Kasus BPH

18
BLOK UROGENITAL FK Unmal 2009 Benigna Prostat Hyperplasia

description

BENIGNA HYPERPLASIA PROSTAT

Transcript of Kasus BPH

BLOK UROGENITALFK Unmal 2009

Benigna Prostat Hyperplasia

KASUS

Mr X 60 th≠BAK 1 hr yg lalu RPSsusah BAK,selalu

mengejan,nocturia,pancaran lemah,hanya menetes & tdk tuntas

Pxdistensi abdomeninfra umbilikal prostat membesar

Pendahuluan

Pada orang dewasa, parenkim prostat dapat dibagi menjadi 4 zona, yaitu: perifer, sentral, transisional, dan periuretral. Kebanyakan karsinoma berasal dari zona perifer sedangkan pada hyperplasia muncul dari zona transisional

Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung

pada hormon testosteron yang didalam sel-sel

kel prostat hormon ini akan dirubah menjadi

dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan

enzim 5 alfa reduktase.

Etiologi Beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia

prostat erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).

Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut

Peranan dari growth factor sebagai pemacu pertumbuhan struma kelenjar prostat

Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati

Teori sel sterm menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel sterm sehingga menyebabkan produksi sel struma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

Konsep Patologis

Pembesaran prostat mengakibatkan penekanan dan penyempitan uretra pars prostat sehingga aliran urin akan tergangguretensio urine

Retensio urintekanan intravesicae ↑meningkatnya tekanan intravesicae mengakibatkan :

1) tekanan intraabdomen ↑hernia inguinalis dan hemoroid

2)kompensasi VUhipertropi M. detrusor & divertikula VU

3) refluks Vesiko- Ureterhidroureter & hidronefrosis

Keluhan saluran kemih bagian atas,bawah dan luar saluran kemih

Manifestasi Klinis

Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS),yang dibedakan menjadi:

1). Gejala iritatif, yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun pada malam hari untuk miksi (nokturia),perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi),dan nyeri pada saat miksi (disuria).

2). Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas setelah miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan,kencing terputus-putus,dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinen karena overflow.

Pemeriksaan dan Diagnosis

Anamnesis: Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan abdomen Rectal toucher

Pemeriksaan penunjang Urin analisis Darah lengkap Tes fungsi ginjal Residual urin Uroflometripancaran urin Kultur

Pemeriksaan radiologis USG Foto polos abdomen IVP

Diagnosa banding

UrolithiasisStriktura uretra

Komplikasi 1. retensi urine akut dan involusi kontraksi kandung kemih 2. refluks kandung kemih, hidroureter dan hidronefrosis 3. gross hematuria dan urinary tract infection ( UTI )

Penatalaksanaan Watchful Waitingedukasi Medikamentosa

1) a- blokersMenurunkan resistensi VU

2) inhibitor 5 alfa reduktasemenurunkan volume prostat

Pembedahan terbukaretropubik(milin)/transvesika(frayer)

Endourologi

1)TURP

2)TULP Tindakan invasif minimal

1)TUMT

2)TUBD

3)TUNA

4)Pemasangan stent

STRIKTUR URETRA

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya

ETIOLOGI Trauma Infeksi Kongenital Neoplasma

Konsep patologis

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa.Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra.

Drajat striktur

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu derajat:

1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra

2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.

Manifestasi klinis

1.Pancaran air kencing lemah 2. Pancaran air kencing bercabang 3. Frekuensi 4. Overflow

incontinence (inkontinensia paradoxal)5. Dysuria dan hematuria

6. Keadaan umum pasien baik 7. Buruk bila telah lama akibat

adanya perubahan pada faal ginjal

Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik3

Anamnesa:

Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab striktur uretra.

Pemeriksaan fisik dan lokal:

Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra, infiltrat, abses atau fistula.

2. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin. kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. B

Radiologi

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra.

Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan kateter Foley ukuran 24 ch,

Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra.

Penatalaksanaan

Businasi (dilatasi) Uretrotomi internaTindakan ini

dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter

Uretrotomi eksterna

Daftar Pustaka

Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997

Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya, 2000

Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 329-34

http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=18&iddtl=558&UID=20051127130700219.83.99.108

www.elcaminohospital.org/16267.cfm www.medicus.lublin.pl/pdf/Medicus_2001_03 Purwadianto A, Sampurna B. Retensi Urin, dalam:

Kedaruratan Medik, “Pedoman Penatalaksanaan Praktis”. Ed Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta, 2000. Hal;145-148.