Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra...

318

Transcript of Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra...

Page 1: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.
Page 2: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

iAntologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

ASTANA KASTAWAANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II

.

Page 3: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

ii Astana Kastawa

.

Page 4: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

iiiAntologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

ASTANA KASTAWAANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II

DITERBITKAN ATAS KERJA SAMABALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN STUDIO PERTUNJUKAN SASTRA YOGYAKARTA

.

Page 5: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

iv Astana Kastawa

ASTANA KASTAWAANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II

Tim Penasihat:Iman Budhi SantosaMustofa W. Hasyim

Tim Penyusun:Latief S. NugrahaSukandar

Editor:Tirto Suwondo

Tata Letak dan Desain Sampul:Studio Pertunjukan Sastra

Gambar Sampul:Harsono Sapuan

Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh:KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANBADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASABALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAJalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224Telepon (0274) 562070, Faksimile (0274) 580667Bekerja sama denganSTUDIO PERTUNJUKAN SASTRAKauman GM I No. 268, YogyakartaTelepon 087839613231, 081578815027, & 085292588555

Cetakan pertama Oktober 2015 ISBN: 978-602-1048-59-7

.

Page 6: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

vAntologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Sebagai salah satu Unit Pelaksana Tugas KementerianPendidikan dan Kebudayaan yang bertanggung jawab langsungkepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta hingga saat ini tetapmenjalankan visi dan misi sebagaimana telah ditentukan, yaknimenjadi pusat informasi yang lengkap dan menjadi pelayan primadi bidang kebahasaan dan kesastraan di Daerah Istimewa Yogya-karta khususnya dan Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu,salah satu misi yang dilakukan adalah mengembangkan bahaninformasi kebahasaan dan kesastraan baik Indonesia maupundaerah (Jawa). Dengan visi dan misi yang demikian, Balai bahasaDaerah Istimewa Yogyakarta berharap agar bahan informasikebahasaan dan kesastraan itu dapat dimanfaatkan oleh masya-rakat dalam rangka pembinaan, pengembangan, dan perlin-dungan bahasa dan sastra di Indonesia sesuai dengan apa yangdiamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yangdipertegas lagi dalam Permendikbud Nomor 21 Tahun 2012.

Berkenaan dengan hal tersebut, sebagaimana telah dilakukanpada tahun-tahun sebelumnya, Balai Bahasa Daerah IstimewaYogyakarta tahun ini (2015) kembali menerbitkan sejumlah bukukebahasaan dan kesastraan. Buku-buku yang diterbitkan itu,antara lain, berisi karya-karya mengenai kebahasaan dan ke-sastraan, baik Indonesia maupun daerah (Jawa). Antologi ber-judul Astana Kastawa yang berisi karya leluhur sastra Indonesia

KATA PENGANTARKEPALA BALAI BAHASA DIY

.

Page 7: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

vi Astana Kastawa

di Yogyakarta ini adalah satu di antaranya. Buku ini berhasilditerbitkan berkat kerja sama antara Balai Bahasa DaerahIstimewa Yogyakarta dan Studio Pertunjukan Sastra.

Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada tim kerja, baikpenulis, penilai, maupun panitia penerbitan sehingga buku inisiap dibaca oleh khalayak (masyarakat). Harapan lainnya,mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Oktober 2015

Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.

.

Page 8: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

viiAntologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Menjadi pendengar yang sabar,menjadi pencatat yang tekun,menjadi saksi yang bersahaja,

adalah cita-cita kami”

Studio Pertunjukan Sastra (SPS) di tahun 2015 ini telah sampaipada usia 15 tahun. Sementara itu, acara Bincang-bincang Sastra(BBS) yang digelar secara rutin di akhir minggu keempat setiapbulan tidak terasa telah bergulir hingga 10 tahun. Rasa bahagiadan haru acapkali kami rasakan manakala membentangkan kaindekor, menggelar tikar, menata meja lalu meletakkan beberapabuku karya sastra yang tak laku-laku, menyiapkan kopi dan tehhangat, serta menyajikan pisang godhog, gethuk, lupis, gorengan,dan senyuman. Sejumlah sastrawan, akademisi sastra, komunitassastra, tua-muda, dari DIY maupun dari berbagai daerah diIndonesia pernah singgah untuk sekedar bertegur sapa dan gego-jegan bersama. Kini beberapa di antara sejumlah nama sastrawanyang pernah hadir di SPS telah berpulang. Juga bapak kami,pendiri rumah mungil bernama SPS ini, Hari Leo AER.

Sebagai wujud rasa syukur dan ucapan terima kasih atasilmu yang tiada habis-habisnya kami dapatkan dari karya danpertemuan demi pertemuan dengan para sastrawan, kami men-coba mengumpulkan karya para sastrawan leluhur di DIY danmenyusunnya menjadi sebuah buku sederhana. Buku kecil seba-gai kado kecil yang semoga dapat memberikan manfaat dan

TANDHA YEKTI

.

Page 9: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

viii Astana Kastawa

makna. Sebuah buku yang menghimpun karya 28 sastrawanleluhur di DIY seri yang kedua. Karya-karya itu adalah puisi,cerita pendek, cerita bersambung, nukilan novel, nukilan naskahdrama, dan esai. Sebelumnya, SPS telah menerbitkan buku kum-pulan karya 29 sastrawan leluhur di DIY seri pertama denganjudul Astana Kastawa: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia. Olehkarena itu, buku ini dapat dikatakan sebagai buku lanjutan daribuku yang sudah ada sebelumnya. Tidak salah kiranya jika kamimenyematkan judul yang sama terhadap buku ini, yakni AstanaKastawa: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II. Jika kedua bukutersebut disatukan akan ada karya 57 sastrawan leluhur yanglahir di Yogyakarta maupun dari luar Yogyakarta tetapi mem-berikan sumbangsih bagi perkembangan kesastraan di Yogya-karta. Perlu digarisbawahi, bahwa karya para sastrawan yangterhimpun dalam buku tersebut adalah karya sastra berbahasaIndonesia. Mengenai siapa saja nama sastrawan yang kami him-pun, itu semua benar-benar karena keterbatasan kami yang mem-beranikan diri mencari dan melacaknya berdasarkan padaingatan-ingatan yang samar. Oleh karena itu, kami mohon maafjika ada kekeliruan dalam kami mendapat dan memberi informasiberkaitan dengan isi buku ini, terutama mengenai ketiadaaninformasi tahun kelahiran dan tahun meninggal beberapasastrawan.

Barangkali masih banyak nama yang tercecer, terlewat, danluput untuk kami catat. Namun, dengan jujur kami perlu sam-paikan bahwa kami selalu berdoa dan berharap agar nama-namayang sudah ada tidak bertambah lagi dengan nama-nama baru.Semoga para sastrawan yang masih sugeng senantiasa dikaruniaikesehatan dan umur yang panjang sehingga dapat terus menciptakarya dan mengisi semaraknya dunia sastra di Yogyakarta.

Buku ini hanyalah sebuah jendela kecil untuk melihat sedikitsisi dari rumah besar bernama kehidupan. Semoga karya-karyayang termaktub dapat menjadi pengingat dan penanda bahwabanyak sastrawan Yogyakarta yang telah menorehkan prestasi

.

Page 10: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

ixAntologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

bagi tumbuh-kembang sastra di Indonesia. Hal tersebut tiadalain tujuannya adalah sebagai penggugah semangat bagi generasiselanjutnya untuk terus berkarya.

Pada akhirnya, terima kasih kami sampaikan kepada parasastrawan leluhur, para guru, atas ilmu yang terkandung di dalamkaryanya, kepada segenap keluarga para sastrawan leluhur yangtelah ikhlas memberikan izin demi terciptanya buku ini. Terimakasih kepada Mbah Iman Budhi Santosa dan Pak Mustofa W.Hasyim yang telah dengan sabar momong dan ngancani. Terimakasih kepada Dr. Tirto Suwondo, M.Hum. dan Balai Bahasa DIYatas keikhlasannya mendanai penerbitan buku sederhana ini sertakepercayaan dan keleluasaan kepada kami dalam mendapatkanbeberapa data. Selain itu, terima kasih kepada petugas Perpusta-kaan EAN dan Perpustakaan TBY untuk beberapa data yangdiberikan. Sekali lagi, semoga buku ini dapat memberi maknadan manfaat. Amin.

Yogyakarta, Oktober 2015

Studio Pertunjukan Sastra

.

Page 11: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

x Astana Kastawa

.

Page 12: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

xiAntologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa DIY .................................. VTandha Yekti ................................................................................. ViiDaftar Isi ......................................................................................... Xi

A. Adjib Hamzah (1938-1995) ....................................................... 1Andre Hardjana (1940-) ............................................................... 19Badjuri Doellah Joesro (1951-) .................................................... 35Bambang Indra Basuki (1949–1976) ........................................... 45Catur Stanis (1969-2015) ............................................................... 53Deded Er Moerad (1950-2012) .................................................... 61Dharmadji Sosropuro (1937-) ...................................................... 71Djajanto Supra (1943-) ................................................................... 81Dwiarti Mardjono (1935-) ............................................................ 91Edhy Lyrisacra (1958-2014) ....................................................... 103Hardjana H.P. (1939-) ................................................................. 115Harijadi S. Hartowardojo (1930-1984) ..................................... 125Herman Pratikto (1929-1987) .................................................... 135Iskasiah Sumarto (1948-1981) .................................................... 141Jussac M.R. (-1999) ...................................................................... 153Kuswahyo S.S. Rahardjo (1954-) ............................................... 161M. Nurgani Asyik (1960-2004) .................................................. 171Mahatmanto (1924-1997) ............................................................ 183Mayon Sutrisno (1958-2005) ...................................................... 195Munawar Syamsuddin (1950-2014) .......................................... 207Nyoman Anarti Panoshada (1955-) .......................................... 221

.

Page 13: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

xii Astana Kastawa

Pedro Sudjono (1932-2007) ........................................................ 229Sri Hartati (1954-2001) ................................................................ 239Sujarwanto (1955-) ....................................................................... 249Syu’bah Asa (1941-2010) ............................................................. 261Veven Sp. Wardhana (1959-2013) ............................................. 271Wedha Asmara (1954-2012) ....................................................... 281Wid Kusuma (1955-2011) ............................................................ 289

Sumber Tulisan ............................................................................ 301

.

Page 14: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

xiiiAntologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

: Takzim untuk para guru.

Page 15: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

xiv Astana Kastawa

.

Page 16: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

1Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

1995. Pendidikannya Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta (1954-1956), Akademi Seni Drama dan Film Indonesia Yogyakarta(1955-1957), dan Akademi Metafisika Indonesia Yogyakarta(1958). Ia merupakan salah seorang penanda tangan “ManifesKebudayaan”. Karyanya banyak berupa cerpen dan novel. Cer-pen-cerpennya banyak dimuat di Minggu Pagi, Masa Kini, danSuara Muhammadiyah. Karya-karyanya, antara lain, Sebelum Daun-daun pada Gugur (Novel), Sikap (Novel), Batas Kesabaran (Novel),Perasaan di Bawah Permukaan (Novel), dan Kemenangan (Novel).Ia merupakan kakak kandung sastrawan Hadjid Hamzah.

A. Adjib Hamzah (1938-1995)

.

Lahir di Celep, Yogyakarta, 9 April 1938 dan wafat tahun

Page 17: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

2 Astana Kastawa

.

Page 18: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

3Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Bulan jernih dan daun-daun nyiur di atas itu mengkilap ber-gerak-gerak tertiup angin. Sebondongan awan di langit biru daritenggara membenamkan bulan itu, dan sekitar menjadi mere-mang sekarang. Di jalan serombongan pemuda telah datang lagidari arah barat memasuki halaman dan menghilang di sebalikrumah dekat perigi di sebelah sana. Dia letakkan siku tangankanannya di lutut, memandang tiga pemuda yang duduk, danterbaring di selembar tikar yang dibentangkan di bawah pohonnangka memandangi ke nyala sampah yang dibakar. Kemudianseorang perempuan datang dari balik rumah itu ikut duduk diantara mereka. Dia perhatikan semua ini, orang-orang dan suasa-na di hari-hari yang lalu, tapi sekarang ia merasa menjadi orangasing. Semua tiba-tiba menjadi tidak dia kenal dan dia merasaterlempar dari daerah mereka, jauh dari keadaan mereka. Se-akan-akan tidak terlingkup ke dalam perasaan dan kehidupanmereka.

Jadi, serupa inilah hidup ini berubah, pikirnya dengan me-narik napas panjang. Diambilnya puntung rokok yang tadi di-matikan. Dipilin-pilinnya puntung rokok itu lambat-lambatdengan memandang ke barat. Kini dia bangkit dan lunglai me-langkah ke perapian di sana, berjongkok di depan perapianmengambil sebatang cabang yang terbakar untuk menyulut pun-tung rokok di bibirnya. Mereka seperti peduli saja padanya.Benar-benar berubah pikirnya. Dia menoleh ke wajah mereka,dan bangkit meninggalkan mereka. Dengan lemas pula dia du-

DI SEBUAH PERBATASAN

.

Page 19: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

4 Astana Kastawa

duk di depan pintu. Dilintaskannya pandangannya ke tanahlapang di hadapannya, pada sawah yang meremang, pada bukityang tak lebih dari garis hitam yang melajur dari tepi barat ketepi timur. Dari perapian itu sekarang terdengar suara harmo-nika. Pemuda-pemuda itu menyanyikan lagu jepang.

memusuhi aku sekarang.”Seorang pemuda muncul dari jalan, melangkah pada ketiga

pemuda dekat perapian itu, mereka bercakap-cakap dengankeras, dan lalu tertawa keras-keraspula. Pemuda itu terpingkal-pingkal dengan membungkukkan badan, mulutnya terbuka lebardengan mata menyempit. Dan sekarang pemuda itu memandangpadanya, kemudian lambat melangkah mendekati dia denganmengepulkan asap rokok. Tanpa mengucapkan sepatah katapadanya, pemuda itu duduk di sebelahnya.

“Belum ada kabar?” tanya teman itu.Dia menggelengkan kepala.Dengan bersandar bingkai pintu dia dapat melihat siapa saja

yang datang dan pergi dari markas. Hatinya kian gelisah me-nunggu-nunggu kabar dari kota. Malam kian larut. Sudah hampirpagi.

Dibenamkannya mukanya ke lengan. Pemuda yang dudukdi sebelahnya itu memandang kepadanya.

“Apa yang kau pikirkan?”Dia tidak menjawab. Dia mencoba membayangkan bagai-

mana wajah teman-temannya menangkap adiknya di kota. Diacoba banyangkan bagaimana wajah adiknya ketika ditangkapitu, senyumnya yang tak pernah sedih, sikapnya yang acuh takacuh. Dan aku harus membunuhnya pagi-pagi nanti, pikirnya.Aku harus membunuh dan aku sendiri belum yakin atasdakwaan-dakwaan yang ditimpakan kepadanya!

Serombongan pemuda yang dia tunggu-tunggu itu kinidatang dari barat, melewati pintu pagar itu melangkah ke rumahdekat perapian. Dari cahaya api dari sampah-sampah yang diba-

.

“Hidupku dikuasai semua ini! B enar-benar mereka mulai

Page 20: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

5Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

kar dia dapat mengenali wajah adiknya. Anak itu berjalan dengandada ke depan dan benar-benar langkah orang yang tenang.Diperhatikan mereka memasuki rumah itu. Kesedihan dan kema-rahan mendera lagi hatinya. Perintah yang terlalu! Pikirnya. Akuharus membunuh adik kandungku. Sedang aku sendiri belumyakin akan kesalahan-kesalahannya! Ini perbuatan tidak berhati.Semena-mena dan karena dendam saja.

Dilintaskannya lagi pandangannya ke sawah. Kemudian ketanah lapang. Di sanalah pagi-pagi nanti ia harus membunuhadiknya setelah adik itu menggali tanah untuk kuburannyasendiri.

“Masih ada rokok?” tanyanya.Teman itu tiada menjawab, mengambil rokok sebatang di

saku baju, diberikan padanya dan dia menerima, dan disam-bungnya rokoknya.

Dari rumah di sana terdengar gelak tawa. Ketawa yang mem-bosankan di saat-saat serupa ini. dia tahu betul perasaan yangtersembunyi dalam segala macam ketawa.

Dia palingkan lagi wajahnya ke langit. Ada sesuatu yangmelukai hati. Sesuatu yang sakit. Kesedihan ini benar-benar racunbuat hidupnya. Hidup dengan kesedihan-kesedihan memangterasa sebagai racun yang menipiskan segenap kegembiraan daritenaga hidup.

“Jam berapa sekarang?” tanyanya putus asa.“Sekitar jam tiga.”Badannya berangsur lemas. Sebentar lagi, pikirnya. Rasa

sakit di dadanya merujak lagi. Dilarikannya rasa sakit itu denganbangkit dan melangkah melintasi halaman menuju ke pagar,dengan pelahan, dan meletakkan kedua sikunya di pagar ituketika ia sampai di sana serta memandang ke bentangan sawahdi hadapannya.

Sekarang tergambar dalam pikirannya seakan-akan diasudah berdiri di tanah lapang itu menghadapi adik kandungnya,untuk membunuh! Dia melihat wajah yang kuyu itu memandang

.

Page 21: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

6 Astana Kastawa

kiran itu. dan berpaling dari ladang itu, melangkah lagi denganpelahan meninggalkan pagar. Bulan kembali benderang dan se-kitar hanya kesunyian. Pemuda-pemuda di perapian itu masihterbaring. Mereka sekarang meniup harmonika dengan lagu yangselalu mereka nyanyikan jika mereka pulang dari kota. Laguyang selalu mereka siulkan bersama jika mereka berjalan me-menuhi jalanan besar, jika mereka beroperasi di pasar, atau ketikamereka jaga di perbatasan daerah aman, dengan duduk di pagar.

“Mengapa mesti aku yang membunuh,” keluhnya ketika telahduduk lagi di sebelah teman itu.

Teman itu menoleh padanya, kemudian berpaling ke sawah.Lama dia memandang ke sana. Teman itu orang yang sabar.Dia mencoba tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya.

“Selamanya orang tak dapat hidup persis seperti apa yangmereka inginkan,” kata teman itu. “Orang-orang terpaksa men-jalani hal-hal yang sebenarnya tak disukai. Mereka terpaksa men-jalaninya. Bukan karena tak tahu. Tapi karena terpaksa harusberbuat.”

Dibenamkannya wajahnya ke lengan.“Aku tahu apa yang kau rasakan sekarang,” kata teman itu

lagi. Teman itu menoleh kepadanya. “Tapi aku tak dapat meno-longmu. Pada akhirnya orang bertanggung jawab pada hidup-

kan sedikitpun campur tangan orang lain.”Suatu kesedihan lebih tajam menunjah dadanya. Tanpa ber-

gerak dia dengarkan lagi teman itu berkata.“Dan itu terjadi pada diriku sekarang. Keadaan telah meng-

hadapkanku pada rasa pasrah. Rasa menyerah. Kau takkan ber-daya apa-apa. Ini terjadi karena perang. Karena kekacauan. Disaat orang terlalu tipis mempergunakan perasaan.”

Perempuan dekat perapian itu kini tertawa keras-keras. Diamendengar gelak-tawa itu dan dia tahu betul ketawa macamapa itu. Ketawa serupa ini pernah dia dengar ketika adiknya

.

padanya dengan tak berdaya. Tapi cepat-cepat dibuangnya pi-

nya sendiri. Pada pendiriannya sendiri. Dengan tak membutuh-

Page 22: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

7Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

yang sekarang di rumah dekat perigi itu bermain-main denganMini. Malam itu dia lihat mereka berdua di bawah pohon jambu.Adiknya berusaha mencium gadis itu dan gadis itu tertawakegelian, gemas, dan meremas-remas tubuh adiknya karena pe-rasaan sayang yang terpendam. Itu setengah tahun yang lalu.

Tiba-tiba kini rasa rindu pada adiknya membisu di dada.Semakin kuat, semakin dalam.

Dia benamkan lagi wajahnya ke lengan.Dari jauh terdengar tembakan-tembakan. Dari utara. Tapi

itu jauh benar. Malam-malam serupa inilah ia berangkat ke kotauntuk mengadakan serangan-serangan. Dan aku di sini dirusak-kan oleh oleh kesedihan! Rasanya lebih senang malam iniditugaskan di front yang paling depan!

“Jam berapa aku harus melakukan?” tanyanya dengan tanpamengangkat kepala, pasrah.

“Subuh-subuh nanti setelah ayam berkokok.”Dia lihat lagi ladang itu dalam pikiran, dia mengacungkan

senjata arah adiknya dan wajahnya menentang padanya dengantenang dan penuh keberatan, tapi mungkin juga ketakutan ataupula penuh penyerahan. Dan dalam ketemaraman pagi dia rasa-kan dua berkas cahaya mata adiknya yang bertahun sudah dike-nalnya, mata ibunya!

menoleh ke rumah di mana tadi adiknya masuk dan sekarangdia melangkah ke sana. Di pintu masuk bertemu dengan seorangteman, berpandangan, dingin. Dipandanginya seluruh rumah

Ditatapnya lelaki itu, bukan adiknya. Kemudian dibukanya pintukamar dekat lincak, adiknya terbaring dengan kedua tangannyadijadikan alas kepala, memandang ke pintu. Mereka berpan-dangan. Pelan ditutupnya pintu dan melangkah duduk di tepiamben adiknya terbaring. Adiknya memandang padanya, terse-nyum. Begitu gembira! Seakan-akan tak menakutkan sedikitpunkematian sedang menanti.

.

Dia menarik napas panjang. Kemudian pelan-pelan bangkit

itu. Kemudian melangkah ke lincak di mana seorang lelaki tidur.

Page 23: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

8 Astana Kastawa

“Sudah setengah tahun kita berpisah,” kata adiknya.“Ya.”“Kudengar kau akan menembakku nanti.”Dia memandang kepadanya, tak menjawab. Ucapan itu, yang

dikatakan adiknya dengan senda gurau, benar-benar melukaihatinya. Dia yang selama ini memandang kata-kata itu penuhracun dan dia takutkan, diucapkan oleh orang yang akan dibu-nuhnya dengan senyum begitu gembira!

“Aku sudah berulang kali bilang, katanya menyesal, hendakkau batasi kelakuanmu. Aku sudah berulang kali berkata janganmembuatku marah. Kau masih saja membangkitkan kema-rahanku!”

“Kau takut?”Tak menjawab.“Kau kira aku menyesali dan kecewa mengalami ini? Tidak?”Berpandangan.Adiknya itu melanjutkan lagi.“Selamanya aku memusuhi kau, dan aku tak pernah senang

padamu. Juga kau kira sekarang ini aku merasa perlu untuk me-minta-minta padamu, agar kau usahakan keringanan untukku?Maaf saja. Tidak!”

“Kau ikut merampok dan mengacau kota. Ketika kudengarkabar itu aku sudah meminta agar mereka mau meringankanhukuman untukmu. Atau meninjau kembali kebenaran-kebe-naran tentang perbuatanmu. Tapi sekarang ini masa perang katamereka.”

“Aku benci pada orang-orang kaya!” sakut adiknya. “Kuram-pok malam hari di rumah Haji Munap yang kikir itu. tidak hanya

Kosban, Paturakim, dan sebagainya. Bagi mereka —orang-orangmelarat ini— aku seorang pahlawan. Tapi bukan itu yang kuminta.Aku berbuat karena dendamku pada orang-orang kaya yang tak

.

itu. Banyak lagi. Dan kau kira kumakan sendiri? Kubagikan padasi miskin di kampung kita. Kepada keluarga Mapnapi, keluarga

punya hati itu. Dan kau dan teman-teman kita yang mengaku

Page 24: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

9Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

jadi pahlawan menangkapku untuk dibunuh! Aku yang jugamemerangi musuhmu ini juga kau musuhi!”

Adiknya terdiam lalu. dan tiba-tiba tertawa. Ketawa itu be-tul-betul menyinggung perasaannya.

“Kau persis seperti ibu. Terlalu berperasaan. Tapi kita telah

Mencuri. Minum. Kau tentu merasa jijik.”“Kematian sudah dekat padamu dan kau belum sempat

memperbaiki. Seperti ayah melakukan. Ayah telah.”“Itulah bedanya,” potongnya. “Tapi tak usah takut. Tak

kusesali ini.”Mereka berpandangan.Tiba-tiba dia tersenyum dan mengalihkan percakapan.Kau ingat ketika kita dulu mencuri uang ibu?” tanyanya.Lambat-lambat ia mulai ketawa dan ketawa itu menjadi ter-

pingkal-pingkal —tetapi dalam perasaan yang sangat pahit danpedih— keduanya tertawa.

“Kita lari terbirit-birit dikejar ayah,” katanya meneruskan.“Kau sangat takut ketika itu. Dan kau jatuh di parit di depanrumah Husen.”

“Ya.”Keduanya tertawa semakin riuh.“Ya aku ingat itu.”“Hee, hee, hee! Ketawanya.”Tapi sekonyong-konyong mereka terdiam. Dalam dadanya

penuh dengan penyesalan, oleh perasaan pahit. Sekarang diamemandang adiknya dengan sedih.

“Aku menyesal dulu mengajak kau mencuri uang ibu.”“Karena kejadian sekarang?” sahut adiknya. Dia tidak men-

jawab.“Sebab kau tahu bahwa kejadian ini akan memburu-buru

pikiran dan perasaanmu dalam seluruh hidupmu gila. Tapimungkin pula melumpuhkan sisa-sisa hidupmu kemudian.”

.

kita. D an aku bangga dengan sifat-sifat ini. Jadi. Perempuan.membawa nasib kita sendiri-sendiri. Aku dituruni sifat-sifat ayah

Page 25: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

10 Astana Kastawa

Dengan lemas dia tatap adiknya itu.“Kau telah meninggalkan Tuhan.”“Tuhan yang telah meninggalkan aku!” sahut adiknya keras-

keras. “Kau tahu, apa yang kau pikirkan jika melihat ayah kita?aku merasa melihat diriku!”

“Mintalah ampunan kepada Tuhan malam ini!”Aduknya tertawa sinis.“Aku sudah mlai meminta-minta kepada Tuhan. Dosaku

Barangkali tak mungkin diampuni. Tapi kudengar Tuhan itu ha-nya ciptaan pikiran kita saja. Seandainya kita tak berpikir tentangTuhan, Tuhan juga tak kan ada. Pikiran manusia telah mengada-adakan Tuhan, maka adalah Tuhan itu. dan oleh khayal kita itu,kita telah diracuninya. Hidup kita ini.”

“Kau makin terlanjur murtad.”“Jangan kau salahkan aku. Salahkanlah ayahmu. Kau mesti-

nya menghukum ayah mengapa kita mesti dilahirkan. Kau mes-tinya menghukum ayah kenapa kita hidup jadi serupa ini. ataumesti kau tuduhkan pada Tuhan, kenapa Dia takdirkan hidupkita serupa ini.”

“Kau pikir hidupmu ini kau tentukan sendiri? Kau meniada-kan Tuhan. kau...”

“Hee, hee, hee! Aku senang jika melihat kau marah. Meng-ingatkanku pada ibu kita yang lemah itu. Sayang dia telah mati.Ayah tak berbelaskasihan sedikitpun menyiksa dan menghukumdia. Tapi orang-orang lemah memandang harus dihajar kuat ataubahkan mereka harus dibinasakan, untuk mempersingkat masa

bangga pada ayah. Aku bangga mempunyai ayah serupa dia. Iabenar-benar lelaki. Tapi jika kau tadi bicara tentang Tuha kukirasia-sia saja kau yakinkan aku. Manusia menentukan dirinya sen-diri. Manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Mungkin pula oleh

Tuhan ada dan ikut menentukan? Hee, hee, hee! Buktikan saja

.

sudah terlalu banyak. Kusadari betul-betul ini. Terlalu banyak.

penderitaan mereka. Kasihan perempuan itu, ibu kita. Tapi aku

keadaan. Oleh sekitar kita. Bagaimana kau dapat percaya bahwa

Page 26: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

11Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

sekarang ini kepadaku bahwa Tuhanmu itu ada. Dan berkuasaatas diri kita. agar dirombaknya seluruh keadaan dan situasi

Dia terdiam.“Bagiku waktu lebih berharga daripada Tuhan! Bahwa

waktu, saat, tempo, ataulah sebutan apa saja, seakan-akan telahmendesak dan mengganti kedudukan Tuhan. Benda-benda yangdapat memenuhi kebutuhan hidup manusia itu —lebih— berartidan lebih penting daripada Tuhan!”

Sekarang keberangan adik itu benar-benar memuncak.“Dan kau masih saja menasihati aku tak habis-habisnya untuk

hidup dengan sopan, teratur, sembahyang. Kau lihat itu orang-orang Islam di kampung kita. Kikirnya! Sombongnya! Angkuh-nya! Dan mereka dengan tak bermalu mengaku ber-Tuhan danmengaku pemeluk Islam! Apa lebihnya dari hidupku dan hidupayah yang kau cela dan kau maki-maki dan kau kutuk itu? Akumuak dan benci melihat kepincangan-kepincangan ini. Sebab takada bedanya orang yang beragama. Hanya untuk topeng. Untukmenyelamatkan diri!”

Dia perhatikan adiknya itu, dengan tenang. Dengan kepaladingin. Sekarang tiba-tiba ia merasa berhadapan dengan musuhyang sesungguhnya. Bukan berhadapan dengan seseorang yangselama ini diyakini masih menjadi sesuatu dari jiwanya, darihidupnya. Jadi kegelisahannya dan gangguannya selama ini ha-nya untuk kesia-siaan melulu. Bahwa dia telah memilih langkahyang salah, menaruh cemas dan khawatir terhadap orang yangtak perlu dicemaskan dan tak perlu dikhawatirkan!

“Sesungguhnya manusia ini hidup dalam kerugian,” katanya.Ayat Alquran yang dia ucapkan itu tak dilanjutkannya. Tapiditatapnya adiknya itu.

“Pikiran yang kau gunakan untuk berpikir itu,” katanya lagi,“terang bukan manusia yang mengadakan. Dia dari tempat lain.Dari dunia luar. Dari satu kekuatan di luar kita.”

Adiknya tertawa lagi.

.

sekarang ini. Berubah sama sekali. Benar-benar lain.”

Page 27: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

12 Astana Kastawa

“Baiklah,” katanya dengan tersenyum. “Tinggalkan aku. Akuingin tidur. Aku ngantuk sekali.”

“Sebutlah Tuhan malam ini!”Adiknya hanya tersenyum.Sejenak mereka terdiam.Dan dia bangkit, memandang adiknya lagi. Wajah itu ber-

paling ke dinding bambu. Dengan hati luluh dia tinggalkan ru-

lan lambat-lambat ke timur dengan kepala menunduk, sesekalimenendang-nendang kerikil yang ada di depannya, kemudianmemandang ke tanah lapang.

Bagaimana aku sanggup membunuh adikku sendiri? Pikir-nya. Perasaannya dibangunkan kembali oleh kemesraan-ke-mesraan masa kanak-kanak mereka, oleh kemesraan-kemesraandi tengah-tengah keluarga ketika mereka selalu bersama ibunyadan ke mana-mana selalu berdua. Apa artinya hidup serupa ini?Aku yang selama ini berjuang dengan sungguh-sungguh di setiapfront, harus diakhiri dengan kejadian yang begini! Untuk inikahaku berjuang? Dia berhenti dekat selokan, memandang ke ben-tangan sawah di hadapannya. Lama terdiam memandang kesana. Lalu dipalingkannya mukanya pada pemuda-pemuda diperapian itu.

Lantas pelan-pelan melangkah mendapatkan komandan.Komandan itu sedang tidur. Dia bangunkan komandan itu.

“Ya?” kata komandan itu dengan berusaha tetap jaga.“Saya minta agar perintah ini dikenakan pada orang lain,

bukan saya. Saya tak sanggup.”Komandan itu memperhatikannya dalam keremangan lampu

minyak tanah.“Saya tak sanggup. Ini keterlaluan. Tidak adil! Berlawanan

dengan...”“Kau harus mengerjakan subuh-subuh nanti,” potong ko-

mandan itu.Komandan itu sekarang tidur lagi.

.

mah itu. Dia menuju jalan pedati, memandangi seputar dan berja-

Page 28: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

13Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Saya tak sanggup, Pak.”Komandan tidak menyahut. Dia tetap tak bergerak dari tem-

pat itu, berharap komandannya itu akan mengubah putusannya.Tapi komandan itu telah pulas kembali. Hatinya meluap dengankemarahan dan kebencian.

Dan ditinggalkannya komandan itu, melangkah ke kamar.Temannya terbaring di amben. Dia duduk di tepi amben itudengan kepala tertunduk.

“Tenangkan hatimu,” terdengar temannya berkata.Dia tidak menyahut.“Kerjakan saja,” kata temannya itu lagi setelah lama diam.“Kau tak merasakan apa yang kurasakan!” keluhnya.“Terimalah apa yang terjadi. Orang terpaksa harus menerima

meskipun tidak ingin menerima. Seperti telah kukatakan tadi,manusia selalu bergulat dengan keadaan. Dan keadaan tak akanpernah mempunyai akhir.”

Tubuh itu kian juga lemas. Seperti tak bertulang lagi. Dire-bahkannya badan yang telah lemas itu pelan-pelan di amben, disebelah temannya. Kemudian ditengkurapkannya badan yangsedang kesusahan ini dengan muka dibenamkan di tangan.

“Apa bedanya adikmu dengan Belanda-Belanda yang kaumusuhi dan kau uber-uber untuk kau bunuh itu?” tanya temanitu. Dia semakin dalam membenamkan wajahnya. Teman ituingin dia berkata. Karena itu dia menunggunya mau mengatakansesuatu. Lama ditunggunya. Dan ketika tahu bahwa dia tak jugamau berkata, teman itu meneruskan, “Belanda-Belanda itu kauanggap musuh dan jahat. Meskipun barangkali ada di antaramereka sebenarnya yang baik-baik. Dan seorang ayah yang baik.Mungkin pula anaknya banyak. Mungkin pula istrinya cantikdan benar-benar mencintai dia. Barangkali belanda itu anak tung-gal dan ibunya masih hidup sekarang ini dan sangat sayang pa-danya. Dan di negerinya di sana dia dikenal sebagai seoranglelaki yang patuh pada agama, sopan, juga mengerti pada kebu-

.

Page 29: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

14 Astana Kastawa

tuhan masyarakat. Dan Belanda itu harus kita bunuh. Apa beda-nya dengan adikmu?”

Dia tak menjawab. Tambah kuat dibenamkannya wajahnyadi tangan, lantas pelan-pelan diangkat, memandang pada bedilyang bersandar di dinding bambu. Atau aku harus bunuh diri

“Apa bedanya dengan adikmu?” tanya teman itu lagi. “Adik-mu telah melakukan kejahatan-kejahatan di kota pada pendudukyang sedang dalam kesusahan. Adikmu telah mempergunakankesempatan di dalam kesempitan orang. Mengapa kau tidaksanggup membunuhnya seperti kau hina dan kau bunuh Belan-da-Belanda itu, yang barangkali tidak jahat samasekali, tetapihanya karena terpaksa datang dan menjalankan perintah yangsebenarnya tak dikehendaki oleh hati nuraninya sendiri? Dansekarang kau ragu-ragu harus membunuh adikmu. Mengapa?Karena dia kau kenal sebagai adik kandungmu? Sebagai sauda-ramu? Seayah-seibu. Kalau ini kejahatan (sebab dia juga telahmerusak negara dan kehidupan rakyat) mengapa tidak kau su-dahi? Akankah kau biarkan kejahatan-kejahatan yang ada dalamdirimu, jika kau sebagai orang Islam, sebagai pemeluk yang taat?Atau kau lebih senang membunuh orang lain yang tak memunyaikesalahan apa-apa daripada membunuh kejahatan yang ada da-lam dirimu itu? Di mana keadilanmu yang kau tuntut itu? Dimana keislamanmu? Di mana perikemanusiaanmu? Apakah ke-manusiaan hanya untuk pantas-pantas saja sebagai hiasan bibir,atau untuk embel-embel kata moral, hanya untuk diucapkan sajadan tidak untuk diwujudkan dalam kehidupan di antara demiki-an juta banyaknya manusia? Kau sangka Tuhan akan menerimabegitu saja ucapanmu bahwa kau sungguh-sungguh mencintaiTuhan dan patuh pada-Nya, tanpa menguji kau? Untuk berimandan bercinta tidak mudah. Untuk menjadi lelaki pun tidak mu-dah. Kau mesti membuktikan dengan demikian banyak pembuk-tian. Untuk menjadi segala-galanya yang benar-benar berartiserta disadari dan tumbuh dari keyakinan, tidaklah mudah. Kita

.

dengan bedil itu? Pikirnya tiba-tiba.

Page 30: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

15Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

mesti merombak dan memerangi akar-akar yang meracuni diri,untuk memunculkan kesadaran yang baru itu.”

Di luar terdengar koko ayam jantan. Dia masih tetap ter-diam.

Diperhatikannya sekali kesunyian sekitar dan mencoba me-nangkap bunyi yang dapat terdengar olehnya. Sepi, diraihnyabedil itu, kemudian dipeluknya dan pipinya ditelekankan padabesi dingin itu.

Sekarang tiba-tiba dalam hatinya tumbuh suatu kekuatanbaru. Penuh kepastian. Penuh keteguhan.

wanya bedil itu melangkah ke pintu keluar. Dia berhenti di pintu,memandang ke rumah di sana. Di pintu rumah di sana adiknyamuncul bersama tiga orang lelaki, menuju ke tanah lapang denganmembawa cangkul. Dia ikuti mereka dengan pandang mata.Sekarang mereka menyeberangi yang tadi dia lewati, meloncatiselokan mencapai tanah lapang. Sekarang mereka berhenti. Danadiknya mulai menggali tanah. Angin pagi membersit denganlembut dan ayam-ayam jantan tambah ramai berkokok di sana-sini. Seperti gemeremang duyunan orang-orang bertakbir.

Salah seorang dari ketiga lelaki di tanah lapang itu mening-galkan mereka menuju padanya.

“Sudah,” kata lelaki itu. Dia mengangguk. Lelaki itu me-ninggalkan dia menuju ke tanah lapang lagi.

di tanah lapang itu bertegangan mengarahkan pandang matapadanya.

Mereka memperhatikan dia mendapatkan adiknya.Sekarang dia melihat di wajah adiknya itu suatu kesunyian

di balik bintik-bintik keringat, kelesuan, ketakutan, kecapaian.“Aku selalu menasihati kau untuk berbuat baik,” katanya.

“Kau selalu melawan.”Adiknya tidak menyahut.

.

Pelahan dia bangkit. Ditatapnya teman itu. Kemudian diba-

Dia masih berdiri di pintu. Tiga orang lelaki dan adiknya

Page 31: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

16 Astana Kastawa

“Apa yang menjadi bekalmu untuk menghadap Tuhan?Dalam hidup kekal nanti? Dapatkah manusia meniadakankematian? Kematian ini adalah kebenaran. Meskipun belumterjadi padamu, tapi itu pasti terjadi. Meskipun belum terjadipada setiap orang, tapi itu pasti akan terjadi. Kematian telahmenunggu kau. Dapatkah manusia melawan kebenaran? Harikiamat dan akhirat adalah kebenaran. Dan hari kebangkitansetelah matimu juga suatu kebenaran. Walaupun kebenaran inidatangnya lambat. Tapi itu kebenaran.”

Mereka terdiam.Dan dia berkata, “Kau telah menuhankan waktu. Menu-

hankan keadaan. Menuhankan benda. Bahkan menuhankandirimu sendiri. Kau Tuhankan semua itu sebab kau tidak sanggupuntuk mencapai yang lebih tinggi. Kau telah kembali kepadaanimisme. Kau tidak sanggup menemukan sesuatu yang me-nguasai waktu, yang menguasai keadaan, yang menguasai bendadan segala-galanya, dan menempati dalam waktu dan keadaan,terhadap yang Dia wujudkan dan gerakkan.”

Sekarang dia lihat di mata adiknya airmata.“Jangan berkata banyak-banyak lagi,” kata adiknya. “Bu-

nuhlah aku cepat-cepat.”“Ingatlah Dia.”Dan adik itu sekarang mulai menangis.Kemudian, di luar dugaan adiknya itu berkata, “Bolehkah

aku melakukan shalat dulu?”Mereka berpandangan.“Aku ingin meminta ampun pada Tuhan. Setelah itu laku-

kanlah tugasmu.”Ketiga lelaki itu terdiam memperhatikan mereka.Adik itu segera berjalan ke perigi mengambil air wudlu,

dan balik lagi ke tanah lapang, berdiri di dekat liang yang diagali, melakukan sembahyang dua rakaat.

Kokok ayam jantan tambah riuh seperti gemuruh takbir dimedan perang.

.

Page 32: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

17Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Kini adik itu selesai shalat dan bangkit menantang kakaknyadengan tenang-tenang.

“Aku sudah siap,” katanya.Dan dengan tenang sang kakak berdiri sejarak lima belas

meter di depan adiknya, mengacungkan senjata arah adik itu.Dan ditembaknya adik kandungnya itu, tiga kali.

.

