KATA PENGANTARbappeda.jembranakab.go.id/download/LP2KD Kabupaten...i KATA PENGANTAR Om Swastiastu...
Transcript of KATA PENGANTARbappeda.jembranakab.go.id/download/LP2KD Kabupaten...i KATA PENGANTAR Om Swastiastu...
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya
penyusunan buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)
Kabupaten Jembrana untuk tahun 2017 telah selesai disusun.
Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan khususnya di Kabupaten
Jembrana perlu dilakukan langkah-langkah strategis secara terpadu, menyeluruh dan
berkelanjutan yang dapat berdampak terhadap penurunan angka kemiskinan secara
signifikan dan hal tersebut merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam
penentuan keberhasilan pembangunan di setiap daerah khususnya di Kabupaten Jembrana.
Berawal dari hal tersebut, maka pemantauan program-program pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan yang telah dan sedang berjalan menjadi mutlak dan penting
untuk dilakukan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pelaksanaan
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Jembrana Tahun 2017 ini masih
jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan data, personil
dan waktu yang sangat singkat. Tetapi kami berusaha untuk menyelesaikan laporan ini
sebaik mungkin guna penyempurnaan proses perencanaan pembangunan, arah kebijakan
dan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan pada tahun mendatang di
Kabupaten Jembrana.
Semoga Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)
Kabupaten Jembrana ini dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholders, pemangku
kepentingan dan lintas sektor lainnya.
Om Santi, Santi, Santi Om
Jembrana, Nopember 2017
Kepala Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana, Selaku Sekretaris TKPKD Kabupaten Jembrana
Ir. I Ketut Swijana, M.T. Pembina Utama Muda NIP. 19611001 198702 1 002
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Daerah (LP2KD)
Kabupaten Jembrana merupakan sebuah laporan yang disusun oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah, dalam hal ini disusun oleh TKPKD Kabupaten Jembrana.
Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai bentuk penyampaian informasi
mengenai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan di Kabupaten Jembrana,
mengingat TKPKD merupakan mitra kerja Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K), yang diharapkan dari TKPKD adalah mampu melakukan proses
perencanaan, penganggaran serta mampu memantau dan mengkoordinasikan program
penanggulangan kemiskinan di daerah.
LP2KD ini memberikan gambaran mengenai capaian kondisi pembangunan pada
berbagai sektor terkait, serta menginformasikan komitmen Pemerintah Daerah (Kabupaten
Jembrana) dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan sesuai target penurunan yang
sudah ditetapkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah Propinsi Bali.
Dengan demikian dari LP2KD ini diharapkan sebagai bahan masukan kepada stakeholder
yang terkait dalam penanggulangan kemiskinan utamanya nanti pada jajaran Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Jembrana mengenai langkah-
langkah yang sudah dilakukan paling sedikit dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
maupun selanjutnya dalam penyusunan program penanggulangan kemiskinan di tahun-
tahun mendatang.
Secara umum kebijakan dan program/kegiatan pembangunan di Kabupaten Jembrana
selama 5 tahun terakhir (2011-2016) sudah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin
dari (6,56%) menjadi (5,33%). Dari 5 (lima) sektor pembangunan yang paling terkait dengan
pengentasan kemiskinan yaitu Ketenagakerjaan, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan
Ketahanan Pangan, beberapa diantaranya capaian indikatornya sudah cukup baik dengan
didukung oleh kondisi riil dilapangan serta hasil kajian kepuasan pelayanan publik yang
mencapai angka 91,21% dimana sebelumnya mencapai angka 81,28%. Namun demikian,
Kabupaten Jembrana masih memerlukan kebijakan, strategi dan program yang lebih tepat
serta melakukan pendekatan dari segi sosial budaya karena masyarakatnya masih perlu
didorong untuk lebih produktif dan lebih partisipatif terhadap kebijakan dan progam-
iii
program pemerintah. Selain itu juga melakukan evaluasi terhadap kondisi dilapangan agar
memperoleh gambaran riil dalam rangka penyusunan rencana yang tepat dan pelaksanaan
yang efektif dan efisien merupakan langkah untuk mencapai kondisi yang lebih baik.
Sebagai bahan evaluasi dan masukan, LP2KD ini masih memerlukan beberapa
penyempurnaan karena dalam penyusunannya mengalami beberapa hambatan terutama
dari segi SDM dan kurang berfungsinya unit pendataan, evaluasi dan pelaporan hasil
kegiatan program SKPD serta fungsi koordinasi penanggulangan kemiskinan sesuai Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam penyusunan LP2KD selanjutnya perlu
penyempurnaan data-data indikator masing-masing SKPD terkait dan memastikan
pentingnya memahami keberadaan dan partisipasi SKPD dalam TKPKD Kabupaten Jembrana
yang terbentuk baik secara fungsi maupun organisatoris.
Demikian ringkasan laporan ini disampaikan untuk maklum dan dipedomani
sebagaimana mestinya.
Jembrana, Nopember 2017
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 iv
DAFTAR ISI
ISI HALAMAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................ ii-iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv-vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ix-xi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana ........................................................... 4
1.3 Maksud Dan Tujuan ............................................................................................ 4
1.4 Landasan Hukum ................................................................................................ 6
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 7
BAB II. KONDISI KEMISKINAN .................................................................................... 9
2.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan ........................................................... 9
2.1.1 Tingkat Kemiskinan (P0) ....................................................................... 10
2.1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) ...................................................... 17
2.1.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ...................................................... 19
2.1.4 Tingkat Pengangguran .......................................................................... 20
2.1.5 Analisis Prioritas Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan ................. 22
2.2 Bidang Kesehatan ............................................................................................... 23
2.2.1 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH ............................................ 23
2.2.2 Angka Kematian Balita (AKBA) per 1.000 KH ........................................ 25
2.2.3 Angka Kematian Ibu (AKI) per- 100.000 KH........................................... 26
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 v
2.2.4 Prevalensi Gizi Buruk pada Balita (%).................................................... 27
2.2.5 Rasio Bidan per 100.000 Penduduk ...................................................... 29
2.2.6 Rasio Dokter/100.000 Penduduk ......................................................... 30
2.2.7 Jarak Puskesmas Rata-Rata (km) .......................................................... 31
2.2.8 Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) ........................................... 32
2.2.9 Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) .......................................... 34
2.2.10 Kelahiran ditolong Tenaga Terlatih (%) ................................................ 36
2.2.11 Angka Kesakitan/Morbiditas (%)........................................................... 37
2.2.12 Analisis Prioritas Bidang Kesehatan ...................................................... 38
2.3 Bidang Pendidikan .............................................................................................. 40
2.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA........... 40
2.3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA ......... 44
2.3.3 Angka Buta Huruf ................................................................................. 47
2.3.4 Angka Putus Sekolah (APS) ................................................................... 48
2.3.5 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan ..................................................... 50
2.4 Bidang Infrastruktur Dasar ................................................................................. 53
2.4.1 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) ............................. 53
2.4.2 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (AML) ................... 54
2.4.3 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) ........................................... 56
2.4.4 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik (%)................................ 58
2.4.5 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar ....................................... 59
2.5 Bidang Ketahanan Pangan ................................................................................. 60
2.5.1 Analisis Perkembangan Harga Beras (Rp) ............................................ 60
2.5.2 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok ............................................. 61
2.5.3 Luas Panen dan Produksi Padi ............................................................. 62
2.5.4 Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................ 63
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 vi
2.5.5 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan......................................... 64
BAB III. TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DI DAERAH ............................................................................................
66
3.1 Komposisi Penerimaan Anggaran Daerah ......................................................... 66
3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi .................................................... 68
3.3 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral ................................................................ 69
3.4 Efektifitas Perkembangan APBD Kabupaten Jembrana ..................................... 71
3.5 Anggaran Belanja Bidang Kemiskinan ................................................................ 72
3.5.1 Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan .......................................... 73
3.5.2 Anggaran Belanja Sektor Pendidikan ................................................... 76
3.5.3 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan .................................................... 80
3.5.4 Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar ...................................... 84
3.5.5 Anggaran Belanja Sektor Ketahanan Pangan ...................................... 87
BAB IV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH 90
4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan ............................................................. 90
4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan ................................................................ 92
4.3 Program Dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ........................................ 94
4.3.1 Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Individu dan Keluarga ..............................................................................................
94
4.3.2 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat .................................................................
95
4.3.3 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil .....................................................................
96
4.3.4 Kelompok Program Lainnya ................................................................ 96
4.4
Penanganan Pengaduan Masyarakat ................................................................ 97
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 vii
BAB V. KOORDINASI, PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN ..........................................................................
99
5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ............................................................ 99
5.1.1 Koordinasi di Tingkat Daerah ............................................................... 101
5.1.2 Koordinasi dengan Pusat .................................................................... 102
5.2 Permasalahan Dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ........................ 104
5.3 Langkah-langkah Percepatan Penanggulangan Kemiskinan .............................. 105
5.4 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tahun 2016 ..................................................... 106
5.5 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ................... 106
5.5.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga/Keluarga .................................................................................
106
5.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Kelompok Masyarakat .........................................................................................
107
5.5.3 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil .....................................................................................................
107
5.5.4 Program Penanggulangan Kemiskinan Pro Rakyat Lainnya (Inisiatif Daerah) ...............................................................................................
107
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................... 108
6.1 Prioritas Intervensi Sektoral Dan Wilayah ......................................................... 108
6.2 Implikasi Penyesuaian Program Dan Anggaran Belanja .................................... 109
6.3 Rencana Koordinasi Dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ........................................................................................................
111
LAMPIRAN
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perkembangan penduduk miskin 2009 – 2016 Kab. Jembrana. 10
2.2 Perkembangan penduduk miskin 2010 – 2016 BPS 11 3.1 Komposisi Realisasi Penerimaan Daerah (%) Kab. Jembrana 2009 – 2016 67
3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Bidang Kemiskinan 72
3.3 Belanja Sektor Ketenagakerjaan Menurut Sumber Pembiayaan. 73
3.4 Belanja Sektor Pendidikan Menurut Sumber Pembiayaan. 76
3.5 Belanja Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Kabupaten Jembrana. 80
3.6 Anggaran Belanja Bidang Infrastruktur Menurut Sumber Pembiayaan di Kab.
Jembrana.
84
3.7 Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan Menurut Sumber Pembiayaan di
Kabupaten Jembrana.
87
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana. 4
2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jembrana Tahun 2009–
2016.
13
2.2 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Kabupaten Jembrana 2016. 14
2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan 2011-2016. 16 2.4 Analisis Tingkat Kemiskinan Per Kecamatan 2011-2016. 17 2.5 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Jembrana. 18 2.6 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jembrana. 19 2.7 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Jembrana. 21 2.8 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Ekonomi Kab. Jembrana. 23 2.9 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH 24 2.10 Perkembangan AKBA Kab. Jembrana. 25 2.11 Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran. 26 2.12 Perkembangan Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Jembrana. 28 2.13 Perkembangan Rasio Bidan Kab. Jembrana. 29 2.14 Analisis Perkembangan Rasio Dokter Kab. Jembrana. 30 2.15 Perkembangan Jarak Puskesmas Terdekat Kab. Jembrana 31 2.16 Perkembangan Penduduk dengan Keluhan Kesehatan. 32 2.17 Perkembangan Penduduk dengan Pengobatan Sendiri Kab. Jembrana. 34 2.18 Perkembangan Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab.
Jembrana. 36
2.19 Analisis Perkembangan Angka Kesakitan. 37 2.20 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan terhadap Tingkat Kemiskinan
Kab. Jembrana. 38
2.21 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Kab. Jembrana. 39 2.22 Perkembangan APK SD/MI Kabupaten Jembrana. 41 2.23 Perkembangan APK SMP/MTs Kabupaten Jembrana. 42 2.24 Perkembangan APK SMA/MA Kabupaten Jembrana. 43
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 x
2.25 Perkembangan APM SD/MI Kabupaten Jembrana. 45 2.26 Perkembangan APM SMP/MTs Kabupaten Jembrana. 45 2.27 Perkembangan APM SMA/MA Kabupaten Jembrana. 46 2.28 Perkembangan Angka Buta Huruf (%) Kabupaten Jembrana. 47 2.29 Perkembangan Angka Putus Sekolah SD (%) Kabupaten Jembrana. 48 2.30 Perkembangan Angka Putus Sekolah SMP (%) Kabupaten Jembrana. 49 2.31 Perkembangan Angka Putus Sekolah SMA (%) Kabupaten Jembrana. 49 2.32 Analisis Prioritas APK terhadap Tingkat Kemiskinan Kab. Jembrana. 50 2.33 Analisis Prioritas APM terhadap Tingkat Kemiskinan. 51 2.34 Analisis Prioritas Angka Putus Sekolah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA Terhadap
Tingkat Kemiskinan. 52
2.35 Perkembangan Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak. 53 2.36 Perkembangan Rumah Tangga dengan AML (%) Kab. Jembrana. 55 2.37 Perkembangan Proporsi Desa dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Jembrana. 57 2.38 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Jembrana. 58 2.39 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Kemiskinan. 59 2.40 Analisis Perkembangan Harga Beras (Rp.) 60 2.41 Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama. 61 2.42 Analisis Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Jembrana. 62 2.43 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jembrana. 64 2.44 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan. 65 3.1 Perkembangan Penerimaan Anggaran Daerah Kabupaten Jembrana. 66 3.2 Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi Kabupaten
Jembrana. 68
3.3 Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja (%) Menurut Fungsi Kabupaten Jembrana.
69
3.4 Analisis Anggaran Belanja Sektor. 70 3.5 Analisis Efektivitas Perkembangan APBD Terhadap Tingkat Kemiskinan
Kabupaten Jembrana 71
3.6 Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan 74 3.7 Analisis Efektivitas Anggaran Kab. Jembrana. 75 3.8 Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Pendidikan 77 3.9 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM SD/MI 78 3.10 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM
SMP/MTs 78
3.11 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM 79
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 xi
SMA/MA 3.12 Perkembangan Anggaran Belanja Kesehatan. 81 3.13 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kesehatan. 83 3.14 Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Infrastruktur Kab. Jembrana. 85 3.15 Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur Terhadap Indikator
Infrastruktur 86
3.16 Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan. 87 3.17 Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan Terhadap Tingkat
Kemiskinan dan Produksi Padi Kab. Jembrana. 88
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan sebagai masalah sosial, merupakan sumber utama kelemahan bagi
setiap orang untuk melakukan partisipasi disegala bidang kehidupan. Masalah
kemiskinan hampir dihadapi oleh semua negara yang mengalami ketidakseimbangan
antara pertumbuhan penduduk dan ekonomi disamping indikasi pengelolaan negara
dan sumber daya yang kurang tepat. Oleh karenanya masalah kemiskinan bersifat
multi dimensional sehingga memerlukan penangganan oleh semua pihak baik
pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Sebagai salah satu indikator utama
keberhasilan pembangunan, maka penanggulangan kemiskinan merupakan salah
satu tugas pokok Pemerintah dengan melakukan pendekatan strategi dan program
penanggulangan secara tepat, terpadu dan terkoordinasi dengan pelaksanaan secara
bertahap, terencana, dan berkesinambungan yang meliputi semua aspek kehidupan
masyarakat dan negara.
Upaya penanggulangan kemiskinan adalah sesuai amanat Undang-Undang
Dasar dan terkait pula dengan kesepakatan MDGs yang telah diintegrasikan dalam
rencana pembangunan nasional jangka pendek maupun menengah. Tahun 2015 telah
berlalu, maka berakhirlah salah satu program pembangunan dunia yang di kenal
dengan Milenium Depelopment Goals (MDGs). Sebagai penggantinya maka
diluncurkan suatu sistim pembangunan baru yang bernama Sustainable Depelopment
Goals (SDGs).
Dengan demikian SDGs menjadi acuan target yang harus dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan nasional maupun daerah. Ada 17 kesepakatan dalam
SDGs yaitu salah satunya adalah Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 2
tempat. Target penanggulangan kemiskinan nasional sangat bergantung pada
komitmen, kemampuan, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di
daerah sehingga disamping dukungan kebijakan dan pembiayaan dari pusat, juga
tetap mengacu dalam hal prinsip, strategi dan program pusat agar terjadi kesatuan
pemahanan dan langkah penanggulangan kemiskinan dalam pencapaian target. Dan
dalam rangka lebih mengefektifkan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan dimasing-masing Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) maka dibentuk
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) sesuai Perpres Nomor
15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang tugas dan
fungsinya mengacu pada Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota yaitu melakukan
koordinasi, pengendalian dan evaluasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan penanggulangan kemiskinan didaerah. Namun di Kabupaten Jembrana
tugas dan fungsi koordinasi penangulangan kemiskinan masih dilaksanakan secara
lintas sektoral karena TKPKD baru terbentuk tahun 2012 dan secara organisasi masih
melakukan pengakomodasian sehingga belum banyak berfungsi.
Terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan didaerah
(Kabupaten/Kota), TKPKD Kabupaten/Kota (Jembrana) memiliki kewajiban
tugas/fungsi untuk menyusun laporan hasil koordinasi, pengendalian, pemantauan
dan evaluasi. Di Kabupaten Jembrana program pengentasan kemiskinan telah
berjalan seiring dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah. Upaya yang
dilakukan juga tidak terlepas dari prinsip dan strategi penanggulangan kemiskinan
nasional yang dipedomani oleh TNP2K. Adapun prinsip dan strategi serta kelompok
program yang diterapkan adalah :
1. Mengurangi beban hidup melalui subsidi biaya pendidikan, kesehatan dan
bantuan-bantuan sosial lainnya (kelompok program bantuan sosial terpadu
berbasis keluarga).
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 3
2. Peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin melalui
pemberdayaan usaha kelompok masyarakat (kelompok program pemberdayaan
masyarakat).
3. Pemberdayaan/Penguatan Usaha Mikro dan Usaha Kecil dibidang permodalan,
pemasaran, kelembagaan dan manajemen (kelompok program pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil).
