KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3...

25
KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3...

Page 1: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT

SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae)

RIDHO WALIDAINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri
Page 3: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Karakteristik Imago

Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Ridho Walidaini

NIM B04080069

Page 4: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

ABSTRAK

RIDHO WALIDAINI. Karakteristik Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas

(Lepidoptera : Saturniidae). Dibimbing oleh R. IIS ARIFIANTINI dan

DAMIANA R. EKASTUTI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai parameter

morfometri imago ulat sutera liar A. atlas, menemukan korelasi antara parameter

morfometri dengan bobot badan, dan menguraikan sistem reproduksi ngengat A.

atlas jantan. Cara termudah untuk membedakan ngengat jantan dan betina adalah

dari antenanya. Antena ngengat jantan lebih lebar. Terdapat korelasi yang sangat

kuat antara panjang badan total dengan bobot badan dalam model persamaan linear

Y=0,875X-1,639, dimana Y adalah bobot badan dalam gram dan X adalah panjang

badan total dalam cm. Sistem reproduksi A. atlas jantan memiliki kesamaan dengan

sistem reproduksi B. mori. Sistem reproduksi A. atlas terdiri atas sepasang testis,

sepasang ductus deferent dilengkapindengan ampula ductus deferent, satu glandula

spermatophore, satu glandula alba, satu glandula prostatica dan satu penis.

Kata kunci: morfometri, Attacus atlas, sistem reproduksi

ABSTRACT

RIDHO WALIDAINI. Characteristics of Male Wild Silk Worm Attacus atlas

(Lepidoptera : Saturniidae). Supervised by R. IIS ARIFIANTINI and DAMIANA

R. EKASTUTI

This study aims to describe various morphometric parameters of male A. atlas

moth, to found a correlation between the morphometric parameters and body

weight on male moths, and to describe the reproductive system of male A. atlas

moth. Male can distinguish from the female by comparing the antennae. The

antennae of male is wider. There is a very strong correlation between the total body

length and the body weight in linear equation Y = 0.875 X-1, 639 when Y is the

weight in grams and X is the total body length in cm. Reproductive system of male

A. atlas moth generally similer to B. mori reproductive system. Male A. atlas moth

has reproductive system consists of a pair of testes, a pair of deferent duct with

ampula ductus deferent, one spermatophore gland, one alba gland, one prostatica

gland and one penis.

Keywords: morphometric, Attacus atlas, reproductive system

Page 5: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA

LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

RIDHO WALIDAINI

Page 6: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri
Page 7: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

Judul Skripsi :Karakteristik Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas

(Lepidoptera : Saturniidae)

Nama : Ridho Walidaini

NIM : B04080069

Disetujui oleh

Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi Dr drh Damiana R Ekastuti, MS

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

Page 8: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

, _ ~. Skripsi :Karakteristik Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

1 ama : Ridho Walidaini NIM : B04080069

Disetujui oleh

Dr drh Damiana R Ekastuti, MS Pembimbing II

Tanggal Lulus:

Page 9: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat dan salam

semoga tersampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan

para sahabatnya.

Skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Dr drh Damiana R Ekastuti, MS selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan,

dan motivasi kepada penulis.

2. Dr drh Hera Maheshwari MSc selaku dosen pembimbing akademik atas

motivasi, nasihat dan bimbingannya.

3. Teman-teman sepenelitian Eko Prasetyo Nugroho, Muttaqinullah, Muhammad

Allex, Ridho Septiadi atas kebersamaan dan semangat diberikan kepada penulis.

4. Seluruh keluarga besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan berbagai pihak

yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran studi

penulis, baik selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ayah, Ibu, adik-adikku tercinta Ires, Anas, dan Ana beserta segenap keluarga

besar penulis atas doa, kasih sayang dan semangat yang selalu diberikan kepada

penulis.

Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan. Saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.

