Kearifan Lokal di Mentawai

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kearifan lokal merupakan khasanah tata nilai kehidupan yang menyatu dalam bentuk kepercayaan, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungan dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidup tanpa merusak alam. Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib (Keraf, 2002). Kebuadayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai manusia sebagai makhluk sosial. Isinya berupa perangkat model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi, mendorong dan menciptakan tindakan yang diperlukan. Kebudayaan dipakai manusia untuk beradaptasi dan menghadapi lingkungan tertentu, 1

description

Kearifan lokal merupakan khasanah tata nilai kehidupan yang menyatu dalam bentuk kepercayaan, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungan dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidup tanpa merusak alam.

Transcript of Kearifan Lokal di Mentawai

Page 1: Kearifan Lokal di Mentawai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kearifan lokal merupakan khasanah tata nilai kehidupan yang

menyatu dalam bentuk kepercayaan, budaya dan adat istiadat.

Dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi

terhadap lingkungan dengan mengembangkan suatu kearifan

yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan

norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna

mencukupi kebutuhan hidup tanpa merusak alam. Kearifan lokal

adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman

atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun

perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.

Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan

dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk

pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun

gaib (Keraf, 2002).

Kebuadayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai

manusia sebagai makhluk sosial. Isinya berupa perangkat model

pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk

memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi,

mendorong dan menciptakan tindakan yang diperlukan.

Kebudayaan dipakai manusia untuk beradaptasi dan menghadapi

lingkungan tertentu, agar manusia dapat melaksanakan

hidupnya dan memenuhi kebutuhannya, serta hidup lebih baik1.

Namun seiring dengan perkembangan jaman dan masuknya

era globalisasi diikuti masuknya budaya asing, kearifan

masyarakat yang awalnya berselaras dengan alam mulai

1Rudito, bambang. 2013, BEBETEI UMA KEBANGKITA ORANG MENTAWAI: Sebuah Etnografi. Yogyakarta; GADING dan Sustainable Devlopment, hlm; 1.

1

Page 2: Kearifan Lokal di Mentawai

tergerus oleh teknologi dan kesenjangan diberbagai bidang

kehidupan, hal ini mulai menimbulkan berbagai dampak ketidak

seimbangan alam yang menyebabkan bencana.

Maka dari itu kearifan lokal harus dapat disenergikan dalam

setiap perkembangan jaman. Dengan demikian akan tetap

menjaga kelestarian adat istiadat peninggalan nenek moyang

yang juga merupakan budaya bangsa Indonesia. Agar

Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup

yang ada dalam masyarakat Indonesia yang diwariskan secara

turun temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan

sumberdaya alam. Kesadaran masyarakat untuk melestarikan

lingkungan dapat ditumbuhkan secara efektif melalui

pendekatan kebudayaan. Jika kesadaran tersebut dapat

ditingkatkan, maka hal itu akan menjadi kekuatan yang sangat

besar dalam pengelolaan lingkungan. Dalam pendekatan

kebudayaan ini, penguatan modal sosial, seperti pranata

sosialbudaya, kearifan lokal, dan norma-norma yang terkait

dengan pelestarian lingkungan hidup penting menjadi basis yang

utama.

Setelah menguraikan pentingnya kearifan lokal dalam

kehidupan suatu masyarakat, lalu makalah ini akan membahas

atau mencoba untuk mengkaji kosmologi dai kearifan lokal

masyarakat Mentawai sebagai dasar bagi pemerintah untuk

mengmbil suatu keputusan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep awal alam semesta menurut Orang

Mentawai ?

Bagaimana konsep ruang menurut Orang Mentawai ?

Bagaimana konsep waktu menurut Orang Mentawai ?

2

Page 3: Kearifan Lokal di Mentawai

Bagaimana konsep dinamika kosmos menurut Orang

Mentawai ?

1.3. Tujuan Penyusunan Makalah

Mengetahui konsep awal alam semesta menurut Orang

Mentawai

Mengetahui konsep ruang menurut Orang Mentawai

Mengetahui konsep waktu menurut Orang Mentawai

Mengetahui konsep dinamika kosmos menurut Orang

Mentawai

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kosmologi

Kosmologi secara terminologi berasal dari bahasa Yunani;

kosmos yang berarti dunia, alam semesta dan logos yang berarti

ilmu tentang, alasan pokok bagi atau suatu pertimbangan2.

Kosmologi juga dapat disebut dengan Filsafat Alam yang

berbicara tentang dunia. Kata Yunani “kosmos” lawannya dari

”chaos”, berarti sekaligus dunia, aturan dan keseluruhan

keteraturan3.

2 Bagus, lorens. 2005, Kamus Filsafat, Jakarta; PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, hlm; 499.3 Hamersma, harry. 1981, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yogyakarta; PENERBIT KANISIUS, hlm; 22.

