Karbohidrat i

65
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT I Uji Molish Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Nur Rahayu Setiawati NRP : 113020117 Meja : 9 (Sembilan) Kelompok : D Asisten : Ogy Tanjung Wigelar Tgl Percobaan : 18 Maret 2013

description

 

Transcript of Karbohidrat i

Page 1: Karbohidrat i

LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN

KARBOHIDRAT IUji Molish

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan PraktikumBiokimia Pangan

Oleh :

Nama : Nur Rahayu SetiawatiNRP : 113020117Meja : 9 (Sembilan)Kelompok : DAsisten : Ogy Tanjung WigelarTgl Percobaan : 18 Maret 2013

LABORATORIUM BIOKIMIA PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2013

Page 2: Karbohidrat i

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGANKARBOHIDRAT I

UJI MOLISH

Nur Rahayu Setiawati : 113020117Tanty Sulistiani Widodo : 113020116

INTISARITujuan dari percobaan Uji Molisch adalah untuk mengetahui

adanya karbohidrat dalam sampel. Prinsip percobaan Uji Molisch adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4, sehingga terbentuk senyawa hidroksi metal furfural dengan penambahan α-naftol yang akan membentuk cincin senyawa kompleks berwarna ungu.

Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan Uji Molisch dapat diketahui bahwa semua sampel yaitu saos sambal, Yakult, Selai Strawberry, Pocari Sweat, dan air mineral mengandung karbohidrat. Tetapi, seharusnya pada sampel air mineral tidak mengandung karbohidrat, Hal ini disebabkan oleh human eror.

I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

1.1 Latar BelakangPerlu diketahui untuk melakukan aktivitas kita memerlukan

energi. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan yang kita makan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, salah satunya adalah karbohidrat (Poedjiadi, 1994).

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk. Walaupun jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 kkal, tetapi bila dibandingkan dengan protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Selain itu, beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat-serat yang berguna bagi pencernaan (Winarno, Hal 15, 1992).

Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa.

Page 3: Karbohidrat i

Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Rismaka, 2009)1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam sampel/bahan pangan.

1.3 Prinsip PercobaanBerdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4,

sehingga terbentuk senyawa hidroksi metal furfural dengan penambahan α-naftol yang akan membentuk cincin senyawa kompleks berwarna ungu.

1.4 Reaksi Percobaan

Gambar 1. Reaksi Uji Molis

Karbohidrat Senyawa Hidroksi Metil FurfuralH2SO4 pa

Hidroksi Metil Furfural + α- Naftol Senyawa Kompleks

Page 4: Karbohidrat i

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Fungsi Karbohidrat, (2) Jenis Karbohidrat, dan (3) Karbohidrat dalam Makanan

2.1 Fungsi KarbohidratKarbohidrat berperan dalam menentukan karakteristik

bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebiha, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolism lemak dan protein (Winarno. Hal 15, 2002).

Tubuh manusia terdapat karbohidrat yang dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Winarno, 2002).

Pada tanaman, karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil. Reaksi fotosintesis :

Gambar 2. Reaksi FotosintesisPenyerapan sinar matahari dilaksanakan oleh kloroplas

daun yaitu pada lapisan-lapisan yang disebut dengan thylakoid. Energi sinar matahari akan menaikkan tingkat energy electron klorofil dalam thylakoid dan membebaskan beberapa electron yang kemudian akan ditangkap akseptor elektron dalam suatu reaksi oksidasi. Dalam reaksi tersebut pada prinsipnya terjadi oksidasi H2O dengan membebaskan O2 dan membentuk ko-enzim tereduksi, misalnya FADH dan NADH + H+. Kemudian terjadi reduksi CO2 yang membentuk rantai CO2 teroksigenasi yang dapat menghasilkan karbohidrat, asam amino, lipida, serta asam-asam hidroksil. Bila dianalisis kloroplas daun mengandung sukrosa, pati, enzim, dan gula fosfat. Adanya komponen tersebut

CO2 + H2O (C6H12O6)n + O2

SM (Karbohidrat

Page 5: Karbohidrat i

mengakibatkan kloroplas dapat mensintesis beberapa senyawa lain, misalnya pectin, selulosa, hemiselulosa, pati, pentose, dan sebagainya (Winarno,Hal 16, 2002).

2.2 Jenis KarbohidratUmumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi

monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.2.2.1 Monosakarida

Monosakarida merupakan suatu molekul yang terdiri dari lima atau enam atom C. Monosakarida mempunyai satu gugus aldehida yang disebut dengan aldosa, sedangkan ketosa mempunyai satu gugus keton yang disebut ketosa. Monosakarida dengan enam atom C disebut dengan heksosa, misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Sedangkan yang memiliki lima atom C disebut dengan pentose, misalnya xilosa, arabinosa, dan ribose (Winarno, Hal 18, 2002).

Monosakarida paling sederhana yaitu gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Griseraldehida dapat disebut dengan aldotirosa, karena terdiri dari atom karbon dan mempunyai gugus aldehida. Monosakarida terdiri dari glukosa, fruktosa, galaktosa, dan pentosa (Poedjiadi, Hal 24-25,1994).2.2.2 Oligosakarida

Oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimerisasi dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul disebut disakarida dan bila tiga molekul disebut triosa. Sukrosa (sakarosa atau gula tebu) terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, sedangkan laktosaterdiri dari molekul glukosa dan galaktosa (Winarno, Hal 23, 2002).

Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam yaitu disakarida. Oligosakarida terdiri dari sukrosa, laktosa, maltose, rafinosa, dan stakiosa. Sukrosa merupakan gula yang kita kenal sehari-hari , baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Lktosa adalah suatu disakarida, karena hasil hidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 4 pada glukosa. Maltosa merupakan suatu disakarida yang terbentuk

Page 6: Karbohidrat i

dari dua molekul glukosa. Ikatan yang terjadi adalah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karena itu maltose masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan mempunyai sifat mereduksi. Rafinosa adalah suatu trisakarida yang terdiri atas tiga molekul monosakarida yang berikatan, yaitu, galaktosa-glukosa-fruktosa. Stakiosa adalah suatu tetrasakarida. Hidrolisis stakiosa menghasilkan 2 molekul galaktosa, 1 molekul glukosa, dan 1 molekul fruktosa (Poedjiadi, Hal 30-33, 1994).2.2.3 Polisakarida

Umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut heteropolisakarida. Polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid (Poedjiadi, Hal 35, 1994).

Amilum atau yang biasa disebut dengan pati ini merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pti terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut yang disebut dengan amilosa dan fraksi tidak larut disebut dengan amilopektin. Amilosa mempunyai striktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa sebanyak 4-5% dari berat total (Winarno, Hal 27, 2002)

Hidrolisis glikogen menghasilkan D-glukosa. Seperti dalam alam glikogen dan terdapat pada kerang dan pada alga atau rumput laut. Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan menambah etanol. Glikogen dapat memutar cahay terpolarisasi ke kanan. Struktur glikogen serupa dengan struktur amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang (Poedjiadi, Hal 37, 1994).

Mukopolisakarida adalah suatu heteropolisakarida, yaitu polisakarida yang terdiri atas dua jenis derivate monosakarida. Derivat monosakarida yang membentuk mukopolisakarida tersebut ialah gula amino dan asam uronat (Poedjiadi, Hal 39, 1994).2.3 Karbohidrat dalam Bahan Makanan

Umumnya buah-buahan mengandung monosakarida, seperti glukosa dan fruktosa. Disakarida, seperti gula tebu

Page 7: Karbohidrat i

banyak terkandung dalam batang tebu, didalam air susu terdapat laktosa atau gula susu. Beberapa oligosakarida seperti dekstrin terdapat dalam sirup, pati, roti, dan bir. Sedangkan berbagai polisakarida seperti pati, banyak terdapat dalam serelia dan umbi-umbian. Selulosa dan pectin banyak terdapat dlam buah-buahan. Selama proses pematangan, kandungan pati dalam buah-buahan berubah menjadi gula-gula pereduksi yang akan menimbulkan rasa manis. Dalam susu karbohidrat paling utama yaitu laktosa. Air susu sapi mengandung sekitar 5% laktosa, tetapi pada susu skim kering terkandung lebih dari 50% laktosa (Winarno, Hal 17, 2002).

Page 8: Karbohidrat i

1 mL larutan karbohidrat+ 3 tetes larutan Molisch (homogenkan)

Teteskan 2 mL H2SO4 (Pekat)

Amati terbentuknya cincin ungu

III BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Bahan yang digunakan, (2) Alat-alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan

3.1 Bahan yang digunakanBahan yang digunakan untuk percobaan Uji Molisch

adalah larutan H2SO4, larutan Molisch,

3.2 Alat yang digunakanAlat-alat yang digunakan pada Uji Molisch adalah tabung

reaksi, pipet tetes, gelas kimia..

3.3 Metode Percobaan

Gambar 2. Prosedur Uji Molisch

Page 9: Karbohidrat i

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan (2) Pembahasan

4.1 Hasil PengamatanBerdasarkan percobaan yang dilakukanmaka didapat

hasil pengamatan sebagai berikut :Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Molisch

Sampel Pereaksi Warna Hasil KeteranganSaos

Sambal

Larutan Molisch

+H2SO4

Cincin Ungu

+Mengandung Karbohidrat

YakultCincin Ungu

+Mengandung Karbohidrat

Selai Strawberry

Cincin Ungu

+Mengandung Karbohidrat

Pocary Sweat

Cincin Ungu

+Mengandung Karbohidrat

Air MineralCincin Ungu

+Mengandung Karbohidrat

(Sumber : Nur dan Tanty, Kelompok D, Meja 9, 2013)

Gambar 3. Foto Hasil Pengamatan Uji Molisch

Page 10: Karbohidrat i

4.2 PembahasanDari hasil percobaan dengan menggunakan Uji Molisch

dapat diketahui bahwa semua sampel yaitu saos sambal, Yakult, Selai Strawberry, Pocari Sweat, dan air mineral mengandung karbohidrat. Tetapi, seharusnya pada sampel air mineral tidak mengandung karbohidrat, Hal ini disebabkan oleh human eror

Larutan Molisch terdiri dari 1 gram α-naftol dalam 100 mL alkohol. Uji Molisch merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam bahan pangan. Dari hasil percobaan Uji Molisch dapat diketahui bahwa saos sambal, yakult, selai strawberry, pocary sweat, dan air mineral positif mengandung karbohidrat yang dapat diketahui terbentuknya cincin ungu. Tetapi, sampel air mineral seharusnya tidak mengandung karbohidrat. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor kesalahan dalam pengujian diantaranya yaitu kebersihan alat kurang diperhatikan, dan pipet yang digunakan secara bergantian tanpa dicuci kembali.

Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan dihidrolisis menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metal furfural. Furfural atau hidroksi metal furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi α-naftol melalui dinding gelas dan secara berhati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat. Cincin berwarna ungu yang terbentuk ada yang berada di atas, di tengah, dan di bawah. Hal ini disebabkan kareana adanya perbedaan viskositas dan berat jenis dari bahan atau sampel. Jika H2SO4 terlalu banyak ditambahkan maka hasil percobaan akan berwarna ungu semua. Apabila sampel yang sudah ditambahkan dengan asam sulfat pekat dibiarkan kontak dengan udara, maka cincin berwarna ungu akan terbentuk lama kelamaan akan hilang. Hal ini terjadi karena asam sulfat pekat akan bereaksi dengan udara (Sudarmaji, Hal 77, 2003).

Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat dalam uji karbohidrat. Monosakarida menghasilkan furfural atau derifatnya. Reaksi

Page 11: Karbohidrat i

pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa (Poedjiadi, Hal 41, 1994).

Pereaksi Molisch terdiri atas larutan a-naftol dalam alkohol. Apabila dua pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa kemudian ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan cair. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negative menunjukkan bukti bahwa tidak ada karbohidrat (Poedjiadi, Hal 42, 1994).

Fungsi asam asetat pekat pada Uji Molisch adalah untuk menghidrolisa karbohidrat menjadi monosakarida dan monosakarida terdehidrasi oleh asam asetat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Larutan H2SO4 pekat dapat diganti dengan asam pekat lain tetapi konsentrasi dan sifatnyanya harus sama dengan H2SO4 pekat seperti HCl dan HNO3. Jika H2SO4 terlalu banyak ditambahkan, maka hasil percobaan akan berwarna ungu semua. Apabila sampel yang sudah ditambahkan dengan asam sulfat pekat dibiarkan kontak dengan udara maka cincin berwarna ungu yang terbentuk lama-lama akan hilang. Hal ini dikarenakan asam sulfat pekat akan bereaksi dengan udara.

Cincin ungu berada di bawah karena berat jenis larutan H2SO4 lebih besar dan juga kadar air bahan pangan lebih banyak daripada H2SO4.

Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat dalam hal ini uji karbohidrat diatas, monosakarida menghasilkan furfural atau derifatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah: reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa (Salila, 2010).

Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan terhidrolisis menjadi monosalarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi α-naftol melalui dinding gelas dengan hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada

Page 12: Karbohidrat i

batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat. (Syafri, 2010)

Page 13: Karbohidrat i

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan Uji

Molisch dapat diketahui bahwa semua sampel yaitu saos sambal, Yakult, Selai Strawberry, Pocari Sweat, dan air mineral mengandung karbohidrat. Tetapi, seharusnya pada sampel air mineral tidak mengandung karbohidrat, Hal ini disebabkan oleh human eror dan alat yang tidak bersih.

5.2 SaranPraktikan harus selalu mengikuti prosedur percobaan

yang ada. Lalu selalu membersihkan dan mencuci alat dengan bersih setelah digunakan, agar pada saat metode selanjutnya, tidak terjadi kesalahan.

Page 14: Karbohidrat i

DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Jakarta.

Salila, Musrin. 2010. Laporan Biokimia Karbohidrat. http://sukseskimia-sukseskimia.blogspot.com/2010/04/laporan-biokimia-karbohidrat.html Diakses : 19 Maret 2013

Sudarmadji, Slamet. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta.

Syafri, Mariska. 2010. Analisis Kualitatif Karbohidrat. h ttp://mariskasyafri.blogspot.com/2012/05/analisis- kualitatif-karbohidrat.html. Diakses : 28 Maret 2013

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Page 15: Karbohidrat i

LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN

KARBOHIDRAT IUji Barfoed

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan PraktikumBiokimia Pangan

Oleh :

Nama : Nur Rahayu SetiawatiNRP : 113020117Meja : 9 (Sembilan)Kelompok : DAsisten : Ogy Tanjung WigelarTgl Percobaan : 18 Maret 2013

LABORATORIUM BIOKIMIA PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2013

Page 16: Karbohidrat i

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGANKARBOHIDRAT I

UJI BARFOED

Nur Rahayu Setiawati : 113020117Tanty Sulistiani Widodo : 113020116

INTISARITujuan dari percobaan Uji Barfoed adalah untuk mengetahui

adanya gula monosakarida pereduksi dalam sampel. Prinsip percobaan Uji Barfoed adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan larutan Barfoed berupa CuSO4,H2SO4 dalam suasana asam direduksi menjadi Cu2O dan membentuk endapan merah bata.

Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan Uji Barfoed dapat diketahui bahwa sampel Pocari Sweat, Larutan Fruktosa, Selai Strawberry, dan Kecap positif mengandung gula monosakarida pereduksi, sedangkan Air mineral tidak mengandung monosakarida pereduksi.