Bogor, Januari 2014

Ridho Walidaini

Page 10: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Taksonomi A. atlas 3

Penyebaran A. atlas 3

Siklus Hidup A. atlas 4

Morfologi Imago A. atlas 4

MATERI DAN METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Materi Penelitian 5

Langkah Kerja 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Ciri Khas Imago Jantan 7

Ukuran Morfometri 7

Korelasi antara Bobot Badan Ngengat Jantan dengan Morfometri 9

Sistem Reproduksi Imago A. atlas Jantan 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 14

Page 11: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

DAFTAR TABEL

1 Ukuran morfometri ngengat jantan A. atlas 8

2 Korelasi antara bobot badan ngengat jantan dengan morfometri 9

3 Penggolongan korelasi parameter morfometri dengan bobot badan 10

DAFTAR GAMBAR

1 Penyebaran A. atlas 3

2 Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4

3 Skema pengukuran morfometri ngengat 6

4 Antena imago A. atlas jantan dan betina 8

5 Sietem reproduksi imago A. atlas jantan dan B. mori 11

Page 12: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ngengat dalam sistematika klasifikasi animalia tergolong kelas

serangga (insekta). Kelas serangga memiliki ciri umum sebagai berikut:

tubuh terbagi menjadi kepala, toraks dan abdomen; memiliki tiga pasang

kaki yang muncul di bagian toraks serta mengalami perubahan bentuk tubuh

(metamorfosis). Siklus hidupnya bermula dari telur yang dihasilkan ngengat

dewasa (imago) menetas menjadi larva, larva terus berganti instar sampai

menjadi pupa (kepompong), kemudian keluarlah imago dari pupa (Guntoro

1940).

Sutera tidak hanya dihasilkan oleh ulat sutra murbei Bombyx mori

yang sejak dulu telah dibudidayakan di China, Jepang, India, dan Eropa.

Banyak spesies dari famili Saturniidae juga menghasilkan sutra contohnya

Antherea myllita, Attacus atlas dan Cricula trifenerstrata. Mereka dikenal

sebagai sutra non murbei atau sutra liar (wild silk). Pengembangan dan

produktivitas ulat sutera liar Indonesia produktivitasnya masih rendah sebab

masih mengandalkan pengambilan kokon dari alam (Moerdoko 2002).

Ulat sutera liar A. atlas merupakan salah satu jenis ulat sutra liar yang

banyak ditemukan di Indonesia dan mulai diupayakan pembudidayaannya.

Spesies ini dapat ditemukan di hutan tropis dan subtropis sepanjang tahun

dan sangat potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil sutera. Menurut

Peigler (1989) A. atlas bersifat polivoltin (memiliki beberapa generasi

dalam satu tahun) dan bersif at polifagus (dapat memakan berbagai jenis

tanaman atau tumbuhan). Spesies ini tersebar dari Sabang sampai Merauke

secara alami. Petani seringkali menganggapnya sebagai hama karena

larvanya memakan tanaman (Solihin et al. 2010).

Sekitar 90 genus tanaman dari 48 famili dapat menjadi inang larva

(Peigler 1989). Sedangkan di Pulau Jawa menurut Kalshoven (1981),

terdapat 40 jenis tanaman inang yang menjadi makanan larva A. atlas,

diantaranya teh (Camellia sinensis), sirsak (Annona muricata), senggugu

(Clerodendron serratum Spreng), alpokat (Persea Americana Mil), dadap

(Erythrina lithosperma Miq), kunyit (Curcuma domestika), mahoni

(Sweetnia mahagoni) dan pada tanaman cengkeh (Zingeber purpereum).

Prospek bisnis budidaya ulat sutera liar A. atlas cukup menjanjikan.

Permintaan benang sutera A. atlas dari Jepang sangat tinggi sedangkan

produksi di Indonesia masih terbatas dan masih mengandalkan tangkapan

dari alam sehingga hanya mampu mengeksport 25 kg/bulan. Dari segi

ekonomi harga jual kokon A.atlas lebih tinggi dibandingkan dengan kokon

B. mori. Harga kokon A. atlas Rp 60.000/kg sedangkan harga kokon B. mori

hanya Rp 25.000/kg. Jika sudah dalam bentuk benang sutra harga dari A.

atlas Rp 1.500.000/kg lebih tinggi, sementara benang sutra B. mori hanya

Rp 300.000/kg (Solihin et al. 2010).