Page 33: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

18 Astana Kastawa

.

Page 34: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

19Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir 8 November 1940 di Yogyakarta (informasi tahunwafat Andre Hardjana belum berhasil diketahui oleh tim pe-nyusun). Pendidikannya, setelah rampung SD, SMP, SMA diYogya, melanjutkan ke jurusan Bahasa dan Sastra Inggris IKIPSanata Dharma (hingga sarjana muda) dan Fakultas Sastra Ju-rusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada tapibelum tamat. Ia mendapat beasiswa belajar filsafat kebudayaandi Universitas Nijmegen, Negeri Belanda (1966-1967). Melan-jutkan belajar (menjadi Graduate Assistant) pada Departement ofEnglish, State University of New York, Buffalo, New Yorksampai mendapat Master of Arts. Mendapat Individual Grant dariFord Poundation Jakarta untuk studi komunikasi sosial, psikologisosial, dan ekonomi (5 tahun), di Universitas of Wisconsin,Madison, USA, sampai mendapat gelar Ph. D. (1980).

Andre menulis puisi, esai, kritik, dan menerjemahkan puisi.tulisannya dimuat di beberapa majalah dan surat kabar, antaralain Basis, Horison, Budaya Jaya, Kompas, dan Sinar Harapan. Pernahmenjadi redaktur majalah Basis (1962-1966 dan 1969-1971). Mulaitahun 1970 menjadi dosen dan peneliti, mengajar metodologipenelitian sosial, sosiologi ekonomi pem-bangunan, dan menge-lola mata kuliah Poetry di Fakultas Sastra Jurusan Inggris,Universitas Atmajaya, Jakarta.

Andre Hardjana (1940-)

.

Page 35: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

20 Astana Kastawa

.

Page 36: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

21Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

dalam kehidupan makhluk dua berjenisberlaku satu hukum alam tiada terlukis

—aku dipinang, tapi aku memilih kau meminang, tapi kau dipilih—

tapi ada kehidupan manis buat para terpilihdi mana berlaku hukum penabur benih

—aku taburkan benih rahmat anugerah atas hatimu, yang terkandung tanah—

—aku meminang, tapi aku pula yang memilih kau dipinang, tapi kau tak dapat memilih atas hatimu telah kutabur benih—

wahai bunda ini alam kehidupan penabur benihbenih kehidupan atas makhluk dua berjenis

(aku pun telah dipinang sebagai kaupun dipinangDulu kakimu menulis di debu: —ya aku mau—)

1962

SURAT BUAT BUNDA

.

Page 37: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

22 Astana Kastawa

ia lahir di padang pasirdi mana kembara setiap penyairtersisih dari kehangatan kota leluhurdi mana Jahwe dan ummatNyaberjabat tangandalam korbandan lagu-lagu masmur

di sini Ia lahirkerna tak seorang kan mengusirdi sini yang hadirseorang bapa keluargameski ia tetap jenakadan seorang bunda rupawan mudameski ia tetap perawan juga

di sini Ia lahirdi dalam lobang gua batudi dalam kandangkeledai dan lembumendengus di dalam gelisah tidurnyalantaran lapar dan hauslagu kerinduan insan sepanjang zamansejak Adam dan Hawa kenal derita

OBADA ANAK MANUSIA

.

Page 38: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

23Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

di sini Ia lahirdi tengah padang pasirkerna tiada seorang bakal mengusirlantaran para gembala pun orang usiranyang selalu gembira menyambut setiap kelahiran

dan anak-anak dombanyayang turut menghuni bumi kerinduanIa anak dombadan anak manusiatapi ia pun gembalayang selalu gembira menyambut setiap kehadiranmanusia dan domba-dombanyaIa teramat manja oleh deritadan matikerna cinta ummatNya terpilihdan dunia yang selalu mengusirdi mana pun ia hadir

1964

.

anak-anak istrinya

Page 39: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

24 Astana Kastawa

Sungai ProgoKaulah kelana lata yang lobaSemakin muramLantaran alam yang dendam—Merapi bisul api di mata airMemuntah pasir segan mengalir—

Semakin dendamTiada lagi berceritaTentang padi-padi gemersikSedang para petani lelap tak terusik

Sungai muramDi hatimu terbenamRahasia paling dalam

Manusia-manusia dendamKaram dimabuk malamDan alam yang geram

1963

SUNGAI PROGO

.

Page 40: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

25Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

siapa tamu yang di luar ituyang selalu memandang cemas dan ragupada pintu yang terus diketukinyadengan batuk-batuk kehadirannya?—spada aku datangtiadakah kamar ini dihuni orang?—jangan, jangan kau keluardi luar angin berkejaran menyapu langit yang kusaiwahai, tidurlah manis sementara kubacakansajak sakit yang telah kutulis buatmubatang cemara yang tegakmeski dilelahkan angin panas yang bergurauan

1964

SAJAK SAKIT

.

Page 41: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

26 Astana Kastawa

kamar ini mengasingkan kitadari teriknya angin yang tiada hentinyamenghalaukan debu ke sekujur kota kesayangan

bagaikan sepasang elang laut lelap di batu-batu karangdalam bungkamnya terkulum kisah kembaramenepis buih menghitung ombak sepanjang zamandan di bawahnya laut semakin menggeloralantaran bulan pun penuh malam nanti

atau bagai pejuang-pejuang kemerdekaanyang telah teruji kejantanannyalantaran tersingkir dari pertempurandalam pesona celah-celah terali besimusuh-musuh rebah.hatinya tiada henti-henti menggaungkanrencana kemenangan: kemerdekaanyang akan membukakan pintu penjara yang mengurungnyasementara di luar angin basah lirih berbisik:—tinggallah di sini debu-debu bebankujadilah bumi limbur kerna di kota ini mesti ditanampohon-pohon yang rindangbuat mengenang pejuang yang tiada sempat pulangmeski kemerdekaan sudah lama diproklamasikan—

KAMAR INI

.

Page 42: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

27Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

kamar ini mengasingkan kita berdua sajadan melalui jendela ini angin bersiutan datangdari pohon-pohon rindang yang telah ditanambuat burung-burung yang riang berkicauanmembangunkan kau dan aku dari pesona duka.

1964

.

Page 43: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

28 Astana Kastawa

inilah malam terakhir yang teramat didambadalam perjalanan mereka di atas duniamalaikat yang dengan pedang api di tangan kanandan tangan kiri telah menunjuk arah semak-semak berdurikini tampil kembali dengan bintang di dahidan membukakan lagi mereka gerbangkeselamatan yang selama ini terkatup rapat

mereka mengendap-endap menempuh malamyang telah menenggelamkan sekalian harapsedang di belakang mereka umat bagaikan seranggamerayap-rayap mencari api sepijar

inilah malam terakhir yang teramat didambakarena telah mereka jumpai Adam dan Eva keduadan selesailah tugas mereka menjelajah dunialalu diserahkannya buah larangan di tangan:dosa pusaka mereka

— terimalah buah yang semula kami duga membawa hayatTapi Cuma mengandung sial dan ajalDan selesaikanlah perhitungan kami dengan duniaDan bapa kami yang di sorga—

NATAL PERTAMA: ADAM DAN EVA

.

Page 44: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

29Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Persembahan pertama dari sepasang pengantin pertamaAdalah awal perhitungan tahun keduaMasa derita buat Adam dan Eva kedua(Kristus kecil dan Maria bunda sapta sengsara)

lalu mereka pun menghilang, entah ke manakerna gembala-gembala dena dalam gegasnapas terengah sudah sampai juga di gua itumereka lihat seorang bunda muda memangku seorang puterasebagaimana malaikat yang berbintang di dahitelah mewartakannya dalam tingkah lagu“Gloria di sorga tinggi dan damai buat seluruh bumi”

persembahan gembala-gembala dena ituserunai buluh telah lahir demi dosa mereka pertamadan demi kerinduan kita semua.

1965 .

Page 45: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

30 Astana Kastawa

jadikan cintaku langit di malam hariya tuhan kebenaran semesta yang ramah

kerna langit itu pada setiap waktumampu memberi apa sajaapa saja, bintang-bintang, bulandan matahari di dalam kandungan

bermula kemesraan pada bumidi kala senjadan berakhir keramahan hatidi kala fajar menjagakan bumi

1965

DOA SEORANG BOCAH

.

Page 46: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

31Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

batang-batang itu adalah kenanganyang semakin kurusdan akhirnya hilang di balik salju

semara yang biasa gaduh dalam candadengan angin tenggarakini bungkam dalam deritamenunduk berat ditindih saljupucat dan semakin beratdalam kenangan cintatiada hati buat mengaduhpucat, putih dan semakin putihlenyap segala kenanganlenyap duka dan sedih

putih rinduku putih cintakuadalah cinta dalam kenang dan rindu

New York, Media Desember 1967

SALJU

.

Page 47: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

32 Astana Kastawa

jangan kau beri kamidamaikami adalah pejuanghidup buat berperang

berilah kamibadaibangkit menderubersama saljumengoyak sepi yang membelenggu

kami empas:puas lagi pulasorang-orang terbius di larut malamdi atas mobil, di dalam bardi lorong-lorong, dan trotoar

tiada damai di atas bumimalam inidan tiada seorang menyesalinyatentu juga kami

kami tunda damaibuat hidup esok

“Sajak-sajak Anna”

1970

PASKAH 1968

.

Page 48: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

33Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

deru deburnya kudengar dari jauhsemakin dekat semakin riuhtenaga alam yang tiada hentinya menggelora

ombak demi ombak meriakjadi tangga jakobdan sayap-sayap putih pun melayapcepat, tiada berjejakdengan tanpa satu tanya:adakah tempat buat saya di sana

setiap gejolak ombakmenambah satu nada baruyang tiada pernah kan terulang lagi

di sini tiada seorang berteriakmereka datang berbisik-bisik:rahasia besar tercurah ke dasar bumijadi teka-teki ilahi di dalam hati

sunyi kata-kata di siniberarti menambah satu rahasia lagi

niagara meriak terjun ke matasatu kata membawa sunyi

1971

NIAGARA FALLS

.

Page 49: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

34 Astana Kastawa

.

Page 50: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

35Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Yogyakarta 3 Oktober 1951 (informasi tahun wafatBadjuri Doellah Joesro belum berhasil diketahui oleh tim penyu-sun). Pendidikannya, SD di Semarang, SMP-SMA di Kebumen,lantas Jurusan Administrasi Negara pada Fakultas Sospol UIIdi Yogyakarta. Pernah pula belajar Ilmu Hukum di Yogyakarta.Di samping itu, ia terpilih untuk mengikuti pendidikan dramapada Philipine Educational Theater Association Central, Institut ofTheater arts in South East Asia di Quezon City Philipines 1980.Pada tahun 1974 mendirikan Teater Merah Putih dan Teater UII.Pada tahun 1975 ia terpilih menjadi aktor terbaik porseni ma-hasiswa di Yogyakarta. Setelah selesai kuliah ia kemudian men-jadi guru, aktif sebagai pekerja sosial, peneliti, tenaga penyuluhmasyarakat, dan penyiar di radio UNISI Yogyakarta.

Puisi-puisinya termuat dalam antologi Kemarau (kerja samaFakultas Sastra Universitas Indonesia dengan Universitas Ma-laysia), Penyair Yogya Tiga Generasi, Penyair Insani, Semarang dalamPuisi Perjuangan. Telah menerbitkan lebih dari 20 buku antologipuisi tunggal. Antologi puisi tunggalnya yang ke 29 berjudulKudengar Tembang Buruh (1994). Kesan kenangan mengenai Ma-lioboro rasanya masih menjalar pada sebuah puisi yang sempatmemenangkan lomba lebih dari 300 puisi para penyair yang per-nah ada dan hidup di Yogyakarta yang diselenggarakan Komu-nitas Sastra Indonesia DIY tahun 2000, dan dibukukan dalamantologi Pasar Kembang (Yogyakarta 2004).

Badjuri Doellah Joesro (1951-)

.

Page 51: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

36 Astana Kastawa

.

Page 52: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

37Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Tembangmu waktu subuh kudengar lamat jauhDari mega-mega yang merah mudaDan dinginnya pagi, menyanyikan:Lagu duka, kau anak petani.

Kuingin selalu dalam lagumuSejak batang tebu yang kau pilihkanSore kemarinJuga bunga tebu yang kau tebaskanDi tegalan ini,Tak memberikan arti, bagi sebuah kehidupan.

Buruh tebu, menyudahi masa rembangnyaMenutup ceritera lampau sejak purba.

1994

TEMBANGMU WAKTU SUBUH

.

Page 53: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

38 Astana Kastawa

Berderet langkah di atas bantalan besi kayu disaksikan tebingWinongo, yang menganga sambil melambaikan rayuanmu,adakah telah sirna, arti perjuangan sang Pangeran?

Di Tegalrejo, sekarang potret hidupku,kugantungkan,ada istri serta anak-anak tersenyum di dinding,memberikan terus gempitanya, sorak-sore di atas awan-awan,kampungnya yang permai.

Kudengar pasti, hingga sekarangkilatan keris Sang Pangeran, membelah dadaku yang gempal,pernah ringkik kudanya, mendepak tanah tegalan,tanda terus maju, menyamakan langkah bagi seluruh warga:di sini ada barisan, petani, kaum santri,juga para wanita, dengan ani-ani ditangannya.

Sedangkan jauh di surau, yang terhimpun daun-daunpedesaan,selalu melantunkan asma-Mu, tiada henti bagi air mengalir,tiada henti.

Ada kesunyian terus berjalan, sejak sepanjang Winongo,Sudagaran, Tegalrejo dan Tompeyan, tandanya aku masihtresna,

SEPANJANG REL-REL TEGALREJOPERNAH SANG PANGERAN,

MENCABUTNYA TANDA CERITERA PERANG

.

Page 54: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

39Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

sambil terus berlalu, memenuhi,memukuli genderangmu, bertaluterus bertalu

Desember 1999

.

Page 55: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

40 Astana Kastawa

Kau masih lelap, ketika dia mengayuhKau sapu kehidupanTak gentar segala cara dan cuacaMembenahi tangisan yang tersandung.

Tak henti, semua gema terpenuhiSepuluh tahun sudah, segalanyaTertumpuh.

Bagimu tanah garapan,Memberikan cerita tuntas.

Tapi sepuluh tahun sudahBatas terlampau dengan sabarDan narima.

Ini sebuah lakon,Yang ia junjung dalam diam.

1994

TEMBANG SIANG DARI SEKITARJALAN JENDRAL SUDIRMAN

.

Page 56: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

41Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Teruslah puluk nasimu, teruslahWahai kaum buruh kotaLuruhkan segala keringat ke dahiTatap segala hidup birahi.

Di antara tembok-tembok PecinanSumpek, benam, kerontangKau telanjang, dada telanjangMengusap setiap napas, tengah malam.

Kau ayunkan ganco di pundakmu,Yang telah membuaimu mimpiSeharian kerja tak usai,

Tak selesai.

Yogyakarta, 1988

TEMBANG DARI PECINAN

.

Page 57: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

42 Astana Kastawa

Sebuah perempatan kotaAda bara api dan sekerumun kuliAku di antaranya.

Memecah malam dalam gelak tawaMemecah dingin panjangMembakar seluruh jiwa dalam baraAku di antaranya.

Habis telah ngobrol sepanjanghabis telah

Tanpa awal nasib kekinianTak membawa mimpi dariTidur semalam.

Aku di antaranya,mendendangkan nasib bagi para kulisuatu malam,

Aku salah satu, di antaranya.

Yogyakarta, 1989

SEBUAH MALAM

.

Page 58: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

43Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Aku tak bicara tentang anginDan wangi serta cekikikan malam.

Tapi selalu nasib yang berputarBagai kitiran lepas.

Gerimis tangismu sudah kau tumpahkanBila sejak pagi, sisa hidupTak sejumput pun kau resapi dalam-dalam

Mengoceh tidurku, tanpa tanyamu.

Kau tersenyum, sepanjang jalan iniSepanjang hari iniSepanjang hasta terbagiSepanjang malam tersisih

Tak satu pun kita melihatnya,

Dari sebuah ampunan dosa,Kita berlari dalam ujung simpulYang tak mungkin lepas di alam bebas.

Yogyakarta, 1990

SEKITAR PASAR KEMBANG

.

Page 59: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

44 Astana Kastawa

Lagu lelaki, yang lapar, yang laparTak akan pernah kau jumpai, dalam hidup senjaSedang kau berdiri, alpa, bagi kehidupanTak tahu, dari sebuah angka-angka lagu hidupYang dinyanyikan untuk sembarang jalanYang diteriakkan, bagi sudut kota.

Kemerdekaan, adalah lagu abadiYang terus hidup, dan hidupUntuk mereka yang setiap saat, menggeluti alamSelalu katakan, upaya adalah sudah tinggal siangKita, adalah lakon, yang semalam nyenyakTak pernah lagi melupakan, tapak semula bayi ini lahirSungguh tidak, tak pernah lagi melupakan,

Di seberang jalanmu, lelakiYang tak pernah usai, tak pernahMembawa dirimu, pasrah di layar kembangTak lagi sesat, sebelum putus.

Ini, lagumu, yang pernah kudengarIni, lagumu, yang pernah kudendangkanSewaktu kita lapar.

Malioboro, 1991

LAGU LELAKI SEBERANG JALAN

.

Page 60: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

45Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Ceper, Solo 2 Juli 1949 dan wafat di Yogyakarta 12Desember 1976. Saat meninggal sedang menyusun skripsi kesar-janaan (S-1) di Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta. Cerpennya dimuat di Horison, Kompas,Sendi, Minggu Pagi, Pelopor Yogya, dan lain-lain. Ia merupakanadik kandung sastrawan Kuntowijoyo. Kumpulan cerpennyaberjudul Perburuan (1976), sementara salah satu cerpennyaberjudul “Hati Ibunda” disertakan oleh Satyagraha Hoerip dalamantologi Cerita Pendek indonesia IV (1986).

Bambang Indra Basuki (1949–1976)

.

Page 61: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

46 Astana Kastawa

.

Page 62: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

47Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Ketika aku baru saja keluar dari kantor redaksi untuk meng-ambil honorarium dari artikel yang telah kubuat; seorang lelakimuda dengan tersipu mendekat. Kemudian dengan agak malu-malu ia membungkuk hormat “permisi, Tuan,” katanya. Akuperhatikan ia dan mengangguk dengan hormat pula. Lelaki itudengan agak tersipu sedikit melangkah ke depan sehingga mem-buat formasi yang berhadap-hadapan. Kemudian dengan matayang lembut ia menatapku dan wajahnya yang amat ramah ter-senyum; “maaf, apakah Tuan sekiranya bisa memberi uang limaperak kepadaku untuk membeli ketela?” lalu ia terdiam sebentarmenggosok tengkuknya dengan tapak tangan yang kanan; kemu-dian mengambil sapu tangan dan menggosokkannya pada ta-ngan-tangannya; “maaf kalau ini amat mengganggu Tuan,”terusnya lirih.

Sesaat aku pandangi lelaki itu. Sebentuk tubuh yang atletisyang diselimuti dengan baju yang sudah koyak, celana dril dansepatu basket yang sudah lusuh. Aku pikir ia teramat baik untukmenjadi seorang peminta. Tidak ada padanya untuk tampangitu.

Meski koyak, tetapi aku yakin kalau lelaki itu telah berusahamematut-matut dirinya dengan baju itu, sehingga ia kelihatanserasi dengan bajunya. Maksudnya, baju itu tidak mengurangikesan yang baik terhadap dirinya.

Baru saja aku menerima uang dari kantor koran, apa salah-nya jika kuambil sedikit untuk makan bersama? Mungkin dengan

SEORANG LELAKI

.

Page 63: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

48 Astana Kastawa

sedikit berhemat akan tidak terasa benar kekurangan uang be-lanja untuk bulan depan. Kemudian aku gamit tangannya denganhati-hati: “Mari kita makan sama-sama,” kataku.

“Makan?” ia ragu sebentar. Tetapi terus saja kugeret tangan-nya sehingga ia terpaksa mengikut.

“Kita makan sama-sama. Aku punya langganan makan yangmurah,” kataku lagi.

Kemudian kami berjalan ke selatan menyusur jalan termegah

dirinya dalam rangka untuk menyambut peringatan kemerde-kaan. Kulihat lelaki di sampingku ini sempat juga memperhatikankesibukan-kesibukan yang terjadi di jalanan. Ia berjalan denganmenunduk, seolah sedang berpikir masalah yang rumit. “Kenapakau?” tanyaku.

“Aku tidak tahu Tuan,” katanya. “Kota ini telah jadi mono-ton. Semua terlalu patuh pada atasan. Pagar-pagar semua dicatputih, pohon-pohon asem yang rindang telah ditebang. Seolahitulah cara kita untuk menghargai kemerdekaan.”

“Soalnya kita sekarang lebih denang jadi kambing penurutdaripada mempunyai kreasi sendiri.”

“Itulah kesalahan kita,” katanya pasti.Kemudian kami berdiam diri hingga masuk ke warung lang-

gananku. Aku pesan dua porsi sate dan segelas susu. Lelaki ka-wanku memesan segelas es teh yang dingin. “Tuan baik sekali,”katanya dengan lembut.

“Sebetulnya saya tidak usah terlalu sengsara macam beginiTuan. Soalnya ini adalah masalah kehormatan. Jika saja sayamau kawin dengan gadis itu, tidak usah saya tadi minta uanglima perak untuk membeli ketela. Tetapi kehormatanlah yangmemaksa saya untuk menolak ajakannya buat kawin. Tuan tahu,jika seorang lelaki minta hidup pada pihak wanita saya kirapribadi saya akan bersalah karena telah merendahkan derajatkelaki-lakian saya sendiri. Tidak begitu murah harga seoranglelaki. Bukankah demikian Tuan? Atau mungkin tuan justru akan

.

kota ini. Di jalannya itu sendiri sedang sibuk untuk mempercantik

Page 64: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

49Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

berpikir sebaliknya?” lelaki itu kemudian diam. Saya juga diammemperhatikan omongannya. Beberapa aku tidak setuju, tapikukira bukankah hal yang bijaksana jika harus memperdebatkankesakinan masing-masing selagi waktu akan kita jelang? “Sayamahasiswa Sosial Politik, Tuan. Beberapa waktu yang lalu ayahseorang yang paling kaya di Lampung. Beberapa unit penggi-lingan beras mengangkat ayah ke derajat yang paling tinggi didaerah Lampung. Apa yang tidak bisa dibeli dengan uang?”

Ketika makanan yang kami pesan telah diantarkan, kugamittangannya. Aku makan dan lelaki itu makan dengan tergesaseolah kelaparan yang baru saja diderita akan dilenyapkan dalamsekejap.

“Sobat—”Ia menoleh. Sendoknya pelan-pelan diletakkan di piring dan

ia memandangku dengan mata tanya. “Mungkin sebuah kehor-matan bagiku jika Anda mau menceritakan perempuan itu.”

“Perempuan?”“Perempuan yang minta kawin dengan Anda,” kataku lagi.“Oh, aku khawatir Tuan akan jatuh cinta kepadanya,” kemu-

dian ia tertawa lirih dan aku tersenyum. “Soalnya ia terlalu can-tik. Baiklah. Apa yang harus disembunyikan bagi seorang saha-bat seperti Tuan. Bukankah demikian? Ia seorang gadis yangcantik sekali. Pada pandanganku tidak ada gadis lain secantikdia. Cantik dan kaya. Itulah sebabnya banyak kawan-kawankuyang iri. Kau beruntung; kata kawanku. Beruntung; jawabkuwaktu itu. Nah, Tuan bisa membayangkan, aku anak seorangkaya pula. Tetapi setelah ayahku terlibat dalam sebuah pembe-rontakan komunis maka ayah dibunuh dan harta kami habisdirampok mereka. Dan kami menjadi teramat miskin sekarang.Dan aku merasa amat tersinggung ketika ayah gadisku menyuruhkawin dan akan terus membiayai studiku. Nah, bagaimana me-nurut Tuan? Mungkin sisa kesombonganku sebagai anak seorangkaya masih bersarang dalam hati, sehingga hal itu sangat me-nyinggung kehirmatan diriku. Bagaimana?”

.

Page 65: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

50 Astana Kastawa

Aku terdiam. Kemudian pelan-pelan melanjutkan makannya.Agak pelan sekarang. Kemudian dahinya berkerut, sebuah pi-kiran yang rumit mungkin sedang meliput otaknya. Ia diam amattenang. Dan aku memesan makanan untuknya kembali. “Sebe-tulnya sudah terlalu cukup Tuan,” katanya.

“Aku baru punya uang. Kita pesta kecil sekarang.” Katakugembira. Ia tersenyum dan aku tertawa. “Menarik sekali kisah-mu,” kataku lagi.

“Ya. Mungkin menarik bagi Tuan, tetapi sangat rawan ba-giku.”

“Aku juga bisa merasakan penderitaanmu. Sebagai sesamamahasiswa toh kita harus saling ikut merasakan kepedihan yangdirasakan oleh yang lain,” kataku merentet. Aku tidak senangsebetulnya jika dikira terlalu egois dalam menghayati kehidupan.Itulah sebabnya simpatiku betul-betul mulai tercurah padanya.Makin pelan-pelan aku menghabiskan makan sate. Dan lelakikawanku terus terangan sejak mula-mula tadilah yang menye-babkan aku harus jatuh hati padanya.

“Itulah sebabnya aku berkata Tuan terlalu baik.”

“Tuan benar. Hidup ini memang penuh dengan basa-basi.”“Tuan lihat sendiri negara ini juga dalam rangka basa-basi

saja menyambut tahun kemerdekaannya. Bagaimana kita akanmenjadikan kemerdekaan dengan tulus jika kemerdekaan itusendiri membawa ketidakbebasan yang baru. Tuan lihat orang-orang itu mengeluh ketika mereka harus mengecat pagar-pagarrumahnya, sementara anaknya sendiri masih menangis kela-paran. Demi kemerdekaan kita yang agung, kata mereka. Kukira

menjaga prestise mereka.”“Mungkin ada benarnya,” kataku.“Tentu saja. Tuan seorang mahasiswa, jadi harus kritis.”“Ya. Kita sama-sama mahasiswa. Aku di ekonomi, Anda

sospol.”

.

“Sebuah basa-basi yang tepat,” jawabku tertawa.

itu hanya tipuan saja. Basa-basi dari mereka yang berkuasa untuk

Page 66: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

51Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Benar. Tuan mahasiswa lantas saya mogok,” katanya lagi.“Tuan tingkat berapa sekarang?”

“B satu.”“Saya doktoral satu.”“Kenapa tidak Tuan lanjutkan?”“Faktor biaya yang seret,” jawabnya kecut.“Kawin saja sama itu tadi,” kataku. Ia tertawa.“Masalah kehormatan dan harga diri mahasiswa, Tuan.”“Kukira terlalu berlebihan.”“Kurasa tidak.”Kemudian dengan pelan kukecup bibir gelas susu yang masih

utuh. Lelaki doktoral itu juga diam menghabiskan porsinya yangkedua. Selanjutnya dengan teramat sopan ia meraih gelas estehnya dan meminumnya sedikit.

“Aku ingat masa lalu. Beginilah jika aku harus minum dihadapan seorang kekasih. Tentu saja tidak di sini Tuan. Palingtidak di restoran ujung jalan itu.”

“Dengan perempuan itu?”Ia mengangguk, “Itu dulu ketika ayah masih jaya.”“Juga tua,” sambungku menebak. Ia memandang wajahku

lurus-lurus, kemudian pelan-pelan lelaki itu menunduk. Sedikitterasa ada percakapan yang tidak mengenakkan hatinya. Tiba-tiba aku menjadi merasa menyesal mengucapkan kata-kata yangterlanjur tadi itu. Kulihat lelaki itu tunduk sambil menghirupesnya. “Maaf,” kataku pelan. Ia mengangkat wajahnya dandengan nada keseriusan yang tidak meragukan ia mencobameyakinkan aku. “Percayalah Tuan, selama di sini saya tidaksenang dengan segala macam urusan partai. Itulah sebabnya sayaselamat sampai sekarang meski hidupku seperti yang telah Tuanlihat,” ia menunduk.

Dengan hati-hati kuperhatikan gelas di depannya yang ham-pir habis, kemudian gelasku sendiri yang hampir kosong.

“Percayalah aku tidak sengaja menyakitkan hati anda.”“Aku tahu itu, Tuan terlalu baik,” katanya murung.

.

Page 67: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

52 Astana Kastawa

“Jangan sedih. Kita telah bersahabat, Anda sahabatku danaku sahabat Anda. Namaku Indra,” kujabat tangannya hati-hati.Ia bangkit dan menjabat tanganku. “Terima kasih atas kebaikanTuan, aku Nadar. Maaf saya harus pergi.”

Aku terlonjak. “Begitu cepat?”“Cari makan buat nanti sore. Sampai jumpa Tuan!”Dan cepat ia keluar dari warung dan sebentar telah hilang

di tikungan jalan. Aku bangkit membayar rekening.“Kawan Tuan?” tanya pemilik warung itu dengan kerut

dahinya. Aku mengangguk tersenyum. “Kasihan dia, mahasiswayang sengsara. Tolong menolong adalah sifat yang baik,” katakusenang. Kemudian aku tertawa kecil ketika penjual itu lebihmengerutkan keningnya. “Mahasiswa? Kemarin ia telah beranimembawa dua pelacur untuk pesta di warung ini. Baru duaminggu sejak ia diusir dari sini karena tingkahnya. Mungkinsekarang ia sedang di gedung bioskop itu untuk menyusun kem-bali anakbuahnya yang baru saja disergap polisi. Memang rajacopet sungguhan dia.” Dengan geram pemilik warung itumembersihkan sisa-sisa makanan kami.

Aku tersenyum. Dengan pelan kuteliti isi saku bajuku. Masihutuh.

Yogyakarta, Agustus 1970.

.

Page 68: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

53Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir dengan nama Catur Nugroho di Ngampilan, Yogya-karta 1969, lantas hijrah dan tinggal menetap di Condong Catur,Sleman, DIY. Ia menyukai kegiatan menulis sejak memiliki bukuharian di tahun 1982 meski buku harian itu kemudian hilangentah ke mana.

Catur Stanis, penulis dan dramawan Yogyakarta ini selaindikenal gemar berteater juga menulis puisi, cerpen, esai budaya,dan naskah drama. Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlahmedia cetak, seperti, Minggu Pagi, Koran Merapi, Solo Pos,sejumlah jurnal, dan blog pribadi serta komunitas di internet.Beberapa karya puisinya termuat dalam antologi bersamapenyair lain seperti Membaca Sastra Mengolah Rasa (Tembi RumahBudaya, Maret 2012), Suara-Suara yang Terpinggirkan (KelompokStudi Sastra Bianglala, Mei 2012), Satu Kata Istimewa (PenerbitOmbak, September 2012), Di Pangkuan Yogya (Ernawati LiteraryFoundations, Februari 2013). Kumpulan cerpen miliknya berjudulMasdab (2014). Catur Stanis meninggal pada 9 April 2015.

Catur Stanis (1969-2015)

.

Page 69: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

54 Astana Kastawa

.

Page 70: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

55Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Pagi bergegas beranjak menuju siang, saat lelaki renta sepa-ruh baya itu duduk di sebuah warung yang dinaungi pohonbesar yang rimbun daunnya mengipasi siapa saja yang berada

sampai-sampai menerbitkan rasa enggan untuk beranjak daritempat itu. Sebagaimana halnya lelaki renta separuh baya yangsaat itu tengah duduk nyaman ditemani secangkir teh tawardan beberapa batang rokok kretek. Sesobek kertas yang taklagi jelas warnanya tergeletak manja di depannya, memaksanyauntuk mengerenyitkan kening menerjemahkan tanda-tanda yangmakin tak terbaca. Entah dari mana asal usulnya tiba-tiba sajadi hadapan lelaki renta separuh baya itu berdiri seorang anakmuda dengan mata berbinar penuh cahaya memesona menataplelaki renta separuh baya itu dalam-dalam sembari mengulurkantangannya.

“Tidak salah lagi, pastilah anda Wisanggeni yang menghi-lang dari jagad pewayangan itu”. Katanya sambil memberi tandaagar diperkenankan duduk di kursi samping meja tempat lelakirenta separuh baya itu mengunyah mimpi pagi ini.

Hampir saja lelaki renta separuh baya itu tersedak mende-ngar kata-kata anak muda yang baru saja datang. Belum sempatia menjelaskan, tiba-tiba saja anak muda itu sudah mengeluarkansetumpuk kertas coklat kekuning-kuningan yang konon dulu iaberwujud sebuah buku, namun kini yang nampak hanyalah lem-baran-lembaran kertas yang tersusun tak begitu rapi yang ia

SANG UTUSAN

.

di tempat itu sehingga siapa pun saja akan merasa begitu nyaman

Page 71: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

56 Astana Kastawa

keluarkan dari tas hitam yang rupanya telah ditentengnya sejakberabad silam. Nampak di beberapa bagian dari tas itu terlihatmemudar disapu keringat.

“Mengapa njenengan begitu yakin kalau saya adalah Wisang-geni?” Kata-kata yang kelak akan ia sesali sepanjang jamankarena terlanjur terucapkan.

Tapi siapa yang tak shock, mengetahui ada orang yang begitusepenuh yakin percaya bahwa ia adalah sosok seperti yang adadalam anggapannya. Suara itu menggedor bathin lelaki rentaseparuh baya yang untuk menopang hidupnya sendiri ia mestimenjajakan mimpi-mimpi kemanapun ia pergi.

“Anda tak bisa menyembunyikan diri di hadapan saya.”Kata anak muda itu tegas.

“Maksudnya?”Kali ini lelaki renta separuh baya itu sungguh-sungguh

bertanya karena memang benar-benar tiada ada secuil pengeta-huan dalam dirinya untuk mengenali siapakah orang yang begituyakin dengan persangkaannya ini.

“Kenapa harus sembunyi dari kenyataan sedemikian rupa?”Sambil tersenyum anak muda itu berkata, “Walaupun Andamemangkas cambang dan jenggot serta memotong rambut pan-jang Anda, aku tetap yakin Anda adalah Wisanggeni yang telahmenggegerkan jagad pewayangan itu.”

Setelah sedikit menguasai diri lelaki renta itu lantas mencobauntuk mengikuti cara berpikir tamunya yang aneh.

“Begini saja, tentunya kamu telah sangat tau kisahku yangbegitu lelah usai bertempur habis-habisan melawan para UtusanDewa yang hendak melenyapkanku karena kelahiranku diang-gap sebagai sebuah penyimpangan dalam hukum sejarah pewa-yangan.”

Mata anak muda itu nampak makin berbinar, maka lelakirenta itu makin bersemangat, “Pastilah kamu, siapapun dirimudan dari mana asal-usulmu tak akan tega membiarkan Wisang-geni mati kehausan bukan?”

.

Page 72: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

57Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Tentu saja. Aku akan melakukan apa saja demi putra Arjunadan Dewi Dresanala sang bidadari kahyangan”. Kata anak mudaitu kali ini dengan debar yang terasa aneh.

“O ya? Kalau begitu, karena Wisanggeni kehausan bagai-mana kalau kau traktir Cucu Bathara Brahma ini secangkir kopipahit, bilang sama mbak-mbak di kantin itu kopi yang biasadiminum Mas Catur, jangan bilang kopi buat Wisanggeni, mere-ka akan pingsan berabad lamanya kalau kau bilang demikian,”kata lelaki renta separuh baya itu meyakinkan.

Sesaat setelah anak muda itu berlalu menuju ke tempat mbak-mbak kantin memanjakan mimpi dengan ngerumpi, karena siangini warung di bawah pohon besar itu nampak lengang, lelakirenta separuh baya itu meneruskan pergulatan pikirannya.Siapakah dia, anak muda yang sangat yakin bahwa lelaki rentaseparuh baya itu Bambang Wisanggeni, yang kehadirannya puntak pernah terpikirkan oleh Vyasa sang kreator dan bahkan takpernah sempat tertorehkan dalam lontar di Wiracarita Maha-baratha.

Setelah menyeruput kopi yang lumayan pahit namun encerbikinan mbak-mbak kantin dan menghisap rokok kretek pembe-rian anak muda yang mengaku datang dari tanah seberang yangmenurut sahibul hikayat bernama Swarna Dwipa itu, lelaki rentaseparuh baya itu pun meneruskan perbincangan yang aneh na-mun agaknya mulai dirasakannya asyik ini.

“Kenapa Anda memilih Yogyakarta sebagai tempat persem-bunyian?” Tanya anak muda itu bersemu ragu.

“Sebetulnya tak ada niatku untuk tinggal berlama-lama danmenetap seterusnya di kota yang mulai pangling pada dirinyasendiri ini, namun setelah perbincangan terakhir dengan Sri Ba-

Guru yang memberi perintah anak buahnya untuk melenyapkandiriku karena dianggap aib Kahyangan, aku mulai berpikir ke-napa harus memaksakan diri buat eksis di jagad pewayangan,sebuah tempat yang tak juga memberiku kelayakan buat me-

.

thara Kresna, usai aku urung menghajar Manik Maya Sri Bathara

Page 73: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

58 Astana Kastawa

menuhi kebutuhan hidup itu. Maka biarlah aku lenyap selama-nya dari tempat yang mengucilkan dan mengecilkan kehadirankuitu, asal jagad pewayangan dapat terus berlangsung.”

“Waw... Anda betul-betul sosok pahlawan yang heroik danprogresif.” Kata anak muda itu sembari menyorongkan korekdemi melihat lelaki renta separuh baya yang kebingungan untukmenyalakan sebatang rokok yang telanjur nongkrong dibibirnya.

“Julukan itu tak penting buatku. Mau dianggap pahlawanatau bajingan, aku ya tetap aku.” Kata lelaki renta separuh bayaitu sambil menghisap dalam-dalam rokok kretek yang harusdiakuinya begitu dahsyat rasanya itu. Merknya saja GANJARATU alias Gari Njaluk Rasah Tuku, yang kalau dibahasakan se-cara nasional kira-kira; tinggal minta nggak usah beli.

“Lalu kenapa anda memilih nama Catur dari Condongca-tur?”

“Ah, itu untuk menyederhanakan penyebutan serta biarmudah diingat saja, sebagaimana Ayu dari Bumiayu atau Saridari Wanasari.”

Setelah reda ketawanya, anak muda itu melanjutkan ta-nya,”Tapi kenapa Anda tak memilih Karta atau Yogy dariYogyakarta, misalnya?”

“Biar saja. Sama juga kenapa aku tak memilih nama Cathakdari Tegalcathak maupun Galuh dari Samigaluh misalnya.” Ber-kata lelaki renta separuh baya itu sambil terkekeh berirama.

Hari belum telanjur gelap, saat lelaki renta separuh baya itumenggamit lengan anak muda itu untuk diajak bertandang kepondokannya di ujung selatan timur kota. Dalam perjalanan me-nuju pondokannya, lelaki renta separuh baya masih saja tak habispikir, kenapa di era meruyaknya cyber seperti ini, masih saja adaorang yang begitu percaya bahwa dia ini adalah sosok yangrela menghilang dari jagad pewayangan dan memilih hidup su-nyi dalam hiruk pikuk Yogya. Bisa saja ia terpengaruh novelSeno Gumira Ajidarma yang melukiskan pelarian Wisanggeni

.

Page 74: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

59Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

menuju ke satu tempat yang indah dengan sebuah istana yangdiapit dua alun-alun dan terletak diantara gunung dan pantai.Tapi kenapa anak muda ini harus berpikir bahwa itu Yogya.Bukankah banyak tempat di dunia ini yang mirip-mirip tempatyang di gambarkan dalam paragraf terakhir dari novel itu.Aneh-aneh saja.

Setelah mandi dan makan malam seadanya di warung ang-kringan ujung kanan luar jalan. Anak muda itu nampak kelelahandan kekenyangan serta memohon izin untuk menumpang tidurlantaran kantuk yang menyergapnya tanpa ampun. Suaradengkurnya serupa mesin pemotong kayu membuat lelaki rentaseparuh baya itu sulit memejamkan mata. Gelisah karena takbisa istirahat, lelaki renta separuh baya itu menimbang-nimbanguntuk melakukan tindakan darurat. Akhirnya dengan satu ce-kikan, cukuplah untuk menghentikan napas Utusan Dewa yanghendak membawa lelaki renta itu kembali kehadapan BatharaGuru yang sungguh-sungguh tak patut digugu dan ditiru lan-taran terpengaruh provokasi Bathari Durga istrinya yang hen-dak mengawinkan putranya Dewasrani dengan ibu Dewi Dersa-nala. Sampai-sampai eyang Bathara Brahma membuangku, cucuyang mestinya dicintainya setengah mati ini ketengah samudra.Untung saja Sang Hyang Wenang mengirimkan Antaboga sangpenguasa samudera memeliharanya sampai kesaktiannya taktertahankan untuk bikin huru-hara di kahyangan tempat paradewa meratifikasi aturan yang sungguh tak masuk akal. Bayang-kan saja, dengan memiliki kombinasi tiga kekuatan Gatotkaca,Antareja, dan Antasena. Maka para dewa itu pun akan berpikirulang untuk terang-terangan mengadu laga bersamanya di arenamanapun. Menjadi sosok yang mengerikan bagi mereka. Teruta-ma bagi Bathara Guru dan antek-anteknya.

