Karya Tulis Sastra Adalah Karya Dimana Seseorang Membuat Suatu Karya Berupa Sastra Dalam Bentuk...

6
Kritik Cerpen “Mencari Ayah” Akbar Maulida A.D (02) Karya tulis sastra adalah karya dimana seseorang membuat suatu karya berupa sastra dalam bentuk tulisan. Setiap karya tulis sastra yang dibuat oleh seseorang, tidak ada yang sempurna tanpa adanya kekurangan, pasti ada kekurangan entah itu sedikit atau banyak karena manusia memang tak bisa luput dari kesalahan. Tentunya, karya tulis sastra tersebut memerlukan kritik agar kedepannya bisa menjadi karya tulis sastra yang lebih baik. Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membuat kritik pada suatu karya tulis sastra berupa cerpen, yang dimuat di surat kabar Jawa Pos edisi Minggu, 17 November 2013. Cerpen karya Beni Setia ini berjudul “Mencari Ayah”. Dalam cerpen ini, sang pengarang mencoba menceritakan tokoh “Aku” , yakni seorang anak yang duduk di sekolah dasar berusaha mencari ayahnya yang secara misterius hilang entah kemana. Cerita bermula dimana anak tersebut disuruh oleh ibunya untuk tidur karena waktu sudah larut malam. Namun, si anak tidak mau untuk tidur dan memaksa untuk menonton televisi kembali. Dengan sedikit paksaan, ibunya lalu menyeret si anak dan dalam keadaan diseret itu, si anak sempat melihat ayahnya yang tersenyum kepadanya sembari menyuruh si anak untuk tidur agar tidak kesiangan di keesokan harinya. Keesokan harinya, tokoh “Aku” yang tidur bersama ibunya bangun kesiangan. Ibunya bergegas menyiapkan sarapan sedangkan tokoh “Aku” siap-siap mandi , dan menyiapkan segala keperluan untuk sekolah. Setelah sarapan sudah siap, ibunya menyuruh tokoh “Aku” untuk memanggil ayahnya untuk ikut sarapan bersama. Tokoh “Aku” yakni si anak bergegas menuju ke kamar ayahnya dan mengeceknya. Namun , si anak tidak menemukan ayahnya di kamarnya. Dengan penuh rasa heran, si anak menuju ke ibunya dan menanyakan tentang keberadaan ayahnya. Ibunya bungkam, seolah-olah ibunya sudah tahu kalau ayahnya akan

description

gwg3g3g3g34g

Transcript of Karya Tulis Sastra Adalah Karya Dimana Seseorang Membuat Suatu Karya Berupa Sastra Dalam Bentuk...

Kritik Cerpen Mencari AyahAkbar Maulida A.D (02)

Karya tulis sastra adalah karya dimana seseorang membuat suatu karya berupa sastra dalam bentuk tulisan. Setiap karya tulis sastra yang dibuat oleh seseorang, tidak ada yang sempurna tanpa adanya kekurangan, pasti ada kekurangan entah itu sedikit atau banyak karena manusia memang tak bisa luput dari kesalahan. Tentunya, karya tulis sastra tersebut memerlukan kritik agar kedepannya bisa menjadi karya tulis sastra yang lebih baik.

Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membuat kritik pada suatu karya tulis sastra berupa cerpen, yang dimuat di surat kabar Jawa Pos edisi Minggu, 17 November 2013. Cerpen karya Beni Setia ini berjudul Mencari Ayah. Dalam cerpen ini, sang pengarang mencoba menceritakan tokoh Aku , yakni seorang anak yang duduk di sekolah dasar berusaha mencari ayahnya yang secara misterius hilang entah kemana. Cerita bermula dimana anak tersebut disuruh oleh ibunya untuk tidur karena waktu sudah larut malam. Namun, si anak tidak mau untuk tidur dan memaksa untuk menonton televisi kembali. Dengan sedikit paksaan, ibunya lalu menyeret si anak dan dalam keadaan diseret itu, si anak sempat melihat ayahnya yang tersenyum kepadanya sembari menyuruh si anak untuk tidur agar tidak kesiangan di keesokan harinya.

