Gina Untuk Kep Jiwa

48
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI KELOMPOK IV AHMAD GAOS AZWAR CEP ROHMAT DIANA SRI UTAMI MEGAWATI SRIPERTIWI RAISA HERDITA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI 2015

description

d

Transcript of Gina Untuk Kep Jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

KELOMPOK IVAHMAD GAOSAZWARCEP ROHMATDIANA SRI UTAMIMEGAWATI SRIPERTIWIRAISA HERDITA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANKOTA SUKABUMI2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata ajar Keperawatan Jiwa yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri . Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga dapat selesai tanpa ada kendala. Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Harapan kami menyusun makalah ini agar dapat memberikan wawasan keilmuan bagi penyusun secara khusus serta pembaca pada umumnya, sehingga hasilnya dapat dijadikan landasan dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ada. Seperti pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak yang artinya tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini begitu pula dengan makalah ini masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik yang membangun demi tercapainya penyusunan makalah yang lebih baik dari sebelumnya.

Sukabumi, April 2015

Penyusun

DAFTAR ISIKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I : PENDAHULUANA. Latar BelakangB. TujuanC. Pembatasan MasalahD. Metode PenulisanE. ManfaatBAB II : PEMBAHASANA. Laporan Pendahuluan1. Masalah Utama2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian b. Tanda dan Gejala c. Rentang Respons d. Etiologi 3. Pohon Masalah 4. Masalah Keperawatan 5. Pengkajian 6. Diagnosa Keperawatan 7. Rencana Tindakan Keperawatan B. Strategi Pelaksanaan1. Proses Keperawatan2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan

BAB III : PENUTUPA. KesimpulanB. Saran

DAFTAR PUSTAKABAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kesehatan pada hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan yang optimal baik fisik, mental dan sehat sosial. Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan seperti pada klien yang kesehatan fisiknya memperlihatkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda (Depkes RI, 1996). Sejalan dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dapat dikatakan makin banyak masalah yang harus dihadapi dan diatasi sekarang dan makin sulit tercapainya kesejahteraan hidup. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti meningkatkan jumlah pasien dengan gangguan jiwa, menurut studi El-Bahar 1996 terdapat 185 gangguan kesehatan jiwa dari 1000 penduduk. Hal ini menimbulkan suatu peningkatan kebutuhan masyarakat dalam pelayanan perawat kesehatan jiwa.

Manusia adalah makhluk sosial dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan. Sementara identitas pribadi masih tetap dipertahankan juga perlu untuk membina perasaan saling ketergantungan yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan (Stuart and Sundeen, 2001).

Penyebab menarik diri adalah individu yang merasakan tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain, tidak dapat mendapatkan kontak fisik, antara individu dengan orang lain, individu berasal dari lingkungan yang penuh masalah individu, merasa tidak diterima dan ditolak sebelum mencoba, individu tidak mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Salah satu penyebab yang ditimbulkan dari menarik diri adalah klien dapat mengalami halusinasi, perilaku yang dapat diamati pada klien dengan menarik diri adalah tidak mau bergaul atau berdiam diri dan kegiatannya yang merefleksikan menarik diri seperti harga diri rendah.

Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatrik dikalangan masyarakat saat ini dan yang akan terus menjadi masalah sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya profesi keperawatan. Ketidakmampuan individu dalam menghadapi berbagai masalah sosial dalam kehidupan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih mengacu pada kerusakan interaksi sosial menarik diri yaitu seseorang cenderung menyendiri dan sering melamun. Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut, untuk mengembangkan hubungan sosial positif. Setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses kemampuan berperan serta proses hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kemampuan profesi dalam memberikan asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Untuk itu perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial : menarik diri.

B.Tujuan Penulisan

1. Tujuan UmumUntuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan klien.

2. Tujuan Khususa) Mahasiswa mampu memahami pengertian isolasi sosialb) Mahasiswa mampu memahami etiologi isolasi sosialc) Mahasiswa mampu memahami rentang respons isolasi sosiald) Mahasiswa mampu memahani tanda dan gejala isolasi sosiale) Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial : menarik diri

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apa pengertian isolasi sosial ?2. Apa etiologi isolasi sosial ?3. Bagaimana rentang respons isolasi sosial ?4. Bagaimana tanda dan gejala isolasi sosial ?5. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial : menarik diri ?