Ujicoba dometikasi ulat sutera liar A. atlas di dalam ruangan telah

dilakukan oleh Awan (2007) menunjukkan keberhasilan hidup hingga

100%. Namun terdapat beberapa kendala dalam upaya memperoleh bibit

diantaranya kemunculan ngengat jantan yang tidak bersamaan dengan

Page 13: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

2

ngengat betina, umur ngengat jantan lebih pendek dari ngengat betina dan

seringkali tidak terjadi perkawinan meskipun indukan telah dicampur dalam

satu kandang (Awan 2007; Mulyani 2008).

Permasalahan di atas dapat diatasi bila teknologi inseminasi buatan

(IB) dapat diterapkan pada spesies A. atlas seperti yang telah dilakukan pada

ulat sutera B. mori (Tazima 1978). Namun untuk dapat menerapkan teknik

IB tersebut pada A. atlas diperlukan berbagai informasi tentang karakteristik

indukan A. atlas jantan dan betina termasuk organ reproduksinya. Penelitian

ini menyajikan data dasar yang memberikan informasi mengenai morfometri

imago jantan dan memberikan gambaran sistem reproduksinya. Diharapkan

penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya dalam upaya penerapan

inseminasi buatan (IB) pada A. atlas.

Perumusan Masalah

Upaya penyediaan bibit mengalami kesulitan karena kemunculan

ngengat jantan mendahului ngengat betina dan umur ngengat jantan yang

lebih pendek dari ngengat betina serta seringkali tidak terjadi perkawinan

meski indukan jantan dan betina telah dicampur dalam satu kandang. Perlu

diupayakan penerapan IB. Untuk mendukung upaya penerapan IB perlu

diketahui perbedaan karakteristik ulat sutera liar A. atlas jantan dan betina.

Serta diperlukan pemahaman tentang sistem reproduksinya.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan morfometri A. atlas jantan dan organ reproduksinya.

Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi

dasar agar dapat mengenali imago A. atlas jantan dan organ reproduksinya

untuk keperluan selanjutnya.

Page 14: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

3

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi A. atlas

A. atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna

atau holometabola. Menurut Triplehorn dan Johnson (2005), kedudukan

taksonomi A. atlas adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Atelocerata

Kelas : Insect

Subklas : Pterygota

Ordo : Lepidoptera

Subordo : Ditrysia

Superfamili: Bombycoidea

Famili : Saturniidae

Subfamilia : Saturninae

Genus : Attacus (Linnaeus)

Spesies : Attacus atlas (Linnaeus)

Penyebaran A. atlas

A. atlas dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan kupu si

rama-rama atau kupu-kupu gajah. Serangga ini tersebar dari Sabang hingga

Merauke. Di luar Indonesia serangga ini dapat ditemukan di daerah Simla

(India), di ujung daerah timur laut Okinawa (Jepang), seluruh dataran

kawasan Asia Tenggara, Taiwan, dan Papua Nugini (Peigler 1989) seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Penyebaran A. atlas (Peigler 1989)

Page 15: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

4

Siklus Hidup A. atlas

Siklus hidup A. atlas yang termasuk serangga holometabola dimulai

dari telur. Telur menetas menjadi larva, Larva menjadi pupa, pupa menjadi

imago dan imago kembali bertelur (Gullan dan Cranstoon 2000). Mulyani

(2008) melaporkan siklus hidup A. atlas pada tanaman sirsak adalah sebagai

berikut: fase larva membutuhkan 30-42 hari (rata-rata 36 + 3.83), fase pupa

membutuhkan 24-51 hari (rata-rata 29.25 + 7.07) dan fase imago

memerlukan 3-8 hari (rata-rata 5.00 + 1.27). Waktu yang dibutuhkan untuk

satu kali siklus 60-89 hari (rata-rata 70.85+7.457). Fase larva A.atlas terdiri

dari 6 tahap instar (Gambar 2).

Gambar 2 Siklus hidup A. atlas dengan pakan daun jarak pagar (Desiana

2011)

Morfologi Imago A. atlas

A. atlas merupakan serangga nokturnal berukuran besar. Masyarakat

sering menyebut ngengat A. atlas sebagai kupu-kupu gajah. Tubuh imago

ditutupi sisik dengan warna dasar cokelat kemerahan hingga orange

(Kalshoven 1981). Tubuh ngengat terbagi tiga yaitu kepala, toraks dan

abdomen. Kepala bagian frons kepala sangat cekung dan diselimuti sisik.