4. Membentuk sinergi kebijakan dan program pemerintahan yang baik melalui
program-program pro rakyat dan partisipatif yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (kelompok program lainnya).
Sehubungan dengan tugas dan fungsi TKPK tersebut, maka dilakukan
penyusunan Laporan Pelaksanaan penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kab.
Jembrana tiap akhir tahun.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 4
1.2 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana
Gambar 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana
Jembrana sebagai salah satu Kabupaten di Bali dengan luas 841,80 km² (14,93%
dari luas Pulau Bali) hampir sebagian wilayahnya berupa kawasan hutan lindung
seluas 32.974,7 Ha (+ 39,17%). Daerah kepemerintahan di Kabupaten Jembrana saat
ini terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan, yakni Kecamatan Melaya, Negara, Jembrana,
Mendoyo dan Pekutatan. Negara sebagai ibukota Kabupaten Jembrana. Jika dilihat
dari luas wilayah, Kecamatan Mendoyo memiliki wilayah yang terluas yakni 294,49
km2 atau 34,98% dari luas wilayah Jembrana. Selanjutnya diikuti oleh Melaya 197,19
km2 (23,42%),Pekutatan 129,65 km2 (15,40%), Negara 126,50 km2 (15,03%) dan
Jembrana 93,97 km2 (11,16%). Sedangkan kawasan budidaya seluas 30.877,85 Ha
(36,68%). Dilihat dari penduduknya, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Jembrana selama 5 (lima) tahun terakhir terjadi
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 5
perkembangan dari jumlah 311.573 jiwa (2011) menjadi 321.474 jiwa (2016). Dengan
potensi sumber daya alam terbatas dan kwalitas SDM masih relatif rendah dengan
rata-rata lama sekolah 7,8 tahun (61,14% berpendidikan SD kebawah), maka dari segi
pendapatan dan pembangunan daerahnya pun masih ketinggalan dibanding
Kabupaten lain di Bali khususnya di Bali Bagian Tengah yang memiliki sumber
penghasilan dari sektor pariwisata. Ketimpangan demikian tentu sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan penanggulangan kemiskinan masing-masing daerah
Kabupaten/Kota sehingga memerlukan peran lebih besar dari Pemprop. (TKPKD
Propinsi) dalam mengatur dan mengalokasikan sumber daya Bali untuk
pembangunan Bali yang lebih adil dan merata sebagai keseluruhan dalam rangka Ajeg
Bali.
Dengan tingkat kemiskinan Kabupaten Jembrana yang masih relatif cukup tinggi
maka upaya penanggulangan kemiskinan perlu terus ditingkatkan dan peran TKPKD
agar lebih efektif mencapai target minimal di bawah 4%. Untuk mencapai upaya
penurunan tersebut, maka semua pihak perlu dilibatkan terutama masyarakat di
kantong-kantong kemiskinan yang masih tinggi dan secara sikap mental maupun
kultural kurang responsif terhadap program.
1.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud disusunnya Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Derah
(LP2KD) Tahun 2017 ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana
capaian pelaksanaan, pengendalian dan capaian program-program percepatan
penanggulangan kemiskinan sesuai kelompok bidang dan indikator-indikatornya baik
dari sisi perencanaan, pelaksanaan program maupun anggaran belanja di Kabupaten
Jembrana.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai yaitu :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 6
• Mengetahui kinerja TKPKD Kabupaten Jembrana dalam menyelenggarakan tugas
koordinasi penanggulangan kemiskinan dan pengendalian pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana.
• Mengetahui tentang pelaksanaan kebijakan (program, anggaran dan regulasi)
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana.
• Mengetahui keberhasilan pencapaian penanggulangan kemiskinan didaerah.
1.4 Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan sebagai dasar penyusunan Laporan
Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten jembrana yaitu
sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP) Tahun 2005 – 2025;
2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019;
3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010;
4. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan;
5. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010, tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
7. Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 324/BAPPEDA dan PM/2013, tentang
Pembentukan Tim Koodinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 7
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (LP2KD), sebagai berikut :
BAB I . PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, dan
sistematika penulisan.
BAB II. KONDISI KEMISKINAN
Berisikan uraikan tentang perkembangan jumlah penduduk miskin dan indeks
kemiskinan serta kaitan dengan indikator bidang (ketenagakerjaan, kesehatan,
pendidikan, infrastruktur dan ketahanan pangan).
BAB III. TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
Menguraikan komposisi anggaran belanja sektoral, anggaran belanja sektoral
menurut sumber pembiayaan, anggaran belanja sektoral menurut mata anggaran,
anggaran belanja sektoral menurut jenis program yang dibiayai, serta relevansi dan
efektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan.
BAB IV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH
Menguraikan kebijakan, strategi, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.
BAB V. KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Menguraikan tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan, permasalahan
pelaksanaan koordinasi penanggulangan kemiskinan, pengendalian pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan, penanganan pengaduan masyarakat dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2016.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 8
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi uraian prioritas target, intervensi bidang/sektoral dan wilayah, implikasi
penyesuaian program dan anggaran belanja, dan rencana koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 9
BAB II
KONDISI KEMISKINAN
Kemiskinan adalah ketidakmampuan yang dialami oleh seseorang dalam memenuhi
kebutuhan dasar yang minimum untuk hidup layak yang disebabkan oleh banyak faktor.
Oleh karenanya kemiskinan adalah suatu kondisi yang memiliki dimensi kompleks dengan
berbagai karakteristik sesuai potensi geografis wilayah/daerah dan sosiologisnya. Dengan
demikian kondisi kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi harus dapat dijelaskan
berdasarkan analisis terhadap capaian indikator hasil pembangunan secara keseluruhan
terutama yang meliputi bidang-bidang yang secara representatif dapat menggambarkan
kondisi kemiskinan didaerah antara lain :
2.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.
2.2 Bidang Kesehatan.
2.3 Bidang Pendidikan.
2.4 Bidang Infrastruktur Dasar.
2.5 Bidang Ketahanan Pangan.
Terhadap indikator-indikator yang dicapai dalam program pembangunan bidang-
bidang tersebut kemudian dilakukan analisis untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan kondisi yang mendukung kemajuan pencapaian penanggulangan kemiskinan.
Adapun analisis yang dilakukan terhadap masing-masing bidang tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
2.1 Bidang Kemiskinan Dan Ketenagakerjaan.
Analisis dalam bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan meliputi 4 (empat)
indikator utama yang merupakan tolak ukur dari pada keberhasilan pelaksanaan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 10
program penanggulangan kemiskinan khususnya maupun pembangunan pada
umumnya yaitu:
2.1.1 Tingkat Kemiskinan (P0).
2.1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1).
2.1.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).
2.1.4 Tingkat Pengangguran.
2.1.1 Tingkat Kemiskinan (P0).
Data perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jembrana selama
7 (tujuh) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Perkembangan penduduk miskin 2009 – 2016 Kab. Jembrana.
No
Tahun
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
Miskin
Persentase
KK JIWA KK JIWA KK JIWA
1. 2009 83.257 304.956 3.943 11.561 4,7 % 3,8%
2. 2010 83.880 307.804 5.597 17.623 6,7% 5,7%
3. 2011 85.025 311.573 5.935 18.872 7,0% 6,1%
4. 2012 86.685 317.117 5.308 16.885 6,1% 5,3%
5. 2013 89.159 321.008 4.683 14.872 5,3% 4,6%
6. 2014 87.678 320.260 4.049 12.900 4,6% 4,0%
7. 2015 87.892 311.995 3.737 11.703 4,3% 3,8%
8. 2016 89.501 321.474 3.607 11.311 4,0% 3,5%
Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2017.
Data jumlah penduduk miskin Kabupaten Jembrana adalah berdasarkan data
dari Pemkab Jembrana yang setiap tahunnya melaksanakan sensus KK Miskin
dengan menggunakan 14 (empat belas) indikator. Sementara data BPS yang diolah
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 11
oleh TNP2K dijadikan sebagai data pembanding. Mengingat ada 2 (dua) macam
sumber data yang dapat menimbulkan kerancuan sebagai bahan analisis dan tidak
jarang antara perencanaan pusat dan daerah dalam implementasi kegiatan
dilapangan memunculkan sasaran berbeda yang menyebabkan terjadi
permasalahan dan kecemburuan sosial dimasyarakat. Data BPS berdasarkan data
PPLS yang dikumpulkan 3 (tiga) tahun sekali dengan metoda yang berbeda juga
menyulitkan untuk melakukan perbandingan setiap tahunnya. Untuk kepentingan
analisa terkait dengan kondisi kemiskinan yang menggunakan standar secara
nasional dari TNP2K maka digunakan data yang bersumber dari Pemkab Jembrana
karena data yang diperoleh merupakan hasil sensus setiap tahunnya sehingga
memenuhi unsur perkembangan secara time series (tahun seri).
Tabel 2.2. Perkembangan penduduk miskin 2010 – 2016 BPS
No
Tahun
Proyeksi Jumlah
Penduduk
(Ribu Jiwa)
Jumlah Penduduk
Miskin
Persentase
JIWA JIWA (000) JIWA (%)
1. 2010 262.800 21,30 8,11
2. 2011 264.400 17,60 6,56
3. 2012 266.200 15,30 5,74
4. 2013 268.000 14,92 5,56
5. 2014 269.800 15,78 5,83
6. 2015 271.600 15,83 5,84
7. 2016 273.300 14,53 5,33
Sumber : BPS Kabupaten Jembrana.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 12
Perkembangan jumlah penduduk miskin Kabupaten Jembrana sampai dengan
2016 sedikit berbeda antara 2 (dua) sumber data, dimana berdasarkan data BPS
yang diolah oleh TNP2K dari tahun 2010–2016 terjadi penurunan secara bertahap.
Sementara berdasarkan data Pemkab Jembrana terdapat peningkatan di tahun
2010 dan 2011 untuk kemudian menurun secara bertahap pada 2012 dan 2013.
Peningkatan dalam 2 (dua) periode tahun tersebut disebabkan karena adanya
kondisi ekonomi masyarakat dan isu-isu kenaikan harga BBM yang memicu inflasi
dan penurunan daya beli. Persentase tingkat kemiskinan hampir sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk miskin. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan jumlah penduduk tidak selalu diikuti peningkatan jumlah
penduduk miskin. Hal ini disebabkan karena adanya upaya-upaya untuk menekan
jumlah penduduk miskin.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 13
Gambar 2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jembrana Tahun 2009–
2016.
Sumber data : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2017.
Kendati mengalami keterbatasan pada potensi ekonomi, namun angka
kemiskinan di Kabupaten Jembrana mengalami penurunan akibat sikap mental
masyarakat yang mulai berubah dengan mendukung seluruh program pemerintah.
Kendati demikian, diperlukan upaya yang lebih intensif bagi Pemerintah
Kabupaten Jembrana untuk menurunkan tingkat kemiskinan agar tidak mengalami
peningkatan jumlah penduduk miskin tahun berikutnya.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 14
Gambar 2.2 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Kecamatan Kabupaten Jembrana 2016.
Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2017.
Tingkat Kemiskinan per Kecamatan Kab. Jembrana, menunjukkan bahwa
Kec. Melaya adalah tertinggi sedangkan Kecamatan Pekutatan berada di bawah
rata-rata Kabupaten. Ketidakstabilan capaian indikator kemiskinan ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat. Selain itu, perlambatan penurunan
tingkat kemiskinan di daerah juga disebabkan karena kondisi kemiskinan sudah
mendekati kronis (hardrock poverty) yang sulit ditanggulangi dalam jumlah yang
cukup banyak. Oleh karena itu perlu ada evaluasi kebijakan dan program serta
upaya dari berbagai pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang lebih
terkoordinasi dalam mempercepat mengurangi kemiskinan di Kabupaten
Jembrana baik dari segi kebijakan maupun program/kegiatannya yang tepat dan
terarah kepada sasaran.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 15
Permasalahan efektivitas penurunan tingkat kemiskinan perlu dilihat
terutama dari segi kebijakan/program yang dilaksanakan selama ini sepertinya
perlu penajaman yang dimulai dengan melakukan analisis kondisi kemiskinan
secara tepat sehingga program pengentasan kemiskinan menjadi tepat sasaran
dan lebih efektif.
Agar dapat dilakukan analisis secara tepat harus dimulai dari pendataan
KK miskin yang didasari koordinasi dan kesatuan pemahaman dari stakeholder
tentang KK miskin lalu dilakukan pengelompokan dan pengolahan data KK miskin
sesuai kriteria/klaster yang sama agar dapat dilakukan program yang tepat. Setiap
program yang ditujukan untuk penanggulangan kemiskinan berbeda, tergantung
pada kualitas dan karakteristik kemiskinan dalam rangka pemberian program
bantuan/pemberdayaan. Target penurunan KK miskin yang ditetapkan oleh TKPKD
Kabupaten Jembrana sebesar 200 KK miskin tiap tahun atau setara dengan 800
jiwa penduduk miskin. Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya peningkatan ekonomi
dan sosial masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang fokus pada
penanggulangan masalah yang terkait dengan kriteria KK miskin khususnya yang
menyangkut perumahan.
Angka tingkat kemiskinan tahun 2016 Kabupaten Jembrana sudah di bawah
rata-rata Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah menerima
program-program terkait kemiskinan yang sudah makin terfokus kendatipun
masih terkendala pada sektor pendanaan yang masih relatif kecil. Kabupaten
Jembrana memerlukan upaya yang lebih keras untuk melakukan singkronisasi
program-program kemiskinan agar teraras, efektif dan tepat sasaran. Untuk
mengatasi kendala terbatasnya pendanaan, Kabupaten Jembrana memerlukan
upaya yang lebih keras untuk mengakses sumber daya program percepatan
penurunan jumlah penduduk miskin disamping melakukan upaya bagaimana
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 16
meningkatkan peran masyarakat untuk mendukung program-program
pengentasan kemiskinan.
Gambar 2.3
Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2017.
Jumlah penduduk miskin masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Jembrana tahun 2015 menunjukkan penurunan di seluruh kecamatan dengan
besaran yang berbeda-beda. Secara jumlah, penurunan terbanyak terjadi di
kecamatan Negara sebesar 393 jiwa dengan jumlah penduduk miskinnya sebanyak
2.955 jiwa.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 17
Gambar 2.4
Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2017.
2.1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indikator indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan gambaran
kesenjangan kemiskinan, yang menjadi ukuran penting bagi pemerataan tingkat
kesejahteraan masyarakat antar wilayah khususnya antar Kabupaten/Kota. Adapun
gambaran indeks kedalaman kemiskinan dimaksud adalah sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 18
Gambar 2.5 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Jembrana.
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2017
Indikator indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Jembrana terlihat
pada gambar 2.5 menunjukkan perkembangan dengan penurunan yang cukup
baik selama 5 (lima) tahun terakhir. Meskipun perkembangannya menunjukkan
kondisi lebih baik namun masih memungkinkan terjadinya fluktuasi karena tidak
bisa terlepas dari pengaruh perkembangan kondisi sosial ekonomi secara umum
akibat kebijakan pusat maupun daerah serta perbedaan potensi antar wilayah.
Perkembangan dari tahun 2012 – 2016, menunjukkan indeks kedalaman
kemiskinan (P1) Kabupaten Jembrana sudah mengalami perbaikan, diatas posisi
rata-rata Propinsi Bali (0,51%). Untuk tahun 2016, Kabupaten Jembrana
mengalami penurunan indeks kedalaman kemiskinan yakni sebesar 0,3 point.
Kemampuan ekonomi wilayah/daerah tidak banyak berpengaruh terhadap
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 19
penurunan indeks kedalaman kemiskinan. Kendati demikian, masih diperlukan
upaya dari Pemprov Bali untuk menyeimbangkan pembangunan di seluruh
kabupaten/kota di Bali sehingga tidak memperlebar jurang kemiskinan.
2.1.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).
Indikator indeks keparahan kemiskinan menunjukkan gambaran secara
kwalitas kondisi kemiskinan yang menjadi ukuran pula bagi tingkat kemiskinan atau
indikator kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Adapun gambaran kondisi
keparahan kemiskinan di Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut :
Gambar 2.6 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jembrana.
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2017
Perkembangan indikator indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten
Jembrana dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2016 menunjukkan penurunan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 20
dari angka 0,43 menjadi 0,08 seperti terlihat pada gambar 2.6. Perkembangan
demikian menunjukkan adanya perbaikan kondisi kemiskinan (mengurangi
keparahan) meskipun tidak bisa dihindari kondisinya berfluktuasi karena
tergantung dari pada kebijakan, kondisi sosial, politik, ekonomi, alam dan kondisi
umum lainnya. Untuk memperbaiki kondisi ini tentu semua pihak perlu
memahami dan ikut berperan dalam semua aspek yang mendukung perbaikan
indikator.
Perkembangan indikator indeks keparahan kemiskinan menunjukkan
penurunan yang cukup efektif terhadap perbaikan kondisi kemiskinan di
kabupaten Jembrana. Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya/kebijakan dan
program yang telah diterapkan selama ini di Kabupaten Jembrana yang bertujuan
untuk meringankan beban hidup masyarakat, meningkatkan kemampuan dan
pendapatan masyarakat miskin, mengembangkan dan menjamin keberlangsungan
usaha mikro dan kecil serta membentuk sinergi program dan kebijakan
penanggulangan kemiskinan.
2.1.4 Tingkat Pengangguran.
Sebagai indikator utama yang terkait langsung dengan kondisi
kemiskinan, maka tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Jembrana menurut
data BPS yang sesuai gambar 2.7, menunjukkan kemajuan yang cukup berarti.