C. Sistematika Penulisan Dalam menyusun makalah ini penyusun menggunakan berbagai sumber buku pustaka dan mencari dari internet.D. Manfaat Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada umumnya sebagai tambahan ilmu dalam kesehatan keperawatan jiwa.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan

1. Masalah Utama Isolasi Sosial

2. Proses Terjadinya Masalaha. Pengertian

Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1998). Isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif yang mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial ( Depkes RI, 2000 ). Pengertian lain, Isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman ( Balitbang, 2007). Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam berbagai hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial, oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal. Berdasarkan pengertian isolasi sosial dari beberapa ahli, dapat kami simpulkan bahwa isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi secara spontan dengan orang lain di sekitarnya, sehingga mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial maupun komunikasi dengan orang lain.

b. Tanda dan GejalaBerikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :1) Gejala subjektif Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain Klien merasakan tidak aman berada dengan orang lain Respons verbal kurang dan sangat singkat Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan Klien merasa tidak berguna Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup Klien merasa ditolak2) Gejala objektif Klien banyak diam dan tidak mau bicara Tidak mengikuti kegiatan Banyak berdiam diri di kamar Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal Kontak mata kurang Kurang spontan Apatis ( acuh terhadap lingkungan ) Ekspresi wajah kurang berseri Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri Mengisolasi diri Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar Masukan makanan dan minuman terganggu Retensi urin dan feses Aktivitas menurun Kurang energi ( tenaga) Rendah diri Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur) Perilaku ini biasanya disebabkan karena sesesorang menilai dirinya rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain yang bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.

c. Etiologi Banyak faktor yang dapat menimbulkan perilaku isolasi sosial : menarik diri, yaitu :1) Faktor Predisposisia) Faktor Tumbuh KembangPada setiap tahap tumbuh kembang individu, terdapat tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu mulai bayi sampai usia lanjut. Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas perkembangan diharapkan dapat dilalui. Adapun tugas-tugas hubungan sosial menurut tahap perkembangan :

Tabel 1Tugas Perkembangan Berhubungan dengan Pertumbuhan Interpersonal

Tahap PerkembanganTugasKegagalan

Masa BayiMenetapkan rasa percaya diri terhadap lingkungan dan orang lainRasa tidak percaya terhadap diri sendiri, orang lain dan menarik diri ( Haber, dkk, 1987)

Masa BermainMengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiriTidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri

Masa PrasekolahBelajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab dan hati nuraniPesimis dan takut perilakunya salah

Masa SekolahBelajar berkompetisi, bekerjasama dan berkompromiFrustasi terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik diri

Masa RemajaMenjalin hubungan intim dengan teman sebaya, lebih memperhatikan hubungan dengan lawan jenis, hubungan dengan orang tua mulai independenKeraguan akan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri yang kurang

Masa Dewasa MudaMenjadi saling bergantung antara orangtua dan teman sebaya, mencari pasangan, menikah, mempunyai anakMenghindari hubungan intim, menjauhi orang lain dan merasa putus asa

Masa Dewasa TengahMengalami penurunan ketergantungan pada orang tua, belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilaluiProduktivitas dan kreativitas berkurang, individu hanya perhatian terhadap diri sendiri dan kurang perhatian terhadap orang lain

Masa Dewasa LanjutBerduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budayaSulit menerima kehilangan

Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm.346

b) Faktor komunikasi Dalam Keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

c) Faktor Sosial Budaya Hal ini merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

d) Faktor BiologisOrgan tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial dalam otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.

