kARBOHIDRAT

11
I. Karbohidrat Karbohidrat merupakan konstituen yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam tanaman atau hewan (Sirait, 2007:87) Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur- unsur: C, H dan O, terutama terdapat didalam tumbuh- tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C6H12O6 dapat ditulis C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11 dan seterusnya, dan perumusan empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Sastrohamidjojo, H., 2005). Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat berbentuk glukosa dan glikogen. Fungsi karbohidrat yaitu, untuk sumber energi, pemanis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, penawar racun, baik untuk yang terkena konstipasi (sembelit), dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang lainnya (Sirait, 2007:87) II. Klasifikasi

description

KARBOOO

Transcript of kARBOHIDRAT

I. KarbohidratKarbohidrat merupakan konstituen yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam tanaman atau hewan (Sirait, 2007:87)Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O, terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C6H12O6 dapat ditulis C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11 dan seterusnya, dan perumusan empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Sastrohamidjojo, H., 2005).Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat berbentuk glukosa dan glikogen. Fungsi karbohidrat yaitu, untuk sumber energi, pemanis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, penawar racun, baik untuk yang terkena konstipasi (sembelit), dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang lainnya (Sirait, 2007:87)

II. Klasifikasi

Berdasarkan molekul penyusunnya, karbohidrat dibagi dalam tiga golongan yaitu monosakarida, Oligosakarida (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

II.1 Monosakarida

Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Beberapa contoh monosakarida ialah glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

II.2 Oligosakarida

Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Beberapa contoh oligosakarida (disakarida) yaitu sukrosa, laktosa, dan maltosa (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

II.3

Polisakarida

Pada umumnya, polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada monosakarida dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis, dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya ialah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).III. Identifikasi KarbohidratUji kualitatif kabrohidrat dibedakan atas uji umum dan uji khusus. Uji umum berlaku untuk semua karbohidrat, sedangkan uji khusus utuk karbohidrat tertentu (Sumardjo, 2008:235)III.1 Uji Umum Karbohidrat

Dalam uji umum ini, semua karbohidrat yang mempunyai atom karbon leih akan memberikan hasil akhir yang sama. Uji Molisch dan Uji Antrhron merupakan Uji umum untuk karbohidrat (Sumardjo, 2008:235).a. Uji Molisch

Dasar pengujian ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan -nafthol yang membentuk senywa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisis poliskarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa dan diikuti dehidrasi dan proses kondensasasi (Sumardjo, 2008:235).

Gambar 1. Reaksi Dehidrasi Heksosa (Sumardjo, 2008:235).

Gambar 2. Reaksi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan -nafthol (Sumardjo, 2008:236).b. Uji AnthronPrinsip uji ini sama dengan uji Molisch, yaitu terjadi tiga tahapan reaksi polisakarida atau disakarida dan dua tahapan reaksi untuk monoskarida (heksosa atau pentosa). Hidroksimetilfurfural atau furfural yang terbentuk karena kerja asam sulfat pekat berkondensasi dengan antron membentuk senyawa kompleks yang berwarna (Sumardjo, 2008:236)III.2 Uji Khusus Karbohidrat

Uji khusus untuk karbohidrat antara lain di uji terhadap karbohidrat pereduksi, uji khusus ketosa, dan uji khusus untuk pentosa (Sumardjo, 2008:236).III.2.1 Uji Terhadap Karbohidrat Pereduksi

a. Uji FehlingPereaksi Fehling terdiri atas Fehling A (34,65 gram kupri sulfat dalam 500 ml air) DAN Fehling B (Campuran 173 gram natrium hidroksida dan 125 gram kalium natrium tartrat dalam 500 mL air). Campuran Fehling A dan Larutan B merupakan larutan berwarna biru. Pereaksi Fehling ditambahkan karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terajdi perubahan warna dari biru -> Hijau -> Kuning -> kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kuprooksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak (Sumardjo, 2008:236).