Meskipun perkembangannya mengalami sedikit fluktuasi namun sudah
menunjukkan adanya perbaikan indikator selama kurang lebih 10 (sepuluh) tahun
dari angka 9,15% tahun 2005 menjadi 1,59% tahun 2015. Namun, berdasarkan
data BPS pada tahun 2015, angka pengangguran terbuka sudah mengalami
penurunan yang cukup dari tahun 2014 yakni sebesar 1,36%. Kondisi ini sudah
lebih baik dari tahun sebelumnya ini diduga karena pembukaan lapangan kerja
sudah semakin banyak dan semangat berwirausaha pada angkatan kerja di
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 21
Kabupaten Jembrana kian meningkat. Kondisi ini harus tetap dipertahankan dan
ditingkatkan mengingat indikator pengangguran merupakan indikator utama
dalam menilai kemiskinan. Upaya penciptaan lapangan kerja baru maupun
mendorong angkatan kerja untuk berwirausaha dengan memberikan bantuan
lunak untuk permodalan maupun bantuan peralatan kerja serta pemasaran
produk yang dihasilkan masih harus tetap dilakukan.
Gambar 2.7 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Jembrana.
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2017
Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Jembrana menempati posisi
di tengah-tengah diantara kabupaten/kota lainnya di Bali dan berada di bawah
rata-rata Propinsi Bali (1,89%) dan masih berada di bawah rata-rata nasional
(5,61%). Kondisi ini harus tetap mendapatkan perhatian dari Pemkab Jembrana
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 22
untuk meningkatkan lagi efektivitas program dan kegiatan pada sektor
ketenagakerjaan.
Pada kurun waktu 2003-2015 menunjukkan efektivitas penurunan angka
tingkat pengangguran Kabupaten Jembrana cukup baik. Kondisi ini
menggambarkan bahwa kebijakan sektor ketenagakerjaan di Jembrana
memerlukan evaluasi menyeluruh untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi meningkatnya angka pengangguran.
2.1.5 Analisis Prioritas Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.
Analisis prioritas bidang berdasarkan gambar 2.8, nampak perkembangan
indikator tingkat kemiskinan adalah sejalan dengan perkembangan indikator
indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan. Dengan demikian
secara efektivitas juga menunjukkan keterkaitan yang mengarah pada perbaikan
kondisi kemiskinan. Hanya saja fluktuasi perkembangan indikator tingkat
kemiskinan tidak selalu sama dengan indikator indeks kedalaman dan keparahan
kemiskinan.
Begitu juga dengan tingkat pengangguran terbuka meskipun pengaruhnya
cukup kuat terhadap tingkat kemiskinan, ternyata perkembangannya tidak selalu
diimbangi oleh penurunan angka kemiskinan. Pada tahun 2015, angka
kemiskinan cenderung menurun sama dengan angka pengangguran. Hanya saja
penurunan angka pengangguran dirasa masih kurang signifikan. Ini berarti bahwa
faktor pengangguran memiliki berpengaruh terhadap kondisi kemiskinan.
Meskipun gambar analisis menunjukkan perkembangan yang sejalan, namun
indikator kedalaman dan keparahan kemiskinan rupanya masih perlu mendapat
perhatian karena masih ada masyarakat yang hidup dalam kondisi kurang atau
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 23
tidak layak. Caranya adalah dengan meningkatkan porsi pembangunan bagi
mereka sehingga tidak menambah kesenjangan baru.
Gambar 2.8 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Ekonomi Kab. Jembrana.
2.2 Bidang Kesehatan.
Indikator Kesehatan baik secara kolektif maupun tersendiri memiliki relevansi
langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat kemiskinan. Beberapa indikator
bidang kesehatan yang dianalisis terkait dengan tingkat kemiskinan di Kabupaten
Jembrana antara lain.
2.2.1 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 24
Gambar 2.9 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2016.
Indikator angka kematian bayi (AKB) Kab. Jembrana seperti terlihat pada
gambar 2.9, mengalami perkembangan yang berfluktuasi sejak 2002 dan
mengalami puncaknya pada tahun 2002. Hal ini disebabkan bukan karena faktor
teknis semata-mata melainkan juga faktor kondisi sosial ekonomi, geografis dan
demografis sehingga sulit mendapat penanganan. Namun mulai tahun 2011
sampai 2015 secara berangsur-angsur mengalami penurunan. Namun pada
tahun 2016, AKB kembali mengalami peningkatan menjadi 9 point. Kendatipun
target MDG’s yang pada angka 19 sudah tercapai namun peningkatan AKB ini
memerlukan perhatian serius. Untuk itu diperlukan upaya yang lebih keras
dengan mengefektifkan pelayanan terhadap ibu hamil dan pada masa nifas.
Kebijakan Pemkab Jembrana dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 25
masyarakat dengan membuka kembali Puskesmas Pembantu yang beberapa
tahun lalu sempat ditutup serta memperpanjang waktu pelayanan di puskesmas
hingga pukul 20.00 memang dirasa masih efektif tentu juga harus diimbangi
dengan peningkatan kualitas pelayanan.
2.2.2 Angka Kematian Balita (AKBA) per 1.000 KH.
Perkembangan AKBA Kabupaten Jembrana juga menunjukkan perkembangan
hampir sejalan dengan AKB dengan fluktuasi yang hampir sama pula seperti
terlihat pada gambar 2.10 berikut sehingga masalahnya sama dengan AKB.
Gambar 2.10 Perkembangan AKBA Kab. Jembrana.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2016.
Hal ini menunjukkan kebijakan/program yang diarahkan kepada balita
masih perlu ditingkatkan efektifitasnya utamanya dalam hal penentuan sasaran
kegiatannya sehingga angka kematian balita dapat ditekan sekecil mungkin.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 26
2.2.3 Angka Kematian Ibu (AKI) per- 100.000 KH.
Gambar 2.11 Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2016.
Indikator AKI dapat menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu
serta keadaan sosial, ekonomi, lingkungan, fasilitas dan tingkat pelayanan
prenatal. Perkembangan antar waktu AKI di Kabupaten Jambrana selain
mengalami fluktuasi juga dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan terus meningkat dari angka 70,47 (2008) hingga mencapai
125,10 kasus per 100.000 KH (2012) seperti terlihat pada gambar 2.11. Namun
pada tahun 2013, mengalami penurunan sebesar hampir 50% sehingga
mencapai 69,09 kasus. Tahun 2014, AKI kembali mengalami penurunan hingga
pada angka 42,80 kasus per 100.000 KH. Tahun 2015, AKI kembali mengalami
kenaikan yang sangat tinggi melampaui tahun – tahun sebelumnya yaitu
mencapai 145,70 kasus. Dan tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 104,5
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 27
kasus. Hal ini harus mendapat perhatian yang sangat serius dari SKPD terkait,
sehingga dapat dicari solusi.
2.2.4 Prevalensi Gizi Buruk pada Balita (%).
Analisis status gizi buruk pada balita dapat menggambarkan secara
langsung kondisi sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kab. Jembrana, perkembangan antar waktu status gizi buruk pada
balita di Kab. Jembrana dalam tahun terakhir mengalami penurunan 0,02%.
Meskipun mengalami penurunan namun upaya-upaya menekan kasus balita
gizi buruk masih tetap harus ditingkatkan. Upaya yang telah dilakukan selama
melalui program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang bertujuan
meningkatkan mutu konsumsi pangan yang berdampak pada perbaikan status
gizi masyarakat khususnya balita mulai menunjukkan hasil yang cukup
signifikan karena telah diimbangi dengan penajaman sasaran kegiatan.
Indikator gizi buruk pada balita akan mengarah pada kondisi ketahanan
pangan dalam upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK). Seperti terlihat pada
gambar 2.12, setelah Angka Prevalensi Balita Gizi Buruk Kab. Jembrana
meningkat cukup tajam di tahun 2012, namun mulai tahun 2013 sampai 2015
kembali menunjukkan fluktuasi sekitar 0,02 %. Hal ini menunjukkan bahwa
program yang mengarah kepada penurunan angka balita gizi buruk sudah
mulai berjalan efektif.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 28
Gambar 2.12 Perkembangan Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Jembrana.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2016.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 29
2.2.5 Rasio Bidan per 100.000 Penduduk.
Gambar 2.13 Perkembangan Rasio Bidan Kab. Jembrana.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2016.
Perkembangan rasio bidan Kab. Jembrana seperti terlihat pada gambar 2.13
dalam menunjukkan peningkatan dari angka 141,81 menjadi 192,59 per 100.000
penduduk. Yang berarti ada 192 bidan yang menangani setiap 100.000
penduduk, jumlah ini lebih baik dari tahun sebelumnya.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 30
2.2.6 Rasio Dokter/100.000 Penduduk.
Gambar 2.14 Analisis Perkembangan Rasio Dokter Kab. Jembrana.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2016.
Perkembangan rasio dokter Kab. Jembrana menunjukkan peningkatan
bertahap dari tahun 2011 sampai 2014. Pada tahun 2015 rasio Dokter mengalami
penurunan sampai pada angka 27,98% kemudian meningkat kembali pada tahun
2016 menjadi 32,93.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 31
2.2.7 Jarak Puskesmas Rata-Rata (km).
Gambar 2.15 Perkembangan Jarak Puskesmas Terdekat Kab. Jembrana
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 2.15 di atas, sementara data untuk 2012 dan 2013
tidak tersedia. Kendati demikian, berdasarkan kebijakan Pemkab Jembrana untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan membuka
kembali Puskesmas Pembantu diyakini jarak rata-rata ke Puskesmas akan
semakin dekat mengingat sebaran Puskesmas Pembantu hingga mencapai di
pelosok desa.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 32
2.2.8 Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%).
Angka penduduk dengan keluhan kesehatan cukup fluktuatif pada lima
tahun terakhir. Setelah sempat mengalami peningkatan hingga mencapai
puncaknya di tahun 2008 (46,64) lalu berangsur-angsur menurun secara
signifikan sampai tahun 2014 (31.96).
Gambar 2.16 Perkembangan Penduduk dengan Keluhan Kesehatan.
38,59
29,17 29,49
32,86
35,59
41,17
46,64
33,25
35,42 35,9634,92
26,89
31,96
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Perkembangan Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Jembrana, Tahun 2002 - 2020
Kab/Kota
Sumber. BPS, diolah
Sumber : TNP2K
Namun jika dibandingkan angka tahun 2013 dengan 2014, angka penduduk
dengan keluhan kesehatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Diduga kondisi ini disebabkan pengaruh cuaca di tahun 2014 yang tidak menentu
sehingga berdampak negatif terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Kebijakan
dengan mendekatkan pelayanan kesehatan dengan membuka kembali
Puskesmas Pembantu dan memperpanjang jam kerja Puskesmas masih sangat
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 33
efektif dilakukan namun harus disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan.
Namun untuk kejelasan, diperlukan analisis yang mendalam mengingat sektor
kesehatan merupakan sektor pembangunan prioritas di Kabupaten Jembrana.
Kemungkinan penyebabnya adalah kondisi kesehatan masyarakat yang sudah
membaik akibat meningkatnya kesadaran masyarakat yang tercatat berobat ke
pelayanan kesehatan yang sudah semakin dekat dengan lokasi pemukiman
penduduk.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 34
2.2.9 Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%).
Gambar 2.17 Perkembangan Penduduk dengan Pengobatan Sendiri Kab. Jembrana.
56,82 56,98
62,30
57,76
65,56
57,61
50,53
46,67
40,3742,77
46,02
37,73
32,45
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Perkembangan Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Jembrana, Tahun 2002 - 2020
Kab/Kota
Sumber. BPS, diolah
Sumber : TNP2K
Nampak perkembangan angka pengobatan sendiri penduduk Kab.
Jembrana pada tahun-tahun terakhir mengalami peningkatan meskipun kurang
berarti dibanding perkembangan 10 (sepuluh) tahun terakhir. Namun pada tahun
2014, tampak mengalami penurunan. Hal ini diduga disebabkan karena fasilitas
kesehatan milik pemerintah (Puskesmas dan Puskesmas Pembantu) makin dekat
dengan lokasi penduduk sehingga kesadaran berobat ke pusat pelayanan
kesehatan tersebut meningkat. Kondisi ini diduga disebabkan oleh kualitas
kesehatan penduduk semakin baik. Namun untuk kejelasannya masih diperlukan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 35
analisis yang lebih mendalam. Dari segi kesehatan sebetulnya masyarakat di Bali
dan Jembrana khususnya cukup dimanjakan dengan adanya kebijakan/program
JKBM dan JKN dibanding daerah lain.
Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, indikator angka penduduk
dengan pengobatan sendiri di Kab. Jembrana perkembangannya sangat
fluktuatif. Tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 37,73
menjadi 32,45 Angka tersebut masih berada di bawah rata-rata nasional (61,05)
dan Provinsi Bali (46,11). Kondisi pengobatan sendiri oleh penduduk di Kab.
Jembrana sangat tergantung pada kemampuan ekonomi dan kesadaran akan
kesehatan, tetapi bisa juga karena tersedianya layanan kesehatan yang disubsidi
Pemerintah Kab. Jembrana selama ini. Secara kumulatif perkembangan
penduduk dengan pengobatan sendiri Kab. Jembrana 2002-2014 sangat
fluktuatif dan mencapai puncaknya pada tahun 2006 pada angka 65,56. Setelah
itu, terjadi trend penurunan hingga tahun 2014 menunjukkan angka 32,45. Hal
ini dapat menggambarkan kondisi masyarakat yang mulai mendukung program
dan kebijakan/program pemerintah di bidang peningkatan fasilitas kesehatan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 36
2.2.10 Kelahiran ditolong Tenaga Terlatih (%).
Gambar 2.18 Perkembangan Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab.
Jembrana.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Jembrana 2016
Perkembangan kelahiran atau persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih sedikit mengalami fluktuasi namun cukup kurang menunjukkan
kemajuan indikator yang berarti. Mulai tahun 2011 s/d 2014, persalinan yang
ditolong oleh tenaga terlatih mengalami peningkatan. Kondisi ini diyakini karena
kebijakan Pemkab Jembrana untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dengan
membuka kembali Puskesmas Pembantu, yang didalamnya bertugas seorang
bidan. Selain itu, kebijakan nasional yang memberikan subsidi biaya persalinan
diyakini mempengaruhi peningkatan angka tersebut.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 37
2.2.11 Angka Kesakitan/Morbiditas (%).
Perkembangan antar waktu angka kesakitan Kab. Jembrana berdasarkan
data selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Dan pada tahun 2014
kembali mengalami peningkatan yang sangan tajam menjadi 53,50%. Kondisi ini
diduga disebabkan karena pengaruh cuaca yang tidak menentu sehingga kondisi
kesehatan masyarakat cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini masih terus
berlanjut hingga di tahun 2016 mencapai 57,80%.
Gambar 2.19 Analisis Perkembangan Angka Kesakitan.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Jembrana Tahun 2016
Secara Keseluruhan perkembangan Angka Kesakitan sesuai data BPS-
TNP2K, memiliki kecenderungan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan/program inovatif di bidang kesehatan yang dilaksanakan di Kab.
Jembrana belum dirasa cukup efektif guna membangun kesadaran masyarakat
untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kemudian juga karena adanya
perbedaan penggunaan data jumlah penduduk antara BPS dan Pemda tentang
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 38
jumlah penduduk sebagai pembaginya yang mendapakan presentase yang lebih
besar disamping jumlah kunjungan ke sarana Puskesmas meningkat karena
program JKBM/JKN semakin dimanfaatkan oleh masyarakat.
2.2.12 Analisis Prioritas Bidang Kesehatan.
Adalah analisis indikator utama bidang kesehatan yang memilki relevansi
kuat terhadap tingkat kemiskinan sesuai gambar 2.20 berikut menunjukan
prioritas intevensi bidang kesehatan.
Gambar 2.20 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan terhadap Tingkat Kemiskinan Kab.
Jembrana.
Dari indikator utama bidang kesehatan yang dianalisis, ternyata
keseluruhannya sejalan dengan perkembangan dengan angka kemiskinan di
Kabupaten Jembrana yang cenderung mengalami penurunan. Kendati demikian AKB
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 39
dan AKBA relatif masih cukup tinggi sehingga masih diperlukan penanganan yang
intensif sehingga indikator AKB dan AKBA harus tetap menjadi prioritas bidang untuk
mendapat perhatian karena memiliki keterkaitan dengan tingkat kemiskinan. Dari
analisis dan pembahasan prioritas bidang Kesehatan, maka indikator yang masih
bermasalah adalah indikator AKB dan AKBA. Dengan menggunakan Rasio Dokter, Rasio
Bidan dan Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih sebagai variabel atau
indikator pendukung maka analisis prioritas intervensi AKB adalah sebagai berikut:
Gambar 2.21 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Kab. Jembrana.
Nampak dari ke 3 (tiga) indikator variabel atau pendukung yang dianalisis,
ternyata yang memiliki korelasi positif terhadap AKB adalah indikator Rasio Dokter dan
Rasio Bidan. Jadi dalam hal ini, indikator pendukung yang masih memiliki kemungkinan
untuk diintervensi adalah indikator Rasio Dokter dan Rasio Bidan karena dengan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 40
peningkatan Rasio Dokter dan Rasio Bidan diharapkan dapat berpengaruh terhadap
penurunan AKB meskipun tidak terlalu signifikan. Disamping Rasio Dokter dan Rasio
Bidan, maka masih perlu diperhatikan adanya faktor lain yang terkait langsung dengan
AKB seperti faktor status kesehatan, lingkungan hidup dan keluarga/rumah tangga.
2.3 Bidang Pendidikan.
Bidang pendidikan sebagai urusan wajib pelayanan dasar dalam program
penanggulangan kemiskinan. Unsur pendidikan memegang peranan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki semangat dan
kemampuan untuk menciptakan kemakmuran bagi dirinya sendiri, alam dan
lingkungannya. Oleh karena itu pemerataan akses dan kualitas pendidikan menjadi
sangat penting bagi masyarakat termasuk wajib belajarnya dalam rangka persaingan
yang lebih adil dan bermartabat. Hal ini sangat relevan dengan upaya mengatasi
masalah kemiskinan yang merupakan akibat dari kesenjangan dan mengacu kepada
salah satu tujuan SDGs mengenai pendidikan berkualitas. Dan sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa merupakan kewajiban Pemerintah untuk
menyelenggarakan pendidikan yang didukung oleh masyarakat dalam menyediakan
berbagai fasilitas infrastruktur, tenaga, anggaran dan program yang tepat, efektif dan
memadai.
