KARSINOMA LARING
Click here to load reader
-
Upload
mila-astari -
Category
Documents
-
view
39 -
download
1
Transcript of KARSINOMA LARING
KARSINOMA LARING
Karsinoma laring adalah tumor ganas kepala leher yang sering ditemukan.
Belakangan ini angka kejadiannya cenderung naik. Terapi kanker laring terutama
dengan operasi dan radiasi. Pada waktu terapi radikal kanker laring harus
diupayakan menjaga atau merekonstruksi fungsi vokal pasien. Meningkatkan
kualitas hidup.
Anatomi dan faal
Laring adalah saluran pernapasan dan organ produksi suara terletak ditengah
depan leher pada tingkatan vertebra cervikal ke 4-5. Ke atas melalui apertura
laring berhubungan dengan faring.kebawah berhubungan dengan trakea. Di
depannya terdapat kulit, fasia superficial, facia profunda coli dan kelompok otot
subhioid yang menutupinya. Di kedua sisinya bersentuhan dengan pembuluh
darah, saraf dan lobus lateral kelenjar tiroid leher.
Perbatasan leher
Batas superior : facies lingual epiglotik, margo bebas epiglotik, plika ari-
epiglotik bilateral, area kartilago aritenoid bilateral.
Batas inferior : margo inferior kartilago krikoid.
Batas anterior : membran tirohioidea, pars anterior kartilago tiroidea, membran
krikotiroidea, arkus kartilago krikoidea.
Batas posterior: area inter-aritenoidea, lamina kartilago krikoidea.
Batas lateral : margo lateral kartilago epiglotik, plika ari-epiglotik, setengah
bagian depan lamina kartilago tiroidea, mukosa dinding medial resesus piriformis
bilateral.
Pembagian area anatomis laring
Secara anatomis laring dibagi menjadi area supraglotis, area glotis dan area
subglotis.
Area supraglotis : dari margo superior laring sampai margo superior pita
suara adalah area supraglotis, mencakup facies lingual epiglotis, margo bebas
epiglotis, facies laringea epiglotis, plika ari-epiglotik bilateral, area kartilago
aritenoid bilateral, plika ventrikular bilateral dan ventrikulus laringeus bilateral.
Area glotis : mencakup kedua suara, komisura anterior dan posterior.
Area subglotis : area ini mencakup antara margo inferior pita suara dan
margo inferior kartilago krikoidea.
Struktur laring
Struktur laring relatif rumit, dibentuk dari kartilago, persendian, ligamen, otot dan
mukosa.
Kartilago laring : kerangka penyangga terbentuk dari kartilago tiroidea,
kartilago krikoidea dan kartilago epiglotik yang tidak berpasangan. Selain itu
terdapat pasangan aritenoidea, kartilago kornikulata dan kartilago kuneata yang
melekat pada kerangka tersebut.
Persendian dan ligamen laring : mencakup pertautan antara kartilago laring dan
antara kartilago dan os hioid, trakea. Persendiannya terdapat sendi krikoaritenoid,
sendi krikotiroidea. Ligamen laring terdapat konus elastikus (membrana
krikotiroidea), membrana kuadrangularis, membrana tiroioidea dan ligamen
krikotrakeale.
Otot laring : terutama terdapat otot intralaring dan otot ekstralaring
Rongga laring : rongga laring adalah rongga yang dibatasi oleh dinding laring,
sebelah dalam dilapisi mukosa, keatas berhubungan dengan mukosa laringo-
faring, kebawah berhubungan dengan mukosa trakea.
Celah laring : laring memiliki 3 celah yaitu celah pre-epiglotik, celah paraglotik
dan celah rathke.
Pasokan darah laring : pasokan darah laring berasal dari percabangan arteri
tiroidea superior yaitu arteri krikotiroidea dan arteri laringea superior dan cabang
arteri laringea superior yaitu arteri laringea inferior.
Persarafan laring : saraf ke laring berasal dari nervus vagus yaitu nervus
laringea superior dan nervus rekuren laringea.
Epidemiologi
Belakangan ini jumlah pasien karsinoma laring cenderung meningkat. Insiden
kanker laring bervariasi menurut tempat. Laporan dari China, insiden di kawasan
Timur Laut lebih tinggi, di perkotaan lebih tinggi dari perdesaan, kota industri
berat lebih tinggi dari kota industri ringan.
