Seminar Kasus I-sos Kep Jiwa
-
Upload
destia-mardianty -
Category
Documents
-
view
200 -
download
3
Transcript of Seminar Kasus I-sos Kep Jiwa
LAPORAN SEMINAR
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PADA TN. A DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI
DI RUANG MURAI C RUMAH SAKIT JIWA SOEPRAPTO DAERAH
BENGKULU
Disusun Oleh:Adhary Evansyah, S. KepTitin Octavia, S. KepMeliza MZ, S. KepRia Yuniarti, S. KepSusrina Putri, S. Kep
Pembimbing lahan Pembimbing
akademik
ENCIK PUTRI, S.Kep,Ners ADE HERMAN
S.D.S.Kep,Ners
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAMPROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa pada TnA dengan Masalah Isolasi Sosial: Menarik Diri
di Ruang Murai C”.
Dalam penyusunan askep ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi
materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan
saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan askep ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ade Herman Surya Direja S. Kep, Ners selaku Pembimbing akademik di
keperawatan jiwa Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang telah memberikan
dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan.
2. Bapak Jajang Suryana, S Kep, Ners. Ibu Encik Putri, S. Kep, Ners. Ibu Raulina
Sinaga, S.Kep, Ners. Bapak Nehru Nugroho. S. Kep. Ners Selaku pembimbing
Klinik keperawatan jiwa yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan.
3. Staf RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu yang telah memberi kesempatan untuk
mengikuti pendidikan keperawatan jiwa hingga selesai.
4. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah memberikan masukan yang sangat
berharga dalam menyelesaikan askep ini.
Semoga amal baiknya mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Dengan segala kerendahan hati yang ada, semoga askep ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin.
Bengkulu, 25 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 4
2.1 Definisi ........................................................................................................ 4
2.2 Tanda dan Gejala ........................................................................................ 5
2.3 Faktor Predisposisi ...................................................................................... 8
2.4 Faktor Presipitasi ......................................................................................... 9
2.5 Mekanisme Koping ..................................................................................... 9
2.6 Masalah Keperawatan dan data Fokus Pengkajian ..................................... 10
2.7 Analisa data ................................................................................................. 14
2.8 Pohon masalah ............................................................................................ 16
2.9 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 16
2.10Rencana Tindakan keprawatan ................................................................... 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS .................................................... 20
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 20
3.2 Analisa Data .................................................................................................29
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................32
3.4 Catatan Perkembangan..................................................................................36
BAB IV PENUTUP .................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai
tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara
berkelanjutan, terencana dan terarah.Pembangunan kesehatan merupakan bagian
integral dan terpenting dalam pembangunan nasional.Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang yang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karekteristik yang bersifat
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
1
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan professional didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptive yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien,
individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk
melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku
(rigid).Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru.Ia
berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan
menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
2
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu
sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari
keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan.
Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga disebabkan oleh
perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu
alkohol dan penganiayaan anak.Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi).
Dari semua itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dan
pengetahuan tentang bagaimana keperawatan jiwa yang sebenarnya agar dalam
pelaksanaan keperawatan tidak dapat kesulitan yang besar dalam melaksanakan
tugasnya dan perawat juga harus memahami asuhan keerawatan kepada klien, dari
uraian di atas maka penulis tertarik untuk untuk membuat makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan jiwa pada klien Tn. A dengan Isolasi social: Menarik Diri di
Ruang murai C Rumah Sakit Jiwa SoepraptoDaerah Bengkulu.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan praktek di RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu
diharapkan Mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Tri Mandiri Sakti
Bengkulu mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan
3
pada TnA dengan isolasi social: menarik diri, di ruang Murai C RSJ
Soeprapto DaerahBengkulu
1.2.2 Tujuan khusus
a. Memahami konsep dasar teori isolasi social: menarik diri
b. Mampu melksanakan pengkajian pada klien dengan menarik diri
c. Mampu merumuskan dignosa keperawatan pada klien dengan
menarik diri.
d. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan pada klien
dengan menarik diri.
e. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan yang telah
disusun pada klien dengan menarik diri
f. Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan pada
klien dengan menarik diri
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. DEFINISI
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Towsend,1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau
kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan
orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes,
1998).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak
mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri
5
sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri,
dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan
berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi
diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik
diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan
sosial dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998).
IsolasiSosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu
dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu
keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam
ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak
mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan
perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri,
pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan
penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan
yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak.
(Mary C. Townsend, 1998).
2.2 TANDA DAN GEJALA
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :
1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
6
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari
orang lain.
3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa
data subjektif adalah menjawab dengan singkat kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak
tahu” (Khaidir Muhaj, 2009).
7
Rentang Respon
Respon Adaptif Respon maladaptif
Solitut
Otonomi
Kebersamaan
Saling ketergantungan
Kesepian
Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi
Impulsif
Narkisisme
Sumber : Gail W. Stuart, 2006
Menurut Gail W. Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia makhluk
sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif.Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan
saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap
dipertahankan.Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan.Gail W. Stuart (2006) menyatakan tentang respon rentang sosial
individu berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum
berlaku,respon ini meliputi:
8
1) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi
diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Kebebasan (Otonom)
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Berkerja sama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling member dan menerima
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
1) Kesepian (Aloness)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan
dari lingkungan.
2) Manipulasi (Manipulation)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang
lain.
9
3) Ketergantungan (Dependence)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak
memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
c. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang
dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.
1) Kesepian (Loneliness)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk
mencari ketenangan waktu sementara.
2) Pemerasan (Exploitation)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan
pribadi.
3) Menarik Diri (Withdrawl)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam
membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu
sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan
lingkungannya.
10
4) Curiga (Paranoid)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan
rasa percaya pada orang lain.