Indikator penting yang terkait dengan tolak ukur penyelenggaraan pendidikan
diantaranya adalah :
2.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA.
Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan jumlah siswa yang
ditampung dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah pada tingkat
sekolah yang bersangkutan di Kabupaten Jembrana. Indikator ini dapat
menggambarkan partisipasi dalam rangka pemerataan memperoleh kesempatan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 41
pendidikan dasar bagi semua. Untuk mengetahui perkembangan indikator angka
partisipasi kasar tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 2.22 Perkembangan APK SD/MI Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 42
Gambar 2.23 Perkembangan APK SMP/MTs Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 43
Gambar 2.24 Perkembangan APK SMA/MA Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
Dari ketiga gambar tersebut diatas, terlihat bahwa indikator pendidikan
dari segi Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat SD dan SMP menunjukkan
kemajuan yang sangat berarti seiring dengan perkembangan dunia pendidikan
dan persaingan yang membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya (manusia)
khususnya di Kabupaten Jembrana. APK pada tingkat SMA menunjukkan adanya
penurunan dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan dari segi APK Kabupaten
Jembrana sudah mencapai perkembangan yang baik. Hal ini disebabkan bidang
pendidikan di Kab. Jembrana menjadi salah satu prioritas kebijakan
pembangunan baik dalam rangka peningkatan kuantitas/pemerataan pendidikan
maupun kualitas SDM melalui program WAJAR 9 tahun dan rintisan WAJAR 12
tahun.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 44
2.3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA.
Indikator Angka Partisipasi Murni tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA
menunjukkan banyaknya siswa diserap sesuai usia sekolah pada tingkat
pendidikan bersangkutan di Kabupaten Jembrana. Indikator APM sangat penting
karena menunjukkan partisipasi mengikuti pendidikan dalam rangka wajib
belajar pada usia sekolah bersangkutan. Kewajiban mana merupakan hak
memperoleh pendidikan dan oleh karenanya adalah kewajiban pemerintah
menyelenggarakan pendidikan guna mempertinggi harkat dan martabat serta
melepaskan diri dari kemiskinan dan ketertinggalan. Perkembangan antar waktu
APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA Kabupaten Jembrana telah mengalami
kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
pembangunan fasilitas pendidikan dalam rangka program wajib belajar tersebut.
Perkembangan Indikator APM dari tahun 2002 - 2016 dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 45
Gambar 2.25 Perkembangan APM SD/MI Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
Gambar 2.26 Perkembangan APM SMP/MTs Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 46
Gambar 2.27 Perkembangan APM SMA/MA Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
Ketiga indikator APM untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA Kab.
Jembrana juga menunjukkan fluktuasi dalam 5 tahun terakhir. APM SD/MI,
SMP/MTs pada tahun 2016 mengalami kenaikan yang berarti sudah membaik
dari tahun sebelumnya, sedangkan APM SMA/MA menunjukkan penurunan. Hal
ini juga disebabkan bahwa Kebijakan dan program dibidang pendidikan yang
telah dilakukan di Kab. Jembrana sudah menunjukkan kemajuan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 47
2.3.3 Angka Buta Huruf.
Gambar 2.28 Perkembangan Angka Buta Huruf (%) Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
Indikator Angka Buta Huruf menunjukkan kondisi penduduk yang tidak
dapat menikmati pemerataan pendidikan sehingga dianggap memiliki
kemampuan kurang untuk mengakses sumber daya dalam rangka
pengembangan diri, lingkungan dan pemenuhan kebutuhan hidup. Angka
tersebut didapatkan melalui perhitungan angka melek huruf dikurangi dengan
100%.
Indikator Angka Buta Huruf menunjukkan bagian masyarakat yang
tidak dapat mengakses informasi melalui pengenalan (baca dan tulis) huruf
sehingga kurang memiliki daya dalam mengembangkan diri dan lingkungan
hidupnya. Adapun upaya penuntasan Buta Huruf penduduk di Kabupaten
Jembrana menunjukkan hasil yang cukup baik dengan penurunan Angka Buta
Huruf yang efektif sejalan dengan program pendidikan yang telah dilaksanakan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 48
2.3.4 Angka Putus Sekolah (APS).
Perkembangan indikator Angka Putus Sekolah (APS) Kab. Jembrana
sejak setahun terakhir menunjukkan kemunduran dengan adanya angka putus
sekolah baik itu SD, SMP dan SMA pada tahun 2016. Ini diperlukan penanganan
yang serius oleh Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga agar bisa
ditangani di tahun tahun berikutnya.
Gambar 2.29 Perkembangan Angka Putus Sekolah SD (%) Kabupaten Jembrana.
Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 49
Gambar 2.30 Perkembangan Angka Putus Sekolah SMP (%) Kabupaten Jembrana.
Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.
Gambar 2.31
Perkembangan Angka Putus Sekolah SMA (%) Kabupaten Jembrana.
Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 50
2.3.5 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan
2.3.5.1 Analisis Prioritas Angka Partisipasi Kasar (APK) terhadap Tingkat
Kemiskinan.
Gambar 2.32 Analisis Prioritas APK terhadap Tingkat Kemiskinan Kab. Jembrana.
Perkembangan ketiga indikator APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
pada dasarnya sejalan dengan penurunan angka kemiskinan secara
keseluruhan, meskipun perkembangan angka kemiskinan berfluktuasi.
Walaupun perkembangannya sejalan, namun APK bukanlah menjadi prioritas
bidang pendidikan karena rata-rata indikatornya mencapai tingkat optimal.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 51
2.3.5.2 Analisis Prioritas Angka Partisipasi Murni (APM) terhadap Tingkat
Kemiskinan.
Nampak bahwa APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA secara
keseluruhan perkembangannya sejalan dengan tingkat kemiskinan dimana
terdapat korelasi positif antara peningkatan APM dengan penurunan angka
kemiskinan. Jadi dari segi APM masih terdapat peluang untuk menjadi
prioritas guna mencapai tingkat optimal terutama pada SMA yang APMnya
turun menjadi sebesar 67,12%.
Gambar 2.33 Analisis Prioritas APM terhadap Tingkat Kemiskinan.
Berdasarkan hasil analisis prioritas bidang pendidikan diatas, maka
prioritas intervensi bidang ditujukan pada indikator utama APM SMA yang
masih belum optimal capaiannya. Untuk meningkatkan APM SMA tentu
dengan meningkatkan jumlah sekolah atau ruang kelas serta fasilitas lain yang
dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan/pelayanan pendidikan dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 52
lain-lain sehingga disamping meningkatkan daya tampung dan daya
saing/eksistensi pendidikan juga sekaligus menormalkan rasio siswa/kelas
dalam rangka peningkatan kwalitas belajar.
2.3.5.3 Analisis Prioritas Angka Putus Sekolah (APS) Terhadap Kemiskinan.
Perkembangan Angka Putus Sekolah (APS) sejalan dengan tingkat
kemiskinan dengan korelasi yang positif. Sebagian besar kejadian putus sekolah
terdapat pada tingkatan SMP dan SMA walapun tahun 2016 terjadi penurunan
tingkat putus sekolah. Jadi APS masih perlu menjadi prioritas pembangunan
bidang Pendidikan di Kabupaten Jembrana.
Gambar 2.34 Analisis Prioritas Angka Putus Sekolah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
Terhadap Tingkat Kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 53
2.4 Bidang Infrastruktur Dasar
Untuk bidang infrastruktur dasar, beberapa indikator yang dianalisis terkait
dengan kondisi kemiskinan antara lain :
1. Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%).
2. Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%).
3. Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%)
4. Rumah Tangga Akses Listrik (%).
Adapun analisis yang perlu dilakukan terhadap indikator tersebut adalah sebagai
berikut :
2.4.1 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%).
Gambar 2.35 Perkembangan Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak.
Sumber data : Dinas Kesehatan 2017
Sanitasi Layak yang dianalisis disini adalah merupakan data rumah tangga
dengan kepemilikian jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 54
dengan kriteria sehat yang ada di Dinas Kesehatan Kab. Jembrana. Kondisi
sanitasi layak masih perlu dikembangkan pada pengertian yang lebih luas
kepada masyarakat karena masih banyak yang tidak peduli terhadap sanitasi
dalam kaitan dengan kelestarian lingkungan hidup. Sejumlah SKPD sudah
memulai kegiatan sosialisasi dan pembinaan secara terpadu untuk
mewujudkan kelestarian lingkungan dengan penurunan angka pencemaran.
Sejumlah indikator keberhasilan SKPD yang terkait menangani lingkungan
hidup sudah mulai ditetapkan.
Tentunya hal ini untuk mengurangi gejala memburuknya indikator
sanitasi, berupa kelestarian lingkungan dalam arti luas, yang memiliki dampak
pelan namun pasti pada penurunan sumber daya dan pada akhirnya akan
meningkatkan kemiskinan. Oleh karena itu sanitasi dalam arti yang lebih luas
seharusnya menjadi indikator utama keberhasilan pembangunan.
Perkembangan indikator Rumah Tangga dengan Sanitasi layak Kabupaten
Jembrana sejalan dengan tingkat Propinsi dan Nasional. Hal ini menunjukkan
kemajuan pembangunan infrastruktur dasar baik dari pusat maupun daerah
memiliki kebijakan yang sama.
2.4.2 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (AML).
Data Rumah Tangga dengan AML yang dianalisis adalah berupa data
Rumah Tangga dengan sumber air minum terlindung yang ada pada Profil
Dinas Kesehatan Kab. Jembrana mengingat data AML sesungguhnya belum
didapat dari instansi terkait.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 55
Gambar 2.36 Perkembangan Rumah Tangga dengan AML (%) Kab. Jembrana.
Sumber data : Dinas Kesehatan 2017
Persentase Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) mengalami
perkembangan yang cukup berarti. Pada tahun 2014, proporsi rumah tangga
dengan air minum layak masih pada angka 58,33% meningkat signifikan pada
tahun 2015 di angka 95,66%. Dan pada tahun kembali mengalami peningkatan
di angka 97,00 % yang berarti sudah semakin baik.
Hal ini menunjukkan kondisi lingkungan di Kabupaten Jembrana cukup
menunjang untuk tersedianya sumber air minum yang layak. Namun
kebutuhan air di Kabupaten Jembrana untuk kepentingan lainnya yang cukup
vital sudah mencapai ambang kritis karena sumber-sumber air yang ada
sebagian besar tersalur ke perumahan. Akibatnya banyak sawah yang dulunya
tergantung pada pengairan teknis (irigasi) namun sekarang berubah menjadi
sawah tadah hujan sehingga mengganggu pola tanam.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 56
2.4.3 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%)
Jalan merupakan sarana vital dalam mendukung aktivitas
perekonomian suatu wilayah. Kemudahan akses yang ditimbulkan oleh
ketersediaan jalan secara otomatis akan memberi dampak positif bagi
kelangsungan transaksi perekonomian. Menurut data dari Dinas Pekerjaan
Umum panjang jalan Kabupaten Jembrana pada tahun 2015 adalah 1.041,81
km yang terdiri jalan nasional 71,92 km, jalan provinsi 28,87 km dan jalan
kabupaten sepanjang 941,02 km.
Jembrana sebagai wilayah perlintasan bagi kendaraan-kendaraan yang
berasal dari Pulau Jawa yang akan ke Denpasar melalui Pelabuhan Gilimanuk
maka kondisi jalan merupakan hal harus diperhatikan. Apabila dilihat dari
kondisi jalan 53,49% kondisinya baik, 13,01% kondisinya sedang dan kondisi
rusak 20,65% serta kondisi rusak berat sebesar 12,86%.
Perkembangan desa dengan Akses Jalan R4 sudah mencapai maksimal
(100%) sehingga tidak menjadi permasalahan, kecuali peningkatan kualitas
akses jalannya. Data 2015 menggunakan data Kabupaten Jembrana Dalam
Angka 2016 dan data 2014 menggunakan Indikator proporsi panjang jaringan
jalan dalam kondisi baik (%) di RPJMD 2016 urusan Pekerjaan Umum. Untuk
data tahun 2016 menggunakan pengolahan data dari jenis permukaan yaitu
data jalan yang sudah di aspal.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 57
Gambar 2.37 Perkembangan Proporsi Desa dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 58
2.4.4 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik (%).
Gambar 2.38 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab.
Jembrana.
Sumber : TNP2K & Jembrana Dalam Angka 2017
Data TNP2K sampai tahun 2014 menunjukkan Rumah Tangga dengan
Akses Listrik di Kabupaten Jembrana menurun dari tahun sebelumnya yang
sudah mencapai angka maksimal, kendati angkanya tidak terlalu signifikan
(0,03). Kemudian pada tahun 2015 data diolah menggunakan data Jembrana
Dalam angka 2017 indikator yang digunakan adalah jumlah pelanggan rumah
tangga dibagi dengan total pelanggan listrik dibagi dengan 100% didapat
angka 91,21%.
Namun secara umum, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten
Jembrana sudah teraliri aliran listrik.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 59
2.4.5 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar.
Gambar 2.39 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Kemiskinan.
Dari ke empat indikator bidang infrastruktur dasar yang dianalisis, maka
hanya 3 (tiga) indikator yang masih merupakan faktor kemiskinan yaitu
Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak, Proporsi Rumah Tangga
dengan Air Minum Layak dan Proporsi rumah Tangga dengan Akses Listrik.
Dari ketiga indikator tersebut nampak memiliki perkembangan yang sejalan
dengan perkembangan tingkat kemiskinan. Jadi dengan perbaikan Proporsi
Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak, Proporsi Rumah Tangga dengan Air
Minum Layak dan Proporsi rumah Tangga dengan Akses Listrik maka
korelasinya adalah terhadap penurunan tingkat kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 60
2.5 Bidang Ketahanan Pangan.
Beberapa indikator yang digunakan untuk menganalisis kondisi bidang
ketahanan pangan terkait dengan kondisi kemiskinan di Kabupaten Jembrana antara
lain :
1. Harga Beras (Rp).
2. Harga 6 (enam) Jenis Bahan Kebutuhan Pokok Utama (Rp).
3. Luas Panen (Ha) dan Produksi Padi (Ton).
4. Pertumbuhan Ekonomi (%).
Adapun analisis perkembangan indikator bidang ketahanan pangan tersebut adalah
sebagai berikut :
2.5.1 Analisis Perkembangan Harga Beras (Rp)
Gambar 2.40 Analisis Perkembangan Harga Beras (Rp.)
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 61
2.5.2 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok.
Gambar 2.41 Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
Dalam analisis bidang ketahanan pangan terkait dengan
perkembangan harga maka harga bahan kebutuhan pokok utama terutama
beras terus meningkat tanpa mengalami fluktuasi. Sedangkan perkembangan
harga kebutuhan pokok utama pada tahun 2014-2016 mengalami
peningkatan berdasarkan data BPS Kab. Jembrana rata-rata eceran harga
bahan pokok yaitu Beras, Daging Sapi, Daging Ayam, Telur Ayam, Minyak
Goreng, Gula Pasir, Cabe Rawit, Cabe Merah, Bawang Merah dan Bawang
Putih.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 62
2.5.3 Luas Panen dan Produksi Padi.
Gambar 2.42 Analisis Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017.
Perkembangan luas panen produksi padi di Kab. Jembrana selama 5
(lima) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Fluktuasi ini sangat tergantung
pada curah hujan yang tidak merata setiap tahun di samping adanya
pembukaan lahan sawah baru maupun alih fungsi lahan sawah menjadi non
sawah. Selain itu, produktifitas lahan sawah juga mengalami penurunan. Guna
mendukung program ketahanan pangan, kondisi ini pantas mendapat
perhatian serius mengingat selain luasan sawah yang menurun juga
produksinya juga mengalami penurunan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 63
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Jembrana tidak
mengalami peningkatan yang cukup berarti bahkan bisa dikatakan cenderung
mengalami penurunan, baik poduksi padi maupun luas sawah. Kondisi ini
diduga akan terus berlanjut mengingat efektivitas perkembangan Luas Panen
Padi akan terbentur oleh batasan potensi lahan yang tidak berkembang
bahkan cenderung menurun karena dampak pembangunan yang mau tidak
mau akan menyebabkan alih fungsi lahan.
2.5.4 Pertumbuhan Ekonomi.
Selama 2010-2015 laju perekonomian Kabupaten Jembrana cukup stabil
pada kisaran angka 5-6 % kendatipun sempat turun hingga mencapai angka
4,31%. Kondisi demikian disebabkan karena kurang berkembangnya investasi
di Kab. Jembrana sehingga faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi
lebih banyak mengandalkan kekuatan ekonomi lokal yang sudah ada.
Akibatnya potensi ekonomi kurang bergerak dan ditinggalkan oleh tenaga
kerja ke luar daerah. Oleh karena itu merupakan tugas utama seluruh
stakeholder pembangunan di Kab. Jembrana baik yang ada di dalam maupun
di luar untuk mengupayakan hadirnya investor di Kab. Jembrana.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 64
Gambar 2.43 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jembrana.
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017.
Untuk meningkatkan efektivitas pertumbuhan, maka diperlukan
berbagai upaya/terobosan agar investasi di Kab. Jembrana bisa berkembang
serta menyiapkan masyarakat untuk menerima investor dengan baik. Kab.
Jembrana lebih banyak mengandalkan sektor ekonomi primer (sebagai
pendukung pariwisata Bali) sehingga pertumbuhan ekonominya rendah.
2.5.5 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan.