Kanker laring umumnya terjadi pada usia 50-69 tahun, pria jauh lebih tinggi dari
wanita.
Etiologi
Hingga kini etiologi kanker laring belum sepenuhnya dipahami, umumnya
dianggap kanker laring berkaitan dengan faktor di bawah ini :
1. Merokok
Yang paling erat dengan kejadian kanker laring adalah merokok, dari pasien
kanker laring yang merokok sekitar 95%, usia terjadinya penyakit di kalangan
pasien kanker laring dengan riwayat merokok dibandingkan yang tidak
merokok lebih kecil sekitar 10 tahun.
2. Infeksi virus
Kejadian kanker laring mungkin berkaitan dengan infeksi virus papiloma
humanus (HPV).
3. Onkogen, gen supresor tumor
Riset genetik kanker laring menunjukkan, timbul dan berkembangnya kanker
laring berkaitan dengan mutasi, replika onkogen ras, myc dll dan inaktivasi
supresor gen P53.
4. Hormon kelamin
Ratio pasien pria:wanita kanker laring adalah 5-10:1, reseptor hormon
estrogen ER jaringan kanker laring terdeteksi positif pada 68-80%, angka
positif reseptor testosteron adalah 50-100%, pertanda timbul dan
berkembangnya kanker laring berkaitan dengan hormon kelamin.
Patologi
Klasifikasi Patologi
Klasifikasi tipe patologi umum kanker laring dapat dibagi menjadi tipe ulserasi,
kembang kol, nodular dan plakat. Lebih dari 90% kanker laring adalah karsinoma
sel skuamosa, kemudian karsinoma in situ, adenokarsinoma, sarkoma, dll.
Metastasis
1. Metastasis kelenjar limfe : berkaitan dengan lokasi lesi primer kanker
laring.
2. Metastasis jauh : metastasis sistemik 1-4%. Metastasis jauh
yang dilaporkan RS Kanker Universitas Medis Zhongshan adalah 8,6%.
Lokasinya terbanyak ke paru, berikut berturut-turut adalah hati, tulang,
kulit. Dari laporan autopsi angka metastasis jauh dapat mencapai 30%.
Kekhasan Klinis
Manifestasi klinis utama ketika pasien kanker laring berkonsultasi adalah : suara
parau, terasa benda asing di tenggorokan, batuk dan hemoptisis, sukar bernafas,
tumor di leher, dll. Manifestasi itu bervariasi menurut lokasi dan stadiumnya.
1. Kanker area supraglotis
Pada fase dini dapat asimtomatik atau hanya rasa tak enak di tekak, rasa benda
asing di tenggorokan. Dengan berkembangnya penyakit dapat timbul nyeri
tekak, lebih hebat waktu menelan, menggangu makan, menjalar ke telinga dan
ipsilateral. Membesarnya tumor menimbulkan luka, timbul batuk dan
hemoptisis. Bila tumor infiltrasi ke bawah ke area glotis timbul suara serak.
Pasien stadium lanjut menderita gangguan menelan, sulit nafas dan gejala lain.
2. Kanker area glotis
Pada stadium awal timbul suara serak, secara progresif bertambah parah,
karena area glotis merupakan tempat tersempit di laring, maka ketika kanker
membesar sampe batas tertentu timbul stridor laring dan dispnea inspiratorik.
Pasien stadium lanjut dapat timbul sakit tekak, hemoptisis dan gejala lain.
3. Kanker area subglotik
Gejala awal tidak menonjol. Ketika tumor membesar, mengalami ulserasi
maka timbul batuk, hemoptisis dll. Bila tumor mengenai pita suara timbul
suara serak. Bila tumor mengobstruksi jalan nafas, timbul sesak nafas.