2.3 FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan
meresa tertekan (Khaidir Muhaj, 2009).
Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena
beberapa Faktor :
a. Faktor tumbang
Faktor tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikan
komunikasi dalam keluarga: komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan
dimana seorang anggota keluarga menerimapesan yang saling bertentangan
dalam waktu yang bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
11
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial/ mengasingkan diri dari lingkungan sosial. Disebabkan
norma-norma yang salah dianut keluarga, seperti: anggota keluarga tidak
produktif (lansia, berpenyakit kronis).
c. Faktor biologis
Penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya gangguan
dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang abnormal
(atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah
kortikal) {bee_robby, 2011}.
2.4 FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya
stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien
berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen,
1995).
Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena
beberapa faktor :
a. Faktor eksternal: Faktor presipitasi stressor social budaya: stres yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya (keluarga).
12
b. Faktor Internal: stresor psikologik: stres terjadi akibat ansietas
berkepanjangan disertai keterbatasan kemampuan mengatasinya{bee_robby,
2011}.
2.5 MEKANISMEKOPING
Menurut Tim keperawatan Jiwa FIK-UI (2002), klien menarik diri
cenderung menggunakan mekanisme koping: Regresi, represi dan isolasi.
a. Regresi :
Menghindari stress kecemasan dan menampilkan perilaku kembali setelah
kembali pada perkembangan
b. Represi :
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau
ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.
c. Proyeksi :
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri.
2.6 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN
2.6.1 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari
pengkajian adalah sebagai berikut :
13
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Resiko perubahan sensori persepsi
Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada
orang lain.
Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
Intoleransi aktifitas.
Kekerasan resiko tinggi(Khaidir Muhaj, 2009).
2.6.2 Data Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien.Data yang dikumpulkan
meliputi, data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Stuart dan
Sundeen, 1998).
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Budi Ana Keliat, 1999).
Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, dan dari penanggung jawab.
14
2. Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien,
apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Keluhan
biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar,menolak interaksi dengan
orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
3. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan orang tua
yang tidak realistis,kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya
harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara
tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal : trauma dan ketegangan peran.
(transisi peran : perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
5. Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas
sehari-hari, pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh
bila ada keluhan.
15
6. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
Konsep diri :
- Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
- Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
- Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga, Berubah atau
berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.
- Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
- Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya.
Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat
16
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata,
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam hidup.
8. Kebutuhan persiapan pulang
Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian
Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
9. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping
menarik diri).
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
17
11. Pengetahuan
Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bias berupa ECT, terapi lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual,
terapi okupasi, dan terapi lingkungan, TAK, serta rehabilitasi (Khaidir
Muhaj, 2009).
2.7 ANALISA DATA
Data yang diambil adalah data objektif dan data subjektif.
Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan.
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain / perawat.
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
18
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
Posisi janin pada saat tidur.
Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga. Klien mengatakan: Sukar didapati jika klien menolak
berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan
singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboratif.
Data objektif dan data subjektif yang mungkin muncul pada klien
penderita Menarik diri adalah:
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakantidak
selevel dengan orang lain
Pasien mengatakan malas
berinteraksi
Pasien mengatakanorang lain
tidak ada yang mau menerima
Klien tampak tidak mau bercakap-
cakap/berinteraksi dengan orang
lain
Klien tampak menyendiri
Klien tampak tidak mau di ganggu
oleh orang lain
19
dirinya Klien tampak banyak tidur siang.
Klien tampak kurang bergairah.
Klien tampak tidak
memperdulikan lingkungan.
Berbicara pelan
Sering menunduk
2.8 POHON MASALAH
Resikoperilaku kekerasan
Gangguan persepsi sensori halusinasi
Isolasi social : menarik diri
Gangguan konsep diri : HDR
Koping individu inefektif
2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Resiko perubahan sensori persepsi.
4. Koping individu inefektif
5. Resiko perilaku Kekerasan.
20
2.10 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSARENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Isolasi Sosial :
Menarik Diri
Pasien mampu :
Menyebutkan, menyadari
penyebab isolasi sosial:
menarik diri,
Membina hubungan saling
percaya keuntungan dan
kerugian berinteraksi dgn org
lain
Setelah … kali pertemuan, pasien
mampu :
Menyebutkan, menyadari
penyebab isolasi sosial: menarik
diri,
Membina hubungan saling
percaya keuntungan dan
kerugian berinteraksi dgn org
lain
SP 1
Tanyakan keuntungan dan kerugian
Identifikasi penyebab
- Siapa yang satu rumah dengn pasien
- Siapa yang paling deat dengan pasien
- Siapa yang tidak deat dengan pasien
Tanyakan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
- Tanyakan pendapat pasien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
- Tanyakan apa yang menyebabkan
21
pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
- Diskusiakan keuntungan bila pasien
mempunyai bayak teman dn bergaul
akrab dengan mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan oang lain
- Jelaskan pengaruh isolai social
terhadap kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan
- Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
- Berikan contoh berkenalan dengan
22
orang lain.
- Beri kesempatan klien cara
mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan
dihadapan perawat.
- Mulailah bantu pasien berinteraksi
dengan satu orang perawat
- Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
2,3,4 orang dst.
- Beri pujian untuk setiap
kemajuaniteraksi yang telah dilakukan
oleh pasien.
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan
23
Keluarga mampu merawat pasien
dengan Menarik diri di rumah.
orang lain, mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau
menerus agar pasien tetap
semangatmeningkatkan interaksinya.
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Latih berhubungan social secara bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP
2)
Latih cara berkenalan dengan dua orang
atau lebih
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
24
Setelah … kali pertemuan,
keluarga mampu menjelaskan
tentang Masalah isolasi sosial
Masalah isolasi social dan
dampaknya pada paisen
Penyebab isolasi social
Sikap keluarga untuk membantu
pasien mengatasi isolasi
sosialnya
Pengobtan yang berkelanjutan
dan mencegah putus obat.