Dari tiga indikator hanya perkembangan Harga Bahan Kebutuhan
Pokok Utama termasuk Beras, Produksi Padi dan Pertumbuhan Ekonomi tidak
menunjukkan keterkaitan yang jelas dengan perkembangan Tingkat
Kemiskinan. Namun penurunan Tingkat Kemiskinan yang melambat tentu
memiliki kaitan dengan terus meningkatnya harga-harga bahan kebutuhan
pokok utama. Meskipun demikian selain Ketahanan Pangan dan Ekonomi
tidaklah mustahil bahwa masih ada faktor penentu lain yang mempengaruhi
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 65
kondisi kemiskinan yang antara lain menyangkut masalah sikap mental yang
perlu mendapatkan intervensi pembinaan secara terus menerus.
Gambar 2.44 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan.
Jadi mengacu pada hasil analisis prioritas bidang ketahanan pangan
di atas, maka Pertumbuhan Ekonomi (dan Harga-Harga Bahan Kebutuhan
Pokok Utama) yang merupakan faktor dasar pengentasan kemiskinan perlu
mendapat prioritas di dalam pembangunan daerah yang dilandasi oleh
pembangunan lingkungan dan ditunjang oleh pembangunan sosial budaya
masyarakat agar berkelanjutan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 66
BAB III
TINJAUAN ANGGARAN BELANJA
UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH
Analisis anggaran belanja penanggulangan kemiskinan adalah analisis terhadap alokasi
dan manajemen anggaran belanja publik dalam bidang atau sektor (urusan pemerintah) yang
berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Analisis terutama mengacu kepada anggaran
belanja pemerintah (pusat maupun daerah) meskipun keterkaitan antara anggaran
pemerintah dengan anggaran non-pemerintah tetap perlu diperhatikan karena untuk
mendorong keterlibatan pihak non-pemerintah, khususnya swasta dalam pendanaan
pelayanan publik. Adapun analisis dilakukan terhadap realisasi anggaran dari APBD dan APBN
sebagai berikut :
3.1 Komposisi Penerimaan Anggaran Daerah.
Gambar 3.1 Perkembangan Penerimaan Anggaran Daerah Kabupaten Jembrana.
Sumber : APBD Perubahan 2016
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 67
Analisis komposisi Penerimaan Anggaran Daerah Kab. Jembrana (2016) seperti
terlihat pada gambar 3.1 adalah sebagian besar 69,3% berasal dari dana perimbangan
sisanya 9,3% dari PAD dan 21,4 % dari Pendapatan yg sah. Secara persentase
perkembangan penerimaan daerah selama 5 (lima) tahun dari 2011–2016 seperti
terlihat pada tabel 3.1 menunjukkan komposisi yang hampir stabil meskipun dari segi
volume penerimaan terus meningkat. Setelah selama 5 (lima) tahun struktur
penerimaan anggaran tidak ada perubahan signifikan, namun pada tahun 2013 mulai
terjadi perubahan dalam struktur penerimaan daerah. Sebenarnya Penerimaan Daerah
Kab. Jembrana dari sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan Pemerintah
Propinsi/Pemerintah Daerah Lain secara persentase peningkatannya cukup signifikan,
namun karena besarannya masih relatif kecil, maka secara komposisi belum memadai
untuk dapat berperan besar dalam pembangunan daerah. Sedangkan dari dana
perimbangan (Pusat) meskipun perannya dominan, namun pada tahun terakhir justru
mengalami penurunan.
Tabel 3.1
Komposisi Realisasi Penerimaan Daerah (%) Kab. Jembrana 2011 – 2016.
Sumber Penerimaan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
PAD (%) 7,27 7,13 8,57 8,50 8,92 9,3 Pusat (%) 75,07 79,22 69,95 66,54 65,04 69,3
Lain-lain (%) 17,77 13,65 21,47 24,96 26,04 21,4
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 68
3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi.
Gambar 3.2
Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi Kabupaten Jembrana
Sumber : APBD Perubahan 2016
Distribusi anggaran belanja langsung menurut fungsi tahun 2016 dimana
bidang pelayanan umum mendapat porsi anggaran (17,72%). Porsi anggaran berikutnya
diproyeksikan untuk sektor kesehatan (19,14%) dan sektor pendidikan (6,27%), disusul
oleh sektor ekonomi (7,78%), lingkungan hidup (4,77%), pariwisata dan kebudayaan
(2,66%), perlindungan sosial (1,79%), perumahan dan fasilitas umum (39,61%) serta
ketentraman dan ketertiban (0,28%). Distribusi anggaran tahun 2016 mengalami
perubahan pada peningkatan pelayanan umum, pendidikan dan perumahan. Distribusi
anggaran demikian tentu akan lebih efektif bagi perlindungan sosial terutama
peningkatan di bidang sosial budaya yang menangani masalah kemiskinan yang belum
optimal di Jembrana.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 69
Gambar 3.3
Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja (%) Menurut Fungsi Kabupaten Jembrana
Sumber : APBD Perubahan 2016
3.3 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral.
Analisis komposisi anggaran belanja sektor dalam APBD untuk melihat proporsi
kebijakan distribusi anggaran belanja sesuai sektor atau urusan pemerintahan untuk
belanja langsung dapat dilihat pada gambar 3.4. Terlihat komposisi alokasi anggaran
belanja langsung sektor sesuai dengan distribusi anggaran belanja menurut fungsi
mengalami perubahan. Alokasi pada sektor pelayanan umum sebesar 17%. Kemudian
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 70
anggaran sektor pendidikan 6%. Anggaran sektor kesehatan 19%, anggaran untuk sektor
pariwisata dan budaya 2%.
Anggaran untuk sektor lingkungan hidup 4%. Sedangkan anggaran untuk sektor
ekonomi mengalami penurunan menjadi 7%. Ketiga sektor yang mendapat alokasi
anggaran cukup besar (Pelayanan Umum, Kesehatan, Perumahan dan Fasilitas Umum)
adalah terkait dengan pembangunan di bidang sosial dasar dan infrastruktur. Kondisi ini
tentunya harus mendapatkan perhatian lebih, mengingat sektor lainnya juga memegang
peranan penting dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Kedepan alokasi anggaran
bidang ekonomi dan lingkungan hidup yang merupakan salah satu pilar kesejahteraan
perlu ditingkatkan.
Gambar 3.4
Analisis Anggaran Belanja Sektor
Sumber data : APBD Perubahan 2016
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 71
keseluruhan anggaran belanja langsung dan tidak langsung sektor berjumlah Rp.
630.812.890.854,45. Hal ini menunjukkan alokasi anggaran APBD Kab. Jembrana terjadi
perbaikan efektivitas meskipun dari segi jumlah APBD Kabupaten Jembrana tergolong
masih kurang memadai untuk alokasi anggaran yang efektif dan seimbang.
3.4 Efektifitas Perkembangan APBD Kabupaten Jembrana.
Analisis perkembangan APBD sebagai sumber daya pembangunan dilakukan
untuk melihat efektitifitasnya terhadap capaian indikator sasaran pembangunan.
Relevansi antara perkembangan APBD dengan tingkat kemiskinan sebagai salah satu
capaian indikator utama.
Gambar 3.5
Analisis Efektivitas Perkembangan APBD Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten
Jembrana
Perkembangan APBD dari tahun 2011-2016 Kabupaten Jembrana hampir tiap
tahun mengalami peningkatan pertahunnya, dan kemiskinan mengalami penurunan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 72
yang mengikuti perkembangan APBD. Untuk angka kemiskinan merupakan data yang
berasal dari Dinas PMD yang setiap tahun melakukan pendataan keluarga miskin.
Efektivitas penurunan tingkat kemiskinan selama 5 tahun dari angka 6,56% pada tahun
2011 menjadi 3,50% tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas perkembangan
APBD Kabupaten Jembrana selama 5 tahun terakhir cukup signifikan dalam mendukung
perkembangan pencapaian tujuan pembangunan khususnya di bidang penanggulangan
kemiskinan. Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kemiskinan masih
perlu dievaluasi efektifitas pengalokasian anggaran, utamanya yang bersentuhan
langsung untuk program penanggulangan kemiskinan.
3.5 Anggaran Belanja Bidang Kemiskinan.
Analisis perkembangan anggaran belanja khusus untuk bidang yang terkait
dengan kemiskinan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Distribusi Anggaran Belanja Menurut Bidang Kemiskinan
Bidang Anggaran (Rp.000)/Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Ketenagakerjaan 834.311 447.307 1.554.274 1.821.865 1.373.450
1.143.645
Pendidikan 163.381.079 276.952.313 42.995.666 330.642.174 349.589.628
39.574.736
Kesehatan 65.305.357 86.497.586 59.603.951 111.511.314 122.897.812
120.551.032
Infrastruktur Dasar 42.227.312 60.864.857 74.812.887 104.872.490 115.282.808
249.873.580
Ketahanan Pangan 7.125.480 6.269.525 8.779.464 8.054.362 19.976.426
6.750.240
Jumlah 277.473.594 431.031.588 187.746.242 556.902.205 609.120.124
417.893.233
APBD 615.427.630 728.713.041 740.996.448 823.266.678 896.958.259
1.083.886.940 Sumber data : APBD Perubahan 2016
Kelihatan bahwa alokasi anggaran belanja langsung dan tidak langsung yang
terkait bidang kemiskinan mengalami peningkatan khususnya bidang infrastruktur dasar,
Pendidikan, Kesehatan dan ketahanan pangan. Dalam proporsi anggaran yang disajikan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 73
di atas, anggaran yang cukup besar pada alokasi anggaran infrastruktur dasar. Hal ini tidak
terlepas dari komitmen Pemkab Jembrana untuk membenahi sejumlah ruas jalan yang
berfungsi sebagai jaringan ekonomi, saluran irigasi dan sanitasi dasar masyarakat.
Peningkatan anggaran juga terjadi pada sektor ketahanan pangan. Kondisi ini tidak
terlepas dari keinginan Pemkab Jembrana untuk berswasembada pangan dan pembuatan
sejumlah kolam ikan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Anggaran ketenagakerjaan
mengalami penurunan, anggaran tersebut digunakan untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat Jembrana untuk meningkatkan kapasitas SDM individu disamping
juga untuk memberikan bantuan peralatan kerja. Diharapkan mereka dapat membuka
lapangan kerja sendiri. Selanjutnya masing-masing anggaran belanja bidang dapat
dianalisis berdasarkan sumber, perkembangan, alokasi/distribusi dan efektivitas terhadap
pencapaian indikator utama bidang.
3.5.1 Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan.
3.5.1.1 Sumber Anggaran.
Tabel 3.3
Belanja Sektor Ketenagakerjaan Menurut Sumber Pembiayaan.
Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase
(%)
Pemerintah 1.143.645.000,00 0,11
1. Pemerintah Pusat - -
2. Pemerintah Provinsi - -
3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
4. Hibah - - Total Sektor 1.143.645.000,00 0,11
Jumlah Total APBD 1.083.886.940.414,26 100 Sumber : APBD Perubahan 2016
Anggaran bidang ketenagakerjaan seluruhnya berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang besarnya 0,11% dari total APBD
Jembrana. Hal ini memerlukan perhatian bagi Pemkab Jembrana karena
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 74
anggaran belanja ketenagakerjaan mendukung program ketenagakerjaan
dalam rangka mengatasi masalah ketimpangan antara pertumbuhaan tenaga
kerja dan kesempatan kerja yang semakin parah.
3.5.1.2 Perkembangan Anggaran Ketenagakerjaan.
Gambar 3.6
Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan
Sumber : APBD Perubahan 2016
Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan pada
tahun terakhir mengalami penurunan anggaran dari tahun sebelumnya.
Dengan kondisi ini diharapkan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
pemerintah di bidang ketenagakerjaan yang terkait dengan perluasan
kesempatan kerja, ekonomi, kesejahteraan dan penanggulangan
kemiskinan. Oleh karena itu ke depan sektor ketenagakerjaan tetap
menjadi prioritas pembangunan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 75
3.5.1.3 Efektivitas Anggaran
Gambar 3.7
Analisis Efektivitas Anggaran Kab. Jembrana
Sumber : APBD Perubahan 2016
Dilihat dari tingkat pengangguran, pada tahun 2015 sudah
menurun dari tahun sebelumnya sedangkan dari sisi anggaran
mengalami penurunan yang cukup banyak. Pada tahun 2016 data
pengangguran dari BPS belum ada. Artinya penurunan anggaran sektor
ketenagakerjaan sudah berbanding lurus dengan angka pengangguran.
Dugaan sementara, hal ini disebabkan karena pembukaan lapangan
kerja baru di Kabupaten Jembrana cukup minim akibat dari arus
investasi yang tidak cukup deras. Selain itu, banyak tenaga kerja
potensial yang lebih memilih daerah-daerah yang memiliki lapangan
pekerjaan yang lebih luas, utamanya di Kota Denpasar dan Kabupaten
Badung sehingga tidak terlacak saat pendataan. Oleh karena itu perlu
mengembangkan diversifikasi program ketenagakerjaan menjadi salah
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 76
satu prioritas upaya dalam penanggulangan kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan.
3.5.2 Anggaran Belanja Sektor Pendidikan
3.5.2.1 Sumber Pembiayaan.
Pada tabel 3.4, terlihat Anggaran Belanja Sektor Pendidikan
dibiayai dari dana APBD yaitu 6,27% dari total APBD.
Tabel 3.4
Belanja Sektor Pendidikan Menurut Sumber Pembiayaan
Sumber Pembiayaan Total (Rp.) Persentase
(%)
Pemerintah : 39.574.736.822,00 6,27
1. Pemerintah Pusat/ Kemendiknas - -
2. Pemerintah Provinsi - -
3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
4 . Hibah - -
Total Sektor 39.574.736.822,00 38,97
Jumlah Total APBD 1.083.886.940.414,26 100
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 77
3.5.2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Pendidikan
Gambar 3.8
Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Pendidikan
Sumber : APBD Perubahan 2016
Kabupaten Jembrana tidak mengedepankan sistem prosentase
dalam hal penganggaran namun lebih kepada sistem kebutuhan,
utamanya bidang pendidikan. Jika itu memang dibutuhkan oleh
pendidikan Jembrana, anggaran pasti akan dialokasikan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 78
3.5.2.3 Efektivitas Anggaran Pendidikan
Gambar 3.9
Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan
APM SD/MI.
Sumber : APBD Perubahan 2016 dan Jembrana dalam Angka 2017
Gambar 3.10
Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK
dan APM SMP/MTs.
Sumber : APBD Perubahan 2016 dan Jembrana dalam Angka 2017
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 79
Gambar 3.11
Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan
APM SMA/MA
Sumber : APBD Perubahan 2016 dan Jembrana dalam Angka 2017
Analisis efektivitas anggaran pendidikan terhadap peningkatan
kwalitas pendidikan baik terhadap pengelola, pendidik maupun output
pendidikan masih perlu dilakukan dengan dukungan data indikator yang
memadai dari Dinas Pendidikan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 80
3.5.3 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan
3.5.3.1 Sumber Pembiayaan.
Tabel 3.5
Belanja Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Kabupaten Jembrana.
Sumber Pembiayaan Total (Rp.) Persentase %
Pemerintah 120.551.032.026,80 19,11
1 Pusat/APBN/Depkes/DAK - -
2 APBD Provinsi - -
3 APBD Kabupaten - -
Total Sektor 120.551.032.026,80 19,11
Total APBD 1.083.886.940.414,26 100
Pembiayaan di bidang kesehatan dibiayai bersama-sama oleh
pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Disamping itu, Pemerintah daerah mengupayakan pengembangan
sumber dana yang tidak hanya dari pemerintah saja namun juga
menjangkau sumber dana dari non pemerintah.
3.5.3.2 Perkembangan Anggaran Belanja Kesehatan
Jumlah anggaran belanja kesehatan tahun 2016 mengalami
perbaikan dari 12,15% menjadi 19,11%.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 81
Gambar 3.12
Perkembangan Anggaran Belanja Kesehatan.
Sumber : APBD Perubahan 2016
Berbagai perbaikan terhadap derajat kesehatan, upaya dan
sarana kesehatan telah dicapai sebagai hasil pembangunan
kesehatan sejalan dengan perbaikan kondisi umum dan perbaikan
keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Jembrana. Dari uraian di
atas depan disimpulkan bahwa penyelenggaraan program
pembangunan kesehatan di Kabupaten Jembrana telah dilaksanakan
berdasarkan Visi, Misi dan Strategi yang telah ditetapkan sehingga
juga berdampak pada pembangunan secara sektoral. Bagaimanapun,
perkembangan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat
yang selalu ditingkatkan secara terus menerus searah dengan
pembangunan daerah. Dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan
program kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan yang
ditunjukkan dari tercapainya indikator derajat kesehatan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 82
Analisis untuk menilai sejauh mana anggaran dapat menjawab
permasalahan baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang. Anggaran sektor kesehatan lebih banyak diarahkan
untuk memperluas akses pelayanan kesehatan dengan merenovasi
Puskesmas Pembantu dan meningkatkan kelas Puskesmas menjadi
Puskesmas rawat inap. Upaya peningkatan kelas rumah sakit dari tipe
C ke tipe B dilakukan secara bertahap dengan membangun berbagai
fasilitas kesehatan. Kebutuhan dokter spesialis sesuai persyaratan
untuk peningkatan tipe rumah sakit juga belum sepenuhnya
dilaksanakan sehingga cukup banyak pasien yang harus dirujuk ke
rumah sakit dengan tipe yang lebih baik. Ke depannya, kondisi ini
harus menjadi perhatian serius sehingga masyarakat dapat
menikmati pelayanan kesehatan yang lebih baik.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 83
3.5.3.3 Efektivitas Anggaran Kesehatan
Gambar 3.13
Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kesehatan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 84
Efektivitas anggaran kesehatan terhadap indikator utama sektor
kesehatan ternyata mengalami penurunan. Tidak banyak indikator
mengalami penurunan, lebih banyak mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya, semoga indikator ini mendapat perhatian yg serius oleh para
pemangku kepentingan.
3.5.4 Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar.