Maka dengan mengerahkan segenap kekuatan, cukupdengan satu hentakan pukulan paripurna, lebur luluh tubuhUtusan Dewa itu menjadi seonggok debu yang segera ia sapuburu-buru agar tak mengotori lantai kamarnya.

.

Page 75: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

60 Astana Kastawa

Lelaki renta separuh baya itu masih saja tercenung memi-kirkan lintasan peristiwa yang melesat melompat-lompat begitucepat sampai terdengar suara ketukan di pintu, rupanya pemilikkontrakan datang berkunjung untuk sekadar menanyakan,apakah bulan depan lelaki renta separuh baya itu masih berminatmelanjutkan kost di situ?

Gang Ungaran, November 2010

.

Page 76: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

61Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Tembilahan, Riau, 10 Oktober 1950, meninggal duniadi Muoro, Jambi, 5 Februari 2012. Pergaulannya dengan sastradimulai sejak ia bergabung dengan Persada Studi Klub (PSK)asuhan Umbu Landu Paranggi. Namun, ia lebih dikenal sebagaimusisi yang banyak mengolah dan mengaransemen musik puisi/poetry singing. Selama bergabung dengan PSK ia telah mengha-silkan rekaman musikalisasi puisi gubahannya. Puisi-puisi yangia gubah antara lain “Apa Ada Angin di Jakarta” karya UmbuLandu Paranggi, “Nyanyian Untuk Helga Corda” karya LinusSuryadi Ag., “Mahesa Jenar” karya Ashadi Siregar, dan puisi-puisi karyanya “Komalasari”, “Jakarta-Jakarta”, dan “StasiunTugu Anno 1980”. Prosesnya dalam membuat puisi yang dinya-nyikan berbarengan dengan Ebiet G. Ade dengan lagu bertutur-nya, Iwan Fals, Leo Kristi, Franky Sahilatua, dan beberapa musisilain yang muncul dalam era itu. Selain menggarap musik, ia seringmenjadi juri festival musik atau teater. Dalam hal teater, Dededsecara serius belajar di Teater Alam yang dipimpin oleh AzwarAN.

Deded Er Moerad (1950-2012)

.

Page 77: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

62 Astana Kastawa

.

Page 78: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

63Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Pada tahun 1970-an kalangan seniman dan mahasiswa cukupakrab. Hubungan dengan Kampus Cemara Tujuh (UniversitasGadjah Mada) – Malioboro – dan kampus Gampingan (AkademiSenirupa) terjalin baik dan akrab. Hampir semua kegiatan dikedua kampus itu sering melibatkan seniman Malioboro.

Sebagai salah seorang dari komunitas Malioboro itu sayabanyak punya teman dari kalangan mahasiswa di kampus Ce-mara Tujuh (julukan kampus UGM). Bahkan saya dan beberapateman dari kampus pernah membuat sebuah vokal grup yangcukup terkenal pada masa itu. Dari vokal grup itulah kami mulaimembuat syair-syair diiringi dengan musik yang sejak masa itudikenal dengan istilah musikalisasi puisi.

Oleh Prof. Umar Kayam judul kaset saya itu sering dia ple-

dengan plesetan itu, dan sering saya sampaikan sebagai pengan-tar ketika kami akan memulai pertunjukkan. Biasanya penontonpun menyambutnya dengan tertawa berkepanjangan. Agaknyamereka senang karena kami punya keberanian memperolokandiri sendiri.

Pada suatu malam Umbu Landu Paranggi berkata kepadasaya, bahwa dia ada puisi yang akan dibuatnya menjadi lagu.Lalu berdua kami bermalam-malam di Malioboro membuat mu-sik puisi itu. Akhirnya terciptalah lagu berjudul “Apa Ada Angin

country yang selalu kami nyanyikan di banyak tempat dalam

PUISI, YOGYA, DAN NGAMEN

.

setkan menjadi musikalisasi (sa-sisa) puisi. Saya senang dengan

di Jakarta”. Itulah lagu pertama kami, sebuah lagu berirama

Page 79: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

64 Astana Kastawa

berbagai kesempatan. Lagu itu pula yang menjadi andalan dalamrekaman musikalisasi puisi yang saya buat sekitar tahun 1979menjelang 1980.

Saya bersama Umbu Landu Paranggi sempat membuat vokalgrup dengan anggota beberapa seniman dan mahasiswa. Kelom-pok kami sering diundang untuk ikut mengisi acara yang dise-

Pada saat kami mengisi acara itu saya selalu memperhatikanUmbu Landu Paranggi yang tampak begitu bersemangat danbergairah sekali dalam mengekspresikan puisi-puisinya.

Usai acara saya pernah menanyakan, mengapa dia demikianbersemangat dan bergairah seperti itu. Menurut Umbu, pentasseperti itu harus disyukuri karena di sanalah kita bisa mengeks-presikan karya-karya kita dengan bebas dan terbuka langsungkepada masyarakat. Apalagi kalau acara itu ditonton banyakorang. “Kalau bukan kita sendiri yang habis-habisan membuatacara itu layak ditonton, siapa lagi yang bisa membuat acara itubagus dan sukses?” Kata Mas Umbu, balik bertanya.

Dari situ saya belajar, bahwa seorang Umbu Landu Paranggiyang nota-bene usianya lebih tua dari saya dan ketika itu diasudah cukup dikenal di kalangan anak-anak muda sebagai pe-nyair, masih tetap bersemangat, bergairah, dan sangat meng-hargai acara kesenian yang diselenggarakan. Peduli penyeleng-garanya hanya komunitas kecil, diadakan ala kadarnya, dan se-lanjutnya. Karena sering tampil di panggung-panggung pertun-jukan, lama-lama saya merasa dalam penampilan kami seringkekurangan lagu. Maka saya meminta teman-teman yang memi-liki syair-syair untuk dijadikan lagu yang akan kami gubah men-jadi musik puisi yang sedang banyak dilirik orang waktu itu.

Tanpa banyak kesulitan, beberapa teman segera memberikanpuisi-puisinya kepada saya. Maka dalam waktu singkat, dapatlahsaya syair-syair dari Linus Suryadi Agustinus, seperti lagu ber-judul “Nyanyian Untuk Helga Corda”. Dari Ashadi Siregar sayamendapatkan lagu berjudul “Mahesa Jenar”, di mana musiknya

.

lenggarakan mahasiswa, juga event-event yang sifatnya umum.

Page 80: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

65Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

dikerjakan oleh Menik Andarwati Santoso, vokalis kami yangcantik. Beberapa syair lagi dari Mas Umbu Landu Paranggi, ser-ta puisi saya sendiri. Seperti lagu “Komalasari”, “Jakarta-Ja-karta”, dan “Stasiun Tugu Anno 1980”. Dalam menggarap mu-sikalisasi puisi, apa yang kami kerjakan sedikit berbeda dengan

membuat puisi yang dinyanyikan. Musik yang saya buat puntidaklah semudah musik bertutur yang digeluti Iwan Fals, LeoKristi, Franky Sahilatua dan beberapa musisi lain yang munculdalam era yang hampir bersamaan.

Selain menggarap musik, saya sering menjadi juri festivalmusik atau teater. Dalam dunia teater sedikit banyak saya jugaberlatih bersama Mas Umbu Landu Paranggi. Kami pernah habis-habisan berlatih untuk memainkan drama berjudul Lawan Catur.Naskah terjemahan mas Rendra itu dimainkan oleh Mas Umbuyang sekaligus sebagai sutradara. Pemainnya ada Yoyok Ario,Bambang Irawan, dan saya sendiri. Lucunya, drama itu tidakpernah dipentaskan, tetapi proses latihan yang kami lakukanselama berbulan-bulan itu terasa sekali manfaatnya buat saya.Terutama setelah kelak saya serius bermain teater bersamaTeater Alam yang dipimpin oleh AzwarAN. Selain itu, saya sem-pat mementaskan drama berjudul Promotheus karya Aischlus (ceklagi tulisan nama), sastrawan Yunani hidup pada masa sebelummasehi itu. Saya menjadi tokoh utama, yakni Promotheus itusendiri. Disitulah saya mendapatkan banyak pengetahuantentang bermain drama. Saya mulai mengerti apa peran musik,tari, dan senirupa dalam sebuah pementasan teater.

Saya pernah juga aktif di Sanggar Bambu. Bersama sanggarini saya sempat bermain sandiwara bersama Untung Basuki,

karya Akhudiat dari Surabaya. Sayangnya penulis resensinya,

sebagai Emha Ainun Nadjib. Dia memuji permainan saya (seba-

.

musik bertutur yang digarap Ebiet G. Ade. Konsep saya adalah

Meritz Hindra, dan seorang teman lagi dari Teater Muslim (sayalupa namanya). Kami sempat mementaskan drama berjudul Bui

yakni M. Ali, di koran Surabaya Post ketika itu menyebut saya

Page 81: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

66 Astana Kastawa

gai Cak Nun) dan kawan-kawan. Padahal ketika itu Cak Nuntidak main dan hanya sebagai pemimpin rombongan.

Selain itu dari Malioboro kami juga membuat arisan teater.Ide itu berangkat dari kesadaran, bahwa pada masa itu untukmengongkosi sebuah pementasan teater sangat berat bagi ke-lompok-kelompok teater di Yogyakarta. Untuk menanggulangiitu kami sebagai pelaku teater berembuk, untuk menyelenggara-kan semacam arisan teater di hampir setiap kampung di Yogya-karta. Dan terbukti, arisan teater yang diselenggarakan setiapbulan itu. berlangsung dengan gegap gempita dan sukses. Setiapkampung dapat giliran dan diumumkan pada penyelenggaraanarisan terakhir. Dengan cara seperti itu, maka setiap bulannyapelaku-pelaku teater mendapatkan wadah berkreasi dan ber-ekspresi, dan rela berjalan kaki mengunjungi arisan demi arisanyang diselenggarakan antar kampung tersebut.

Diam-diam, saya kagum juga dengan hasil yang dicapaiarisan teater itu. Meskipun hanya jalan kaki namun dengan hatiyang gembira mereka mengapresiasi arisan teater itu sampaibertahun-tahun. Dalam setiap pementasan, langsung tak lang-sung mereka melakukan apreasiasi dan pendekatan terhadapmasyarakat mengenai kesenian dan kebudayaan. Sambil menik-mati makanan dan minuman ala kadarnya, selesai pentas diada-kan diskusi. Dilaksanakan sambung-rasa yang intens antara pe-main dan penonton. Hasilnya, setelah bubaran banyak kisahperistiwa pementasan waktu itu masih terbawa sampai ke rumahmasing-masing. Dengan demikian, teater bukan hanya terjadidi panggung, tetapi juga “terus bermain” setelah lampu pentaspadam, setelah kampung-kampung sunyi, dan semuanya kembalipada diri sendiri.

Dahulu belum banyak anak muda yang punya kaset recorderatau alat pemutar rekaman lain. Sehingga sebuah lagu seringdinyanyikan dan didengarkan agar kita dapat menghapalnya.Kebiasaan teman-teman dulu adalah melakukan apresiasi kelilingkampung dan kampus. Nah, kelompok musik kami suka men-

.

Page 82: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

67Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

dompleng bermacam acara yang diselenggarakan itu. Yaitu, tam-pil menyanyi sebelum atau sesudah acara pembacaan puisi dandiskusi dimulai.

Bertahun-tahun kemudian bermacam lagu puisi mulai di-nyanyikan oleh kelompok-kelompok vokal grup atau grup-grupteater di Yogya. Pada tahun 80-an ketika saya dan Cak Nunnongkrong di Malioboro, ada sekelompok anak muda ngamen.Mereka menyanyikan lagu “Apa Ada Angin di Jakarta”. Usaimenyanyi anak muda itu di tanya oleh Cak Nun “Tadi kamumenyanyikan lagu “Apa Ada Angin di Jakarta”, dari mana kamudapat lagu itu?”Anak muda pengamen itu dengan bersemangatbercerita bahwa mereka mendapatkan lagu itu dari sebuah ke-lompok teater. Oleh Cak Nun dikatakan bahwa lagu itu adalahlagu kelompok PSK (Persada Studi Klub) yang membuatnyaadalah orangnya yang sedang ngobrol dengan kalian ini. Denganantusias anak-anak muda itu menyalami saya dan mereka kemu-dian minta di ajarkan lagu-lagu kami yang lain.

Kebetulan waktu itu kaset rekaman yang saya buat sudahtidak ada. Saya sempat mengajarkan sebuah lagu yang berjudul“Tujuh Cemara di Sisi Jantung Yogya”. Juga sebuah lagu yangsempat jadi kesukaan kami. Karena syairnya yang indah danmembayangkan suasana keteduhan dibawah pohon cemara itu.Sedangkan “Apa Ada Angin di Jakarta” bisa dibuat dalam versikeroncong. Dalam versi keroncong lagu ini jadi terkesan lebihunik, karena munculnya nuansa lain yang tak terbayangkansebelumnya.

Sekitar tahun 2006 saya pulang kampung, yakni Tembilahan(Riau) tanah kelahiran saya. Saya jalan-jalan ke studio radio swas-ta yang pernah dimiliki oleh teman saya. Di studio itu saya meli-hat-lihat disco bibliotik (istilah ini saya buat untuk koleksi rekamanmusik) saya mencari kaset rekaman yang pernah saya buat itu.Soalnya, dulu saya sempat memberi kaset rekaman saya ke radioini dalam jumlah yang agak banyak. Dan alhamdulillah, sayatemukan satu kaset yang masih dalam kondisi masih baik. Dari

.

Page 83: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

68 Astana Kastawa

kaset itulah saya kemudian bisa mentransfer kedalam bentukCD seperti sekarang ini, sehingga teman-teman dapat menik-matinya.

Ada kisah lain mengenai musikalisasi puisi Malioboro. Dulu,mahasiswa kalau mau demonstrasi sering ngajak seniman. Maka,saya bersama Umbu Landu Paranggi terhitung paling repot.Soalnya, Mas Umbu suka membuat lagu yang menyindir kebi-jakan pemerintah orde baru. Kebanyakan lagu-lagu yang kamimainkan adalah berupa pantun, atau potongan-potongan laguyang sudah ada, sambil setengah diplesetkan sesuai dengan kon-teks waktu itu. Nah, Mas Umbu Landu Paranggi pintar sekalimenggubah pantun atau plesetan seperti itu sehingga enak di-dengar, kadang-kadang lucu dan konyol.

Dalam sebuah demo gitar saya hancur. Sayang saya lupatanggal kejadiannya. Tapi saya ingat karena bokong saya diten-dang oleh seorang kapten tentara yang waktu bertugas membu-barkan kami. Saya masih ingat sekali kejadiannya, bahkan ka-dang rasa sakit bekas tendangan itu masih terasa sampai se-karang.

Hari itu kami sedang demo di boulevar Universitas GadjahMada. Sengaja kami mengambil tempat di tengah lapangan hijau.Saya dengan gitar saya berada di tengah teman-teman, karenasaya menyanyi sambil memainkan gitar. Tiba-tiba entah dariarah mana datangnya, kami sedah dikepang tentara yang me-mang bermaksud membubarkan demonstrasi itu. Saya mende-ngar seorang tentara berteriak memerintahkan agar kami bubar.Tapi kami mencoba bertahan. Namun rupanya tentara sudahhabis kesabarannya, mereka mulai memukul kelompok yang me-nonton kami. Seorang tentara mendekat dan merampas gitarsaya dengan paksa. Saya mencoba mempertahankan tapi seorangtentara lain datang dari arah belakang seraya menendang bo-kong saya. Sambil meringis kesakitan akhirnya saya menyerah-kan gitar saya, dan memilih lari menyelamatkan diri.

.

Page 84: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

69Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Saya tidak tahu lagi bagaimana nasib gitar saya itu. Kalautentaranya baik dan tahu fungsi gitar untuk apa, mungkin gitaritu selamat. Tapi kalau tentaranya habis perang di Timor Timurmungkin gitar itu tidak berumur panjang. Mudah-mudahan yangpertama yang terjadi. Karena kalau yang kedua yang terjadimaka hati saya akan sedih sekali karena gitar itu pasti sudahdihancurkan.

Selama menggarap musikalisasi puisi, umumnya yang palingmendorong kita untuk lebih kreatif mencipta adalah “cinta”.Saat kita jatuh cinta lagu-lagu yang kita ciptakan rasanya demi-kian indah dan cantik. Seindah suasana hati kita saat itu, secantikorang yang kita cintai. Biasanya pada saat seperti ini, puisi yangkita buat akan terasa nikmatnya dan lagu yang kita buat akanmerdu sekali. Kalau kita menyanyikan lagu itu didekat teman-teman, rasanya orang yang kita cintai itu ada pula dekat dengankita. Mendengarkan lagu yang kita buat dan memperhatikankata-kata dalam syair lagu, rasanya seluruh dunia bergetar ikutberdendang mengiringinya.

Walaupun begitu, sesungguhnya bukan hanya cinta antarapria dan wanita saja yang mendorong munculnya motivasikreatif. Cinta pada kehidupan dan lingkungan juga potensial

tas kita. Begitu juga “penderitaan” yang amat dalam juga dapatmembangkitkan semangat kita mencipta puisi dan lagu puisiyang bagus.

Pada kenyataannya, membuat puisi yang akan di jadikanlagu lebih susah. Makanya saya lebih banyak membuat baladaDan sebenarnya cara seperti itu adalah untuk menutupi kele-mahan saya ketika membuat puisi yang akan di jadikan lagu.

ta, cara menyanyikannya sering lambat sekali. Seperti juga baladadalam musik jazz, yang terkesan lamban karena ingin bercerita.Saking panjangnya cerita itu, kadang jadi terasa sangat monoton.Dulu, teman-teman suka meledek, kalau saya menyanyikan

.

menjadi kekuatan yang menggerakkan kelenjar-kelenjar kreativi-

Padahal, untuk balada yang syair-syairnya lebih banyak berceri-

Page 85: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

70 Astana Kastawa

balada sambil meneriakkan: “Tidur dulu ah. Tolong dibangunkankalau lagu itu sudah selesai!”

Jadi, demikianlah. Bagi saya, membuat lagu dengan syairpop lebih mudah ketimbang membuat musik puisi. Karena dalammusik puisi semua harus pas hitungannya, Bagian-bagian manayang harus dijadikan musik, mana yang tidak, dan selanjutnya.Nah itulah kesulitan membuat puisi untuk dijadikan lagu. Ber-beda dengan membuat lagu populer. Kalau perlu syairnya di-ulang-ulang saja, atau dengan lain mengulang kata-kata yangsudah ditulis. Kalau berani dan sampai hati, kita bisa membuatsemacam scat. Yakni semacam istilah ketika seorang penyanyilupa pada syair lagunya, agar dia dengan enak terus dapat ber-nyanyi mengeluarkan suara, meskipun tanpa makna. Yang pen-ting harmonis dengan musik yang sedang dimainkan, bukan?

Begitulah. Ini sebuah catatan kecil dan singkat saja. Palingtidak, saya ikut bersaksi bahwa musikalisasi puisi punya akarcukup panjang dan dalam di Yogyakarta. Di Malioboro itu pulakami memulainya. Puisi itu bisa untuk ngamen. Untuk nyambunghidup, bukan untuk merendahkan kualitas dan derajatnya.

.

Page 86: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

71Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Yogyakarta tahun 1937 (informasi tahun wafatDharmadji Sostropuro belum berhasil diketahui oleh tim penyu-sun). Hingga SMA ia mengikuti pendidikan di kota kelahirannya.Kiprahnya dalam hal bersastra dapat dikatakan berbarengandengan Djadjak MD, Walujo DS, Satyagraha Hoerip, MotinggoBoesje, Arifin C. Noor, Rachmat Djoko Pradopo, dan Rendra.Pernah menjadi wartawan dan pegawai kantor pajak di Yogya-karta hingga pensiun. Menulis puisi dan cerpen. Sebagai sastra-wan, tidak banyak karyanya yang dipublikasikan ke mediamassa maupun dalam buku. Bersama Djadjak MD. dan DarmantoJatman menerbitkan antologi puisi Sajak Putih (tt.).

Dharmadji Sosropuro (1937-)

.

Page 87: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

72 Astana Kastawa

.

Page 88: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

73Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Di atas Jembatan Gondolayu, Supinah berhenti sejenak.Hatinya ragu-ragu, apakah perjalanannya kali ini akan diteruskanatau tidak. Jika diteruskan, berarti ia harus menanggung ulahserta tangis anak yang kini digendongnya itu sepanjang perja-lanan. Tapi, kalau ia berhenti dan bahkan pulang, hal ini berartibakal tak ada duit masuk untuk hari ini.

bentaknya pada bayi yang kini digendongnya.Matahari bulan Juli begitu panas memancar. Debu-debu ber-

kepul di sepanjang jalan dan hawa begitu panas kegerahan.Supinah mengusap peluh yang berleleran di jidatnya.

rumah ke lain pintu. Supinah menengadahkan tangannya, sambilmemperlihatkan tubuh bayi yang digendongnya. Biasanya,orang-orang yang melihat makhluk dalam gendongan itu akansegera melengos dan segera memberikan uang, daripada berla-ma-lama menyaksikan pemandangan yang sangat menjijikkan:tubuh bayi kecil yang penuh dengan koreng, patek, yang selalumengeluarkan darah dan nanah. Koreng-koreng tersebut selalupenuh dirubung lalat, dan baunya begitu anyir memuakkan.

Telah beberapa bulan bayi celaka itu dibawanya kian kemarimenyuruk-nyuruk jalanan seluruh kota Yogya. Benar, bahwabayi itu memang bukan anaknya, namun dengan suatu perjanjian

PATEK

.

—Sialan benar anak ini seharian menangis melulu. Setan—

—Betapa panasnya hari ini. Sudah siang begini, uang barumasuk dua puluh lima perak— gerutunya.

Hampir seluruh kota telah dijelajahinya hari itu. Dari pintu

Page 89: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

74 Astana Kastawa

dihitung-hitung, Supinah masih untung pula. Dengan membawaanak itu untuk mengemis, Supinah bisa berpenghasilan tiga ratussehari, padahal ia hanya perlu memberikan uang seratus rupiahkepada Mijah, ibu bayi celaka itu, sebagai uang sewa sehari.

Begitulah memang, Supinah menyewa bayi itu seratus rupiahsehari, dan kemudian ia berkeliling ke seluruh pelosok kota.Biasanya, orang-orang yang mendatanginya akan merogoh kan-tongnya, daripada muntah melihat bayi dalam gendonganSupinah yang selalu megap-megap kesakitan karena luka-lukadi seluruh tubuhnya dan selalu membaurkan bau anyir darahyang memuakkan.

Supinah biasanya membuat jadwal perjalanan tiap hari.Misalnya, pada hari Minggu, selalu ia berdiri di muka gapuraistana Sultan, menunggu turis-turis yang masuk istana. Turis-

biasanya para turis ini akan segera membuka dompetnya, daripa-da terus-menerus dikejar-kejar oleh Supinah. Dalam menghadapiorang-orang asing ini, Supinah sangat cerdik menggunakanakalnya. Untuk menarik belas kasihan, biasanya Supinah men-cubit pantat bayi ini keras-keras, sehingga bayi ini menjerit tidakkaruan, sehingga tiap orang akan iba hatinya menyaksikan bayisengsara itu.

Namun demikian, bayi itu sudah beberapa minggu ini hanyasedikit mengeluarkan tangis. Jeritnya kian melemah seperti ter-sumbat dalam tenggorokan. Sebenarnyalah demikian, karenabayi ini kini sudah tak menyerupai anak manusia lagi, namunlebih dekat menyerupai bentuk jin atau hantu-hantu kecil dalamdunia pewayangan. Kepalanya besar dan tiada berambut. Mata-nya cekung ke dalam, nyaris tak tampak lagi karena di sekitarkening dan pipi bayi ini penuh dengan patek yang membengkak.Patek dan koreng-koreng ini selalu mengeluarkan darah dannanah. Tangannya begitu kecil, hampir tak beda dengan sepo-tong tulang anak kambing, yang biasanya terserak-serak dalam

.

sewa. Supinah berhak membawa bayi itu ke mana saja. Kalau

turis asing ini, biasanya menjadi mangsa yang empuk, karena

Page 90: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

75Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

tong sampah. Dan, pantatnya itu, benar-benar tinggal selembarkulit yang berkerut-kerut.

Sepanjang hari, bayi ini merintih terus-menerus. Jelas iatampak kehausan seperti musafir yang terlempar di gurun pasir.Tapi tidak, selain itu bayi itu begitu kehausan dan kelaparan, iapun tengah berjuang menahan sakit karena hampir seluruh tu-buhnya penuh dengan luka. Betapa perih dan sakitnya, takseorang pun bisa membayangkan.

Kemarin Supinah bertengkar dengan Mijah, ibu bayi itu.

kau lihat.

ter, kemudian ia diobati sampai sembuh, tahukah kau apa aki-batnya bagi kita?

Karena Mijah masih berdiam diri, Supinah melanjutkan.

lagi. Tapi, jika bayi ini kita biarkan seperti keadaannya sekarangpenuh patek dan nampak sengsara begitu, tentu banyak orang

hebat.

sangat menderita, sehingga kita bisa dapat banyak uang. Coba,mana orang yang menaruh belas pada bayi-bayi yang sehat?Mana?

Mijah.

memberimu uang tiap hari?

Bagaimana bayi itu semakin lemah, semakin lemah dan akhirnya

.

—Sebaiknya kita bawa dulu anak ini ke poliklinik— kata Mijah.—Ke klinik? Buat apa?— jawab Supinah tegang.—Anak ini sakit, Ya, ia benar-benar sakit seperti apa yang

— Ya, aku juga melihatnya. Tapi, jika anak ini dibawa ke dok-

—Jika bayi ini tampak sehat, kita tak bisa memperoleh uang

yang menaruh belas kasihan——Tapi, anak itu tentu merasakan sakit sekali dan menderita

—Itulah yang kita kehendaki. Bayi ini memang harus tampak

—Namun, ia anakku dan aku sangat kasihan padanya— desak

—Itu dulu. Bukankah anak ini sudah kusewa, dan aku sudah

—Kuakui itu, tapi apakah kau tak kasihan melihat bayi itu?

Page 91: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

76 Astana Kastawa

kata Mijah seru.

jika anak ini meninggal, aku akan ambil lagi anakmu satu,sehingga bebanmu akan tambah ringan lagi, kan?

Mijah berdiam diri sejenak. Dari sudut matanya, menitikair yang terasa panas. Kepalanya dirasa begitu pening, sehinggarasanya tak bisa lagi untuk perpikir. Ah, kenapa anak ini lahirpada saat-saat yang kurang dikehendaki?

Begitulah, bayi ini memang lahir ketika suaminya sedangmeringkuk di penjara Nusakambangan. Ya, semua itu hanya ber-mula dari sepotong kartu anggota Sobsi yang dimilikinya. Tapi,sepotong kartu ini, rasanya telah sama dengan sepotong tiketuntuk memasuki neraka. Ia sendiri benar-benar tak tahu hal-ihwal suaminya. Sebagai buruh rendahan, suaminya dirasa selalupatuh pada pimpinan. Disuruh turut pawai, suaminya ikut.Disuruh memasang spanduk di tiang-tiang listrik di jalanan kota,suaminya tak membantah. Disuruh menempel plakat-plakat ditembok-tembok kota, suaminya menurut. Bahkan disuruhmeneriakkan slogan-slogan, yell-yell seperti ganyang kapitalis-birokrat, ganyang setan kota, ganyang kontrev, ganyang mani-kebu, suaminya pun selalu mengerjakan dengan patuh. Padahalia tahu persis, bahwa suaminya tak tahu slogan-slogan itu. jadi,apalagi yang salah terhadap suaminya ini, sehingga kini mestimendekam dalam sel yang dingin dan lembab?

Benar-benar puising kepala Mijah memikirkan ini semua.Lebih-lebih kini, ia harus menghidupi dua belas anak-anaknyayang masih kecil. Ya, ia harus membanting tulang sendiri kini,karena gaji dan tunjangan beras suaminya telah dicabut sesaatia ditahan.

Anak-anaknya kini sudah tak sekolah lagi, sebab mana bisaia membiayai sekolah yang begitu mahal itu? Bahkan kini, anak-anaknya yang sudah berangkat besar, telah berusaha mencarimakan sendiri. Si Santo menjadi tukang parkir mobil di Ma-

.

meninggal, sehingga justru kita tak lagi memunyai penghasilan?—

—Bukankah kau masih punya anak-anak selusin? Nah, nah

Page 92: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

77Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

lioboro, adiknya jadi tukang semir, adiknya menjadi kacungupahan membersihkan mobil, truk, dan juga bus. Benar bahwapendapatan anak-anaknya ini tak cukup untuk menghidupiseluruh keluarga, namun hal itu sudah merupakan penguranganbeban bagi dirinya.

Tapi, bagaimana kini persoalan dengan dengan Supinah?Perempuan ini memang memberinya uang Rp. 100,- sehari seba-gai sewa abaknya yang terkecil. Dengan uang seratus perak ini,Mijah bisa membeli beras sekilo dan sedikit kecap untuk makansehari-hari bagi seluruh keluarga. Dengan uang seratus ini, hi-dupnya memang terasa sedikit diringankan. Tapi, bagaimanakini, jika ternyata anak yang justru telah memberi hasil ini ter-nyata menderita sakit? Tiap orang bisa melihat sendiri, tubuhanak ini penuh koreng, patek, dan tampak menderita karenaperih dan ngilu.

Maka, sore ini pula Mijah buru-buru menemui Supinah. Tepatpada saat Mijah datang, supinah baru saja tiba dari pengem-baraannya dari seluruh pelosok kota.

Mijah tegas.

seperti ini, kita lebih beruntung. Nah, kuberi kali ini kau duaratus rupiah, karena ada turis yang memberiku lima ratus siangtadi di Candi Prambanan- jawab Pinah riang, sambil menyo-dorkan uang ratusan dua lembar.

tentu saja bagimu pula, kita lebih beruntung jika anak ini memangmenderita begitu. Sebagai bukti seperti siang tadi, yakni pembe-rian seorang turis yang karena sangat kasihan pada bayi ini,maka ia memberiku lima ratus rupiah. Coba, jika anak ini nam-pak sehat dan montok, apakah orang itu akan memberiku lima

.

—Aku mesti membawa bayi ini ke dokter sekarang— kata

—Sudah kubilang, itu tak perlu. Dengan keadaan anakmu

—Terima kasih. Tapi, betapa pun aku akan membawa anak

—Ya, aku juga melihat bahwa anak ini sakit. Tapi bagiku danini ke klinik. Karena ia betul-betul sakit. Kau lihat bukan?—

ratus? Tak mungkin. Jah, tak mungkin— balas Supinah pula.

Page 93: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

78 Astana Kastawa

beda dengan bangkai busuk yang penuh dengan lalat.

kan jika anakmu ini menjadi sehat dan nampak lucu? Mana adaorang yang akan kasihan dengan anak-anak yang demikian?Mana?

sambil merebut anaknya dari gendongan Supinah.

kelaparan.

rang juga anak itu. akan kubawa ia ke dokter.

Paling tidak kau harus bawa seribu rupiah untuk pergi ke dok-

Supinah.Tapi, secepatnya itu pula Supinah menepiskan tangan Mijah,

sehingga Mijah jatuh terpelanting. Pada saat itulah kemarahanMijah memuncak sampai ke ubun-ubunnya. Darahnya terasamendidih naik ke kepala... Wajahnya merah padam menahanamarah dalam dadanya. Giginya gemeretuk beradu satu samalain.

Saat itulah ia bangkit lagi. Kemudian menubruk Supinah.Tak menyangka akan ditubruk demikian cepatnya, Supinah taksempat mengelak. Sekali terkam ia rubuh terguling bersama bayidalam gendongannya. Melihat lawannya jatuh. Mijah cepat me-narik bayi itu dari gendongan Pinah. Tapi, diluar dugaan, ter-

bagai sepotong bangkai marmut yang diperebutkan oleh dua

.

—Tapi, aku tak tahan melihatnya. Betapapun ia adalah anak-ku— kata Mijah cepat sambil menatap bayinya yang nyaris tak

—Goblok kau- tukas Supinah keras. Apa yang akan kita ma-

—Tapi, kita tak punya rasa kemanusiaan jika kita biarkan anakini terus menerus seperti ini. Nah, berika ia kemari— kata Mijah

—Kau jangan gila Jah, bukankah sudah kuberi uang sewa tiaphari? P ikirkan baik-baik Jah, daripada kita nanti yang mati

—Aku benar-benar kasihan pada anakku. Nah, berikan seka-

—Ke dokter? Mana uangmu untuk pergi ke dokter Jah, mana?

ter— kata Pinah pula sambil memegang bayi utu erat-erat.

nyata Pinah berhasil mencengkeram kaki anak itu. Kini bayi itu

juga— bentak Mijah seraya merenggut anaknya dari gendongan—Persetan dengan uang, tapi anak ini mesti kubawa sekarang

Page 94: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

79Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

ekor serigala. Mijah menarik tangan bayi itu kuat-kuat, sedang-kan Pinah menahannya dengan seluruh tenaga. Dua perempuanitu kini tak beda lagi dengan dua ekor macan yang tengah mem-perebutkan mangsa. Keduanya mengamuk bagai kesurupan iblis.Tarik-menarik dengan seluruh tenaga, sehingga kerap kalikeduanya jatuh berguling-guling.

Setiap kali keduanya jauh, sesaat itu mereka bangkit lagi.Keduanya segera mencengkeram bayi itu dan segera menariknya

apa yang mereka perebutkan. Yang mereka ingat hanyalah bah-wa barang itu harus segera berada dalam tangannya, sehinggaapa pun yang terpegang akan segera ditarik. Mereka tak pedulilagi apakah mereka menarik kaki, atau menarik tangan, bahkanleher anak itu kalau terpegang akan mereka puntir habis-habisan.Benar-benar mereka tak merasa pula bahwa tangan-tangan me-reka telah berlumuran darah serta nanah karena koreng-korengdi seluruh tubuh bayi itu kena cakar-cakar mereka.

Pada akhirnya, setelah keduanya payah berguling kiankemari, keduanya berhenti dengan sendirinya. Kini barulah me-reka sadar bahwa apa yang mereka perebutkan itu ternyata ting-gal segumpal daging busuk yang mengeluarkan bau amis me-mualkan. Hampir seluruh tubuh serta wajah bayi itu robek-robekbagai kena cakar-cakar macan. Sejenak Mijah memandang gum-palan daging itu yang tiada lain adalah anaknya sendiri.

Seketika itu pula ia ingin menjerit sekuat tenaga, tapi aneh,

hanyalah benda-benda di sekitarnya berputar-putar seperti kincirangin. Tapi, itu hanya sejenak, karena dirasa dunia menjadibegitu gelap pekat. Ya, gelap sekali bagai sebuah lubang kubur.

1978

.

kuat-kuat. Pada dasarnya... Keduanya sudah tak tahu lagi barang

suara itu tak terdengar olehnya sendiri. Yang masih ia ingat,

Page 95: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

80 Astana Kastawa

.

Page 96: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

81Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir 13 Maret 1943 di Yogyakarta (informasi tahun wafatDjajanto Supra belum berhasil diketahui oleh tim penyusun).Pendidikannya SD, SMP, SMA, dan lulus sarjana pada FakultasSastra Universitas Indonesia (1969). Dia pernah bekerja di Direk-torat Bahasa dan Kesusastraan Departemen P&K, Jakarta.

Djajanto menulis puisi dan cerita pendek. Tulisannya munculdi beberapa majalah, antara lain Basis, Sastra, dan Horison. Puisi-puisinya yang telah dibukukan berupa stensilan berjudul Mosaikdan Wajah, keduanya terbit tahun 1967.

Djajanto Supra (1943-)

.

Page 97: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

82 Astana Kastawa

.

Page 98: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

83Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

kuda tersipu dengan mata tertutupsetiap kita adalah bertemubebandan kemerdekaan

kuda tersipu dengan mata tertutupsetiap kita adalah berpisahpenjurudipacu salah

Juni 1969

YOGYA

.

Page 99: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

84 Astana Kastawa

hampir sebuah nama, kini cinta yang alpakita berdiang dalam pasang, mataharidiam dalam hati

kata-kata telah berbungadi luar musimdi luar dirisebuah rangkaian telah tuadi tangan rezimkini

kita terus bertanyabagai iringan inginorang matialangkah dingin

tapikita terus bertanya

sebuah rangkaian telah tuadi tangan rezimmelingkar indah, betapa!Di leher anak yatim

Mencekiknya

Jakarta, 1966

DI LUAR MUSIM(bukan kenangan terakhir buat bung Sjahrir)

.

Page 100: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

85Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

duka bersahutan dalam rindu yang sebandingantara kita luka terbukaah tersipu waktu dalam warna senjamengembang dan menutup di musimnya kering

sepi menguncup bukan bungabibir menguncup dendam lama

mungkin kita masih mencapai sempatbila kau tengok dari jendela kacawajahmu yang empatbertanya: jam berapa

tegur yang membuat hati terhiburtentram dalam hidup ingin teraturangka angka jawaban sementarakita duka, dan menolak selamanya

Jakarta, 1966

LONCENG

.

Page 101: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

86 Astana Kastawa

kata-kataku akan menyesatkanlebih baik diam, menganggukatau memberi senyumanpergilah arah ke mana sukaanak yang durhakagelandangan bagai laparkujangan memintakedermawanan tiada lebihdari jiwayang mengulurkan kasihdengan sekuntum bunga

Jakarta, 1969

KEPADA SI MATI

.

Page 102: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

87Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

ada yang tak pernah pulangada yang tak percayadamai bisa hidupdi luarnya

katanya pada mautkalau sempatsebelum lebih dulu dia atau luputapakah dia bertanya tentang alamat

dan lebih tidak tergangguketukan pintu

Jakarta, 1969

RUMAH(d, yang mencari)

.

Page 103: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

88 Astana Kastawa

jakarta punya guamata menyalabibir bergincu

oi warna jinggapilihankusiapa dia?

jakarta punya guadari tertawahingga tersedu

ha-ha-hahu-hu-hu

sst, brisik lu!

paku-paku menggigit tumitmalam minggujalan pincang

oi jangan mencubitdi saku tak ada uangdah, sayang!

JAKARTA PUNYA GUA

.

Page 104: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

89Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

jakarta punya guahe jangan lupautangmu berapa!?

sst, diam lu!

1968

.

Page 105: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

90 Astana Kastawa

langit mencium dahiwaktu kau terbaringdan bintang-bintang terhitung di jemariterang benderangsatusatunamun tiada lintasan waktutiada perpisahansemua adalah milikmusedia kalatak usah aku menjaga

mungkin engkau tak ingatlagi, telah lamadan pada suatu saatrindu jadi manjaseperti anak-anakmelihat balonmelihat layang-layangdi angkasa

maha kuasakeabadian yang mengusirpenyairdari sisimu

Jakarta, 1969

KEPADA: X

.

Page 106: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

91Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir 10 Agustus 1935 di Cilacap, Jawa Tengah (informasitahun wafat Dwiarti Mardjono belum berhasil diketahui olehtim penyusun). Pendidikannya, SD Negeri Blora (1949), SMPNegeri Pati (1952), SMA-A Negeri Yogyakarta (1955), sarjanamuda Fakultas Pedagogik UGM (1959), dan sarjana Sekolah Ting-gi Administrasi-Lembaga Administrasi Negara, Jakarta (1979).Pernah menjadi staf Perpustakaan Fakultas Pedagogik UGM,Kepala Bagian Perpustakaan IKIP Malang, Kepala Bagian Perpus-takaan Sekretariat Kabinet RI, Kepala Bagian Arsip & Doku-mentasi Sekretariat Menteri/Sekretariat Negara. Menulis puisisejak tahun 1952. Puisinya antara lain dipublikasikan lewat SiaranSastra “Tunas Mekar” RRI Jakarta, Siaran Sastra “Tunas Muda”RRI Yogyakarta, Sastra, Merdeka, dan Gadjah Mada. Sejumlah puisi-nya dimuat Toeti Heraty (ed.), Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979).

Dwiarti Mardjono (1935-)

.

Page 107: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

92 Astana Kastawa

.

Page 108: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

93Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

tanah yang manisadalah peneguh segala kehidupantempat tumbuhnya citacitatumbuhnya harapantumbuhnya perjuangan

napasnya selalu kebenarandi kala mimpi di kala jagalagunya kedamaianyang bersemayam di sudut hatimengalirkan air suciialah kesakitan yang tiada teralahkan

tanah yang manisbumi yang mengadukan dan melahirkanpahlawan-pahlawan paling saktimenumbuhkannya dalam lagulagusemangat kemerdekaandan membesarkannya penuh keyakinandemi peradaban

Surabaya, 1964

TANAH KESAYANGAN

.

