidah yang harus diterjemahkan atau
dipahami secaraharfiah. Beberapa contoh ungkapan yang ada dalam bahasa daerah/ibu
seperti:
Nangro Aceh Darusallam
Menghormati hak dan kepentingan orang lain Tajak ubee lot tapak Taduek ube elot
punggong (kalau berjalan sebesar telapak kaki Kalau duduk semua pantat)
Sumatera Utara
Adat hidup berkaum bangsa Sakit senang sama dirasa Adat hidup berkaum bangsa
(Tolong menolong rasa merasa)
Sumatera Barat
Nan kuriak kundi-nan merah sago Nan baik budi nan endah baso (yang kurik kundi –
yang merah saga, yang baik budi, yang indah bahasa)
Bengkulu
Mali meludih ughang Nandek kenak kughap (jangan meludah orang, nanti kenakurap)
Sumatera Selatan
Bia palak terbenam, asal tanok ngait (Biar kepala terbenam, asal tanduk mengait) –
mengalah demi kemenangan
Riau
Bercakap dengan adab Berdiri dengan budi (berbicara dengan adab, berdiri
denganbudi)
Jambi
Budi baik kucindan murah Awak elok baso ketuju Pandai menanam tobu di bibir(budi
baik murah rezeki, pandai bertutur kata disenangi orang lain, pandai menanamtebu di
bibir)
Kepulauan Riau
Jika anak tidak terlatih, bila besar bapaknya letih (jika anak tidak terbiasa bekerjadan
berbuat baik, maka bila besar orang tuanya akan susah)
Lampung
Nemui Nyapur (Membuka diri dalam pergaulan)
Jawa Barat
Wong becik ketitik, wong olo ketara (antara perbuatan buruk dan baik dapatdibedakan,
maka berhati-hatilah dalam bertindak)
DKI Jakarta
Ade ubi ade tales (segala perbuatan pasti ada balasannya)
Jawa – Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur
Anjining diri ana ing pucuking ati (kehormatan diri terletak pada bibir)
Bali
Don sente don pelendo, celebinggah batan biyu (dunia sangat luas
dengankeanekaragaman karakter manusia sebagai penghuninya)
Nusa Tenggara Barat
Adat endak, adat sino lemuh (adat itu tidak keras, adat haruslah empuk)
Nusa Tenggara Timur
Bugu wai kungu – uri wai logo (setiap orang harus ulet dalam bekerja
untukmencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarga)
Kalimantan
Hidup bapamalu, mati bapamalu (setiap manusia mempunyai harga diri dan rasamau,
maka hormatilah dan hargailah diri sendiri dan orang lain)
Sulawesi Selatan
Sipakatau (saling menghargai sesama manusia)
Sulawesi Barat
Matindoi ada naula landur to situru (adat sebagai jalur pemersatu)
Sulawesi Tengah
Sintuwu Maroso (bersatu teguh/ persatuan yang kokoh)
Gorontalo
Dulo ito Momongu Lipu (mari kita membangun negeri)
Sulawesi Utara
Torang samua bersaudara Kong baku-baku bae, baku-bakuninga, den baku-
bakusayang (kita semua bersaudara dan saling berbaikan, saling mengingatkanserta
saling menyayangi)
Maluku
Lamuri sala – isyailahala sala – isyai (ke darat menjadi satu kelaut menjadi satu –
didarat kita bersatu di lautpun kita bersatu)
Maluku Utara
Moro-moro se maku giseNo kakoro siwange ma bulukeSi wange ma sosiruJo Mapolo
sara sekore mieIni formoni Bismillah! (Jika panggilan jihad telah diumumkan
wajiblah diteruskan pada rakyat, Di mataharinaik dan rakyat di matahari masuk,
Bersatulah dengan rakyat di angin selatan, Danrakyat di angin utara, bangkitlah
berperang. Dengan niat Bismillah!)
Papua
Sep de pep ne Depik tibo senem (kita bergandengan tangan untuk mem-bangun)
Papua Barat
Mbilim Kayam (membangun bersama)
Dari contoh-contoh ungkapan bahasa daerah di atas, kita dapat melihat pemaknaan
dan unsur pendidikan yang berakar pada kiasan-kiasan yang tersirat dari lisan yang
terpaparkan.
Kesantunan berbahasa tidak saja berkaitan dengan penggunaan kata dan kalimat
damlam berinteraksi tetapi juga berkaitan dengana aspek social dan budaya suatu masyarakat.
Upaya menggali nilai-nilai kearifan lokal nusantara melalui budaya perlu dilakukan. Istilah-
istilah dan ungkapan dalam bahasa daerah mengandung nilai nilai yang perlu kita gali. Nilai-
nilai tersebut antara lain berkaitan dengan ajaran dan tuntunan etika kesantunan berbahasa
terutama berkaitan dengan bagaimana kita sebagaimana kita sebagai pemakai bahasa
bersikap, berucap, dan berperilaku.