I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

1.1 Latar BelakangTatanama monosakarida tergantung dari gugus fungsional

yang dimiliki dan letak gugus hidroksilnya. Monosakarida yang mengandung satu gugus aldehida disebut aldosa, sedangkan ketosa mempunyai satu gugus keton (Winarno, Hal 18, 2002).

Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida paling sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton (Poedjiadi, Hal 24, 1994).

1.2 Tujuan PercobaanUntuk mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi

dalam sampel.

Page 17: Karbohidrat i

1.3 Prinsip PercobaanBerdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan larutan

Barfoed berupa CuSO4, H2SO4 dalam suasana asam direduksi menjadi Cu2O dan membentuk endapan merah bata.

1.4 Reaksi Percobaan

Gambar 1. Reaksi Uji Barfoed

-C- + Cu2+ Cu2O + -C- H

Page 18: Karbohidrat i

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Monosakarida Sederhana, (2) Sifat Karbohidrat, dan (3) Sifat Mereduksi.

2.1 Monosakarida SederhanaMonosakarida sederhana ialah gliseraldehida dan

dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut tetrosa dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah ketotretosa (Poedjiadi, Hal 25, 1994).

Pentosa ialah monosakarida yang mempunyai lima atom karbon. Contoh pentosa ialah ribose dan ribulosa. Dari rumusnya kita dapat mengetahui bahwa ribose adalah suatu aldopentosa, sedangkan ribulosa adalah suatu ketopentosa (Poedjiadi, Hal 25, 1994).

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa. Galaktosa umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa, ribose, dan 2-deoksiribosa. Keempat pentose ini ialah aldopentosa dan tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam. (Poedjiadi, Hal 26-28, 1994)

2.2 Sifat KarbohidratMonosakarida dan disakarida memiliki rasa manis, oleh

sebab itu golongan ini disebut gula. Glukosa (gula anggur) dan fruktosa (gula buah) adalah contoh monosakarida yang banyak dijumpai di alam. Sukrosa (gula tebu, bit) dan laktosa (gula susu) adalah kelompok disakarida yang juga manis. Rasa manis dari gula-gula ini disebabkan oleh gugus hidroksilnya (Winarno, 2002).

Page 19: Karbohidrat i

Berbeda dengan sifat fisika yaitu aktivitas optic sifat kimia karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi yang terdapat pada molekulnya, yaitu gugus –OH, gugus aldehida dan gugus keton (Poedjiadi, Hal 39, 1994).

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun kuantitatif (Poedjiadi, Hal 39, 1994).

2.3 Sifat MereduksiSifat mereduksi disebabkan oleh adanya gugus aldehida

atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam, misalnya ion Cu2+ dan ion logam Ag+ yang terdapat pada pereaksi tertentu seperti pereaksi Fehling, Benedict, dan Barfoed. Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehlin A dan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan Larutan Fehling B adalah larutan garam dari NaOH dalam air (Poedjiadi, 1994).

Page 20: Karbohidrat i

1 mL larutan karbohidrat+ 1,5 mL larutan Barfoed

Panaskan selama 15 menit

Amati terbentuknya endapan merah bata

III BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Bahan yang digunakan, (2) Alat-alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan

3.1 Bahan yang digunakanBahan yang digunakan untuk percobaan Uji Molisch

adalah larutan H2SO4, larutan Molisch,

3.2 Alat yang digunakanAlat-alat yang digunakan pada Uji Molisch adalah tabung

reaksi, pipet tetes, gelas kimia, tang krus, penjepit tabung dan pemanas air.

3.3 Metode Percobaan

Page 21: Karbohidrat i

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan (2) Pembahasan

4.1 Hasil PengamatanBerdasarkan percobaan yang dilakukan maka didapat

hasil pengamatan sebagai berikut :Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Barfoed

Sampel Pereaksi Warna Hasil Keterangan

Pocari Sweat

Larutan Barfoed

Endapan Merah Bata

+Mengandung Gula

Monosakarida Pereduksi

Larutan Fruktosa

Endapan Merah Bata

+Mengandung Gula

Monosakarida Pereduksi

Selai Strawberry

Endapan Merah Bata

+Mengandung Gula

Monosakarida Pereduksi

KecapEndapan

Merah Bata+

Mengandung Gula Monosakarida

Pereduksi

Air MineralEndapan

Merah Bata-

Mengandung Gula Monosakarida

Pereduksi(Sumber : Nur dan Tanty, Kelompok D, Meja 9, 2013)

Page 22: Karbohidrat i

Gambar 3. Foto Hasil Pengamatan Uji Barfoed

4.2 PembahasanLarutan Barfoed terdiri dari Cu-Asetat dalam air ditambah

asam asetat yang berfungsi dalam suasana asam. Dari hasil percobaan Uji Barfoed dapat diketahui bahwa Pocari Sweat, Larutan Fruktosa, Selai Strawberry, dan Kecap positif mengandung gula monosakarida pereduksi, sedangkan Air mineral tidak mengandung monosakarida pereduksi. Tetapi seharusnya Pocari Sweat tidak menganding gula monosakarida pereduksi. Hal ini disebablan karena adanya factor kesalahan seperti sampel lain ikut masuk ke dalam sampel Pocari Sweat, dan tabung reaksi yang kurang bersih.