2) Faktor Presipitasi Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor stressor presipitasi, dikelompokan menjadi :a) Faktor eksternalContoh adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.b) Faktor internal Contoh adalah stressor psikologis, yaitu terjadi akibat stress berkepanjangan bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu. Dalam bukunya Iyus Yosep halaman 230, dituliskan bahwa proses terjadinya masalah isolasi sosial, disebabkan oleh :1) Pattern of Parenting (pola asuh keluarga)2) Inefective coping (koping individu tidak efektif)3) Lack development task (gangguan tugas perkembangan)4) Stressor internal and external (stress internal dan eksternal)

d. Rentang Respon Manusia sebagai makhluk sosial adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan lingkungan sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan respon -respon sosial pada individu. Rentang respon sosial individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptif, menurut Stuart Sundeen, 1995 rentang respon klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Respons adaptif Respons maladaftifMenyendiri (solitude) Merasa sendiri Menarik diriOtonomi (autonomy) Depedensi KetergantunganBekerja sama (mutuality) Curiga ManipulasiInterdependen Curiga

1) Respons adaptifMerupakan respons yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif :a) Menyendiri :respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri dalm menentukan rencana-rencana.b) Otonomi :kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk interdependen dan pengaturan diri.c) Bekerja sama :kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain, kemampuan saling pengertian, saling memberi dan menerima dalam hubungan interpersonal.d) Interdependen :saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

2) Respon Antara Adaptif dan Maladaptifa) KesepianDimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungan. b) Dependence (Ketergantungan)Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.c) Curiga : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain

3) Respons maladaptif Merupakan respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Yang termasuk respons maladaptif adalah :a) Menarik diri :seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mau membina hubungan yang berarti dengan orang lain.b) Ketergantungan :seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.c) Manipulasi :seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.d) Curiga : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

C. Pohon Masalah

Risti mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Defisit perawatan diri PPS : Halusinasi

Intoleransi aktivitas isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif koping keluarga tidak efektif Gambar 2 Pohon masalah isolasi sosial (Nita Fitria, 2010 hal 36)

D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Isolasi sosial2. Harga diri rendah kronis3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi4. Koping individu tidak efektif5. Koping keluarga tidak efektif6. Intoleransi aktivitas7. Defisit perawatan diri8. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

E. Data Yang Perlu Dikaji Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai berikut1)Identitas klien Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah : biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 40 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.2)Alasan masuk rumah sakit Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat, menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari hari, dependen.3)Faktor predisposisi Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien yang telah mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan keturunan yang mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwa. Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, di tuduh KKN, dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.4) Aspek fisik / biologis Hasil pengukuran tada vital (TD: cenderung meningkat, Nadi: cenderung meningkat, suhu: meningkat, Pernapasan : bertambah, TB, BB: menurun).5)Keluhan fisik Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi penurunan berat badan. Klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.5)Aspeks psikososialGenogram yang menggambarkan tiga generasi6) Konsep diri Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan, pemahaman dan keyakinan seseorang terhadap dirinya yang memperngaruhi hubungannya dengan orang lain. Pada umumnya klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan konsep diri seperti : Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan. Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya; mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).Hubungan sosialHubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan orang lain. Pada umumnya kliendengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki teman dekat, tidak pernah melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam pergaulan.6)Status mentala)Penampilan: Pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri berpenampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan dimana harus mandi.b)Pembicaraan: Pembicaraan klien dengan Kerusakan interaksisosial Menarik Diripada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara.c)Aktivitas motorik: Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.d)Alam perasaan: Alam perasaan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri biasanya tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.e)Afek: Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.f)Interaksi selama wawancara: Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kadang menolak untuk bicara dengan orang lain.g)PersepsiKlien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengar suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering menyendiri dan melamun.h)Isi pikir Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.i)Proses pikirProses pikir pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam proses pikir.j)KesadaranKlien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri tidak mengalami gangguan kesadaran.

k)Memori Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat hal-hal yang telah terjadi.l)Konsentrasi dan berhitungKlien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.m)Kemampuan penilaian Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaiann)Daya tilik diriKlien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya. 7)Kebutuhan persiapan pulanga)MakanKlien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.b) BAB / BAKKemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC kurang.c)MandiKlien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri bisanya tidak memiliki minat dalam perawatan diri (mandi)d) Istirahat dan tidur: Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya terganggu

8)Mekanisme kopingKoping yang digunakan klien adalahproyeksi,menghindar dan kadang-kadang mencedrai diri.Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri). Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik diri adalahregresi, represi, dan isolasi.9)Masalah psikososial dan lingkunganKlien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa.10)PengetahuanKlien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri, kurang mengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.11)Aspek medic Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakanoleh klien selama perawatan.12) Status MentalKontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.1. Kebutuhan persiapan pulang. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapiKlien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.Dari hasil pengkajian tersebut didapat data:Masalah keperawatanData hasil pengkajian