Tempat rujukan dan fasilitas
kesehatan bagi pasien
SP 1
Identifikasi masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien
Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial :
menarik diri
Cara merawat pasien isolasi sosial
Latih simulasi
Susun RTL keluarga/jadwal keluarga
untuk merawat pasien
SP 2
Evaluasi kemampuan SP 1
Latih keluarga langsung ke pasien
Menyusun RTL keluarga/ jadwal
kegiatan untuk merawat pasien
SP 3
25
Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1 dan
SP 2)
Latih langsung kepasien
RTL keluarga
SP 4
Evaluasi kemampun keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow up
- rujukan
26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Ruang Perawatan : Murai C RSJSD Provinsi Bengkulu
Tanggal dirawat :09 Agustus 2011
I. Identitas Klien
1. Nama klien : Tn. A
2. Umur : 29 Tahun
3. Alamat : Perumnas Kandang Mas Mulya, Kota
Bengkuu
4. Tanggal pengkajian : 14 dan 15 November 2011
5. No rekam medik : 007097
II. Alasan Masuk
Klien diantar ke RSJ oleh Pihak keluarga pada tanggal 09 Agustus
2011 dengan alasan masuk, klien sering keluyuran,menyendiri, tidak mau di
ganggu orang lain,dan mengatakan bahwa ia tidak diterima dilingkungannya
karena lingkungannya masih menganggapnya gila. Berdasarkan data dari
perawat dan teman sekamarnya mereka mengatakan Tn. A sering berdiam diri
dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. Klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu (pada tahun 2004),namun pengobatannya kurang
berhasil karena pasien jarang minum obat ketika sudah berada dirumah.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 dan 15 november
2011 Tn.A mengatakan dia di bawa ke RSJ ini karena sering
keluyuran,menyendiri, tidak mau bicara dengan orang lain,dan tidak mau
minum obat karena merasa sudah sembuh. Pada saat diwawancara Klien
mengatakan tidak mempunyai teman di Murai C, klien mengatakan merasa
bosan dan mau pulang, klien mengatakan sering menyendiri di kamar
daripada kumpul- kumpul dengan teman- teman, dan klien mengatakan dia
tidak mengalami sakit atau keluhan fisik lainnya. Dan saat di observasi oleh
perawat klien terlihat sering berdiam diri dan tidak mau bergaul dengan
teman- teman yang lainnya. Dan pada saat di ajak berbicara Tn.A banyak
diam dan tidak ada respon. Klien juga tidak kooperatif, apatis dan afek
tumpul.
Mk :
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Resiko perilaku kekerasan
III. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya namun
pengobatannya kurang berhasil karena pasien jarang minum obat ketika sudah
berada dirumah dengan alasan bosan. Klien mengatakan dia pernah pergi ke
Jakarta untuk mencari pekerjaan, karena ia sangat ingin bekerja di kantoran,
memakai seragam namun hal tersebut tidak tercapai, kemudian klien pulang
kembali ke Bengkulu. Klien mengatakan pengalaman yang tidak
menyenangkan yang pernah dialaminya adalah dia sering di ejek oleh teman-
temannya karena tidak punya pekerjaan.Sehingga dia malu untuk berinteraksi
dengan orang lain dan lebih senang menyendiri,dan menyatakan ia tidak
sebanding dengan orang lain
Mk: Koping Individu tidak efektif
Isolasi Sosial: Menarik Diri
Gangguan Konsep Diri : HDR
IV. Faktor presipitasi
Faktor eksternal : klien mengalami stres karena paradigma masyarakat
yang menganggap penyakit jiwa itu susah akan sembuh
Faktor internal : klien mengalami stres karena merasa cemas dan khawatir
yang berkepanjangan akan dirinya yang sulit di terima di lingkungannya
V. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pengkajian tingkat kesadaran klien composmentis, klien tidak
mengalami gangguan kesadaran
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Pernafasan : 24 x/ menit
TB: 162 cm
BB:56 Kg
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakannya, dan
tidak terdapat luka di tubuh klien.
MK: tidak ada masalah
VI. Psikososial
1. Genogram
Laki- laki :
Perempuan :
Meninggal :
Klien :
Garis keturunan :
Tinggal serumah : -----------------------------
Klien mengatakan kalau dirinya adalah anak ke sepuluh dari 12
bersaudara.Klien berusia 29tahun.Klien mengatakan kalau dirinya di rumah
dengan kakak perempuan dan iparnya.Klien mengatakan jika ada masalah
jarang menceritakan kepada orang lain termasuk kepada keluarganya.
MK : kerusakan komunikasi verbal
299
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Tn A mengatakan ia senang dengan bentuk tubuhnya dan tidak ada
bagian yang tidak disukainya.
b. Identitas :
Klien masih mengetahui namanya, ia seorang laki- laki dan ia
menamatkan sekolah sampai STM. Klien mengatakan bahwadirinya
belum mempunyaipekerjaan.
c. Peran :
Klien mengatakan ia belum mempunyai pekerjaan, sehingga ia belum
mempunyai peran yang jelas dan sering di ejek oleh teman-temannya
karena tidak mempunyai pekerjaan. Klien juga kurang bisa bergaul
dengan lingkungannya.
d. Ideal diri :
Klien sangat berharap dia bisa sembuh dan keluar dari sini sehingga ia
bisa berkumpul bersama keluarga lagi. Klien juga sangat mendambakan
ia mendapatkan suatu pekerjaan yang mempunyai baju seragam dan
memulai kehidupan barunya ditempat yang baru juga, karena ia merasa
tempat lamanya tidak bisa menerimanya lagi.
e. Harga diri :
Klien merasa dirinya kurang diterima dilingkungannya karena ia sering
dikucilkan, dan di ejek oleh teman-temannya karena klien tersebut tidak
mempunyai pekerjaan. hal ini yang menyebabkan klien menjadi pendiam
dan suka menyendiri.