3

Page 4: Kearifan Lokal di Mentawai

Secara etimelogi kosmologi bermakna ilmu tentang alam

semesta sebagai suatu sistem yang rasional dan teratur. Secara

tradisional, kosmologi dianggap sebagai cabang metafisika yang

bergumal dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai asal-usul

dan susunan alam raya, penciptaan dan kekekalannya, vitalisme

atau mekanisme, kodrat hukum, waktu, ruang dan kausalitas.

Tugas kosmologi dapat dibedakan dari tugas ontologi oleh suatu

perbedaan tingkat. Analisis kosmologi mencoba mencari apa

yang berlaku bagi dunia ini dan analisis ontologis berusaha

mencari hubungan-hubungan dan pembedaan-pembedaan yang

kiranya berlaku dalam dunia mana pun juga.4

Dalam sejarah filsafat, ide-ide kosmologi yang naif tampak

di masa lampau sebagai suatu hasil dari beberapa upaya

manusia untuk menemukan tempatnya dalam alam semesta.

Setelah data dan kepastian observasi tekumpul, lahirlah konsep

geosentris. Sebagaian data ini dikumpulkan oleh para filsuf kuno

yang mengemukakan bahwa dibalik gerakan-gerakan pelanet

yang kacau, pasti terdapat suatu pola nyata yang sesuai dengan

hukum. Konsep geosentris ini kemudian digantikan oleh konsepsi

sistem heleosentris sebagai bentuk reaksi atas geosentrisme

yang diterima oleh gereja dan skolatisisme5.

Setelah hukum gravitasi universal ditemukan olah Sir Isac

Newton, masalah kosmologi dapat diperlakukan sebagai masalah

fisik tentang sistem masalah gravitasi. Hal ini menimbulkan

kesulitan-kesulitan serius yang dikenal dengan paradoks-

paradoks kosmologi yang diakibatkan olah perluasan hukum-

hukum fisika yang ditetapkan bagi suatu bagian tertantu dari

alam semesta kepada alam semesta seluruhnya. Kesulitan-

4Hamersma, harry. 1981, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yogyakarta; PENERBIT KANISIUS, hlm; 499.5Ibid. Hlm; 500.

4

Page 5: Kearifan Lokal di Mentawai

kesulitan ini dipecahkan oleh teori kosmologi moderen yang

didasarkan pada teori relativitas6.

Kattsoff menjelaskan bahwa kosmologi adalah penyelidikan

tantang jagad raya fisik. Terdiri dari dua bagian;

1. Penyelidikan kefilsafatan mengenai istilah-istilah pokok

yang terdapat dalam fisika, seperti ruang, waktu dan

sebagainya.

2. Peranggapan-peranggapan yang terdapat dalam fisika

sebagai ilmu tentang jagad raya. Kadang-kadang sekedar

untuk membedakan masalah-masalah tersebut dari

masalah-masalah ontologi, bidang ini dinamakan filsafat

fisika atau filsafat ilmu-ilmu alam. Juga dalam arti tertentu

kosmologi membicarakan masalah-masalah mengenai

metafisika dan bukannya masalah di dalam fisika7.

Disamping istilah kosmologi, dikenal juga kata yang

maknanya agak mirip yaitu kosmogoni. Kosmogoni adalah

penjelasan atau keterangan tentang asal usul alam semesta

menurut mitos. Terdapat dua istilah lagi yang sering disebut

dalam studi ilmu kosmologi yaitu istilan makrokosmos dan

mikrokosmos. Makrokosmos adalah alam semesta dengan

bintang dan planet-planetnya, untuk memahaminya diperlukan

ukuran-ukuran, lazimnya digunakan adalah ukuran kecepatan

cahaya, dengannya orang dapat mengukur diameter bumi dan

jarak bumu dengan planet-planet lainnya.Mikrokosmos adalah

dunia sub-atonok seperti elektron, neutron, pisitron dan proton8.

Dalam struktur skema Ilmu Filsafat kosmologi masuk kedalam

bagian metafisika khusus. Hal tersebut berdasarkan pemilihan

6Ibid. Hlm; 5007 Kattsoff, louis o. 2004, Pengantar Filsafat, Yogyakarta; TIARA WACANA, hlm; 231-232.8 Siswanto, joko. 2005, Oreintasi Kosmologi. Yogyakarta; Gdajah Mada University Press, hlm; 2.

5

Page 6: Kearifan Lokal di Mentawai

macam-macam kosmologi oleh Christian Wolff pada abad 17 M.

Waolff membagi metafisika menjadi dua bagian besar yaitu

metaphisica generalis dan metaphisica specialist.Metaphysica

generalist meliputi ontologi dan metaphysica spesialist meliputi

cosmologia, psikologia -yang lebih dikenal dengan antropologi

metafisik atau antropologi naturalis- dan theologia –yang lebih

dikenal dengan teodice atau teologi naturalis9.