Isolasi sosialSubjektif Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain Klien merasakan tidak aman berada dengan orang lain Respons verbal kurang dan sangat singkat Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan Klien merasa tidak berguna Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup Klien merasa ditolak

Objektif Klien banyak diam dan tidak mau bicara Tidak mengikuti kegiatan Banyak berdiam diri di kamar Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal Kontak mata kurang Kurang spontan Apatis ( acuh terhadap lingkungan ) Ekspresi wajah kurang berseri Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri Mengisolasi diri Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar Masukan makanan dan minuman terganggu Retensi urin dan feses Aktivitas menurun Kurang energi ( tenaga) Rendah diri Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)

F. Diagnosa KeperawatanIsolasi sosial

G. Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANNama klien: Ruangan :.No.CM:.Dx Medis:

TglNo DxDx KeperawatanPerencanaan

TujuanKriteria EvaluasiIntervensiRasional

Isolasi sosialTujuan : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

SP 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya1. Setelah.. interaksi klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat : - Ekspresi wajah bersahabat - Menunjukan rasa senang - Ada kontak mata- Mau berjabat tangan- - Mau menyebutkan nama - Mau menjawab salam - Mau duduk berdampingan dengan perawat- Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi1.1.Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : - Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal - Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan - Tanyakan nama lengkap dan nama penggilan yang disukai klien - Buat kontrak yang jelas - Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi - Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya - Beri perhatian kepada klien dan masalah yang dihadapi klien - Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

1. Kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahkan dalam pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien

SP 2 : Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri2. Setelah.. interaksi klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari : - Diri sendiri - Orang lain - Lingkungan 2.1. Tanyakan pada klien tentang: - orang yang tinggal serumah/teman sekamar klien - orang yang paling dekat dengan klien di rumah/ di ruang perawatan - apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut - orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/ di ruang perawatan - Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut - Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain

2. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain

.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

Dengan mengetahui penyebab klien menarik diri dapat di temukan mekanisme koping klien dalam berinteraksi sosial serta strategi apa yang akan diterapkan kepada klien

SP 3 : Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri Setelah.. interaksi klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial,misalnya :- banyak teman - tidak kesepian - bisa diskusi - saling menolongdan kerugian menarik diri, misalnya : - sendiri - kesepian - tidak bisa diskusi1. Tanyakan pada klien tentang :- Manfaat hubungan sosial - Kerugian menarik diri

2.Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri2. 3. 3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya3. Dengan mengetahui manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri maka klien akan termotivasi untuk berinteraksi dengan orang lain

SP 4 : klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap4. Setelah.. interaksi klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan : - perawat - perawat lain - klien lain - kelompok .1. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial

2. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/berkomunikasi dengan : - Perawat - Klien lain - Kelompok

3. Libatkan klien dalam TAK

4. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi

5. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat

6. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakannya4. Melibatkan klien dalam interaksi sosial mendorong klien untuk melihat dan merasakan secara langsung manfaat dari berhubungan sosial serta meningkatkan konsep diri klien

SP 5 : Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial Setelah.. interaksi klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial : - Orang lain - Kelompok5. 1. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : - Orang lain - Kelompok

5. 2. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan Untuk mengetahui kemajuan klien dalam berinteraksi serta menilai keberhasilan dalam strategi pelaksanaan

SP 6 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial6. Setelah.. interaksi keluarga dapat menjelaskan tentang: - Pengertian menarik diri- Tanda dan gejala menarik diri - Penyebab dan akibat menarik diri - Cara merawat klien menarik diri 1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku menarik diri

6 2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menari diri

3. Jelaskan pada keluarga tentang : - Pengertian menarik diri -Tanda dan gejala menarik diri - Penyebab dan akibat menarik diri - cara merawat klien menarik diri

4.Latih keluarga cara merawat klien menarik diri4. 5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan

6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi

7. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di RS6. Keluarga adalah sistem pendukung utama bagi klien untuk meningkatkan ke PD agar mampu berinteraksi sosial