MK: Gangguan konsep diri : HDR dan ISOS : Menarik Diri
3. Hubungan Sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan orang terdekat dalam dirinya adalah orangtuanya tapi
dia mengatakan kalau ada masalah jarang bercerita dengan orang tuanya
karena dia tidak mau menambah beban fikiran orang tuanya.
b. Peran serta dalam kelompok masyarakat
Klien mengatakan dirinya kurang mengikuti organisasi di dalam
masyarakat dia lebih senang menyendiri daripada kumpul-kumpul dengan
orang- orang, karena orang-orang di lingkungannya sering mengejek
klien yang tidak mempunyai pekerjaan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien kurang bisa bergaul karena dia merasa dirinya tidak bisa diterima
oleh lingkungannya. Karena lingkungannya masih menganggap dia gila,
dan selain itu karena dia tidak mempunyai pekerjaan, sehingga ia menjadi
pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.
MK: Isolasi Sosial: menarik Diri
4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama islam
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan ia jarang melaksanakan sholat karena ia malas untuk
sholat. Kalau tidak di suruh ia tidak akan melaksanakan sholat.
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah
dialaminya adalah dia sering di ejek oleh teman- temannya karena tidak
punya pekerjaan.Sehingga dia malu untuk berinteraksi dengan orang lain
dan lebih senang menyendiri.
MK: koping individu inefektif
VII.Status Mental
1. Penampilan
Pada saat observasi dan wawancara klien tampak rapi, penggunaan
pakaian sesuai dan klien secara mandiri mengganti dan mencuci
pakaiannya, rambut klien terlihat rapi, kuku klien tampak bersih.
MK: tidak di temukan
2. Pembicaraan
Klien terlihat lebih banyak diam dan klien tidak mampu memulai
pembicaraan terhadap orang lain.Klien tidak memiliki teman dekat
didalam ruangan, klien tampak menutup dirinya ketika diajak
berkomunikasi, klien tampak sesekali menunduk ketika berinteraksi.
MK: isolasi social:menarik diri
3. Aktivitas motorik
Klien telihat lesu tidak ada gairah hidupnya, tampak gelisah dan tegang,
dan wajahnya tampak muram dan kusut. Klien terlihat jarang berkumpul
dengan teman-temannya karena klien merasa tidak sebanding dengan
teman-temannya dan tidak mempunyai pekerjaan sehingga ia lebih suka
menyendiri.
MK: isolasi sosial: menarik diri dan resiko PK
4. Alam perasaan
Klien mengatakan dia sedang sedih, karena dia khawatir dengan
keadaannya, seandainya ia keluar dari RSJ lingkungan/masyarakat sekitar
masih belum bisa menerima keadaannya.
MK: HDR
5. Afek
Afek klien Tumpul klien hanya beraksi jika ada stimulus yang kuat
Contohnya jika diajak berbicara dia lebih banyak diam walaupun kadang
sudah diajak bercanda klien masih diam saja.
MK: gangguan komunikasi verbal
6. Interaksi selama wawancara
Pada saat observasi dan wawancara klien tampak tidak kooperatif dan
sangat sulit untuk memulai pembicaraan, Klien terkadang menatap lawan
bicaranya dengan tatapan mata yang tajam, Klien lebih banyak diam saat
diajak bicara.
MK: isolasi social: menarik diri dan resiko perilaku kekerasan
7. Persepsi
Klien tidak ada gangguan dengan sensori persepsinya.
8. Proses fikir
Pada saat wawancara dan observasi klien tampak mengalami blocking
yaitu pembicaan yang terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian dilanjutkan kembali.
MK: gangguan komunikasi verbal
9. Isi ikir
Klien terus kepikiran tentang keadaannya kalau ia sudah keluar nanti,
apakah masyarakat sekitar sudah bisa menerimanya apa tidak.
MK: gangguan konsep diri: harga diri rendah
10. Tingkat kesadaran
Pada saat observasi dan wawancara klien tampak bingung , tapi pada saat
ditanya waktu dan tempat klien mampu menjawab dengan benar.
Mk: tidak ada masalah
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat, dibuktikan dengan klien
dapat mengingat siapa dirinya dan kejadian yang baru saja terjadi seperti
dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukannya kemarin.
MK: tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung secara sederhana seperti 1 sampai 10 dan hitungan
mundur dan mampu melakukan penambahan dan pengurangan angka-
angka.
MK: tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu memutuskan suatu pilihan yang benar seperti makan dahulu
sebelum mandi atau mandi dahulu sebelum makan.
MK: tidak ada masalah
14. Daya tilik diri
Pada saat wawancara klien mengakui bahwa ia sekarang sedang terganggu
jiwanya, hal inilah yang membuat klien mau berobat di RSJ ini dengan
harapan sembuh.
VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Klien makan 3 x dalam sehari, klien mampu menghabiskan porsi makan
yang telah di sediakan
2. Defekasi/ berkemih
Klien mengatakan kalau ingin BAB atau BAK dia pergi ke kamar mandi
dan setelah membuang air atau BAB dia selalu menyiram WC. Klien
mengatakan tetap menggunakan pakaian pada saat ke kamar mandi dan
merapikan pakaiannya saat dari kamar mandi.
3. Mandi
Klien mengatakan dia mandi 2x sehari dan mandi menggunakan sabun
serta membilasnya dengan air selain itu klien menyikat gigi 2 x sehari.
4. Berpakaian/ berhias
Klien mengatakan mengganti pakaiannya setiap hari dan klien dapat
mengganti pakaiannya sendiri.