3.5.4.1 Sumber Pembiayaan.
Tabel 3.6
Anggaran Belanja Bidang Infrastruktur Menurut Sumber Pembiayaan di Kab. Jembrana
Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase
%
Pemerintah 249.873.580.949,27 39,61
1 Pemerintah Pusat - -
2. Pemerintah Provinsi - -
3 Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
Total Sektor 249.873.580.949,27 39,61
Jumlah Total APBD 1.083.886.940.414,26 100
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 85
3.5.4.2 Perkembangan Anggaran Belanja.
Gambar 3.14
Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Infrastruktur Kab. Jembrana.
Sumber : APBD Perubahan 2016
Perkembangan anggaran belanja bidang pembangunan
infrastruktur di Kab. Jembrana cukup fluktuatif. Namun pada tahun
2016 mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini
disebabkan anggaran yang didapatkan lebih banyak untuk
perawatan dan peningkatan infrastruktur ringan disamping untuk
membangun infrastruktur dasar guna menunjang penanggulangan
kemiskinan sehingga perkembangan anggarannya cukup signifikan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 86
3.5.4.3 Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur.
Gambar 3.15
Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur Terhadap Indikator Infrastruktur
Efektivitas anggaran belanja bidang infrastruktur sejalan dengan
perkembangan indikator infrastruktur dasar yang dicapai. Dengan
peningkatan anggaran yang cukup signifikan pada tahun terakhir maka
terjadi pula peningkatan untuk infrastruktur sanitasi dan air minum
kecuali untuk jalan R4.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 87
3.5.5 Anggaran Belanja Sektor Ketahanan Pangan.
3.5.5.1 Anggaran Belanja Ketahanan Pangan Menurut Sumber Pembiayaan.
Tabel 3.7
Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan Menurut Sumber Pembiayaan di Kabupaten Jembrana.
Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase
%
Pemerintah 6.750.240.545 0,62
1. Pemerintah Pusat/TP - -
2. Pemerintah Provinsi - -
3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
Total Sektor 6.750.240.545 0,62
Jumlah Total APBD 1.083.886.940.414,26 100
3.5.5.2 Perkembangan Anggaran Belanja Ketahanan Pangan.
Gambar 3.16
Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Bidang Ketahanan
Pangan.
Sumber : APBD Perubahan 2016
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 88
Perkembangan anggaran belanja bidang ketahanan pangan dari
tahun ke tahun berfluktuasi,tahun 2015 meningkat sangat signifikan
karena perhitungan menggunakan anggaran dari SKPD yang
menangani ketahanan pangan. Diharapkan dengan meningkatnya
anggaran ketahanan pangan, maka sasaran untuk bidang kemiskinan
makin bertambah untuk penggulangan kemiskinan daerah.
3.5.5.3 Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan
Gambar 3.17
Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan Terhadap Tingkat Kemiskinan dan Produksi Padi Kab. Jembrana.
Sumber : APBD Perubahan 2016
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 89
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2017
Perkembangan anggaran untuk tahun 2016 menunjukkan trend
menurun terhadap Luas Panen dan Produksi Padi. Untuk Luas Panen
dan Produksi Padi data yang digunakan masih data terakhir tahun
2015 sesuai dengan data Jembrana Dalam Angka 2017. Kendati
demikian, Penurunan produksi padi berbanding lurus dengan tingkat
kemiskinan. Dari kondisi ini dapat diduga penurunan produksi padi
berpengaruh signifikan dengan tingkat kemiskinan. Walapun terjadi
peningkatan luas lahan, pertanian harus menjadi perhatian serius
mengingat ketahanan pangan sangat dipengaruhi oleh luasan lahan.
Kondisi saat ini, kelestarian ketahanan pangan menghadapi
berbagai ancaman oleh kepentingan berbagai pihak baik
perkembangan penduduk yang semakin membutuhkan perumahan
(alih fungsi lahan), lemahnya pengendalian dari pihak yang
berwenang serta perkembangan bisnis.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 90
BAB IV
KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH
4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu dari pada tujuan pembangunan
nasional maupun daerah yang dilaksanakan melalui kebijakan, strategi dan program
penanggulangan kemiskinan secara terkoordinasi dari tingkat pusat hingga daerah.
Penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Jembrana telah terintegrasikan dalam
kebijakan pembangunan daerah yang tertuang mulai dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 hingga implementasinya dalam Rencana
Kerja Tahunan Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Jembrana. Kebijakan
penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Jembrana adalah sesuai dengan Visi
Pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Jembrana yaitu :
""Terwujudnya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Unggul dan
Berdaya saing Dalam Rangka Optimalisasi Pemanfaatan sumber Daya menuju
Masyarakat Jembrana yang Sejahtera "
dengan Misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional berdaya saing
yang unggul.
2. Mengoptimalkan pemanfaatkan sumber daya ekonomi dan sumber daya alam.
3. Melakukan berbagai inovasi, dan jiwa entrepreneur masyarakat berbasis
Research dengan pemanfaatan kemajuan IPTEK.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 91
Sejalan dengan visi dan misi tersebut di atas, maka kebijakan penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Jembrana yang seharusnya dituangkan lebih lanjut kedalam
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jembrana 2016–2021
atau Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana adalah
diarahkan pada permasalahan pokok kemiskinan yaitu :
(1) kurangnya kesempatan kerja/berusaha;
(2) rendahnya kemandirian dan kemampuan;
(3) rendahnya partisipasi dan kualitas sumberdaya masyarakat miskin; dan
(4) lemahnya jaminan atau perlindungan sosial.
Berdasarkan atas permasalahan tersebut maka kebijakan penanggulangan
kemiskinan didaerah yang mengacu pada kebijakan pusat adalah :
1. Peningkatan pendapatan penduduk miskin melalui perluasan kesempatan
(promoting opportunity), dimana pemerintah bersama swasta dan masyarakat
menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat miskin dengan
mewujudkan iklim usaha dan kebijakan makro ekonomi yang berpihak pada
orang miskin, mendorong peningkatan UMKMK maupun pertanian dan kegiatan
produktif serta bursa pengiriman tenaga kerja dalam maupun luar negeri.
2. Peningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat miskin serta penguatan
kelembagaannya (capacity building) melalui Pemberdayaan Masyarakat
(community empowerment), dimana pemerintah bersama dengan swasta dan
masyarakat memberdayakan masyarakat miskin agar mampu mengembangkan
prakarsa membangun dirinya dan lingkungannya secara lebih baik bagi
kemajuan mereka sendiri dengan bekerja dan berusaha secara lebih produktif
serta berpartisipasi dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial, politik,
menyalurkan aspirasi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhannya sebagai
bentuk dari pada perencanaan partisipatif dan Pro Poor.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 92
3. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan anak, dimana pemerintah
mengajak swasta dan masyarakat untuk meningkatkan peran perempuan dan
kualitas anak melalui pendidikan (formal maupun non formal), kesehatan,
kesetaraan gender, akses ekonomi dan keuangan produktif.
4. Perlindungan sosial (social protection), yakni pemerintah melalui kebijakan
publik mengajak sektor swasta dan masyarakat memberikan jaminan
perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin terutama orang yang
secara fungsi tidak bisa dikembangkan lagi (sampai batas tertentu) seperti
orang jompo, anak terlantar, cacat dan kelompok masyarakat miskin yang
disebabkan oleh bencana, krisis ekonomi dan konflik sosial.
5. Pengurangan beban pengeluaran penduduk miskin melalui peningkatan akses
pada pelayanan dasar terutama pada akses pangan, perumahan, dukungan
layanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang berkualitas.
4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Strategi penanggulangan kemiskinan yang berintikan pemberdayaan masyarakat
pada dasarnya menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Oleh
karena itu maka memerlukan strategi pendekatan sebagai berikut :
a. Meningkatkan pendapatan penduduk miskin melalui peningkatan kemampuan
pengelolaan, memperoleh peluang dan keberpihakan, kemudahan memperoleh
aksesibilitas terhadap pembiayaan usaha ekonomi sekala mikro sehingga masyarakat
miskin menjadi lebih produktif.
b. Mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin melalui penyediaan dan
pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 93
lingkungan yang mempermudah/mendukung kegiatan sosial ekonomi sesuai tingkat
produktivitasnya.
Berdasarkan strategi pendekatan tersebut maka sasaran penanggulangan kemiskinan
adalah sesuai dengan kelompok umur sebagai berikut :
1. Kelompok usia sekolah/belum produktif ( umur < 18 tahun ).
2. Kelompok usia kerja/produktif ( umur 18 – 60 tahun ).
3. Kelompok usia lanjut/tidak produktif ( umur > 60 tahun ).
Namun berdasarkan kebijakan penanggulangan kemiskinan tersebut diatas,
maka strategi yang lebih komprehensif dalam penanggulangan kemiskinan dan juga
mengacu pada strategi pusat yang telah digarisknan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin dengan
memprioritaskan bantuan program pada masyarakat miskin yang terkena
langsung dampak bencana, krisis ekonomi maupun komplik sosial serta
dengan program pro rakyat antara lain : peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan, revitalisasi sekolah-sekolah, bantuan biaya pendidikan,
pembebasan biaya kesehatan dasar dan pengembangan infrastruktur dasar
serta reformasi birokrasi/penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan
efisien.
2. Meningkatkan kemampuan dan produktivitas serta pendapatan masyarakat
miskin melalui pemberdayaan dengan membentuk kelompok dan pemberian
motivasi, fasilitasi, pendampingan, serta konsultasi pada kelompok sasaran.
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil melalui
pengembangan sentra-sentra industri dan pertanian pendukung industri
pariwisata Bali sehingga masyarakat (miskin) lebih berperan sesuai potensi
yang ada
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 94
4. Melakukan sinergi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
dengan kebijakan ekonomi makro yang berpihak pada orang miskin.
4.3 Program Dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
Berdasarkan kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan tersebut
dan mengacu kepada kelompok program penanggulangan kemiskinan secara nasional,
maka program dan kegiatan yang relevan dengan upaya penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jembrana tahun 2016 yaitu sebagai berikut :
4.3.1 Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis individu dan keluarga,
bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup
dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin, seperti :
1. Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan
2. Pengembangan Desa Mandiri Pangan
3. Pembinaan Penganekaragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat
4. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
5. Pemulangan Orang Terlantar Secara Estafet ke Daerah Asal
6. Peralatan dan Bahan UEP bagi Paca Produktif
7. Beras bagi Penyandang Cacat
8. Bantuan Kursi Roda bagi Penyandang Cacat
9. Bantuan Tongkat Ketiak bagi Penyandang Cacat
10. Bantuan Peralatan Sekolah untuk Penyandang Cacat
11. Bantuan Alat Pendengaran bagi Penyandang Cacat
12. Asistensi Sosial Orang dengan Kecacatan Berat
13. Bantuan Beras bagi Lansia Miskin Non Produktif
14. Bantuan Beras bagi Anak Terlantar dalam Panti Asuhan
15. Bantuan Peralatan Sekolah bagi Anak Keluarga Miskin
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 95
16. Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar (ASLUT)
17. Asistensi Sosial Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (ASLKSA)
18. Bantuan Bedah Rumah tidak layak huni bagi Keluarga Miskin
19. Pemberian BSM SD dan SMP
20. Pemberian Beasiswa Miskin SMA/SMK
4.3.2 Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas kelompok, seperti :
1. Bidang Penanggulangan Kemiskinan Terpadu
2. Penilaian kelas Pokmas
3. Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat
4. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar Terutama Bagi Masyarakat
Miskin (Dana DAK dan APBD)
5. Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Minum (Dana DAK dan
APBD)
6. Pengembangan hasil hutan non kayu melalui pengembangan budidaya
lebah madu
7. DAK peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan
Lahan.
8. Penyediaan/Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengawasan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan.
9. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya
10. Pengembangan Sarana/Prasarana Perikanan Tangkap.
11. Pengayoman Peserta KB Baru (MOP)
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 96
4.3.3 Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan
penguatan ekonomi bagi pelaku usaha ekonomi mikro dan kecil, seperti :
1. Pembinaan dan Pengembangan Usaha kelompok masyarakat dan Lembaga
ekonomi perdesaan
2. Pembinaan BUMDes
3. Penyelenggaraan Pembinaan Industri rumah Tangga, Industri Kecil dan
Industri Menengah
4. Fasilitasi bagi Industri Kecil dan Menengah terhadap pemanfaatan Sumber
daya
5. Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri
6. Pengembangan Budidaya Tanaman Hortikultura
7. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi
8. Intensifikasi Tanaman Tembakau
9. Pengembangan Agribisnis Peternakan
10. Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli KB
4.3.4 Kelompok Program Lainnya
1. DAK Pertanian untuk Pembenihan Ketahanan Pangan Hortikultura,
Perkebunan dan Peternakan
2. Pembinaan Pengelolaan Pasar Desa
3. Rehabilitasi Bangunan Sekolah dan Peningkatan Sarana Prasarana
Pendidikan
4. Pembangunan Taman, Lapangan Upacara dan Fasilitas Parkir
5. Pengadaan Meubelair Sekolah
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 97
6. Bantuan Operasional Sekolah jenjang SD/SDLB Negeri/Swasta, SMP
Negeri/Swasta
7. Bantuan Operasional Sekolah SMP, SMA/SMK
8. Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin ( berupa makanan pendamping
air susu ibu/MP-ASI )
9. Penyelenggaraan, pencegahan, pemberantasan penyakit menular dan
wabah dan penyelenggaraan kesehatan lingkungan
10. Pelayanan pemeliharaan kesehatan lansia
4.4 Penanganan Pengaduan Masyarakat
Penanganan pengaduan masyarakat yang mencakup kegiatan penerimaan,
pencatatan, penelahaan, penyaluran, tindak lanjut, pemantauan dan pengarsipan di
Kab. Jembrana secara umum sudah terlaksana sesuai dengan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, bahwa penyelenggara pelayanan publik
berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dengan tenaga pelaksana yang
kompeten dalam pengelolaan pengaduan dengan mengedepankan azas penyelesaian
yang cepat dan tuntas. Tetapi khusus terkait dengan penanggulangan kemiskinan
penanganan pengaduan masyarakat dapat dilakukan dengan datang langsung ke
Sekretariat TKPKD Kabupaten Jembrana di Kantor Bappeda Litbang Kabupaten
Jembrana atau menghubungi nomor telepon Sekretariat TKPKD Jembrana di nomor
(0365) 41067. Pengaduan juga dapat disampaikan dengan mengirimkan SMS (Short
Message Services) ke nomor 08123870870 atau melalui call center di nomor (0365)
44444, website : www.jembranakab.go.id. Pengaduan juga dapat disampaikan
langsung kepada SKPD pemegang program yang rutin melakukan monitoring dan
evaluasi berjalannya program kerja masing-masing SKPD.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 98
Mekanisne penanganan pengaduan mulai dari perumusan dan penyiapan
penanganan aspirasi dan pengaduan, kampanye penanganan aspirasi dan pengaduan,
serta perumusan dan penyiapan bahan sosialisasi dan kampanye tentang perlunya
pendampingan masyarakat dalam penyampaian pengaduan. Namun demikian sampai
saat ini belum terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang disampaikan secara resmi kepada Pemkab/SKPD Kabupaten
Jembrana. Kondisi ini diakibatkan oleh penerimaan masyarakat terhadap program-
program penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh Pemkab Jembrana sudah
cukup baik atau dapat juga karena masyarakat belum cukup menerima sosialisasi
terkait saluran pengaduan tersebut. Ke depan, masyarakat harus tetap mendapatkan
advokasi untuk melakukan pengaduan jika ada program-program penanggulangan
kemiskinan yang dirasa belum efektif. Hal ini berguna untuk menjamin kualitas
program agar efektif, efisien dan tepat sasaran sehingga kualitas pelayanan publik
dapat terus ditingkatkan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 99
BAB V
KOORDINASI, PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Agar pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan bisa berjalan dan
berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, maka sangat membutuhkan adanya
keterpaduan dan sinergisitas antar stakeholder yang terlibat, baik di tingkat daerah
maupun di tingkat pusat. Keterpaduan dan sinergisitas ini akan terwujud bila terdapat
koordinasi yang baik dan berkelanjutan.
Dengan pertimbangan bahwa kemiskinan masih menjadi problem di berbagai
negara di dunia ini, maka “penghilangan kemiskinan dan kelaparan” pada 2030
menjadi “tulang punggung” dari tujuan agenda pembangunan berkelanjutan.
