Kasus 2 Kep Anak 2 Latar Belakang

download Kasus 2 Kep Anak 2 Latar Belakang

of 6

Transcript of Kasus 2 Kep Anak 2 Latar Belakang

A. Kasus 2 1. Pengkajian Seorang bayi laki-laki berumur 1 bulan 17 hari dirawat di ruang Perawatan anak karena kejang. Riwayat kesehatan : Sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, bayi mengalami batuk pilek dan demam. Bayi diperiksakan ke dokter dan diberi obat. Setelah 3 hari mengkonsumsi obat dari dokter, bayi masih demam dan kejang sekali + selama 15 detik. Karena khawatir orang tua membawa anak ke rumah sakit. Riwayat kehamilan dan kelahiran : Bayi lahir cukup umur melalui persalinan spontan dan saat lahir langsung menangis. Berat badan lahir 3200 gram dan panjang badan 50 cm. Dari lahir sampai sekarang bayi mendapatkan ASI eksklusif, Berat Badan 3800 gram, panjang badan 57 cm. Bayi BAB sehari 2 kali dan BAK 8 kali sehari. Pemeriksaan fisik :Kesadaran umum Tanda-tanda vital Antropometri Rambut Kepala Mata Hidung Bibir dan mulut Telinga Leher Thorak Abdomen Ekstermitas : Kompos mentis : HR 120x/menit RR 38x/menit Suhu 38,50C : BB 3800 gram TB 57 cm : Bersih, Warna hitam, tebal, tidak mudah patah : Mesosefal, ubun-ubun besar datar dan belum menutup. : Konjungtiva anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik : Keluaran secret bening, tidak ada nafas cuping hidung : Bibir tidak anemis, mukosa bibir lembab : Tidak ada tanda perdarahan : Tidak ada pembesaran kelenjar : Bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada : Perut datar, tidak ada tanda asites. : Akral hangat, tidak pucat, tidak ada edema, terpasang infuse di tangan kiri

Pemeriksaan Penunjang : Hemoglobin 12,60 gram% ( 3 bln 10-11 g/dl Bbl : 13,6 gr/dl) : Hematokrit 34,4% (44-65 %) : Trombosit 801 ribu/mmk

: Eritrosit 4,29 juta/mmk ( 4,3- 6,3 jt) : Lekosit 10,6 ribu/mmk (9rb-30 rb) : Glukosa sewaktu 108 mg/dl : Natrium 129 mmol/l : Kalium 4,8 mmol/l (3,6-5,8 meq/L) : Chlorida 88 mmol/l (bbl: 94-112 meq/l) : Calcium 2,62 mmol/l (bbl : 3,77,0 mEq/L Bayi: 5,0-6,0 meq/l) : Ureum 85 mg/dl : Creatinin 1,81 mg/dl ( 0,7- 1,7 mg/dl) Terapi Infus Meropenem Dexamethasone Ranitidin Metronidazole Phenytoin Streptomisin Diazepam Paracetamol : D51/2NS + NaCL 3% 100 cc, dosis 240 ml/24 jam : 3 x 200 mg : 3 x 2,5 mg : 2 x 10 mg : 3 x 150 mg : 2 x 25 mg : 1 x 200 mg : 5 mg (bila kejang) : 4,6 x 120 mg (jika suhu > 380C)

2. Tugas : a. Pelajarilah kasus di atas kemudian susunlah dasar teori yang mendasari kasus tersebut. b. Buatlah asuhan keperawatan yang sesuai untuk kasus di atas. Kelompokkan data pengkajian sesuai masalah, tentukan diagnosa keperawatannya, susunlah rencana keperawatan yang sesuai beserta rasionalnya dan buatlah evaluasinya.

BAB I A.

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi adalah suatu proses yang berlangsung ters-menerus pada berbagai segi dan saling berkaitan dan akan terjadi perubahan pada individu. Grafik pertumbuhan tidak hanya meliputi perkembangan pada anak selalu baik, pertumbuhan dan perkembangan akan dapat di pengaruhi berbagai faktor, seperti gangguan kesehatan pada anak khususnya pada bayi yang demam, demam dapat terjadi oleh bargabagai sebab seperti adanya infeksi, pada saat demam bila tidak segera ditangani denga cepat dan benar akan mengakibatkan kejang demam pada bayi dan anak. (Suriadi., & Yuliani, Rita. 2006) Kejang demam merupakan salah satu kelainan neorologis yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan sekitar 2,2% - 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mencapai usia 5 tahun. Penelitian di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian yang lebih tinggi pada tahun 1993, yaitu 9,7%, meningginya suhu tubuh dan suhu naik dengan cepat merupakan faktor utama menyebabkan kejang demam pada bayi dan anak. (Lumbantobing. 1995) Bagi kebanyakan orangtua anak yang mengalami kejang demam merupakan pengalaman yang menakutkan, membingungkan, dan menyedihkan. Masalah buruk kejang telah banyak dipaparkan orang tua perlu mengetahui bagaimana pencegahan dan penanganan kejang demam. (Suriadi., & Yuliani, Rita. 2006)

B.