Profesor Joko Siswanto membagi beberapa metode dalam

kosmologi yaitu metode kritis, metode fenomenologi dan metode

trasendental. Metode kritis adalah metode yang membicarakan

bermacam-macam teori ilmiah filosofis. Caranya dengan

menyelidiki konsistensi intrinsik pada teori-teori tersebut dan

kesesuaiannya dengan ilmu-ilmu khusus juga dengan

pengalaman hidup sehari-hari, seraya menggunakan teknik-

teknik kritis. Metode fenomenologi berbentuk refleksi langsung

atas gejala-gejala hidup sehari-hari sejauh disadari oleh subjek

dan Metode transendental bertitik-tolak dari fenomena

manusiawi yang paling sentral, yaitu dari fakta kegiatannya

(berpikir, berbicara dan mamilih)10.

Kosmologi juga memiliki beberapa kemungkinan. Pertama

sebagai sintesi hasil ilmu-ilmu, kedua refleksi filosofis tentang

ilmu, ketiga analisis metode-metode ilmu dan keempat

pendekatan kefilsafatan terhadap alam. Sintesa hasil-hasil ilmu

merupakan konsekuensi dari posisi filsafat dan tugas filsafat

alam yakni sintesa hasil ilmu. Refleksi filosofi tentang ilmu alam

berusaha untuk menemukan filsafat tesembunyi seraya

mempertimbangkan keterangan-keterangan filsafat, hal ini

sebagai mana yang akan dibahas oleh makalah ini yaitu untuk

menemukan filsafat tersembunyi dari masyarakat Mentawai

9Surajiyo. 2009, ILMU FILSAFAT: Suatu Pengantar, Jakarta; BUMI AKSARA, hlm; 117. 10Siswanto, joko. 2005, Oreintasi Kosmologi. Yogyakarta; Gdajah Mada University Press, hlm; 6-7.

6

Page 7: Kearifan Lokal di Mentawai

tentang kosmos. Analisis metode-metode ilmu berangkat dari

keyakinan bahwa tugas filsafat alam bukan refleksi atas hasil-

hasil ilmu, melainkan kepada metode-metode ilmu, baik berupa

analisis filosofis maupun analisis logis dan terakhir pendekatan

kefilsafatan terhadap alam. Para filsuf yang menerima ide bahwa

filsafat harus dan dapat secara original melakukan pendekatan

kepada fenomena alam secara langsung dapat diketegorikan ke

dalam kelompok ini11.

Dalam studi kosmologi juga terdapat beberapa bentuk

pemikiran. Pertama kosmologi spekulatif; pemikiran kefilsafatan

tentang alam yang diawali dari Yunani pertama-tama, muncul

karena kekaguman para filsuf pada saat itu tentang keteraturan

alam, bukan tentang manusia. Kedua kosmologi ilmia; terlahir

akibat penemuan metode induksi-eksperimentasi, penelitian

tentang alam semesta berkembang pesat, yang sebelumnya

alam semesta hanya dipikirkan dengan kemampuan analisis

spekulatif semata, berubah menjadi ilmiah atas dasar berbagai

percobaan-percobaan. Ketiga kosmologi kritik; sebuah ilmu

pengetahuan yang meneliti metodenya sendiri menggunakan

sistem pengetahuan a priori. Keempat kosmologi matematik;

keberadaannya seperti pemikiran Albert Einstein “si anak alam”

dengan teori relativitasnya. Terakhir kosmologi baru yang juga

disebut pasca-kosmologi Einstein yaitu kosmologi sintesis;

pemikiran yang mencoba menggabungkan prinsip-prinsip

pemikiran ilmiah dengan kaidah-kaidah pemikiran filosofis yang

bercorak kritis-spekulatif12.

2.2. Mentawai

11Ibid, hlm; 10-11.12 Siswanto, joko. 2005, Oreintasi Kosmologi. Yogyakarta; Gdajah Mada University Press, hlm; 14-39.

7

Page 8: Kearifan Lokal di Mentawai

Koentjaraningrat mengelompokan kepulauan Mentawai ke

dalam penduduk kepulauan sebelah barat Sumatra yang dimulai

dari sebelah utara selatan pulau Simalur, Banyak, Nias, Batu,

Mentawai dan Enggano13. Kepulauan Mentawai yang lebih khusus

terdiri dari pulau-pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai

Selatan, mempunyai penduduk yang seolah-olah terhindar dari

pengaruh kebudayaan megalithik serta metode bercocok tanam

padi, yang telah mempengaruhi hampir seluruk kepulauan

Indonesia sejak zaman pra-histori14. Semua keempat pulau

tersebut masih tertutupi oleh hutan rimba tropik dan banyak

diantaranya masih bersifat rimba primer, yang sudah lama atau

belum pernah ditebang oleh manusia. Dari deretan pegunungan

yang membujur di tengah pulau mengalirlah dengan derasnya

berpuluh-puluh sungai kecil. Dipandang dari laut, pulau-pulau

Mentawai akan tampak seolah-olah tidak berpenduduk, karena

hanya pantai-pantai kosong dan deret-deret pohon kelapa

dengan latar hutan rimba tropis15. Karena memang kepulauan

Mentawai merupakan kawasan hutan tropis basah yang kaya

dengan vegetsi seperti sagu, meranti putih, keruing, rotan dan

gahura yang kini langka16.