Page 109: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

94 Astana Kastawa

perjalanan jauh yang menyayuptiada putus ditatapsedang gairah dan semangatmeresapkan segar di tiap langkahseperti tiada terasabetapa kehidupan yang memanjang

terik siang hari melecut tubuhbasah tubuh dan tapak tangantapi keringat menyerahkan mutiarakebanggaan yang tiada terucapkan

sedang malam menyekapmenyampaikan pesan kepada kitagelap yang melabuhmengistirahatkan tenagabermimpilah bening

kalau tersimpan sendu di hatibukan ilham kerja di esok paginyaucapkan selamat tinggal baginyakepastian yang ada pada kitaselalu membakar dada dantangantangan keramat inijantung sepanjang kehidupan

Surabaya, 1964

KEYAKINAN

.

di ayunan kerlip gemintang

Page 110: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

95Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

suram bumi di dukunganrintih-rintih semakin menindas hatiterbaring badan sendiridiselimuti kenangan pagi-paginya teramat cerah

hari demi hari dikenali dunia yang asingsatu kehidupan ditimang kesah dan kesakitanwajah-wajah tergolekmenyimpan ketakutan dan keputusan

semuanya menunggukapan pun suara menembus dinding kamarmenyentuh putih kelambu tertutupdan mengusapnya mesra:kesabaran adalah kebesaran

pejamkan kembali mata sayangsusut keresahan dan putus asatetes-tetes darah akan kering sendirinya

dan senantiasa akan berulang bisik itudi senandung kudus pengantar malamtetes-tetes darah akan kering sendirinyakerna oleh tangan-Nyasegala tumbuh dan luluhrelakan airmata hari-hari ini

Surabaya, 1962

DALAM PERJALANAN

.

Page 111: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

96 Astana Kastawa

sekali terik menyulut tajamrumput-rumput kering tergenggampanasnya menyentuhi sudut-sudut hatiseakan bakal sirna tanah garapan

sekali angin menggugah mimpidan mengejar sampai ke ujung-ujungdibebaskannya gelap yang menghantudihanyutkannya airmata-airmatatinggallah kekhidmatansegala suara yang mengiringi perjalanan

memang tanah terasa semakin subursemakin datang nyanyi-nyanyidan kisah jernih yang mengasyikkankehadiran cintakerinduan bagi suami dan anak

dan perjalanan semakin jauhdan suara-suara semakin syahdudan rumah bakal dibenihi cahyadia akan datang

1962

BERITA BAGI MADAME YVES COFFIN

.

Page 112: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

97Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

dari mukimnya singgasana seribu satu ceritaditengadahkan wajah terlukis damba dan harapansebab begitu menggemuruh dadaoleh napas laut buminya yang tercinta

begitu lama dia terlena dibutakan kenikmatankarena di bumi mukimnyaangkasa malam-malam itu digantungi kemintangbercahya teramat membelaidan selalu di seluruh tarian penghabis malamdilepasnya pelukan-pelukan memabukkan

oh, tapi kemintang itu semakin memudardan redup akhirnyadan runtuh sebuah tahta dimahkotai kedunguanpasrah hati pada segala panggilan

bila sampai berita ini kepadamuadalah suatu kejutan yang tiada perlu diributkan:akhirnya dia kembali, dia kembalisebagai dara dia telah lahir kembali lembut dan mesraselembut melati pagi

Yogyakarta, 1957

KEMBALIberita bagi ria

.

Page 113: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

98 Astana Kastawa

nanda,1

berjuta lama nunggu beginiorang-orang sudah sejak lama lewatsampai terangkut seluruh suka dan dukatak sebuah pun tersangkut ceritadi awal pagi dipalingkan saja wajahdari getaran yang ditumpangi kepapaankarena,begitu tercermin satu mukayang sudah terlalu lama kehilangan warna

nanda,pastilah engkalu tahuapa arti bulan ke sepuluh tahun inibulan dan tahun yang melahirkan wajah lesidan membesarkannya dalam kedunguan mimpi

tembang apa tersungging di hatimupersembahan bagi keserbaan napasmeski terhadap satu wajahdipahati bosan dan keasinganbawaan naluriyah

KEJARAN

1 Nanda: nama sahabat penulis

.

Page 114: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

99Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

nanda,lembut jemarimu coba sentuhkanpada sulur-sulur terjulaidengarkan di angin yang membelaiterselinap tembang dan dara berwajah samargambaran kesangsian karna langkahnya terhentidi huma yang sepi

tiada daya menahan panas dalam genggaman.

Yogyakarta, 1958

.

seakan terasa lunglai di usia muda

Page 115: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

100 Astana Kastawa

bergantian sesal dan pasrah datang dan pergihampir kami tiada menyadariadalah karna dungu kamimembiarkannya merayapisaat-saat istirah kami

konon hikmah bagi sepasang manusiamenerima pahala dan nikmatyang tiba di haribaan pagi harihakekat cita dan cintabahagianya kehidupanbuah hati kamibuah cinta kamitetapi, ah, keberangkatan itu terlampau segeradan memang tiada akan pernah kita mengerti semuasegalanya telah berlalusegalanya telah berlaku

kadang masih menyisip ketakutanbayangan tanah keringatau gurun yang berpasir sematatiadalah daya kami.

DAUN GUGUR-kepada suami tercinta

.

Page 116: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

101Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

sampai akhirnya datang kedamaianyang membelai dan memanjakankami terima segalanyakarna kerelaan adalah paling muliadan lembaran kami kinicatatan harapan-harapan

Surabaya, 1961

.

Page 117: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

102 Astana Kastawa

.

Page 118: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

103Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Yogyakarta, 28 oktober 1958, wafat tepat padamalam lebaran 27 Juli 2014. Ia pernah kuliah di ISI lalu pindahke IKIP Negeri Yogyakarta (UNY). Sewaktu mahasiswa ia aktifdi organisasi, Dewan Mahasiswa. Mengasuh rubrik budaya padaharian Masa Kini tahun 1981-1985. Ia menulis puisi, esai, kritik,feature, cerpen, naskah drama, dan kethoprak. Ia juga pernahndalang wayang kulit purwa.

Tulisannya banyak di muat di media massa pusat dandaerah. Puisinya termuat dalam Maskumambang dari LadangPerburuan (IKIP Negeri 1980), Silhue (IKIP Negeri 1981), PenyairYogya Sebuah Episode (Bernas dan Karta Pustaka 1982), CemaraKampus (1982), Gunungan (Masakini 1984), Kramapawira Mbalela(Palagan 1984), Empat Penyair bersama Fauzi Absal, Marjudin Suaib,Budi Nugroho (Pusat Pantomime Yogyakarta 1983), juga dalamantologi Fasisme (1996). Kumpulan puisinya Dewa Ruci Gugat,Nyanyian Pengembara, Gunung Kapur, dan prosa lirik Balada Teratai.Ia aktif membina kelompok PALAGAN (Papan Anggone LelabuhAmrih Gawe Arume Nusa Bangsa), Guru Kesenian di SMAPembangunan Wonosari sejak 1987.

Edhy Lyrisacra (1958-2014)

.

Page 119: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

104 Astana Kastawa

.

Page 120: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

105Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Di beranda semestaKuhibur alam yang terluntaDi dalam sepi, aku mencariMuTentang nada tangisMu yang senyapUntuk menemani mimpi-mimpiku.

SONG II

.

Page 121: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

106 Astana Kastawa

1.Burung gagak adalah sepikuketika kucari sarang gelap

Mematuki bangkai kata yang tersisamenunggu penerimaan alamat di rahim suarasejauh batas ruang menerangi kegelapan

terengah mengejar bayangan perbatasan

2.Burung kedasih adalah gema sajakkumengabarkan tangis pengembarayang kehilangan langkahnyasehabis tanda, dan jejak mendaki kataApa yang tersampaikan sebelum kelahiran pertamatentang maut yang bersarang dalam diridan kenangan tersendat mencari mimpibegitulah akhirnya aku gemetaran kedinginansedetik setelah kabar tinggal kematian.

3.Burung prenjak mengabarkan kabar sayup

Jangan sesatkan aku dalam hutan purba

BURUNG-BURUNG KEMATIAN

.

penjara maut batas hening-Mu

Aku mencari-Mu dalam dunia gulita

tentang-Mu yang menunggu di setiap pintu

Page 122: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

107Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

iringan pelayat membawa pengampunankupisungsung nyawa suntingan dosatiada yang lebih putih dari ketiadaanyang menyangkut penyerahan dan kejalanganKusaksikan dengan indra yang berdustamenatap cakrawala menjadi sejutadan itu belum serambut huhasta

Kusampaikan kabar kefanaan ini selaksabelum terluruhkan sudah Kau putus tali nyawa.

4.Burung-burung walet berlayangan di kualaApa yang kau tunggu di setiap pantai sunyiSetelah hari kehilangan rembang dan cuacaMasih adakah yang kau rentang dengan air mata?Jarak yaang terjauh terlepas sehabis warna duniaHadirku di perlintasan pantai hampa ituadakah Kau lihat dosaku menyatu malam terpanjang?

Burung-burung walet menyinggahi pertobatankupelayaran menuju pantai dan kau berkedip di pusat arahmakin jauh menlambaikan tangan di seberangdan aku Kau biarkan berlayar dengan luka kian dalamBurung-burung walet sehabis penyeberangankabarkan riwayat ini sehabis aku kembali ke Sunyi.

Yogya, September 1984

.

Page 123: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

108 Astana Kastawa

1.Orang-orang berduyun bagai rayapYang lapar, menggerogoti dinding pertokoanDimana burung-burung dipenjarakan, dukakuDikobarkan, dikunyah-kunyah kesenyapanRumah-rumah bersusun bagai kerandaBau bangkai perempuan dan bacinnya syahwatAda kulihat bintang kemukus di bukit kotaMengucurkan darah petani dan buruh jalananMeneteskan peluh gelandangan yang menjelma nanahMengaliri kali Code dan Gajahwong muntah nafsuSementara tangis-tangis bayi membakar tungku – botolDan dipancarkan laser disk ke neraka-Mu TuhanKau lihat sendiri, jiwaku yang bengkak di cakrawalaMenyemburkan hawa panas dan berjuta galah bajaKarena zaman kehilangan hatinyaKesombongan menjadi mode, kemewahan menjadi berhala

2.Kupandang Malioboro dari puncak bukitDan kesunyian mencakar jiwaku yang celakaOrang-orang lalu-lalang bagai kutu loncatMatanya harimau, berkejaran dimabuk lencana dan hartaNafsunya berdesing menyatu pabrik milik penguasaTawanya menghiasi padang subur aparatur negara

KUPANDANG MALIOBORODARI PUNCAK BUKIT

.

Page 124: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

109Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Sementara darah petani digiling menjadi plazaApa yang musti kukabarkan pada-MuJika orang-orang kian garang membunuh sesamanyaJika setiap sorot mata menyemburkan bencanaTuhan, bunuhlah aku dengan sepi-MuUntuk merusak dunia yang tak pernah damai

Yogya, larut malam 1995

.

Page 125: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

110 Astana Kastawa

1.Kujaring wahyu ratu di samudra heningMemburu mahkota sunyi pada palung semestaDenganMu, jiwa mengembara bagai BimaMenebus dosa Adam, merebut gelap diriKau Dalang Abadi yang menjadikanku wayangDengan berjuta wajah dan peran. AkuPengembara abadi di hutan kegelapan duniaKubongkar dengan sepi menjadi kerajaan cahaya-MuKuhancurkan sembilan jagad dalam diriUntuk damai abadi, dalam hening diri. KuremukBerjuta wajah atas angin, bumi, air dalam jati diriTinggal mahkota sunyi, tanpa tepiKubunuh raksasa dalam jiwa, kubakar dengan doa,Menjelma wajah seputih diri-Mu, bayang ruh tanpa rupaYang terasing dari dunia

2.Menjaring wahyu sejati pada kiblat hening-MuMenyadap sari pati, menghitung bintangKucincang naga dan siluman nafsu yang terlahirSebelum ada waktu, dan tabir sebelum ada rasa dan tandaKubunuh diri sendiri dalam semedi, kuacungkan wahyusenopati

SAJAK DEWA RUCI

.

Page 126: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

111Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Bersenjatakan iman kepada-Mu, kutantang buta dan dewaAdalah kehendak dunia sebagai godha rencana,Gambar dunia yang meloncat dari jiwa, yang mengucur darahKuditikam dosa dan derita, hingga jiwa pisah dari ragaBerkeranda semesta diusung malaikat minta pengampunan-Mu.

Yogya, 1999

Dan kota purba itu muntah mimpi

.

Page 127: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

112 Astana Kastawa

Jeritnya meraung di pusat jasat yang matiManusia-manusia menjelma binatang bajaMenjangkar mimpinya dengan komputer dan parabolaNyawa hanya hiasan yang diperjualbelikan.

Kota itu melayang di cakrawalaDi setiap detik melengkingkan deritaPara buruh dan petani dibunuh janji-janjiDi tengah penganggur yang jiwanya berdarahDitinggal ratu adil, diguyur mahma programaDirajab tipudaya, dan jejaknya dihapus denganTank-tank baja

Kota terbakar peperangan mencari kekalahanAdalah korban zaman yang digiling menjadi iklanBanyak penguasa menjadi singa berbulu dombaBanyak pendeta kehilangan kitabnyaBanyak petapa gugur tapanyaSegenap suara menjadi pasar mimpiYang direkam dengan pita-pita nerakaKemudian secara bersama-sama manusia menjadi bajaDan mengubur jiwanya di tengah kota terbakar.

Yogyakarta, 1989

OPERA KOTA TERBAKAR

.

Page 128: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

113Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

1.Kutut manggung menatap alam berkabungMendung usia terjatuh di rimba terjauhKabar sunyi melengking di palung hatiMasa laluku menjerit keruhkan mimpi sepiApa yang mesti diberi arti sehabis janjiBurung dari sorga terdiam kiniMengurai bayangMu tercuci di sini

2.Burung kutut menyanyikan sepi langitMalam kehilangan tepi, alamat abadiMengingatkan ketiadaan sayup tertinggiHari-hari terentang menjadi mimpiWangsit terhadir di senyap tabirPada usia melangit tak kembaliBagai bulan terpucatkan kegelapan

3.Burung kutut menjerit di senja hariKuasa kabar siapa sampai di lembah hatiArah gaib berhenti suara hati mengunciSiapa yang mabuk sunyi mencuri kesempatan ini?Terbakar rembang, sehabis tak kuasa tertafsirkanTerjelmakan dalam gumam tanpa ruang, sabdakuDi balik sasmita dalam suara adalah cahaya

GENDING KUTUT MANGGUNG

.

Page 129: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

114 Astana Kastawa

4.Burung kutut berkaca-kaca matanyaMenatap senja usia menjelma kata, menatapkuBahasa hanyalah wangi palawija tanpa rupaAir tawar waktu telah kosong menghisapNyaKebijaksanaan dan bahagia tiada cuacaTiada tangis mereda di segenap cakrawalaKekosongan mengembara memanjat nyawa

5.Burung kutut tersedu menatapku, kekalkan tandaMenyayat hatiku, menyatu kegelapanNyanyian dan pujian paling gelapDan syair kesenyapanMuTelah terhidang sebelum pandang.Mengabaikan pelacakan terhampaDalam jiwa, udara diranggas hawa dan warnaSaat sunyi sia-sia kusapa.

6.Tempat bertelanjang sukma adalah tiadaDi luar kau mengatasi indra, menyusikan rupaMengingatkan kehadiran sesudahnya terlupaAku tak kuasa menolak dingin kekalDalam malam panjangMuYang ngelangut adalah hasrat bunga sesalKeheningan adalah cinta tak terbalaskan.

7.Burung kutut hutan gelisah dalam penantianSangkar waktu menjaringMu dari kehampaanAku bersidekap dalam hening tak terpahamkanSehabis peredaran tata surya terhentiSekian jarak terpisahkan cuaca pemandu tandaKau gugurkan suka satu-satu, pelintasan kian senyapIsyarat dunia meluruh sukmaku terjauh.

.

Page 130: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

115Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Kediri, 9 Juli 1939 (informasi tahun wafat HardjanaH.P. belum berhasil diketahui oleh tim penyusun). Pada tahun1966 lulus dari jurusan Publisistik Fakultas Sosial Politik Uni-versitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia banyak bergerak di bidangpers. Pernah bekerja di TVRI stasiun Pusat, Jakarta, pengajarTeknik UI, dan pensiunan Kepala Bidang Penerbitan Balai Pus-taka (Agustus 1996). Ia pernah mengikuti pelatihan masalah per-bukuan di Jepang. Ia menulis dalam bahasa Indonesia dan Jawa.Sering memenangkan lomba novel dan cerita film. Karyanya:Pijar-pijar Api Perang (Novel, 1982), Jejak Pencuri Panili (CeritaAnak), Bertemu Kembali (Antologi cerpen bersama Martha Hadi-mulyanto, 1991), Sang Penggugat (Cerita Anak), Senggutru (CeritaAnak), Yang Tak Tergoyahkan (Novel Remaja), Serigala-serigalaBukit Kalong (Cerita Film, 1978), dan lain-lain.

Hardjana H.P. (1939-)

.

Page 131: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

116 Astana Kastawa

.

Page 132: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

117Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Apabila angin bertiup agak keras dan dingin menusuk ketubuh, maka doktoranda Fatima lalu berjalan ke sisi menutupdaun-daun jendela itu cepat-cepat.

Sesudahnya, ia kemudian kembali ke kursi duduknya, sambilmeraba-raba memperbaiki letak kain setangan yang melilit dileher. Ada dua tiga kali batuk-batuk keras menyusul, dan setelah

yang diulas-ulaskan di kiri-kanan hidungnya. Dicobanya mena-rik napas panjang-panjang, sementara kedua mata menatap kearah jam di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul 05.15sore. Ia seperti memutar pikiran sejenak di antara sela-sela jarum

sebatang pencil merah dan mencoret-coretkannya di atas bukuhitam tebal yang tergeletak pada meja di hadapannya. Bintik-bintik peluh jelas sekali di antara benderang cahaya lampu neon,meratai seluruh dahi, bahkan sampai di sepanjang tepi bibir atasyang tipis kemerah-merahan.

Sebentar ia memandang ke depan mengitari ruang kuliahyang tak seberapa luasnya itu, lalu sebentar ia menundukkanmuka sambil mengetuk-ngetukkan pensil di atas meja.

Ia tidak bisa menghitung lagi berapa mahasiswa yang telahmenghadapnya sore ini untuk menerima segala pertanyaan-per-tanyaannya. Namun di antara sekian banyak itu, boleh dihitungdengan jari yang bisa menjawab dengan safe, memuaskan sepertiyang diharap-harapkan selama ini. Kebanyakan dari mahasiswa

DOKTORANDA FATIMA(Buat: Yu Sri di Surabaya)

.

batuk itu hilang —tangan kirinya ganti memegangi minyak gosok

menit yang berputar itu. Lalu dengan tergopoh-gopoh disautnya

Page 133: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

118 Astana Kastawa

itu, mereka hanya mendongeng apa adanya, persis seperti yangtertulis di buku. Atau kalau tidak justru malah gugup dan men-cari-cari dalam mengusahakan penjelasan jawabnya.

Apabila dipukul rata, semua terasa sangat menjengkelkan,seolah-olah tiada gunanya ia menerangkan pelajaran itu padasetiap hari. Sebagai seorang asisten, mestinya ia harus bertindaksecara halus dan sabar. Kenapa semuanya itu mesti terjadi disore ini; oa marah dan memaki-maki yang tidak karuan, hinggamungkin banyak di antara mahasiswa yang menghadap itu akan

mengalami perubahan watak, keji dan kasar! Ada juga kebe-

mahasiswa itu tahu bahwa seseorang bisa bertindak di luar sa-darnya disebabkan karena dorongan bermacam-macam soal yangmemengaruhi serta membelit pada dirinya.

Lebih-lebih lagi bagi seorang wanita seperti dirinya ini, yangbanyak dipenuhi perasaan dan emosi yang berlebih-lebihan.

nya memang belum pernah terjadi api kemarahan memancar-mancar sedahsyat sore ini. Begitu cepat pengaruh keadaan yangditemui mendorong hatinya menjadi panas, hingga sewaktu tadiia melihat salah satu mahasiswa bertingkah-laku lamban saja, iasudah kelewat menghardik dengan melontarkan kata-kata sin-diran sebagai pengiringnya, menyebabkan si mahasiswa bingungdan berantakan dari pegangan dalil-dalil yang semenjak seming-gu sebelumnya telah disimpan di dalam otak.

Doktoranda Fatima menyadari betul soal-soal semacam ini.tapi ia tak kuasa berbuat apa-apa, dan seperti yang telah disebutdi atas, manusia bisa saja bertindak di luar sadar, oleh karenadisebabkan dorongan pengaruh bermacam-macam hal yang me-nguasai dalam diri, hingga akhirnya tak jarang yang kemudianlalu orang itu bersikap masa bodoh.

bangun dari khayalannya. Sesudah itu ia menatap jam di perge-

.

bilang bahwa dirinya, D oktoranda Fatima, sore ini mendadak

narannya, itu! Namun yang terang seharusnya, mereka — para

Dalam hati kecil Doktoranda Fatima ia mengaku, bahwa selama-

Sampai di sini pusaran pikir Doktoranda Fatima, ia jadi ter-

Page 134: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

119Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

langan tangan kembali. Apa bila hal itu telah selesai, ia sekalilagi mengatur setangan yang melilit di leher, dengan badanmenggeser-lebih ditegakan dalam duduknya agar lebih berwi-bawa, beserta dada terdorong ke depan membuat gaya yang

Paling akhir disertai muka menatap ke arah depan besertagerak sedikit acuh tak acuh, ia memanggil dua nomor stamboekmahasiswa dengan irama mengalun penuh ejekan dari bibirnyayang mungil:

“Dua tiga dua sembilan strip es-pe! Dua tiga dua delapanstrip es-pe!”

Sebentar kemudian dari arah pintu muncul dua orang pria.Kalau menurut umur-umurnya, mereka ini termasuk mahasiswaangkatan lama. Bahkan pada yang seorang mahasiswa yang ber-

orang ini. seperti dua tahanan yang dihadapkan ke muka hakim,dua mahasiswa itu duduk berjejeran di kursi baris paling depan.Arah pandangnya tak menentu, lebih tepat kalau dikatakan ke-bingungan. Sebentar mengarah ke bawah, sebentar mengarahke samping dengan gerak-gerak tangan yang menunjukkan keri-sauan batin. Doktoranda Fatima sendiri mula-mula agak merasamembias wajahnya, namun kemudian hati dibikin kuat. bahkania kelihatan menutup mulut rapat-rapat dengan keangkuhanyang ditampakkan. Ia sengaja berbuat seperti ini, karena adasesuatu pertimbangan di dalam hatinya. Sebuah pertimbanganyang merupakan jalan keluar dari cara mengatasi emosi yangmembludak dengan adanya kenang-kenangan yang tiba-tiba sajadatang.

Ada bermenit-menit antara ketiganya sepi dari percakapan,hingga kerisauan yang lebih hebat sama-sama diderita. Akhirnya

annya keras dan sinis:“Saudara berdua sudah belajar betul-betul?”

.

serasi dengan kedudukannya —seorang asisten ahli!

jalan belakangan, Doktoranda Fatima sendiri kelewat kenal siapa

Doktoranda Fatima bertanya sebagai prakata pertama. Pertanya-

Page 135: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

120 Astana Kastawa

Si mahasiswa yang lebih tua yang masuk pertama kali taditersenyum dengan memandang sang asisten.

“Sudah, sedikit-sedikit.”

Si mahasiswa ini masih juga menjawab dengan tersenyum.“Ya. Habis di samping itu juga banyak kerja Bu.”“Saya tak peduli kerja atau tidak! Yang saya tahu Saudara

datang menghadap ke sini pasti sudah siap! Dan... dan Saudarayang satunya ini bagaimana? Juga sedikit-sedikit belajarnya?”

Semacam bunyi petir di siang hari. Hardi mahasiswa keduayang menerima pertanyaan yang tanpa disangka-sangka ini men-dadak kaget. Sejenak ia kehilangan akal, dan mukanya menda-dak pucat dengan terkulai ke bawah. Sementara ia mencari-cari

Itu tidak apa, asal bisa jawab soal-soal saja! Mungkin Saudara

Semakin serasa tertusuk jarum, mula-mula perih lalu akhir-nya nyeri sampai di ulu hati. Namun Hardi tak juga menjawab.Dan sebagai lontaran dari keadaan diri fisiknya yang malu-malu,bingung, panas, dan berontak kekesalan, sedikit demi sedikitpeluh mulai mengalir dengan wajah merah terbakar.

“Nah, coba Saudara yang pertama ini. Bentangkan persoalan

yang ditunjuk, ialah mahasiswa yang lebih tua itu, menggosok-gosok dagunya dengan mata tak berkedip seolah sedang memu-satkan pikiran. Lalu pelan-pelan menjawab:

“Jika seorang ahli hukum memunyai didikan Barat mem-pelajari hukum adat Indonesia, dapat dikata ia masuk dalamdunia hukum yang baru. Bagi seorang ahli hukum asing yangbaru mempelajari hukum adat pada umumnya dan mermulaan,hukum adat itu tak dimengerti. Ada yang pernah mengemukakanbahwa oleh karena tak mengertinya. Hukum adat itu seolah-

.

“Kalau cuma sedikit, sama saja tidak belajar!”

jawaban, Doktoranda Fatima telah mendahului memotong.“Mmh, rupanya Saudara ini banyak ngelamun ha? Bagus!

ini sedang ingat pada orang yang dicintai di rumah!”

hukum adat!” Kata doktoranda Fatima memerintah. Si mahasiswa

Page 136: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

121Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

olah hanya peraturan-peraturan ajaib yang sebagian besar ber-

“Terus!”“Dilihat dari mata seorang ahli hukum yang memegang

teguh kitab undang-undang memang hukum keseluruhannyadi Indonesia tidak teratur, tidak sempurna, dan tidak tegas.Akan tetapi apabila mereka sungguh-sungguh memperdalam pe-ngetahuannya mengenal hukum adat, tidak hanya dengan pi-kiran tetapi dengan penuh perasaan pula, mereka melihat suatusumber yang mengagumkan, adat istiadat dahulu dan sekarang,adat istiadat yang hidup, aday istiadat yang...”

“Stop,” Saudara persis menco! Biasanya hanya menirukanbunyi orang lain dan menghapal kalimat-kalimat di buku. Puter-puter simpang siur tak menuju ke point. Nah, coba lanjutkan,Saudara yang satunya ini!”

Doktoranda Fatima melirik ke arah Hardi. Sedang maha-siswa yang mulutnya baru merentet sekarang jadi bungkam ter-tunduk seperti kena pukul di kepalanya.

Hardi mencoba membuat ketenangan dengan konsentrasidiri. Tapi ketika sudah sementara pikiran itu belum terbuka-buka juga ia mulai gelisah. jari-jari tangannya menekan-nekantepi meja dan kepalanya menggeleng-geleng seperti ia sedangmelemparkan segenggam batu yang menyumpal otaknya. Dok-toranda Fatima tersenyum dengan menatap kalem. Kadang-

yang dipegangnya ke buku, semacam anak kecil yang sedangbermain. Tapi dalam mata dua orang yang sedang “dihakimi”itu, tinggal semacam ini semakin menyakitkan hati serta mem-buat jengkel.

“Sebenarnya saya malu apa bila tiap kali menyinggung-nyinggung sial belajar. Saudara-saudara adalah sudah dewasa,bahkan sudah tua bisa dikata. Jadi mestinya kesadaran itu akantumbuh dengan sendirinya. Tapi adalah lebih malu bagi saya,apabila Saudara-saudara itu menempuh ujian tapi ternyata tak

.

simpang siur...”

kadang wajahnya tertunduk dengan mengetuk-ngetuk pensil

Page 137: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

122 Astana Kastawa

bisa apa-apa, sedang tiap hari saya menerangkannya. Nah, con-tohnya? Seperti sekarang inilah! Baru saja dimulai, suasana su-

berhenti sampai di sini. Kemudian mencibir dan menatap kesambing sebagai pelemparan masa bodohnya. Lewat kaca jende-la dilihatnya di luar sudah gelap. Lampu-lampu di pojok luarinduk ruangan kuliah saja yang nampak benderang. Jauh di ba-wah kiblat sebelah barat beberapa mobil kadang-kadang nampaklewat di jalan raya meleret dengan sinar lampunya yangberkencaran.

“Bagaimana, bisa kita lanjutkan? Sekarang terangkan bagai-mana garis-garis besarnya hukum waris! Ini pertanyaan yang

Hardi. Dan sewaktu Hardi sempat melihat tangan asisten itumengarah kepadanya, ia merasa seolah-olah ada sepucuk pedangyang diayunkan ke lehernya. Ia terhenyak sebentar kemudiankembali tunduk. Tapi kesadarannya tiba-tiba hilang lagi. Kinipikirannya semakin buyar, dan matanya berkunang-kunang. Dihadapannya samar-samar terlihat ada mayat putih yang membu-jur mengerikan. Sesudah mayat itu hilang, ia mlihat seorang anakkecil menangis meronta-ronta. Ia kenal betul wajah anak kecilyang meronta itu, ialah Nunik anaknya. Namun bayangan anak-nya itu lama-lama hilng dengan pelan-pelan.

itu tiba-tiba ia bertemu dengan kuburan dengan daun-daun kem-boja yang lebat...

diantar ke rumah sakit. Apabila kenangan itu benar-benar men-cekam pada pikirnya, dadanya mendadak berdetak tambah kuatdan tenggorokannya naik turun. Keringat semakin deras mem-basahi muka dan badannya. Di luar sadarnya mulutnya yangsemenjak tadi terkatup rapat tiba-tiba meneriakkan sepatah kata,nadanya merintih dan meminta belas kasihan:

.

Sampai di sini hardi tiba-tiba ingat istrinya yang tadi pagi

dah macet —mulut mungil Doktoranda Fatima yang merentet itu

mudah!” Perintah Doktoranda Fatima dengan menunjuk ke arah

Sepeninggal bayangan anaknya, tiba-tiba Hardi serasa me-langkah menapaki jalan yang amat panjang. Tapi di ujung jalan

Page 138: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

123Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Dua orang yang semenjak tadi mengawasi gerak-geriknyamendadak saja menjadi keheran-heranan dan saling bertanya.Doktoranda Fatima sendiri yang menyaksikan adegan semacamini dalam batinnya tertawa terpingkal-pingkal. Ia cepat menge-tuk-ngetuk meja agak keras, membuat Hardi betul-betul sadarbayangan-bayangan yang menggodanya.

“Oh maafkan. E...e...” dan napasnya tersengal-sengal. Dankemudian diusapnya keringat di dahi dan lehernya.

Doktoranda Fatima kini tersenyum kecut, ia seperti melihatadegan sandiwara yang menggelikan tapi juga memuakkan.

“Rupanya saudara kita ini benar-benar bermimpi indah.Mmm, tapi saya jadi jengkel dengan impian ini! Nah, baiknyasore ini kita bubarkan sekarang saja, tak ada gunanya berlama-lama. Saya takut ada kejadian-kejadian yang lebih lucu lagi!Saudara-saudara boleh keluar!”

Si mahasiswa yang lebih tua tanpa berkata-kata langsungmeninggalkan tempat duduk. Sedang Hardi masih berada ditempatnya. Ia melihat sang asisten yang sibuk mengatur buku-buku yang terbuka. Sesudah itu pelan-pelan Hardi berdiri danmendekati dengan kata terputus-putus!”

ini. aku tak dapat menghilangkan pengaruh suasana rumah tang-ga yang sangat menekan ini. aku betul-betul menderita kesedih-an. Maafkanlah aku. Tapi kucoba juga aku datang kemari olehkarena aku tak hendak melalaikan pelajaran yang kau berikan.”Hardi berdiri kaku di hadapan doktoranda Fatima dengan keduatangan menyilang di muka dan jari-jari yang ditekuk-tekuk. Tapi

“Saudara Hardi! Kita di sini secara dinas, antara guru danmurid! Saya tak peduli pada tetek-bengek. Yang saya tahuSaudara datang ke sini adalah hendak menempuh pelajaran saya!Dan saya sungguh amat malu sekali dengan adegan Saudara

.

“Oh tuhan, selamatkan istriku. Selamatkan Miyantiku.”

E.. Fatima. Maafkan. Istriku melahirkan dan dioperasi hari

Doktoranda Fatima melirik tajam dengan ganas.

Page 139: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

124 Astana Kastawa

yang menggelikan itu! Nah, cukup jelas bukan? Sekarang sayapersilakan saudara keluar!”

Bumi serasa hendak runtuh, dan ruang kuliah seakan-akanberputar. Dengan langkah gontai dan tanpa wibawa Hardi lam-bat-lambat menuju ke pintu dan terus keluar menyusuri lostempat sepeda.

keluar. Langkahnya berirama dengan menyangking aktentas ditangan. Hawa di luar tak sepanas seperti tadi. Sampai di tempatmobil yang menanti, ia memerintahkan kepada sopir:

“Selesai. Sekarang antar saya pulang!”Dan mobil menderu meninggalkan gedung universitas.

duduk-duduk mencari angin di beranda muka, tiba-tiba ia meli-hat arak-arakan di jalan besar. Begitu panjang arak-arakan itudan semua pengikut nampak belasungkawa. Dengan nada-nadalincah kemayu ia memanggil pelayan.

“Mbok, Mbok. Siapa sih yang mati, kok banyak orang kam-pung kita yang melayat?”

di jalan G sebelah meninggal di rumah sakit karena melahirkan.

suk kamar. Air matanya menetes-netes di pipi. Dalam hati iamengakui, bahwa dengan bentakan-bentakan dan kema-rahannya yang dibikin-bikin kemarin sore; tak ada lain bahwasesungguhnya diam-diam ia masih menaruh cinta pada Hardi.

1963

.

Sepeninggal Hardi, Doktoranda Fatima bergegas menyusul

Di hari esoknya, sore-sore ketika Doktoranda Fatima sedang

Tanpa bercakap lagi Doktoranda Fatima yang cantik itu ma-

“Mosok Den Fatima tidak dengar. Semalam istri Den Hardi

Page 140: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

125Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Harijadi Sulaeman Hartowardojo lahir 18 Maret 1930 diPrambanan, Yogyakarta, meninggal 9 April 1984 di Jakarta. Sela-ma hidupnya melajang. Tamat Fakultas Publisistik dan melan-jutkan studi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pernahmenjadi redaktur majalah Pujangga Baru (sesudah perang), hidupsebagai wartawan di berbagai majalah, antara lain Garuda, Siasatdan surat kabar Pedoman. Harijadi dikenal sebagai ahli astrologi.Dia lama mengasuh rubrik astrologi di berbagai surat kabarmingguan di Jakarta. Dia pun menjadi anggota redaktur BudayaJaya mulai tahun 1968. Menulis puisi, esai, cerita pendek, novel,dan banyak menerjemahkan buku J. Krishnamurti. Bukunya yangsudah terbit Luka Bayang (1964), Orang Buangan (1971), dan Perjan-jian dengan Maut (1975).

Harijadi S. Hartowardojo (1930-1984)

.

Page 141: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

126 Astana Kastawa

.

Page 142: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

127Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Di pinggir kali pengembara berhentiMenatap anak bermain cecapung di airDemi kesal dengan kerikil dia melemparCecapung melejit, air beriak lingkar-melingkar

Di dasar air yang bening tenangKerikil berlabuh seolah berkataNoli me tangere!Noli me tangere!

Sedang pengembara menggeleng kepalaPandang terpaut pengail tuaTenang menekuri joran di tanganDan pelampung yang beralun di kerut airSeolah dia pula turut berkata:Noli me tangere!Noli me tangere!

Berjongkok pengembaraMenatap di kaca senjaDi wajahnya terlukis gadisBisu mulut, mata jua berkata-kata:Noli me tangere!Noli me tangere!

1962

*Noli me tangere artinya jangan sentuh aku

NOLI ME TANGEREKepada H.E. dan H.E.

.

Page 143: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

128 Astana Kastawa

Tiga musim bulan menantiDalam kabut redupTak mungkin bersua matahari

Bulan telah memanggil bintang MustariSesuai janji ikatan hati— sia-sia tuan menanti

Bila bersuaBulan kan ditelanSinar surya yang membakar —

Dan bulan sabar berlayar sendiriDalam dingin beku langit biruHingga pada suatu dinihari, selagiBulan senyum dicumbu bintang pagiMuncul surya datang berlari

Pucat bulan diburu matahari

1962

BULAN DIBURU MATAHARI

.

Page 144: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

129Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Sebuah benteng telah tertimbun bukit pasirSedang langit malam kelelawar terbang kehilangan sarangAnjing melolong meratapi bintangGubung Penceng tenang menyilang

Kutarik garismemotong kakilangit di dekat fajarMengombak bukit pasir di angin pantaiBergeser laut menyeret reruntuk

Hendra!Hendra!Di atas reruntuh benteng pertahanankuKupertahankan terus bendera berkibar

1962

SEBUAH BENTENG

.

Page 145: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

130 Astana Kastawa

Di atas segala batu membeku napaskuDi sini telah bertemu roh dan debuGelisah gerutu menjadi satu

Naga melingkar di kakikuJari telunjuk menunjuk langitKetapang menekur diam membisuDia di sana di jantung biru

Esa nama yang kuseruDua hati yang kupintuTiga kali kutepuk punggung bumiKiranya terpanggil nama sendiri

1961

PRAMBANAN

.

Page 146: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

131Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Telah digenggam kalamDan kata berderai merangkai suaraTanda bundar melingkar sengketaRambu yang terpaku di depan jembatan

Cermin tergantung di dinding hijauBale kayu menyerah kepada jendelaKasur usang kosong membayangDalam batas garis lingkar

Sebuah mata bundar beningMenyergap derai hujan gerimisDalam jaras sinar terlontar ke luarMembanting bayang di dinding bulukan

Telah digenggam kalam dirajut malamMenghilang detik jam di dinding suramBuku bersampul merah menyerah kalahPengembara terbantai hilang sudah

1962

KALAM

.

Page 147: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

132 Astana Kastawa

Telah bermusim kudukung namamuTerpahat di batu warna anggur. KikisanAnggin memperdalam hurufnyaDi bawah kemuning sekali kita bersuaKita pahatkan tanda pada kurun waktuBintang berguguranDan langit gelap jadi hitam kelabu

Musim ini kucobaMenghembus nama dari batu warna anggurHuruf-huruf baru telah kuukurTapi, ah, betapa panjangnya namamuSatu huruf jinggaAkar-akarnya menghunjam sampai ke dada.

1962

JISIM

.

Page 148: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

133Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Kulepaskan diri dari segala janji, aku ingkarKunanti tantangan yang semula telah berseruIa akan tiba bila tak lagi ditungguBerjalan akuDi batas, aku meninjau ke bawah dan membandingDi bawah, aku memandang ke atas dan membandingKekasihku, kita di tengah ini segalaTelanjang seperti bayi baru lahir

1964

SEGI

.

Page 149: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

134 Astana Kastawa

.

Page 150: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

135Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Blora, Jawa Tengah, 18 Agustus 1929 dan meninggal13 Februari 1987. Semasa hidup banyak karangan yang telahdihasilkan. Salah satunya yang best seller adalah serial Bende Mata-ram paruh waktu 1960-an. Buku-buku karangannya yang lain,yakni Patih Lawa Ijo, Mencari Bende Mataram, Bunga Ceplok Ungudari Banten, Melawat ke Barat, Pedang Sakti Tongkat Mustika, Jalandi Atas Bukit, dan Bulan Jatuh di Lereng Gunung. Di samping karya-karyanya yang bernapaskan Jawa, ia juga menulis cerita-ceritaberdasar sejarah, yaitu Dari Westerling sampai Kartosuwiryo danNikolas II. Ia juga menulis skenario film seperti Si Midah BergigiEmas, Rela, Semalam di Solo, Warok Suramenggala, dan Desa yangDilupakan.

Herman adalah salah satu pendiri Majalah Mingguan MingguPagi (kini surat kabar mingguan) di Yogyakarta. Dunia jurnalistikyang ditekuninya antara lain di Harian Nasional sebagai PimpinanRedaksi kebudayaan dan Seni, juga di Jawa Pos. Ia dikenal men-ciptakan beberapa kata dan istilah dalam memperkaya perben-daharaan kata di Indonesia, antara lain istilah “sendratari”, kata“sinting”, “lentera”, dan “blingsatan”.

Herman Pratikto (1929-1987)

.

Page 151: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

136 Astana Kastawa

.

Page 152: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

137Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Dengan sengaja aku bertemu dengan seorang tua yang mena-rik perhatianku. Orang yang menarik perhatianku, adalah se-orang tua. Berpakaian compang-camping. Matanya bergundubulat menandakan kejujurannya. Bibirnya kering menunjukkansifat kesederhanaan. Benar juga caranya berbicara kadangkala

namun aku tak ada keraguan. Ia orang jujur, sederhana, dansuci.