Bagian atas kepala disebut vertex dan bagian belakang kepala disebut

occiput. Pada kepala terdapat mata majemuk yang besar dengan diameter 3-

4 mm. Jarak antara mata kira-kira 1/2 hingga 2/3 diameter mata dengan

bagian mulutnya kurang berkembang (Peigler 1989).

Antena A. atlas bertipe bipectine. Ruas antena pertama yamg

menempel pada vertex disebut scape. Ruas kedua yang tidak memiliki rami

Page 16: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

5

disebut pedicel. Ruas yang memiliki ramus disebut flagellum. Setiap

segmen flagellum memiliki empat rami dan rami terpanjang terdapat pada

flagellum tengah dan terpendek pada kedua ujungnya (Peigler 1989).

Toraks terbagi menjadi protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian

abdomen terdiri dari 10 segmen. Segmen pertama hingga ke delapan

dilengkapi oleh spirakel. (Peigler 1989).

MATERI DAN METODE

W aktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2013 di

Laboratorium Metabolisme Bagian Anatomi Fisiologi dan Farmakologi dan

Unit Rehabilitasi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor.

Materi Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan adalah kokon sehat A. atlas yang

diambil dari perkebunan teh di Purwakarta. Alat yang digunakan adalah:

kandang kasa ukuran 50x50x50 cm3, neraca digital AND GR-200,

seperangkat alat bedah minor, jarum pentul, kaca pembesar, penggaris,

jangka sorong, styrofoam, kertas millimeter block, dissection mikroskop.

Langkah Kerja

1. Kokon A.atlas diperoleh dari perkebunan teh Purwakarta.

2. Persiapan hewan coba

Kokon dari perkebunan teh dimasukkan ke kandang kasa berukuran

50x50x50 cm3 sampai imago jantan keluar.

3. Prosedur mematikan ngengat

Ngengat dimatikan dengan cara dimasukkan ke lemari pendingin

(freezer) selama setengah jam.

4. Pengambilan data

a. Ngengat yang telah mati ditimbang, dan didokumentasi.

Ngengat yang telah mati diletakkan di atas styrofoam yang telah

dialasi kertas millimeter block untuk mengukur bentang dan

panjang sayap.

b. Kemudian panjang dan lebar kepala, torak, abdomen dan antena,

diukur dengan jangka sorong (Gambar 3).

Page 17: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

6

Gambar 3 Skema pengukuran morfometri ngengat: a) bentangan sayap; b)

panjang sayap; c) lebar kepala; d) panjang kepala; e) lebar

kepala; f) panjang torax; g) lebar abdomen; h) panjang abdomen;

dan i) panjang badan total.

5. Pengamatan organ reproduksi

a. Ngengat difiksir dengan jarum pentul di atas styrofoam.

b. Penyayatan dilakukan di bagian abdomen menggunakan alat bedah

minor yaitu scalpel dan gunting dimulai dari anterior ke posterior,

bagian abdomen dibuka, kemudian dikuakkan dan difiksir dengan

jarum pentul.

c. Bagian abdomen dipreparir dan sistem reproduksi diangkat dari

abdomen.

d. Organ-organ reproduksi diidentifikasi dengan panduan skema

sistem reproduksi B. mori (Omura 1938).

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam rataan dan

simpangan baku. Korelasi antara bobot badan dan morfometri dianalisis

dengan menggunakan program SPSS 16.0. Sistem reproduksi yang

ditemukan diidentifikasi organ-organnya.

Page 18: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciri Khas Imago Jantan

Untuk membedakan ngengat jantan dan ngengat betina adalah dari

ukuran antenanya. Antena ngengat jantan terlihat lebih lebar dari pada

betina (Gambar 5). Ini merupakan adaptasi morfologi karena ngengat jantan

menggunakan antenanya lebih dominan dibandingkan dengan ngengat

betina. Ngengat jantan menggunakan antenanya untuk mendeteksi feromon

yang dihasilkan oleh ngengat betina. Menurut Passoa (1999) ngengat jantan

mampu mendeteksi feromon betina dari jarak sejauh 1 mil (1.6km).

Dari sebelas sampel diperoleh informasi bahwa panjang antena

jantan berkisar antara 1.80 sampai 2.03 cm dengan rataan 1.94 + 0.07 cm.