Ada sekitar 40 pulau di kepualuan ini. Namun hanya empat

pulau yang berpenghuni, yaitu Siberut (4.097 km), Pagi Utara

dan Selatan (1.870 km) dan Pulau Sipora (840 km). Orang asli

Mentawai berasal dari Pulau Siberut. Migrassi orang ketika pulau

lainnya dipicu oleh beberapa hal, diantaranya bencana alam

seperti banjir, wabah penyakit dan konflik antar klan dalam suku

ini17.

13 Koentjaraningrat. 2004, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta; DJAMBATAN, hlm; 37.14Ibid, hlm; 38.15Ibid, hlm; 5516 Rudito, bambang. 2013, BEBETEI UMA KEBANGKITA ORANG MENTAWAI: Sebuah Etnografi. Yogyakarta; GADING dan Sustainable Devlopment, hlm; 35.17Ibid, hlm 35.

8

Page 9: Kearifan Lokal di Mentawai

Masyarakat mentawai terdiri dari Orang Mentawai,

Minangkabau, Nias, Jawa, Batak, Melayu, Tionghoa dan suku

bangsa lainnya. Masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai

termasuk dalam wilayah kebudayaan orang Mentawai yang

mendiami pulau-pulau Siberut, Sipora, Pagu Utara dan Selatan.

Sukubangsa lain datang ke pulau ini sebagai migran.

Orang Mentawai adalah sebuah sukubangsa yang mempunyai

wilayah kebudayaan di Propinsi Sumatera Barat. Berdasarkan

peta wilayah kesukubangsaan, sebagian besar wilayah Propinsi

Sumatera Barat bagian daratan Sumatera masuk dalam wilayah

kebudayaan sukubangsa Minagkabau. Kepualauan Mentawai

secara administratif merupakan bagian dari wilayah Propinsi

Sumatera Barat. Namun secara kesukubangsaan masuk dalam

wilayah kebudayaan sukubangsa Mentawai.

Sebagai bagian dari masyarakat Propinsi Sumatera Barat,

kehidupan sosial budaya masyarakat Mentawai didominasi oleh

kebudayaan Minangkabau. Segala aktivitas kehidupan sosial

budaya masyarakat akan mengacu pada kebudayaan

Minangkabau. Aktivitas kehidupan sosial yang ada. Termasuk

Menurut cerita orang mentawai, nama mentawai diambil

dari kata simateu yang berarti pemuda dalam bahasa Mentawai.

Kata ini sering diucapkan oleh penduduk hingga sekarang, untuk

menunjukan diri sebagai Orang Mentawai atau pemuda

Mentawai. Ada juga yang mengatakan bahwa istilah Mentawai

datang dari kata simatalu yang berarti yang mencipta atau

tuhan. Ada sebuah dusun di Mentawai yang bernama Simatalu.

Dusun ini dianggap sebagai daerah muasal penduduk asli

Mentawai. Simateu atau simatalu lama-kelamaan berubah

menjadi kata mentawai, karena logat atau aksen penduduk.

9

Page 10: Kearifan Lokal di Mentawai

Menurut orang Nias kata mentawai brasal dari kata

amatawe yang berarti ayah si Tawe dalam bahasa Nias.

Amatawe datang dari Nias ke Siberut dan memperoleh daerah

berladang di Simatalu. Setelah membuka ladang amatalu

kembali ke Nias untuk menjemput istri dan anaknya yang

bernama tawe. Mulai saat itu daerah tersebut dikenal dengan

daerah amatawe dan berkembang melalui pergeseran waktu

menjadi mentawe atau mentawai.

Mentawai masuk ke dalam ras Proto-Melayu. Terutama di

daerah timur laut Siberut. Sedang yang tinggal di daerah Sipora

dan Pagi termasuk dalam ras Detero Melayu. Bahasa tutur Orang

Mentawai terabagai dalam dua dialek. Pertama dialek simalegi

yang berlokasi di utara dan tengah Siberut. Kedua dialek

sikalangan digunakan di selatan Siberut, Spora dan Pagai.

Sebagaimana bagaian lain dari Indonesia yang memiliki

kebudayaan dan ciri khasnya sendiri. Mentawai pun demikian.

Kebudayaan Mentawai mengacu pada kepercayaan asli Orang

Mentawai, yaitu arat sabulungan. Kepercayaan ini dipakai Orang

Mentawai untuk memahami lingkungannya, guna mencapai

kesejahteraan. Kesejahteraan bagi Orang Mentawai berarti

adanya keselarasan hidup dengan lingkungan. Pemahaman

berdasarkan arat sbulungan adalah acuan Orang Mentawai untuk

menentukan wilayah hunian, lahan hutan dan hubungan sosial

diantara mereka.