Uji Barfoed merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi dalam sampel. Larutan Barfoed (campuran kupri asetat dan asam asetat) akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah bata kuprooksida. Dalam suasana asam ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan Larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama (Sudarmaji, 2003).

Page 23: Karbohidrat i

Pereaksi barfoed terdiri dari kupri asetat dan asam asetat. Kedalam 5 ml peraksi dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan contoh,kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 1 menit. Endapanberwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam contoh : Ion Cu2+ daripereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gulareduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O(kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mndasari uji Barfoed.

Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merahbata karena terbentuk hasil Cu2O. berukut reaksinya :       O                                      O       ║            Cu2+ asetat         ║R—C—H  + ─────→ R—C—OH + Cu2O+ CH3COOHn-glukosa                                                 E.merahmonosakarida                                             bata(Eko, 2010).

Hasil warna merah bata menunjukkan monosakarida, sedangkan biru kehijauan menunjukkan disakarida.

Barfoed merupakan pereaksi bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida. Disakarida akan dapat dihidrolisis sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lama. Dengan kata lain untuk membedakan monosakarida, disakarida, polisakarida tergantung berapa lama pemanasan sampai terbentuk endapan tembaga oksidasi berwarna merah bata. (Rifka, 2010).

Page 24: Karbohidrat i

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran

5.1 KesimpulanDari hasil percobaan Uji Barfoed dapat diketahui bahwa

Pocari Sweat, Larutan Fruktosa, Selai Strawberry, dan Kecap positif mengandung gula monosakarida pereduksi, sedangkan Air mineral tidak mengandung monosakarida pereduksi. Tetapi seharusnya Pocari Sweat tidak menganding gula monosakarida pereduksi. Hal ini disebablan karena adanya factor kesalahan seperti sampel lain ikut masuk ke dalam sampel Pocari Sweat, dan tabung reaksi yang kurang bersih

5.2 SaranPraktikan harus selalu mengikuti prosedur percobaan

yang ada. Lalu selalu membersihkan dan mencuci alat dengan bersih setelah digunakan, agar pada saat metode selanjutnya, tidak terjadi kesalahan.

Page 25: Karbohidrat i

DAFTAR PUSTAKA

Eko. 2010. Uji Kualitatif untuk Identifikasi Karbohidrat. http://ilmukimia.webs.com/apps/blog/show/3316204-uji-kulaitatif-untuk-identifikasi-karbohidrat. Diakses : 28 Maret 2013

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Jakarta.

Rifka. 2010. Identifikasi Karbohidrat. http://rifkanice.blogspot.com/2011/04/identifikasi-karbohidrat.html Diakses : 28 Maret 2013

Sudarmadji, Slamet. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Page 26: Karbohidrat i

LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN

KARBOHIDRAT IUji Benedict

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan PraktikumBiokimia Pangan

Oleh :

Nama : Nur Rahayu SetiawatiNRP : 11.302.0117Meja : 9 (Sembilan)Kelompok : DAsisten : Ogy Tanjung WigelarTgl Percobaan : 18 Maret 2013

LABORATORIUM BIOKIMIA PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2013

Page 27: Karbohidrat i

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGANKARBOHIDRAT IUJI BENEDICT

Nur Rahayu Setiawati : 113020117Tanty Sulistiani Widodo : 113020116

INTISARITujuan dari percobaan Uji Molisch adalah untuk mengetahui

adanya gula pereduksi dalam sampel. Prinsip percobaan Uji Benedict adalah berdasarkan suasana basa, gugus karbonil bebas dari

karbohidrat dengan Cu2+ membentuk Cu2O.Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan Uji

Benedict dapat diketahui bahwa sampel Kecap, larutan Fruktosa, Selai Strawberry, dan Pocary Sweat mengandung gula pereduksi. Sedangkan sampel air mineral tidak mengandung gula pereduksi.

I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

1.1 Latar BelakangGula reduksi adalah merupakan golongan gula

(karbohidrat) yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi senyawa-senyawa penerima electron. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu2+ dan ion logam Ag+ yang terdapat pada reaksi-reaksi tertentu (Poedjiadi, Hal 39, 1994).

Adapun senyawa-senyawa gula reduksi adalah glukosa dan fruktosa. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa) termasuk sebagai gula pereduksi kecuali sukrosa dan pati (polosakarida) (Budiyanto, Hal 39, 2002).

1.2 Tujuan PercobaanUntuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam sampel.

1.3 Prinsip Percobaan

Page 28: Karbohidrat i

Berdasarkan berdasarkan suasana basa, gugus karbonil bebas dari karbohidrat dengan Cu2+ membentuk Cu2O.

1.4 Reaksi Percobaan

Gambar 1. Reaksi Uji Benedict

-C- + Cu2+ Cu2O + -C-

Page 29: Karbohidrat i

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Gula Pereduksi (2) Contoh Gula Pereduksi, dan (3) Ciri-ciri Gula Pereduksi

2.1 Gula PereduksiGula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat)

yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima electron, contohnya glukosa dan fruktosa. Ujung dari gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrisalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung (Budiyanto, Hal 42, 2002).

2.2 Contoh Gula PereduksiAdapun senyawa-senyawa gula reduksi adalah glukosa

dan fruktosa. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltose) termasuk sebagai gula pereduksi kecuali sukrosa dan pati (polisakarida). Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan (Budiyanto, Hal 42-43, 2002).

Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang tidak ditemui di alam bebas, tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) melalui proses metabolism akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus krebs untuk diproses menjadi energy. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida yaitu turunan lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto, Hal 43, 2002).

2.3 Ciri-ciri Gula PereduksiUmumnya gula-gula pereduksi mempunyai struktur

hemiasetal atau hemiketal, sedangkan gula-gula nonpereduksi termasuk ke dalam ketal atau asetal. Llu adanya gugus aldehid atau keton bebas molekul karbohidrat (Budiyanto, 2002).

Page 30: Karbohidrat i

1 mL larutan karbohidrat+ 3 mL larutan Benedict

Panaskan selama 5 menit

Amati terbentuknya endapan merah bata atau biru kehijauan

III BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Bahan yang digunakan, (2) Alat-alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan

3.1 Bahan yang digunakanBahan yang digunakan untuk percobaan Uji Benedict

adalah larutan Benedict.

3.2 Alat yang digunakanAlat-alat yang digunakan pada Uji Benedict adalah tabung

reaksi, pipet tetes, gelas kimia, tang krus, penjepit tabung dan pemanas air.

3.3 Metode Percobaan

Gambar 2. Prosedur Uji Benedict

Page 31: Karbohidrat i

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan (2) Pembahasan

4.1 Hasil PengamatanBerdasarkan percobaan yang dilakukan maka didapat

hasil pengamatan sebagai berikut :Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Benedict

Sampel Pereaksi Warna Hasil Keterangan

Kecap

Larutan Benedict

Endapan Merah Bata

+Mengandung Gula

PereduksiLarutan Fruktosa

Endapan Merah Bata

+Mengandung Gula

PereduksiSelai

StrawberryEndapan

Merah Bata+

Mengandung Gula Pereduksi

Pocary Sweat

Endapan Merah Bata

+Mengandung Gula

Monosakarida Pereduksi

Air Mineral Biru -Tidak Mengandung

Pereduksi(Sumber : Nur dan Tanty, Kelompok D, Meja 9, 2013)

Gambar 3. Foto Hasil Pengamatan Uji Benedict

Page 32: Karbohidrat i

4.2 PembahasanLarutan Benedict terdiri dari natrium sitrar dan Na2CO3

dalam air ditambah CuSO4. Dari hasil percobaan uji Benedict dapat diketahui bahwa sampel Kecap, larutan Fruktosa, Selai Strawberry, dan Pocary Sweat mengandung gula pereduksi. Sedangkan sampel air mineral tidak mengandung gula pereduksi.

Endapan yang terbentuk dapat berwarna kuning, hijau atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang di uji. Yang termasuk gula pereduksi adalah glukosa dan fruktosa. Endapan merah bata menunjukkan bahwa adanya golongan monosakarida pada sampel sedangkan endapan berwarna biru kehijauan menunjukkan bahwa termasuk pada golongan disakarida (Poedjiadi, 1994).

Glukosa dapat mereduksi Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sulfat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah (Sudarmaji, Hal 40, 2003).

Uji Benedict digunakan untuk mendeteksi zat uji mengandung gulapereduksi atau gula invers. Pereaksi benedict terdiri dari kupri sulfat,natrium sitrat, dan natrium karbonat. Ke dalam 5 ml pereaksi dalam tabungreaksi ditambahkan 8 tetes larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkandalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya endapan warna hijau , kuning, ataumerah orange menunjukkan adanya gula pereduksi.

Pada uji benedict, teori yang mendarsarinya adalah gula yang mengandunggugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalamsuasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O(kupro oksida) berwarna merah bata. (Eko, 2010)

Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi  adalah dengan terbentuknya endapan berwarnamerah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O. Berikut reaksi yang berlangsung:       O                                      O       ║                                      ║R—C—H  + Cu2+ 2OH- →  R—C—OH + Cu2OGula Pereduksi                          Endapan Merah Bata

Page 33: Karbohidrat i

Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.

Glukosa memiliki sifat dapat mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ yang ada pada larutan Benedict sehingga menjadi Cu2O yang berbentuk endapan. Semakin menigkatnya konsentrasi glukosa pada uji Benedict ini, endapan yang terjadi makin banyak. Hal ini menandakan bahwa makin reduktif gula tersebut mereduksi larutan Benedict. (Fatihatul, 2013).

Page 34: Karbohidrat i

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran

5.1 KesimpulanDari hasil percobaan Uji Benedict dapat diketahui bahwa

sampel Kecap, larutan Fruktosa, Selai Strawberry, dan Pocary Sweat mengandung gula pereduksi. Sedangkan sampel air mineral tidak mengandung gula pereduksi

5.2 SaranPraktikan harus selalu mengikuti prosedur percobaan

yang ada. Lalu selalu membersihkan dan mencuci alat dengan bersih setelah digunakan, agar pada saat metode selanjutnya, tidak terjadi kesalahan.

Page 35: Karbohidrat i

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. UMM Press: Malang

Fatihatul, Diana. 2013. Uji Karbohidrat. http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html . Diakses : 28 Maret 2013

Eko. 2010. Uji Kualitatif untuk Identifikasi Karbohidrat. http://ilmukimia.webs.com/apps/blog/show/3316204-uji-kulaitatif-untuk-identifikasi-karbohidrat. Diakses : 28 Maret 2013

Fatihatul, Diana. 2013. Uji Karbohidrat. http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html . Diakses : 28 Maret 2013

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Jakarta.