Diagnosis
Suara serak atau terasa benda asing di tekak tanpa sebab jelas, setelah diobati
gejalanya keluhan tidak berkurang, usia pasien diatas 40 tahun, dengan riwayat
merokok harus difikirkan kemungkinan kanker laring. Setelah anamnesis cermat,
harus dilakukan pemeriksaan berikut ini :
1. Pemeriksaan klinis
a. Penampilan luar laring : kanker laring dini morfologi tidak berubah,
pada stadium lanjut tumor mendesak atau menginfiltrasi kartilago
tiroidea hingga morfologi laring bertambah lebar, deformasi dan
insisura kartilago tiroidea superior lenyap.
b. Pemeriksaan kelenjar limfe leher : perhatikan untaian kelenjar limfe
jugularis interna kedua sisi dan kelenjar limfe laring, pretrakea apakah
membesar.
2. Pemeriksaan laringoskop
a. Laringoskopi indirek : metode pemeriksaan paling sering dan dasar.
Bila ditemukan tumor dapat dijepit jaringan untuk pemeriksaan
patologi atau apusan untuk pemeriksaan sitologi.
b. Laringoskopi serat optik : dapat melihat jelas bagian yang sulit dilihat
dengan laringoskop indirek ; dapat direkam, difoto untuk di
dokumentasikan ; dapat dijepit jaringan untuk pemeriksaan patologi,
merupakan pemeriksaan standar kanker laring.
3. Pemeriksaan sinar X
a. Rontgen polos laring frontal, lateral : dapat melihat lokasi, lingkup
tumor, kondisi saluran nafas, ada tidaknya destruksi kartilago tiroidea
dan ada tidaknya penebalan bayangan jaringan lunak prevertebral dll.
b. Foto menelan barium : terutama untuk memahami kondisi hipofaring
dan aditus esofagus. Kini pemeriksaan sinar X laring sudah jarang
digunakan.
4. Pemeriksaan CT dan MRI
CT laring dapat secara lebih baik menunjukkan keberadaan tumor, tepinya,
lokasinya, lingkup invasinya, jaringan lunak atau kartikago serta infiltrasi
ke kelenjar limfe, dll. Berguna meningkatkan akurasi penentuan stadium
TNM klinis. Kelebihan MRI laring adalah daya beda terhadap jaringan
lunak lebih tinggi dari CT.
5. Pemeriksaan Patologi
Pemeriksaan patologi merupakan pemeriksaan penentu sifat kanker laring,
termasuk pemeriksaan sitologi deskuamasi dan pemeriksaan biopsi.
Penentuan Tipe dan Stadium Klinis
Klasifikasi Kinis
Klasifikasi klinis TNM kanker laring menurut UICC tahun 2002 :
T : tumor primer
TX : tumor primer tak dapat dinilai
T 0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : karsinoma in situ
Area supraglotis :
T1 : tumor terbatas pada suatu subarea di area supraglotis, gerakan pita suara
normal.
T2 : tumor infiltrasi >1 subarea di supraglotis, glotis atau area diluar area
supraglotis, tanpa fiksasi laring.
T3 : tumor terbatas di dalam laring, di sertai fiksasi pita suara dan/atau
infiltrasi kemanapun dari struktur berikut : area posterior krikoid, celah anterior
epiglotis, bagian dalam pangkal lidah.
T4 : tumor menembus kartilago tiroidea dan/atau mengenai jaringan lunak
leher, kelenjar tiroid, esofagus.
Area glotis :
T1 : tumor terbatas pada pita suara , gerakan pita suara normal.
T1a : tumor terbatas di pita suara satu sisi.
T1b : tumor mengenai pita suara di kedua sisi.
T2 : tumor ekspansi ke supraglotis atau subglotis, dan/atau gerakan pita suara
terbatas.
T3 : tumor terbatas di dalam laring, pita suara terfiksasi.
T4 : tumor menembus kartilago tiroidea, dan/atau sampai ke luar laring,
misal, trakea, jaringan lunak leher, kelenjar tiroid, faring.
Area subglotis :
T1 : tumor terbatas pada area subglotis.
T2 : tumor mengenai pita suara, gerakan pita suara normal atau terbatas.
T3 : tumor terbatas dalam laring, pita suara terfiksasi.
T4 : tumor menembus kartilago krikoidea atau kartilago tiroidea, mengenai
jaringan luar laring, seperti ; trakea, jaringan lunak leher, kelenjar tiroid, esofagus.
N : kelenjar limfe regional.
NX : tidak dapat menilai adanya metastasis kelenjar limfe lokal.
N0 : tidak ada metastasis kelenjar limfe lokal.