2.3. Kosmologi Mentawai

Kosmologi Mentawai adalah sebuah istilah yang digunakan

untuk menyebut pemahaman Orang Mentawai terhadap

fenomena kosmos alam semesta. Pandangan kosmos tersebut

akan mendasari sikap Orang Mentawai dalam menyikapi alam

sekitar mereka. Orang Mentawai menganggap untuk mencapai

10

Page 11: Kearifan Lokal di Mentawai

kesejahteraan dan keselamatan hidup, orang harus bertindak

dan bertingkahlaku selaras dengan lingkungan. Baik alam

maupun lingkungan sosial budaya. Makalah ini akan berusaha

untuk mengungkap bagaimana konsep Orang Mentawai dalam

memahami Saat Awal Alam Semesta, Ruang, Waktu dan

Dinamika Kosmos.

2.3.1. Saat Awal Alam Semesta

Sejak dahulu para filsuf telah melakukan perdebatan

yang sangat panjang dan berbelit-belit yaitu disekitar

persoalan masalah saat awal dan akhir kosmos. Parmanides

sebagai tokoh awal yang meletakkan bahwa alam samesta

tidak memiliki awal dan akhir, karena yang tetap adalah yang

ada, tanpa gerak, tanpa perubahan, ruang dan waktu adalah

ilusi. Aristoteles dengan tegas menyatakan bahwa kosmos

tidaklah memiliki awal, jadi kekal adanya. Immanuel Kant

sebagai pemikir “rasaksa” berpendapat bahwa tidak dapat

dibuktikan apakah kosmos itu memiliki awal, juga tidak ada

bukti bahwa kosmos itu berakhir. Sebagaimana telah

dibuktikan dalam antinomi ruang dan waktunya18.

Dari sekian banyak jawaban para filsuf orang mentawai

memiliki konsepnya sendiri dalam memahami saat awal

kosmos. Pemahaman Orang Mentawai Terhadap konsep Saat

Awal Alam Semesta dapat dikaji melalui cerita kabarajat’

polak nene samba sirimanua siboiki (asal-usul dunia dan dua

orang pertama).

Pada jaman dahulu, waktu dunia ini belum ada, maka

roh-roh langit melemparkannya ke bawah dari langit.

Begitulah terjadinya sumatera dan pulau-pulau di

18Siswanto, joko. 2005, Oreintasi Kosmologi. Yogyakarta; Gdajah Mada University Press, hlm; 45-47.

11

Page 12: Kearifan Lokal di Mentawai

sekitarnya. Lalu roh-roh langit membuat juga binatang-

binatang dan pohon-pohon dan akhirnya seorang laki-

laki dan seorang wanita, tetapi roh-roh langit merasa

jengkel karena kedua orang itu tidak kawin, maka

mereka menunjukan bahwa mereka harus

memperhatikan anjing-anjing. Manusia menirunya,

sehingga banyak manusia yang dilahirkan.

Pada suatu hari mereka memperhatikan bahwa

buaya dapat menggerakan diri dengan leluasa di air,

maka dari buayalah mereka belajar membuat perahu.

Sesudah itu banyak orang sumatera berlayar ke pulau

Siberut. Sebagian mereka menetap di Siberut,

sedangkan sebagian lagi ke Sumatera.

Tidak lama kemudian roh-roh langit menampakkan

diri kepada mereka yang mendiami pulau Siberut dan

berkata bahwa mereka harus memakai sabuk pinggang

terbuat dari kulit pohon. Mereka tidak boleh memakai

barang-barang yang ditenun atau dari besi. Juga mereka

tidak boleh berusaha mengetahui bagaimana sesuatu itu

dibuat, kalau tidak mereka tidak akan berjumpa dengan

teman-temannya di Sumatera.

Lama kelamaan sebagaian dari mereka berlayar ke

pulau Pagai dan menetap di sana. Pada waktu itu ada

burung raksasa yang jahat, yang suka terbang ke Siberut

dari Pagai. Yaitu burung elang (mayang). Burung itu

sudah memakan banyak orang di Siberut19.

2.3.2. Ruang Menurut Orang Mentawai

19 Spina, bruno. 1981, Mitos dan Legenda Suku Mentawai, Jakarta; PN BALAI PUSTAKA, hlm; 253-254.

12

Page 13: Kearifan Lokal di Mentawai

Orang Mentawai percaya ada alam nyata dan alam

supranatural. Kedua alam harus berjalan selaras.

Kelestarian alam nyata harus sesuai dengan kemauan

penghuni alam supranatural, karena kondisi ala

supranatural merupakan cerminan kehidupan alam nyata.

Maka, pengelolahan terhadap lingkungan alam seperti

hutan, sungai dan lahan, harus mendapat izin roh-roh

penghuni alam semesta20.