Keesokan harinya, tokoh Aku yang tidur bersama ibunya bangun kesiangan. Ibunya bergegas menyiapkan sarapan sedangkan tokoh Aku siap-siap mandi , dan menyiapkan segala keperluan untuk sekolah. Setelah sarapan sudah siap, ibunya menyuruh tokoh Aku untuk memanggil ayahnya untuk ikut sarapan bersama. Tokoh Aku yakni si anak bergegas menuju ke kamar ayahnya dan mengeceknya. Namun , si anak tidak menemukan ayahnya di kamarnya. Dengan penuh rasa heran, si anak menuju ke ibunya dan menanyakan tentang keberadaan ayahnya. Ibunya bungkam, seolah-olah ibunya sudah tahu kalau ayahnya akan meninggalkan rumah sederhana itu meskipun si ibu tidak tahu pasti kapan dan bagaimana suaminya pergi meninggalkan rumah. Alur cerita berubah menjadi flashback dan menceritakan kehidupan si anak di masa kecil. Dia suka sekali menonton kartun, namun sang ayah mencoba untuk mengajarkan hobi lain yakni membaca. Ayahnya menginginkan si tokoh Aku untuk fulltime membaca. Akhirnya, si anak bisa membaca habis semua buku di perpustakaan mini milik ayahnya yang ada di kamar ayahnya. Melihat kelakuan si anak, sang ayah tersenyum. Si tokoh Aku sudah mahir membaca meski masih mengenyam pendidikan di TK karena paksaan membaca dari ayahnya. Saat si anak sudah menginjak kelas IV sekolah dasar, sang ayah berkata pada si anak kalau si anak adalah satu-satunya anggota keluarga yang menjadi harapan ayahnya untuk bisa menggantikan peran ayahnya di keluarga tersebut. Sontak, si anak berpikir kalau ayahnya ingin pergi dan mejadikan si anak sebagai penggantinya. Si anak berpikir mengapa dan sampai kapan ayahnya pergi. Alur cerita kembali pada hari dimana ayahnya menghilang secara misterius. Sejak hari dimana ayahya hilang, tokoh Aku atau si anak ini berubah dan mencoba meniru apa yang dilakukan ayahnya sebelum dia menghilang. Dia membaca koran yang biasa dibaca ayahnya dan membaca majalah-majalah yang baru dibeli ayahnya. Saat itu , si anak sudah kelas VI sekolah dasar dan akan mengikuti ujian nasional. Namun, teman-teman beserta gurnya merasa aneh terhadapa kelakuan si anak karena si anak selalu membawa berbagai macam buku ke kelas untuk dibacanya. Akhirnya, si anak lulus sekolah dasar dengan nilai pas-pasan dan masuk ke SMP yang kurang favorit. Di SMP, kelakuan si anak tidak berubah. Dia menghabiskan waktu istirahat atau jam kosong untuk pergi ke perpustakaan dan membaca buku apapun yang ada di perpustakaan. Saat disinggung teman-temannya tentang kebiasaan anehnya, si anak dengan lirih berkata kata-kata yang biasa dikatakan oleh ayahnya kalau buku tidak mengenal usia dan jenis kelamin, sehingga siapapun dapat membacanya dan mendapat makna dari isi buku yang dibaca. Singkat cerita, dia membaca hampir semua buku yang ada di perpustakaan SMP-nya saat akhir semester. Melihat kelakuan si anak, gurunya menyuruh si anak untuk mengikut lomba resensi buku di kota dan berhasil menjadi juara 1 berturut-turut selama 3 tahun menjadi siswa SMP. Tak hanya itu, si anak juga menjadi juara 1 di lomba mengarang , membuat puisi, dan lomba lainnya yang berhubungan dengan sastra. Karena prestasi tersebut , si anak ditarik SMA favorit dan mengikutkannya di kejuaraan sastra nasional dan menjadi juara di tahun pertama. Dia juga mulai menulis novel remaja yang beberapa novelnya diangkat menjadi skenario film. Lulus SMA, dia diambil oleh universitas favorit lewat jalur PMDK dan beasiswa. Dengan uang tabungannya, dia mulai serius menulis karya fiksi dan esei yang serius. Dia benar-benar ingin menjadi sosok seperti ayahnya yang hilang. Si anak ingin menjadi penganti ayahnya yang hilang. Namun, si ibu tidak merestui dia untuk menjadi sastrawan terkenal seperti ayahnya karena si ibu berpikir kalau uang yang dihasilkan oleh seorang sastrawan sangatlah minim. Si anak mulai rindu ayahnya dan dia mulai sadar mengapa ayahnya pergi meningalkannya. Dia bisa membayangkan betapa sulitnya si ayah untuk menegakkan cita-citanya sebagai sastrawan ditengah omelan ibunya yang menentang cita-cita ayahnya. Kini si anak sudah berhasil mengupas misteri yang ada di benaknya dan menyadari kalau ibunya tak akan bisa memahami landasan pemikiran si anak dan ayahnya yang ingin menjadi sastrawan.