Mk: tidak ada masalah
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan selalu tidur siang. Sedangkan kalau tidur malam Tn.A
pada pukul 21.00- 06.00 Wib
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan obat yang diminumnya 3 jenis yaitu CPZ,
Haloperidol,Triheksepenidyl.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan mengetahui tempat pelayanan kesehatan yang akan
digunakan jika dirinya ingin berobat dan klien mengatakanmempuyai
keluarga yang dapat membantu dirinya.
8. Aktifitas di dalam ruangan
Klien mampu menjaga kebersihan ruangan, menyapu, membersihkan
lantai, merapikan tempat tidur.
9. Aktifitas di luar ruangan
Klien mampu melakukan kebersihan lingkungan, seperti menyapu
halaman, senam pagi.
IX. MEKANISME KOPING
Perilaku maladaptif : Klien bereaksi terhadap stimulus dengan lambat,
Klien mengatakan tidak mau menceritakan masalahnya kepada orang lain,
kalau ada masalah biasanya di pendam sendiri.
Mk: Koping individu tidak efektif
X. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak memiliki permasalahan dengan keluarganya,
tapi klien memiliki masalah dengan teman-temannya dia sering di ejek
oleh teman- temannya karena tidak punya pekerjaan.Sehingga dia malu
untuk berinteraksi dengan orang lain dan lebih senang menyendiri .
Mk: Isolasi Sosial: Menarik diri
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
2. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan dirinya sudah tamat STM, tetapi klien terlalu
menginginkan pekerjaan yang elit seperti kerja di kantor dan memakai
seragam.
3. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan ia tidak mempunyai pekerjaan
4. Masalah perumahan
Klien mengatakan tinggal bersama kelurganya yaitu kakaknya.
5. Masalah ekonomi
Klien mengatakan ekonomi dalam keluarga cukup tapi karena klien
belum bekerja jadi klien merasa minderdikelurga dan lingkungannya.
6. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan mengetahui kemana saja ia harus berobat, seperti di
rumah sakit atau puskesmas.
XI. Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mempunyai kekurangan dalam pergaulan, karena ia malas
berinteraksi dengan orang sekitarnya.
MK: kerusakan komunikasi verbal
XII.ASPEK MEDIK
a. Diagnosa medik : Skizofrenia 20.5 (skizofrenia Residual)
b. Terapi medik diberikan :
CPZ 2x100 mg,
Haloperidol 2x1,5 mg,
Triheksepenidyl 3x2 mg
XIII. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diriCore poblem
Resiko perilaku kekerasan
kerusakan
komunikasi
verbal
Gangguan konsep diri : Harga Diri rendah
Koping individu Inefektif
XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Koping individu inefektif
4. Kerusakan komunikasi verbal.
5. Resiko perilaku kekerasan
3.2 ANALISA DATA
No Data Masalah
1 Ds:
Klien mengatakan malas untuk
berbicara sama teman.
Klien mengatakan lingkungannya
tidak mau menerima dirinya
Isolasi Sosial Menarik Diri
Klien mengatakan daripada
ngobrol lebih baik tidur.
Klien mengatakan dirinya tidak
selevel dengan orang lain.
DO:
Klien tampaktidak
mauberinteraksi dengan orang
lain.
Klien tampak menyendiri
Klien tampak tidak memiliki
teman dekat didalam ruangan,
Klien lebih banyak diam saat di
ajak bicara
Klien tampak tidak kooperatif
dan sangat sulit untuk memulai
pembicaraan
Saat diajak berbicara klien sering
menunduk
2 DS:
Klien mengatakan dirinya merasa
minder karena dia tidak memiliki
pekerjaan dan tidak bisa
mendapatkan pekerjaan di kantor
Klien mengatakan dia malu untuk
berinteraksi dengan orang lain
Gangguan konsep diri: Harga Diri
Rendah
dan lebih senang menyendiri
Klien mengatakan dia merasa
minder karena tidak sebanding
dengan orang lain
Klien mengatakan lingkungannya
tidak mau menerima dirinya
DO:
Klien terlihat sering berdiam
diri dan tidak mau bergaul
dengan teman- teman yang
lainnya.
Dan pada saat di ajak
berbicara Tn.A banyak diam
dan sering menunduk.
Klien juga tidak kooperatif,
apatis
afek tumpul.
3 Ds:
klien mengatakan kesal karena
orang lain tak pernah mau
mengerti tentang keadaannya
klien mengatakan malas bercerita
dengan orang lain tentang
masalahnya
Gangguan Komunikasi verbal
Do:
Pada saat wawancara dan
observasi klien tampak
mengalami blocking
Banyak diam saat diajak
berbicara
Komunikasi klien tampak
sirkumtansial
4 DS:
Klien mengatakan tidak mau
menceritakan masalahnya kepada
orang lain, kalau ada masalah
biasanya di pendam sendiri.
Klien mengatakan kalau ada
masalah berusaha
menyelesaikannya sendiri
DO:
Klien tampak diam
Klien tampak menyendiri
Koping individu tidak efektif
5 DS:
Klien mengatakan tidak mau
diganggu oleh orang lain
Tn.A mengatakan lagi ingin
Resiko perilaku kekerasan
sendiri
DO:
Pandangan mata klien terkadang
tajam
Klien tampak gelisah dan tegang
saat berinteraksi
Sering menjauh dari orang lain
3.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSARENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Isolasi Sosial :
Menarik Diri
Pasien mampu :
Menyebutkan,
menyadari penyebab
isolasi sosial: menarik
diri,
Membina hubungan
saling percaya
keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dgn org lain
Setelah … kali pertemuan,
pasien mampu :
Menyebutkan, menyadari
penyebab isolasi sosial:
menarik diri,
Membina hubungan saling
percaya keuntungan dan
kerugian berinteraksi dgn
org lain
SP 1
Tanyakan keuntungan dan kerugian
Identifikasi penyebab
- Siapa yang satu rumah dengn pasien
- Siapa yang paling deat dengan pasien
- Siapa yang tidak deat dengan pasien
Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
- Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang lain
- Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak
ingin berinteraksi dengan orang lain.