Keyakinan ini membuat Orang Mentawai selalu

melakukan sebuah upacara saat akan membuka sawah.

Seperti di Siberut dan Pagai. Dalam upacara tersebut

bertujuan untuk meminta izin kepada roh-roh penguasa

lahan. Jika orang tersebut Katolik, maka ia akan melakukan

kebaktian di lahan sawah. Bagi Orang

Mentawaipertumbuhan tanaman sangat bergantung pada

kebaikan makhluk supranatural. Begitu juga ketika akan

berburu, mereka akan melakukan upacara kepada roh-roh

penguasa hutan.

Begitu pula saat akan menebang pohon, Orang

Mentawai akan meminta izin kepada roh penghuni pohon

agar si penebang diberi keselamatan. Orang Mentawai saat

berburu akan memohon kepada roh hutan dan hewan

buruan agar mendekat dan memberi hasil buruan bagus21.

Orang Mentawai percaya adanya hubungan antara alam

nyata dan alam supranatural. Keterkaitan ini yang menata

proses kehidupan manusia dan alam semesta, sehingga

dalam segala kegiatan harus dimulai dan diakhiri dengan

upacara sebagai bentuk hubungan dengan dunia

20Rudito, bambang. 2013, BEBETEI UMA KEBANGKITA ORANG MENTAWAI: Sebuah Etnografi. Yogyakarta; GADING dan Sustainable Devlopment, hlm; 111.21Rudito, bambang. 2013, BEBETEI UMA KEBANGKITAN ORANG MENTAWAI: Sebuah Etnografi. Yogyakarta; GADING dan Sustainable Devlopment, hlm; 111.

13

Page 14: Kearifan Lokal di Mentawai

supranatural. Sistem keyakinan Orang Mentawai ini disebut

arat sabulungan yang berarti arat sama dengan adat,

bulungan atau bulu yang berarti daun dan awalan sa

berarti seperangkat. Jadi, arat sabulungan adalah

seperangkat dedaunan.

Arat sabulungan meyakini adanya dua kehidupan, alam

nyata dan alam supranatural. Alam supranatural terbagi

menjadi dunia ketsat atau roh dan dunia sanitu atau jiwa.

Dunia ketsat dihuni olah para roh yang mengatur alam

semesta. Sedangkan dunia sanitu adalah dunia jiwa yang

menjadi bayang-bayang benda buatan manusia, manusia,

binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda langit dan roh

orang yang meninggal tidak wajar. Di dunia sanitu semua

berupa jiwa yang menempati bentuk nyata di dialam

nyata. Hubungan antara alam nyata dan dunia ketsat

harus terus diperkuat, karena dunia ketsat sangat

berpengaruh terhadap makhluk alam nyata22.

Alam supranatural dan alam nyata dianggap saling

bertentangan. Malam di alam nyata adalan siang di alam

supranatural. Benda-benda yang tidak lengkap di alam

nyata menjadi lengkap di alam supranatural. Roh dalam

dunia sanitu disebut jiwa. Jiwa yang menghuni manusia

disebut magre. Magre berada di ubun-ubun kepala. Jika

seseorang sedang tidur, jiwanya akan keluar berupa

mimpi. Demikian juga saat melamun, sakit atau pingsan23.

2.3.3. Waktu Menurut Orang Mentawai

Waktu menurut Orang Mentawai adalah sesuatu yang

dapat dibagi. Pembagian waktu Orang Mentawai ditandai

22Ibid, hlm; 122-123.23Rudito, bambang. 2013, BEBETEI UMA KEBANGKITA ORANG MENTAWAI: Sebuah Etnografi. Yogyakarta; GADING dan Sustainable Devlopment, hlm; 123-124.

14

Page 15: Kearifan Lokal di Mentawai

dengan gejala alam yang berhubungan dengan kondisi fisik

dalam keegiatan mereka sehari-hari. Waktu dimulai pada

pergantian antara siang hari dan malam, saat para roh dan

makhluk supranatural mulai beraktifitas. Pembagian itu

adalah24;

Hari dimulai saat senja, dan disebut anamsoibo atau hari

diantara siang dan malam, sekitar pukul 18.00. waktu

disaat manusia mulai beristirahat.

Inep amainepman atau keadaan sudah remang-remang.

Ada juga yang menyebutnya takinining atau mulai ada

bunyi-bunyian binatang malam, yaitu sekitar 18.30. waktu

datangya malam, ditandai dengan keluarnya bintang

malam.

Inem nia atau malam sekitar pukul 19.00. menunjukan

adanya gelap pada suasana lingkungan.

Amerep ma tasule atau anak-anak sudah pergi tidur, yaitu

sekitar pukul 20.00. pada saat ini anak-anak kecil sudah

bermimpi dan jiwa mereka sedang pergi mengunjungi

tempat-tempat yang mereka datangi pada siang hari.