Kami bertemu di persimpangan jalan Ngrambe di kakiGunung Lawu. Ia minta padaku beberapa kelip; perutnya lapar.Syukur apabila mau turut memikirkan keluarganya yang menjaditanggungannya. Suatu permintaan yang berlebih-lebihan. Akumemberinya sebanyak seperak. Kukatakan, bahwa aku belumpernah memberi seorang minta-minta sebanyak itu. Sebagai per-nyataan terima kasih ia berkata:

“Tuan! Kalau Tuan memiliki keberanian sedikit saja, pastilahuntuk seumur hidup Tuan akan berterima kasih kepadaku, turun-temurun! Aku memunyai rahasia yang secara kebetulan saja ku-jumpai. Waktu pecah perang Madiun, aku turut menyingkir jauh

kuno yang rupanya belum pernah dijumpai manusia lain.Maklumlah; siapa pula yang akan datang ke sana. Jika tak adaperang, aku pun takkan sampai di sana. Kulihat sebuah permatakemilau tertancap pada keningnya. Mestinya sebutir berlianyang tak ternilai harganya. Tapi janganlah dikatakan kepada

PERMATA

.

disertai kepalanya yang mereng-mereng —tanda suatu pura-pura—

ke pegunungan. Di sana —di Wukirbayi— kudapati sebuah arca

Page 153: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

138 Astana Kastawa

siapa pun juga, kepercayaanku ini pada Tuan. Kucoba pula untukmengambilnya. Tapi arca itu memunyai perbawa yang luar biasa.Belum lagi aku berhasil merabanya, aku jatuh pingsan di ba-wahnya.”

“Aku tidak bohong, Tuan,” katanya lagi. “Jika tuan meng-hendaki, aku mau mengantarkan tuan ke sana. Siapa tahu, bahwanasib baik ada pada Tuan. Banyak orang yang kubawa ke sana,tapi mereka pun tak berhasil pula. Karena takut. Karena merekatak berani mencoba merabanya. Takut pingsan seperti aku. Akutidak bohong, Tuan. Marilah kuantarkan. Asalkan Tuan maumemberi upah daku sepantasnya.”

“Jika hal itu tidak benar, bagaimana?” tanyaku.“Uang itu, janganlah Tuan berikan kepadaku, sebelum Tuan

menyaksikan kebenarannya. Tuan tahan berjalan jauh, bukan?”Aku memanggut. Dan mulailah perjalanan yang jauh itu.

jalannya menyusur jurang curam. Menusup-nusup belukar. Me-lompati parit-parit alam. Tiga jam aku mengikuti orang itu, ka-rena terdorong oleh nafsu ingin tahu semata. Tentang permataitu, bukanlah suatu hal yang kubayangkan sebelumnya. Belumada kemauanku untuk membayangkan.

Tatkala orang tua itu menunjuk ke arah arca yang bersem-bunyi di belakang belukar, mulailah timbul perhatianku sung-guh-sungguh. Arca itu tampak terasing dari batu-batu raksasalainnya. Seperti malu-malu dan segan dilihat orang. Kudekatidia, dan benar juga ada permatanya yang menancap di kening-nya. Orang itu menagih janjinya dan kuberi uang sepuluh rupiah.

“Terima kasih, Tuan,” katanya. “Tapi apabila Tuan berhasilmembawa permata itu pulang, pastilah Tuan takkan menyia-nyiakan orang setua ini.”

“Benarkah orang pernah mencobanya?”“Pernah juga. Tapi tak berani merabanya. Lihat saja bekas

dupa yang dibakarnya di bawah kakinya.”

.

Page 154: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

139Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Kuhampiri arca itu dan benar juga banyak dupa menghitami.

berlian! Berkedip-kedip, berkemilau, dan jernih bening.Tanganku kujulurkan. Orang tua itu berteriak, supaya aku

membakar kemenyan. Tak kupedulikan teriakannya. Nafsukuingin memiliki tergolek sangat kencang. Orang tua itu menjauhidaku. Takut; suatu ketololan jiwa oleh takhayul yang bukan-bukan. Buktinya dengan mudah saja, permata itu dapat kumiliki.

girang dan menanjak-nanjak mengelilingi daku. Tak lama kemu-dian, kami kembali pulang. Ia kuberi uang sebanyak seratus ru-piah. Ia minta lebih banyak lagi. Timbullah suatu tawar-menawar.Akhirnya dia mau menerima uang sebesar tiga ratus rupiah.Kami berpisah. Cepat-cepat aku meninggalkan perkampungan

itu akan mengabarkan pada orang banyak tentang keberun-tunganku. Pastilah akan menimbulkan suatu kesulitan.

Pada petang hari aku berhasil mencapai dusun Walikukun.Kemudian dengan mempergunakan kereta api penghabisan me-nuju ke Solo. Lehalah hatiku, bahwa aku tak menjumpai kesu-karan. Orang itu rupanya telah senang dengan uang tiga ratus.Akulah dalam hal ini, yang berhasil memakan ketololannya.Mungkin orang itu tak memunyai pikiran yang pelik-pelik. Petani

Malam itu aku menginap di Solo. Aku menyewa hotel dankukunci pintu kamarnya satu malam suntuk. Satu malam itu,aku tak bisa tidur. Mengagumi kejernihan permata yang belumpernah kujumpai selama hidupku. Permata itu sebesar ibujariku.Pastilah beratus ribu rupiah harganya. Namun aku bimbang,apakah nanti kujualnya. Banyak kali kudengar, bahwa permatayang besar-besar memunyai khasiat yang luar biasa. Suatu takha-yul lagi yang gila. Terasa olehku, bahwa tiap manusia ini takkan

.

Kemudian aku perhatikan permatanya. Tak ragu-ragu lagi— dia

harganya. Orang tua itu melongo keheranan. Akhirnya berteriakKuteliti lagi —dan benar-benar sebuah berlian yang tak ternilai

—bahkan orang miskin yang berontak sederhana saja.

lagi. Pikirku, aku harus menghindari dusun itu. Siapa tahu orangdi pegunungan itu. Menyewa dokar di Ngrambe tanpa kutawar

Page 155: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

140 Astana Kastawa

bisa terhindar dari ketahkayulan, betapa materialistisnya pun.Takhayul adalah suatu perbuatan jiwa yang gila. Dan hal-halyang mengandung kegilaan ini, menambah keragaman duniapula.

Esoknya, aku menumpang kereta api yang paling pagi,

emas. Kuperlihatkan dia dengan penuh kebanggaan dan kusuruhmenaksir pula harganya.

Sekonyong-konyong pandai emas itu tertawa terbahak-ba-hak seperti orang gila. Perutnya bergoncang-goncang. Ia mena-nyakan dari mana kuperolehnya. Tentu saja aku tak mau mene-rangkan.

“Kuterangkan saja, Tuan,” katanya, “ini bukan berlian, tapikaca.”

“Kaca...,” aku terkejut.“Ya. Satu sen pun aku tak mau membelinya.”Gugup aku menerima permata itu kembali. Kubawa juga

pada beberapa tukang emas. Dan jawabannya sama pula. Seka-rang timbullah kemarahanku. Esoknya kucari orang tua itu. Tapi

ongkos jalan pulang balik dan ongkos hotel.

1956

.

sia-sia saja usaha ini. Bahkan menambah kerugian sepuluh rupiah

pulang ke Yogya. Kubawa permata ini pada sebuah rumah pandai

Page 156: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

141Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Pengarang wanita kelahiran Cilacap tahun 1948 wafat 6Oktober 1981. Menamatkan SLA di kampung halamannya danmelanjutkan studi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Ju-rusan Sastra Inggris, Universitas Gadjah Mada, tamat tahun 1975.Selama mahasiswa rajin menyumbangkan tenaganya pada Nitourdan Pacto Yogyakarta yang bergerak pada bidang pariwisata.Kecintaannya pada sastra membuatnya tergerak untuk menga-rang dan mengikuti sayembara mengarang roman yang dise-lenggarakan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1974. Astiti Rahayuromannya yang pertama memperoleh hadiah dari sayembaratersebut, kemudian meraih hadiah Yayasan Buku Utama Depar-temen P&K, 1976. Cerpennya “Salam dan Pesan Paman” meraihhadiah hiburan Sayembara Kincir Emas Radio NederlandWereldomtorp, 1975 dan dibukukan dalam antologi cerpen DariJodoh Sampai Supiyah 1976. Noveletnya Kabut di Atas Laut meraihhadiah pada Sayembara Mengarang cerita bersambung majalahFemina 1979.

Iskasiah Sumarto (1948-1981)

.

Page 157: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

142 Astana Kastawa

.

Page 158: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

143Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

FAREWELLSerenada Putihkutulis untukmupada hari ini tanggal sepuluh meisemogalepaslah hati sedihlilin penghabisan terbakar habis.

Klak. Kumatikan tape. Farewell. Selamat jalan. Aku tak tahubanyak tentang puisi, tapi baris-baris itu seperti luapan perasaan-ku yang tertahan. Seakan kata-kata itu begitu tepat menggam-barkan kata hatiku sehingga beban yang menindihnya jadi ringandan lepas. Sama seperti ketika aku terbaring sakit beberapa hariyang lalu, kukatakan atau kutanyakan:

engkau yang jauhingatkah padaku?Lalu kujawab sendiri:tentu tidakatau mungkin adasejenakmana aku kan tahu?

Nuryati senang sekali dengan sajak itu. Sama senangnyadengan sajak Rendra yang dibuka dengan kata-kata:

bagai daun yang melayangbagai burung dalam angin

ASTITI RAHAYUEmpat

.

Page 159: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

144 Astana Kastawa

bagai ikan dalam pusaraningin kudekap beritamu.

Pacar Nuryanti lagi pergi kuliah kerja di Sumatera waktuitu. Ditinggal selama sekian bulan, rindu kembang dengan pesat-nya. Alangkah indahnya kita dibuai kerinduan kepada sese-orang. Tapi alangkah pedihnya kita disiksanya. Alangkah panas-nya kita dibakarnya.Kuputar lagi yang ini :

aku ingin bertemu denganmutersenyum lembut dan menyapa: apa kabar, mahadewa.

Klak! Tanganku terulur mematikannya. Nuryanti jengkel.Direbutnya tape kecil itu dari tanganku.

“Aku ingin mendengar lanjutnya,” katanya.Aku mempertahankannya.“Jangan! Nggak baik.”“Biar! Aku lihat.”“Nggak boleh, ya sayang! Ini koleksi pribadi. Tidak diper-

jualbelikan.”Nunuk merengut. Aku tertawa. Aku hanya mengganggunya

saja. Dia anak yang baik. Beruntung aku punya teman sekamarseperti dia, penuh pengertian, ngemong dan sayang. Tipe se-orang gadis keibuan. Rambutnya setengah panjang sampai kepinggang, biasanya dijalin satu di belakang.

Kami lagi membeli pecel berdua di warung kecil di belakangasrama, waktu Yu Sari memanggil-manggilku, memberi tahukanada telepon untukku. Aku lari ke kantor asrama. Ketika akubersuara, aku dengar suara tertawa Harman.

“Coba terka, Asti!” katanya. “Berapa dua kali dua?”Aku tak mengerti maksudnya. Tapi mendengar suara yang

ramai di sana, aku cepat bisa menangkap suasana. Harman tentulagi bercakap-cakap setengah bergurau dengan Nano, denganMas Wid atau entah dengan siapa. Kujawab saja seenakku.

“Mua kali dua sama dengan sepuluh.”

.

Page 160: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

145Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Mungkin malah sebelas.”“Harman!”“Apa, Astiti?”“Sudah makan siang?”“Kira-kira sudah, belum?”“Kenapa dari tadi main terka melulu?”“Bagaimana?”“Kapan lagi tugas saya di InTour? Sudah nggak punya duit.”“Itulah yang mau saya tanyakan, kenapa lama sekali nggak

pernah ke kantor?”“Kapan-kapan aku ke kantor.” Jawabku.“Datanglah nanti malam ke rumah saya,” katanya. “Ada

selamatan sedikit.”“Selamatan apa?”“Kalau nanti datang akan tahu.”Aku diam sejenak. Berpikir.“Ulang tahunmu, Harman?”“Eh, bukan! Aku tak pernah merayakan ulang tahun. Tiap

tahun mesti ganti.”“Apa sih kalau begitu? Kok mesti berahasia lagi.”“Yang penting nona datang nanti, ya non!”“Aku belum tahu rumahmu.”“Oh ya? Nggak usah datang saja baiknya, kalau begitu, ya!”Harman orangnya ramah. Tapi dalam keramahannya terasa

selalu ada garis yang menjadi batas antara dirinya dengan orangsekelilingnya. Kariernya pesat maju. Ada satu hal yang menurutpikiranku menjadi titik pemikiran bagi kepesatannya. Hobinyabersendagurau dengan anak-anak. Gadis terutama. Tak usahdisangsikan, banyak gadis yang menyukainya. Gadis mana tidakmenyukai seorang pemuda yang sukses dalam kariernya?

Aku jalan sendiri sore itu ke jalan Tanjung 25, naik Hondabiruku. Melihat Harman yang berpakaian Jawa, berkain batik,

tangkap olehnya. Mata Harman menyipit sebelah, melihatku

.

bersurjan, aku tersenyum sendiri. Kebetulan saja senyumku ter-

Page 161: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

146 Astana Kastawa

tersenyum demikian. Senyum sendiri juga dia. Mas Wid datang

yang paling serasi adalah Mbak Atik dengan suaminya. Yangseorang berkain kebaya, yang seorang lagi bersurjan. Persis se-perti priyayi kraton yang ber-bojana-andrawina, berpesta ria secaraadat Jawa.

Astiti seperti biasa, bercelana komprang, berblus panjang,datang tanpa membawa apa-apa. Tapi biarlah aku begini. Aku

wa masaku yang seperti ini, masih akan lama kualami. Masaketika aku kerap bersikap seperti anak laki-laki, lebih daripadabersikap keperempuanan. Ketika aku datang, semua sudah siap.Nasi tumpeng di tengah. Pecel, tahu, tempe, kerupuk, sambal

saja.Udin membaca doa. Yang lain duduk di pinggir mengelilingi

nasi tumpeng itu sambil mengamin. Aku berpikir, sebenarnyaupacara selamatan adalah upacara khusus yang hanya boleh dila-

lamatan ini adalah selamatan bagi sebuah bis besar, bis wisatawankiriman InTour pusat Jakarta untuk InTour Yogyakarta. LainYogya, lain Jakarta. Orang Yogya masih sempat melakukan upa-cara yang barangkali masih bernilai magis dan keagamaan.bukan, bagi kami itu bukan berarti pembuangan waktu dan biayamelulu, karena dengan upacara seperti itu kita sering memper-oleh apa yang oleh sebagian orang disebut hikmah. Kita mera-sakan seolah-olah menerima berkah. Dan kita merasa bersyukur,dan merasa harus berterimakasih. Kepada Tuhan tentu saja. Tu-han. Nama yang sudah kerap dilupakan begitu saja oleh anak-anak manusia generasi abad dua puluh ini.

Seorang gadis, wajahnya lembut, ikut melayani tamu. Mata-

pendek. Rambut yang dipotong pendek pun bisa tetap memba-wakan kelembutan, kesayuan wajah. Aku melihatnya. Seandai-

.

dengan istrinya. Juga Dodit membawa gadisnya. Tapi pasangan

merah. Ayam utuh di tengah. Ayam yang sudah dimasak tentu

toh bukan orang dalam di Indonesia Tour. Dan aku merasa bah-

kukan oleh kaum pria saja. Tapi selamatan ini memang lain. Se-

nya besar bagus. Cantik sekali gadis itu. Rambutnya dipotong

Page 162: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

147Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

nya aku laki-laki, aku tentu mengaguminya. Tapi aku gadis. Akutidak ingin memunyai sifat iri. Aku tahu, sifat itu hanya merugi-kan diri. Jadi aku mengaguminya juga. Semoga di balik wajahyang seayu itu hatinya ayu pula. Yang kupandang menoleh tiba-tiba. Aku tersenyum kepadanya. Dia tersenyum kepadaku.

“Martini!” panggil ibu Harman.“Ya bu!” Gadis itu menjawab, seraya bergegas masuk.Aku berbicara dengan Mbak Atik.“Lulik sudah bisa apa sekarang, Mbak?”“Oh sudah besar dia. Sudah bisa berlari-lari menjemput papa-

nya dari kantor.”Harman lewat dekatku. Kami masih duduk di atas tikar.“Harman! Siapa si ayu yang ikut melayani tadi?”“Adikku, Martini. Adikku.”“Adikmu seayu itu?”“Kenapa?”“Tidak apa-apa,” aku tersenyum, sambil makan emping.“Adik sepupu, Astiti.”Sebentar saja acara itu selesai. Disambung sebentar dengan

pembagian tugas dan beberapa hal mengenai pekerjaan InTourselama beberapa bulan yang akan datang. Selesai. Dan bubar.Aku berdiri sambil berbicara ke kanan, berbicara ke kiri. Kamiberpamit pulang kepada ibu Harman, seorang wanita setengahbaya, seorang ibu yang anaknya paling muda sudah seusiaHarman. Harman mengantarku sampai ke halaman. Motorkutadi kutaruh di bawah pohon sawo. Harman mengambilkannya.Dihidupkannya mesinnya kemudian. Aku naik. Berpamit. TapiHarman masih memegangi setang motor. Kami tersenyum ke-mudian, karena bingung apa yang akan kami ucapkan.

“Kenapa lama tidak ke kantor?” tanyanya.“Malas,” kataku.“Kok malas?”“Apa urusan Harman, kalau aku mau bermalas-malasan?

Boleh saja, kan?”

.

Page 163: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

148 Astana Kastawa

“Gadis semanis kau tidak boleh bermalas-malas. Berseko-

“Ih, rayuan murah!” ejekku.“Ih, pura-pura ngejek,” katanya. “Berani pulang sendiri,

Astiti?”“Di abad dua puluh nggak ada lagi hantu, Harman!”Kulepaskan tangannya yang memegangi setang sepeda

motor. Ketika lepas, cepat kakiku menginjak persenaling danlari meninggalkannya.

Aku terus pelang. Perasaan segar. Di langit bintang bulanMei berkelip-kelip putih. Musim hujan sudah lewat. Aku larinaik tangga asrama sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Nunuk lagimenggambar rencana gedung bertingkat. Spidol merah, kuning,biru berserakan di atas mejanya. Kutepuk pundaknya sampaidia kaget dan berteriak:

“Astiti!”“Nih, kubawakan kegemaranmu.”“Apa?”“Emping goreng.”Aku terus lari ke aula, ke ruang televisi. Siang hari aula ini

biasa dipakai bermain pingpong oleh anak-anak. Malam-malammereka berkumpul lagi di sini menonton televisi. Hari jumat

Five-O, film detektif. Ada aktor kurus tidak tampan, tapi mena-rik, dan jadi favorit anak-anak asrama. Namanya Steve MacGarry atau Stave Mac Garret dalam cerita itu, telinga tidak dapatmenangkapnya dengan baik.

Paginya, sepulang kuliah aku bermotor ke AmbarukmoHotel. Harman lagi sibuk. Mas Harmanto, begitu anak buahnyamenyebutnya. Dia mengenakan kemeja putih dasi batik. Celana-nya biru tua. Sebentar dia melihat kehadiranku. Tersenyum. Ma-tanya menyipit sebelah. Aku tersenyum. Aku tak bisa ikut-ikutanmenyipitkan sebelah mata.

.

lahlah yang baik, biar jelas jadi doktoranda.”

malam. Jam sembilan. Aku tahu benar acaranya. Film seri Hawai

Page 164: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

149Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Harman,” kataku setelah dia tak sibuk lagi. “Kapan giliran-ku guiding lagi?”

Dia melihatku beberapa lama.“Kukira kau mau berkuliah dulu.”Aku tak bisa menjawab. Tak tahu, bagaimana mestu men-

jawab perkataannya. Katanya melembut kemudian: “Selesaikandulu kuliahmu baik-baik Astiti! Engkau bisa kembali setiap waktuke mari. Bukankah begitu lebih baik? Engkau masih belum me-merlukan pekerjaan secara serius.”

Aku diam.“Asti!”Aku melihat kepadanya. Aku ingat bapak tiba-tiba. Jarak

yang memisahkan kami hanya 177 kilometer. Tapi bapak begitujauh terasa. Bapak selalu sibuk di rumah. Aku sebenarnya sudahcukup dewasa, lebih dari cukup bahkan untuk tidak meminta-minta perhatian terlalu banyak dari bapak. Tapi aku senang sekalimendapat perhatian sedemikian dari Harman. Tak pernah ku-sangka dia bisa persikap kebapakan demikian.

“Okey, Asti?”Aku mengangguk.“Okey. Asal akhir tahun nanti aku boleh bekerja kembali di

sini, waktu liburan panjang.”“Tentu,” ditepuknya pundakku.

***Selesai makan siang aku berjalan ke kantor asrama. Duduk

pada kursi dan mengambil pesawat telepon pada tangkainya.Kuputar nomor Ambarukmo Palace Hotel. Operator menyam-bungkannya dengan InTour. Mas Widi yang menjawab.

“Ada mas Harman, Mas Wid?”“Mas Harman? Oh, dia lagi keluar, Dik Astiti! Ada perlu?”“Ke mana?” aku ingin tahu.

“Kenapa?”

.

“Hohoho,” aku tertawa.“Shalat Jumat. Ke masjid.”

Page 165: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

150 Astana Kastawa

“Tidak apa-apa. Nanti saja saya sambung lagi. Terima kasih,Mas Widiadi!”

“Terima kasih kembali.”Kuletakkan tangkai telepon. Andaipun Harman ada, apa

yang akan aku katakan kepadanya? Tak ada sama sekali keper-luanku dengannya. Aku hanya ingin bercakap-cakap dengannya.Aku hanya ingin berkata, bahwa aku kangen kepadanya. Itusaja. begitu saja. biarlah dia jadi kakakku, kakak yang kutemukan

sepi. Tanah yang tandus —tandus bagi Astiti Rahayu.Siang berikutnya aku kembali menelepon Harman.“Sudah makan siang, Harman?”“Kan mendengar nada suaranya saja, tahu bahwa belum,

Asti!”“Aduh, sayang!” kataku.“Aduh, masih ada juga yang menyayangi.”“Ada dong! Itu tuh, gadis cantik di rumahmu waktu sela-

matan kemarin dulu. Siapa namanya? Martini?”Harman tertawa berderai-derai. Aku diam. Senyumku tak

kelihatan olehnya. Aku tak perlu menyesal menyebut nama se-orang gadis, yang barangkali ada sangkut pautnya denganHarman.

“Martini itu adik sepupuku, Astiti!”“Aku kan tidak bertanya.”“Nah, kan memberi informasi.”“Informasi yang tak benar.”“Benar.”“Bisa dicek kebenarannya?”“Bisa berhubungan dengan jawatan penerangan,” katanya

tertawa.Bersenda tidak berketentuan. Bergurau tidak berujung pang-

kal. Tapi menyenangkan. Menyenangkan, karena yang diajakbergurau Harman.

.

di Yogya ini. Di belantara ini. Belantara yang sunyi. Rimba yang

Page 166: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

151Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Sesudah bergurau aku belajar. Aku betah saja duduk berjam-jam membaca buku, kalau mau. Tahan saja duduk berjam-jammendengarkan pita kaset pelajaran bahasa Perancis. Siang hariaku berbaring dengan sebuah roman. Membaca-baca artikel ten-tang Shakespeare. Apa saja. mendengarkan musik klasik per-mainan Manthovani. Atau pun lagu Trio Bimbo dengan syairTaufiq Ismail. Mendengarkan puisi karya penyair dunia yangkurekam sendiri. sore-sore pergi tidur karena lelah. Malam ter-bangun, meneruskan membaca. Semauku aku mengatur hidup.

sungai yang mengalir lancar, tak ada tebing yang menjadipenghalang keleluasaan bertindak dan berlaku.

Siang itu aku menerima sepucuk surat dari California. Isinyabeberapa potretku bersama Tuan Freeman dan Nyonya, suami

potret, dua berlatar belakang batu candi, satu lagi gambar kami—berempat— ketika makan malam di Wisma LPP. Yang seorangtidak lain ialah: Mahdi. Kumasukkan potret-potret itu ke dalamalbum. Juga kumasukkan ke dalam album hatiku seorang laki-laki muda tampan bernama Mahdi Makka. Perasaanku tenangdan ringan saja ketika aku mencari-cari sesuatu di antara kasetyang berderet di bawah jendela kamar. Pita kaset berisi sajaktentang Mahdi. Kuputar lagi. Terdengar:

aku ingin bertemu denganmutersenyum lembut dan menyapa:Apa kabar, teruna?

Dan seterusnya...

.

istri yang dua bulan lalu berkunjung ke Yogyakarta. tiga helai

Aku bebas di sini, di Yogyakarta. Di asrama. Seperti sebatang

Page 167: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

152 Astana Kastawa

.

Page 168: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

153Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Jussac M.R. Wirosubroto, wafat 9 November 1999 di Yogya-karta, (informasi tahun kelahiran Jussac M.R belum berhasildiketahui oleh tim penyusun). Sastrawan ini lebih dikenal sebagaiwartawan. Keterlibatannya dalam perkembangan sastra di Yog-yakarta adalah dengan memberi-kan keleluasaan kepada UmbuLandu Paranggi dalam mengelola Mingguan Pelopor Yogya tempatJussac bekerja sebagai Pemimpin Redaksinya. Pertengahan tahun1970-an omset mingguan Pelopor Yogya menurun dan terpaksamemindahnya ke Semarang selama tiga tahun berkat bantuanAtas Danusubroto terbit hingga tahun 1979.

Jussac M.R. (-1999)

.

Page 169: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

154 Astana Kastawa

.

Page 170: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

155Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Dokter Hardi bangkit dari kasurnya; tersenyum tidak kepa-da siapa-siapa lalu berjalan masuk ke ruang periksa pasien.

Dokter Hardi masih tetap tersenyum di wajahnya. Nani ber-baring menanti diperiksa; gaunnya tergantung di gantungan pa-

menutupi dadanya dan celana dalamnya diturunkan sampai kepaha.

Dengan tenang dokter Hardi mendekatinya lalu sambil ter-senyum juga berkata:

“Kau sudah pernah lihat orang perempuan melahirkanbayi?”

“Belum,” jawab Nani sambil menggeleng-gelengkan kepa-lanya.

“Jadi kau tahu bagaimana rupanya ... begini ini; kalau mela-hirkan?”

“Ya enggak dong Dik.”“Nah; makanya jangan kau kira aku senang jadi dokter ahli

kandungan. Tapi, kalau tiap pasiennya seperti kau begini...”Dokter Hardi tersenyum nakal sambil sejenak memegang bagiantubuh Nani. “Kalau segala pasien semacam kau begini... Ya; se-nang juga. Tapi kalau hampir tiap hari kau lihat perempuan me-lahirkan bayi, kau jadi benar-benar bosan dan ngeri, Nan.”

“Itukah sebabnya anakmu hanya satu orang?”Dokter Hardi nampak terkejut; katanya...“He? ... Barangkali. Ya; barangkali...”

PENUMPANG GELAPX

.

kaian di dekatnya; BH-nya sudah dikendorkannya tetapi masih

Page 171: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

156 Astana Kastawa

Mereka diam sebentar; kemudian Dokter Hardi mulai me-meriksa Nani. Ia terkenal sebagai dokter yang sabar dan teliti.Tetapi, ketika memeriksa Nani, ia sengaja melipatgandakan kete-litiannya. Beberapa lama kemudian Dokter Hardi berhenti me-meriksa, tetapi masih tetap berdiri di samping Nani sambil me-mandanginya.

Katanya dengan suara lirih:“Rasanya sukar aku hendak mempercayainya. Tetapi menu-

rut pengalamanku; engkau rupanya memang benar-benar hamil.Luar biasa. Engkau harus berterima kasih kepada dokter yangdulu menggugurkan kandunganmu. Ia pandai sekali. Ia tidakmenyebabkan kau mandul selamanya...

“Bisakah hal itu terjadi Dik?”“Itu bukan soal lagi. Itu sudah terjadi. Aku berani memasti-

kan bahwa engkau memang hamil. Dan jika kau hati-hati; tidaksekali ini saja kau hamil.

“Maksudmu; aku masih dapat hamil lagi beberapa kali?”“Mengapa tidak? Umurmu masih cukup muda....”“Oh, alangkah senang Prapto...” Begitu saja terlompat kata-

kata Nani.“Aaaah! Itu lagi,” sahut Dokter Hardi. Diam sejurus lalu

diteruskannya:“Bagaimana kau yakin bayi itu anak Prapto?”

***“...Ya! Ya.. sudah selesai. Bangunlah!”Nani bangun dan mengenakan pakaiannya. Dokter Hardi

mendahului berjalan ke kursinya. Sejurus kemudian Nani me-nyusul duduk di kursi pasien. Beberapa detik Dokter Hardi me-mandang tanpa berkedip. Lalu katanya:

“Kehamilan kali ini dapat menimbulkan berbagai akibat; kautahu Nan. Kalau kau dapat meyakinkan Prapto bahwa bayi dalamrahimmu itu memang anak Prapto dan bukan anak Harjono ataulaki-laki lain...”

Nani cepat memotong:

.

Page 172: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

157Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Aku yakin bayi ini anak Prapto. Bukan anak Harjono. Dan;

tentang Harjono...“Okay.Okay. Soal Harjono itu urusanmu. Aku hanya ingin

tahu dengan pasti bahwa bayi dalam perutmu itu anak Prapto.Kau tahu, aku sahabatmu dan sahabat Prapto. Aku mau tidakmau akan terlibat dalam persoalan ini lebih-lebih karena nyatanyasekarang kau datang padaku; tidak pada dokter lain.

“Ya. Aku mengerti, Dik. Tapi sungguh aku yakin bayi inibayi Prapto!

“Bagaimana caranya akan membuktikannya?”“Aku punya catatan-catatan.”“Catatan apa?” Dokter Hardi bertanya benar-benar tidak

mengerti.Nani menjemput tasnya lalu mengeluarkan buku catatan

kecil yang yang sudah nampak usang benar. Sambil mengeluar-kan kepada Dokter Hardi; Nani berkata:

“Ini catatan-catatan pribadiku, Dik. Katakanlah aku sinting.Tapi aku selalu mencatat tiap kali aku berkumpul dengan Har-jono. Dan oleh sebab selama beberapa hari ketika itu Praptodan aku rukun kembali; aku buat pula catatannya...”

“Kau memang sinting!” kata Dokter Hardi sambil meraihbuku catatan kecil yang diulurkan kepadanya.

Tanpa berkata sepatah pun Dokter Hardi membaca isi buku

suatu keterangan yang diberikan kepadanya; Dokter Hardi ke-mudian berkata:

“Ya, kalau catatan ini dapat dipercaya. Dan aku yakin kautidak mengarang catatan-catatan ini. Tak ragu-ragu lagi, kauhamil kali ini sebagai hasil hubunganmu dengan Prapto. Mudah-mudahan aku dapat membantumu meyakinkan Prapto bahwaisi catatanmu itu memang benar.”

“Aku bersedia disumpah, Dik, bahwa isi catatanku itu benar.”

.

Dik... tidak ada laki-laki lain. Hanya Prapto dan Harjono. Dan

catatan itu. Sambil mengangguk-angguk seperti membenarkan

Page 173: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

158 Astana Kastawa

“Dan kalau aku dapat membantu meyakinkan Prapto bahwamulai sekarang kau benar-benar akan kembali kepadanya danmelupakan Harjono!”

Diam sebentar. Nani menatap mata Dokter Hardi tanpa ber-kedip. Lalu katanya:

“Dik, itu tidak akan segampang kau mengatakannya. Tapidemi Allah, Dik, aku akan kembali kepada Prapto dan tidakakan meneruskan hubunganku dengan Harjono.”

“Amin. Amin..” sahut Dokter hardi sambil tersenyum.“Aku sungguh-sungguh lho, Dik. Jangan kau tertawakan!”

kata Nani agak jengkel ketika melihat Dokter Hardi tersenyum.“Buset, aku tidak menertawakanmu, Nan. Aku percaya kau

akan bertobat. Karena aku tahu apa yang menyebabkan terjadi-nya hubunganmu dengan Harjono selama ini.”

“Apa?”“Pelarian biasa. Kau salahkan dirimu sendiri karena tidak

dapat memberikan keturunan kepada suamimu. Lalu kau caripelarian. Kau mencoba menutup kekosongan dalam diri sendirikarena kegagalanmu untuk memberikan keturunan kepadasuamimu itu dengan mengadakan hubungan gelap dengan laki-laki lain. Dan oleh sebab suamimu juga masih tergolong orangmuda yang belum cukup makan garam kehidupan, sikap dantindakanmu itu ditanggapinya dengan sikap balas dendam danacuh tak acuh...”

“Maksudmu; Prapto juga bersungguh-sungguh denganDewi?” Nani memotong.

“Jawab pertanyaan itu sama dengan jawab terhadap perta-

ma ini dengan Harjono? Maksudku benar-benar cintakah kaukepada Harjono atau sekedar pelarian?”

“Ya. Aku mengerti maksudmu, Dik. Meskipun demikian akumasih tetap khawatir...”

“Tentang Harjono?”“Sedikit tentang dia. Tapi terutama tentang Prapto.”

.

nyaan mengenai dirimu sendiri. Sungguh-sungguhkah kau sela-

Page 174: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

159Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Bahwa Prapto tidak akan percaya bayi dalam perutmu ituanaknya sendiri?”

“Bagaimana rasa hatimu andaikata kau jadi Prapto, Dik?”“Sudah bertahun-tahun yang lalu kau aku ceraikan dan aku

kawin lagi dengan perempuan lain yang dapat hamil dan barang-kali lebih cantik dan lebih seksi daripadamu...”

“Dik. Aku tidak bergurau...”“Okay. Okay. Begini, Nan. Segala sesuatu sebenarnya terse-

rah kepadamu. Sebab engkaulah istri Prapto. Dan aku rasa adabahan-bahan pembuktian untuk meyakinkan Prapto bahwa bayiini anaknya sendiri, bukan anak Harjono. Tentu saja harus kauyakinkan pula dia bahwa kau akan meninggalkan Harjono....untuk selamanya...”

“Aku kira aku dapat meyakinkan Prapto, Dik.”“Bagaimana dengan Harjono? Aku lihat pemuda itu demi-

kian lengket padamu. Padahal banyak gadis-gadis lain lebih can-tik dan lebih seksi daripadamu!”

Bersambung...

1972

.

Page 175: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

160 Astana Kastawa

.

Page 176: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

161Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Yogyakarta pada 31 Oktober 1954, (informasi tahunwafat Kuswahyo S.S. Rahardjo belum berhasil diketahui olehtim penyusun). Aktif bermain teater dan mencipta lagu. Pernahmenjadi guide (pemandu wisata) dan sejak tahun 1982 hinggameninggal ia bekerja sebagai staf di Program Pascasarjana Uni-versitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kepengarangannya dimulai sejak tahun 1970-an. Tahun 1974bergabung dengan Persada Studi Klub (PSK). Pada mulanya iahanya menulis sastra dalam bahasa Indonesia, namun dalam per-kembangannya ia juga menulis sastra dalam bahasa Jawa. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, novelet, novel, dan artikel telahdimuat di berbagai media massa (majalah dan koran), sepertiMasa Kini, Bernas, Kedaulatan Rakyat, Swadesi, Jawa Pos, MingguPagi, Buada Minggu, Yudha Minggu, Mutiara, Kartini, dan Pelita.Ia juga sering menerjemahkan puisi dan cerpen berbahasa Inggriske dalam bahasa Indonesia dan dimuat di Pelopor Yogya.

Penghargaan yang pernah diraih, di antaranya, Juara 1 lombacipta puisi Himpunan Polemologi Media Indonesia (1989), runnerup third Hampton International Poetry Contest, New York (1989),juara 1 lomba penulisan cerkak majalah Praba Yogyakarta (1993).Karya-karyanya ada dalam antologi Suara Bawah Tanah, Kalibo-yong, Sang Waktu, Sejuta, Nirwana, dan Pagelaran.

Kuswahyo S.S. Rahardjo (1954-)

.

Page 177: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

162 Astana Kastawa

.

Page 178: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

163Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Gandarung yang melekat di parasmutercabik oleh waktu, ketika anakcucuriang dalam ayunan kayu pojok taman:rajutan kasih dengan benang putus satusatukilau berlian penghias jemarimu

Seperempat abad itu tak lama, katamuaku menunduk dalam rindu yang tersipukarena berkelebatan parasmuyang kemarin memenuhi langit bumitinggal sehelai mawar layu dalam tatapku

Itulah kasih pembeda harap dan nyata

GANDRUNG

.

Sejalan nasib yang tak tertulis dalam buku-Nya

Page 179: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

164 Astana Kastawa

menggumpal darah gunung di bibir jurangistirah hati membara oleh juang di rimba kesahajaannasib menghablur dalam desahdenyut kehidupan:ombangambing pencarian penuh dilemasementara keriput wajah rembulan memendarkancahaya kehitaman bergetar, semaksemak denganbelalang kayu para penggerak tunastunas baru

setengah abad hitungan nurani

siang gerah, tensi melonjak dan asam uratberkarat tulangtulang kaki langit

tapi di ufuk bergelora mentari juliberpisah dengan keanggunan dan sapaan merpati

Yogyakarta, 2001

KATARSIS (3)

.menghempaskan aroma mawar pudar

koyak bagai tirai satin dipermain angin

Page 180: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

165Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Seloroh di celuk merapi merona senjamengiris perlahan nadi setangkup melatiakhir juni yang terus berkejaran dengan mimpirembulan bulat di atas kawah tersangga asapbergerak tanpa beban ke tenggarake padu cinta perlahapbersama kenang menapak cakrawalaairmata siapa ke lembah curamtanpa irama lalu menggenang di sekitar puting:gelora lepas ke kusutkusut rerumput kering

Haruskah meratapi mimpi yang kemerin berkejaranpadahal cuma sesat di belantara duka?

Yogyakarta, 2001

LAGU USANG

.

Page 181: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

166 Astana Kastawa

Kudengar dan kulihat sendiri peperangan paling seru selainperang diri: kalau kamar bersalin menggoncang nurani,dan waktu pun serasa diam, tak pernah bergantikecuali langkah anganmakin menderu suara si sakit menghunjam ulu

menambah satu nyawa atau diri jadi korbandalam perang menjalankan amanah Tuhan

“Ah, itu omong kosong!” bentak dari luar“Lelakimu adalah citra brutal!”

Kulihat dan kudengar sendiri peperangan paling akbarketika seribu tangan saling memburuangin tak lagi berjarak saat wajahmenggigil tangis bayi punmenyedak

Karangkajen, 10 Agustus 1988

PERANG

.

lelaki mana mau menipu istri yang sedang berperang:

Page 182: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

167Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

rerumput kering bebas dari mulut kambingmenatap tajam pada jeluk kediriankudan dendangkan duka lewat dzikir tanpa hentisedang sukma yang terbebas sabit petanikemarin pagi masih menyenyummu lidah akarmenjulur-julur mencari bibir Tuhannyalalu:dalam semadi melepas dimensiaku menjelma seekor kambing petanimenjulur-julurkan lidah pada rumput kering sisamemenuhi pinta, mengantarnya sesuai janjiseperti saat lidah akar dikecupi bibir Tuhannya

Januari 1990

DOA RUMPUT KERING

.

Page 183: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

168 Astana Kastawa

pada sela-sela desah sebenarnya banyak yang terlupaseperti orang-orang kian tegang oleh suasana kotabenih-tunas putus asaamat lain dengan segala ketentraman yang ada: puncakgunungberselimut kabut, misteri hiduptertinggal di sudut-sudut nyawa dan kehidupanbagai setumpuk sampah kian membusuk dan terlingkup

pada sela-sela degup jantung ini, kian terasamasih begitu panjang jalan belum tertempuhsedang mangu hati berhenti di banyak simpangmembayang tujuan jalur-jalur nyata asingmaka menggelindinglah sukma dengan rasa kering

Saudara, pastilah jalur yang dikenaltak berujung pada alam lain, jadikan kurang lakudengan getar tiada kenal gegar setiap radarmemperkaya dan memperpintar seluruh indera, seluruhbagian tubuh bila kelak masing-masing menghadapi ragamtanyasedang yang tunggal serba jujur, tak mau selain benar

WISATA KERUH

.

Page 184: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

169Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

pada sela-sela tiap langkah, sebelum jantung pecahmenuju sentral segala sembah, karena tak lagi tertampungsekian desah: susutkan nafsu, bagai kali keruhyang di kaki gunung sejuk serba hijau tanpa daun luruhLihatlah, betapa bening, betapa jernih bagai kasih

Saudara, bentangkan setiap indera, betapa hidup penuh keruhtak seperti sebelum bentukan nafsu kian tumbuh

.

Page 185: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

170 Astana Kastawa

sekian lama kuberada di rumah-Nyatempat anak manusia pulas membuat ketentramanatau diam dan mengobarkan kerusuhanjika datang pagi indah dan mereka terbanguntetap kuberada di salah satu rumah-Nya: tenggang rasasambil menyangga kuat-kuat tiang hablumminannaslalu menggambar kehidupan dengan darahmelayangkan cinta dengan benang pembuluhnyamengabarkan damai lewat uap sedih otakkuyang kelak, jika kemarau teramat panjang ini usiamenjadi titik-titik air membanjiri rumah-rumahmutempat kau sembunyikan segalamu rapat-rapattetapi Dia tetap tahu pasti siapa dirimuhingga aku pun berjanji kembali:nanti kupetikkan bebunga penghias kamarmunanti kuambilkan bebintang penghias kepalamunanti kuhapuskan keringat pengguyur nafsumunanti kuhadirkan bebayang pendorong niatmunanti kubuatkan rerumah baru untuk rumahmu

jika datang pagi indah dan anak-anak manusia banguntapi memejamkan mata dari segala kedhaliman dan kebatilantetap kuberada di rumahnya memenuhi janjilalu menjabat semua tangan terulur dengan ikhlasmemancangkan cinta dengan reruang hati terbukananti kupersembahkan semuanya khusus untuk-Mu

HANYA DI RUMAH-NYA

.