Sudarmadji, Slamet. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta.

Page 36: Karbohidrat i

LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN

KARBOHIDRAT IUji Selliwanof

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan PraktikumBiokimia Pangan

Oleh :

Nama : Nur Rahayu SetiawatiNRP : 11.302.0117Meja : 9 (Sembilan)Kelompok : DAsisten : Ogy Tanjung WigelarTgl Percobaan : 18 Maret 2013

LABORATORIUM BIOKIMIA PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2013

Page 37: Karbohidrat i

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGANKARBOHIDRAT IUJI SELLIWANOF

Nur Rahayu Setiawati : 113020117Tanty Sulistiani Widodo : 113020116

INTISARITujuan dari percobaan Uji Selliwanof adalah untuk mengetahui

adanya gula ketosa dalam sampel. Prinsip percobaan Uji Benedict adalah berdasarkan penambahan HCl yang akan menghidroksi ikatan glikolisis senyawa furfural.

Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan Uji Selliwanoff bahwa sampel Pocari Sweat, Buncis, Selai Strawberry, dan Saos sambal positif mengandung gula ketosa, sedangkan sampel Air Mineral tidak mengandung gula ketosa. Tetapi seharusnya sampel buncis tidak mengandung gula ketosa, hal ini disebabkan karena adanya faktor kesalahan.

I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

1.1 Latar BelakangFurfural merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari

reaksi hidrolisis dan dehidrasi pentose dengan bantuan katalis asam. Furfural dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung pentosa. Kandungan pentosa pada ampas tebu lebih tinggi daripada kayu keras maupun lunak, lebih dari 90% dalam bentuk xylan (Budiyanto, 2002).

1.2 Tujuan PercobaanUntuk mengetahui adanya gula ketosa dalam sampel.

1.3 Prinsip PercobaanBerdasarkan penambahan HCl yang akan menghidroksi

ikatan glikolisis senyawa furfural.

Page 38: Karbohidrat i

1.4 Reaksi Percobaan

Gambar 1. Reaksi Uji Selliwanof

Ketosa Hidroksil metil furfural + asamHCl

Hidroksi Metil Furfural + Resorsinol Senyawa Kompleks berwarna merah

Page 39: Karbohidrat i

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai: (1) Pembentukan Furfural (2) Pembentukan Osazon, dan (3) Pembentukan Glikosida

2.1 Pembentukan FurfuralLarutan asam encer, monosakaridanya umumnya stabil.

Walaupun dipanaskan. Apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Furfural dapat membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksikan dengan α-naftol, karena heksosa yang terdehidrasi akan menghasilkan hidroksi metil furfural (Poedjiadi, Hal 41, 1994).

2.2 Pembentukan OsazonSemua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau

keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhidrazin, mula-mula terbentuk D-glukosafenilhidrazon. Kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glikosazon. Glukosa, fruktosa, dan manosa dengan fenilhidrazine menghasilkan osazon yang sama (Poedjiadi, Hal 42, 1994).

2.3 Pembentukan GlikosidaIkatan yang terjadi antara gugus metil dengan

monosakarida disebut dengan ikatan glikosida dan gugus –OH yang bereaksi disebut gugus –OH glikosidik. Metil glikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metil alcohol disebut juga metil glukosida. Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang bukan karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol, atau lebih kompleks lagi misalnya sterol (Poedjiadi, Hal 45, 1994).

Page 40: Karbohidrat i

1 mL larutan karbohidrat+ 2 mL larutan Selliwanof

Panaskan selama 5-10 menit

Amati terbentuknya warna merah cerah

III BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Bahan yang digunakan, (2) Alat-alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan

3.1 Bahan yang digunakanBahan yang digunakan untuk percobaan Uji Molisch

adalah larutan H2SO4, larutan Molisch,

3.2 Alat yang digunakanAlat-alat yang digunakan pada Uji Molisch adalah tabung

reaksi, pipet tetes, gelas kimia, tang krus, penjepit tabung dan pemanas air.

3.3 Metode Percobaan

Page 41: Karbohidrat i

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan (2) Pembahasan

4.1 Hasil PengamatanBerdasarkan percobaan yang dilakukan maka didapat

hasil pengamatan sebagai berikut :Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Selliwanof

Sampel Pereaksi Warna Hasil Keterangan

Buncis

Larutan Selliwano

f

Merah Cerah

+Mengandung Gula

KetosaSaos

SambalMerah Cerah

+Mengandung Gula

KetosaSelai

Strawberry Merah Cerah

+Mengandung Gula

KetosaPocary Sweat

Merah Cerah

+Mengandung Gula

Ketosa

Air MineralKuning Muda

-Tidak

Mengandung Gula Ketosa

(Sumber : Nur dan Tanty, Kelompok D, Meja 9, 2013)

Gambar 3. Foto Hasil Pengamatan Uji Selliwanof

Page 42: Karbohidrat i

4.2 PembahasanLarutan Selliwanof terdiri dari Resorsinol yang dilarutkan

dalam campuran HCl pekat dan air. Dari hasil percobaan uji Selliwanof dapat diketahui bahwa sampel Pocari Sweat, Buncis, Selai Strawberry, dan Saos sambal positif mengandung gula ketosa, sedangkan sampel Air Mineral tidak mengandung gula ketosa. Tetapi seharusnya sampel buncis tidak mengandung gula ketosa, hal ini disebabkan karena adanya faktor kesalahan dalam pengujian, diantaranya kebersihan alat yang kurang diperhatikan.