TUJUAN

Mahasiswa mampu merancang asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan termoregulasi Suriadi., & Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto Lumbantobing. 1995. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta: FKUIBAB II TINJAUAN TEORI 2.1 2.1.1 DEFINISI definisi demam demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal.

2.1.2

Kejang demam (widjaja, 2011)

Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak balita sudah tidak dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu. Naiknya suhu badan pada bayi dapat merangsang kerja saraf jaringan otak secara berlebihan, sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasikan persyaratan-persyaratan pada anggota gerak tubuh, antara lain pada lengan dan kaki. Akibatnya terjadilah kejang-kejang antara lain pada lengan dan kaki bayi.

Apabila kejang tidak segera ditangani aikibat langsung yang timbul adalah gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernafasan. Akibat lainnya adalah bayi mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak. Semakin sering anak balita mengalami kejang demam, semakin besar kemungkinannya mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak. Penundaan pertumbuhan jaringan otak ini dapat menyebabkan bayi menjadi idiot atau memiliki tingkat kecerdasan jauh di bawah rata-rata. A. PROSES PATOFISIOLOGI Ketahanan tubuh setiap bayi dalam menghadapi naiknya suhu badan tidak sama dan sangat tergantung pada vitalitasnya. Ada yang tahan dan tidak mengalami kejang-kejang pada suhu lebih dari 390 C, tetapi ada juga yang tidak tahan. Kondisi tubuh yang kurang baik memungkinkan bayi tidak mampu bertahan dengan suhu tubuh yang tinggi ( >38 0 C). (widjaja, 2011) Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus, kompleks antigen-antibodi) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag, sel PMN) yang memproduksi endogenous Phyrogen (Eps). Eps menyebabkan endotelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan neuro transmiter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan set point. Mekanisme tubuh secara fisiologi mengalami fase konstriksi perifer, mengigil dan perilaku ingin berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada set point hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoksin atau tumor. (Suriadi, 2001) B. PATHWAY Exogenous phyrogens (seperti; bakteri, virus, kompleks antigen-antibodi) Sel host inflamasi (seperti; makrofag, sel PMN) Memproduksi endogenous phyrogens (interleukin-1, interleukin-6, faktor nekrosis tumor, makrofag splenic dan cytokin phyrogenic lain) Sintesis PGE2 dalam hipotalamus Pusat termuregulator (neuron preoptik pada hipotalamus anterior) Meningkatkan thermostat, set point Perubahan fisiologi dan tingkah laku Demam

C. MANIFESTASI KLINIS 1. wajah yang membiru, lengan dan kakinya tersentak-sentak tak terkendali selama beberapa demam temperatur 38,90 C 40,60C menggigil berkeringat gelisah atau letargi nadi dan pernafasan cepat petechiae (suriadi, 2001) mata mendelik ke atas, melotot atau mengedip ( Moffat, 2005)

2.waktu. (widjaja, 2011) 3.

4.5. 6.

7.8. 9. 10.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. 2. 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik Laboratorium; pemeriksaan darah rutin, kultur urine, dan kultur darah Lumbal fungsi

E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Kesadaran umum Tanda-tanda vital Antropometri Rambut Kepala Mata Hidung Bibir dan mulut Telinga Leher Thorak Abdomen Ekstermitas

: Kompos mentis : HR 120x/menit RR 38x/menit Suhu 38,50C : BB 3800 gram TB 57 cm : Bersih, Warna hitam, tebal, tidak mudah patah : Mesosefal, ubun-ubun besar datar dan belum menutup. : Konjungtiva anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik : Keluaran secret bening, tidak ada nafas cuping hidung : Bibir tidak anemis, mukosa bibir lembab : Tidak ada tanda perdarahan : Tidak ada pembesaran kelenjar : Bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada : Perut datar, tidak ada tanda asites. : Akral hangat, tidak pucat, tidak ada edema, terpasang infuse di

tangan kiri Pemeriksaan Penunjang : Hemoglobin 12,60 gram% : Hematokrit 34,4% : Trombosit 801 ribu/mmk : Eritrosit 4,29 juta/mmk : Lekosit 10,6 ribu/mmk : Glukosa sewaktu 108 mg/dl : Natrium 129 mmol/l : Kalium 4,8 mmol/l : Chlorida 88 mmol/l : Calcium 2,62 mmol/l : Ureum 85 mg/dl : Creatinin 1,81 mg/dl Terapi Infus Meropenem Dexamethasone Ranitidin Metronidazole Phenytoin Streptomisin Diazepam Paracetamol : D51/2NS + NaCL 3% 100 cc, dosis 240 ml/24 jam : 3 x 200 mg : 3 x 2,5 mg : 2 x 10 mg : 3 x 150 mg : 2 x 25 mg : 1 x 200 mg : 5 mg (bila kejang) : 4,6 x 120 mg (jika suhu > 380C)

F. INTERVENSI KEPERAWATAN G. DAFTAR PUSTAKA Moffat, Widjaja. 2011. Mencegah dan mengatasi demam pada balita. Jakarta: Kawan pustaka