Sementara itu, lebar antena pada ngengat jantan berkisar antara 0.92 hingga

1.06 cm dengan rataan 0.99 + 0.04 cm. Antena betina memiliki panjang 1.7

- 2.1 cm dan lebar 0.3 cm. Jadi dapat disimpulkan bahwa antena jantan lebih

lebar daripada antena betina. Selain itu antena ngengat jantan juga memiliki

ramus yang lebih rapat dibandingkan dengan ngengat betina (Gambar 4).

Ukuran Morfometri

Morfometri yang diteliti dalam penelitian ini adalah sayap ( bentangan

dan panjangnya), kepala, toraks dan abdomen (panjang dan lebar) serta

panjang badan total. Bentangan sayap adalah jarak antara ujung kanan dan

ujung kiri sayap ketika sayap terbentang maksimum. Bentangan sayap A.

atlas jantan berkisar antara 17.50-20.00 cm. Nilai ini serupa dengan laporan

Mulyani (2008) yang memperoleh angka kisaran angka yang persis sama

(17.50-20.00 cm). Dalam penelitiannya Mulyani (2008) menggunakan

ngengat A. atlas yang dipelihara dalam ruangan dengan pakan daun kaliki

(Ricini communis L.) dan daun jarak pagar (Jatropa curcas L.).

Kesamaan nilai bentangan sayap ini menunjukkan bahwa hal tersebut

tidak dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi semasa larva maupun

tempat pemeliharaannya. Ngengat A atlas merupakan ngengat terbesar

dalam ordo Lepidoptera sehingga dapat dipahami jika bentangan sayap A.

atlas lebih besar daripada ulat sutera lainnya. Ngengat jantan dari Antheraea

yamamai (ulat sutera liar jepang) memiliki bentangan sayap hanya 12-15

cm sedangkan ngengat jantan sutera murbei (B. mori) memiliki bentangan

Gambar 4 Antena imago A. atlas: jantan (A) dan betina (B)

A

A B

Page 19: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

8

sayap 4-5 cm (Kuribayashi 1981). Jadi bentangan sayap ngengat sangat

ditentukan oleh faktor genetik.

Tabel 1 Ukuran morfometri ngengat jantan A. atlas

Panjang sayap adalah jarak antara ujung anterior sayap depan

dengan posterior sayap belakang. Panjang sayap ngengat A. atlas jantan

berkisar antara 7.00-8.20 cm. Nilai rata-rata panjang sayap A. atlas jantan

adalah 7.55+0.34 cm.

Panjang dan lebar kepala ngengat A. atlas rata-rata 0.45 + 0.03 (0.41

- 0.53 cm) dan 0.52+0.03 cm (0.50-0.58 cm). Panjang dan lebar toraks

ngengat A. atlas rata-rata adalah 1.17 + 0.12 cm (1.00 – 1.41) dan 0.96 +

0.06 cm (0.91-1.13 cm). Panjang dan lebar abdomen yang diperoleh pada

penelitian ini adalah 1.77+0.27 cm (1.52-2.25 cm) dan 0.95 + 0.07 cm

(0.85-1.11 cm).

Panjang dan lebar abdomen hasil penelitian ini lebih pendek dari

laporan Mulyani (2008) yang menyatakan bahwa panjang dan lebar

abdomen A. atlas jantan adalah 2.6-3.5 cm dan 2-3 cm. Perbedaan ini

diduga dipengaruhi oleh faktor pakan dan lingkungan. Mulyani melakukan

pengukuran ngengat yang dipelihara secara intensif di dalam ruangan

dengan pakan daun kaliki (Ricini communis L.) dan daun jarak pagar

(Jatropa curcas L.), sedangkan peneliti melakukan pengukuran dari imago

yang larvanya berasal dari perkebunan teh. Hal ini dapat diartikan bahwa

pakan dan tempat hidup memengaruhi ukuran abdomen. Ukuran abdomen

menjadi penting diperhatikan karena merupakan tempat penimbunan

cadangan makanan bagi imago.

