Kasus BPH
-
Upload
satriowcsn -
Category
Documents
-
view
82 -
download
12
description
Transcript of Kasus BPH
KASUS
Mr X 60 th≠BAK 1 hr yg lalu RPSsusah BAK,selalu
mengejan,nocturia,pancaran lemah,hanya menetes & tdk tuntas
Pxdistensi abdomeninfra umbilikal prostat membesar
Pendahuluan
Pada orang dewasa, parenkim prostat dapat dibagi menjadi 4 zona, yaitu: perifer, sentral, transisional, dan periuretral. Kebanyakan karsinoma berasal dari zona perifer sedangkan pada hyperplasia muncul dari zona transisional
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung
pada hormon testosteron yang didalam sel-sel
kel prostat hormon ini akan dirubah menjadi
dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan
enzim 5 alfa reduktase.
Etiologi Beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia
prostat erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).
Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut
Peranan dari growth factor sebagai pemacu pertumbuhan struma kelenjar prostat
Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
Teori sel sterm menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel sterm sehingga menyebabkan produksi sel struma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
Konsep Patologis
Pembesaran prostat mengakibatkan penekanan dan penyempitan uretra pars prostat sehingga aliran urin akan tergangguretensio urine
Retensio urintekanan intravesicae ↑meningkatnya tekanan intravesicae mengakibatkan :
1) tekanan intraabdomen ↑hernia inguinalis dan hemoroid
2)kompensasi VUhipertropi M. detrusor & divertikula VU
3) refluks Vesiko- Ureterhidroureter & hidronefrosis
Keluhan saluran kemih bagian atas,bawah dan luar saluran kemih
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS),yang dibedakan menjadi:
1). Gejala iritatif, yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun pada malam hari untuk miksi (nokturia),perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi),dan nyeri pada saat miksi (disuria).
2). Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas setelah miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan,kencing terputus-putus,dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinen karena overflow.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis: Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan abdomen Rectal toucher
Pemeriksaan penunjang Urin analisis Darah lengkap Tes fungsi ginjal Residual urin Uroflometripancaran urin Kultur
Pemeriksaan radiologis USG Foto polos abdomen IVP
Komplikasi 1. retensi urine akut dan involusi kontraksi kandung kemih 2. refluks kandung kemih, hidroureter dan hidronefrosis 3. gross hematuria dan urinary tract infection ( UTI )
Penatalaksanaan Watchful Waitingedukasi Medikamentosa
1) a- blokersMenurunkan resistensi VU
2) inhibitor 5 alfa reduktasemenurunkan volume prostat
Pembedahan terbukaretropubik(milin)/transvesika(frayer)
Endourologi
1)TURP
2)TULP Tindakan invasif minimal
1)TUMT
2)TUBD
3)TUNA
4)Pemasangan stent
STRIKTUR URETRA
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya
ETIOLOGI Trauma Infeksi Kongenital Neoplasma
Konsep patologis
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa.Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra.
Drajat striktur
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu derajat:
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.
Manifestasi klinis
1.Pancaran air kencing lemah 2. Pancaran air kencing bercabang 3. Frekuensi 4. Overflow
incontinence (inkontinensia paradoxal)5. Dysuria dan hematuria
6. Keadaan umum pasien baik 7. Buruk bila telah lama akibat
adanya perubahan pada faal ginjal
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik3
Anamnesa:
Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab striktur uretra.
Pemeriksaan fisik dan lokal:
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra, infiltrat, abses atau fistula.
2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi
Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin. kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. B
Radiologi
Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra.
Instrumentasi
Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan kateter Foley ukuran 24 ch,
Uretroskopi
Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra.
Penatalaksanaan
Businasi (dilatasi) Uretrotomi internaTindakan ini
dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter
Uretrotomi eksterna
Daftar Pustaka
Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997
Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya, 2000
Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 329-34
http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=18&iddtl=558&UID=20051127130700219.83.99.108
www.elcaminohospital.org/16267.cfm www.medicus.lublin.pl/pdf/Medicus_2001_03 Purwadianto A, Sampurna B. Retensi Urin, dalam:
Kedaruratan Medik, “Pedoman Penatalaksanaan Praktis”. Ed Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta, 2000. Hal;145-148.