SP 7 : KLien dapat memanfaatkan obat dengan baik 1.Setelah.. interaksi klien menyebutkan : - Manfaat minum obat - Kerugian tidak minum obat - Nama obat - Warna obat - Dosis yang diberikan - Efek terapi - Efek samping

2. Setelah.. interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

3. Setelah.. interaksi klien menyebutkan akibat berhenti obat tanpa konsultasi dokter

1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, warna obat, dosis yang diberikan, efek terapi, dan efek samping

2. Pantau klien saat penggunaan obat

3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

4.Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

Mensukseskan program pengobatan klien serta mengoptimalkan kerja dari obat terhadap klien

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )

Nama : Tn. DRuangan : Laki laki Hari / tanggal : 06 Maret 2015Pertemuan : 1

I . PROSES KEPERAWATAN A. Kondisi Klien Klien mengatakan malas berinteraksi dan klien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Dan klien tampak menyendiri, tidak mau berbicara dengan orang lain dan tidak berinisiatif berhubungan sosial. B. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial C. Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri 3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap 5. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah hubungan sosial 6. Klien dapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial D. Tindakan keperawatan 1. Membinan hubungan saling percaya 2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien 3. Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 4. Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. 5. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang 6.Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

II . STRATEGI KOMUNIKASI B. Tahap Orientasi 1. Salam terapeutik :Selamat pagi, perkenalkan nama saya Suster Irawati, Tn bisa memanggil saya Suster. Irawati. Nama bapak siapa? Bapak Lebih suka dipanggil apa? Baik Tn.D, saya adalah mahasiswa S1 keperawatan STIKES Sukabumi, saya praktek di sini selama 5 hari dari tanggal 03-07 Maret 2015. Saya praktek pada pagi hari dari pukul 08.00-14.00 WIB. 2. Validasi : Bagaimana perasaan Tn.D hari ini ? Bagaimana tidurnya semalam Tn.D ?3. Kontrak:a. Topik : pagi ini kita berbincang bincang sebentar ya untuk melakukan perkenalan? Dan berbincang bincang mengenai kondisi selama Tn.D dirawat.b. Waktu : Tn.D mau kita berbincang bincang berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja? Dari pukul 10.00 10.15 ?c. Tempat : Dimana kita berbincang bincang? Bagaimana kalau di meja makan saja?d. Tujuan : agar antara suster dan Tn.D dapat saling mengenal, serta Tn.D dapat mengenal perasaan apa yang sedang dirasakan sekarang ini.

C. Tahap KerjaTn.D sudah berapa lama dirawat disini? Kalau suster boleh tahu ada masalah apa sampai dibawa ke sini? Apa Tn.D tahu, sekarang berada di mana? Apakah Tn.D punya teman di sini? Apakah Tn.D mengenal semua orang yang ada di sini? Apakah Tn.D sering ngobrol-ngobrol dengan mereka semua? Apakah ada penghambat yang Tn.D rasakan untuk berinteraksi dengan orang lain? Jadi jika mau berkenalan atau berinteraksi dengan orang lain berarti Tn.D akan mempunyai banyak teman, Tn.D mau tidak mempunyai banyak teman? Jika Tn.D mempunyai banyak teman, Tn.D tidak akan kesepian, bisa berdiskusi dan saling menolong dan akan ada banyak orang yang akan membantu jika ibu ada masalah dan sebaliknya jika tidak mau berkenalan dengan banyak orang, Tn.D akan merasa sendirian, kesepian dan tidak bisa diskusi.Nah, sekarang suster akan mengajarkan bagaimana cara berkenalan yang baik. Pertama, Tn.D ucapkan salam, lalu berjabat tangan dan sebutkan nama Tn.D dan senang dipanggil siapa, lalu tanyakan nama lawan bicara dan senang dipanggil siapa? Setelah itu Tn.D bisa berbincang bincang tentang alamatnya di mana, asalnya dari mana dan hobinya apa, dan lain-lain. Sekarang suster akan mempraktekkan dengan Tn.D dan coba Tn.D mempraktekkannya pada suster. Bagus...Tn.D dapat melakukannya, jadi Tn.D bisa melakukannya dengan siapa saja. Nah, sekarang kita masukkan ke dalam jadwal harian, Tn.D mau latihan jam berapa saja?