- Diskusiakan keuntungan bila pasien mempunyai
bayak teman dn bergaul akrab dengan mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan oang
lain
- Jelaskan pengaruh isolai social terhadap
kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan
- Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan
orang lain
- Berikan contoh berkenalan dengan orang lain.
- Beri kesempatan klien cara mempraktekkan cara
berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan
dihadapan perawat.
- Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu
orang perawat
- Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi 2,3,4 orang dst.
- Beri pujian untuk setiap kemajuaniteraksi yang
telah dilakukan oleh pasien.
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
menerus agar pasien tetap semangatmeningkatkan
interaksinya.
Keluarga mampu merawat
pasien dengan Menarik
diri di rumah.
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Latih berhubungan social secara bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah … kali pertemuan,
keluarga mampu menjelaskan
SP 1
Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat
tentang Masalah isolasi sosial
Masalah isolasi social dan
dampaknya pada paisen
Penyebab isolasi social
Sikap keluarga untuk
membantu pasien
mengatasi isolasi sosialnya
Pengobtan yang
berkelanjutan dan
mencegah putus obat.
Tempat rujukan dan
pasien
Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri
Cara merawat pasien isolasi social
Latih simulasi
Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 2
Evaluasi kemampuan SP 1
Latih keluarga langsung ke pasien
Menyusun RTL keluarga/ jadwal kegiatan untuk
merawat pasien
fasilitas kesehatan bagi
pasien
SP 3
Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1 dan SP 2)
Latih langsung kepasien
RTL keluarga
SP 4
Evaluasi kemampun keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow up
- rujukan
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJSD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Rabu, 16
november 2011
Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib
1. Membina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam dan menanyakan
kepada klien masih ingat atau tidak
nama perawat
- Tersenyum dan mempertahan kontak
mata
Subjektif
- Klien mengatakan: ’Saya dirumah
tinggal bersama kakak perempuan
dan ipar saya?”
- Klien mengatakan: ’’saya 12
bersaudara, saya anak ke 10“
- Klien mengatakan: ’saya tidak
- Duduk dengan jarak ± 1 m dari klien
sehingga klien tidak merasa terancam
- Membuat kontrak waktu dan
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
mengawali pembicaraan.
- Bicara dengan nada yang lembut dan
jelas
- Memperlihatkan sikap menerima
terhadap klien
2. Mengidentifikasi penyebab menarik diri
- Menanyakan kepada klien siapa yang 1
rumah dengan klien
- Menanyakan kepada klien tentang
punya teman untuk tempat bercerita,
saya belum menikah“
- Klien mengatakan: ’saya tertekan,
sepi, saya tidak betah disini. Saya
mau pulang!
- Klien mengatakan: ’saya tidak
banyak teman di dalam Murai C
ini“.
- Klien mengatakan: ’keuntungan
punya teman adalah rame, asyik,
ada teman curhat, ada teman di ajak
bercanda. Kalau kerugiannya
kesepian, tidak ada tempat minta
keluarganya
- Menanyakan siapa yang paling dekat
dengan klien
- Menanyakan siapa yang tidak dekat
dengan klien
3. Menanyakan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
- Menanyakan pendapat klien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
- Menanyakan penyebab klien tidak mau
berinteraksi dengan orang lain
diskusikan dengan klien keuntungan
bila memiliki banyak teman dan
tolong, tidak bisa cerita“.
- Klien mengatakan „saya malu
berinteraksi dengan orang lain
karena saya merasa minder,tidak
selevel dengan orang lain“
- Klien mengatakan „saya mau
belajar berinteraksi dengan orang
lain“
Objektif
- Klien tampak menjawab salam
perawat
- Klien tampak mengingat nama
bergaul akrab dengan mereka
- Diskusikan bila klien hanya mengurung
diri dan tidak bergaul dengan orang lain
- Menjelaskan pengaruh isolasi social
terhadap kesehatan klien
4. Melatih berkenalan
- Menjelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain
- Memberikan kesempatan kepada klien
mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan
perawat
- Klien tampak tidak mau bercakap-
cakap dengan orang lain
- Klien sulit untuk melakukan kontak
mata dengan perawat.
- Klien tampak Sering melamun
- Klien kurang kooperatif
- Klien tampak menyendiri di tempat
tidur
Analisa
- Klien mampu mengidentifikasi
penyebab menarik diri dan mampu
menyebutkan keuntungan dan
dihadapan perawat
- Perawat mulai membantu klien
berinteraksi dengan 1 orang teman
yang ada di ruangannya
- Menambahkan jumlah orang yang akan
berinteraksi (2-4 orang) bila pasien
menunjukkan kemajuan.
- Memberikan pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang dilakukan
pasien
- Mendengarkan ekspresi perasaan klien
setelah berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan dorongan secara terus
menerus kepada klien agar klien tetap
kerugian berinteraksi.
Planing
Intervensi dipertahankan (SP 1)
semangat melakukan interaksi
5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Kamis ,
17 november
2011
Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib
1. Membina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam dan menanyakan
kepada klien masih ingat atau tidak
nama perawat
- Tersenyum dan mempertahan kontak
mata
- Duduk dengan jarak ± 1 m dari klien
sehingga klien tidak merasa terancam
- Membuat kontrak waktu dan
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
Subjektif
- Klien mengatakan ‘’sebenarnya
saya ingin punya teman akrab,tapi
saya tidak tau caranya’’
- Klien mengatakan ‘’senang karena
sudah di ajarkan cara berkenalan’’
- Klien memperagakan cara
berkenalan: nama saya A, senang di
panggil A, saya berasal dari
Bengkulu. Hobby saya main basket.