Melihat cerita yang terkandung dalam cerpen karya Beni Setia ini, tentu pembaca akan sangat kagum dengan semangat tokoh Aku dalam usahanya menjadi pengganti ayahnya, Si penulis memang tidak mencantumkan nama dari tokoh Aku. Namun, karena cerita dalam cerpen ini berfokus pada tokoh Aku itu sendiri dan tidak adanya tokoh-tokoh lain selain ibu dan ayahnya, membuat pembaca tetap bisa mengikuti jalannya cerita tanpa memperdulikan nama dari tokoh Aku. Penulis juga berhasil memilih tema yang tidak biasa yakni perjuangan seorang anak yang mencari jati diri ayahnya. Selama ini, cerpen-cerpen yang ada sering memilih tema tentang cinta, tentu cerpen Mencari Ayah ini bisa dikatakan istimewa dari cerpen-cerpen lain. Penggunaan alur campuran juga membuat cerita menjadi variatif dan watak tokoh yang tidak terduga. Gaya bahasa yang digunakan penulis juga sangat indah meskipun terkadang mengejutkan.

Hal itu bisa dilihat dari kutipan cerpen berikut ini, Malam ini mendadak dunia menjadi sunyi, tanpa angin. Dan kerlip bintang di langit mendadak tidak kemilau lagi, sebelum aku tersadar kalau bintang dan planet yang memantulkan cahaya bintang-bintang sudah tidak bercahaya lagi. Meredup jadi satu noktah yang kabur pertanda masih ada sisa cahaya terakhir yang menuju bumi tanpa menyilaukan mata. Satu ujud altar bertangga dari gumpalan asap lembab membentang di jendela. Aku tersenyum. Aku teringat Ayah..... Kutipan cerpen diatas, menunjukan kerinduan tokoh Aku terhadap ayahnya saat tokoh Aku menyendiri di kamarnya. Suasana malam hari tanpa bintang , semakin menambah rasa rindu tokoh Aku terhadap ayahnya dan si penulis berhasil menggambarkan kerinduan tokoh Aku dengan kata-kata indah. Belum lagi, akhir cerita yang mengejutkan pembaca karena yang membuat si ayah pergi ternyata adalah ibu si tokoh Aku sendiri. Tentu pembaca akan terkaget-kaget mengetahui hal ini, karena diawal cerita karakter ibu tidak terlalu ditonjolkan oleh penulis.