D. Tahap Terminasi1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaannya setelah berbincang-bincang dan melakukan latihan perkenalan? Evaluasi Obyektif Tadi Tn.D sudah tahu cara berkenalan, coba Tn.D praktekkan lagi cara berkenalan dengan suster, bagus sekali.

2. Rencana tindak lanjutSuster berharap Tn.D dapat melakukan cara berkenalan yang tadi sudah kita lakukan dan jangan lupa untuk memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian ya.

3. Kontrak yang akan datang1. Topik :Sesuai janji suster, karena sudah 15 menit maka kita berhenti dulu berbincang-bincang kita. Besok kita akan lanjutkan pembicaraan kita tentang bagaimana berkenalan dengan satu orang.2. Waktu :Jam berapa besok kita bertemu, bagaimana kalau jam 10.00 pagi?.Berapa lama kita berbincang-bincang, bagaimana kalau 15 menit?.3. Tempat :Di mana kita bertemu besok, bagaimana kalau di meja makan?

LAPORAN KEGIATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN JIWA DI RUANG KEMUNING

Nama Klien : Tn.D Tanggal : 06 Maret 2015Ruangan : Laki lakiDIAGNOSAIMPLEMENTASIEVALUASI

Isolasi SosialTanggal : 06 Maret 2015Jam : 12.00- 12.151. Membina hubungan saling percaya2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi.4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.6. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.SubjektifKlien mengatakan:1. Namanya2. Lebih senang menyendiri3. Tidak mau berkenalan dengan orang lain karena malas4. Mau berkenalan dengan orang-orang tertentu saja5. Tidak mau berinteraksi dengan orang lain, klien hanya mau berinteraksi dengan orang yang sudah dikenalnya saja.

Objektif1. Klien terlihat mengisolasikan diri di kamar2. Klien mampu berkenalan dengan satu orang3. Klien terlihat mondar mandir tanpa tujuan4. Klien terlihat sering tidur

Analisa1. Klien mampu berkenalan dengan satu orang

2. Klien mampu memeperagakan cara berkenalan dengan orang lain

Planing Perawat (PP)1. Evaluasi jadwal kegiatan pasien 2. Lanjut SP 2

Planing Klien (PK) Anjurkan klien mempraktekan cara berkenalan dengan orang lain.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah di bahas di atas, kelompok mengambil kesimpulan bahwa, dalam merawat atau menangani pasien dengan gangguan interaksi sosial, Bina Hubungan Saling Percaya merupakan tahap yang sangat vital agar pasien mau mengungkapkan permasalahan yang di hadapinya. Untuk membina hubungan saling percaya dengan klien tentu perawat harus menguasai tehnik-tehnik komunikasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Selain mengusai tehnik komunikasi terapeutik tentu keahlian dalam aplikasi menjadi penting untuk di perhatikan. Pertemuan secara intens juga menunjang tercapainya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien. Sebagai perawat professional kita harus bisa menunjukan sikap empati, carring, mampu menggali dan mengembangkan aspek-aspek positif yang di miliki klien guna meningkatkan kepercayaan diri klien serta memberikan reinforcement positif kepada klien.Sebagai perawat professional, kita harus bisa menyusun rencana keperawatan yang tepat, efektif dan efisien dan tentunya kolaborasi dengan displin ilmu yang lain menjadi penting demi kesembuhan pasien.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka kelompok memberikan saran sebagai berikut:1. Untuk perawat, perlu meningkatkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat klien dengan isolasi sosial. Mengembangkan pola-pola yang asertif dalam merawat klien dengan gangguan jiwa pada umumnya dan gangguan interaksi sosial pada khususnya serta harus mampu melakukan pendekatan-pendekatan yang terapeutik demi kesembuhan klien.2. Untuk keluarga meningkatkan kuantitas dan kualitas dari kunjungan agar lebih mempercepat proses penyembuhan klien.

Daftar Pustaka

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar, 2012.Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

Keliat, Budi Anna dkk. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Nita, Fitria. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.