Kemiskinan yang menjadi tujuan utama MDGs kembali menjadi tujuan utama dalam
SDGs. Selain karena kemiskinan dan kelaparan masih sebagai problem dunia,
menjadikan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan utama diarahkan untuk
menjamin keberlanjutan capaian MDGs. Persoalan kemiskinan ditempatkan dalam
kerangka multidimensi, yakni melihat kemiskinan dari berbagai dimensi dan
memandang penyebab kemiskinan dari berbagai sisi. Dalam Outcome Document
Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable Development tujuan
mengakhiri kemiskinan menjadi tujuan “utama” dari 17 tujuan yang disepakti dalam
SDGs. Tujuan pertama dari 17 tujuan SDGs adalah “Mengakhiri Kemiskinan dalam
Segala Bentuk Di Mana Pun” (End poverty in all its forms everywhere). Tujuan utama
tersebut harus menjadi tema pembangunan, agenda utama dan berkelanjutan yang
melatari berbagai tujuan pembangunan lainnya seperti infrastruktur, pariwisata,
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 100
pangan dan energi dan lain-lain. Di dalam RPJPN 2005-2025, masalah kemiskinan
dilihat dalam kerangka multidimensi, karenanya kemiskinan bukan hanya menyangkut
ukuran pendapatan, melainkan karena menyangkut beberapa hal antara lain: (i)
kerentanan dan kerawanan orang atau masyarakat untuk menjadi miskin; (ii)
menyangkut ada/tidak adanya pemenuhan hak dasar warga dan ada/tidak adanya
perbedaan perlakuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat. Sasaran Global Kemiskinan menurut SDGs, yaitu :
1. Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang di mana
pun, di mana ukuran yang digunakan sekarang adalah mereka yang hidup dengan
pendapatan kurang dari $ 1,25 perhari
2. Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya separuh proporsi dari laki-laki,
perempuan dan anak-anak segala umur yang hidup dalam kemiskinan dalam segala
dimensi menurut definisi nasional
3. Di tingkat nasional mengimplementasikan sistem dan ukuran perlindungan sosial
yang tepat bagi semua level dan pada tahun 2030 sudah mencapai cakupan yang
cukup substansial terhadap yang miskin dan rentan
4. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua laki-laki dan perempuan, terutama
mereka yang miskin dan rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumber-sumber
ekonomi, juga terhadap pelayanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan
bentuk-bentuk kekayaan lainnya, warisan, sumber daya alam, teknologi baru yang
layak dan pelayanan finansial, termasuk keuangan mikro
5. Pada tahun 2030, membangun daya tahan mereka yang miskin dan yang berada
dalam situasi rentan dan mengurangi situasi tanpa perlindungan dan kerentanan
terhadap kejadian-kejadian ekstrim yang berhubungan dengan perubahan iklim,
juga kejutan dan bencana ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya
6. Memastikan mobilisasi sumber daya yang signifikan dari berbagai sumber, termasuk
melalui kerjasama pembangunan yang diperluas, dalam rangka menyediakan alat-
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 101
alat yang cukup dan mudah diprediksi oleh negara-negara berkembang, khususnya
negara-negara kurang berkembang, untuk mengimplementasikan program dan
kebijakan yang dapat mengakhiri kemiskinan dalam semua dimensinya
7. Menciptakan kerangka kerja kebijakan pada level nasional, regional dan
internasional, yang berdasarkan pada strategi pembangunan yang berpihak pada
yang miskin dan gender sensitive, untuk mempercepat investasi dalam aksi-aksi
pengentasan kemiskinan
Namun pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan agar lebih
terkoordinasi dari tingkat pusat hingga daerah, maka baru tahun 2010 dengan
keluarnya Peraturan Presiden Nomor 15 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42
tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propinsi dan
Kabupaten/Kota, di tingkat pusat dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) dan di tingkat daerah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota (TKPKD). Tim ini memiliki fungsi dan tugas
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawalan dan pemantauan serta pelaporan
hasil pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang di daerah disebut LP2KD.
5.1.1 Koordinasi di Tingkat Daerah
Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Jembrana selama sepuluh tahun terakhir telah berjalan sesuai dengan visi dan
misi pembangunan dalam RPJMD Kab. Jembrana, hanya saja secara
terkoordinasi masih perlu ditingkatkan atau dimantapkan sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan dan pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana sesuai Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 42 tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Khusus untuk Kabupaten
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 102
Jembrana, TKPKD baru terbentuk pada tahun 2013 melalu Surat Keputusan
Bupati Jembrana Nomor 324/Bappeda PM/2013 Tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana.
Koordinasi antar dan intern SKPD Kabupaten Jembrana melalui rapat-
rapat perencanaan, pelaksanaan, pengendalian sampai dengan evaluasi
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dan pengarahan dari
pimpinan daerah kepada SKPD pada rapat koordinasi dan apel koordinasi tiap
hari Senin tentang kebijakan, program kerja dan target capaian kinerja
termasuk pengentasan kemiskinan terkait dengan keberlanjutan pencapaian
SDGs dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Jembrana. Dengan upaya-
upaya yang dilakukan tersebut memang tidak dapat dipungkiri bahwa di Kab.
Jembrana terdapat kemajuan baik hasil pembangunan fisik maupun kondisi
kehidupan masyarakatnya. Sedangkan koordinasi dengan Propinsi,
sebelumnya memang agak terbatas, dan sekarang intensitas koordinasi mulai
ada peningkatan melalui rapat koordinasi kemiskinan di Bappeda Provinsi
Bali.
5.1.2 Koordinasi dengan Pusat
Koordinasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
Kabupaten Jembrana dengan Pemerintah Pusat selama ini sudah berjalan
dengan baik, koordinasi dengan pusat lebih sering melalui Provinsi Bali atau
fasilitasi dari Provinsi Bali terkait penyerahan data-data kemiskinan. Hal ini
untuk mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan-kebijakan dan program
dari pusat dengan daerah disamping karena terbatasnya sumber daya di Kab.
Jembrana dalam penanggulangan kemiskinan sehingga perlu proaktif
mengakses ke pusat.
Semenjak pemerintahan era reformasi dan otonomi daerah
digulirkan, Jembrana memang telah banyak melakukan inovasi kebijakan dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 103
program pembangunan yang mengarah pada penerapan prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik (good governance), termasuk dalam upaya
penurunan tingkat kemiskinan. Jembrana juga telah lebih dahulu bahkan
menjadi pelopor dalam melakukan strategi penanggulangan kemiskinan
melalui peningkatan pendapatan/daya beli dan pengurangan beban
pengeluaran masyarakat melalui bebas biaya pendidikan dan kesehatan, bea
siswa hingga ke perguruan tinggi, perbaikan sarana prasarana infrastruktur
perkotaan dan pedesaan maupun bantuan dana bergulir kepada kelompok
masyarakat (pokmas) dan Koperasi-UKM, pemetaan KK miskin (by name, by
adress dan by problems) serta penyelenggaraan pemerintahan yang bebas
pungli dan lain-lain.
Inovasi kebijakan pembangunan di Kabupaten Jembrana tidaklah
terlepas dari kapasitas seorang pimpinan (Bupati) yang memiliki kemampuan
dan keberanian melahirkan dan menerapkan ide-ide yang dapat dipandang
strategis sehingga hampir selama 10 tahun Kabupaten Jembrana menjadi
obyek yang dikunjungi oleh lebih dari dua ribu rombongan studi banding dari
berbagai Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pemerintah Pusat
(Kementerian/Lembaga) serta para akademisi/Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta dari seluruh pelosok tanah air. Bahkan munculnya program
SAPA dari Kemenkokesra yang bergerak dibidang fasilitasi, koordinasi dan
evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan pusat dan
daerah adalah terinspirasi juga oleh konsep kebijakan inovasi pengentasan
kemiskinan di Kab. Jembrana. Jadi dapat dikatakan bahwa
hubungan/koordinasi antara pemerintah pusat dengan Kabupaten Jembrana
sudah terjalin secara timbal balik dan cukup intensif.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 104
5.2 Permasalahan Dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Dalam melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di daerah Kab.
Jembrana, beberapa permasalahan yang sering dihadapi antara lain :
1. Masih ada perbedaan data dan persepsi diantara stakeholder terkait, khususnya
dalam hal menginterpretasikan masyarakat/penduduk miskin dan rumah
tangga/KK miskin yang menjadi sasaran program/kegiatan baik secara
konsepsional maupun praktek di lapangan termasuk perbedaan fokus/orientasi
pada penanggulangan kemiskinan.
2. Perwakilan stakohelder terkait dalam koordinasi penanggulangan kemiskinan
seringkali berganti-ganti dan kurang memahami permasalahan, padahal
permasalahan yang dikoordinasikan merupakan kelanjutan dari koordinasi dan
sinkronisasi pada rapat-rapat sebelumnya sehingga kemajuan koordinasi sering
terhambat oleh informasi yang kurang pas akibat perwakilan SKPD yang datang
berganti-ganti.
3. Masih adanya ego sektoral pada beberapa SKPD terkait sehingga program dan
kegiatan yang dilaksanakan berpotensi tumpang tindih dan kurang efektif.
4. Belum optimalnya koordinasi antar lembaga di pemerintah, dunia usaha, LSM
dan masyarakat madani dalam bermitra dan bekerjasama dalam
penanggulangan kemiskinan serta penciptaan lapangan kerja.
5. Perlu adanya verifikasi dan validasi data BDT 2015
6. Masih adanya kurang pemahaman bahwa penanggulangan kemiskinan sebagai
salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional maupun
daerah sehingga tidak dapat memberikan akses dan respon yang memadai.
7. TKPKD yang terbentuk belum sepenuhnya dapat berfungsi secara aktif dan
partisipatif.
8. Belum semua SKPD mengetahui atau mencatat secara berkesinambungan data
indikator program/kegiatannya sehingga sulit mengevaluasi kinerja dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 105
keberhasilan SKPD dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah
khususnya dalam hal penanggulangan kemiskinan daerah.
5.3 Langkah-Langkah Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi dan masalah kemiskinan
merupakan hambatan yang sangat signifikan terhadap perkembangan hasil
pembangunan serta target pencapaian MDGs tahun 2015 dan keberlanjutan SDGs,
maka perlu ada langkah-langkah percepatan penanggulangan kemiskinan di masing-
masing daerah. Adapun langkah-langkah percepatan yang dilakukan di Kab. Jembrana
antara lain :
1. Melakukan pemantapan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan,
pelaksanaan program, penetapan sasaran dan target, monitoring dan evaluasi.
2. Melakukan survey pencocokan dan penelitian (coklit) KK miskin setiap awal tahun
untuk memperoleh data perkembangan jumlah riil di lapangan.
3. Melakukan perencanaan partisipatif dan pro poor serta pengintegrasian
perencanaan pada setiap desa kedalam perencanaan pembangunan daerah.
4. Melakukan verivali terhadap data BDT 2015, sehingga mendapatkan data yang
pasti untuk dapat mensinergikan program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan.
5. Melakukan fasilitasi penyusunan RPJMDes dan pelaksanaan BUMDes.
6. Melanjutkan program pro rakyat seperti pendidikan dan kesehatan bersubsidi,
pemberian beasiswa dan bedah rumah untuk keluarga miskin serta peningkatan
Sumber Daya Manusia.
7. Meningkatkan kelestarian lingkungan serta membatasi alih fungsi lahan
produktif.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 106
5.4 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tahun 2016
Pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kab. Jembrana mengacu pada 4
(empat) kelompok program Nasional yaitu :
1) Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.
2) Kelompok Program Pemberdayaan Kelompok Masyarakat.
3) Kelompok Program Permberdayaan Usaha Mikro dan Kecil.
4) Kelompok Program Pro Rakyat Lainnya.
Adapun rencana dan realisasi program dan kegiatan pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan Kabupaten Jembrana tahun 2016 sebagai terlampir.
5.5 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan
5.5.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah
Tangga/Keluarga.
Pengendalian penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis rumah
tangga di Kabupaten Jembrana untuk masing-masing kegiatan sampai pada
lokasi sasaran tahun 2016 seperti Program Peningkatan Ketahanan Pangan,
Program Diversifikasi Pangan dan Gizi, Kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial, Kegiatan Pelayanan Kesejahteraan Sosial terhadap Balita dan Anak
Terlantar, Keluarga Rentan dan Lanjut Usia, Program Pemberdayaan Fakir
Miskin Penyandang Masalah Kesos Lainnya, Program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 Tahun, pengendaliannya dilaksanakan oleh Tim dari SKPD terkait yang
tergabung dalam TKPKD dengan melibatkan pihak kecamatan, Kepala Desa
dan Kepala Dusun setempat dan dilaksanakan oleh SKPD pelaksana dengan
melibatkan petugas kesehatan sampai di tingkat puskesmas maupun
poskesdes setempat.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 107
5.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Kelompok
Masyarakat
Pengendalian penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis komunitas
juga dilaksanakan secara terpadu dan sinergis, dengan melibatkan
stakeholders sampai ke tingkat desa dan dusun maupun SKPD pelaksana.
Tahun 2016 kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin melalui monitoring
dan pembinaan dan BUMDes, pemberdayaan masyarakat dengan
pendampingan dan kegiatan peningkatan kualitas perumahan (PKP) dalam
pelaksanaan pengendaliannya telah melibatkan peran serta aktif masyarakat
dan faskab sampai ditingkat desa maupun dusun setempat.
5.5.3 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil
Pengendalian program penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis
Usaha Mikro dan Kecil diarahkan kepada kelompok-kelompok usaha baik
kelompok pengusaha kecil, Koperasi maupun masyarakat miskin yang
dilaksanakan secara terpadu antara pihak pemerintah mulai SKPD terkait di
Kabupaten, tingkat Kecamatan, dan Desa serta Dusun dengan melibatkan
pihak perbankan serta CSR.
5.5.4 Program Penanggulangan Kemiskinan Pro Rakyat Lainnya
Pengendalian program penanggulangan kemiskinan pro
rakyat/inisiatif daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten
Jembrana dilakukan secara selektif dengan melibatkan SKPD terkait baik di
tingkat Kabupaten, pihak sekolah, pihak kecamatan dan aparat desa
setempat. Disamping itu informasi dari warga masyarakat di sekitar lokasi
tempat tinggal masyarakat yang menjadi sasaran program/kegiatan juga
dijadikan bahan pertimbangkan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 108
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penurunan angka kemiskinan sebagai salah satu target pembangunan sangat
memerlukan kebijakan dan program pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, program
pembangunan yang dilakukan hendaknya secara menyeluruh dan berkeseimbangan antara
pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang keduanya juga sama-sama
menjadi indikator kemiskinan. Selama ini, prioritas pembangunan lebih banyak
mengedepankan pada sumber daya manusianya, sedangkan sumber daya alam mendapatkan
porsi yang kurang seimbang. Untuk itulah, ke depannya, pembangunan hendaknya
mewujudkan keseimbangan antara pembangunan sumber daya manusia dengan sumber daya
alam. Jika tidak, sumber daya alam yang tidak lestari akan dapat memicu kemiskinan masa
kini ataupun masa depan.
6.1 Prioritas Intervensi Sektoral Dan Wilayah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka
dapat disimpulkan, bahwasanya prioritas intervensi sektoral dan wilayah yang dapat
ditempuh kedepan seyogyanya diarahkan agar lebih fokus kepada :
• Bidang Kemiskinan dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai indikator
utama meskipun belum didukung tingkat pengangguran tiap Kecamatan sebagai
indikator pendukung, maka prioritas intervensi wilayah seyogyanya dilakukan
terhadap Kecamatan Melaya, sedangkan kecamatan lainnya yaitu, Negara,
Jembrana, Pekutatan dan Mendoyo prioritas selanjutnya baik perbaikan di
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi dan lain-lain.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 109
• Bidang Pendidikan dengan menggunakan APM SD/MI sebagai indikator utama
dan Rasio Guru/Kelas SD/MI sebagai indikator pendukung, maka Kecamatan
Melaya dan Pekutatan menjadi prioritas intervensi wilayah, sedangkan
kecamatan Mendoyo prioritas kedua. Kalau menggunakan APM SMA /MA
sebagai indikator utama dan Rasio Guru/Kelas SMA/MA sebagai indikator
pendukung, maka wilayah prioritas Intervensi yaitu Kecamatan Melaya.
Sedangkan Kec. Mendoyo dan Pekutatan prioritas kedua.
• Bidang Infrastruktur Dasar belum didukung data Kecamatan. Namun secara
indikator mengenai Proporsi Rumah Layak Huni dan Sanitasi Layak masih perlu
ditingkatkan.
• Bidang Ketahanan Pangan yang ditunjukkan oleh indikator utama Hasil produksi
padi/gabah dengan indikator pendukung Luas Panen cukup mendukung terhadap
program penanggulangan kemiskinan, namun perkembangan harga bahan
kebutuhan pokok yang kurang terkendali dan pertumbuhan ekonomi Jembrana
yang kurang memadai menghambat penanggulangan kemiskinan.
6.2 Implikasi Penyesuaian Program Dan Anggaran Belanja
Sebagai konsekuensi dari prioritas intervensi sektoral dan wilayah yang lebih fokus
kepada meningkatkan pendapatan penduduk miskin dan mengurangi beban
pengeluaran penduduk miskin, maka implikasi terhadap penyesuaian program dan
anggaran belanja, kedepan agar seluruhnya bersinergi menuju pada sasaran :
• Bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan, peningkatan anggaran yang
dialokasikan selama ini kurang signifikan menekan angka kemiskinan di
Kabupaten Jembrana walau lebih rendah dari angka nasional, namun masih
diatas rata-rata provinsi Bali. Oleh karena itu kedepan perlu adanya penyesuaian
anggaran yang lebih berpihak pada bidang penanggulangan kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 110
Penyesuaian anggaran agar difokuskan pada pembiayaan program-program yang
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui investasi, pemberdayaan
masyarakat, PPKB, peningkatan kualitas dan akses tenaga kerja yang lebih siap
bersaing karena angka pengangguran Jembrana jauh lebih besar dari pada rata-
rata Propinsi;
• Bidang kesehatan, anggaran yang dialokasikan dari APBD terus meningkat secara
signifikan dari tahun ke tahun, walaupun sudah berhasil menyumbang
pencapaian AKB lebih rendah dari rata-rata provinsi maupun nasional namun
masih perlu disesuaikan kembali pengalokasiannya ke program-program yang
lebih efektif menyasar dan mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi serta
peningkatan kualitas pelayanan, sehingga kedepan indikator dan penanganan
kesehatan di Kabupaten Jembrana dapat meningkat yang didukung oleh data
indikator Kesehatan yang lebih memadai.
• Bidang Pendidikan yang sudah menyerap anggaran cukup besar dari APBD
selama 5 tahun terakhir terbukti cukup berhasil mencapai indikator pendidikan
lebih baik dari Propinsi maupun Nasional.
• Bidang Infrastruktur, selama 5 tahun terakhir sudah mendapat porsi yang cukup
besar dari APBD. Penyesuaian kedepan perlu diarahkan pada pembiayaan
program-program untuk pemerataan pemenuhan rumah layak huni dan air
minum layak.
• Bidang Ketahanan Pangan, selama ini potensi Jembrana cukup mendukung dari
segi produksi padi/beras meskipun anggaran masih dibawah 1% dari seluruh
APBD. Kedepan perlu lebih disesuaikan baik dari sisi peningkatan anggaran
maupun program dan kegiatan yang dilaksanakan selama ini sehingga potensi
ketahanan pangan bisa dipertahankan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2017 111
6.3 Rencana Koordinasi Dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan
Kemiskinan
Belum tercapainya target penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana
secara kwantiatif maupun kwalitatif maka mengharuskan Kabupaten Jembrana untuk
melakukan upaya-upaya yang lebih intensif dalam percepatan penanggulangan
kemiskinan sehingga maksimal tahun 2015 mencapai angka minimal dibawah 5%.