Ulat sutera yang dipelihara intensif dalam ruangan dengan pakan

yang cukup serta stasus lingkungan terjaga diduga akan menghasilkan

imago yang memiliki cadangan makanan lebih banyak. Semakin lebar

abdomen maka cadangan makanan semakin banyak, sehingga umur imago

jantan menjadi lebih panjang (Nugroho 2013). Semakin lebar abdomen

besar kemungkinan sperma yang terkandung di dalamnya juga semakin

besar. Berdasarkan hal tersebut peneliti menduga bahwa lingkungan

pemeliharaan yang terkendali suhu dan kelembabannya serta pemberian

Parameter Rata-rata + SD Kisaran

Sayap

Bentangan (cm) 18.65 + 0.78 17.50 – 20.00

Panjang (cm) 7.55 + 0.34 7.00 – 8.20

Kepala

Pajang (cm) 0.45 + 0.03 0.41 – 0.53

Lebar (cm) 0.52 + 0.03 0.50 – 0.58

Toraks

Pajang (cm) 1.17 + 0.12 1.00 – 1.41

Lebar (cm) 0.96 + 0.06 0.91 – 1.13

Abdomen (cm)

Pajang (cm) 1.77 + 0.27 1.52 – 2.25

Lebar (cm) 0.95 + 0.07 0.85- 1.11

Panjang badan total (cm) 3.69 + 0.32 3.32 – 4.42

Page 20: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

9

pakan yang intensif semasa larva akan menghasilkan imago jantan yang

menghasilkaan semen yang lebih banyak dan berumur lebih panjang.

Panjang badan merupakan jarak antara margin anterior kepala (tidak

termasuk antena) dengan titik paling posterior abdomen. Panjang badan

ngengat A. atlas jantan berkisar antara 3.32-4.42 cm dengan rata-rata 3.69

cm. Nilai ini sama dengan panjang badan Antheraea yamamai (3.7 cm)

tetapi lebih besar dibandingkan dengan panjang badan B. mori hanya 1.6 cm

(Kuribayashi 1981).

Berdasarkam proporsi perbandingan panjang tubuh, panjang kepala

panjang toraks, dan panjang abdomen A. atlas masing-masing merupakan

13.27 %, 34.51 % dan 52.21% dari panjang badan total. Sehingga

perbandingan antara panjang kepala : panjang toraks : panjang abdomen

adalah 13.27: 34.51: 52.21. Jadi abdomen merupakan bagian terpanjang dari

badan ngengat. Panjang abdomen tersebut masih lebih besar dari gabungan

panjang kepala dan toraks.

Korelasi antara Bobot Badan Ngengat Jantan dengan Morfometri

Bobot badan ngengat jantan A. atlas berkisar antara 1.11- 2.19 g

dengan rataan 1.59+ 0.33 g. Bobot badan bervariasi bergantung pada asupan

pakan selama masa larva. Bobot badan berkorelasi dengan morfometri organ

lainnya. Data korelasi antara bobot badan (Y) dengan parameter morfometri

(X) disajikan pada Tabel 2.

Morfometri panjang badan total berkorelasi sangat kuat (R=0.875)

dengan bobot badan dengan persamaan Y= 0.875X-1.639 (Tabel 2). Karena

korelasinya yang sangat kuat maka persamaan tersebut dapat digunakan

untuk menduga nilai bobot badan bila diketahui data panjang badan total

ngengat jantan ataupun sebaliknya secara tepat. Misalnya diketahui panjang

badan ngengat jantan adalah 3.5 cm maka kita dapat menduga nilai bobot

badan dengan mensubsitusikan angka tersebut ke dalam persamaan menjadi

Y=0.87(3.5)-1.64 sehingga diperoleh nilai bobot badan (Y) sebesar 1.42 g.

Koefisien korelasi (R) merupakan seberapa besar hubungan antara

kedua variabel. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Bila nilai semakin

mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai

Tabel 2 Korelasi antara bobot badan ngengat jantan dengan morfometri

Parameter Persamaan

Linear

R r2 SEE Signi-

fikansi

Bentang sayap Y=0.178x- 1.657 0.411 0.169 0.3175 0.210

Panjang sayap Y=0.237x-0.196 0.247 0.061 0.3374 0.463

Panjang badan total Y=0.875x-1.639 0.875 0.733 0.1798 0.001

Panjang kepala Y=2.337x+0.531 0.237 0.056 0.3261 0.482

Panjang torak Y=-0.856x+2.593 0.301 0.091 0.3321 0.368

Panjang abdomen Y=0.853x+0.082 0.692 0.479 0.2514 0.018

Lebar kepala Y=-6.164x+4.81 0.526 0.277 0.2960 0.096

Lebar torak Y=1.531x+0.126 0.279 0.078 0.3344 0.405

Lebar abdomen Y=1.613x+0.063 0.354 0.126 0.3257 0.285

Page 21: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

10

yang semakin mendekati 0 berarti menunjukkan hubungan yang terjadi

semakin lemah.