Page 186: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

171Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Lhoksukon, Aceh Utara, 9 Juli 1960. Anak sulungdari keluarga pakar linguistik Abdul Gani Asyik, M.A., Ph.D..Pendidikannya hingga sekolah menengah diselesaikan di BandaAceh. Pernah kuliah di Fakultas Hukum & Pengabdian Masyara-kat, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. Kuliahlagi di Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, Jurusan BahasaInggris juga di Unsyiah. Lantas hijrah ke Yogya dan kuliah diFakultas Kesenian Musik, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Tulisannya tersebar di berbagai media massa, seperti Atjeh Post,Peristiwa, Iskandar Muda, Mimbar Swadaya, Majalah Santunan(Aceh), Majalah Dunia Wanita, Harian Waspada, Harian MimbarUmum, Harian Analisa, Harian Merdeka, Harian Terbit, Suara Karya,Berita Nasional, dll hingga di Surat Akhbar Berita Harian, KualaLumpur. Puisinya juga ada dalam antologi Senja-senja yang Tajam(1978) Ranub (1985), Malam Perempuan Malam (1985), Tumbal(1988), Antologi Penyair Aceh (1987), Equator (2011). Antologi puisitunggalnya Nyanyian Sufi (1989). Ia hilang dalam gempa bumidan tsunami di Aceh 26 Desember 2004.

M. Nurgani Asyik (1960-2004)

.

Page 187: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

172 Astana Kastawa

.

Page 188: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

173Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Di suam kopi malam ada bebaris kalimatYang sering hadir di atas tempat tidurTapi tetap belum jelas dan mengepul hilangDalam gelap, meski mendesah di depan wajahmuAgaknya kata tenggelam membatu; lalu segelas kopiHanyalah misterius pada pahit manis hidup kita

Yogyakarta 1989

MALAM SEPANJANG MALAM

.

Page 189: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

174 Astana Kastawa

Diamlah sejenakAgar embun tenang menguapDalam kasih paginyaKecemburuanBukanlah cuma pelangi terperangah siang-siang?DiamlahUntuk embun yang dicumbu suryaKita adalah saksiMengingat saja sebagai suatu kisah

Yogyakarta 1989

KESAKSIAN

.

Page 190: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

175Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

anak hilang di kerimbaan duniayang tahu-tahu larut dalam kepekatan jenuhmenjadi tiada daya samasekali

(Tontonan di panggung sudah tak menarik lagibagi hati pepat di deretan kursi mati)

Bukalah, untukkuyang pulang larut malammanakala kecemasan tertera jelasatas tiap halaman hidup,adalah ketakutan terhadap senyap diri

Aku ingin kembalidari sandiwara menjemukan

kecuali fitrah yang Kau beri.

Kaliurang, 10 Mei 1989

FITRI

.

tanpa menyimpan apa pun di balik pakaian

Aku, di sebelah pintu-Mu

Page 191: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

176 Astana Kastawa

Ada sesuatu yang tiba-tiba terasa manakala Kau sadarkanaku antara ada-tiada sebagai episode hidup; pertanyaan-pertanyaan resah masih menggelegah; adakah Engkaudi balik tirai yang belum boleh sampai jamahannya ataunantikah?Tapi seberapa jarakkah saat, bila kemudian akuKau berdirikan pada kenisbian waktu.Ada sebenarnya lain, sesuatu yang terasakan;Tapi aku sudah terbataskan benar.Tuhanapakah ini salah sebab kecurigaan atas keterbatasan?Aku ternyata masih di alam nisbiada-tiadaKetiadaan ini Tuhan; alangkah hidup terasa naifdengan ketidakpastian dan ketidakmengertian

sementara ketidakseimbangan telah sarat. Apakah kaumesti menjadi nabi bagi diri sendiriagar terhibur dari setiap kepincangan di depan mataTuhan, bukan aku terlalu menuntut

menghimpitmenjepit

ANTARA ADA-TIADA

.

keadilan-MuKutanya ke mana makna kebenaran-Mu; di mana jawab

sebab kasih-Mu rahasia selalu; tapi ini batin berat sesuatu;

Page 192: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

177Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

dan sepi makin menikam kala dentang jam satu-satu, pastidan pertanyaan resah menggelegah masih jua melintasapakah salah kecurigaan ini atas kenisbian dan keterbatasan?Tuhan

Yogyakarta 1987

.

aku selalu rebah dalam misteri-Mu

Page 193: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

178 Astana Kastawa

Jika siang amatlah terikdan kehidupan serba tidak mau tahuApakah sajak bisa jadi sepohon rindang(Seorang petualang seakan telah hidup jutaan tahundan hari hari tiada hujan sebentar pun)karena matahari memanggang ganashidup tak ubah rawa-rawa keringadakah sajak turun sebagai rintik gerimis

“TuhanAkulah avonturi: kumalwajah tertoreh luka, bernanahDI atas kefanaan ini aku larut

walau tahu seberapa nista kemunafikan.”Ahesveros terusir dan lepas dalam ketakpastianJika siang amatlah terik, Tuhanapakah sajak bisa jado seteguk airkarena oase hanyalah fatamorganaMentari garang menerpa mataSang petualang rupanya tersesat di ketakterbatasan

“TuhanHidup ini persis ayam sekarat disembelihNanap melingkari titik itu sajatak lama nanti terlentang di panggangan.”

JIKA SIANG AMATLAH TERIK

.

Page 194: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

179Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Jika siang amatlah terikSeorang petualang lumat dimamah dunia.

Yogyakarta 1988

Ahasferos: Seorang tokoh pengembara dalam mitos Yunani Kuno

.

Page 195: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

180 Astana Kastawa

Seorang kasmaran melihat dengan batin penuh pesonamenyibak rongga hati dan memungut karang,lalu mendesah: “Kirimkan anggur bila kau datang.” Tapipelangi sorepecah berurai: teratai bahkan kayu waktu menunggu.Apakah dia sendiri, padahal matanya terkatup? Ke manajiwanya yang selalu bergemuruh, bergaung sampai ke langitpenghabisan? Bila sekelopak kalbu mekar hingga kiamat,seorang kasmaran tetap mendengar kicauan burung(“Kirimkan cinta ke atas ranjangkarena dalam diam aku masih bicarapada saat khusyu’ begini; barulah kita tahupertemuan adalah awal nafsu membuka duka.Meski sebuah tangis mengoyak cakrawala,siapakah yang mendengarjika kau lupa tanahmu. Sebab itu tunduklah dulu;mengerti kerang dan permata.”)Allah datang memetik kecapibernyanyi dengan dawai dari urai pelangiSeorang kasmaran datang sepenuh birahi, lalu mendesah:“Datanglah dalam dadaku, dan tuanglah madu murni.”(Andai malam makin tulijengkerik pun telah bisuapakah dia masih sendiri ketika membuka mata?)

NYANYIAN SUFI

.

Page 196: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

181Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Seorang kasmaran melihat dengan penuh pesonamenyibak rongga hati dan memungut karang,membiarkan dia mengalir dengan darah dan berhentipada suatu tempat siapa saja tidak tahu di mana.

Yogyakarta, Januari 1989.

.

Page 197: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

182 Astana Kastawa

Aku bisa melupakan sakit-sakit sebelumnya

lamanya kerinduan ini.”(Bidadari

sungai kecil kan mengiringiAku menari bersama angin )Mestinya kusesali indah fatamorganapada tiap-tiap memandangKarena bunga tentu layu setelah sore

sehingga bersihlah perasaan(BidadariMari ke hutan rindangdengan kuda dari zamrudKenakan aku segala perhiasan;

Kaulah Nur IllahiAtas bismillahYang Pengasih dengan bukit janjiYang Penyayang pada seluruh derita perjalananku

Yogyakarta 1989

ZUHUD

.

kecuali yang dalam pekarangan-Mu

Bacakanlah Al Quran

begitu tenggelam dalam dada-MuDan amatlah merdu sambut sapa-Mu: “Kekasih;

serta lekatkan senyum-Mu di dahiku)

Page 198: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

183Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Adikarta (sekarang Kulon Progo), Yogyakarta, 13Agustus 1924, wafat tahun 1997 dalam usia 73 tahun dan dima-kamkan di Banjarnegara, Jawa Tengah. Mahatmanto memilikinama lengkap Bandoro Raden Bagus Tuwan Saiyid SulaimanSuradal Adil Arif Agung Adikartono Abu Chalis MahatmantoMurbaningrat al Ahlabi. Ia lahir sebagai anak priyayi dari ayahbernama Bandoro Kiai Raden Abdumanan, yang merupakanseorang sufi yang berguru pada Saiyid Bahaudin dari Suriahyang ada di Singapura pada tahun 1810 sehingga ia mempunyai5 orang ibu tiri. Saudara kandung Mahatmanto ada 3 orang,sedangkan saudara tiri ada 5 orang. Mahatmanto dilahirkan dilingkungan yang memegang kuat budaya Jawa. Namun, ia men-dalami ilmu agama Islam dengan sungguh-sungguh. Pendidikan-nya: Madrasah Muhammadiyah Darul ‘Ulum, Sewugalur, Yogya-karta. Dia gemar mengembara ke berbagai kota dan berbagaipondok. Dia pun gemar melukis.

Mula-mula puisinya diumumkan di majalah Panca Raya, ke-mudian di berbagai majalah terkemuka yang lain, juga majalahBudaya Jaya. Mahatmanto gemar menggunakan berbagai namasamaran, antara lain Abu Chalis, Sang Agung Murbaningrat,atau Sri Amarjati Murbaningsih. Karya Mahatmanto yang ter-akhir dibuat terdapat dalam majalah Budaya Jaya 1972. Sejumlahpuisinya ada dalam Gema Tanah Air susunan H.B. Jassin danTonggak susunan Linus Suryadi Ag.

Mahatmanto (1924-1997)

.

Page 199: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

184 Astana Kastawa

Beberapa karyanya yang sudah terbit di majalah dan suratkabar ia kumpulkan dan tawarkan pada penerbit Balai Pustakapada tahun 1950. Akan tetapi, kumpulan puisi Mahatmanto yangdiberi judul Gandewa ditolak oleh Balai Pustaka. Banyak tulisantangan dan surat-suratnya yang tersimpan dalam dokumentasiHB Jassin.

.

Page 200: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

185Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Di mana batas?...semua hendak serba bebas...melanggar,meliar.

Bukankah setiap selalau hendak serba baru,jadi menipu, memalsu?serba aksi, jadi imitasi?serba kuasa,jadi memerkosa?

Ah, hanya pun kiri,kalau selalu hendak serba kiri,paling ke kiri dari yang terkiri,di sana sayap jadi cakar...Sebaliknya pun; kanan,kalau serba paling terkanan,di sana sayap jadi ekor...

1947

CAKAR ATAU EKOR?

.

Page 201: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

186 Astana Kastawa

Kau katakan sempit menghimpit,karena jiwamu hidup,meletup!Kau pecahkan ruang liliput.

Tetapi... tiadalah biji merasatercepit oleh kulitHanya ketika,biji bersemi, berkecambah,baru merasa,dan mendesak! Merekah, pecah.

Hanya siput, biasa senantiasabertahan dalam sempit kerangnya,dibawa melata ke alam luas,Biarpun ia hendak bebas,tak dapat juga lepas,dari sempit kerangnya!

Toh sekali waktu ada bahaya mengancamtak perlu lagi lari, bersembunyi ke mana-mana,cukup membenam ke dalamfaham:

1947

DOGMA

.

—Dogma—pusaka—

—Dogma—pusaka—

Page 202: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

187Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Ketika aku mulai membujurberbaring di tempat tidur,bisikku: Ya Allah Kuddusberilah aku mimpi yang bagus

Dan ketika aku meregang bangunmenggeliat,bisikku: Ya Tuhanberilah aku pikiran yang sehat.

Sebab mimpi yang bagusmembawa kenangan luhur,dan pikiran yang sehat,membawa tindakan jujur.

Semua rizki Ilahidan mimpi rizki jiwa yang tidursebab aku di waktu bangun punkadang sebagai bermimpidan pikiran rizki jiwa yang bangun.

1948

RIZKI JIWA

.

Page 203: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

188 Astana Kastawa

Tidak seorang pun yang mengikuti jejakkujejakkusatu-satunya di sepanjang pantai terasing inijejak yang segera akan hilangdijilat pasang

Aku mencari-cari wajah di tiap gelorawajah apa pun akan mengejutkan wajahkutapi wajah apa pun tak timbul

Aku mencari-cari titik di cakrawalatitik apa pun akan membangkitkan minatkutapi titik apa pun tak muncul

Tidak seorang pun yang mengikuti jejakkujejakkusatu-satunya di sepanjang pantai terasing inijejak yang segera akan hilangdijilat pasang

PANTAI

.

1967

Page 204: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

189Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Aku menyebut namaMudengan mata berlinangair laut dukaDan mereka pun jugaakan menyebut namaKu puladengan hal yang serupa

Karena pada sepotong namadan sepicik air mataterbayangmasa lalutanpa ujung tergantungnyamasa datang

24 Februari 1970

NAMA DAN AIR MATA

.

Page 205: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

190 Astana Kastawa

Jika aku tahubahwa aku akan matidan lenyapserta tak seorang akan mengenangseekor anjing kesayangan pun tidakmengapa aku harus hidupdan mabukserta mentersiakan seluruh tenagauntuk lupa

Tidak

Aku tidak harus hidupdan bersama lupakemudian mati lenyapdalam tak ada

Aku tidak harus lahirhanya semata karena dilahirkanoleh sepasang satu dan setengah cintasekedar untuk bercintakemudian jadi kerangkalalu debukemudian tak ada

ANONIM

.

Page 206: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

191Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Ada yang permai dalam hidup begini

Seribu deritasebagai ganti setiap cinta

Hidup itu deritacinta itu lupa

Derita ditentang lupa

Hidup di sini punya hargakarena cinta taruhan derita

24 Maret 1970

.

Page 207: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

192 Astana Kastawa

Ini satu perasaan sunyidi tengah letusan maharajaalam yang mengembangKeheningan mengenangdi tengah keserasian raksasacakrawala yang melayang

Ini satu evolusi terperincititik demi titik yang mengesandi tengah revolusi anta abrantamaha semesta ganda di mana

Ini satu perasaan rindudi tengah hidup atau matiManakah yang matitidak berpesan tidak menuliskanbisu dan gagu?Dan manakah yang hidupmekar dan meletuphancur dan lenyap dan lahir lagitumbuh terbit membersit yang baruberkata atau berbisikberteriak dan memekik?

1970

ANTARA

.

Page 208: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

193Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Aku berjalan meraba-rabamenyusuri tembok-tembokpagar-pagar jalananBukan karena aku butabukan karena malam gulitadi mana mata tak menampaksuatu apaTetapi karena aku sukamenikmati sentuhan-sentuhanatas benda-benda

pada sentuhan-sentuhan ituaku merasa duka dan deritacita-cita dan cinta

Bangsat-bangsat kecil itu menyangkaaku justru butatak berdayamereka melemparikudengan sejumlah kata-katatak bermaknatak perduliaku gemari bunga-bungamelati dan kamboja

SENTUHAN

.

1969

Page 209: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

194 Astana Kastawa

Gedung initelah beberapa lama dahulukutinggalkan pergi.Sekarang kutengok kembali,berderit kubuka pintu,bertiup sepoi masuk, berdesirdi kertas kalenderlama, belum jua diganti,anai-anai menjangkau kasaukelambu jarang jaring laba-labadi jendela tiada berdaun.Dua tiga bekingkingmenempel pada pigura di dindinglukisanku dahulu itu.Bukannya bekingking mencari seninyamenginti ciptanya! Hanya...makan lumut pada kacanya.

Ah...guru lama berlalu,pelajar lama terlantar,mereka pergi berjuang, bertempur...tapi di mana pula mereka gugur?

Sawugalur, 3 Mei 1947

MADRASAH MUHAMMADIYAH

.

Page 210: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

195Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Kenalan, Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah,25 Maret 1958 dan meninggal di Jakarta 25 Juli 2005. Meskipunlahir di Temanggung ia lebih banyak menghabiskan waktunyadi Klaten dan Yogyakarta. Ia memulai karier kepengarangannyasejak SMP di Klaten, dilanjutkan ketika duduk di Sekolah SeniRupa Indonesia di Yogyakarta. Tahun 1977 Mayon kuliah di IKIPNegeri Yogyakarta, tahun berikutnya merangkap kuliah diASDRAFI. Pada tahun-tahun inilah ia tergabung dalam BengkelTeater Rendra.

Mayon seorang penulis produktif. Karya-karya monumen-talnya, antara lain, novel Kabut Kiriman dari Vietnam, Nyai Wono-kromo, Cermin Kaca Soekarno, Arus Pusaran Soekarno, Bandanera,Bumi Tanpa Nama, Hidupku Sesudah Max HavelaaT, Mengikuti JejakLuka, Luka Seorang Bidadari, dan Perampok —sebuah novel yangdidasarkan pada naskah drama dengan judul yang sama karyaRendra, ditulis pada tahun 1984. Selain novel-novel tersebut,ratusan karyanya bertebaran, ditulis antara 1980 sampai 2000-an, sebagian mempergunakan nama samaran Syalandra. Dia jugasering mempergunakan nama samaran lain, untuk buku-buku,misalnya Ramalan Politik, Seri Buku Pintar, Seri Shio, Seri CeritaKriminal, bahkan juga ada buku-buku tebal tentang gosip Holly-wood dan semacamnya. Melalui perusahaan penerbitan yangdibangun pada tahun-tahun terakhir hidupnya, pada masa keja-yaan perusahaan itu, satu bulan bisa menerbitkan 40 judul buku,sebagian besar karya tulisannya.

Mayon Sutrisno (1958-2005)

.

Page 211: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

196 Astana Kastawa

Menjelang 1985, memasuki dunia teater, melalui kelompokyang dia bentuk bernama Teater Suku Naga, yang berkiblatkepada Bengkel Teater Rendra. Pernah pula memasuki bidangfilm. Tahun 198-0an, sebelum Indonesia marak dengan sinetron,ia pernah membuat sinetron, dengan pemeran utama ButetKartarajasa. Beberapa naskah skenarionya juga dialihkan ke da-lam film. Salah satu penulis fiksi produktif yang pernah Indonesiamiliki.

.

Page 212: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

197Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lumajang tahun 1623.Musim kemarau panjang membuat tanah di beberapa desa

kering kerontang. Sawah-sawah banyak yang tidak mendapat-kan air. Keadaan ini benar-benar menyiksa. Belum pernah dira-sakan oleh penduduk Lumajang, musim kemarau seganas saat

sahkan.Di dukuh Wonoketi, beberapa penduduk meninggalkan de-

sa, mengungsi ke Kutagara. Pengungsian terpaksa dilakukan se-telah penduduk dukuh Wonosewu, sebuah pedukuhan yangberjarak tiga pal dari Wonoketi diserang wabah. Orang-orangbergelimpangan di jalanan. Mati.

Musim kemarau tiba-tiba berubah menjadi musim kelaparanbagi rakyat Lumajang. Orang-orang desa mulai gelisah; kere-sahan yang mengalir karena putus asa.

Satu dasawarsa telah lewat semenjak pemerintahan SultanAgung. Selama ini keadaan musim berjalan seperti biasa; anginbertiup lembut, pergantian musim terjadi setengah tahun sekaliseperti putaran roda pedati. Ketenteraman telah menjadi alas ke-hidupan yang menyenangkan. Tetapi kini, tiba-tiba semua ber-ubah; berbalik arah. Musim kemarau menjadi bertambah panjang.

Ribuan bahu persawahan menjadi padang tandus yang me-ngering. Seekor burung bangau yang terbang mencari air, akhir-nya harus menyerah. Jatuh ke tanah, mati. Yah, kematian tiba-tiba menjadi sesuatu yang biasa. Bukan hanya kematian yang

PERAMPOKSatu

.

ini. Peristiwa terkutuk ini benar-benar belum sangat menggeli-

Page 213: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

198 Astana Kastawa

disebabkan ketidakberdayaan melawan alam, tetapi di beberapadesa terjadi sesuatu yang selama ini tidak pernah terjadi; peram-pokan!

Kekeringan, kelaparan, membuat orang lupa pada agama.Kemiskinan membangkitkan kejahatan. Penderitaan merontok-kan iman.

Perampokan terjadi di mana-mana. Bramacorah yang dahuluhidup sebagai petani, sekarang bangkit kembali, menjadi pencuri,garong, kecu. Mereka mencoba melawan kemiskinan dengankejahatan.

Diam-diam orang mengeluh; sebuah keluhan panjang yangmenyayat. Ya, apalagi yang bisa dilakukan kecuali mengeluh?Di saat teriakan atau pekikan penderitaan tak bergema di mejapara pemegang kekuasaan, orang-orang kecil, rakyat tersingkir,terharu-biru, hanya bisa mengeluh sambil menelan sakit hati.

Beberapa orang lantas menghubung-hubungkan perjalananmusim dengan dosa. Misalnya tentang kehadiran si Kafir KulitPutih di Kutagara, Mataram. Merekakah yang membawa bala?

Pada tahun 1614, setahun setelah Raden Mas Rangsang naiktahta, Adipati Surabaya mengadakan perlawanan dengan mem-buka hubungan dagang dengan Kompeni. Sultan Agung marah.Beberapa pertempuran terjadi sampai akhirnya Adipati Surabayaberhasil ditaklukkan. Ketika itu Sultan Agung dengan sengitmenentang kehadiran Kompeni di wilayah kekuasaannya. Taksejimpit senyari pun tanah Mataram direlakan diinjak Kompeni.

Sejarah Mataram kemudian melahirkan catatan panjangtentang pertempuran-pertempuran dengan beberapa adipatiyang melawan kebijaksanaan raja. Sesudah pada tahun 1614 Adi-pati Surabaya berhasil ditakhlukkan, tahun 1615 Wirasaba me-nyerah. Kemudian Lasem, Pasuruan, Tuban, dan Sukadana diakhir tahun 16 22. Selama pertempuran-pertempuran itu, AdipatiLumajang selalu bertempur di belakang prajurit Sultan Agung.Peperangan yang dikobarkan oleh Sultan Agung kepada Kom-peni, telah menjadi undang-undang yang harus ditegakkan.

.

Page 214: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

199Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Tetapi kini, selentingan kabar mengatakan, Sultan Agungmembiarkan Kompeni memasuki Kutagara. Kalau berita ini be-nar, mungkin saja kekhilafan Sultan Agung telah memengaruhisemesta, sehingga alam beredar tak menentu. Musim kemaraumenjadi bertambah panjang.

Kutuk alam kepada Sultan sudah dirasakan oleh rakyat Lu-majang. Malah sudah terdengar desas-desus, Sultan sudah men-jual hutan serta beberapa tanah perkebunan.

Tindakan Sultan Agung telah menimbulkan keresahan dikalangan bangsawan. Karena tidak setuju dengan kebijaksanaanrasa itu pula, Prasena, seorang bangsawan Madura mengangkatsenjata melawan Mataram. Kemudian terdengar kabar santer,Sunan Giri Parepen telah dikucilkan dari Mataram karena me-nentang kebijaksanaan Sultan Agung. Ketidakpuasan terjadi dimana-mana. Namun akhirnya rakyat jua yang sengsara. Toh de-mikian, kesengsaraan rakyat Lumajang, merupakan kesengsa-raan yang tidak bisa dimengerti. Lebih sebagai misteri daripadapenebusan dosa.

Sejak meninggalnya Adipati Lumajang, wilayah Mataramini seperti rumah kehilangan penghuni. Kosong.

Kepergian Raden Legowo ke Kutagara justru menambahteka-teki. Sudah beberapa bulan putra tertua Adipati Lumajangitu pergi, namun sampai hari ini, sepotong berita tentang dirinyapun tidak ada. Kepergian Raden Legowo pun akhirnya menjaditeka-teki. Apakah Raden Legowo tidak direstui oleh SultanAgung unuk menggantikan kedudukan ayahandanya? Ataukahada sebab lain sehingga ia tak kembali?

Pertanyaan itu yang menggumpal di benak rakyat Lumajangselama musim kemarau yang panjang ini. pertanyaan yang me-lahirkan rasa takut serta was-was. Takut kalau dugaan bahwaSultan Agung tidak memberi restu kepada Raden Legowo benar-benar menjadi kenyaaan. Was-was kalau Sultan mengutuk Luma-jang sebagai daerah mati. Dan kemarau panjang ini, merupakanpermulaan kutukan raja.

.

Page 215: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

200 Astana Kastawa

Cerita panjang tampaknya akan terjadi.***

Dua

Kadipaten Lumajang tampak muram dari luar. Sepi. Tembokyang melingkungi kadipaten tidak sebersih dahulu. Beberapaorang gladhag yang bertugas membersihkan kadipaten seringtampak duduk-duduk di pendopo. Gairah hidup seakan telahsirna akibat musim kemarau yang berkepanjangan.

Kandang kuda yang terletak di sebelah kanan kadipatenkelihatan kosong. Empat ekor kuda kesayangan almarhum Adi-pati telah tiada. Binatang-binatang itu mati satu-persatu semen-jak musim kemarau. Entah karena rumput yang tak cocok, entahkarena sedih ditinggal pergi Adipati Lumajang. Tak tahulah.

Sekarang para pekathik sering tampak duduk bersama-samagladhag dan sarawedi. Tak ada lagi kehidupan di dalam kadipaten,kecuali sendau gurau undhagi di halaman belakang. Sejak musimkemarau tiba, para undhagi justru mendapatkan pekerjaan yanglebih berat. Untuk mencukupi kebutuhan kadipaten, Nyai Adi-pati menyuruh para undhagi membuat meja, kursi, perabot rumahtangga lainnya untuk dijual ke luar daerah. Namun semua ke-sibukan di halaman belakang tidak bisa menembus kesepian yangmenyelubungi kadipaten.

Dinding kadipaten tidak sebersih lima atau sepuluh tahun

ada beberapa lapisan dinding yang rontok karena tua. Kolamikan yang berada di tengah halaman belakang sudah lama kering.Dasar kolam yang berwarna putih terisi beberapa helai daunkering. Ada juga beberapa sawo kecik meranggas di dasar ko-lam. Rumput yang dahulu hijau, kini tampak coklat. Mati. Sung-guh pemandangan buruk dalam kehidupan.

Kalau ada kehidupan yang pantas dituliskan, adalah sinarmata Raden Sudrajat, seorang lelaki berbadan tegap. Cahaya

.

yang lalu. Di beberapa tempat kelihatan lumut menempel. Bahkan

Page 216: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

201Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

matanya memancarkan gairah kehidupan yang seakan tak bakalpadam. Musim kemarau tampak tidak memengaruhi gairah hi-dup Raden Sudrajat, kecuali kulit badannya menjadi lebih hitam.Kehitaman seorang ksatria.

Duduk di lantai; bersila. Raden Sudrajat berkata kepadaibundanya.

“Ibundaku, Nyai Adipati Lumajang. Apakah paduka dalamkeadaan sehat sejahtera?”

“Baik-baik saja keadaanku,” jawab Nyai Adipati datar.“Apakah Ibunda benar-benar sudah sembuh dari sakit?”“Sudrajat, anakku, apakah maksud pertanyaanmu?” tanya

Nyai Adipati berkerut air mukanya. “Apakah ada sesuatu yanggawat yang harus kamu sampaikan?”

Raden Sudrajat tidak segera menjawab, melainkan dengansuara rendah ia menghela napas. “Ada surat dari Mataram,”katanya kemudian. “Dari saudagar sahabat Ayahanda almar-hum.”

“Apakah ia sebutkan mengenai kabar kakakmu Legowoyang sedang berada di Mataram?”

“Memang demikian adanya. Tetapi bagaimanakah kesehatanIbunda?”

“Apakah hubungannya dengan kesehatanku? Bagaimanakahkeadaan Legowo?”

“Berita ini bisa membahayakan orang yang sakit.”“Perasaanku tidak enak. Tetapi biarlah kamu sampaikan juga

berita mengenai kakakmu itu.”Raden Sudrajat menyembah ibundanya. Wajah lelaki itu mu-

rung, namun kemurungan yang tetap memancarkan gairah hi-dup. Pelan-pelan ia membuka kertas, kemudian membacakansurat untuk ibundanya.

“Dengan segala hormat aku mengharapkan keadaan baikuntuk keluarga Nyai Adipati Lumajang, khususnya untuk Anda,Raden Sudrajat yang aku hormati. Selanjutnya aku memohonmaaf untuk berita yang yang harus aku sampaikan,” Raden Su-

.

Page 217: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

202 Astana Kastawa

hadapannya. Ketika Nyai Adipati tidak memberikan reaksi, pe-muda itu melanjutkan. “Kakak Saudara, Raden Legowo di Mata-ram membangun nama yang sangat merugikan keluarga. Hutang-nya menumpuk sampai empat puluh ribu ringgit, sebagai akibatdari perjudian dan pelesiran. Kemudian, beberapa waktu yang

saja bangsawan itu marah, tidak mau menerima penghinaan keji

ditikam keris oleh Raden Legowo...”Nyai Adipati mengerutkan kening. Ia memperhatikan gerak

bibir Sudrajat. Pandangan wanita itu tidak percaya.“Biarlah saya selesaikan, Ibunda, Nyai Adipati,” kata Sudrajat

dengan suara penuh tekanan. Kemudian, “Paduka Sultan Agungdi Mataram merasa tidak puas oleh keadaan itu dan segera me-merintahkan kakak Saudara untuk menghadap. Tetapi kakakSaudara justru melawan titah itu dan melarikan diri ke dalamhutan. Kini kakak Saudara menjadi orang buronan...”

“Aduuh, anakku!”“Kuatkan hati Ibu,” kata Sudrajat sambil melipat surat di

tangannya. “Inilah ujian untuk keluarga kita.”Nyai Adipati menghela napas sepenuh dada. Wajahnya yang

mulai ditumbuhi keriput ketuaan, menjadi tegang. Jiwa wanitaitu seperti seutas tali yang direntangkang. Ada ketidakpercayaanmenggeliat di dalam dadanya, namun kesaksian Sudrajat telahmembuat ketidakpercayaan itu tumpas. Akhirnya dengan suaramurung, putus asa, ia berkata. “Ia telah menodai nama almarhumbapaknya.”

“Aku juga tidak bisa mengerti, kenapa kakak bisa lupa da-ratan serupa itu.”

“Sia-sialah usahaku untuk mempertahankan kejayaanketurunan Adipati Lumajang.” Kata Nyai Adipati tanpa tekanan.Ia yang diharapkan oleh rakyat kabupaten ini untuk mengganti-kan kedudukan almarhum ayahnya, ia aku kirim ke Mataram

.

lalu ia menodai kehormatan seorang istri bangsawan. Tentu

itu. Ia menuntut bela, tetapi bangsawan malang itu justru tewas

drajat menarik napas panjang. Sejenak ia memandang wanita di

Page 218: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

203Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

untuk mendapatkan restu dan pelajaran dari Paduka SultanAgung. Tidak dinyana bahwa justru kini ia menjadi orang bu-ronan. Rusaklah pula harapanku kini terhadapnya.”

“Maafkan, Ibu,” kata Sudrajat dengan napas tertahan. “Se-benarnya aku telah lama mengkhawatirkan, bahwa hal semacamitu bisa terjadi. Ibu selalu memuji semangatnya yang bergelora.Ibu sangka itu api yang mengolah kemajuan. Rupanya kini ter-bukti, bahwa itu api yang mengolah nafsu liarnya. Selalu Ibukatakan bahwa matanya memancar kecerdasan, kini terbuktibahwa ia penuh dengan akal kejahatan. Dan juga selalu Ibumemuji keberaniannya yang Ibu kita akan menjadi sumber kete-guhan di dalam berjuang, tetapi ternyata, bahwa keberaniannyaitu melahirkan kenekatan.”

“Aduuh, Sudrajat, itulah kekeliruan ibumu.”“Ibu, aku memunyai semangat, tetapi semangat untuk ber-

waspada. Dan Ibu selalu mengatakan bahwa semangatku adalahsemangat orang yang tanpa prakarsa. Kecenderunganku hanyaIbu nilai sebagai sebagai kecerdasan yang ngutek, yang tidakbisa disamakan dengan kecerdasan yang mampu memimpin. Ser-ta keberanianku, hanya ibu nilai sebagai keberanian yang hanyamampu bertahan, tetapi tidak sebanding dengan keberanian se-orang pelopor. Begitulah Ibu selalu membandingkan dirikudengan kakak Legowo,” Raden Sudrajat berhenti bicara. Lelakiitu seperti mengumpulkan keberanian memerangi ketakutannyapada ibundanya. “Kini, aku bersyukur kepada Tuhan,” sambungSudrajat dengan suara ketus. “Aku tidak memiliki bakat seorangpelopor, seorang perusak aturan.”

“Maafkan aku, Sudrajat,” Nyai Adipati berkata dengan jiwaterpukul. “Ternyata dahulu mataku berkabut. Tetapi kini kamu-lah anakku yang bisa aku harapkan untuk menyingkap kabutitu.”

“Itulah tugas yang berat,” kata Sudrajat dengan nada datar.“namun aku merasa akan kuasa melaksanakannya asal Ibu benar-benar menaruh kepercayaan kepadaku.”

.

Page 219: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

204 Astana Kastawa

“Dengan sepenuhnya aku akan merestui kamu.”“Pertama-tama harus kita singkirkan dahulu sumber noda

Nyai Adipati terperanjat mendengar ucapan itu, mata wanitaitu melebar, seakan tak percaya pada kata-kata putranya.

“itulah pilihan pahit yang harus kita lakukan,” tambahSudrajat.

“Aduuh, jangan sampai kita bertindak sejauh itu.”“Apabila noda keluarga tidak kita singkirkan, Paduka Sultan

Agung akan menganggap seluruh Kabupaten Lumajang menjadimusuh Mataram.”

“Apabila kedudukan Adipati Lumajang lepas dari keluargakita, kita berdosa kepada almarhum ayahmu.”

“Oleh karena itu jangan lagi Ibu akui dia sebagai putra Ibu,”kata Sudrajat tegas. “Sebratkanlah dia.”

“Sudrajat, aduuh.”“Sikap ibu yang semacam inilah yang terbukti menjadi biang

bencana. Ibu lemah dan tidak punya pendirian.”“Apakah aku harus mengutuk putraku sendiri?”“Apakah Ibu masih ragu-ragu dalam keadaan seperti ini?”“Biarpun busuk, ia adalah putraku juga.”“Yang selalu Ibu sayangi.”“Aku memang sangat menyayanginya.”“Kalau begitu, demi Kakak Legowo, biarlah punah saja

keluarga kita.”“Tuhanku. Tuhanku...”“Di samping kita harus menyelamatkan keluarga, kita pun

harus menggugah kesadaran Kakak Legowo. Mungkin lantarania disebratkan, ia lalu menyadari kesalahannya.”

Nyai Adipati diam terpekur. Wajah tua itu seakan terajamkebimbangan. Maksud baik yang harus ia jalani, adalah buahsimalakama yang tak memberi ia pilihan. Sejenak orang tua itudiam, terombang-ambing kebimbangan. Namun kebangsawanan

.

di dalam keluarga kita,” kata Sudrajat penuh tekanan.

Page 220: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

205Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

yang telah lama ia pelajari dari suaminya mengajarkan bersikapteguh di dalam mengambil keputusan. Sesudah lama berpikir,dengan suara berat ia menyatakan keputusannya.

“Aku akan nyatakan, bahwa ia telah kehilangan hak untukmenggantikan kedudukan Ayahmu. Dan juga, bahwa ia tidakboleh lagi menginjak wilayah Kabupaten Lumajang.”

“Itulah kebijaksanaan yang sekarang dibutuhkan,” kataSudrajat penuh dengan kegembiraan.

“Namun aku tidak tahu bagaimana aku harus menuliskan-nya,” lanjut Nyai Adipati lirih. “Perasaanku tetap tak tega.”

“Akulah yang akan menuliskan untuk mewakili Ibu.”“Baik. Lakukanlah. Tetapi katakan pula bahwa aku ambil

kebijaksanaan itu terutama menyelamatkan kabupaten dankeluarga. Di luar kepentingan itu, sebagai ibu, aku masih sangatmencintainya, dan masih mengharapkan keinsyafannya. Janganlupa tekankanlah hal ini.”

“Percayakanlah semuanya padaku. Sekarang Ibu harus isti-rahat dahulu ke dalam.”

“Dadaku memang sesak rasanya. Aku akan mundur, dankamu majulah menggantikan diriku, Sudrajat, putraku.”

Selesai berkata, Nyai Adipati bangkit dari tempat dudukkemudian meninggalkan ruang pendopo.

Sudrajat menatap punggung ibundanya hingga hilang dibalik pintu. Setelah itu ia mengangkat muka. Tersenyum.

“Mampuslah kamu!” katanya mendesis. “Inilah Raden Su-drajat. Aku harus jaya. Kakak Legowo harus aku singkirkan.Surat fitnah ini harus aku sirnakan...”

Dengan gemas Raden Sudrajat merobek kertas di tangan-nya. Serpihan-serpihan kertas itu ia genggam, dan jiawa lelakiitu seakan melambung karena berhasil menggenggam keme-nangan.

“Ibuku akan segera mampus oleh kesedihan. Dan impiankuuntuk merebut kedudukan almarhum Ayahanda akan segera

.

Page 221: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

206 Astana Kastawa

kesampaian. Kakakku terlalu tolol. Ibuku terlalu lemah. Dan ber-tempur di dalam kehidupan adalah kewajaran bagi siapa sajayang ingin maju!”

***

Dan seterusnya ....

.

Page 222: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

207Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Cirebon, Jawa Barat, 6 November 1950, wafat 29Januari 2014. Setelah meninggalkan Yogya, dia tinggal diBoyolali, Jawa Tengah. Setelah menamatkan kuliah di JurusanFisip UGM, ia langsung menjadi dosen di Fisip UNS, Surakartahingga meninggalnya. Selain sebagai penyair dan dosen ianyambi sebagai pedagang marning (jagung goreng) di Boyolali.Puisi-puisinya tersebar di media massa lokal dan nasional.Puisinya juga ada dalam antologi Bulaksumur-Malioboro (1975),Kurusetra (1984), Lagu Hutan Bakau (1991), Kembang-kembangKampus Kuning (1993), Antologi Puisi Indonesia 1997 (1997).

Munawar Syamsuddin (1950-2014)

.

Page 223: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

208 Astana Kastawa

.

Page 224: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

209Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Kenapa engkau seperti selalu saja merenungiPokok beringin tua yang dikeramatkan dongenganWaktu dan Cuacaku itu selalu saja menunggu,MenungguSenja

1980

YOGYAKARTA

.

Page 225: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

210 Astana Kastawa

Gerimis panjang malam tua sepanjang jalan-jalan Yogyasegalanya hanya basah menyeret kereta gundahadakah akan padam bara api dalam sekam yang kelamyang tampak diam dan diam-diam engkau bakarkantatkala malam itu kita saling kehabisan kata dan kemungkinanadakah sirna segala makna dan kenangan impian kemesraanuntuk bertaut hati sebagai perahu putus tali tonggak pantaiterbantun-bantun pusaran tak bisa rapat dengan daratan

Gerimis sepanjang malam kuta sejauh lengang kotaudara basah mengucuri daun-daun trembesi berjalan jauhdan matiada cericit burung alit dan renta dari langit muram durjacericit burung tua tak dipedulikan betina sarangnya teritisangin menepis tanpa arah sesaat terjawab lolongan anjingmenjauhmenggema di relung kuta kuyup berlumut dukana takbersambutkelam hilang di buritan nanap kabur di kejauhansepasang tepian kuta kenangan sepanjang jalan percintaantenggelamkini hanya gerimis berkepanjangan sendiri dan kesepian

Gerimis renyah sebaiknya aku betah di rumah namun takterusir gelisah

GERIMIS PANJANG MALAM TUASEPANJANG JALAN-JALAN YOGYA

.

Page 226: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

211Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

kaca arloji basah gemetarnya jarum-jarum kian tua sejauhgemuruh dinginmengibaskan mahkota memutih lampu-lampu merkurigemetar kabutmobil menyipratkan genangan lampu bara mengambangaspal tenggelam terjebak di tikunganmasih juga sayup ada suara gamelan di balik kisi-kisi terkuncitoko-toko cina berjajar mengunci kerahasiaannya tak satu punterbukaO! Di ujung hidup kain putih bergelantungan kabut cendanakeluarga duka di perantauan sementara aku kehabisan

Gerimis menyusut cakrawala berat jejak berlumpur kenangangerimis berdekatan sesayup atap malioboro sejauh kotatenggelam cakar-cakarperunggu kotaku terengah meredupseperti menyembunyikan keganjilan di mana-mana wasangkameraba-rabatapak-tapak kuda sangsi bernapas salju terjulaitapak-tapak gelisah menyeret kereta lentera satuseret beban tertatih-tatih napas sais letihke manakah perjalanan tersua warung lelaplagu dan gamelan lepas dari jauh, sayup-sayup radio kepagian

Gerimis sepanjang malam luka sejauh tak tidur tak terjagaterserap langit rimbun desau angin cemara luruhboulevard menguncikan kota di ufuk fajar tanpa ronadinding kampus biru menatap gunung berbercak lampupenghabisangerimis sepanjang gumam rindu tiada kepastian waktumenghela jarum degubnya mencari terminal rohkubagai usiaku terkapar dijaring malam dan siangterkapar bayang-bayang ituhanya kesangsian waktu kuduga matahari angan-angan

.