Mengingat kondisi kemiskinan yang bersifat multi dimensi, maka memerlukan rencana
koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan dengan yang langkah-langkah ditempuh sebagai berikut :
• Meningkatkan kwantitas dan kwalitas koordinasi antar stakeholders terkait,
khususnya SKPD yang tergabung dalam TKPKD Kabupaten Jembrana, sehingga
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan
kemiskinan semakin efektif.
• Mengupayakan ketersediaan anggaran untuk menunjang peningkatan kinerja
TKPKD Kabupaten Jembrana melalui APBD dan sumber lain hingga tahun 2015.
• Mengembangkan kerja sama dengan kalangan profesional, dunia usaha (pemilik
modal) dan tokoh-tokoh masyarakat lokal/lembaga lain dalam program-program
penanggulangan kemiskinan sebagai upaya gerakan bersama.
LAMPIRAN
S/D BULAN Desember 2016
I. PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU BERBASIS KELUARGA
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Kegiatan :
- Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan Kab.Jembrana KWT 5 kelompok 20 orang 5 kelompok 147.543.000 147.543.000 97,00 143.779.158 97,45 BPMPD
- Pengembangan Desa Mandiri Pangan Kab.Jembrana Desa/Kelurahan 5 unit 20 orang 5 unit 40.914.000 40.914.000 99,00 40.325.574 98,56 BPMPD
2 Program Diversifikasi Pangan dan Gizi
Kegiatan :
- Pembinaan Penganekaragaman dan kualitas konsumsi Kab.Jembrana PKK 5 kelompok 10 orang 5 kelompok 17.273.000 17.273.000 97,00 16.687.000 96,61 BPMPD
pangan masyarakat
- Usaha Perbaikan Gizi Keluarga Kab.Jembrana Posyandu 328 posyandu 984 orang 328 posyandu 581.270.000 581.270.000 100,00 581.050.311 99,96 BPMPD
3 PROGRAM PELAYANAN REHABILITASI
Kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
- Pemulangan Orang Terlantar Secara Estafet ke Daerah Kab.Jembrana Orang Terlantar 100 Orang 100 Orang 7.500.000 7.500.000 62,00 4.650.000 62,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Asal
- Peralatan dan Bahan UEP bagi Paca Produktif Kab.Jembrana KUBE 20 Paket 20 Paket 30.000.000 30.000.000 100,00 30.000.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
- Beras bagi Penyandang Cacat Kab.Jembrana Penyandang Disabilitas/Cacat 480 Paket 480 Paket 36.000.000 36.000.000 100,00 36.000.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Berat
- Bantuan Kursi Roda bagi Penyandang Cacat Kab.Jembrana Penyandang Disabilitas/Cacat 29 Buah 29 Buah 87.000.000 87.000.000 100,00 87.000.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Berat
- Bantuan Tongkat Ketiak bagi Penyandang Cacat Kab.Jembrana Penyandang Disabilitas/Cacat 10 Buah 10 Buah 7.500.000 7.500.000 100,00 7.500.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Berat
- Bantuan Peralatan Sekolah untuk Penyandang Cacat Kab.Jembrana Penyandang Disabilitas/Cacat 110 Paket 110 Paket 55.000.000 55.000.000 100,00 55.000.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Berat
- Bantuan Alat Pendengaran bagi Penyandang Cacat Kab.Jembrana Penyandang Disabilitas/Cacat 3 Buah 3 Buah 300.000 300.000 100,00 300.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Berat
- Asistensi Sosial Orang dengan Kecacatan Berat Kab.Jembrana Penyandang Disabilitas/Cacat 198 Orang 198 Orang 712.000.000 - 712.000.000 100,00 712.000.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Berat
Kegiatan Pelayanan Kesejahteraan Sosial terhadap Balita
dan Anak Terlantar, Keluarga Rentan dan Lanjut Usia
- Bantuan Beras bagi Lansia Miskin Non Produktif Kab.Jembrana KK Miskin Usia 60th keatas 18.000 Paket 18.000 Paket 1.260.000.000 1.260.000.000 49,00 622.880.000 49,43 Dinas Kesos Dan Nakertrans
- Bantuan Beras bagi Anak Terlantar dalam Panti Asuhan Kab.Jembrana Anak terlantar yg ada di Panti 160 Paket 160 Paket 80.000.000 80.000.000 100,00 79.488.000 99,36 Dinas Kesos Dan Nakertrans
Asuhan -
- Bantuan Peralatan Sekolah bagi Anak Keluarga Miskin Kab.Jembrana Anak Keluarga Miskin 255 Paket 255 Paket 63.750.000 63.750.000 100,00 63.750.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
- Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar (ASLUT) Kab.Jembrana Lansia Non Potensial 99 Orang 99 Orang 237.600.000 237.600.000 100,00 237.600.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
- Asistensi Sosial Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kab.Jembrana Anak Terlantar dalam Panti 30 Anak 30 Anak 30.000.000 30.000.000 100,00 30.000.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
(ASLKSA)
4 PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (FM) PENYANDANG
MASALAH KESOS Lainnya- Bantuan Bedah Rumah tidak layak huni bagi Keluarga MiskinKab.Jembrana KK miskin 200 Unit 200 Unit 4.000.000.000 4.000.000.000 100,00 4.000.000.000 100,00 Dinas Kesos Dan Nakertrans
5 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
kegiatan :
- Pemberian BSM SD dan SMP Kab.Jembrana SD 196 Sekolah 184 Sekolah 2,391 Siswa 1.482.420.000 1.482.420.000 100,00 1.482.420.000 100,00 Dikporaparbud
SMP 35 Sekolah 22 Sekolah 940 Siswa 836.600.000 836.600.000 836.600.000 100,00 Dikporaparbud
6 Program Pendidikan Menengah
kegiatan :
- Pemberian Beasiswa Miskin SMA/SMK Kab.Jembrana SMA 13 Sekolah 13 Sekolah 1,237 Siswa 2.380.000.000 2.380.000.000 10,88 389.000.000 16,34 Dikporaparbud
SMK 10 sekolah 10 sekolah 1,152 Siswa 3.686.400.000 3.686.400.000 34,46 1.270.400.000 34,46 Dikporaparbud
PROGRAM KEGIATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2016
sumber anggaran REALISASI
KEUANGAN
Jumlah 979.600.000 8.385.420.000 6.414.050.000 15.779.070.000 88,06 10.726.430.043 67,98
II. PROGRAM BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Peningkatan Partisipasi Dalam
Membangun Desa
kegiatan :
- Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Kab. Jembrana KK Miskin 120 Buku KK Miskin 120 Buku KK Miskin 113.637.000 113.637.000 100,00 113.621.877 99,99 BPMPD
- Penilaian kelas Pokmas Kab. Jembrana pokmas 1462 pokmas 1462 pokmas 36.645.800 36.645.800 100,00 36.613.134 99,91 BPMPD
- Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat Kab. Jembrana kelompok 10 Kelompok 100 Orang 10 Kelompok 177.165.000 177.165.000 99,00 175.300.310 98,95 BPMPD
2 Program Lingkungan Sehat Perumahan
Kegiatan :
- Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Kab. Jembrana Masyarakat 9 Paket 5 orang 9 Paket 1.733.491.000 - 590.765.812,00 2.324.256.812 10,27 238.651.600,00 10,27 Dinas PU
Dasar Terutama Bagi Masyarakat Miskin (Dana DAK dan 1 tim
APBD)
3 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum
Dan Air Limbah
- Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Kab. Jembrana Masyarakat 5 Paket 7 orang 5 Paket 1.817.111.000 - 1.084.938.812,00 2.902.049.812 20,00 127.553.600,00 4,40 Dinas PU
Minum (Dana DAK dan APBD) 1 tim
4 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
- Pengembangan hasil hutan non kayu melalui pengembangan Desa/Kelurahan masyarakat 455 koloni lebah madu 5 kelompok Jumlah sarpras budidaya lebah - - 291.340.000 291.340.000 93,64 270.422.594 92,82 Dinas Kelautan, Perikanan
budidaya lebah madu penyanding hutan madu sebanyak 455 koloni dan kehutanan
5 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
- DAK peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam RehabilitasiDesa/Kelurahan masyarakat Luas lahan yang 5 kelompok Luas lahan yang - 1.109.333.800 1.109.333.800 87,75 897.964.345 80,95 Dinas Kelautan, Perikanan
Hutan dan Lahan. penyanding hutan direhabilitasi 410 hektar direhabilitasi 410 hektar dan kehutanan
6 Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan
Pengendalian Sumber daya Kelautan
- Penyediaan/Pengembangan Sarana dan Prasarana Desa/Kelurahan nelayan 6 kali operasi pengawasan 8 Pokmaswas Jumlah operasi pengawasan 58.505.000 58.505.000 100,00 56.129.075 95,94 Dinas Kelautan, Perikanan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. sumberdaya kelautan sumberdaya kelautan dan kehutanan
7 Program Pengembangan Budidaya Perikanan
- Peningkatan Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya Desa/Kelurahan Pokdakan 63 paket bantuan kepada 30 pokdakan ketersediaan sarana dan - 2.477.666.370,91 2.477.666.370,91 92,32 2.266.215.157 91,47 Dinas Kelautan, Perikanan
masyarakat prasarana perikanan budidaya dan kehutanan
sebanyak 6 jenis
8 Program Pengembangan Perikanan Tangkap
- Pengembangan Sarana/Prasarana Perikanan Tangkap. Desa/Kelurahan kelompok nelayan 25 unit jukung fiber, mesin 20 kelompok ketersediaan sarana dan 1.163.871.500 1.163.871.500 95,24 1.106.112.100 95,04 Dinas Kelautan, Perikanan
tempel dan jaring prasarana perikanan dan kehutanan
tangkap sebanyak 4 jenis
9 Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi
Perikanan
- Penyediaan Rehabilitasi Sarana Prasarana Pengelolaan Desa/Kelurahan Poklahsar 2 jenis sarpras P2HP 2 kelompok ketersediaan sarana 180.684.600 180.684.600 97,43 148.884.600 82,40 Dinas Kelautan, Perikanan
Mutu dan Pemasaran Hasil Perikanan prasarana pengolahan dan kehutanan
mutu dan pemasaran
hasil perikanan sebanyak
2 paket
10 Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Bentuk
sumber anggaran REALISASI
KEUANGAN
KB/KR Yang Mandiri
- Pengayoman Peserta KB Baru (MOP) Desa/kelurahan PUS Pria 32 Orang 32 Kelompok 16.000.000 16.000.000 100,00 16.000.000 100,00 Kantor PPKB
Jumlah 3.550.602.000 - 7.300.553.695 10.851.155.695 82,97 5.453.468.392 50,26
III. PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI MIKRO DAN KECIL
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi
Pedesaan
Kegiatan :
- Pembinaan dan Pengembangan Usaha kelompokKab. Jembrana Pokmas 253 Pokmas 130 Pokmas 22.464.000 22.464.000 90,00 20.221.146 90,02 BPMPD
masyarakat dan Lembaga ekonomi perdesaan
- Pembinaan BUMDes Kab. Jembrana BUMDes 39 BUMDes 117 orang 39 BUMDes 40.269.500 40.269.500 91,00 36.495.183 90,63 BPMPD
2 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha
bagi UMKM
- Kegiatan : Penyelenggaraan Pembinaan Industri rumahDesa/Kelurahan UMKM 300 UMKM 300 UMKM 20.300.000 20.300.000 55,00 12.060.000 59,41 DISPERINDAGKOP
Tangga, Industri Kecil dan Industri Menengah
3 Program pengembangan Industri Kecil dan Menengah
- Kegiatan : Fasilitasi bagi Industri Kecil dan MenengahKab. Jembrana IKM 30 Unit Usaha 91.094.650 91.094.650 100,00 90.632.450 99,49 DISPERINDAGKOP
terhadap pemanfaatan Sumber daya
4 Program Peningkatan kemampuan teknologi industri
- Kegiatan : Pengembangan dan Pelayanan TeknologiDesa/kelurahan IKM 30 M 130.481.152 130.481.152 98,00 127.244.450 97,52 DISPERINDAGKOP
Industri
5 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian Perkebunan
- Pengembangan Budidaya Tanaman Hortikultura Kab.Jembrana
Kelompok Tani/Subak di Kab.
Jembrana Seluas 7 Ha
Kelompok
Tani/Subak Seluas 7 Ha 265.950.000 265.950.000 60,00 138.871.500 52,22 Dinas pertanian, perkebunan
- Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Kab.Jembrana
Kelompok Tani/Subak di Kab.
Jembrana 15.500 Kg 2 unit
Kelompok
Tani/Subak 15.500 Kg 2 unit 239.656.000 239.656.000 100,00 201.853.000 84,23 Dinas pertanian, perkebunan
dan peternakan
6 Program Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan
- Intensifikasi Tanaman Tembakau Kab.Jembrana Kelompok Tani Tembakau 4 Kelompok Tani Tembakau
Kelompok Tani
Tembakau 4 Kelompok Tani Tembakau 537.739.000 537.739.000 70,00 243.519.500 45,29 Dinas pertanian, perkebunan
dan peternakan
7 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
- Pengembangan Agribisnis Peternakan Kab.Jembrana
Kelompok Tani Ternak
Kambing, Babi
11 Kelompok Kambing dan
5 Kelompok Babi Kelompok Ternak
11 Kelompok Kambing dan 5
Kelompok Babi 1.872.055.000 1.872.055.000 60,00 448.130.800 23,94 Dinas pertanian, perkebunan
dan peternakan
8 Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Bentuk
KB/KR Yang Mandiri
- Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli Desa/kelurahan Kelompok UPPKS 1 kelompok 1 kelompok Kelompok UPPKS 2.000.000 2.000.000 100,00 2.000.000 100,00 Kantor PPKB
Keluarga Berencana
Jumlah - - 3.222.009.302 3.222.009.302 82,40 1.321.028.029 41,00
IV. PROGRAM - PROGRAM LAINNYA
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian
Perkebunan
- DAK Pertanian untuk Pembenihan Ketahanan Pangan Kab. Jembrana Rehabilitasi JUT dan 26 Paket/Unit Subak 23 Paket/Unit 4.973.311.945 4.973.311.945 90,00 3.315.998.148 66,68 Dinas pertanian, perkebunan
sumber anggaran REALISASI
KEUANGAN
sumber anggaran REALISASI
KEUANGAN
Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan Pembangunan DAM Parit dan peternakan
di Subak-subak se Kab.
Jembrana
2 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi
Kegiatan :
- Pembinaan Pengelolaan Pasar Desa Kab. Jembrana Pasar Desa 10 Unit 30 orang 10 Unit 7.580.000 7.580.000 94,00 7.138.700 94,18 BPMPD
3 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
kegiatan :
- Rehabilitasi Bangunan Sekolah dan Peningkatan Sarana Kab. Jembrana SD 10 Sekolah 10 Sekolah 10 Sekolah 5.259.209.000 5.259.209.000 0,17 8.770.000 0,17 Dikporaparbud
Prasarana Pendidikan
- Pembangunan Taman, Lapangan Upacara dan Fasilitas Kab. Jembrana SD 18 Sekolah 18 Sekolah 18 Sekolah 1.669.591.000 1.669.591.000 4,92 572.188.350 34,27 Dikporaparbud
Parkir
- Pengadaan Meubelair Sekolah Kab. Jembrana SD dan SMP 6 SD dan 1 SMP 6 SD dan 1 SMP 6 SD dan 1 SMP 208.775.000 208.775.000 95,64 199.675.000 95,64 Dikporaparbud
- Bantuan Operasional Sekolah jenjang SD/SDLB Kab. Jembrana SD/SDLB Negeri/Swasta 182 SD dan 18 SMP 182 SD dan 182 SD dan 18 SMP 3.431.140.000 3.431.140.000 34,79 1.383.906.300 40,33 Dikporaparbud
Negeri/Swasta, SMP Negeri/Swasta SMP Negeri/Swasta 18 SMP
4 Program Pendidikan Menengah
Kegiatan :
- Bantuan Operasional Sekolah SMP, SMA/SMK Kab. Jembrana SMA/SMK 11 sekolah 11 sekolah 11 sekolah 4.974.960.000 4.974.960.000 24,98 1.850.084.170 37,19 Dikporaparbud
5 Program Perbaikan Gizi masyarakat
kegiatan:
- Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Kab. Jembrana Balita 6- 24 bulan 135 paket 90 KK 135 paket 77.178.000 77.178.000 99,12 60.634.250 78,56 Dinas Kesehatan
( berupa makanan pendamping air susu ibu/MP-ASI )
- Penyelenggaraan, pencegahan, pemberantasan Kab. Jembrana pralansia dan lansia 1 tahun 1 tahun 144.000.000 144.000.000 58,00 67.496.000 46,87 Dinas Kesehatan
penyakit menular dan wabah dan penyelenggaraan
kesehatan lingkungan
- Pelayanan pemeliharaan kesehatan lansia Kab. Jembrana lansia 6 kit, 1 paket 6 kit, 1 paket 66.120.000 66.120.000 100 59.853.500 90,52 Dinas Kesehatan
Jumlah 5.259.209.000 - 15.552.655.945 20.811.864.945 60,16 7.525.744.418 36,16
APBN APBD PROPINSI APBD KABUPATEN TOTAL REALISASI %
APBN 9.789.411.000
APBD PR0P 8.385.420.000
APBD KAB. 32.489.268.942
REALISASI 25.026.670.882 49,4
TOTAL 50.664.099.942
Kepala Bappeda dan PM
Nip. 19611001 198702 1 002
Kab. Jembrana
Ir. I Ketut Swijana, MT
Pembina Utama Muda