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi

koefisien korelasi sebagai berikut:

0.00 - 0.199 = sangat rendah

0.20 - 0.399 = rendah

0.40 - 0.599 = sedang

0.60 - 0.799 = kuat

0.80 - 1.000 = sangat kuat

Berikut penggolongan korelasi parameter morfometri dengan bobot

badan berdasarkan klasifikasi Sugiyono (2007).

Koefisien determinasi (r

2) merupakan angka yang menunjukkan

seberapa besar variabel morfometri mampu memengaruhi variable bobot

badan. Nilai r2 terbaik dimiliki oleh parameter panjang badan total yakni

sebesar 0.73. Hal ini dapat diartikan bahwa sebesar 73.3 % nilai bobot

badan dipengaruhi oleh panjang badan, sedangkan sisanya sebesar 26.7 %

dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Standard Error of the Estimate (SEE) adalah suatu ukuran

banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y (bobot

badan). Dari hasil regresi didapatkan nilai SEE dari panjang tubuh

merupakan yang terkecil yakni sebesar 0.18. Ini berarti banyaknya

kesalahan dalam prediksi bobot badan adalah sebesar 0.18 g (satuan bobot

badan). Nilai SEE ini kurang dari standar deviasi bobot badan (0.33)

sehingga disimpulkan model regresi ini cukup baik untuk memprediksi nilai

bobot badan.

Model regresi dikatakan layak bila nilai signifikansi lebih kecil dari

0.05. Dari Tabel 2 terlihat bahwa hanya ada dua model regresi yang

tergolong layak yaitu model regresi yang menggunakan panjang badan total

dan panjang abdomen sebagai variabel bebasnya.

Tabel 3 Penggolongan korelasi parameter morfometri dengan bobot badan

Parameter Sangat

rendah

rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Bentang sayap v

Panjang sayap v

Panjang badan total v

Panjang kepala v

Lebar kepala v

Panjang torak v

Lebar torak v

Panjang abdomen v

Lebar abdomen v

Page 22: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

11

Sistem Reproduksi Imago A. atlas Jantan

Pada penelitian ini peneliti juga melakukan pembedahan eksploratif

pada imago A. atlas jantan untuk menemukan sistem reproduksinya yang

kemudian dibandingkan dengan gambar sistem reproduksi B. mori (Omura

1938) (Gambar 5).

Gambar 5 Sistem reproduksi; (A) imago A. atlas jantan dan (B) skema

sistem reproduksi pupa B. mori (Omura 1938) terdiri dari

ampula ductus deferent (add), ductus deferent (dd), glandula

alba (ga), glandula lacteola (gl), glandula prostatica (gp),

glandula pelusida (gpl), glandula spermatophore (gs), penis (p),

testis (t).

Dari hasil pembedahan peneliti menemukan bahwa secara umum

banyak kemiripan antara sistem reproduksi A. atlas dengan B. mori. Sistem

reproduksi A. atlas jantan memiliki sepasang testis, sepasang ductus

deferent, satu glandula spermatophore, satu glandula alba, satu glandula

prostatica dan satu penis. Peneliti tidak dapat menemukan glandula pelusida

dan glandula lacteola pada sistem reproduksi A. atlas jantan. Tidak

ditemukannya glandula pelusida dan glandula lacteola diduga karena

metode yang digunakan peneliti tidak mampu untuk menemukan organ

tersebut. Selain itu mungkin saja memang tidak terdapat kedua organ

tersebut pada fase imago tapi pada fase pupa, dengan kata lain telah

mengalami rudimenter dalam perkembangannya. Untuk itu diperlukan

t

dd

add

p

gs

gp

ga

t

dd

A B

Page 23: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

12

penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih mutakhir pada fase imago

maupun pupa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Imago A. atlas jantan memiliki antena yang lebih berkembang

dibandingkan betina.