Nama kamu siapa? Senang di
mengawali pembicaraan.
- Bicara dengan nada yang lembut dan
jelas
- Memperlihatkan sikap menerima
terhadap klien
2. Melatih berkenalan
- Menjelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain
- Memberikan kesempatan kepada klien
mempraktekkan cara berinteraksi
- Perawat mulai membantu klien
berinteraksi dengan 1 orang teman yang
panggil apa? asalnya darimana di
panggil apa? Hobby apa?
- Setelah berbincang-bincang dengan
perawat, klien mengatakan: ’saya
senang, lebih enak“.
Objektif
- Klien tampak lebih tenang
- Klien tampak memperagakan cara
berkenalan
- Klien sudah mulai ada melakukan
kontak mata dengan perawat.
- Klien tampak Sering melamun
ada di ruangannya
- Menambahkan jumlah orang yang
akanberinteraksi (2-4 orang) bila pasien
menunjukkan kemajuan.
- Memberikan pujian untuk setiap
kemajuanpx
- Mendengarkan ekspresi perasaan klien
setelah berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan dorongan kepada klien
agar klien tetap semangat melakukan
interaksi
3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien.
- Klien mulai kooperatif
Analisa
- Klien mampu memperagakan cara
berkenalan
Planing
Intervensi dipertahankan (SP 1)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Jumat ,
18 november
2011
Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib
- Membina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam dan menanyakan
kepada klien masih ingat atau tidak
nama perawat
- Tersenyum dan mempertahan kontak
mata
- Duduk dengan jarak ± 75 cm dari klien
sehingga klien tidak merasa terancam
- Membuat kontrak waktu dan
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
mengawali pembicaraan.
- Bicara dengan nada yang lembut dan
Subjektif
- Klien mengatakan „saya mau
berkenalan dengan orang lain“
- Klien mengatakan’’ tapi saya masih
merasa takut,kaku untuk berbicara
dengan orang lain’’
- Klien memperagakan cara
berkenalan: nama saya A, senang di
panggil A, saya berasal dari
Bengkulu. Hobby saya main basket.
Nama kamu siapa? Senang di
panggil apa? asalnya darimana di
jelas
- Memperlihatkan sikap menerima
terhadap klien
4. Melatih berkenalan
- Menjelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain
- Memberikan kesempatan kepada klien
mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan
dihadapan perawat
- Perawat mulai membantu klien
berinteraksi dengan 1 orang teman yang
panggil apa? Hobby apa?
- Setelah berbincang-bincang dengan
perawat, klien mengatakan: ’saya
senang, dan saya akan mulai
berkenalan dengan teman sekamar
saya“.
Objektif
- Klien tampak lebih tenang
- Klien tampak mulai mau bercakap-
cakap dengan orang lain
- Klien sudah mulai ada melakukan
kontak mata dengan perawat.
ada di ruangannya
- Menambahkan jumlah orang yang akan
berinteraksi (2-4 orang) bila pasien
menunjukkan kemajuan.
- Memberikan pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang dilakukan
pasien
- Mendengarkan ekspresi perasaan klien
setelah berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan dorongan secara terus
menerus kepada klien agar klien tetap
semangat melakukan interaksi
5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan
- Klien mulai kooperatif
Analisa
- Klien sudah mau memulai
perkenalan dengan orang lain
Planing
Intervensi dipertahankan (SP 1)
pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Sabtu, Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib Subjektif
19 november
2011
- Membina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam dan menanyakan
kepada klien masih ingat atau tidak nama
perawat
- Tersenyum dan mempertahan kontak
mata
- Duduk dengan jarak ± 75 cm dari klien
sehingga klien tidak merasa terancam
- Membuat kontrak waktu dan
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
mengawali pembicaraan.
- Bicara dengan nada yang lembut dan
jelas
- Memperlihatkan sikap menerima
- Klien mengatakan „saya sudah
berkenalan dengan Tn.E dan
berhasil“
- Klien mengatakan sangat senang
karena sudah berhasil berkenalan
dan Tn.E mau berteman dengan
nya
Objektif
- Klien tampak senang karena
mampu berkenalan dan punya
teman
- Klien tampak mulai mau bercakap-
terhadap klien
6. Melatih berkenalan
- Menjelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain
- Memberikan kesempatan kepada klien
mempraktekkan cara berinteraksi
- Perawat mulai membantu klien
berinteraksi dengan 1 orang teman yang
ada di ruangannya
- Menambahkan jumlah orang yang
akanberinteraksi (2-4 orang) bila pasien
cakap dengan orang lain
Analisa
- Klien sudah mampu berkenalan
Planing
Intervensi dilanjutkan (SP 2)
menunjukkan kemajuan.
- Memberikan pujian untuk setiap
kemajuan
- Mendengarkan ekspresi perasaan klien
setelah berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan dorongan secara terus
menerus kepada klien agar klien tetap
semangat melakukan interaksi
7. Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Senin,21
november 2011
Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib Subjektif
- Klien mengatakan „Kemarin saya
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SPI)
- Menanyakan kembali apakah pasien
masih ingat nama perawat
- Menanyakan kepada klien tentang
kegiatan yang lalu
- Memberikan reinforcement positif
2. Melatih hubungan social secara bertahap
- Mengkaji kemampuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain
- Bermain peran tentang cara berinteraksi
untuk berinteraksi dengan orang lain
- Mendorong dan membantu klien untuk
berinteraksi dengan orang lain melalui
tahap:
sudah berkenalan dengan Tn. E
dan Tn. M"
- Klien mengatakan: ’Boleh kenalan
pak? Nama saya A, biasa di
panggil A, asal saya dari
Bengkulu, hobby saya main
basket. Nama kamu siapa,
darimana?