Ama kagepgepman atau sudah mulai mengantuk, yaitu

sekitar pukul 21.00. orang dewasa saat ini sudah mulai

tidur.

Uneng tasule anak kecil sudah nyenyak tidurnya, sekitar

pukul 22.00.

Gepgep atau saat mengantuk bagi orang dewasa yang

terlambat tidur, yaitu sekitar pukul 23.00.

Karaektat manua atau tengah mala, sekitar pukul 24.00.

pada waktu ini keadaan benar-benar sunyi dan tidak ada

lampu sama-sekali. Semua orang pergi tidur.

24Ibid, hlm; 119-120.

15

Page 16: Kearifan Lokal di Mentawai

Aipengan aku atau saya sudah terlelap. Tidak ingat apa-

apa lagi, sekitar pukul 01.00.

Loisi bilou atau terdengar teriakan bilou semacam

siamang. Sekitar pukul 02.00-03.00. saat ini siamang mulai

berteriak, pertanda perpindahan suasana dari malam ke

jelang dini hari.

Toki gougou siboiki atau ayam mulai bangun. Menunjukan

ayam mulai gusar menghirup udara pagi, tetapi belum ada

cahaya yang keluar. Suasana ini sekitar pukul 04.00.

Toki gougou patoknia atau ayam mulai berkokok, tetapi

masih malas turun dari dahan-dahan, sekitar pukul 04.30.

Aipatautawat kamanua atau matahari mulai keluar (fajar)

ayam-ayam sudah turun dari dahan-dahan, babi-babi mulai

gelisah di kandangnya karena ingin bermain lumpur. Waktu

ini diterangai sekitar pukuk 05.00.

Maipuru piele atau keadaan remang-remang, saat mulai

nampak bentuk-bentuk sekitar seperti pohon, binatang dan

batu. Cahaya matahari mulai masuk di celah-celah batang

pohon dan memberi bentuk pada benda-benda sekitar,

pada pukul 05.30.

Amasara bagnan atau matahari mulai menampakkan dan

benda-benda sudah jelas terlihat sekitar pukul 06.00.

Simasegge atau pagi hari ditandai dengan munculnya

matahari secara penuh dan alam semesta sudah tampak

bentuknya. Waktu ini berkisar antara pukul 07.00-09.00.

Pauteluat gougou atau ayam beretelur. Ditandai dengan

berkoteknya ayan betina secara bersahutan. Ayam betina

terlihat gelisah, berlarian hendak bertelur, sekitar pukul

09.00-11.00.

Diot sulu atau matahari berdiri tepat diatas kepala.

Ditandai dengan hilangnya bayang-bayang, sekitar pukul

12.00.

16

Page 17: Kearifan Lokal di Mentawai

Atu reureuwat sulu atau matahari mulai bergerak, sekitar

pukul 13.00.

Gilik sulu atau matahari condong. Posisi matahari sudah

mengarah ke barat cakrawala, sekitar pukul 14.00.

Pasiroigenan gougou kasereo atau ayam sedang bermain

dan menuju dahan/ranting pada pukul 15.00.

Pasiroigenan gougou ka uma atau ayam sudah kembali ke

uma. Ayam-ayam sudah naik ke ranting dan dahan pohon

di sapou, sekitar pukul 17.00.

Pasikut sagu atau memasak sagu. Ditandai dengan

kegiatan maum ibu yang sedang memasak sagu untuk

makan malam, sekitar pukul 17.30.

2.3.4. Dinamika Kosmos Menurut Orang Mentawai

Orang Mentawai mempercayai bahwa seluruh isi alam

termasuk roh dan jiwa dilindungi oleh Taikamanua, sang

pencipta segala alam semesta. Namanya mirip roh penjaga

langit walau kekuasaannya berbeda. Orang

Mentawaimpercaya bahwa hidup diatur oleh makhluk alam

supranatural. Pengaturan ini amat terlihat pada kehidupan

dalam keluarga luas saturumah komunal uma. Pengaturan

ini berupa etika, pantangan dan larangan yang harus

dipatuhi.25

Larangan atau tabu sebetulnya adalah hukum yang

mengatur tingkah-laku manusia. Ketidaktaatan manusia

pada tabutak hanya membentuk pelanggaran, tetapi juga

pencemaran dan penghianatan. Karena kegiatan sehari-

hari Orang Mentawai penuh dengan pantangan dan

larangan, orang luhur menganggap Orang Mentawai itu

25Rudito, bambang. 2013, BEBETEI UMA KEBANGKITA ORANG MENTAWAI: Sebuah Etnografi. Yogyakarta; GADING dan Sustainable Devlopment, hlm; 125-126.

17

Page 18: Kearifan Lokal di Mentawai

primitif, dipenuhi hal ghaib dan harus ditanggapi secara

hati-hati.

Konsep Taikamanua dalam keyakinan Orang Mentawai,

membuat konsep tersebut menjadi agak mirip atau

mendekati konsep kreasionisme yang meyakini bahwa

kosmos tidak berkembang atau berevolusi dengan dayanya

yang natural, tetapi membutuhkan pengaruh ekstrinsik.