N1 : metastasis ke satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter ≤ 3 cm.
N2 : metastasis ke satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter > 3 cm, ≤ 6 cm;
atau metastasis ke banyak kelenjar limfe ipsilateral, namun diameter terbesar < 6
cm; atau metastasis kelenjar limfe bilateral atau kontralateral, diameter terbesar ≤
6 cm.
N2a : metastasis ke satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter terbesar > 3 cm, ≤ 6
cm;
N2b : metastasis ke kelenjar limfe bilateral atau kontralateral, diameter terbesar
≤ 6 cm.
N3 : kelenjar limfe metastasis berdiameter terbesar > 6 cm.
M : metastasis sistemik.
MX : tidak dapat menilai ada tidaknya metastasis jauh.
M1 : ada metastasis jauh.
Penggolongan stadium klinis :
Stadium 0 : Tis, N0, M0
Stadium I : T1, N0, M0
Stadium II : T2, N0, M0
Stadium III : T3, N0, M0
T1-T3, N1, M0
Stadium IVA : T4, N0, M0
T4, N1, M0
T apapun, N2, M0
Stadium IVB : T apapun, N3, M0
Stadium IVC : T apapun, N apapun, M1.
TERAPI
Prinsip dalam memilih metode terapi
Terapi kanker laring terutama dengan operasi dan radioterapi. Prinsip umum
terapi kanker laring adalah pada stadium dini lokal (lesi T1 dan T2) terutama
dengan operasi dan radioterapi; stadium lanjut lokal (lesi T3 dan T4) dengan
terapi kombinasi operasi dan radiokemoterapi.
Radioterapi
1. Indikasi :
Keunggulan radioterapi adalah dapat mempertahankan fungsi vokalisasi pasien,
merupakan salah satu cara terapi efektif terhadap kanker laring stadium dini (T1).
Indikasinya meliputi : kelainan T1 kanker laring, patologi berupa kanker
diferensiasi buruk, kasus terapi perpaduan radioterapi dan operasi, tumor rekuren
pasca operasi dan residif, terapi paliatif kasus stadium lanjut. Setiap tumor dengan
nekrosis, infeksi, pasien dispnea, tidak boleh di radioterapi. Adenokarsinoma
tidak sensitif dengan radioterapi. Lesi metastasis kelenjar limfe leher kanker laring
dengan radioterapi hasilnya kurang baik.
2. Perencanaan radioterapi
Untuk mencapai hasil yang diharapkan radioterapi harus direncanakan dengan
baik. Isinya mencakup : penentuan lokasi, posisi tubuh, medan penyinaran dan
dosis.
3. Radioterapi pra-operasi, pasca operasi
Radioterapi pra-operasi sesuai untuk pasien stadium lanjut, tujuannya dengan
radioterapi membuat volumo tumor mengecil, barulah direseksi dengan operasi,
secara tuntas membersihkan lesi. Setelah radioterapi selesai 3-4 minggu dilakukan
operasi. Radioterapi pasca operasi umumnya untuk kasus yang tidak bersih
direseksi dengan operasi.
Terapi operasi
Operasi merupakan cara utama terapi kanker laring, tetapi setelah laringektomi
total pasien sama sekali kehilangan suara dan saluran nafas normal pun berubah.
Belakangan ini dengan meluasnya laringektomi parsial, semakin banyak pasien
kanker laring selain menjalani terapi kuratif tumornya dapat mempertahankan
fungsi bersuara dan jalan nafas normal.
Metode operasi untuk kanker laring terutama adalah :
1. Operasi lewat laringoskop penyangga
2. Laringektomi parsial
3. Laringektomi total
4. Penanganan kelenjar limfe leher pada kanker laring
5. Rekonstruksi vokalisasi pasca laringektomi total
Prognosis
Hasil terapi kanker laring cukup baik, semakin dini stadium klinis, prognosis
semakin baik. Kanker laring stadium dini dan sedang setelah diterapi secara sesuai
angka survival 5 tahun berkisar 70-80%. Kanker laring area glotis dibandingkan
area supraglotis prognosisnya lebih baik. Selain itu, seleksi metode terapi yang
tepat juga merupakan faktor penting peningkat efektivitas terapi kanker laring.