- Klien mengatakan: ’berapa orang
saudara kamu? Kalau saya 12“‘
- Klien mengatakan: ’’saya sudah
senang di ajak ngobrol“
- Klien mengatakan: ’saya baru
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
Klien-keluarga/kelompok keluarga
- Beri penguatan positif terhadap
keberhasilan yang telah di capai
- Membantu klien mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan social
- Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien.
kenal 2 orang di di ruangan ini“
Objektif
- Klien tampak tenang
- Klien tampak sudah mulai mau
bercakap-cakap dengan orang lain
- Klien tampak sudah mau
berkumpul dengan teman-
temannya
Analisa
- Klien sudah bisa mempraktekkan
cara berkenalan
Planing
Intervensi dipertahankan (SP 2)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Selasa, 22 Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib Subjektif
november 2011 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 )
- Menanyakan kembali apakah pasien
masih ingat nama perawat
- Menanyakan kepada klien tentang
kegiatan yang lalu
- Memberikan reinforcement positif
2. Melatih hubungan social secara bertahap
- Mengkaji kemampuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain
- Bermain peran tentang cara berinteraksi
untuk berinteraksi dengan orang lain
- Mendorong klien berinteraksi melalui
tahap:
- Klien mengatakan mau
meningkatkan hubungan
pertemanannya supaya lebih akrab
- Klien mengatakan mau belajar
untuk membina hubungan sosial
dengan sesama teman
- Klien mengatakan nanti mau
memperagakan sama temannya
Objektif
- Klien tampak mampu
memperagakan cara berhubungan
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Beri penguatan positif terhadap
keberhasilan yang telah di capai
- Membantu klien mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan social
- Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
sosial dengan orang lain
- Klien tampak tenang
Analisa
- Klien mampu mempraktekan cara
berhubungan sosial di depan
perawat dan mau mempraktekkan
sama temannya
Planing
Intervensi dipertahankan (SP 2)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Rabu, 23
november 2011
Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib
3. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 )
- Menanyakan kembali apakah pasien
masih ingat nama perawat
- Menanyakan kepada klien tentang
kegiatan yang lalu
- Memberikan reinforcement positif
4. Melatih hubungan social secara bertahap
- Mengkaji kemampuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain
- Bermain peran tentang cara berinteraksi
untuk berinteraksi dengan orang lain
- Mendorong klien berinteraksi melalui
tahap:
Subjektif
- Klien mengatakan sudah mampu
membina hubungan sosial dengan
sesama temannya
- Klien mengatakan senang karena
sudah merasa lebih akrab dengan
temannya
- Klien mengatakan mau
memperbanyak temannya lagi
Objektif
- Klien tampak mampu
memperagakan cara berhubungan
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Beri penguatan positif terhadap
keberhasilan yang telah di capai
- Membantu klien mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan social
- Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
sosial dengan orang lain
- Klien tampak senang
Analisa
- Klien mampu mempraktekan cara
berhubungan sosial dengan
temannya
Planing
Intervensi dipertahankan (SP 2)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Kamis , 24 Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
Subjektif
- Klien mengatakan sudah merasa
november 2011 SP 2)
2. Latih cara berkenalan dengan 2 orang
atau lebih
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
lebih akrab dengan 2 orang
temannya
- Klien mengatakan mampu
mempraktekkan ulang cara
berkenalan dan membina hubungan
sosial dengan temannya
- Klien mengatakan mau berkenalan
dengan lebih banyak temannya
Objektif
- Klien tampak senang karena merasa
lebih akrab dengan temannya
- Klien tampak bisa mempraktekkan
cara berkenalan dan membina
hubungan dengan teman
- Klien tampak mulai kooperatif
Analisa
- Klien mau meningkatkan intensitas
interaksi dengan orang lain
Planing
Intervensi di pertahankan di SP 3
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn A
No register : 007097
Ruang : Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Jumat , 25 Isolasi Sosial : Menarik diri Jam 09.00 Wib
Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
Subjektif
- Klien mengatakan sudah
november 2011 SP 2)
Latih cara berkenalan dengan 2 orang
atau lebih
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
melakukan perkenalan dengan
semua teman dikamarnya
- Klien mengatakan mau membina
hubungan sosial dengan teman-
teman barunya
- Klien mengatakan senang karena
sudah mempunyai banyak teman
sekarang
Objektif
- Klien tampak senang karena sudah
banyak temannya
- Klien tampak akrab dengan teman-
teman barunya
- Klien tampak sudah baik dalam
berinteraksi
Analisa
- Klien tampak mampu dan semangat
dalam berinteraksi
Planing
Intervensi di pertahankan di SP 3
BAN IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian yang dilakukan didapatkan data pada kasus sesuai dengan yang
ada diteoritis, walaupun banyak ditemukan kendala dalam melakukan
pengkajian pada klien. seperti Klien cendrung susah untuk diajak berbicara,
karena pasien dengan isolasi social cenderung menarik diri.
2. Dari data yang didapatkan penyebab masalah utama isolasi social : menarik
diri adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Pada evaluasi tujuan umum untuk diagnosa pertama (isolasi social : menarik
diri) Klien sudah mampu menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu
berinteraksi dengan orang lain
B. SARAN
1. Sebelum melaksanakan interaksi dengan klien sebaiknya perawat membekali
diri dengan kemampuan komunikasi terapeutik
2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi
keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.
3. Dalam memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan jiwa kita
sebagai perawat harus menanamkan sikap empaty terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bee_robby.2011. Askep Isolasi sosial.http://www.scribd.com
Depkes.2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Khaidir Muhaj, 2009. Askep menarik diri.http://khaidirmuhaj.blogspot.com.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.Jakarta : EGC. 1998
Townsend. (1998). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for
Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Stuart, Sudden, 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3.Jakarta : EGC