Kreasionisme berpandangan bahwa alam semesta dan

bentuk-bentuk kehidupannya diproduksi dan sedang

diproduksi oleh suatu pelaku adikodrati. Segala sesuatu

mulai dan terus ada hanya dengan keputusan, rencana dan

kegiatan sang adi kodrati26

26Siswanto, joko. 2005, Oreintasi Kosmologi. Yogyakarta; Gdajah Mada University Press, hlm; 55.

18

Page 19: Kearifan Lokal di Mentawai

BAB III

KESIMPULAN

Kosmologi Mentawai merupakan suatu kearifan lokal yang

sarat makna, yakni yang tertuang dalam kepercayaan terhadap

mitos-mitos yang berkembang dan konsep uma (rumah) dan

adat Arat Sabulungan (Adat Seperangkat Dedaunan). Seperti

mitos tentang penciptaan dunia dan dua orang manusia pertama

yang dalam mitos yang dipercayai oleh orang Mentawai bahwa

dunia ini diciptakan oleh Roh langit dari ketiadaan lalu dunia

beserta isinya diciptakan, termasuk dua manusia pertama, yang

kemudian kedua manusia tersebut meniru aspek kehidupan

terhadap lingkungan sekitarnya, seperti berketurunan,

beraktivitas bertahan hidup.

Konsep ruang menurut Arat Sabulungan adalah adanya

dua alam, yaitu alam nyata dan alam supranatural. Alam

supranatural dibagi menjadi dua, yaitu alam jiwa (sanitu) dan

alam roh (ketsat). Dunia roh dihuni oleh para roh yang mengatur

alam semesta, seperti : Roh Langit (Taikamanua), Roh Penjaga

Hutan (Taikaleleu), Roh Penjaga Bumi dan Tanah (Taikapolak),

Roh Penjaga Laut dan Sungai (Tai ka Bagat Koa). Dunia Jiwa

(sanitu) adalah dunia yang menjadi banyang-banyang benda

buatan manusia, manusia, binatang, tumbuhan, benda-benda

langit dan roh orang yang meninggal tidak wajar. Misalnya Jiwa

pada binatang (kina), jiwa benda-benda alam seperti batu, air,

tanah, mega, angin disebut kisei, jiwa pada tumbuhan disebut

kina. Jiwa pada benda-benda buatan manusia seperti : peralatan

19

Page 20: Kearifan Lokal di Mentawai

makan, berburu, pisau disebut bojou. Jiwa dari jasad makhluk

yang tadinya bernyawa disebut pitok.

Konsep waktu menurut orang Mentawai adalah ditandainya

dengan gejala alam yang berhubungan dengan kondisi fisik

dalam kegiatan mereka sehari-hari. Waktu dimulai pada

pergantian antara siang hari dan malam hari, aat para roh dan

makhluk dunia supranatural mulai beraktivitas. Pembagian waktu

itu sendiri adalah menjadi duapuluh tiga bagian.

Kemudian seluruh alam termasuk roh dan jiwa dilindungi

oleh Taikamanua yang dianggap sebagai Pencipta segala alam

semesta. Namanya mirip roh penjaga langit, tetapi kekuasaan

dan kedudukannya berbeda. Orang Mentawai percaya bahwa

hidup diatur oleh kekuatan supranatural. Pengaturan ini amat

terlihat pada kehidupan dalam keluatga luas datu rumah

komunal (uma). Pengaturan ini berupa etika, pantangan, dan

larangan yang harus dipatuhi untuk menciptakan kehidupan

yang harmonis dan selaras dengan lingkungan alam serta sosial.

20

Page 21: Kearifan Lokal di Mentawai

DAFTAR PUSTAKA

Rudito, bambang. 2013, BEBETEI UMA KEBANGKITA ORANG

MENTAWAI: Sebuah Etnografi. Yogyakarta; GADING dan

Sustainable Devlopment.

Bagus, lorens. 2005, Kamus Filsafat, Jakarta; PT GRAMEDIA

PUSTAKA UTAMA.

Hamersma, harry. 1981, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat,

Yogyakarta; PENERBIT KANISIUS.

Kattsoff, louis o. 2004, Pengantar Filsafat, Yogyakarta;

TIARA WACANA.

Siswanto, joko. 2005, Oreintasi Kosmologi. Yogyakarta;

Gdajah Mada University Press.

Surajiyo. 2009, ILMU FILSAFAT: Suatu Pengantar, Jakarta;

BUMI AKSARA.

21

Page 22: Kearifan Lokal di Mentawai

Koentjaraningrat. 2004, Manusia dan Kebudayaan di

Indonesia, Jakarta; DJAMBATAN.

Spina, bruno. 1981, Mitos dan Legenda Suku Mentawai,

Jakarta; PN BALAI PUSTAKA

22