Gambar. 3 Reaksi Karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Fehling

Dalam reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat, yang membentuk garam karena adanya basa, sedangkan pereaksi Fehling akan mengalami reduksi (Sumardjo, 2008:236-237).b. Uji Benedict

Uji benedict ini merupakan modifikasi pereaksi Fehling. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict akan terjadi perubahan warna dari biru -> hijau-> kemerah-merahan-> dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Seperti halnya pereaksi Fehling, dalam reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat, sedangkan pereaksi Benedict (sebagai Cu++) akan bereaksi menjadi kupro oksida. Jadi, dalam uji ini terjadi proses oksidasi dan proses reduksi (Sumardjo, 2008:237)

Gambar.4 Reaksi karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedictc. Uji TollensPereaksi Tollens dibuat dengan mereaksikan larutan perak nitrat dengan larutan amonium hidroksida secara perlahan sehingga endapan yang mula-mula terbentuk larut (Sumardjo, 2008:237-238)

Gambar. 5 Reaksi karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Tollens

Bila karbohidrat pereduksi dipanaskan dengan pereaksi Tollens dalam tabung reaksi bersih, terbentuk lapisan tipis menyerupai cermin pada bagian bawaah tabung percobaan. Dalam proses ini, karbohidrat pereduksi dioksidasi menjadi asam onat, yang segera membentuk garam amonium, sedangkan pereaksi Tollens direduksi sehingga dibebaskan logam perak, yang segera melekat pada bagian bwah dinding tabung percobaan berupa lapsan tipis menyerupai cermin (Sumardjo, 2008:237-238).d. Uji Barfoed

Berbeda dengan pereaksi- pereaksi lain yang digunakan untuk menunjukkan karbohidrat pereduksi, pereaksi Barfoed bersifat asam. Pada pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Barfoed, terjadi reaksi oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan reduksi pereaksi Barfoed (sebagai Cu++) akan bereaksi menjadi kupro oksida. Suasana asam dalam pereaksi Barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan kupro oksida pada reaksi dengan disakarida dan monosakarida berbeda. Pada konsentrasi dan kondisi yang sama, disakarida memberikan endapan lebih lambat daripada monosakarida. Berdasarkan hal ini, uji Barfoed dapat digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida (Sumardjo, 2008:237-238).

III.2.2 Uji Khusus untuk Ketosa

Uji Seliwanoff dipakai untuk menunjukkan adanya ketoheksosa, misalnya fruktosa. Pereaksi Seliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida encer. Pendidihan fruktosa dengan pereaksi Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah. Dua tahap rteaksi terjadi dalamm pendidihan ini, yaitu dehidrasi fruktosa oleh HCl yang ada dalamm pereaksi Seliwanoff membentuk hidroksimetilfurfural dan kondensasi hidroksimetilfurfural yang terbentuk dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah (Sumardjo, 2008:238).

Sakarosa akan menghasilkan hasil yang sama bila diuji dengan uji ini karena sakarosa akan mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa dalam proses ini. Fruktosa yang terbentuk ini memberikan warna merah ( Sumardjo, 2008:238-239).

Gambar 6. Reaksi dehidrasi fruktosa

Gambar 7. Reaksi Kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinolIII.2.3 Uji Khusus untuk Pentosa

Pentosa dapat ditunjukkan dengan uji Bial dan Uji Tauber. Pendidihan aldopentosa dengan pereaksi Bial akan menghasilkan larutan berwarna hijau. Bila aldopentosa dididihkan dengan pereaksi Tauber, dihasilkan warna pink sampai merah setelah didinginkan ( Sumardjo, 2008:239).

III.2.4 Uji Hidrolisis Pati

Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir ditegaskan dengan uji Benedict..DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, A dan Supriyanti, F.M.T. (2009). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).Sastrohamidjojo. H., (2005). Kimia Organik, Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi, Penerbit ITB, Bandung.Sumardjo, D. (2008). Pengantar kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasuswa Kedokteran dan Program strata I Fakultas biosekta. Jakarta: PenErbit EGC