Page 227: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

212 Astana Kastawa

cahayanya yang memesona tak kuasa membujuk gerimis usaidengan puisi tua aku mungkin bisa menorehkan rinduadalah gerimis bernyanyian sepanjang sia-sia waktuadalah penyesalan meluncur lembah cinta yang indahyang aku abaikan demi berburuan darah dan dagingsekuntum sumber mencahari jalan sungai ke muara abadidan terus kususuri gerimis menjauh

sepanjang malam tua sepanjang jalan-jalan penyesalan jugasepanjang luka-luka yang membuka

1979

.

Page 228: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

213Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Aku merebah menciumi bumi mencahari sumber wangiPerlahan-lahan masuk ke dalam hidup seluruhAlam yang hening suara-suara rendah pepohonan margasatwaAku tengadah meraba-raba menggapai langit Tuhan

Semesta puisimu menyerta tubuh ruhUntuk kukembalikan lagi pada hari yang utuhSetelah membajak, menabur dan merawat saat-saatManuai buah hingga akar dan sari tanah tercabut

Aku rebah mengecupi bumi mengadu terima kasihRindu dan syukur atas sumber madu terbagiAku perlahan-lahan tengadah meresap nikmat zat-zatSang Hidup yang berubah perih serta bahagiaKetenteraman tengah bersemayam dalam senyum bungaMerekah sesudah mengerti

1982

AKU MEREBAH MENCIUM BUMIAKU TENGADAH MENYALAM TUHAN

.

Page 229: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

214 Astana Kastawa

Lorong-lorong lumpurRelung-relung jamurAku berenanganDalam debu beterbanganMereguk kehidupan

Kembang-kembang telah lama tumbangTinggal sisa tembangGambang kenanganRindu desa dipetik pangkurSayat burung tekukurMengembara ke hutan asingTerbuang kemudian hilang

Di relung sumurKutenggelamkan umurFatima, Fatima, aku racun cintaAku jemu kilau permata

Di gang-gang matiSenyap menunggu hariMenentramkan persaudaraanSenasib sepenanggunganMenyulam bimbang atau kehampaan

BALADA FATIMAHDARI PASAR KEMBANG

.

Page 230: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

215Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

FatimaAku candu sejak diniSelalu dan selalu kangen beginiAduh Gusti, apakah iniSuratan yang adilDitorehkan ke pohon laranganGetah wangi sumber air buah-buahanKauturunkan bandang bengawan darah iniMenderaskan keruh kehidupan iniAku debu hanyut tak bertepi...

Gusti, Gusti, apakah geranganMuara sejati.

1982

.

Page 231: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

216 Astana Kastawa

Telah datang bulan merah saga sayap mimpi alang-kepalangMemberkati sawah ladang taburan kembang bernyalakunang-kunangCahaya-cahaya kidung saat berangkat ke pelaminanDengan busana cendana sesudah dipermandikan matahariMengiringkan usungan belimbing putih luruh dari kebunMumpung jadi purbaninyaMumpung terhampar gelanggangnyaBersorak-soraklah, Hai! Kebun melati

1989

SERULING KALIJAGA

.

Page 232: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

217Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Selain bulan sabit dan bintang-bintang di atas pekuburanKunikmati hawa sejuk kabut sutera tipis lereng gunung MerapiSemakin habis belaka kenangan di antara engkau dan aku.MungkinSedikit saja tentang Maria Magdalena Pariyem. Kekasihmuyang fiksiDi depan nisanmu hanya terbentang sepi malam embun dinimalam hariSunyi ini sangat menentramkan diriTidak ada panggilan burung punggukTidak ada suara serangga atau margasatwaTidak ada kapel atau gereja di siniTidak ada tanda-tanda yang aku terimaBahwa dulu berdua pernah berdiskusiAtau bertatap muka dari hati ke hatiTidak ada lagi tanda-tanda yang aku mengertiSelain aku sendiri. Selain sunyi. Selain sepiMungkin ini puisimu yang paling abadi

NISAN LINUS SURYADI AGUSTINUS

.

Page 233: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

218 Astana Kastawa

Di sela-sela balairung bebatuan dan semen kampus biruTidak ada jenazah terbaring terbujur kakuTidak ada bayang-bayang lancung penembakanKehadiranmu sangat gamblang di benak kenanganPerlahan menghangatkan keakraban

Seorang bijak bestariRamah senyummu menawanDi alam ilham mewujud kenyataanBukan hanya sederhana dan rendah hatiBagaikan sekuntum melati

Tidak ada yang lain kecuali lidahmu agak terbataMengatakan kepindahanmu ke alam lainMewariskan seberkas cahayaDari sejumlah lilin-lilinPenerang hati gelap gulita

Di baliknya tersimpan kekayaan teka-tekiDi dalamnya tambang harus terus digaliJauh di dasar tenang sebatang kaliSebelum senjakala engkau kulepas pergi

2011

TAKZIAH KUNTOWIJOYO

.

Page 234: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

219Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Bukit-bukit kelabudi batas cakrawala ituadakah batas-batas rindukululuh gelisah, di risau waktuyang merayapi kerahasiaan syahdu

Bukit-bukit kelabudi batas cakrawala itubelukar maya menyiratkan cahayadi sela-sela lengang senjabidadarimu tergolek dililiti bianglalakeheningan cipta senggama yang kudusmalam seakan menyentuh ke sayup ituadakah di balikmubersemayam di negeri Firdaus

Bukit-bukit kelabudi batas cakrawala ituseolah-olah batas-batas ragu-raguterkesiap pesona itubagai ada gugus Cahaya: Bintang Kemukus itu!Tuhan, adakah kitaisyarat-isyarat kasih Arsy-Mu?

1979

BUKIT-BUKIT KELABUDI BATAS CAKRAWALA ITU

.

Page 235: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

220 Astana Kastawa

.

Page 236: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

221Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir 15 Oktober 1955 di Yogyakarta, (informasi tahun wafatNyoman Anarti Panoshada belum berhasil diketahui oleh timpenyusun). Lulus STM Budya Wacana 1972. Tamat SMSR-SSRI1973. Menulis sajak 1973-1974, tercebur bersama Persada 1973-1977. Kawin 22 September 1980 lantas tinggal di Jagayudandengan istri dan dua anak. Suka berganti pekerjaan. Jadi redak-tur majalah di Jakarta 1980an. Jadi editor Taman Melati 1984-1987. Lalu jadi wartawan bebas dan kerja advertising. Puisi-puisinya dimuat di Pelopor Yogya, Berita Nasional, Masa Kini, dll.Menjadi reporter Kedaulatan Rakyat untuk feature.

Nyoman Anarti Panoshada (1955-)

.

Page 237: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

222 Astana Kastawa

.

Page 238: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

223Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Ketika kita menangkap wujud di antara tangan kitayang kemudian kita kunyah dalam renungalangkah manisnya kecap yang terdengaralangkah laparnya kita dengan birahi(Sepi selalu saja mengajak kita nakalmemain dadu tanpa maludan selalu sajakita menjadi paham)Nyanyikan, nyanyian bukan lagi suarayang terjatuh dari langittapi decak selangkangan kita yang gemetarpyaaarrrrrbayi terpelantingmelengking nyaring(sepi suara yang terbuangbayi itu melengking bukan karena haru sepertiku)

Yogyakarta, 27 Mei 1980

SEPI SELALU MENGAJAK KITA NAKAL

.

Page 239: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

224 Astana Kastawa

Bayang-bayang sesudah soreapakah ini sisa dari lebanyunghingga harus kuletakkan apa-apa yang kupegangmemang kemarin ada beritadi sini ada perjamuandan aku membawa satu lembarkatanya, satu di antaranyaaku yang berpita emas(bayang-bayang sesudah soreapa ini sisa dari lembayunghingga harus kuletakkanapa-apa yang kupegang?)

Yogyakarta, Juni 1980

BAYANG-BAYANG SESUDAH SORE

.

Page 240: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

225Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

letakkan rasa-mu di atas tangankutebas dengan pedangletakkan rasa-mu di atas tangankau tebas dengan pedangmakna yang mengalir lewat darah nantihayat yang berdenyut hangatnyalimu dan nafasmuberbareng semadhimengiris hayatdi atas hati

Yogyakarta, 24 Januari 1980

SAJAK BERDUA-DUA

.

Page 241: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

226 Astana Kastawa

segala akan kosong di sanarahasia padam nama dan wujudbatas waktu batas perjalanansiapa bersemayamapa bersemayambatas makna tanganku menggapai-gapaiselamanya Kau akan jadi apabuatku?aku semakin tahukalau itu dunguKau membawa pedangberdiri di mukakutersenyum begitu?

Yogyakarta, 30 Januari 1980

SAJAK TANGANKUMENGGAPAI-GAPAI

.

Page 242: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

227Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

air tumpah bayang pecahgelombang keruh gelombang goyang di dalamsumur dalam sumur sunyi terasingmerajut bening sendirian

Yogyakarta, 27 Maret 1980

SAJAK SUMUR DALAM

.

Page 243: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

228 Astana Kastawa

.

Page 244: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

229Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Pedro Sudjono lahir di Bondowoso, 31 Desember 1932, me-ninggal pada tahun 2007 dan dimakamkan di Pelem Gurih, Gam-ping, Sleman, Yogyakarta. Ia merupakan salah satu motor peng-gerak Teater Muslim. Sebelumnya sempat bergabung dengankelompok Aplaco (1957-1959) di Yogyakarta. Di tengah gegap-gempitanya pertunjukan teater non-konvensional (dengan ber-bagai macam konsep dan aliran), Pedro Sudjono setia memper-tahankan bentuk teater realis lewat naskah lakonnya, di antara-nya “Iblis” (1961), “Surat pada Gubernur” (1963), “Prabu Salya”(1964), “Si Bakhil” (1982), “Sekeras Karang” (1984), “Abu dar”(1985) dan banyak lagi naskah-naskah lainnya. Bersama TeaterMuslim naskah-naskahnya banyak dipentaskan di TVRI Yogya-karta dan TVRI Surabaya. Antologi Naskah karya Pedro Sudjonoberjudul Rencana Setan diterbitkan oleh Balai Bahasa DIY 2013.

Pedro Sudjono (1932-2007)

.

Page 245: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

230 Astana Kastawa

.

Page 246: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

231Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

RUANG PERMAINAN BERUPA RUANG TAMU MEWAH.PINTU ADA DI SEBELAH KANAN DAN KIRI PANGGUNG.CERITA INI TERJADI DI MALAM HARI.PERALATAN PANGGUNG: SATU SET KURSI TAMU, KURSIGOYANG, PESAWAT TELEPON.

KUNTHI SEDANG SANTAI DI KURSI GOYANG. TIBA-TIBATELEPON BERDERING.KUNTHI : Nasabah ada telepon.

MINAH DATANG TERGOPOH-GOPOHMINAH : (KEPADA TELEPON) Sabar. Lagi jalan gini kok.

Ya halo. Ya betul... Mimin di sini.... Lho kokMinten. Bukan... Kok sudah tahu nama saya,ini siapa? Siapa... Gendruwo...? O Maaf, sayakira Gendruwo. Soalnya ini malam 1 Sura.Tidak baik terima tamu.

KUNTHI : Mbok dijawab, sedang prei tidak terima tamu.MINAH : Lho. Lha kalau mau mertamu, kalau perlu lain.KUNTHI : (BERDIRI MALAS). Mau apa lagi kalau tidak

mau ke sini. Ya halo. Ya betul... O, Pak Gondo,apa kabar Pak? Lama tidak pernah menengoksaya... Waaah, kalau malam ini saya sedang preiPak. (TERTAWA). Tidak, tapi karena ini malamJumat Kliwon... Lha ibu ke mana? Ooo kasihan...

MALAM PENANTIANATAWA

SANG PELACUR(Komedi Satu Babak)

.

Page 247: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

232 Astana Kastawa

Kesepian? Kalau besok malam saja bagaimana?(TERTAWA). Bagaimana? Tarif istimewa?Kalau tarif istimewa biasanya tiga kali lipat.Setuju? Jam berapa? Ya, saya tunggu.

MINAH : Kok diterima to Ndara? Tidak baik lho terimatamu malam 1 Sura.

KUNTHI : Allah, Nah..., wong pekerjaan memang jelek kok.Dan lagi dia mau bayar mahal. Kan eman-eman.Sudah sana rapikan kamar tidur.

MINAH : Meskipun pekerjaan jelek ya tetap pakaihitungan, supaya slamet. Malam 1 Sura ituwingit kata orang Jawa.

KUNTHI : Iya, aku tahu, tapi pak Gondo yang memaksa.

menengok orang tua di desa. Kan kasihan.MINAH : Kasihan apanya? Eh, kok kasihan apanya. Yang

dikasihani itu siapa?KUNTHI : Ya Pak Gondo itu.MINAH : Keliru. Salah. Yang harus dikasihani itu ya

sudah saya kruwes.KUNTHI : Tapi kan bukan salahku. Aku sudah tidak mau

tapi dia memaksa. Dan lagi dia mau memberiuang banyak. Edan pa yen ora gelem.

MINAH : Pak Gondo itu apa yang orangnya agak gemukpendek dan sudah putih semua rambutnya itu?

KUNTHI : Iya, dulu sering datang, tapi sudah lama. Sudahsana bersihkan kamar, sepreinya diganti.

MINAH : Apa tidak mandi dulu. Sejak sore tadi kanbelum mandi.

KUNTHI : Tidak. Aku mau mandi nanti saja.MINAH : Saya akan membersihkan kamar. Den Kunthi

mandi.

.

Katanya sudah seminggu ditinggal istrinya

istrinya. Heh, ditinggal pergi seminggu sajatidak tahan. Kalau saya yang jadi istrinya, huuh,

Page 248: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

233Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

KUNTHI : Tidak. Nanti aku harus mandi lagi.MINAH : Ya tidak apa-apa. Nanti kalau tidak mandi dulu

bau lho.KUNTHI : Kamu kok memaksa aku mandi itu ada apa?MINAH : Tidak apa-apa, hanya supaya Ndara Kunthi

makin cantik.KUNTHI : Tidak mau mandi, aku sudah cantik.MINAH : Ya sudah, kalau tidak mau mandi ya ganti baju.KUNTHI : Kamu kok ngatur to, tadi menyuruh mandi,

sekarang menyuruh ganti baju.MINAH : Masak mau menemui tamu kok pakai baju tidur.KUNTHI : Malah seksi ta?MINAH : Wee, tapi tidak sopan Ndara. Sekarang Ndara

ganti baju, saya membersihkan dan mengaturruangan ini. nanti kalau Ndara sudah selesai,saya ganti masuk kamar mengganti seprei kasurdan sarung bantal.

KUNTHI : Ya sudah, manut (KUNTHI MASUK KAMAR).MINAH : (MENGAMBIL SERBET UNTUK LAP MEJA).

Wah kalau begini seperti Gepeng yang sudahmeninggal. Seperti Srimulat.

PINTU DIKETUK ORANG.MINAH : Lho kok sudah datang (MEMBUKA PINTU).WARTAWAN: Selamat malam.MINAH : Lho kok masih muda.WARTAWAN: Memang saya belum tua.MINAH : Sampean siapa?WARTAWAN: Saya wartawan. Ingin bertemu dengan mbak

Kunthi. Ada?MINAH : Ada, tapi malam ini tidak terima tamu. Prei.

Tidak praktik. Besok malam saja.WARTAWAN: Saya tidak mau nganu kok.MINAH : Nganu apa?

.

Page 249: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

234 Astana Kastawa

WARTAWAN: Saya ini bukan tamu yang akan membeli.MINAH : Lho, tadi anu, sekarang membeli. Membeli apa?

Di sini tidak jualan apa-apa.WARTAWAN: Maksud saya, saya datang ke sini hanya untuk

bincang-bincang dengan mbak Kunthi.MINAH : Tidak bisa. Malam ini dia tidak mau terima tamu.WARTAWAN: Apa sebabnya?MINAH : Karena ini malam 1 Sura. Sudah pergi sana!WARTAWAN: Sampean kok ngusir. Sampean itu apanya mbak

Kunthi?MINAH : Saya ini nganu.... Eeeee bagian pengatur tamu.WARTAWAN: Waah kalau begitu managernya?MINAH : Apa itu manager?WARTAWAN: Ya bagian yang ngatur itu.MINAH : Nah ya betul saya bagian mengatur.WARTAWAN: Siapa nama Mbak? (MENGAMBIL CATATAN).MINAH : Lho kok pakai mau dicatat?WARTAWAN: Ya supaya tidak lupa memasukkan dalam koran.MINAH : Ooooo jadi Mas ini tukang koran?WARTAWAN: Bukan, saya bagian yang mencari berita untuk

dimasukkan ke dalam koran. Namanya warta-wan.

MINAH : Lha iya, orang kerjanya buat koran itu kantukang koran.

WARTAWAN: Ya sudah, siapa nama Mbak?MINAH : Nama saya Min.WARTAWAN: Min siapa?MINAH : Ya miiin...KUNTHI : (MEMANGGIL DARI DALAM) Naaaah....WARATWAN: Lho kok dipanggil Nah?MINAH : Ngawur kok itu. (MENJAWAB KUNTHI). Ya..,

ada apa?KUNTHI : Kamu itu sedang bicara dengan siapa?MINAH : Tukang koran.

.

Page 250: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

235Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

WARTAWAN: Hus, jangan tukang koran, wartawan begitu.MINAH : Rak sama saja ta?

KUNTHI MUNCUL SUDAH BERPAKAIAN INDAH DANSEKSI.MINAH : Ini lho, sudah saya beri tahu tidak terima tamu,

nekat.KUNTHI : Ada apa Mas?WARATWAN: Mbak ta yang namanya Kunthi?KUNTHI : Iya, Mas siapa?WARATWAN: Saya wartawan.KUNTHI : Maaf ya Mas War. Malam ini saya tidak terima

tamu.MINAH : Hah kowe. Dipanggil Mas War bingung ora kowe.WARTAWAN: Lho, nama saya itu bukan wartawan, jadi jangan

panggil saya War. Nama saya sendiri Tunggul.MINAH : Heh kowe, malah Tunggul Ametung. Saya Ken

Dedes.KUNTHI : Kamu itu diam ta Nah. Saya jadi bingung.WARTAWAN: Dia memang sejak tadi ngaco terus. Begini Mbak

Kunthi, nama saya Agung Sudiro. Pekerjaansaya wartawan. Saya ingin wawancara denganMbak Kunthi.

KUNTHI : Saya tidak punya waktu, lain kali saja.WARTAWAN: Sebentar saja.KUNTHI : Baiklah, tapi sebentar lho. Mau tanya apa?WARTAWAN: Maaf jika pertanyaan saya agak menyinggung

perasaan Mbak Kunthi. Begini. Apa sebabnyaMbak Kunthi memilih pekerjaan seperti ini?

MINAH : Pekerjaan seperti ini itu apa? Mbok yang jelas!WARTAWAN: Maksud saya menjadi... apa ya namanya?MINAH : PRAMU PRIA, begitu lho namanya.WARTAWAN: Ya, ya pramu pria, pinter juga Mbak Min ini.MINAH : Jelas dong. Manager je.

.

Page 251: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

236 Astana Kastawa

KUNTHI : Begini yang mas Agung. Pertanyaan itu sudahsering ditanyakan orang. Sebenarnya saya jugatidak senang dengan pekerjaan begini ini. Tapiapa boleh buat saya terpaksa.

WARTAWAN: Kok terpaksa?KUNTHI : Saya ini hanya lulusan SD.MINAH : Saya SB.WARTAWAN: Sekolah apa itu Mbak Min?MINAH : Sekolah babu.WARTAWAN: Apa Mbak Kunthi ini pernah bersuami?KUNTHI : Pernah. Tapi saya tertipu. Tadinya ngaku jejaka,

ke sini, nglabrak, saya lalu minta cerai.MINAH : Malah gelut sampai uleng-ulengan.WARTAWAN: Lalu orang tua Mbak Kunthi sekarang di mana?KUNTHI : Sejak kecil saya hidup menderita Mas. Bapak

ibu saya bercerai. Saya ikut ibu yang sekarangsudah meninggal. Kakak saya ikut bapak.Sekarang di mana saya tidak tahu.

WARTAWAN: Wah menyedihkan sekali riwayat Mbak Kunthi.Cukup menarik untuk ditulis. Apa Mbak Kunthitidak ingin berumah tangga lagi?

KUNTHI : Siapa orang yang tidak ingin hidup berumahtangga yang tenteram. Tapi siapa yang mausama saya, wong saya sudah menjadi orang jelek.

MINAH : Gilok-gilok mbok saya ditanya. Saya juga kepinginpunya suami. Mas Wartawan ini sudah punya

WARTAWAN: Sudah. Malah sudah punya anak dua.MINAH : Whoooo.... sayang.WARTAWAN: Kalau boleh tahu, profesi seperti Mbak Kunthi

ini sebulan kira-kira dapat berapa mbak?MINAH : Waaaaah... kalau pertanyaan itu ya saru. Itu

rahasia perusahaan industri kecil.

.

istri apa belum?

ternyata sudah punya istri. Istrinya datang

Page 252: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

237Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

WARATWAN: Saya tidak tanya kepada Mbak Min. Sampeandiam saja.

KUNTHI : Tidak mesti Mas. Kadang-kadang rame, kadang-kadang sepi.

MINAH : Waktu wawancara habis. Silakan Mas Wartawanmeninggalkan tempat ini! Waktu adalah uang.

WARTAWAN: Wah galak juga manager ini. Satu kesempatanlagi saja. saya akan memotret Mbak Kunthi.

MINAH : Boleh, tapi saya juga difoto.WARTAWAN: Tentu saja Mbak Min juga saya foto.

(MEMOTRET BEBERAPA KALI DENGANBEBERAPA MACAM GAYA).

WARTAWAN: Terima kasih. Tapi sebelum saya pulang perke-nankan saya bersalaman dengan Mbak Kunthi.

KUNTHI MENYALAMI WARTAWAN. MINAH JUGA ME-NYODORKAN TANGANNYA, TAPI TIDAK DITERIMA.WARTAWAN: Biasanya orang yang akan dimasukkan dalam

koran memberi amplop kepada wartawan.MINAH : Whe lha. Seharusnya sampean yang ninggali uang

kok malah minta uang.

WARTAWAN PERGI.KUNTHI MASUK KAMAR. MINAH MENUTUP PINTUKEMUDIAN AKAN MASUK KE RUANG DALAM JUGA. TAPITERDENGAR PINTU DIKETUK.

Dan seterusnya...

.

Page 253: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

238 Astana Kastawa

.

Page 254: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

239Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 3 Desember 1954 dan wafat7 Maret 2001. Alumnus Arsitektur Lenskap Universitas TrisaktiJakarta. Kegiatan di bidang sastra dimulai dengan mengarangcerpen dan puisi pada tahun 1981. Karya-karyanya dimuat dalamsejumlah media cetak, antara lain Harian Merdeka, Pos Kota Minggu,Bisnis Indonesia Minggu. Karya-karyanya telah dibukukan dalamTrotoar (1997), Monolog Tengah Malam (1997), Gerbong (1998),Orang-orang Sakit (1999), dan Equator (2011). Pernah menjadiwartawan tabloid Fokus Makassar. Selain itu juga pernahmengasuh bulletin intern seni budaya Koridor yang diterbitkanoleh Yayasan Cempaka Kencana. Selain menggeluti sastra jugaberkreativitas di dunia seni rupa. Ia banyak menghasilkanlukisan sebagai media ekspresi bagi puisi-puisinya, dengan katalain puisi dan lukisannya merupakan refleksi timbal balik. Padatanggal 25-31 Oktober 1997 pernah menggelar pameran tunggaldi Bentara Budaya Yogyakarta dengan tema Puisi dalam Kanvas.

Sri Hartati (1954-2001)

.

Page 255: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

240 Astana Kastawa

.

Page 256: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

241Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Teruslah berlariBerlari ke mana kau sukaTeruslah mencariMencari ke seluruh penjuru buwana

Kutahu, semakin jauh kau berlariSemakin dalam dirimu terlukaKutahu, semakin suntuk kau mencariSemakin luput kau genggam makna

LaluKau kan terdampar di ruang hampa dalam dirimuTerjebak perasaan dan pikiranmu sendiriKemudian digelayuti gelisah terus-menerus

Di saat itu pula kau ditimbuni banyak pertanyaanNamun hanya sedikit jawaban yang kau dapatHingga kau tak tahu lagi, apa keinginanmu

1998

ENIGMA

.

Page 257: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

242 Astana Kastawa

kau memang bajingan dan bejatkau sudah tahu itu lama sekalijadi untuk apa kau bilang lagijuga untuk apa segala alasanmuyang berdalih menangguk harapanataupun karena angin menuang deritapadahal kutahu, kau sedang tumpahkan kenangantentang saat-saat kau timang duniadan cintamu yang tak terhingga pada kesohoranhingga kau berubah dalam sekejabmenjadi manusia etik dan moral yang primerduh..., betapa bangsatnya kaudalam kedudukan sosialmu yang gemilang

lalu, kini kau bilang kekosongan dirimupadahal sebenarnya hatimu sedang sangat riuhmemicu diri menjadi humanis akhir zamansedang alur rantai silammu tetap laten di sanubarimumaka dari itu kau sering berwajah indeferentetapi juga budak hati nurani primerdan jiwani alamiah dirimukarena malam-malammu menggelepartapi..., aku tetap cinta kamu

Yogyakarta, 17 Februari 1999

PARADOX

.

Page 258: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

243Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Harus sudah menemu persinggahan dalam pandangbumi lain bagi pijakan kemudianuntuk nasib yang kini terjangkit korengkarena meningkahi gelegar kenyataan telanjangberuapkan peradaban modern yang mengepul hangat

Di jagad itu, sirna alam pekuburan surealistiada lagi malam menggelepartiada lagi dada sendat disuruk cemastiada lagi degup jantung panastiada lagi berkejaran dengan diri sendiri

Maka jejak pun segera ditatahdengan berbekal sisa nyali yang adatanpa gentar menantang langit terang membentangsampai kecambah dalam hati ini mengelopakdan kuntum mesra kemanusiaan menyembulsetelah itubiar saja langit tak lagi bening

Yogyakarta, 1997

SEBELUM SENJA

.

Page 259: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

244 Astana Kastawa

Mereka yang kini tidak dicampakkarena sudah camkan di otakbila tak mau jadi lantakturuti saja semua kehendakpatahkan hasrat berontakdan jangan coba menghentaksebab “orang-orang lapar” tak suka gertaktapi langsung menetaklalu menyepak

Sedangkan

Mereka yang kini terkaparkarena prinsip yang harus mereka bayarseharga lekangnya gentarnamun mereka tetap tegarmenggelitik kepedulian “orang-orang lapar”meruyak maraknya kedigdayaan digelarmengusik pemburu pengaruh yang kian gencar

Tetapi

Mereka yang kini tidak dicampakmereka yang kini terkaparsekarang sama harus melabuh hati retakagar hidup mereka tak kian menggelepar

23 November 1987

ALAMAK

.

Page 260: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

245Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Api di matanya memerciki gumpalan otakpada siapa yang abaikan kuasanya mengendalikanpada siapa yang tak lagi menyegalakannyahingga ia tak bisa mencumbui diri dengan pujiansebagai aku yang sudah pijari beberapa redup

Maka dari itu buminya langsung berpusing dengan cepatmengubah malamnya menjadi teramat pekatberangin kebencian yang berdesah ke telingalalu hitamlah seluruh binar-binar di pikirannyadan bergelayutan jelaga dinding sanubari

Ia pun meradang,menerjang semua tonggakpada siapa yang telah mengguncang keakuannyapada siapa yang membelah dunianyahingga satu hasrat berteriak menyesaki dada

Yang dengan keras ia lupakanyang dengan lantam ia muntahkan

Sesudah itu,hening seheningnyaia terhempas di sepi hatinyadan kehilangan tuju

Jakarta, 28 Juli 1997

MALAM ITUDALAM TEMPURUNG KEPALANYA

.

Page 261: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

246 Astana Kastawa

Kepada kelam selalu digantung harapanpabila esok sirna oleh kemilau fajartolong tinggalkan suasana akrab di hari kemarinagar keseharian tetap seperti kebiasaan lamawalau kini semua suasana telah berubah asingnamun dengan harapan itu semangat terpicudalam menyongsong pagi dan tumbuhkan kegembiraanhingga petang menjelang, lalu semesta tak berpeluhkemudian kekosongan-kekosongan menerobos ringgamayapadabersama-sama merayap ke hamparan gelapyang menampung semua pengungsian harapansehingga menit-menit terasa bergerak lambatsedangkan fajar yang tanpa bayang-bayangseluruh noktah dibentuknya adalah ingatan jernihtentang suasana saat ia membersitadalah suasana hati yang sebenarnya

Yogyakarta, 1997

MENCARI SUASANA

.

Page 262: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

247Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Kami harus pergijauhjauh sekalidari semua kenang dan pujajuga bahana dari setiap derapyang sekian lama nadai denyut kami

Di sana,di suatu tempat yang sudah kami pastikansebelum kekuatan di jiwa kami punahkami kan segera berpaling pada yang tersisadengan begitu tak seorang pun kan menemukeping-keping daya kami yang mengelupas

Di sana,kami kan kembali rakit makna lagiuntuk bisa mengisi sedikit waktu kamiatau kalaupun kami jadi serpihanyang berserakan lalu diterpa bayukemudian bersatu dengan debulupakan saja kami

Jakarta, 1996

SELAMAT TINGGAL

.

Page 263: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

248 Astana Kastawa

.

Page 264: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

249Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Bantul, Yogyakarta, 28 Februari 1955, (informasitahun wafat Sujarwanto belum berhasil diketahui oleh timpenyusun). Pendidikannya dimulai dari SD Godean, PGANYogyakarta tahun 1974. Masuk IKIP Negeri Yogyakarta dan lulustahun 1979. Kemudian melanjutkan ke jurusan Penelitian danEvalasi Pendidikan, Program Pascasarjana, IKIP tahun 1984-1985.Ia mulai menulis sejak tahun 1975 saat bergabung dengan PSK.Ia pernah menjadi editor koran kampus Derap Mahasiswa IKIPNegeri Yogyakarta, mendirikan majalah Kuntum (1982), danmenjadi pemimpin umumnya. Selain menulis puisi ia juga menulisesai, cerita pendek, dan artikel. Sejak tahun 1980-an ia menjadidosen di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta,kemudian pindah ke IKIP Muhammadiyah (sekarang UAD)Yogyakarta.

Sujarwanto (1955-)

.

Page 265: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

250 Astana Kastawa

.

Page 266: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

251Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Biarkan angin mengembus tirai-tirai itu,biar sepi lebih terasa dan hidup menjadi lebih bermakna

Kita tak pernah mengundangnya, bukan?meski tirai-tirai kita pasang.

Tirai-tirai kita anyam dalam hidup inisepanjang musimsebatas usia.

Di beranda ini ia datang bersijingkatdan kadang genit memikat,menerobos celah-celah hati kita.

Biarkan sepoinya mengembus tirai-tirai itu, Kekasihkukarena aku ingin menjaringnya,

menangkap desaunyamencumbu risiknya

biar bumi lelap dan sepi menjadi bermakna

Yogyakarta, Maret 1987

ANGIN DI BERANDA

.

Page 267: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

252 Astana Kastawa

Di depan kita ada dia, tapak-tapak yang melangkahDi samping kita ada dia, detik-detik yang mendesahDi belakang kita ada dia, bisik-bisik yang mengusikDi mana-mana ada dia,melangkah,mendesah,mengusikmemburu kita,menikam dengan garang hari-hari yang tersia,

hari-hari tanpa kasih,hari-hari teriak gelombang

Dan senja pun tiba-tiba mencegat di depan kita,saat kita lengah dan tertidurpanjang.

Kartindah, Oktober 1987

SANG WAKTU

.

Page 268: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

253Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Di album ini,Seperti semesta yang semakin tuaLangkah-langkah gagah dan napas-napas yang gairahBerangkai-rangkai, memilih kurunPadanglahKerna kemarin adalah hari-hari,Yang kini kita nikmati

Di album iniHari-hari seperti telah bergantiDan kita menjadi terjaga“wajah-wajah berona jingga”Kisah-kisah yang kita tinggalkan.Seperti tak habis-habis

Tak habis-habisKita mengulang eja,

Mengkaji kisah-kisah lamaDan penyakit kanak-kanakYang tak kunjung dewasa.

Kartindah, 1988

POTRET-POTRET TUA

.

Page 269: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

254 Astana Kastawa

Telah kupungut dari dasar laut,Putih dari warna hitam yang kelamKuasah dari hari ke hari, asa yang kian menipisAku berharap,Hari-hariku kan menjadi gemerlapanBersama keajaiban,Warna-warna putih, hitam, kemilauanAngin dataran mana telah sampaikan di siniRiak gelombang mana telah hempaskan hari-hariSeperti telah kubunuh, satu-satuRiak hari yang kemarin

Yang membenam dalam-dalamLewat mutiara-mutiaraku.

Kartindah, Juli 1988

MUTIARA-MUTIARAUntuk: luluk-lulukku

.

Page 270: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

255Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Di sini, perjalanan yang panjangKita susuriSepanjang usiaKurun demi kurun, melintasi nasibKita pun termangu menyapaKapal-kapal merapatDaun-daun meluruhDenting-denting hari memintasTiba-tibaMenghadang di depan kitaLalu angin terasa mencium kudukUjung demi ujung persimpangan, menyapaGurat-gurat nasibDan seribu gita pengharapanAdakah di sini sempat tercatatMisteri-misteri besar di akhir senjaSaat kapal-kapal merapatDan desir angin lewatDi siniNama-Nya sempat singgahSebelum mentari lenyapDi batas cakrawala

Yogyakarta, 1984

DERMAGA

.

Page 271: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

256 Astana Kastawa

Hari ini bakal datang berita dari jauhNyanyinya meningkahi gemerisik daunPada dahan-dahan rendah di depan rumah

Sepotong kue dan segelas susuMenyongsong kegembiraanTentang angin yang membuka kaca jendelaLalu cerita tentang kota-kotaYang tenggelam di bawah antenaSementara kicaunya semakin menjauhGemerisik angin menjatuhkan daun-daun

Yogyakarta 1979

SAJAK BURUNG PERENJAK

.

Page 272: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

257Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Dari musim ke musimTelah kutikam sepi ituDan darah telah mengucur sepanjang langkahMengumpul bersama sejuta harapTak pernah sampaiLangkahku yang tertatih dibantai waktuPerburuan ini masih jugaDan Engkau dengan angkuhMenyibak ladang-ladang iniMeninggalkan tuahMu yang keramatSia-siaKucari dari musim ke musimBersama sepiBersama anginBersama anganBersama harapKental jadi sejuta obsesiDi kaki langitMu

Yogyakarta, 1978

PERBURUAN

.

Page 273: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

258 Astana Kastawa

di kampung ini masih ada katak menyanyikala senja semarak dan gerimis meredadi kolam-kolam pekarangan, terjauh dari rawa-rawamereka berkisah tentang angin musimyang datang dari benak-benak kotadan padang-padang perburuan yang gersanglantaran ureamengusir mereka dari perkampungan hidup yang damaidi desir angin menyapa sepi malamdengung mereka seperti bunyi-bunyi tamburyang dipukul dari tanah surgaada senduada harupada kisah mereka tentang petaniyang disibukkan wereng dan sulitnya obat-obatyang dihantui panen gagal dan harga-harga melonjak

di sungkup sepidan malam yang makin larutdengung mereka makin asing dan jauhdari petani yang lelap disapa lelah kerja sesiangsementara mereka telah terasingdari teori-teori ekonomi dan percaturan politikdi larut malam

SAJAK TENTANG KATAK

.

Page 274: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

259Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

katak-katak itu masih bernyanyidi kampung sunyiterjauh dari rawa-rawa

Bantul, 1979

.

Page 275: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

260 Astana Kastawa

.

Page 276: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

261Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir 21 Desember 1941 di Buaran, Pekalongan, Jawa Te-ngah, meninggal di Pekalongan, 24 Juli 2010 pada usia 68 tahun.Pendidikannya setelah tamat SMA memperdalam pengetahuanmengenai ajaran Islam di Fakultas Ushuluddin Jurusan FalsafahIAIN Al-Jami’ah Sunan Kalijaga, mencapai sarjana muda (1964).Dia pernah menjadi guru Hadis Balaghah (Sastra Arab) di PGAANegeri Yogyakarta, guru seni drama, berdagang kain batik keli-ling Jawa; mengadakan khotbah serta pengajian-pengajian sejaktahun 1965. Dia pun sering menjadi sutradara insidental danmemimpin paduan suara “Yogya Timur Laut” di Yogyakarta.Syu’bah menulis puisi, esai, novel, dan penerjemah. Pernah men-jadi redaktur majalah mingguan Tempo (sejak tahun 1971). Tu-lisannya tersebar di berbagai surat kabar dan majalah: Waktu,Panji Masyarakat, Sastra, Gema Islam, Minggu Pagi, dan Horison.Bukunya yang sudah terbit Cerita di Pagi Cerah (1960).

Syu’bah Asa (1941-2010)

.

Page 277: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

262 Astana Kastawa

.

Page 278: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

263Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Ingin aku menulis sajakSebab Taufiq sudah membuat banyakIa bacakan di depan orang beramai-ramaiSedang aku di sudut terhenyak

Bila aku menulis sajakMungkinkah sajak lahir dari kehendakSedang “rangsang puitik itu”Tak kunjung muncul dari ketiak

Kalau engkau menulis sajakMondar mandirkah engkau di dalam kamarMereka-reka sekian lagakAtau duduk diam tentang jendelaSambil menghabiskan rokok satu pak?

Mungkinkah orang menulis sajak

Sambil memilih sejumlah namaSedang yang sajak tinggal mendesak?

Aku tak ingin menulis sajakMendengar musik atau menonton planetariumMembuat diriku lebih beruntungDi situ lantas aku berpikirSudah kutulis sebuah sajak

1972

TENTANG MENULIS SAJAK

.

—dari melawan ke banyak negeri

Page 279: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

264 Astana Kastawa

Makhluk begitu mungil bernama perempuanBergelung di kakiku dengan tubuhnya telanjangSudah kubuka untuknya berbagai pintuDalam geliat dan menggelinjangBergantung di kakiku sedang aku memberi berkahKetika pelan kuperkenalkan sebuah gerbang

Hidupnya musnah.

Makhluk begitu mungil bernama perempuanYang menyediakan makanan soreAku berkata: Biar kupergi. Maka matanya

mencium kuduk jaketkulantas terburu menyusun restu

Berdiri di rumah yatim, dalam bis kota, dalampingitan orang kampungan

Mengintip di toko tukang tambal sepatuMakhluk begitu mungil bernama perempuanmengulur tangan-tangan atas kepalaSementara tahunan lewat menyeret usia

MAKHLUK BEGITU MUNGIL

.

Hossanah! —ia mendesak. Dalam genggaman ini

berlinang-linang

Page 280: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

265Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Satu-persatu jatuh melengkungdengan buah-buah di dada merekaSepi, berbau busukdan sia-sia

Makhluk begitu mungil disebut perempuanadalah ibukuIbunda Nabi, ibunda Kristusserta anak perempuanmu

Mengelayap di pinggir jalan dengan rokok kerlip di tanganmenunggu terima kasihmuatau ludahmu

1970

.

Page 281: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

266 Astana Kastawa

Lorelei bernyanyi di Seinememandang Seinedari karangPerahu menghindar pelahan-lahan

Gaunnya yang putih, Loreleiditerbangkan angin rambutmu tergeraikala senja jatuh di sungaimenimpa ombak nyanyianmu perlahan

Apakah yang jatuh di lubuk nelayanyang diterbangkan ke awan-awandalam senja, dan langit putuhdi Seinekala doa diucapkan diam-diamsambil menjauh pelahan-lahan

1972

LORELEI BERNYANYI DI SEINE

.

Page 282: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

267Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Apakah hidup ituTuhan, bila kurasakan terus berulang?Di luar, tanjung-tanjung dilembur pasangMendesau gletsyer di pantai SkotlandHangus bulan menggigil-gigil di bukit pasirBerkeping rontok membakar hutan di negeri hitamSeratus bintang yang terjun beruntun dalam samuderaMendekap langit dan menghapus pinggir semestaSedang gelombang zaman niskalaMelanda seribu kutub. Mengupas kosmosputih telanjang

Benarkah hidup ituTuhan, bila kisaran terus berulangRangkuman tanganmu ke tubuh ini:dengan gembira selembar putiklahir kembali dalam mentari

1963

.