Namun dibalik kelebihan cerpen ini, ternyata masih banyak beberapa hal yang harus dibenahi oleh penulis. Masih ada kekurangan yang tampak pada cerpen ini. Yang paling kentara adalah penulisan judul Mencari Ayah , judul ini membuat pembaca berpikir kalau cerpen ini menceritakan seseorang anak yang mencari ayahnya yang hilang. Namun kenyataan yang ada bukan seperti itu. Cerpen ini menceritakan seorang anak yang mencari cita-cita ayahnya sebagai sastrawan yang selama ini terpendam karena ditentang oleh istri ayahnya , bukan malah mencari ayahnya yang hilang. Jadi saya rasa judul Mencari Ayah kurang cocok dngan isi dari cerpen itu sendiri. Selain itu, penulis juga melakukan beberapa kesalahan kecil dengan memasukkan kata-kata bersifat daerah kedalam cerpen yang dibuatnya. Meski kecil namun dampaknya bisa signifikan. Bisa dilihat di kutipan berikut ini...Ayah pergi setelah sepuluh tahun di grecoki omelan Ibu.Aku harus pol dan total menjadi seperti ayah...Kutipan diatas menampilkan kata-kata semacam grecok dan pol , yang saya sendiri tidak tahu maksudnya dan mungkin pembaca lain juga mengalami hal yang sama seperti saya. Seharusnya penggunaan kata-kata seperti ini bisa dihindari penulis. Selain itu, meski penulis menggunakan gaya bahasa yang indah, namun pemakaian kata yang dipakai penulis tidak sesuai tempatnya sehingga membuat kalimat yang ada menjadi rancu. Bisa dilihat di kutipan cerpen berikut ini.Padahal sampai sekitar jam 21.10 , ketika aku dipaksa ibu tidur dan diantar buat pamit tidur, aku masih melihat ayah. ..Aku diperintah Ibu untuk mengajak ayah sarapan dengan rincian bila masih suntuk mengetik jangan dipaksa, jika masih tidur jangan bangunkan, aka tak menemukan ayah. Karena itu, tidak mungkin ayah menyelinap lewat belakang atau samping. Pasti ayah pergi dengan sepengetahuan ibu , ayah juga selalu sholat di rumah

Kalimat yang saya garis bawahi seharusnya tidak perlu disertakan karena membuat kalimat yang ada menjadi tidak jelas maknanya, sehingga mempengaruhi makna cerita keseluruhan pula. Hal lain yang saya kritik adalah penggunaan kalimat yang tidak efektif karena mengulang suatu kata berkali-kali oleh penulis. Bisa dilihat dari kutipan berikut.

Aku membaca buku serta majalah yang datang lewat paket, serta saat kelas V mulai membaca semua buku yang dibaca serta ada di perpustakaan, serta cerita anak-anak meningkat menjadi yang paling sulit...Penggunaan kata serta yang terlalu banyak juga membuat kalimat yang ada menjadi rancu / tidak jelas dan terlihat kurang efektif. Hal ini harusnya bisa dihindari oleh penulis. Saya juga menyoroti tentang nasib ayahnya yang tidak diketahui meski cerita sudah berakhir. Ayahnya menghilang kemana? Apakah dia meninggal? Atau pergi ke negara/kota lain? Tidak jelas keberadaan ayahnya, hal ini membuat pembaca menjadi bingung. Seharusnya penulis memberikan sedikit penjelasan tentang keberadaan ayahnya sehingga pembaca tidak bingung akan jalannya cerita.Jadi pada kesimpulannya, cerpen Mencari Ayah karya Beni Setia ini adalah suatu cerpen yang menceritakan tentang usaha seorang anak mencari jati diri ayahnya untuk menjadi seorang sastrawan meski ditentang ibunya. Unsur instrinsik dalam cerpen sengaja dibuat bagus oleh penulis mulai dari tema yang beda dari yang lain, alur campuran, watak tokoh yang tidak terduga, serta penggunaan gaya bahasa yang indah. Namun tetap, masih ada kekurangannya yakni dari pemilihan judul, penggunaan kata daerah, penggunaan kata yang tidak perlu, kalimat tidak efektif, serta ketidakjelasan nasib salah satu tokoh membuat penulis harus bebrbenah jika ingin membuat cerpen yang lebih baik lagi. Terlepas dari itu, secara keseluruhan cerpen ini sudah bagus, cerpen ini sangatlah dramatis dan inspiratif karena menyertakan amanat-amanat yang sangat bermanfaat bagi pembaca.