2. Panjang badan total ngengat jantan memiliki korelasi sangat kuat dengan

bobot dalam model persamaan Y=0,875X-1,639, dimana Y adalah bobot

badan dalam gram dan X adalah panjang badan dalam cm.

3. Sistem reproduksi A. atlas jantan memiliki sepasang testis, sepasang

ductus deferent dengan ampulanya, satu glandula spermatophore, satu

glandula alba, satu glandula prostatica dan satu penis.

Saran

Dilakukan penelitian lebih lanjut pada pengamatan sistem jaringan

histologi pada organ reproduksi jantan baik pada tahap pupa maupun pada

tahap imago.

DAFTAR PUSTAKA

Awan A. 2007. Domestikasi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera:

Saturniidae) dalam Usaha Meningkatkan Persuteraan Nasional

[Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Desiana R. 2011. Domestikasi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas L.) dengan

Pakan Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) dan Sirsak (Annona

Muricata L.) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gullan PJ, Cranston PS. 2000. The Insects an Outline of Entomology.

Second Edition. London (GB): Blackwell Science.

Guntoro S. 1994. Budidaya Ulat Sutera. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Kalshoven LGE. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Jakarta (ID): Ichtiar

Baru- Van Hoeve.

Kuribayashi S. 1981. Indoor rearing of the Japanese Oak Silkworm,

Antheraea yamamai. JARQ. 15 (2): 122-132.

Moerdoko W. 2002. Sutera Alam Pengembangan Terakhir dan Prospeknya

di Indonesia. Disampaikan Pada Konferensi Internasional Tentang

Sutera Alam Yang Dihasilkan Oleh Ulat Sutera Liar. Yogyakarta (ID).

Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae)

dengan Pakan Daun Kaliki (Ricini communis L.) dan Pagar Jarak

(Jatropa curcas L.) di Laboratorium [Tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 24: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

13

Nugroho EP. 2013. Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas

(Lepidoptera: Saturniidae) pada Suhu 50C dalam Rangka Preservasi

Semen. Di dalam: Peran Reproduksi Dalam Penyelamatan dan

Pengembangan Plasma nutfah Hewan di Indonesia. Seminar Nasional

Asosiasi Reproduksi Hewan Hewan Indonesia; 2013 November 18-

19; Bogor. Bogor (ID): [ARHI Cabang Bogor]. hlm 70.

Omura S. 1938. Studies On The Reproductive System of The Male of

Bombyx mori: Post Testicular Organs and Post-Testicular Behaviour

of The Spermatozoa. J Faculty of Agricul Hokkaido University. 40

(3): 129-170.

Passoa VA. 1999. Magnificent wild silk moths. Carolina Biological Supply

Company. 62(4):15-18.

Peigler RS. 1989. A Revision of The Indo-Australian Genus Attacus.

California (US): The Lepidoptera Research Foundation.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan RND. Bandung (ID):

Alfabeta.

Solihin DD, Fuah AM, Ekastuti DR, Siregar HCH, Wiryawan KG, Setyono

DJ, Mansjoer SS, Polii BNN. 2010. Budi Daya Ulat Sutera Alam

Attacus atlas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Tazima Y. 1978. The Silkworm: an Important Laboratory Tool. National

Institute of Genetics. Mishima (JP): Kodasha Tokyo Scientific Books.

Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the

Study of Insect. Ed ke 7. Australia (AU): Thompson.

Page 25: KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus … · DAFTAR GAMBAR . 1 Penyebaran A. atlas 3 2. Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1989 di Sungai Betung

Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Penulis

merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

Suparman dan Ibu Nuraini A.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 11 Pasar Sungai

Betung pada tahun 1996 hingga 2002. Pada tahun 2002 hingga 2005 Penulis

menjalani pendidikan ke jenjang berikutnya di SMP Negeri 17 Sawahlunto

Sijunjung. Pendidikan menengah atas telah Penulis lalui di SMA Negeri 1

Sijunjung pada tahun tahun 2005 hinggga 2008.

Tahun 2008 Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program

Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Bogor.

Selama mengikuti pendidikan Penulis pernah mengikuti kegiatan

Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Aquatik Fakultas

Kedokteran Hewan IPB dan UKM Uni Konservasi Fauna.