Page 283: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

268 Astana Kastawa

tasbih di kiri roti di kanananak-anak hitam minta makanan

senyum yang segar di tengah perangsalib tembaga goyang bergoyang

tangan yang putih mengusap kenanganterimalah berkat dari vatikan

Lonceng berkarat kelonang berkelonangyang keriting berdoa di baris belakang

1967

DENDANG

.

Page 284: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

269Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Tuhan membikin seratus cintaSemua ditahan pada dirinyaHanya satu ia turunkanKe bumi

Dengan itu laki-perempuan bercium-ciumanPohon-pohon berbisik-bisikanSeekor anjing dengan rela menarik kelangkangAgar orok tidak terinjakIbu kuda mengangkat kaki belakang

Saudara-saudaraTuhan membikin seratus cinta

1970

KHOTBAH

.

Page 285: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

270 Astana Kastawa

.

Page 286: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

271Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir di Malang, Jawa Timur, 21 Januari 1959, meninggal diSurabaya, Jawa Timur, 18 Mei 2013 pada umur 54 tahun. Ia me-nulis novel, skrip tayangan televisi, selain sebagai koordinatorProgram Media Watch Institut Studi Arus Informasi/ISAI (sejakjuni 1999) dan koordinator Election Media Monitoring Programbersama Article XIX, London Bristh (Mei-Juli 1999). Lulusan Fa-kultas Sastra Universitas Gadjah Mada (1984) ini telah mener-bitkan buku-buku, antara lain: Televisi dan Prasangka Budaya Massa(2001), Geger Santet Banyuwangi (bersama Abdul Manan danImam Sumaatmadja, 2001), Para Superkaya Indonesia: Sebuah Do-kumentasi Gaya Hidup (bersama Harry Barus, 1999), Kemelut PDIdi Layar Televisi dan Strategi Budaya Massa (1997), Budaya Massadan Pergerakan Masyarakat (1995), dan Menolak Soeharto: CatatanSebuah Angket (editor, 1997).

Semasa hidup, waktunya banyak dihabiskan dalam duniajurnalistik, menulis kolom, dan menjadi pembicara di forum-forum, baik nasional maupun internasional. Kariernya dimulaidari redaktur tamu Rubrik Kebudayaan di harian Berita Nasional,Yogyakarta (1983-1984), redaktur majalah Hai (1986-1987), dewanredaksi tabloid Monitor (1987-1990), wakil pemimpin redaksi/redaktur pelaksana tabloid Bintang (Oktober 1990), redakturpelaksana tabloid Citra (1991-1995), redaktur senior majalah Tiara(1995-1999), terakhir redaktur situs internet di Gramedia-MajalahOnline.

Veven Sp. Wardhana (1959-2013)

.

Page 287: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

272 Astana Kastawa

.

Page 288: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

273Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Sejarah telah menyeretku menjadi bunglon: cepat bergantinama begitu berpindah tempat hinggap. Ada saatnya kukenalkandiriku sebagai Pheng Hwa, ada masanya kusebut namaku seba-gai Effendi Wardhana, sebuah nama sebagaimana tertulis di KTP,atau menurut istilah kami sering disebut sebagai nama pemberiannegara.

Karena aku dan keluargaku tinggal di kota kawedanan, se-mentara komunitas waniktio2 tidak begitu banyak, sekalipunorang terbiasa memanggilku Pheng Hwa, atau Ping An jika itusudah sangat akrab, toh saat di kantor polek atau instansi peme-rintah aku harus menyebutkan nama pemberian negara itu.

Lama-lama, bukan hanya di kantor resmi itu harus kusebut-kan nama KTP itu. Pada kawan sekolah lanjutan di kota kabupa-ten, pada rekan kuliah di Yogya, pada sesama karyawan di per-usahaan tempatku bekerja di Jakarta pun nama yang samadengan yang di KTP itulah yang kuperkenalkan. Lalu, aku punkemudian jadi terbiasa dengan nama Effendi Wardhana, semen-tara kalau ada yang memanggilku Pheng Hwa, bahkan dulu ter-kadang singkek,3 kupingnya jadi mendadak gatal. Di kemudianhari, barangkali juga karena aku sudah kian jarang kontak dengan

PANGGIL AKU: PHENG HWA

2 Waniktio, kependekan dari warga negara Indonesia keturunan Tionghoa. Istilahini antara lain saya dapatkan dalam buku Pramoedya Ananta Toer, Hoa Kiaudi Indonesia, PT Bintang Press, Jakarta, 1960; diterbitkan ulang oleh GarbaBudaya, Jakarta, 1998.

3 Singkek, sebutan untuk Tionghoa totok.

.

Page 289: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

274 Astana Kastawa

keluarga karena berbagai alasan, kesadaranku bahwa aku adalahwaniktio menjadi semakin mengabur.

Justru istrikulah, asal Manado, yang kerap disangka kawan-kawan di Jakarta sebagai Tionghoa.

Lalu, ketika perusahaan tempatku bekerja dianggap berma-salah dan kemudian susunan manajerialnya direstrukturisasi,antara lain dengan memasukkan beberapa nama yang diusulkanpihak pemerintah, tanpa harus beralasan aku tak suka kebijakanitu, aku kemudian memilih untuk keluar perusahaan, untuk ke-

cari beasiswa sekolah sebagaimana istriku telah terlebih dulumendapatkannya untuk memperdalam tentang broadcastingsama-sama di Paris, Prancis.

Di Paris, dalam sebuah pertemuan di resto milik orangIndonesia yang sudah tinggal lama di sana,4 aku ketemu bekaskawan sesekolah.

“He, Ping An! Sudah berapa lama kau tinggal di sini?” tanya-

hanya itu. Gus, nama kawanku itu, kemudian bahkan memang-gilku dengansebutan singkek. Sekalipun kupingku mendadak te-rasa berdengung, toh kurasa ada nuansa yang berbeda diban-dingkan saat dia memanggilku dengan sebutan yang sama be-lasan tahun yang lampau semasa masih sekolah di ibukota ka-bupaten.

Sejak itu, kawan-kawan di Paris mulai memanggilku PingAn.

“Tak soal, Ping; di negeri ini, tampang kayak kamu justrulebih dihargai dibandingkan aku,” kata Gus beberapa saat menje-lang acara kumpul-kumpul itu selesai dan masing-masing hendakmeninggalkan resto.

4 Ada beberapa resto milik orang-orang Indonesia yang “terbuang,” karena alasanpolitik. Salah satu di antaranya terletak di Rue Vaugirard, sebuah jalanterpanjang di Paris.

.

mudian aku memilih mengikuti anjuran istriku untuk juga men-

nya menyergah begitu dia mendapatkan aku dan istriku. Tidak

Page 290: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

275Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Ucapan Gus tidak salah. dalam kereta bawah tanah, kalaumisalnya ada penumpang kereta yang menyapaku, rata-ratapertanyaan mereka adalah : “Vous etes Vietnamese?”5

“Kenapa mereka interes pada orang Vietnam? Kenapa paraPrancis itu masih juga mengulang-ulang kebebalan bule-bule lain-nya, yang sering salah kira terhadap kita sebagai orang Filipina?”sergahku. “Apakah dalam zaman globalisasi dan gombalisasiini mereka masih juga gemblung menganggap bali itu ada di luarIndonesia, seperti yang digambarkan banyak wartawan Indone-sia dari zaman ke zaman, dari orde ke orde?” sergahku sende-rung dalam nada sengit ketimbang sekadar ingin tahu.

Gus hanya terbahak. Sekalipun hanya lewat telepon, suaraGus terasa sangat keras dan membahana.

“Itu hanya salah satu, Ping. Masih banyak yang tak akankamu pahami,” sambungnya tanpa merinci kalimatnya.

Gus benar, masih ada yang tersisa sebagai rahasia yang tidakkupahami. Juga ketika aku dan istriku belanja di Tang Frere,6 dikawasan Porte de Choisy, semua Cina yang kutemukan di wila-yah Paris distrik 13 ini tak satu pun yang bicara dalam bahasaMandarin. Bahkan sesama Cina pun mereka ber-parlez Francaise.7

“Ni shi zhong Guoren, wei shen me bu hui shuo Huayu?”8 tanyakuheran.

Mereka hanya angkat bahu dan alis, sambil menatap tajampadaku lewat ekspresi yang kalah penuh rasa heran.

“Mais, Vous etes Chinois, n’est pas? Pourquoi Vous ne parlez pasChinois?” kuulangi lagi pertanyaanku dalam bahasa Prancis.

“Eh, donc?”9 balas mereka.“Eh, donc? Na shi wei shen me ne?”10 sergahku membalik perta-

nyaan mereka, dalam bahasa campur baur.5 Bahasa Prancis: “Anda dari Vietnam?”6 Tang Frere, nama pasar swalayan terbesar di Eropa (Barat).7 Bercakap dalam bahasa Prancis.8 Bahasa Mandarin: “Bukankah Anda dari Cina? Kenapa Anda tidak omong

dalam bahasa Cina?”9 Sama artinya dengan “So, what?” (bahasa Inggris).10 "Lho, kok ‘memangnya kenapa’ sih?”

.

Page 291: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

276 Astana Kastawa

“Asalmu dari mana sih? Kamu pakai akte kelahiran siapa?”tanya salah seorang dari mereka kemudian.

Pakai akte kelahiran siapa?Istrikulah yang kemudian menerangkan. Istriku bilang, dia

banyak mendapatkan informasi dari Madame Goldmann.11 Kata-nya, sensus penduduk di pecinan tak pernah meninggalkan ca-tatan yang menyatakan adanya jumlah penduduk yang berku-rang, kendati ada warga yang meninggal dunia. Dulu, pernahsebuah stasiun televisi menayangkan investigasi mereka perihalmisteri jumlah penduduk itu. Toh, siaran yang diniatkan sebagaiserial panjang itu dihentikan di tengah jalan, tanpa ada sedi-kitpun penjelasan.

Akte milik yang mati namanya dipakai oleh imigran dariCina yang eksodus karena revolusi kebudayaan,” kata istriku.Diam-diam aku memuji kelincahan istriku dalam mendapatkandan mengumpulkan informasi. Salah satu kelihaian istrikulainnya, dengan cepat pula dia mampu membedakan teste antarariz blanc Vietnam dari riz blanc12 Thailand, yang berasnya dua-duanya dibeli dari pecinan atau di pasar swalayan dekat gerejaOrly. Tapi, ketajaman lidah kuliner itu bukan diperolehnya dariNyonya Goldmann. Entah dari siapa. Yang jelas, sesekali diamenyebut-nyebut seorang kawan studinya yang tinggal di se-buah apartemen di Orly. Kawannya yang juga asal Indonesiaini, menurut penilaian istriku, agak enggan kumpul-kumpuldengan sesama warga Indonesia lainnya.

“Dia ipar ekonom Indonesia yang kerja untuk konglomerat,”

***Pheng Hwa, memang namaku. Namun, saat aku bertemu

butkan justru nama pemberian negara itu. waktu itu, ipar itu

11 Madame: Nyonya. Lucien Goldman, asal Hungaria, “lari” ke Prancis kemudianmenjadi ilmuwan strukturalisme-genetik, menikah dua kali.

12 Riz blanc: nasi putih.

.

komentar istriku.

dengan ipar ekonom yang disebut—sebut istriku itu, yang kuse-

Page 292: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

277Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

sedang mengadakan acara syukuran atas kelahiran anak perta-manya, yang sudah sangat lama mereka dambakan kelahirannya.Dalam acara itu, tetangga kiri kanan di apartemen di selatanParis itu juga diundang. Jadinya ada juga satu-dua orang Prancis,

“Effendi nama Anda? Anda muslim? Anda dari Malaya?”tanya seorang Prancis dan seorang Italia nyaris bersamaan.

“Saya dari Indonesia. Malaya, kalau yang Anda maksudkanMalaysia, itu dekat sekali dengan Indonesia,” aku mencoba me-nerangkan dengan penuh kesabaran.

Tamu lain, orang Aljazair, kemudian bicara panjang lebarmengenai revolusi Iran. Sementara warga asal Maroko kemudianmenghadiahi kami sebotol sambal bikinannya. Dari situ aku danistriku kemudian bisa membedakan rasa anatara sambal Marokodibandingkan sambal Aljazair.

***Di negeri asing ini, dengan nama Pheng Hwa atau Effendi

Wardhana, aku tak lagi merasa asing atas diriku sendiri sebagai-mana yang selama ini diam-diam menyelinap dan mengendapdalam benak.

Aku tak lagi menggubris aku akan dipanggil dengan namaapa. Toh, aku sudah tidak lagi merasa ngumpet —entah dariapa— jika harus menyebutkan nama pemberian negara itu. jugaaku tak lagi perlu merasa khawatir —entah karena apa— jikakemudian ada yang memanggilku pakai nama waniktio itu.

Aku merasa baru terlahir kembali.Dengan perasaan plong macam itulah aku kini pulang kem-

bali ke tanah air, ke Jakarta, menyusul istriku yang sudah pulanglebih dulu enam bulan sebelumnya.

Saat mendarat di Cengkareng, hari sudah hampir pagi. Men-jelang melewati meja pemeriksaan paspor, aku mencium gelagataneh. Entah apa. Petugas imigrasi yang memeriksa paspor punperlu menatapku dengan tajam, sambil bercampur rasa pena-saran. Entah pula karena apa. Sambil menunggu bagasi, aku

.

Aljazair, Maroko, dan Italia.

Page 293: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

278 Astana Kastawa

mencari telepon umum dan menelepon ke rumah, mengabarkan

Hatta. Di seberang tak ada yang mengangkat telepon. Kuulanglagi menelepon rumah dengan nomor satunya. Tetap saja takada yang mengangkat di seberang sana.

Sabuk bagasi terus berputar dan satu persatu tas mulai ditu-runkan. Kucoba kuulangi menelepon. Hampa.

Setelah kuambil beberapa tasku dan kutumpuk di atas troli,aku beranjak menuju jalan keluar.

“Ada keluarga yang menjemput?” tanya petugas di pintukeluar sambil mengambil tiket bagasiku. Aku tak sempat menja-wabnya karena mataku segera kuedarkan ke deretan para pen-

atau keluarga yang lain. Yang kulihat adalah banyaknya orangberdesak-desak tidur di sembarang tempat. Ah, kenapa suasanabandara ini malah seperti stasiun keretaapi di Senen atau Gambir?

Kucoba lagi menelepon ke rumah. Yang terdengar tetap na-da sambung, tapi tetap juga di seberang sana tak ada yang meng-angkatnya. Berulang-ulang kucoba lagi menelepon lewat teleponumum di sebelahnya lagi, di sebelahnya lagi. Tetapi tak adayang mengangkat.

Tak ada pula sopir taksi yang menawarkan jasanya. Takada mobil lalu lalang di jalanan seberang. Aku makin merasabahwa aku sedang tidak berada di wilayah bandara.

Ternyata bukan aku saja yang gagal mengontak telepon kerumah. Para penelepon lainnya juga mengeluhkan hal yang sama:jika tidak ada yang mengangkat justru telepon di seberang se-dang off-line.

Diam-diam aku teringat pada film The Philadelpia Experiment13

yang pernah kutonton entah berapa tahun lewat. Buru-burukucari seorang petugas.

13 Film produksi 1984 ini berkisah perihal seorang tokoh dalam Perang Dunia IIyang terlontar menembus ruang waktu dan terdampar ke tahun 1984: sehinggaketika dia menelepon ke rumah, yang menerima adalah kekasihnya yang ternyatasudah menjadi tua, sementara dia sendiri tidak bertambah umur.

.

pada istriku bahwa aku sudah sampai di Bandara Soekarno-

jemput di serambi itu. Sama sekali aku tak menemukan istriku

Page 294: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

279Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Tahun berapa sekarang ini?” tanyaku pada seorang petugas.Tampaknya pertanyaanku dianggap ganjil. Tahun berapa? Pas-

tilah petugas itu menganggap aku terguncang oleh jetlag yangsangat luar biasa

“Sekarang tanggal 15 Mei,” jawabnya menegas-negaskanseolah sekalian meralat pertanyaanku.

“Ya, tapi tahun berapa?” sergahku. Dan bukan hanya petugasitu yang kini menunjukkan raut wajah rasa heran. Orang-orangdi sekeliling yang kebetulan mendengar pertanyaanku yangtampaknya cukup keras itu bahkan menampakkan ekspresi yangmenuduh bahwa aku adalah orang sinting.

“Tahun berapa sekarang?” tanyaku pada orang di samping-ku. Raut muka yang kutanya ikut mengkerut. Aku tafsirkan iasedang bertanya mengenai diriku.

“Panggil saja nama saja: Pheng Hwa. Saya benar-benar tidak

sekarang?”***

Porte de Choisy, September 1995Utankayu, September 1998

.

bertanya soal jam, hari, atau tanggal. Tapi, tahun! Tahun berapa

Page 295: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

280 Astana Kastawa

.

Page 296: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

281Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Lahir tanggal 31 Agustus 1954 dan wafat 25 Juli 2012.Pendidikan terakhir ASDRAFI Yogyakarta. Mulai menulis puisisejak tahun 1973 dan tergabung dalam PSK. Puisi-puisinya dimuatdalam media massa Yogyakarta dan beberapa media massa diJakarta. Selain itu ia juga aktif bermain drama dari panggung kepanggung dan di televisi. Pernah mendukung sebagai script boyproduksi sebuah film berjudul Manusia Purba dan sebagai AsistenManager dalam film Warok. Selain menggeluti dunia penulisandan pemeranan juga menggeluti dunia fotografi.

Wedha Asmara (1954-2012)

.

Page 297: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

282 Astana Kastawa

.

Page 298: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

283Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

kadang nyawakuseperti burung malam

sesekali meninggalkan sarangterbang memintas ruang!

sesekali bertengger di dahan mimpimeniti raga (seperti tonggak hitam)hangus, dibakar pengalaman

kadang nyawakuseperti kata-kata puisi

gelisah dan sarat oleh momonganingin pengadilan terakhir!

DALAM MIMPI

.

Page 299: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

284 Astana Kastawa

aku dijadikan untuk tertawakepada siapa saja; juga kepadamu!

jangan ajak aku menangisaku tak bisa lagi mengubah mukameski sekelilingku hancurbekas dilanda revolusiaku tak bisa lagi mengubah muka!

BONEKA

.

—sebab itu

Page 300: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

285Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Jika malam berbuah bulanaku rindukan malamsebab tak ada lagi alasanuntuk tidak mencintainya

Jika malam begitu dingintidak juga alasantoh, aku sendiri nyala apiyang senantiasa membakar diri!

JIKA MALAM

.

Page 301: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

286 Astana Kastawa

Tuhan,Kau-lah gema berkepanjangandari ruang keringdan kosong!

KWATRIN BERKEPANJANGAN

.

Page 302: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

287Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

(Suara gemerincing pedang peperangankian menebas-nebas gempita tubuh sendiri)

apakah kemenangan?berdiri di atas batumenghirup hawa semestaberdiri menghadap Timurmenantang mataharisampai tenggelam!

(begitulah waktujadi bagian yang mengaliri diri).

apakah kekalahan?masuk ke dalam lembahyang dasarnya tak bisa dijamah,di mana aku leburdalam kebutaan semesta.

(begitulah waktujadi bagian yang mengakhiri diri).

SAKIT

.

Page 303: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

288 Astana Kastawa

.

Page 304: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

289Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Wid Kusuma adalah nama pena dari Widiharto Hadikusuma.Lahir di Tegal, 3 Desember 1955 dan meninggal di Yogyakarta 6Mei 2011. Sebelum karya-karyanya diterbitkan dalam bentuk

Post, dan lain-lain. Karyanya yang sudah terbit adalah Mahkotayang Terbelah seri 1-4. Sementara cerbernya yang lain yang terbitadalah Bunga Talaud dan Petaka yang Tersisa.

Wid Kusuma (1955-2011)

.

buku, ia banyak menulis cerita bersambung di berbagai mediamassa, di antaranya SKH Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Bali

Page 305: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

290 Astana Kastawa

.

Page 306: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

291Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

Hari menjelang senja. Sebentar lagi matahari akan tenggelamdan siang akan berganti malam. Sudah waktunya kegelapan ma-lam mempersiapkan diri untuk menggantikan siang hari yanghingar-bingar. Dengan penuh keagungan, kegelapan malam punmenyelimuti bumi dan menyadarkan sebagian penghuninyauntuk melepas kegiatan yang sudah dikerjakan seharian, danmereka dipersilakan untuk beristirahat.

Namun demikian, rupanya sore itu musim sedang tidak ber-sahabat bagi sebagian penghuni bumi yang lain. Burung-burungmalam yang biasanya sudah siap untuk meninggalkan sarangdemi sejumput makanan, kali ini justru tergesa-gesa terbang me-rendah mencari dedaun kering dalam ukuran yang agak lebar,untuk kemudian dipatuk erat-erat dan dibawa pulang menujusarang. Burung-burung tersebut bahu-membahu menerbangkandedaun kering agar dapat terkumpul lebih cepat. Selanjutnya,daun-daun kering itu pun disusun sedemikian rupa demi me-nambah kehangatan di sarang mereka.

Sementara itu, dari arah barat, awan hitam berarak menujusatu kawasan. Awan dengan arak-arakan lembut tersebut mem-bawa tetes-tetes embun yang menggerombol tertiup angin. Pelannamun pasti kawasan tersebut segera tertutup awan gelap, dandalam sekecap cakrawala pandang pun ikut menjadi hitam pekat.

Beberapa saat kemudian, tetesan embun kecil dalam arak-arakan awan hitam tersebut jatuh satu per satu menyentuh tanah.Semakin lama semakin banyak dan cepat tak terhindarkan.

MAHKOTA YANG TERBELAH1

Dalam Pelarian

.

Page 307: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

292 Astana Kastawa

Tetes-tetes tersebut runtuh menjelma hujan malam yang deras.Bumi yang sepanjang hari tadi terpanggang panas pun mulaibasah. Angin juga tak ingin ketinggalan. Dan tiupannya semakinlama semakin kencang menerjang bumi. Alhasil, Hujan benar-benar lebat dan sama sekali tak mengenal kompromi.

Burung-burung malam dengan cerdik telah mencermatitanda-tanda alam dan telah siap dengan payungnya. Sarang-sarang mereka telah diatur sedemikian rupa, sehingga air hujanyang deras itu tidak akan merembes masuk dan membasahi isti-rahat mereka. Bagi induk burung yang sedang mengeram, tentusaja telur mereka akan tetap terjaga oleh kehangatan yang me-nyelimuti rongga-rongga sarang, dan telur-telur yang akanmenghadirkan generasi baru itu pun akan tetap aman terjaga.

Burung-burung malam tersebut dengan ikhlas mengurung-kan niat mereka untuk mencari makanan. Sebab mereka telahmenyadari isyarat alam akan datangnya hujan lebat. Sangat me-ngagumkan. Dengan insting mereka, burung-burung tersebutmampu mendeteksi tanda-tanda alam.

Patut disayangkan, mengapa makhluk hidup paling sempur-na yang bernama manusia justru tidak mampu saling bahu-mem-bahu dan bekerja sama demi keharmonisan dalam bermasyarakatdan bernegara. Sebaliknya, mereka justru berebut kepentingan.Perebutan kepentingan ini pulalah yang menyebabkan runtuhnyasebuah kerajaan besar yang sekian abad menjadi penguasa Nu-santara. Sebuah kenyataan yang pahit, namun demikianlahadanya.

***Hujan malam yang deras mulai mereda. Sedikit demi sedikit

awan gelap yang membawa titik-titik hujan mulai lenyap tertiupangin malam yang lembut. Hanya tinggal rinai-rinai kecil yangmasih terus menyapa bumi, dan secara samar-samar sang candramuncul menyapu awan hitam yang masih tersisa. Demikian pula

.

dengan bintang-gemintang yang mulai menampakkan diri danberkelap-kelip ceria. Walau malam masih sedikit pekat, muncul-

Page 308: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

293Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

nya bulan dan bintang memberi secercah harapan akan cerahnyapagi keesokan hari.

Dalam pada itu, di tengah gelapnya malam, tampak tigaorang berlari cepat sekali seperti dikejar atau menghindari se-suatu yang tak diinginkan. Mereka berlari dengan mengandalkansisa-sisa kekuatan. Ada kalanya mereka berhenti dan menengokke belakang, hanya untuk kembali berlari lagi. Ketiganya seakantidak memperdulikan jalan yang masih becek penuh lumpur yangtentunya mengakibatkan basahnya pakaian mereka.

Begitu sampai di suatu tempat yang menurut perhitunganmereka sudah cukup aman dan jauh dari padukuhan, salah se-orang dari mereka pun mulai memberi isyarat untuk berhenti.Ketiganya menyeka wajah dan badan dari sisa-sisa hujan derastadi yang bercampur dengan keringat yang mengukur dari tubuhmereka.

“Kangmas Sembrani,” salah seorang dari ketiganya membukasuara dengan napas tersengal. “Sudah terlalu jauh kita mening-galkan Kotaraja. Selanjutnya kita akan ke mana?”

Orang yang dipanggil dengan nama Kangmas Sembranitersebut masih diam belum memberikan jawaban. Ia hanya mem-perhatikan pemuda gagah yang tadi bertanya sambil berjongkokmengambil sesuatu dari kampil kecil yang terbuat dari anyamanhalus dan dirajut dengan sedemikian rupa. Dilihat dari halusnyabahan rajutan tersebut, bisa dipastikan bahwa pemilik kampilanyaman itu adalah seorang bangsawan tinggi.

“Maaf, Raden. Sebaiknya Raden segera menanggalkan pa-kaian kebangsawanan yang Raden kenakan. Saya masih menyim-pan sepasang pakaian rakyat jelata,” ujar orang yang dipanggilKangmas Sembrani tadi, seraya menyerahkan pakaian yang iamaksud kepada orang yang dihormatinya dengan panggilanRaden itu.

“Betul, Raden,” sela seorang lagi, seorang gadis muda. “Apayang dikatakan oleh Kangmas Sembrani mohon dipertim-bangkan.”

.

Page 309: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

294 Astana Kastawa

“Ah..., Nimas kok ikut-ikutan,” sahut orang yang agaknyasangat dihormati oleh kedua rekannya tersebut. “Kalaupun akuharus berganti baju, sebaiknya Nimas bersembunyi dulu.”

“Silakan Raden. Toh saya juga tidak memiliki kepentinganjika melihat Raden ganti baju dan celana di sini,” gurau gadisyang agaknya paling muda di antara mereka bertiga.

yang sedari tadi disapa dengan panggilan Raden itu sambil ter-senyum.

Ia memang masih mengenakan pakaian kebesaran seorangbangsawanan dari sebuah kerajaan yang pernah dikagumi dandibanggakan oleh segenap penghuni Nusantara. Perawakannyayang gagah, parasnya yang muda penuh wibawa, dan sorot ma-tanya yang tajam menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yangtidak mengenal putus asa. Bahkan dari wajah halus dan sorotmata tajamnya tersimpan sebuah cita-cita yang luhur, yaitu se-buah keinginan untuk mengembalikan kejayaan nenek mo-yangnya.

Setelah menerima pakaian rakyat jelata dari Sembrani, iapun menyingkir ke tempat yang tersembunyi untuk bergantipakaian. Selesai berganti pakaian, ia pun kembali mendekatikedua temannya. Sembrani meminta pakaian kebangsawananyang tadi untuk kemudian disembunyikan di dalam tas. Sem-brani sengaja melakukan hal ini, karena ia tidak ingin jati dirimereka bertiga ketahuan orang lain.

“Wah, sekalipun telah memakai pakaian rakyat jelata, Radentetap terlihat tampan,” celetuk Tamarasuri.

Sangat mengagumkan sikap positif dari ketiga sahabat itu.Dalam keadaan demikian menegangkan, mereka masih menyem-patkan diri untuk bercanda, walaupun di dalam canda merekaitu bisa dirasakan kegetiran yang cukup pahit.

Pemuda itu tidak menanggapi godaan gadis muda bernamaTamarasuri itu dengan serius. Ia kemudian memandang kedua

.

gurau dalam keadaan genting seperti ini,” sergah lelaki gagak“Nimas Suri... aku heran, kenapa Nimas masih bisa juga ber-

Page 310: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

295Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

temannya itu silih-berganti. Agaknya ada sesuatu yang mengge-lisahkan hatinya. Kendati demikian, ia tetap berusaha untuk ber-pikir tenang dan jernih. Ia berprinsip bahwa semua yang akandilakukan harus dipikirkan masak-masak, agar dapat mengu-rangi kendala yang mungkin akan menghadang.

“Kangmas dan Nimas belum menjawab pertanyaanku. Se-baiknya kita pergi ke mana?” terlihat jelas jika anak muda yangdisapa raden itu benar-benar mengharapkan sebuah jawabanyang pasti agar bisa dengan segera menentukan langkah yangtepat.

Sembrani dan Tamarasuri terkejut mendengar perubahanarah pembicaraan yang dilakukan oleh pemuda Tampan itu. dan,sementara mereka berdua masih memikirkan jawabannya, lelakiitu menimpali, “Bagaimana jika kita ke Pengging?”

“Jangan, Adimas Raden,” sahut Sembrani. “Terlalu jauh.Apalagi Pengging terlalu dekat dengan Demak Bintara. Keber-adaan kita bisa dengan mudah terlacak oleh telik sandi dariKasultanan demak. Selain itu, Pengging termasuk juga kawasanyang menjadi tempat penjelajahan sunan, terutama KanjengSunan Kalijaga.”

“Bukankah Pamanda Pangeran Handayaningrat sudah te-rang-terangan tidak sejalan dengan Kangmas Jin Bun?”

Adimas Raden Ranawijaya, masih banyak tempat selainPengging yang bisa kita datangi dan lebih mudah untuk kitakehendaki nantinya,” terang Sembrani mempertahankan pen-dapatnya.

Ya, pemuda gagah dan tampan itu adalah Raden Ranawijaya,putra kedua Bhre Pandhan Salas III. Terang saja kedua orangyang menemaninya menaruh hormat begitu tunduk.

Mendengar pernyataan Raden Ranawijaya itu, suasana men-dadak hening. Ketiganya pun kembali harus mencari kemung-kinan-kemungkinan tempat yang aman untuk bersembunyi. Se-buah usaha yang sulit, mengingat di setiap sudut kerasaan sudahdipenuhi oleh telik sandi yang sengaja disebarkan oleh Panem-

.

Page 311: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

296 Astana Kastawa

bahan Jin Bun yang menjadi penguasa baru menggantikan ke-dudukan Majapahit, yang runtuh diterjang pasukan DemakBintara.

Sempat terlintas beberapa tempat persembunyian di benakmereka bertiga, semisal Kediri, Jenggala, Tumapel, dan Terung.Akan tetapi, tempat-tempat itu pun masih bisa dianggap berba-haya, dan keberadaan mereka di sana akan mudah diketahuilawan dalam waktu singkat. Ketiga sahabat yang sedang dalampelarian itu benar-benar harus berpikir matang. Sebab, salahpilih tempat akan berakibat fatal bagi jiwa mereka bertiga.

Tiba-tiba Tamarasuri memecah keheningan dengan menga-takan, “Kangmas berdua, bagaimana kalau kita pergi keTrailokyapuri saja?”

Sembrani dan Raden Ranawijaya terkejut. Mata keduanyaterbelalak. Jelas terlihat jika mereka tidak setuju dengan usulantersebut. Karena Trailokyapuri terlampau dekat dengan DemakBintara, sehingga besar kemungkinan mereka akan tertangkap.

Namun, tentu Tamarasuri memiliki perhitungan tersendiriterkait usulannya yang terkesan nyleneh. Terkadang, perasaanperempuan memang lebih tajam tinimbang laki-laki, karenamereka memiliki naluri keibuan yang cenderung pada kemam-puan untuk melindungi. Bukankah setiap bayi akan selalu merasaaman di dalam pelukan ibunya?

“Nimas Suri, coba katakan alasanmu mengapa kita justrusebaiknya pergi ke Trailokyapuri?” tanya Raden Ranawijaya da-lam nada agak penasaran. “Bukankah itu justru sangat berbahasabagi pelarian kita? Tempat itu masih terlalu dekat dengan pusatkerajaan dan bisa dijangkau oleh pasukan kerajaan dengancepat.”

“Memang benar jika tempat itu masih berbahaya bagi kita.tapi, apakah kangmas berdua sudah lupa pada ungkapan lamadalam dunia kanuragan yang mengatakan bahwa tempat ber-sembunyi yang paling aman justru di tempat paling berbahaya?”tegas Tamarasuri pada pendiriannya.

.

Page 312: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

297Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

“Jika demikian, maka justru kalian yang akan terbebani. Akurasa kurang bijak kalau kalian berdua ikut memikirkan urusanyang berbau pribadi,” Raden Ranawijaya tetap tidak setuju padasaran yang disampaikan oleh Tamarasuri.

“Ingat, Raden! Raden harus secepatnya berada di Keling.Nah, di trailokyapuri kita bisa mendengar pendapat guru kita.Dan yang terpenting, Raden tidak terlalu jauh meninggalkanistana.”

Raden Ranawijaya terdiam. Ia memang harus bertanggungjawab atas Kediri yang nantinya menjadi titik pergerakan merekauntuk merebut kembali kerajaan Majapahit. Dengan jarak yangtak begitu jauh, pasukan Demak Bintara tentu akan berpikir se-ribu kali lipat jika akan menyerang tempat itu. Kita semua tahubahwa Kediri dipandang lebih kuat dalam kemandirian dandalam cinta terhadap bumi tumpah darahnya.

Dalam kesunyian itu, Sembrani membenarkan pendapat Ta-marasuri. “Raden Ranawijaya, sepertinya ada benarnya apa yangdikatakan oleh Nimas Suri.”

Tamarasuri pun kembali menegaskan pendapatnya, “RadenRanawijaya, untuk membangun kembali kekuatan kita yang su-dah porak-poranda, kami akan menghubungi sejumlah tokohyang masih mau bersetia, dan jika mereka sudah bersatu, tentuharus ada yang mengendalikan. Dan, Radenlah orangnya!”

Sesungguhnya, Tamarasuri memiliki pertimbangan tersen-diri yang sengaja tak ia katakan kepada Raden Ranawijaya yangdiyakininya akan mampu meneruskan trah Rajasa. Itulahsebabnya, mengapa ia bersikukuh pada pendapatnya.

Walau Sembrani sependapat dengan Tamarasuri, namun iamasih merasa terusik dengan silang pendapat yang terjadi. Iapun merasa perlu mengambil sikap, karena memang ia adalahyang tertua dalam rombongan itu.

“Nimas Suri, mungkin Raden Ranawijaya masih mengang-gap bahwa usulmu berbahaya bagi keselamatan kita bertiga.

.

Page 313: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

298 Astana Kastawa

Sebaiknya kita berpikir kemungkinan yang lain saja,” potongSembrani.

“Tidak Kangmas, pendapatku benar. Aku yakin pada kebe-naran pepatah bijak itu,” tegas gadis yang bernama lengkap DyahTamarasuri tersebut.

Melihat keteguhan Tamarasuri, Raden Ranawijaya danSembrani pun kembali terdiam. Namun mereka tetap berusahamencari daerah lain yang dapat disinggahi untuk, setidaknyamendapatkan makanan dan pakaian ganti. Mereka sadar, bahwadalam keadaan yang tidak menentu seperti sekarang ini, kawanbisa menjadi lawan dan demikian pula sebaliknya.

“Sebaiknya kita melanjutkan perjalanan,” ujar Dyah Tama-rasuri seraya mendongak memperhatikan langit yang masih ge-lap. “Masalah tempat persembunyian kita, baiklah, kita pikirkankembali sambil berjalan. Semoga sebelum pagi kita sudah mene-mukan sebuah pedukuhan, dan bisa menumpang di rumah war-ga untuk beristirahat sebentar sambil mengeringkan pakaian kitayang basah,” ajak Dyah Tamarasuri kepada keduanya.

“Baiklah, Nimas, aku setuju. Kita bisa menemukan tempatsambil tetap berjalan,” tukas Raden Ranawijaya.

“Aku juga setuju, Raden. Usulan Nimas Suri bisa kita pikir-kan nanti sambil memperhatikan keadaan secermat mungkin,”sambut Sembrani.

Demikianlah, ketiga orang terhormat itu melanjutkan perja-lanan mereka tanpa tujuan yang jelas. Ini terjadi karena situasimemang tidak menguntungkan bagi mereka bertiga. Terlebihlagi setelah Nyoo Lay Wa ditunjuk oleh panembahan Jin Bunsebagai penguasa boneka tahta kerajaan Majapahit menggantikanPrabu Kertabumi.

Begitulah akhir sebuah babak perjalanan kerajaan besar yangpernah menguasai Nusantara. Majapahit hanya tinggal ke-nangan. Wilayahnya diambil alih oleh dinasti baru yang berpusatdi daerah Demak Bintara, yang sebelumnya dikenal dengan na-ma Glagahwangi. Sebuah daerah yang diberikan Prabu Kertabu-

.

Page 314: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

299Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

mi kepada anaknya sendiri, Panembahan Jin Bun. Akan tetapi,setelah kawasan hutan Glagahwangi tersebut menjadi daerahyang ramai dan memiliki banyak pengaruh, Panembahan Jin Bunjustru mengerahkan kekuatan untuk menyerang dan menaklukanMajapahit yang dipimpin oleh ayahandanya sendiri.

***

Dan seterusnya....

.

Page 315: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

300 Astana Kastawa

.

Page 316: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

301Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II

BUKU:Ajidarma, Seno Gumira (ed.). 2003. Dua Kelamin bagi Midin: Cerpen

Kompas Pilihan 1970-1980. Jakarta: Kompas.Asyik, M. Nurgani. 1989. Kumpulan Puisi Nyanyian Sunyi . Insan

Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika, SurabayaWirofens Group dengan Masyarakat Poetika Indonesia.

Eneste, Pamusuk. 1990. Leksikon Kesusasteraan Indonesia. Jakarta:Erlangga.

Jabrohim (ed). 1991. Melodia Rumah Cinta , Yogyakarta:Masyarakat Poetika Indonesia.

Joesro, Badjuri Doellah. 1994. Kudengar Tembang Buruh PuisiPilihan Tahun 1987-1991. (Antologi puisi ke-29). Yogyakarta:Media Widya Mandala.

Kusuma, Wid. 2011. Mahkota yang Terbelah 1. Yogyakarta: DivaPress.

Mardianto, Herry, Achmad Abidan, Rijanto. 2009. AntologiCerpen Indonesia di Yogyakarta. Yogyakarta: Balai Bahasa DIY.

Mardianto, Herry, Achmad Abidan, Tirto Suwondo, Rijanto.2009. Perempuan Bermulut Api. Yogyakarta: Balai Bahasa DIY.

Pragolapati, Ragil Suwarna (ed.). 1989. Paseban: Antologi 97 Puisi18 Penyair Bantul. Bantul: Paguyuban Teater Bantul.

--------. 1989. Sang Persadawan: 125 Puisi 17 Penyair, Yogyakarta:Studiklub Yoga Sastrapers.

Raharjo, Kuswahyo S.S. 1989. Kali Boyong. Antologi 28 PuisiMateri pentas Karta Pustaka.

SUMBER TULISAN

.

Page 317: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.

302 Astana Kastawa

Santosa, Iman Budhi., Mustofa W. Hasyim, Emha Ainun Nadjib,

Malioboro: Refleksi dan Pemaknaan Kiprah Persada Studi Klub1969-1977 di Yogyakarta. Jakarta: Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional.

Santoso, Puji. 1993. Biografi Pengarang Mahatmanto dan Karyanya.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Siagian, Renvile (ed.). 1998. Gerbong: Antologi Cerpen dan PuisiIndonesia Modern. Yogyakarta: Yayasan Cempaka Kencana.

----------. 2011. Equator: Antologi Puisi Indonesia Modern.Yogyakarta: Yayasan Cempaka Kencana.

Stanis, Catur. 2014. Masdab. Yogyakarta: Garudhawaca.Suryadi Ag, Linus (ed.). 1987. Tonggak 2. Jakarta: Gramedia.----------. 1987. Tugu: Antologi 32 Penyair Yogya. Yogyakarta:

Dewan Kebudayaan DIY.Wardhana, Veven Sp. 2012. Panggil Aku: Pheng Hwa. Jakarta:

Gramedia.

Majalah/Koran:Horison, No. 6, Th. III, Juni 1968Horison, No. 1, Th. IV, Januari 1969Bulak, No. 1, 2001Kedaulatan Rakyat, 31 Juli 2011Pelopor Yogya, 10 Januari 1971Sastra, No. 10, Th. VII, Oktober 1969Sastra, No. 10, Th. VII, Oktober 1969

Naskah:Antologi Puisi Penyair Yogya Tiga Generasi. (Koleksi Budi

Nugroho).Sudjono, H. Pedro. Malam Penantian atawa Sang Pelacur. (Koleksi

Taman Budaya Yogyakarta).

.

Boedi ismanto, Mahwi Air Tawar (ed.). 2010. Orang-orang

Page 318: Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i - core.ac.uk · Antologi Karya Leluhur Sastra Indonesia II i ASTANA KASTAWA ANTOLOGI KARYA LELUHUR SASTRA INDONESIA II. ii Astana Kastawa.