Peristiwa dehidrasi monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi lebih monosakarida aldosa. Hal ini dikarenakan aldosa sebelum mengalami dehidrasi terlebih dahulu mengalami transformasi menjadi ketosa. Dengan demikian aldosa akan bereaksi negative pada uji Selliwanof. Pada pengujian ini furfural yang terbentuk dari dehidrasi tersebut dapat bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa kompleks berwarna merah cerah. Sebagai zat untuk dehidrator dapat digunakan HCl 12% atau asam asetat atau juga asam sulfat alkoholik (Sudarmadji, Hal 77-78, 2003).

Peristiwa dehidrasi monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosa. Hal ini dikarenakan aldosa sebelum mengalami transformasi menjadi ketosa. Dengan demikian aldosa akan bereaksi negatif pada uji seliwanoff. Pada pengujian ini furfural yang terbentuk dari dehidrasi tersebut dapat bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa kompleks berwarna merah.

 

Page 43: Karbohidrat i

Sebagai zat untuk dehidrator dapat digunakan asam klorida 12% atau asam asetat atau asam sulfat alkoholik (Syafri, 2010).

Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya. Pada hasil percobaan tampak bahwa dalam tabung 1 yang berisi glukosa, warna larutan tidak berubah. Hal ini terjadi karenaglukosa tidak memiliki gugus keton sehingga tidak memberikan reaksi terhadap pereaksi Seliwanoff, sedangkan pada tabung 2 yang berisi fruktosa, warna larutan berubah menjadi merah. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Harper et al (1979) yang menyatakan bahwa fruktosa berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoffresorsinol-HCl. (Fatihatul, 2013)

Sukrosa terhidrolisis oleh HCl menjadi fruktosa dan glukosa. Karena fruktosa memiliki gugus keton maka ketika bereaksi dengan resorsinol akan memberikan warna kuning. Sebenarnya warna yang diharapkan adalah merah-ceri, namun karena konsentrasi yang digunakan kecil, maka warna yang terjadi adalah kuning. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Harper et al (1979) yang menyatakan bahwa fruktosa dapat bereaksi dengan reagen Seliwanoff dan memberikan kompleks warna merah ceri. Maltosa dihidrolisis oleh HCl menjadi glukosa dan glukosa. Glukosa tidak memiliki gugus keton, sehingga tidak bereaksi dengan resorsinol.(Fatihatul, 2013)

Page 44: Karbohidrat i

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran

5.1 KesimpulanDari hasil percobaan Uji Selliwanof adalah bahwa sampel

Pocari Sweat, Buncis, Selai Strawberry, dan Saos sambal positif mengandung gula ketosa, sedangkan sampel Air Mineral tidak mengandung gula ketosa. Tetapi seharusnya sampel buncis tidak mengandung gula ketosa, hal ini disebabkan karena adanya faktor kesalahan.

5.2 SaranPraktikan harus selalu mengikuti prosedur percobaan

yang ada. Lalu selalu membersihkan dan mencuci alat dengan bersih setelah digunakan, agar pada saat metode selanjutnya, tidak terjadi kesalahan.

Page 45: Karbohidrat i

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. UMM Press: Malang

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Jakarta.

Sudarmadji, Slamet. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta

Syafri, Mariska. 2010. Analisis Kualitatif Karbohidrat. h ttp://mariskasyafri.blogspot.com/2012/05/analisis- kualitatif-karbohidrat.html. Diakses : 28 Maret 2013

Page 46: Karbohidrat i

LAMPIRAN

1. Uji Phenylhidrazine dan Uji Moore

SampelUji

PhenyhidrazineUji Moore

Laktosa - -

Yoghurt + +

Pocari - +

Larutan

Glukosa+ +

Larutan

Fruktosa+ +

Tepung

Terigu- -

Inaco - +

Saos Sambal + +

Susu Kental

Manis+ -

Gula Pasir - -

Apel + +

Sirup + +

(Sumber : Laboratorium Biokimia Pangan, 2013)

Page 47: Karbohidrat i

2. Hidrolisis Suatu Polisakarida

Sampel Pereaksi Waktu Warna Hasil Keterangan

AMILUM

HCl 3M+KI

0’ Ungu + Amilodekstrin5’ Ungu + Amilodekstrin

10’ Ungu + Amilodekstrin15’ Ungu + Amilodekstrin20’ Merah ++ Eritrodekstrin25’ Merah ++ Eritrodekstrin30’ Merah ++ Eritrodekstrin35’ Merah ++ Eritrodekstrin40’ Kuning +++ Achrodekstrin45’ Kuning +++ Achrodekstrin50’ Kuning +++ Achrodekstrin55’ Kuning +++ Achrodekstrin

(Sumber : Laboratorium Biokimia Pangan, 2013)

Page 48: Karbohidrat i